Mengukir Sejarah - bekraf.go.id · meraih posisi ketiga di Grand Final Startup World Cup (SWC) 2017...

3
J ETLAG setelah terbang belasan jam itu terbayar. Baru saja menjejakkan kaki di tanah Air, Jay Jayawijaya- ningtiyas dan Made Dimas Astrawijaya sudah mendapat kabar gembira. Ahlijasa, startup besutan mereka, berhasil meraih posisi ketiga di Grand Final Startup World Cup (SWC) 2017 di San Francisco, Amerika Serikat, 24 Maret lalu. “Waktu SWC, yang diumumkan hanya juara satu saja. Ternyata setelah pulang ke Jakarta, panitia bilang kalau kami juara tiga,” ungkap Founder Ahlijasa, Jay kepada SINDO Weekly. Meski ada di posisi ketiga, mereka tetap bangga. Pasalnya, dua pemenang lainnya mengusung konsep “high technologyketimbang Ahlijasa yang “menjual ide”. Pemenang pertama, UniFa dari Jepang, menawarkan berbagai paket peralatan Inter- net of ings (IoT), mulai dari robot bernama Meebo, termom- eter pintar, hingga matras tidur yang dapat mengoleksi data kesehatan anak. Sementara pemenang kedua, startup asal Ing- gris, Open Bionics, memanfaatkan printer 3D untuk kebutuhan lengan bionik bagi penyandang cacat karena amputasi. Deputi Aset Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Fadjar Hutomo yang ikut mendampingi ke Lembah Silikon menyebut, 15 kontestan lainnya rata-rata mengandalkan high technology. “Pemenang pertama dan kedua mengusung tema high-tech, sedangkan kita ide. Kalau berbicara soal startup, ini bukan soal canggih-canggihan teknologi, tetapi apakah ada masalah yang bisa diselesaikan dengan apa yang ditawarkan oleh startup itu,” terangnya saat ditemui SINDO Weekly di kantornya. Berdirinya Ahlijasa sendiri berlatar masalah keseharian masyarakat, terutama di kota besar, yaitu pakaian kotor. Me- Menyisihkan startup dari seantero Asia Tenggara, Ahlijasa, sebuah aplikasi jasa penatu, melaju ke Grand Final Start World Cup 2017. Muncul sebagai wakil termuda dan mengandalkan ide, tanpa diduga, wakil dari Indonesia ini berhasil menyabet juara ketiga. Mengukir Sejarah di Lembah Silikon SINDOWEEKLY 16 April 2017 58 INSPIRASI Jay Jayawijayaningtiyas Made Dimas Astrawijaya Delegasi Indonesia di Grand Final Startup World Cup 2017. FOTO-FOTO: DOK AHLIJASA L-O HLM 58-63 INSPIRASI.indd 58 4/7/17 1:23:45 AM

Transcript of Mengukir Sejarah - bekraf.go.id · meraih posisi ketiga di Grand Final Startup World Cup (SWC) 2017...

J ETLAG setelah terbang belasan jam itu terbayar. Baru saja menjejakkan kaki di tanah Air, Jay Jayawijaya­ningtiyas dan Made Dimas Astrawijaya sudah mendapat kabar gembira. Ahlijasa, startup besutan mereka, berhasil meraih posisi ketiga di Grand Final Startup World Cup

(SWC) 2017 di San Francisco, Amerika Serikat, 24 Maret lalu. “Waktu SWC, yang diumumkan hanya juara satu saja. Ternyata setelah pulang ke Jakarta, panitia bilang kalau kami juara tiga,” ungkap Founder Ahlijasa, Jay kepada SINDO Weekly.

Meski ada di posisi ketiga, mereka tetap bangga. Pasalnya, dua pemenang lainnya mengusung konsep “high technology” ketimbang Ahlijasa yang “menjual ide”. Pemenang pertama, UniFa dari Jepang, menawarkan berbagai paket peralatan Inter­net of Things (IoT), mulai dari robot bernama Meebo, termom­eter pintar, hingga matras tidur yang dapat mengoleksi data kesehatan anak. Sementara pemenang kedua, startup asal Ing­gris, Open Bionics, memanfaatkan printer 3D untuk kebutuh an lengan bionik bagi penyandang cacat karena amputasi.

Deputi Aset Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Fadjar Hutomo yang ikut mendampingi ke Lembah Silikon menyebut, 15 kontestan lainnya rata­rata mengandalkan high technology. “Pemenang pertama dan kedua mengusung tema high-tech, sedangkan kita ide. Kalau berbicara soal startup, ini bukan soal canggih­canggihan teknologi, tetapi apakah ada masalah yang bisa diselesaikan dengan apa yang ditawarkan oleh startup itu,” terangnya saat ditemui SINDO Weekly di kantornya.

Berdirinya Ahlijasa sendiri berlatar masalah keseharian masyarakat, terutama di kota besar, yaitu pakaian kotor. Me­

Menyisihkan startup dari seantero Asia Tenggara, Ahlijasa, sebuah aplikasi jasa penatu, melaju ke Grand Final Start World Cup 2017. Muncul sebagai wakil termuda dan mengandalkan ide, tanpa diduga, wakil dari Indonesia ini berhasil menyabet juara ketiga.

Mengukir Sejarahdi Lembah Silikon

SINDOWEEKLY 16 April 201758

INSPIRASI

Jay Jayawijayaningtiyas

Made Dimas Astrawijaya

Delegasi Indonesiadi Grand Final Startup World Cup 2017.

foto

-fo

to: d

oK

AhLi

jAsA

L-O HLM 58-63 INSPIRASI.indd 58 4/7/17 1:23:45 AM

sengaja mengirim lima startup lainnya untuk ikut konferensi agar mereka bisa bertemu dengan komunitas modal ventura dan startup di sana.

Sekalian untuk membangun jejaring,” terang Fadjar.Chief of Marketing and Sales QLUE Indonesia,

Ivan Tigana, mengaku senang mendapatkan kesem­patan ini. “Dari tanggal 20–25 Maret, kami di Lembah

Silikon, jadi kebanyakan company visit di sana. Kami dapat kesempatan untuk melihat Facebook, lalu ke Google Trax, terus ke Microsoft, terus ada big accelerator company yang namanya Plug n’ Play,” katanya ke SINDO Weekly. Selain kunjungan itu, delegasi juga berkesempatan untuk berkenalan dan membangun relasi, baik dengan startup dari negara lain maupun juga dengan VC. “Apa yang kami pela­jari adalah harus fokus pada produk, keunikan, dan kekuatan produk harus lebih digali lagi oleh perusahaan kami sendiri,” tambahnya.

Apa yang didapat Ahlijasa maupun lima delegasi lainnya sesuai dengan harapan dari Bekraf. Seminggu sebelum kompetisi berlangsung, bertempat di Kementerian BUMN, Kepala Brekraf Triawan Munaf juga menyampaikan hal yang sama. “Kita berharap de legasi ini nanti bukan hanya menjadi pemenang, tapi nantinya mereka bisa meng inspirasi dan membuat investor melihat potensi yang dimiliki Indonesia,” tuturnya dalam acara pelepasan delegasi Indonesia pada Grand Final Startup World Cup 2017 yang dihadiri SINDO Weekly. l Monica Dian Adelina, Budi

Yuni Harto, dan Anes Wahyu Novianto

SINDOWEEKLY 16 April 2017 59

mang banyak jasa penatu, namun kualitas dan pelayanan­nya sering kali justru merepotkan. Kualitas buruk yang merusak baju, baju hilang, dan tertukar, belum lagi cucian yang tak kunjung selesai merupakan keluhan yang pal­ing sering didengar. “Ini contoh masalah kecil yang menjengkelkan. Ketika kemudian itu ada yang menanggapi dengan solusi, secara bisnis itu akan menjadi sesuatu yang menarik,” lanjut Fadjar. Tak heran, presentasi Ahlijasa diapre­siasi oleh dewan juri. Bahkan, salah satu juri dari Modal Ventura atau Venture Capital (VC) ternama Amerika, Tim Draper, sempat menceletuk, “Bisnis yang bagus, kalau bisa secepatnya dibawa ke sini.”

Pengalaman BerhargaJay Jayawijayaningtiyas mengaku bangga atas keberhasilannya

menduduki peringkat ketiga di SWC 2017. Namun, baginya predikat itu tidak sebanding dengan pengalaman tampil dan mewakili Indone­sia di pusat startup dan teknologi dunia. “Saat memperkenalkan diri, saya dan Dimas tidak menyebut dari Ahlijasa, tetapi Indonesia. Senang rasanya bisa membuat Indonesia dikenal,” kenangnya. Selain itu, kesempatan untuk bertemu dengan “dewa­dewa” Lembah Silikon tak ditampiknya sebagai pengalaman yang tidak terlupakan.

Dalam kompetisi sendiri, juri yang dipilih tak main­main. Di antara panelis, ada nama Steve Wozniak, Co­Founder Apple, dan Tim Draper dari VC Draper Associate. Ada juga Alexis Ohanian dari Shark Tank—acara reality show startup—dan Daymond John dari kompetisi semacam American Idol, tetapi untuk startup. Tampil mempresenta­sikan produknya di depan mereka barang tentu jadi pengalaman luar biasa.

Meski mengaku sudah mempersiapkan diri dengan baik, mereka bilang terjadi insiden yang cukup bikin jantung deg­degan. Sehari sebelum presentasi, peserta berkumpul untuk makan malam di sebuah restoran. Dimas, Co­Founder Ahlijasa, sepertinya salah makan sampai sakit perut dan keringat dingin. “Semalaman Dimas cuma di kamar saja, tapi untung besoknya sudah baikan,” ujar Jay bercerita.

Selain Ahlijasa, Bekraf juga mengirim lima startup ke konfe­rensi SWC yang digelar di lokasi yang sama. Kelima startup tersebut merupakan pemenang “road show” Bekraf tahun lalu, yakni Talenta, Qlue, Paprika, Azzam Trade, dan Ojesy. Keenamnya berkesempatan untuk mengunjungi perusahaan teknologi dunia, seperti Plug and Play Tech Center, Microsoft, Google, Apple, Facebook, dan Amazon. “Kami

Presentasi Ahlijasa di Grand Final Startup

World Cup 2017.

Dewan Juri Star Up World Cup 2017

Penyerahan hadiahkepada pemenang pertama

SWC 2017.

L-O HLM 58-63 INSPIRASI.indd 59 4/7/17 1:23:51 AM

SINDOWEEKLY 16 April 201760

INSPIRASI

MEMANG benar ide bisa datang dari mana saja, bahkan hal sepele yang ditemui sehari-hari. Ini juga tampaknya yang dialami duo Jay Jayawijaya-ningtiyas dan Made Dimas Astrawijaya. Lantaran sering direpotkan urusan penatu, mereka pun lantas merintis Ahlijasa.

“Saya taruh 20 baju, yang kembali cuma 18. Lain waktu, ada paka-ian orang yang terbawa. Paling menjengkelkan kalau kemeja yang mau dipakai untuk rapat belum selesai dicuci,” kenang Jay Jayawijayaningtyas saat ditemui SINDO Weekly, Selasa pekan lalu, di markas Ahlijasa, Cipon-doh, Tangerang. Siapa sangka kekesalannya terhadap jasa penatu beberapa tahun silam justru membuatnya jadi pengusaha

startup platform penatu jemput-antar.Startup yang didirikan 2015 silam bersama rekan sekamarnya, Dimas,

saat masih kuliah di Singapura, berkembang cukup pesat. Awalnya, Ahli-jasa tak hanya menyediakan jasa penatu, tetapi juga memperbaiki AC dan membersihkan rumah. “Memang ide dasarnya menggunakan teknologi untuk merevolusi industri jasa di Indonesia,” ungkap pria yang dulu bekerja di Bank of America Merrill Lynch, Singapura. Ternyata, sumber yang dibu-tuhkan cukup besar. “Bisa saja kita mengejar tiga-tiganya, hanya nanti jadinya nomor tiga di mana-mana. Akhirnya, kami fokus pada penatu,” tambahnya.

Kini, Ahlijasa sudah punya 15 mitra penatu dan 17 staf di kantornya. Per bulan, dari ribuan konsumen, cucian bisa mencapai puluhan ton, omzet yang diperoleh sudah menembus angka ratusan juta. Meski terbi-lang sukses, pemuda 28 tahun ini mengaku bisnisnya bukan tanpa kendala. “Kendalanya lebih ke man power. Dalam usaha penatu, kadang karyawan-nya hanya bergabung selama dua bulan, tidak betah lalu keluar,” terangnya. Padahal Ahlijasa sudah memberikan pelatihan dan lainnya.

Standar kerja mitra juga ia sebut sebagai hal yang sering mengganjal. Menu-rutnya, masih sulit mencari mitra atau karyawan yang mau dilatih dan berubah. Padahal, demi menjaga kualitas, Ahlijasa menetapkan standar yang ketat. “Ada 50 kriteria yang harus diikuti bagi yang ingin bergabung sebagai mitra. Kami memang mengatur produk dan mesin yang digunakan,” terang Jay. Akibatnya, sudah beberapa kali pihaknya memutuskan hubungan dengan mitranya.

Selain kualitas yang memuaskan, keunggulan lainnya adalah ketika rata-rata jasa penatu buka sampai pukul tujuh atau sembilan malam, Ahlijasa

masih menjemput tumpukan pakaian kotor pelanggan hingga pu-kul sebelas malam. Mereka juga tidak menerapkan tarif per kilo,

tetapi per kantong dengan tarif Rp49.000. “Terserah kon-sumen mau diisi berapa kilo, tetapi satu kantong itu muat sekitar 6–7 kilogram,” katanya.

Ide inovatif ini mendapat apresiasi saat Ahlijasa berlaga di SWC 2017. Bahkan, dilirik oleh modal ventura ternama dari AS. Ditanya soal kemungkinan membuka startup di

sana, Jay mengaku belum terpikirkan. “Kalau di Ameri-ka mungkin belum, soalnya masalah di sana juga be-

da. Kalau yang kita punya untuk masalah orang Indonesia,” ungkapnya. Namun, ia tak me-

nampik kemungkinan untuk mengem-bangkan bisnisnya di Asia Tenggara.

Sekarang, Ahlijasa memang ma-sih melayani wilayah Jadetabek

dengan jumlah konsumen ter-banyak di Jakarta Barat dan

Selatan. Namun, seiring ber tambahnya pemi-

nat, Jay tidak menu-tup kemungkinan un tuk melebarkan jangkauannya. Ini

di tunjukkan dengan kepindahan kantor yang dulu di Rawa-mangun ke sebuah

rukan empat lantai di daerah Green Lake City, Tangerang.l Monica Dian Adelina, Budi Yuni Harto, dan Anes Wahyu

Novianto

Gara-garaPakaian Kotor

siN

do

WEE

KLY/

diM

As R

ACh

MAd

AN

Jay Jayawijayaningtiyas

L-O HLM 58-63 INSPIRASI.indd 60 4/7/17 1:23:52 AM