MENGHAPUS jejak tuberkulosis

29
MENGHAPUS jejak tuberkulosis (tuberculosis) yang kini singkatannya Tb (tidak lagi TBC) dalam kehidupan seseorang menjadi semakin sulit. ”Stop TB in My Lifetime” menjadi tema World Tubercolusis Day pada 24 Maret 2012 ini. Permasalahan penanggulangan Tb menjadi sangat kompleks walaupun ada sedikit ”kebanggaan” bahwa Indonesia yang dari dulu menempati posisi ke-3 di dunia sekarang ke-5, setelah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria dalam urutan penyumbang kasus penyakit itu. Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman menyerang paru-paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lain, seperti kelenjar, tulang, sistem saraf, sistem pencernaan, sistem reproduksi, dan lain- lain. Penularanmua dapat terjadi melalui percikan dahak yang beterbangan di udara. Program pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung, yang sering disebut directly observed treatment short-course (DOTS) yang dimulai sejak 1992, menuai permasalahan yang tidak kalah rumitnya. Ketidakmampuan mengonsumsi obat secara rutin, mengakibatkan munculnya permasalahan baru, yaitu kasus Tb multi drug resistant (MDR). Pada kondisi itu pasien resisten terhadap obat antituberkulosis (OAT) yang paling poten (INH dan rifampicin) secara bersama-sama atau disertai resistensi tehadap OAT lini pertama (ethambutol, streptomycin, dan pirazinamide). Jangka waktu pengobatan yang sangat panjang antara 18 dan 24 bulan dan efek samping yang lebih berat Tb MDR, bila dibandingkan dengan Tb biasa. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO Global Report 2011) melaporkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-9 dari 27 negara dengan kasus Tb MDR

Transcript of MENGHAPUS jejak tuberkulosis

Page 1: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

MENGHAPUS jejak tuberkulosis (tuberculosis) yang kini singkatannya Tb (tidak lagi TBC) dalam kehidupan seseorang menjadi semakin sulit. ”Stop TB in My Lifetime” menjadi tema World Tubercolusis Day pada 24 Maret 2012 ini. Permasalahan penanggulangan Tb menjadi sangat kompleks walaupun ada sedikit ”kebanggaan” bahwa Indonesia yang dari dulu menempati posisi ke-3 di dunia sekarang ke-5, setelah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria dalam

urutan penyumbang kasus penyakit itu.

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman menyerang paru-paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lain, seperti kelenjar, tulang, sistem saraf, sistem pencernaan, sistem reproduksi, dan lain-lain. Penularanmua dapat terjadi melalui percikan dahak yang beterbangan di udara.

Program pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung, yang sering disebut directly observed treatment short-course (DOTS) yang dimulai sejak 1992, menuai permasalahan yang tidak kalah rumitnya. Ketidakmampuan mengonsumsi obat secara rutin, mengakibatkan munculnya permasalahan baru, yaitu kasus Tb multi drug resistant (MDR).

Pada kondisi itu pasien resisten terhadap obat antituberkulosis (OAT) yang paling poten (INH dan rifampicin) secara bersama-sama atau disertai resistensi tehadap OAT lini pertama (ethambutol, streptomycin, dan pirazinamide). Jangka waktu pengobatan yang sangat panjang antara 18 dan 24 bulan dan efek samping yang lebih berat Tb MDR, bila dibandingkan dengan Tb biasa.

Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO Global Report 2011) melaporkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-9 dari 27 negara dengan kasus Tb MDR terbanyak di dunia. Diperkirakan angka insidensinya sekitar 2 persen atau 6.100 kasus tiap tahun.

Putus Berobat

Angka ini akan memberikan beban tambahan dalam penanggulangan penyakit itu. Padahal, secara global kita sudah berkomitmen menyukseskan target Millennium Development Goals (MDG’s) dalam menanggulangi penyakit menular. Kemenkes melaporkan bahwa indikator keberhasilan MDG’s dalam menanggulangi Tb adalah menurunkan 50% angka kesakitan dan kematian pada 2015 dibandingkan dengan kondisi tahun 1990.

Page 2: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

Orientasi program Tb DOTS terfokus pada pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Ketika target penemuan penderita ini sulit dicapai, program itu kemudian melibatkan rumah sakit pemerintah, swasta, ataupun institusi pelayanan kesehatan di mana masyarakat memerlukan pengobatan, seperti rumah sakit paru-paru dan balai pengobatan paru-paru.

Tetapi program ini tidak serta merta dapat diterapkan begitu saja, hal sepele seperti diagnosis yang ditegakkan secara mikroskopis dengan pemeriksaan dahak sulit diterapkan.

Monitoring pengobatan terhadap penderita pun menjadi sangat sulit. Pengobatan jangka panjang kurang lebih 6 bulan tidak tertutup kemungkinan terputus. Rumah sakit tak punya kemampuan melakukan survailans terhadap penderita yang putus berobat.

Sebenarnya ada opsi yang memperbolehkan rumah sakit hanya menetapkan diagnosis, selanjutnya mekanisme pengobatan dirujuk ke puskesmas terdekat. Diperlukan jejaring yang kuat antara rumah sakit dan Dinkes kabupaten/ kota (melibatkan puskesmas) dalam mengatur mekanisme penanggulangan penyakit itu.

Ketika jejaring ini tidak berjalan dengan baik, tentu kualitas kinerja program penanggulangan menurun drastis. Kemungkinan terjadi lonjakan penemuan penderita di rumah sakit, tetapi boleh jadi banyak penderita mengalami putus berobat. Penderita ini akan melahirkan generasi baru penular dengan status sebagai Tb MDR yang sulit diberantas. (10)

— Awaluddin Abdussalam SKM MKes (Epid), epidemiologis, Kabid Bina Program RSUD Kabupaten Brebes

Page 3: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

MANAJEMEN SURVAILANS DEST

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring kemajuan pembangunan diberbagai bidang ternyata memberikan beberapa dampak yang merugikan manusia termasuk dampak dibidang kesehatan seperti peningkatan polusi udara, pencemaran air oleh limbah beracun, serta meningkatnya berbagai faktor risiko lainnya. Dampak lain akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan adalah meningkatnya angka kasus gizi buruk balita. Hal ini akan memberikan pengaruh yang sangat serius terhadap kelangsungan generasi dimasa mendatang apabila tidak segera diatasi.

Surveilans epidemiologi merupakan salah satu metoda pendekatan yang dapat memberikan kontribusi arah kebijakan dan prioritas pembangunan. Dengan diterapkannya sistem pemerintahan desentralisasi di tingkat II, maka kabupaten/kota mempunyai peranan yang sangat penting didalam mewujudkan pembangunan kesehatan. Untuk itu diperlukan kemampuan manajemen yang handal, disertai dengan penerapan Suveilans Epidemiologi yang kuat. Dengan penerapan Surveilans Epidemiologi yang baik diharapkan kabupaten/kota benar-benar dapat melaksanakan pembangunan kesehatan secara Local specific, dan diharapkan mampu melakukan perencanaan yang evidence-based.

Mulai tahun 1997 program Pemberantasan Penyakit Menular melakukan suatu inovasi yaitu Proyek Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular (IPPM) yang dibiayai oleh pinjaman ADB. Ada 3 pendekatan operasional IPPM yaitu intensifikasi program, pemberdayaan manajemen kesehatan kab./ kota, dan kemitraan. Salah satu bentuk inovasi dalam rangka pemberdayaan manajemen kesehatan kab./ kota adalah dengan dibentuknya Tim Surveilans Epidemiologi baik di pusat maupun di daerah. Tim ini diharapkan dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan yang didukung rekomendasi hasil analisis yang tajam.

Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten dari 4 (empat) kabupaten di Propinsi Jawa tengah yang menerima bantuan pinjaman ICDC, telah membentuk Tim Epidemiologi Kabupaten (TEK) dan Tim Epidemiologi Puskesmas (TEPUS). Untuk mengetahui lebih jauh tentang gambaran umum Tim Epidemiologi Kabupaten (Surveilans DEST) serta kesinambungan kinerja Tim Epidemiologi Kabupaten Jepara pasca proyek ICDC, berikut akan dibahas Gambaran Umum tentang Surveilans DEST (District Epidemiology Surveillance Team) atau TEK beserta pelaksanaanya di Kabupaten Jepara.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum :

Page 4: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

Mengetahui gambaran umum tentang Surveilans District Epidemiology Surveillance Team (DEST), dan pelaksanaannya di Kabupaten Jepara.

2. Tujuan Khusus :

a. Mengetahui Aspek Input dalam pelaksanaan DEST

b. Mengetahui Aspek Proses dalam pelaksanaan DEST

c. Mengetahui Aspek Output dalam pelaksanaan DEST

d. Mengetahui Pelaksanaan DEST di kabupaten jepara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 5: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

A. Tinjauan Umum Tentang Surveilans Sentinel

1. Definisi

Sentinel Surveilans adalah kegiatan analisis data dengan cara pengumpulan dan pengolahan data secara terus menerus yang dilakukan di wilayah/ unit yang terbatas atau sempit. (Depkes RI, 2004)

Surveilans Sentinel melakukan aktivitas pemantauan terhadap suatu populasi luas atau suatu populasi tertentu yang difokuskan pada indikator kesehatan kunci, antara lain sebagai berikut:

1. Sentinel kejadian kesehatan, yakni berupa kejadian penyakit, kecacatan atau kematian yang dapat menjadi tanda penting bahwa upaya preventif atau pengobatan yang sedang dijalankan perlu melakukan perbaikan. (Rutsein)

2. Surveilans Sentinel, yakni suatu sistem yang dapat memperkirakan insiden penyakit pada suatu negara yang tidak memiliki sistem surveilans yang baik berbasis populasi tanpa melakukan survei yang mahal. (Woodhall)

Adapun pengertian Sentinel sendiri terbagi atas tiga macam, yaitu :

1. Sentinel Health Event (Sentinel kejadian kesehatan)

2. Sentinel Site (klinik atau pusat pelayanan lain yang memonitor kejadian-kejadian kesehatan)

3. Sentinel Provider (kerjasama para penyelenggara pelayanan kesehatan perorangan)

2. Sumber Data Surveilans Sentinel

- Register harian dan LBI Puskesmas termasuk pencatatan dari Puskesmas Pembantu.

- Penyakit yang dicatat adalah kasus baru

- Pencatatan total laki-laki dan perempuan serta total kunjungan

- Register rawat jalan dan rawat inap Rumah sakit (RL2a dan RL2b)

- Pada register rawat jalan dan rawat inap RS dicatat total laki-laki dan perempuan, total kunjungan, dan total kematian perjenis penyakit.

3. Analisis dan rekomendasi tindak lanjut

Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dalam analisis dan rekomendasi tindak lanjut adalah sebagai berikut :

Page 6: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

- Melakukan analisis mingguan PWS penyakit potensial KLB dalam bentuk tabel, dan grafik kecenderungan mingguan.

- Menginformasikan hasilnya pada Rumah sakit Sentinel dan non sentinel, Puskesmas, program terkait di Dinas Kesehatan Kab/kota dan Dinas Kesehatan Ka./kota yang berbatasan dengan PWS atau SKD KLB serta sektor terkait.

- Melakukan analisis tahunan perkembangan penyakit, dan menghubungkannya dengan faktor risiko, perubahan lingkungan, perencanaan, dan keberhasilan program.

- Memanfaatkan hasil analisis untuk profil tahunan, bahan perencanaan Dinkes Kab./kota, serta informasi program untuk Dinas Kesehatan propinsi, Rumah sakit, laboratorium, pusat penelitian, perguruan tinggi, Ditjen PPM & PL, serta sektor terkait di daerahnya.

4. Surveilans Sentinel di Indonesia

a. Surveilans Sentinel PD3I, Diare dan Pneumonia

- kasus – imunisasi

- penggunaan oralit, antibiotic

- kecenderungan pnemonia

b. Surveilans Sentinel HIV

- kecenderungan HIV

c. Sentinel dampak krisis

- pelayanan rumah sakit

- pelayanan puskesmas

- derajat kesehatan masyarakat

d. STP berbasis puskesmas sentinel

e. STP berbasis rumah sakit sentinel

f. Sentinel kusta

g. STP berbasis puskesmas

h. STP berbasis rumah sakit

Page 7: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

5. Indikator Penyelenggaraan Surveilans Sentinel

Input

Tenaga

Ada

Buku Juknis

Ada

Proses

Kelengkapan laporan

90%

Ketepatan laporan

80%

Output

Analisis data bulanan

Ada

Analisis data tahunan

Ada

Sumber : Depkes RI, 2004

B. Tinjauan Umum tentang District Epidemiological Surveilans Team (DEST) atau TEK

Untuk memperjelas pemahaman terhadap pengertian kegiatan Surveilans, Unit Surveilans, dan Tim Epidemiologi Kabupaten (TEK) maka perlu dijelaskan pengertian sebagai berikut :

1. Kegiatan Surveilans :

Yakni merupakan pengamatan masalah kesehatan yang dilakukan secara sistematis dan secara terus menerus terhadap distribusi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, melalui proses analisis berdasarkan data yang terkumpul dari sumber sumber data yang didapat dari kegiatan surveilans baik kegiatan surveilans yang dilakukan oleh unit surveilans maupun oleh unit program.

Page 8: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

Substansi kegiatan surveilans yang dilaksanakan oleh unit surveilans ditetapkan berdasarkan kesepakatan dengan unit lain (program). Proses kegiatan surveilans terdiri atas :

· Pengumpulan data

· Pengolahan, analisis, dan interpretasi yang diolah menjadi suatu informasi.

· Penyebarluasan data atau informasi.

2. Unit Surveilans :

Adalah unit organisasi yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan koordinasi kegiatan surveilans, mengembangkan sistem surveilans, melaksanakan sistem surveilans, “SKD-KLB”, penyelidikan, dan penanggulangan KLB. Unit ini di kabupaten/ kota merupakan unit struktural dengan nama dan eselon sesuai dengan Peraturan Daerah setempat.(Depkes RI, 2002)

3. Tim epidemiologi Kabupaten :

Adalah suatu kelompok kerja dengan menggunakan pendekatan epidemiologi dan bersifat fungsional dengan keaggotaan terdiri dari lintas program yang berfungsi mendukung Kepala Dinas Kesehatan dalam pengambilan Keputusan untuk meningkatkan kinerja manajemen kesehatan kabupaten / kota dan bertanggung jawab langsung kepada kepala dinas kesehatan setempat.

Didalam RRP proyek Intensifikasi Penanggulangan penyakit menular (IPPM) atau ICDC, istilah ini tertulis sebagai DEST (District Epidemiology Surveillance Team). Oleh karena dalam operasionalnya DEST atau TEK ini melibatkan kerjasama berbagai program bahkan termasuk juga lintas sektor, maka pengertian TEK dapat digambarkan sebagai berikut :

TEK

PROGRAM

SURVEILANS

Page 9: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

Gambar.1 Kerja sama antar program dan lintas sektor dalam TEK

4. Tujuan Tim Epidemiologi Kabupaten :

Dibentuknya Tim Epidemiologi Kabupaten mempunyai tujuan sebagai berikut :

a. Tujuan Umum :

Meningkatkan kinerja manajemen kesehatan di tingkat kabupaten/ kota.

b. Tujuan Khusus :

· Mampu merumuskan masalah

· Mampu merumuskan prioritas masalah

· Mampu merumuskan rekomendasi

5. Kebijaksanaan dan strategi :

Untuk mencapai tujuan di atas maka ditentukan kebijaksanaan dan strategi sebagai berikut :

a. Kebijaksanaan

1) Tim Surveilans Epidemiologi Kabupaten merupakan kelompok fungsional yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota, serta bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota dengan tujuan memberikan masukan pada proses pengambilan keputusan berdasarkan analisis situasi yang didapat berdasar data yang ada.

2) Untuk menjalankan fungsinya, anggota Tim Surveilans Epidemiologi Kabupaten dapat bekerja sendiri atau bersama-sama dengan tenaga ahli yang dibutuhkan untuk memperkuat hasil kegiatan sesuai dengan tujuan dibentuknya Tim Epidemiologi Kabupaten/ kota.

3) Pendanaan kegiatan Tim Epidemiologi Kabupaten/ kota bersumber dari APBN, APBD I, APBD II atau sumber dana yang lain.

Page 10: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

b. Strategi

1) Kajian masalah kesehatan oleh TEK berdasarkan pendekatan epidemiologi dan pendekatan operasional program.

2) Dalam melakukan analisis memanfaatkan data yang direkam melalui sistem surveilans yang ada, maupun hasil penelitian termasuk survei.

3) Memfasilitasi dan membantu dalam upaya peningkatan kualitas data yang digunakan dalam analisis.

Page 11: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Input Pelaksanaan DEST

a. Organisasi Tim Epidemiologi Kabupaten

Secara umum ada 4 (empat) komponen dalam organisasi Tim Epidemiologi Kabupaten (TEK), yaitu :

1) Ketua :

Sebaiknya dirangkap oleh kepala Dinas Kesehatan sendiri. Hal ini penting karena fungsi koordinasi diantara anggota memerlukan adanya unsur pimpinan setempat yang dapat terlibat secara langsung.

2) Sekretariat

Dipimpin oleh seorang sekretaris dan kalau memungkinkan juga memahami aspek teknis dibantu dengan beberapa orang staf.

3) Tim teknis tetap

Adalah anggota dari berbagai program kesehatan terdiri dari orang-orang yang mempunyai keahlian di bidang epidemiologi, perencanaan, komunikasi, ekonomi serta keahlian lain yang dianggap perlu.

4) Tim teknis tidak tetap

Page 12: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

Adalah anggota yang terdiri dari berbagai lintas program dan lintas sektor dan terdiri dari berbagai ahli/ pakar bidang keahlian. Anggota ini dilibatkan pada saat tertentu sesuai dengan masalah yang sedang dibahas.

Dari keempat komponen di atas, sebaiknya komponen 1 sampai dengan 3 dikuatkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan setempat. Sedangkan untuk komponen 4 karena keterlibatannya sewaktu-waktu maka tidak perlu dicantumkan dalam Surat Keputusan.

Lebih jelasnya komponen organisasi yang tergabung dalam TEK dapat dijelaskan dalam bentuk bagan struktur organisasi TEK berikut :

Bagan.1 Struktur organisasi Tim Epidemiologi Kabupaten

Ketua

Tim teknis tetap

Tim teknis tidak tetap

Sekretariat

T

b. Tugas dan Fungsi

Page 13: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

Tugas :

1) Melakukan kajian data secara rutin dengan pendekatan epidemiologi untuk menghasilkan berbagai informasi, khususnya masalah penyakit menular.

2) Melakukan fasilitasi dan konsultasi teknis kepada Tim Epidemiologi daerah, baik propinsi maupun kabupaten.

3) Melakukan monitoring dan bimbingan kepada mahasiswa FETP di lapangan bersama dengan pembimbing dari fakultas sesuai dengan jadual yang telah ditentukan dalam kurikulum.

4) Membantu Kepala Dinas Kesehatan dalam hal advokasi dengan Pemerintah Daerah setempat.

Fungsi :

1) Memberikan masukan kepada Kepala Dinas Kesehatan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan.

2) Memberikan rekomendasi kepada program untuk hal-hal yang bersifat teknis, sebagi bahan koreksi dan perbaikan segera.

c. Kedudukan / Hubungan TEK dengan Program

Oleh karena Tim Epidemiologi ini beranggotakan dari berbagai lintas program, maka diharapkan akan mempunyai kemampuan untuk melakukan analisis yang lebih komprehensif. Dengan menggunakan pendekatan epidemiologi maka dalam operasionalnya antara Tim dan unit program diharapkan dapat saling mengisi. Untuk lebih jelasnya kedudukan Tim Epidemiologi dengan program dalam operasionalnya, seperti pada bagan dibawah ini :

Bagan.2 Hubungan TEK dan Program di Lapangan

KADINKES

PENGELOLAAN PROGRAM

· Informasi Kebijakan Program

· Informasi Teknis Program

· Informasi Kajian sebelumnya

Page 14: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

· Pelaksanaan Monitoring

· Supervisi Program

· Tindakan

· Laporan Pelaksanaan Program

P1

TEK

ANALISIS

· Analisis situasi (indikator)

· Priority Setting (Masalah)

· Tujuan

· Strategi

· Rencana Kegiatan Pokok

P2

ANALISIS

· Analisis monitoring (terhadap indikator)

· Analisis masalah potensial (Dihindari, atau Ditekan)

· Alternatif koreksi segera

P3

ANALISIS

Page 15: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

Evaluasi untuk Replaning

Ket :

: Garis komando

: Garis Rekomendasi

: Garis Koordinasi

2. Proses Pelaksanaan DEST

a. Kegiatan Teknis

Secara skematis rangkaian kegiatan analisis / kajian epidemiologi dapat digambarkan sebagai berikut :

Program

Identifikasi Masalah (1)

Prioritas Masalah (2)

Page 16: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

Alternatif pemecahan masalah (3)

Rekomen-dasi

Seminar (4)

Tim Epid.

Bagan.3 Rangkaian kegiatan Analisis Epidemiologi dalam TEK

1) Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

· Mengadakan pertemuan TEK untuk menganalisa seluruh indicator kinerja masing program

· Membuat daftar indicator yang tidak tercapai atau bahkan indicator yang tidak dapat terukur dari setiap program.

2) Prioritas Masalah

Menentukan Priorias masalah dengan langkah sebagai berikut :

· Lakukan pertemuan TEK

· Menentukan prioritas masalah dengan menggunakan salah satu metoda cara penentuan prioritas masalah.

3) Alternatif Pemecahan Masalah

· Melakukan pertemuan TEK dengan melibatkan program, unit perencanaan, dan unit yang mengendalikan / menentukan pemanfaatan / pengalokasian potensi (sumber daya).

· Alternatif pemecahan masalah yang dipilih kemudian dituangkan dalam rekomendasi.

Page 17: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

4) Seminar hasil kajian

Rekomendasi yang dihasilkan selanjutkan diseminarkan dengan mengundang berbagai pihak (Lintas Sektor & Lintas Program) untuk mendapatkan masukan. Selanjutnya resum hasil seminar diserahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan dan program terkait sebagai bahan pengambilan keputusan dalam perencanaan, monitor, dan evaluasi, advokasi dengan pmerintah daerah maupun LSM, juga sebagai bahan masukan kembali bagi Tim Surveilans Epidemiologi dalam melakukan kajian epidemiologi dimasa berikutnya.

b. Kegiatan Manajerial

Seluruh kegiatan dilakukan bersama dengan program terkait (melalui pertemuan) dengan dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat.

3. Output Pelaksanaan DEST

a. Output kegiatan teknis

1) Output idenifikasi masalah adalah daftar mengenai :

- Apa masalahnya pada saat ini

- Dimana masalah tersebut terjadi

- Kapan masalah itu terjadi

- Seberapa besar masalah tersebut

- Mengapa masalah tersebut terjadi

- Indikasi audit

2) Output penyusunan prioritas masalah

- Terpilihnya masalah prioritas yang telah disepakati dengan program

3) Output pemilihan alternatif terpilih

- Terpilihnya alternatif pemecahan masalah yang layak laksana, efisien, dan mempunyai daya ungkit maksimal, untuk kemudian dituangkan dalam rekomendasi.

4) Output seminar hasil kajian

Page 18: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

- Menghasilkan rekomendasi akhir yang lebih tajam dan komprehensif sebagai masukan bagi TEK untuk melakukan kajian epidemiologi dimasa berikutnya

b. Output kegiatan manajerial

Secara garis besar isi kegiatan manajerial Tim Epidemiologi Kabupaten (TEK) mencakup :

- Menyusun agenda tahunan

- Pengelolaan pendanaan

- Menyusun rencana aksi

- Menyusun rencana monitoring dan evaluasi

4. Pelaksanaan DEST di Kabupaten Jepara

Sad Ari Kartono, dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi District Epidemiological Surveilans Team (DEST) di Kabupaten jepara”, menjelaskan tentang pelaksanaan DEST di Kabupaten jepara pasca berakhirnya proyek ICDC tahun 2004. Adapun tujuan dan fungsi operasional pelaksanaan TEK atau DEST di Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut :

· Tujuan :

Tujuan Umum : Mengembangkan konsep manajemen program PPM & PL untuk tingkat daerah.

Tujuan Khusus :

- Perencanaan Kesehatan

- Pelaksanaan program berbasis evidence based

- Manajemen yang menjamin pada intervensi yang menyeluruh mulai dari penemuan kasus sampai pada penggalangan kemitraan.

- Peningkatan manajemen pada tingkat daerah sejalan dengan desentralisasi.

· Fungsi Operasional :

Page 19: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

1) Fungsi manajemen Umum :

- Prinsip dan operasional manajemen PPM-PL terpadu berbasis wilayah

- Organisasi dan Manajemen TEK

- Organisasi dan Manajemen TEPUS

2) Fungsi informasi :

- Analisis kependudukan

- Surveilans

- Analisis risiko perilaku

- GIS (Georafic Information System)

- CTN (Computerized Telecomunication Network)

- OR (Operational Reserch)

3) Fungsi perencanaan :

- P2KT (Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan terpadu)

4) Fungsi pelaksanaan :

- Pemasaran sosial

- Pengembangan kemitraan

- Pemberdayaan keluarga

5) Fungsi audit :

- Audit kasus

- Audit Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya akan dibahas secara lebih lengkap studi kasus pelaksanaan DEST di Kabupaten Jepara ditinjau dari segi input, proses dan output.

a. Input

Keanggotaan Tim Epidemiologi Kabupaten (TEK) di Kabupaten Jepara terdiri dari dari ketua, sekretraris, dan anggota yang merupakan penanggung jawab program, lintas program, dan lintas sektor. Kabupaten Jepara juga membentuk Tim Epidemiologi Puskesmas untukmenunjang kegiatan TEK pada skala yang

Page 20: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

lebih kecil dan sederhana, yakni sebanyak 19 TEPUS dari 20 Puskesmas yang terdapat di Kabupaten Jepara.

Untuk menunjang kinerja TEK yang optimal, maka TEK Kabupaten Jepara harus ditunjang dengan sarana dan dana yang memadai, salah satunya melalui APBD.

b. Proses

1. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah adalah berdasarkan kasus yang terjadi di Kabupaten Jepara terutama meliputi 4 program, yang merupakan tindak lanjut dari program ICDC yaitu, malaria, TB, ISPA dan PD31. Dalam mengidentifikasi masalah dilakukan pendekatan melalui prosedur tetap penanganan penyakit tersebut, sarana yang tersedia dan rekomendasi yang diberikan, dengan demikian dapat dilakukan tindakan korektif.

2. Hypothesis

Hypothesis berkaitan dengan Operational Research (OR) yang akan dilaksanakan. OR pasca ICDC di Kabupaten Jepara belum pernah dilaksanakan karena OR membutuhkan dana yang cukup besar, sedangkan anggaran untuk OR belum tersedia.

3. Intervensi

Intervensi yang dilakukan oleh TEK Kabupaten Jepara berupa pemberian stimulan dalam jumlah yang relatif sedikit. Intervensi yang pernah dilakukan TEK Kabupaten Jepara adalah :

a. pemberian gizi berupa susu selama 3 bulan dan pemberian genteng kaca pada penderita TB.

b. Pemberian kawat kasa dan obat nyamuk untuk mengurangi penyebaran penyakit malaria.

c. Pemberian kompor untuk penderita ISPA

d. Pemberian susu pada penderita campak.

c. Output

Aspek hasil yang diamati adalah dari rekomendasi dan diseminasi informasi. Kedua hal tersebut berkaitan dengan organisasi manajemen dan surveilans.

Page 21: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

1. Rekomendasi

Rekomendasi dihasilkan dari Rencana Tindak Lanjut dan pertemuan 3 bulanan antara TEK dengan TEPUS. Pasca proyek ICDC di Kabupaten Jepara rekomendasi pernah dilakukan pada tahun pertama yaitu 2004, namun pada tahun 2005 rekomendasi dari TEK tidak berjalan seperti yang diharapkan.

2. Diseminasi informasi

Ada beberapa cara melakukan diseminasi informasi antara lain dengan bulletin, seminar dan sosialisasi. Diseminasi informasi yang dilakukan oleh TEK Kabupaten Jepara adalah dengan feed back laporan dan bulletin epidemiologi yang dilakukan per 3 bulan.

B. PEMBAHASAN

District Epidemiological Surveilans Team (DEST) atau disebut juga Tim Epidemiologi Kabupaten (TEK) berdasarkan pedoman pelaksanaannya, selanjutnya dapat dikategorikan sebagai sentinel provider. Karena dalam pelaksanaannya, DEST memenuhi beberapa indikator dalam input, proses dan output pada suveilans sentinel yang harus dipenuhi seperti :

Secara fungsional dengan menggunakan pendekatan epidemiologis, Tim Epidemiologi Kabupaten (TEK) membantu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara dalam pengambilan keputusan. Antara lain melalui : Identifikasi masalah, Penyediaan informasi, Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan, dan Evaluasi program disamping menyediakan bahan-bahan untuk advokasi dan kemitraan. Dengan demikian Tim Epidemiologis Kabupaten (TEK) Kabupaten Jepara akan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kabupaten/ kota Jepara.

Page 22: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Untuk melanjutkan kesinambungan kegiatan ICDC di Kabupaten Jepara, pemerintah daerah telah menganggarkan melalui APBD.

Sumber data rutin pada program di Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara adalah dari Puskesmas, Rumah sakit, klinik/swasta dan secara insidentil adalah hasil survey

Ketepatan waktu pelaporan di Kabupaten jepara sebesar 36,48% dan kelengkapan data mencapai 86,44%.

Dari aspek perencanaan, kegiatan TEK Kabupaten Jepara yang telah dilakukan adalah rapat 3 (tiga) bulanan dengan TEPUS dan sosialisasi melalui buletin epidemiologi.

Rapat tahunan yang berupa evaluasi tidak terlaksana karena tidak dianggarkan.

Pasca proyek ICDC di Kabupaten Jepara rekomendasi pernah dilakukan hanya pada tahun pertama yaitu tahun 2004.

Pada tahun 2005 telah dilakukan berbagai intervensi dalam bentuk stimulan berdasarkan hasil kajian TEK terhadap penyakit TB paru, pneumonia, Malaria, dan PD3I.

B. SARAN

1. Diharapkan pada era otonomi daerah, kelanjutan program pemberantasan penyakit menular terus dapat berlangsung dan menjadi tanggung jawab dari pemerintah setempat.

2. Kesinambungan program perlu dijaga dan bahkan ditingkatkan agar hasil yang dicapai lebih optimal.

3. Untuk menanggulangi masalah pendanaan maka pemerintah Kabupaten Jepara harus proaktif menggalang dana dari pihak sponsor dan swasta.

4. Kualitas kinerja TEPUS perlu ditingkatkan lagi yakni dengan cara menambah jumlah anggota pelaksana Surveilans District Epidemiology Surveilans Team (DEST) di Kabupaten Jepara.

Page 23: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen PPM & PL Depkes RI. 2004. Panduan Sentinel Puskesmas dan Rumah sakit Surveilans Terpadu Penyakit. Jakarta

Page 24: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

Ditjen PPM & PL Depkes RI. 2005. Pertemuan Pelaksanaan Program Pembangunan dan Perencanaan Kesehatan. Jakarta

Depkes RI. 2007. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta. http://www.depkes.go.id/

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2003. Bab.III Pembangunan Kesehatan daerah. http://www.dinkesjateng.go.id/

Kartono, Sad.A. 2006. Implementasi Surveilans District Epidemiology Surveillance Team kabupaten Jepara. Field Epidemiologi Program Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Noor, Nasri Nur. 2000. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Penerbit PT. Rineka Cipta.Jakarta.

Diposkan oleh inez di 21:44 Tidak ada komentar:

Beranda

Langganan: Entri (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

▼ 2009 (1)

▼ Januari (1)

MANAJEMEN SURVAILANS DEST

Mengenai Saya

inez

Page 25: MENGHAPUS jejak tuberkulosis

Lihat profil lengkapku