Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

72
Menggali Pengetahuan untuk Berbagi SPLC, Penstabil Daya Furnace 2 Pengolahan Air Limbah Pakalangkai Jonas Kadoena, Membuka Hutan Mengendus Nickel Halo Vale INTERNAL MAGAZINE PT VALE INDONESIA Tbk OKTOBER 2013 06

Transcript of Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Page 1: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Menggali Pengetahuan

untuk BerbagiSPLC, Penstabil Daya Furnace 2

Pengolahan Air Limbah Pakalangkai

Jonas Kadoena, Membuka Hutan Mengendus Nickel

Halo Vale

INTERNAL MAGAZINEPT VALE INDONESIA TbkOKTOBER 201306

Page 2: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Pelindung/Patron: Board of Directors PT Vale Indonesia Tbk, Penasihat/Advisor: Basrie Kamba (Director of External Relations & Corporate Affairs), Penanggung jawab/Chief Editor: Teuku Mufizar Mahmud (General Manager Communications), Redaksi/Editors: Sihanto B. Bela, Rohman Hidayat Yuliawan, Nala Dipa Alamsyah, Nuki Adiati, Maman Ashari, Eko Rusdianto, Fotografer/Photographer: Doni Setiadi, Desain & Layout/Design & Layout: Sandy Pauling, Alamat Redaksi/Address: Jl. Ternate No. 44 Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Telp. 021-5249100, Ext. 5987 Fax. 021-5289587.

Redaksi Halo Vale menerima sumbangan naskah dari pembaca. Naskah ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti dan populer. Panjang naskah maksimal satu setengah halaman kuarto, spasi satu setengah. Sertakan foto atau ilustrasi baik gambar maupun grafik jika diperlukan. Saran dan naskah dikirimkan ke alamat email editor: [email protected] dan [email protected].

Readers are welcome to contribute articles for publication in Halo Vale. Articles should be written in prose that is easy to understand, with a line-space of 1.5 and a maximum length of 1.5 A4 pages. Include photos or illustrations, drawings or graphs, if necessary. Please send suggestions and articles to the editor at [email protected] and [email protected].

DARI K AMI

Pembaca yang budiman,

Tentu Anda pernah mendengar ungkapan “tuntutlah ilmu sejak dari ayunan sampai ke liang lahat”. Ya, inilah ungkapan yang mengajak manusia untuk terus belajar, apa saja yang berguna, sepanjang hayat masih di kandung badan.

Kini kita mengenal konsep pendidikan seumur hidup atau life-long education. Maknanya, bukan berarti kita harus terus sekolah sepanjang hidup kita, karena pengajaran di kelas hanya bersifat spesialistik, sementara pendidikan seumur hidup bersifat holistik.

Holistik yang dimaksud adalah mengarahkan manusia pada penyempurnaan hidup. Dengan kata lain, belajar berarti memfungsikan hidup. Orang yang tidak belajar berarti telah kehilangan hidupnya, paling tidak telah menyia-nyiakan hidupnya sebagai manusia. Alam terkembang jadi guru, kata orang Minang.

Sejumlah studi psikologi menyatakan, mereka yang terus belajar dalam hidupnya adalah tipe manusia bermental juara. Seorang pembelajar juga memiliki sikap sifat tidak mau menyerah dan kompetitif. Dia juga mampu membayangkan dengan lebih jelas sasaran yang hendak dicapai. CEO perusahaan-perusahaan besar umumnya memiliki sifat ini.

Laporan utama Halo Vale edisi kali ini mengupas soal life-long education. Disajikan dengan gaya populer sehingga mudah dicerna. Termasuk tips-tips praktis bagi Anda yang berniat belajar lagi sambil bekerja. Redaksi berharap, apa yang kami sajikan tersebut bisa memberi Anda insipirasi untuk terus belajar. “Anyone who stops learning is old, whether at twenty or eighty. Anyone who keeps learning stays young—Mereka yang berhenti belajar adalah kaum tua, baik di usia dua puluh atau delapan puluh. Mereka yang terus belajar bakal awet muda,” ujar Henry Ford, pendiri Ford Motor Company.

Seperti biasa, kami sajikan pula berbagai peristiwa di seputar perusahaan, seperti pembahasan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ke-15, sosialisasi program saving plan yang digelar PT Asuransi Jiwasraya, dan pembangunan fasilitas pengelolaan Chromium. Untuk features, kami tampilkan sosok Jonas Kadoena, anggota tim eksplorasi-geologis PT Vale, komunitas Vale Ontel Community, dan info kesehatan mengenai penyakit diabetes.

Selamat membaca.

FROM US

Dear readers,

You would have heard the saying “tuntutlah ilmu sejak dari ayunan sampai ke liang lahat” (pursuing knowledge from cradle to grave). This is a saying encouraging people to keep learning, anything useful, for as long as one is alive.

We now have the concept of lifelong education. This does not necessarily mean going to school for the rest of our lives to pursue in-class learning, which is specialized; it means learning throughout our lives, which is holistic in nature.

Holistic here implies shaping a person towards an idealistic life. In other words, learning is about giving meaning to life. A person who does not learn loses a sense of life, or at least, wastes life as a human being. Nature is teacher, as Minang people say.

Various psychological studies demonstrate that those who keep learning in life have a champion mentality. A learner is competitive, does not give up and can clearly picture the goal that is to be pursued. The CEOs of large companies usually have these characteristics.

The main report for this edition of Halo Vale discusses lifelong education, presented to you in a popular style that is easy to read. It includes practical tips for those of you thinking of going back to study while continuing to work. “Anyone who stops learning is old, whether at twenty or eighty. Anyone who keeps learning stays young,” Henry Ford, founder of Ford Motor Company, once said.

As always, we present you with various events that have taken place around the company, such as the negotiations of the 15th Collective Labor Agreement (PKB), the familiarization of PT Asuransi Jiwasraya’s savings plan program, and the construction of Chromium management facilities. Our feature pieces include articles on Jonas Kadoena, a member of PT Vale’s geological exploration team; the Vale Ontel Community; and health information on diabetes.

Enjoy.

02 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

Page 3: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Cover

Investasi non-materi yang butuh energi, komitmen, dan bujet ekstra. Inilah kisah mereka yang memutuskan bekerja sambil kuliah dan mereka yang mengembangkan diri dari hobi dan pengalaman.

A non-material investment requiring energy, commitment and extra budget: this is the story of those who have decided to work while studying and they-self develop from doing a hobby and experiencing life.

Cover Illustration:Sandy Pauling

DAFTAR ISI / TA B L E O F CO N T E N T

SURAT PEMBACA 04READERS’ LETTERS 04

LAPORAN UTAMA I COVER STORYTak Lelah Meraih Ilmu 05Relentless in the Pursuit of Education 08Menggali Pengetahuan untuk 11Berbagi Seeking Knowledge to Share 14Dukungan Perusahaan di “Kelas 17Kuliah Sorowako” Company Support for “Sorowako 18University Classes” Manusia Pembelajar Bermentalitas 19JuaraLearners with a Champion Mentality 21Kisah Para Pembelajar Meraih 23Mimpi The Story of Learners Pursuing Their 25 Dreams Dari Persiapan Mental hingga 28Finansial Preparing Mentally and Financially 30

KINERJA I PERFORMANCEMajor Shut Down Q2-2013: Cetak 32Rekor Perbaikan Furnace Major Shut Down Q2-2013: A Record in 34 Furnace Repairs SPLC, Penstabil Daya Furnace 2 36SPLC, the Power Stabilizer of Furnace 2 38

INTERAKSI I INTERACTIONPertemuan Manajemen dan 40Serikat Pekerja Management and Workers Union 42Meeting Jiwasraya Menyerahkan Polis 44Saving Plan Karyawan PT Vale

Jiwasraya Presents Savings Plan 46Policy for PT Vale Employees PKB ke-15: Gaji Karyawan Naik 48Empat Persen The 15th Collective Labor Agreement: 50Four Percent Wage Increase for Employees ATMOSFER I ATMOSPHEREPakalangkai Waste Water 52Treatment Instalasi Penjinak Chromium Hexavalent Pakalangkai Wastewater Treatment 55An Installation for Taming Chromium Hexavalent

PROFIL I PROFILEJonas Kadoena: Membuka Hutan, 58Mengendus NikelJonas Kadoena: Opening Forests, 61Sensing Nickel

KOMUNITAS I COMMUNITIESVale Ontel Community: 63Melestarikan Sejarah Sambil Mengayuh Sepeda AntikVale Ontel Community:Preserving History While Riding 65Antique Bikes

SEHAT SELAMAT I HEALTHY SAFETYDua Langkah Cegah dan 67Kendalikan Diabetes Two Steps to Prevent and Control 69Diabetes

KUIS I Quiz 71

ZOOM IN 71

03Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 4: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

SURAT PEMBACA / READERS’ LET TERS

INFORMASI WILAYAH LAIN Menurut saya, tulisan yang dimuat di Halo Vale sudah baik. Visualnya juga sudah bagus. Akan lebih bagus jika tidak hanya memuat berita-berita dari Sorowako, melainkan wilayah operasional PT Vale yang lebih luas hingga sampai ke Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Karyawan yang bekerja di Sorowako saya rasa juga perlu mendapat informasi seputar kegiatan perusahaan di wilayah lain. Bisa juga ditambahkan rubrik semacam suara manajemen, misalnya bagaimana pandangan manajemen soal project Bahodopi. Pasti Halo Vale makin informatif.

B a s o H a r i s [ O f f i c e r C o m m u n i t y R e l a t i o n s ]Terima kasih atas masukan Anda yang sangat menarik. Redaksi Halo Vale selalumenerima kiriman naskah atau informasi dari karyawan, termasuk yang ditempatkan di special project untuk menangani wilayah di luar Sorowako.

COVER MENARIK Saya paling senang melihat cover-cover Halo Vale. Bagus, colorful, santai, mudah dimengerti. Kalau Halo Vale bisa ada gambar-gambar seperti komik mungkin bagus juga. Kita jadi lebih semangat membaca kalau semakin banyak artikel hiburannya.

N a r n i [ A d m i n O f f i c e r S e c u r i t y S y s t e m & S e r v i c e s ]Konsep sampul Halo Vale memang dibuat santai, simbolik, sekaligus atraktif dan komunikatif. Terima kasih atas masukan Anda.

DISTRIBUSI TIDAK MERATADi divisi saya, Revegetasi, jarang sekali menerima Halo Vale. Mungkin karena lokasi kami jauh dari jangkauan. Saya rasa perlu dipikirkan kembali mekanisme distribusi majalah dan produk-produk lain agar semua karyawan mendapat informasi yang sama.

E r l i n H a r r y [ R e v e g e t a t i o n C o o r d i n a t o r ]Terima kasih atas informasi Anda yang sangat berguna. Kami akan berusaha memperbaiki sistem distribusi, karena memang sasaran Halo Vale adalah semua karyawan. Kami juga menerima laporan jika ada departemen/divisi yang tidak atau jarang mendapatkan Halo Vale.

MEMBUKA WAWASANSaya tertarik sekali membaca Halo Vale yang mengulas seputar fluktuasi harga nikel. Itu tema yang paling bagus menurut saya. Sebagai karyawan, saya jadi tahu banyak mengapa harga nikel bisa sangat turun. Kalau bisa, edisi-edisi mendatang juga mengulas tema-tema yang memberi pengetahuan seperti itu. H e r i H a m i d [ F i r e E m e r g e n c y S e r v i c e s ]Terima kasih atas masukan Anda yang sangat berarti bagi kami. Topik laporan utama Halo Vale memang tidak melulu sesuatu yang ”serius” seperti fluktuasi harga nikel. Terkadang, kami menyajikan laporan ringan yang memberi inspirasi bagi para karyawan, misalnya tulisan seputar hobi atau pengembangan diri. Dengan bervariasinya topik laporan utama, kami berharap pembaca tidak bosan dan semakin banyak wawasan yang didapat. Kirimkan kritik, saran, dan tanggapan Anda tentang Halo Vale ke internal.

[email protected] atau kirimkan surat ke DP 23B. Surat yang dimuat akan mendapatkan suvenir menarik. Pengirim surat pembaca yang dimuat, silahkan mengambil suvenir di External Relations Department pada hari dan jam kerja.

Send your opinion, comment and feedback about Halo Vale to [email protected] or letters to DP 23B. For each letter published will receive a souvenir. For letter senders, kindly pick up your souvenir at External Relations Department during the days and working hour.

INFORMATION FROM OTHER AREASI think the articles in Halo Vale are very good and so are the visuals. It would be even better if the news came not just from Sorowako but from PT Vale’s other areas of operations, which include Central Sulawesi and Southeast Sulawesi. Employees working in Sorowako also need information on the company’s activities in other areas. There is also room for columns expressing the views of management, such as what management thinks of the Bahodopi project. This would make Halo Vale more informative.

B a s o H a r i s [ O f f i c e r C o m m u n i t y R e l a t i o n s ]Thank you for the very interesting feedback. The editorial team at Halo Vale always accepts articles or information from employees, including those working on special projects in areas outside Sorowako.

ATTRACTIVE COVER I love looking at Halo Vale’s covers. They are nice, colorful, relaxing and easy to understand. It may be good, too, if Halo Vale had illustrations, such as comics. We would be more encouraged to read if the magazine had many entertaining articles.

N a r n i [ A d m i n O f f i c e r S e c u r i t y S y s t e m & S e r v i c e s ]Halo Vale’s covers are intentionally designed to be relaxing, symbolic and also attractive and communicative. Thank you for your feedback.

UNEVEN DISTRIBUTIONMy division, Revegetation, receives Halo Vale very seldomly; perhaps because our location is quite remote. I think it is necessary to rethink the mechanism for distributing magazines and other products to ensure all employees receive the same information.

E r l i n H a r r y [ R e v e g e t a t i o n C o o r d i n a t o r ]Thank you for your valuable information. We will try to improve the distribution system because the target of Halo Vale is all employees. We also receive reports when departments/divisions do not, or seldom, receive copies of Halo Vale.

BROADENING HORIZONSI was very keen on reading Halo Vale’s articles on fluctuating nickel prices. I think it has been the best theme so far. As an employee, it has made me understand a lot about how nickel prices can drop. If possible, please include informative articles like these in future editions.

H e r i H a m i d [ F i r e E m e r g e n c y S e r v i c e s ]Thank you for your very valuable input. It is true that the topics of Halo Vale’s main reports are not always “serious” subjects such as nickel price fluctuations; sometimes we present light hearted themes, like hobbies or self-development matters, which are nonetheless inspiring to employees. By varying the theme of our main report, we hope readers will not be bored but continue to broaden their horizon.

Halo Vale I Edis i Oktober 2013 04

Page 5: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Tak Lelah Meraih Ilmu

L APOR AN UTAMA

Investasi non-materi yang butuh energi, komitmen, dan bujet ekstra. Inilah kisah merek a yang memutusk an bekerja sambil kuliah

Setiap orang punya persepsi berbeda-beda menyangkut pendidikan. Ada yang merasa sudah cukup dengan tingkat pendidikan yang diraihnya sekarang, namun tak sedikit yang terus menggapai ilmu ke jenjang lebih tinggi. Alasannya macam-macam.

Bagi yang sudah puas, terutama mereka yang sudah bekerja, bisa saja menganggap ilmu yang telah didapat sudah cukup untuk menopang kerja yang digeluti. Bagi yang belum puas, mungkin mereka menilai bahwa ilmu terus berkembang, dan mereka harus melakukan penyegaran. Atau menganggap pendidikan lanjutan merupakan investasi untuk meningkatkan profesionalitas.

Bagaimana dengan Anda? Jika Anda tertarik untuk meneruskan kuliah, harus dipahami bahwa urusannya tidak sesederhana yang dikira. Banyak hal yang perlu dipersiapkan: dana, waktu, tenaga, dan motivasi alias faktor pendorong itu sendiri. Anda pun juga harus siap-siap untuk berkorban. Dalam bahasa filsuf humanis asal Belanda, Erasmus, karyawan yang bekerja sambil kuliah ini ibarat When I get a little money I buy books; and if any is left I buy food and clothes - Ketika saya memiliki uang sedikit, saya beli buku. Bila ada sisanya, saya membeli baju dan makanan.

Kisah Lili Nuria Lubis, Acting Senior Coordinator Environment Compliance & Reporting EHS, misalnya. Keinginannya untuk melanjutkan ke jenjang S2 awalnya ditentang orangtua. “Buat apa sekolah lagi? Kamu kan, sudah kerja?” kata Lili menirukan orangtuanya.

Namun, meski tanpa mengantongi restu orangtua, Lili tetap membulatkan tekad bergabung di Magister Manajemen Universitas Makassar (MM-Unhas) kelas Sorowako pada pertengahan 2009 silam. Meski magister manajemen enggak nyambung dengan background pendidikannya sebagai lulusan sains, Lili menyakini pendidikan merupakan investasi untuk dirinya kelak. Kelas ini sendiri merupakan inisiatif beberapa karyawan PT Vale dan bersifat mandiri, karena biaya perkuliahan ditanggung sepenuhnya oleh si peserta.

“Saya merasa ilmu manajemen dapat saya terapkan dalam membantu pekerjaan saya saat ini. Kalaupun pendidikan saya itu bisa memperbaiki karir, saya anggap bonus saja,” ujar Lili yang lulus dengan nilai terbaik ketiga di antara 32 peserta kuliah.

Lain lagi dengan Saldy Fidyawan, Acting Field Manager Mine Operation Sorowako. Motivasinya untuk kembali kuliah berasal dari sang ayah. “Beliau itu inspirasi saya untuk kuliah lagi. Kata ayah, saya cuma S1, kamu harus lebih baik sekolahnya,” ujar pria lulusan Teknik Pertambangan Universitas Trisakti, Jakarta ini mengutip pesan sang ayah.

Menurut Saldy—yang mengambil kelas yang sama dengan Lili—perkuliahan magister lebih membuka wawasan dan kemampuan analisis serta manajerial karena lebih banyak diskusi. ”Mungkin kalau saya masih junior engineer, ilmunya kurang berguna. Tapi sekarang, di mana saya harus mengurus 80 operator mining, ilmu manajemen SDM yang saya ambil membuat saya bekerja lebih terencana, mengerti teorinya, dan care dengan rekan kerja,” ujar dia.

Hal sama juga dirasakan oleh Deborah Pongtinamba, Supervisor Admin Maintenance. Dia melanjutkan pendidikan sebelumnya dari D3 Akuntansi menjadi S1 melalui program ekstensi di kampus UKI Paulus, Makassar. ”Selain meningkatkan pendidikan, motivasi kuliah lagi untuk menambah ilmu agar dapat mendukung pekerjaan saya saat ini,” ujar dia.

Tidak seperti Lili dan Saldy, Deborah mesti ke Makassar untuk melanjutkan pendidikannya. ”Ketika semester-semester awal, setiap Sabtu-Minggu saya ke Makassar untuk mengikuti kelas. Lebih sering pakai bis, tapi kalau ada ujian pakai pesawat. Capek memang, tapi saya enjoy dan semangat. Apalagi teman-teman kantor banyak yang support,” tutur dia.

Kerja sambil kuliah yang menguras energi seperti yang dirasakan

05Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 6: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

06 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

L APOR AN UTAMA

Deborah juga dialami Saldy. ”Apalagi ketika bimbingan tesis, bisa bolak-balik Sorowako-Makassar dalam waktu tak tentu. Jujur saya sempat down ketika tesis. Soalnya ngerjainnya sendiri tidak seperti penugasan kelompok seperti di awal-awal kuliah,” ujar Saldy tersenyum.

Tuntutan ProfesiChristine Ken Widati, Technical Nurse Management Advisor, punya alasan sama. Profesinya yang berhubungan dengan banyak orang dan pesatnya ilmu kesehatan, membuat wanita yang kerap disapa Suster Ken ini merasa perlu meng-upgrade dirinya. “Kuliah lagi, menurut saya, itu tuntutan profesi kami. Apalagi sekarang pasien pintar-pintar. Kalau kami (perawat) tidak lebih pintar, bisa repot,” tutur wanita yang sudah menjadi perawat RS Inco sejak 1992 ini.

Ken, yang sebelumnya berpendidikan D3 Keperawatan, meneruskan kuliah untuk meraih S1 Kesehatan Masyarakat dari Universitas Veteran (UVRI), Makassar. Lulus setahun kemudian pada 2010, Ken kembali melanjutkan kuliah S1 Keperawatan di Universitas Stella Maris, Makassar. Dua perkuliahan yang diikuti Ken tersebut berlangsung di Sorowako dan merupakan inisiatif para perawat RS Inco untuk menjalin kerja sama dengan dua kampus tersebut.

Ada pula kisah Denis Dayan Kadama, karyawan di bagian Laboratory and Sample House, Dept. Process and Technology. Saat mulai bekerja di PT Vale pada November 2000, Denis—dan kebanyakan rekan kerjanya—adalah lulusan Sekolah Menengah Analis Kimia (SMAK) Makassar. Denis yang ditinggal sang ayah berpulang sejak masih duduk di bangku SMP terpaksa tidak melanjutkan kuliah dan harus bekerja. “Tapi memang sejak dulu saya ingin kuliah. Keinginan saya untuk melanjutkan pendidikan tinggi itu besar sekali,” kata Denis.

Pada 2008, Denis pernah mengambil jurusan Kesehatan Lingkungan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Veteran RI (UVRI) Makassar. Menjalani kuliah di akhir pekan, Denis dan rekan-rekan meminjam sekretariat serikat pekerja sebagai ruang kuliah. “Tapi kuliah itu tidak saya selesaikan. Saya berhenti di semester 2 karena biayanya terlalu besar,” kata Denis. Namun semangatnya untuk menimba ilmu tidak padam.

Mendengar seorang teman berhasil menyelesaikan studi di kelas mitra UVRI pada akhir 2010 dengan biaya terjangkau, Denis tertarik. Kesibukannya di Federasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) dan sebuah partai politik membuat Denis mantap kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UVRI. “Kuliah ini sangat menunjang pengembangan potensi diri. Seusai jam kerja saya sebagai analis kimia, saya kembali ke masyarakat dan terlibat di organisasi. Menuntut ilmu sosial dan politik menjadi kebutuhan,” kata Denis.

Lili Nuria Lubis

Saldy Fidyawan

Denis Dayan Kadama

Page 7: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

L APOR AN UTAMA

Bersama sekitar 20 karyawan PT Vale dan 20 orang lain yang berlatar belakang pegawai negeri sipil, Denis mengikuti kuliah kelas mitra setiap Sabtu dan Minggu di Sorowako dengan biaya sendiri. “Tantangan paling berat adalah manajemen waktu. Saya kerja shift, sehingga ada kalanya akhir pekan masuk kerja. Saya harus bisa membagi waktu antara kerja, kuliah, dan istirahat di rumah,” kata Denis yang tinggal di Wasuponda bersama keluarga. Saat ini Denis sudah menyelesaikan KKN di Desa Tabarano dan sedang mencari bahan skripsi. Jika tidak ada aral melintang, dia akan diwisuda sebagai sarjana tahun depan.

Ada D uk a, Banyak S uk anyaMenurut career coach dari biro konsultan Experd, Yuni Lasti Faulinda, karyawan yang ingin memutuskan kerja sambil kuliah perlu persiapan ekstra. Pasalnya, kelas perkuliahan yang dilirik para pekerja tersebut biasanya berlangsung malam hari dan akhir pekan. ”Perlu dipertimbangkan apakah si karyawan masih memiliki energi. Sebab, malam kuliah, besok pagi juga perlu stamina untuk kembali bekerja,” ungkap Faulinda.

Kenyataannya, tantangan tidak sesederhana itu. Aktivitas hobi yang seharusnya dapat me-refresh karyawan ketika off duty, tak jarang tersubtitusi dengan kelas perkuliahan. ”Ngumpul sama teman-teman dan hobi bersepeda terpaksa saya korbankan,” ujar Lili. Selain itu, hal lain yang terpaksa ”dikorbankan” Lili adalah waktu untuk hobi travelling-nya. ”Bujet travelling saya jadi berkurang karena untuk bayar kuliah,” ujar Lili sambil tertawa.

Demikian pula dengan Saldy. Hobinya memotret dan berkumpul bersama komunitas foto sulit dilakukan. ”Soalnya hunting foto biasanya kan, akhir pekan. Sedangkan saya harus kuliah. Teman-teman pun pada nyariin,” ujar Saldy terkekeh.

Manajemen WaktuMelihat contoh-contoh tersebut, lalu lebih banyak enaknya atau tidak enaknya kerja sambil kuliah? Mereka sepakat lebih banyak enaknya. ”Kuliah S2 itu lebih menyenangkan dan hidup. Peserta dan pengajarnya lebih banyak diskusi dan berinteraksi,” ujar Saldy.

Hal senada juga diakui Eko Nugroho, GM of HR Development, yang merupakan salah satu peserta kelas MM Universitas Hasanuddin kelas Sorowako. ”Karena kami kerja di tempat yang sama dan saling kenal, antar-peserta kuliah itu jadi saling menyemangati dan saling membantu. Misalnya, ketika ada teman yang sedang tahap akhir, kami membantu mencarikan referensi tulisan ilmiahnya atau menghitung hasil penelitian,” ujar Eko.

Tingginya semangat belajar itu, ternyata juga menginspirasi rekan kerja dan keluarga. Hal itu seperti dialami Suster Ken. ”Meski sudah tua, ternyata semangat belajar saya ini dapat menjadi motivasi perawat-perawat untuk kuliah lagi agar kompetensi mereka lebih baik. Hal itu, saya lihat dari perawat yang sebelumnya enggan, tapi akhirnya ikut kelas. Anak bungsu saya juga melanjutkan ke S2 karena termotivasi saya,” kata Ken juga kandidat master accessor di LSP PT Vale.

Sedangkan bagi Dayan Denis Kadama, kegiatan perkuliahan menginspirasinya membentuk organisasi kepemudaan. Pendidikan, menurut Denis, adalah satu bentuk investasi. Meskipun tidak terlihat, seseorang yang punya pendidikan membuat kompetensi dirinya terukur dan menaikkan nilai tawar. “Pola pikir, etika berorganisasi, kemampuan berpikir strategis, dan kepemimpinan, saya asah melalui kuliah. Saya yakin ilmu ini dapat menunjang karir sekaligus berguna bagi kehidupan saya kelak,” kata Denis. Dia pun yakin jika pendidikan karyawan memberi pengaruh positif terhadap kinerja dan performa perusahaan.

Namun, menurut Eko, hal yang harus menjadi fokus seorang karyawan yang memutuskan kembali kuliah adalah soal manajemen waktu. ”Bagaimana pekerjaan tetap dapat di-handle dengan baik, tapi perkuliahan juga dapat berjalan mulus. Sebab, ketika kuliah, mahasiswa, khususnya S1, akan dibebani banyak penugasan, membaca literatur, penelitian, dan sebagainya,” ujar Eko. Jadi, apakah Anda berminat untuk kembali kuliah? []

07Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Christine Ken Widati

Page 8: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Relentless in the Pursuit of Education Investment requiring energy, commitment and extra budget: this is the stor y of those who have decided to work while studying.

COV E R S TO RY

Everyone has a different perception of education. Some are quite happy with the education they have achieved, but many others endeavor to go further. There are many reasons for this.

Those who are satisfied with their education, especially if they are in the workforce, may think they have learnt enough to support their job. Those who are not yet satisfied may see education as continuously developing, and feel they need to refresh their knowledge; or they consider further education as an investment for improving their professionalism.

What do you think? If you are interested in furthering your education, you must understand it is not as simple as it seems. There are many things you need to prepare: funds, time, energy and motivation, or the drive itself. You must also be prepared to make sacrifices. In the words of the Dutch humanist philosopher, Erasmus, workers who work while studying live to the following motto: “When I get a little money I buy books; and if any is left I buy food and clothes.”

Take the story of Lili Nuria Lubis, Acting Senior Coordinator Environment Compliance & Reporting EHS, for example. Lili’s intention to pursue an S2 (master’s) degree was initially opposed by her parents. “Why do you need to go back to school? You’ve already got a job, haven’t you?” they had told Lili.

In spite of their opposition, Lili was determined to enroll in the Sorowako class of Universitas Hasanuddin’s Master of Management course (MM-Unhas) in mid 2009. Although the field of study seemed somewhat unrelated to her background as a science graduate, Lili felt that investing in education would benefit her in future. The class itself was an initiative of several employees of PT Vale who independently funded their studies.

“I think I have been able to apply my management skills, which have assisted me in my current job. If the learning can improve my career then I consider it a bonus,” said Lili, who graduated third best out of her class of 32.

It’s a different story for Saldy Fidyawan, Acting Field Manager Mine Operation Sorowako. The motivation to return to university came from his father. “He was the one who inspired me. He said, ‘I only have an S1 degree; you must have better education than that’,” the mining engineering graduate from Universitas Trisakti, Jakarta said, quoting his father.

Saldy, who was Lili’s classmate, said master’s degree studies provide more insight and analytical skills as students were much more involved in discussions. “Maybe if I were a junior engineer, I would not find the knowledge very useful. But now as I supervise 80 mining operators the human resources management skills I have learnt allow me to work with better planning, better theoretical understanding, and taking greater care of work colleagues,” he said.

Deborah Pongtinamba, Supervisor Admin Maintenance, has a similar experience. She extended her accounting qualifications from a D3 diploma to an S1 degree by enrolling in an extension program held by UKI Paulus in Makassar. “Besides improving my education, the motivation to return to studies was to gain knowledge that would allow me to support my current job,” she said.

Halo Vale I Edis i Oktober 2013 08

Page 9: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

COV E R S TO RY

Unlike Lili and Saldy, Deborah must travel to Makassar for her studies. “In the first few semesters, I went to Makassar every weekend to participate in the classroom. Most of the time I took the bus, but if there were exams, I would fly. It was very tiring, but it was enjoyable and I was enthusiastic, particularly as many work colleagues supported me,” she said.

The energy draining activity of working while studying as experienced by Deborah was also felt by Saldy. “It was particularly difficult during the supervisory period of my thesis, when I had to travel irregularly between Sorowako and Makassar. I admit I felt very low during this period because I had to complete the task individually; it was not a group task such as the ones we did at the beginning of the studies,” Saldy said with a smile.

Demands of the ProfessionChristine Ken Widati, Technical Nurse Management Advisor, had similar reasons. Being in a profession that involves contact with many people and seeing the rapid progress of health sciences encouraged Suster Ken, as she is more familiarly known, to upgrade her skills. “Returning to study, I believe, is a demand of our profession, particularly as patients these days are very smart. If we (nurses) are not smarter, things could get difficult,” said the woman who has been a nurse at Inco Hospital since 1992.

Ken, who initially held a D3 diploma in nursing, decided to pursue an S1 degree in Community Health at Universitas Veteran (UVRI), Makassar. After graduating a year later, in 2010, she pursued an S1 degree in nursing at Universitas Stella Maris, Makassar. The two further studies undertaken by Ken were held in Sorowako as an initiative of the nurses at Inco Hospital in cooperation with the two universities.

Then there is the story of Denis Dayan Kadama, an employee at the Laboratory and Sample House, Process and Technology Department. When Denis started working at PT Vale in November 2000, Denis and most of his colleagues had just graduated from the School of Chemical Analysts (SMAK), Makassar. Denis, whose father had died when he was in junior highschool, could not go to university but had to work instead. “But I have always wanted to go. I had an overwhelming desire to go to university,” Denis said.

In 2008, Denis started studying at the Environmental Health Department of Universitas Veteran RI (UVRI) Makassar’s Faculty of Community Health. Studying on weekends, Denis and his friends used from the workers union secretariat’s room. “But I didn’t finish my studies; I quit in the second semester because it cost too much,” Denis said. But his enthusiasm for pursuing education was not dampened.

Upon hearing that a colleague had finished university after studying with a UVRI partner class in late 2010 at an affordable cost, Denis became interested. His activities with the Indonesian Prosperous Labor Union (SBSI) and a certain political party encouraged Denis to undertake studies at UVRI’s Faculty of Social and Political Sciences. “The studies greatly support the development of my potential. After my work as a chemical analyst, I go into the community and become involved in organizations. Studying social and political sciences becomes a necessity,” Denis said.

Along with about 20 PT Vale employees and 20 other students with a civil service background, Denis participates in partner classes every Saturday and Sunday in Sorowako using his own funds. “The greatest challenge is time management. I work shifts, so sometimes I have to work on weekends. I have to be able to divide my time between work, study and resting at home,” said Denis who lives in Wasuponda with his family. Denis completed his Community Service component at Tabarano Village and is currently gathering material for his thesis. If all goes well, he will graduate and earn his bachelor’s degree next year.

09Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Lili Nuria Lubis

Saldy Fidyawan

Page 10: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Halo Vale I Edis i Jul i 2013 10

COV E R S TO RY

There is Sorrow, and Plenty of Joy According to career coach Yuni Lasti Faulinda from Experd consultancy, employees who decide to work and study need extra preparation because they normally choose evening and weekend classes. “It needs to be considered whether the employee will still have energy, because they study at night but are still required to have good stamina for work the following morning,” said Faulinda.

In reality, the challenges are not that simple. Hobbies that would have refreshed off-duty employees are frequently replaced by classes. “Unfortunately, I must sacrifice my cycling activity and getting together with friends,” Lili said. Another thing Lili must sacrifice is her love of travel. “My travelling budget has been reduced to pay university fees,” Lili said with a laugh.

Saldy has had to do a similar thing with his hobby of photography and his fondness for meeting up with the community of photographers. “We usually pursue photo objects on weekends which is when I have to study so I am missed by my colleagues,” Saldy said with a chuckle.

Time Management From the examples above, does working while studying bring more joy or sorrow? Everyone agrees there is more joy. “Studying for an S2 degree is more enjoyable and lively. The participants and teaching staff have lots of discussions and interactions,” Saldy said.

Eko Nugroho, GM of HR Development and a participant at the Sorowako class of MM Unhas, agrees. “Because we work at the same place and we know each other, participants tend to encourage and help each other. For instance, we help colleagues who are at their final stages with finding references from scientific papers or calculate the results of their research,” said Eko.

It turns out the high motivation to study also inspires work colleagues and family members. This was experienced by Suster Ken. “Despite my old age, it turns out my passion for studying has become an inspiration for other nurses to study again and improve their competence. This is especially true of nurses who were previously reluctant to do this, but then decided to return to studies. I have also motivated my youngest child to pursue an S2 degree,” said Ken, who is also a candidate for master assessor at PT Vale’s Professional Certification Agency (LSP).

For Denis Dayan Kadama, studies have inspired him to establish youth organizations. Education, according to Denis, is a form of investment. Despite being intangible, education makes a person’s competence measureable and enables him or her to have a better bargaining position. “The mindset, organizational ethics, strategic thinking skills, and leadership are all sharpened through studying. I am sure this knowledge will support my career and benefit my life in future,” said Denis. He is also convinced that an employee’s education has a positive impact on a company’s performance.

However, Eko said, the main focus of employees who decide to return to university should be time management. “This means handling work properly while ensuring studies run smoothly. Students are required to do things like read literature and conduct research,” said Eko. So, does that make you want to go back to university? []

10 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

Denis Dayan Kadama

Christine Ken Widati

Page 11: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Tidak banyak orang mampu menggali ketertarikan dan pengalaman menjadi motivasi untuk mengejar pengetahuan. Inilah kisah para penggali pengetahuan untuk mengembangkan diri dan kemudian berbagi kepada yang lain.

I Putu Adi Artana, Senior IT Business Par tner Kekagumannya terhadap benda-benda langit sejak kecil, mendorongpria yang kerap disapa Putu Adi ini mendalami fotografi. Ketika beranjak SMU, Putu berhasil membeli kamera saku hasil mengum-pulkan uang saku. ”Waktu itu harganya Rp.99.000 dan dapat bonus dua rol film,” kenang pria kelahiran Bali, 3 Oktober 1982 ini.

Alasan Putu membeli kamera itu adalah memotret komet Hale Bopp, yang ketika itu muncul pada tahun 1997. Ternyata, memotret benda langit tak mudah dengan kamera yang dia punya. Rol demi rol film dihabiskan, tapi hasilnya hanya beruapa kertas foto yang gelap. ”Ternyata memotret benda gelap tidak semudah memotret benda di siang hari,” ujar dia.

Namun pengalaman itu tidak membuat Putu putus asa. Minatnya terhadap fotografi dan astronomi kembali dia tekuni secara otodidak ketika kamera Digital SLR mulai membanjiri pasaran tahun 2008.

Berbekal keingintahuan dan coba-coba, Putu bereksperimen dengan kameranya untuk menghasilkan beberapa teknik fotografi, di antaranya strobist, model, underwater, arsitektur, hingga humaniora. Karya-karyanya itu kemudian dia kumpulkan dalam bentuk digital di sebuah website dengan alamat www.fotosintesa.com. ”Ini salah satu aktivitas saya sejak 2009. Tapi berjalan sangat perlahan. Sebulan setidaknya satu artikel yang saya upload dan sekarang sudah ada 100 artikel,” ujar dia.

Semakin dalam Putu menekuni fotografi, semakin penasaran dia dengan fotografi. Apalagi teknik yang telah dicobanya tersebut belum mendekatkan dia dengan objek kekagumannya, yakni benda langit. Akhirnya, Putu mendalami night photography dan foto lanskap. Sejak 2012, Putu menekuni timelapse videography (teknik foto dengan menangkap satu objek dengan frekuensi berulang-ulang untuk mendapatkan satu fenomena pergerakan). ”Timelapse, menurut saya, teknik fotografi yang paling dekat dengan astronomi. Kita dapat melihat Bumi dan benda-benda langit lainnya itu berputar,” ujar Putu yang telah menghasilkan satu timelapse videography tentang Sorowako berjudul The Pearl of Treasure Island.

Dari ketertarikannya dengan teknik itu, Putu mempunyai mimpi besar untuk memproduksi timelapse videography yang menampilkan pesona Indonesia. Untuk merealisasikan hal tersebut, dia merangkul dan berbagi ilmu tersebut dengan anggota klub-klub fotografi di beberapa kota di Indonesia.

Soal timelapse ini, Putu pernah diminta untuk berbagi ilmunya dengan rekan-rekan kerjanya yang tergabung dalam Sorowako Photography Society (SPS). Saat ini dia sedang mempersiapkan satu buku bertemakan ”100 Foto Petir dari Indonesia” yang ditargetkan rilis tahun ini. Ketika ditanya seberapa banyak teknik fotografi yang ingin dikuasai, Putu hanya menjawab, ”Semua orang bisa belajar cepat fotografi. Intinya, cuma get up from your chair,” ujar dia.

Di luar itu, bagi Putu, fotografi lebih dari sekadar hobi. ”Fotografi membuat saya menghargai sesuatu. Memotret alam, misalnya, menyadarkan saya akan kebesaran Tuhan. Membuat saya lebih peka, dan fotografi itu sendiri penuh kejutan. Itu yang membuat saya selalu penasaran,” ujar pria yang mengidolakan fisikawan Inggris Issac Newton.

Menggali Pengetahuan untuk BerbagiDari hobi dan pengalaman, mereka mengembangkan diri dan berbagi.

L APOR AN UTAMA

11Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 12: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

L APOR AN UTAMA

Ini memang murni keinginan saya untuk mengembangkan diri,” kata Ari. “Yang paling penting dalam pelatihan itu adalah saya belajar keterampilan mendengarkan. Semua orang bisa memberi saran, tapi tidak semua mampu mendengar keluhan orang lain,” tambahnya.

Setelah mendapat pelatihan dan training of trainers (ToT), Ari bisa menjadi pemateri dalam kelas edukasi menyusui. Bekal pelatihan itu juga membuat Ari–bersama rekan-rekan sesama karyawan perempuan yang peduli peningkatan kualitas generasi penerus–makin mantap memperjuangkan kehadiran nursing room di PT Vale dan inisiasi menyusui diri di RS INCO. Keduanya kini sudah terwujud.

Kesibukan Ari tidak berhenti sebagai koordinator klinik dan konselor laktasi. Dia merasa masih punya potensi untuk dikembangkan. Di bidang akademik, saat ini Ari sedang mengikuti pendidikan profesi perawat sebagai program lanjutan dari Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1). Dia juga pernah mengikuti simposium kegawatdaruratan di Hospital Kuala Lumpur pada Mei lalu. Lagi-lagi atas biaya sendiri.

“Saya ini sedih kalau ada orang yang tidak percaya dengan pelayanan rumah sakit kita. Tapi hal itu sekaligus menjadi cambuk buat saya. Kalau mau meningkatkan pelayanan dan kepercayaan, ya kita harus aktualisasikan diri, harus kembangkan diri,” kata Ari yang bergabung di PT Vale sejak Maret 2005.

“Dalam hidup, saya punya tiga keinginan: Saya ingin menjadi ibu dan istri yang baik, ingin terus memperjuangkan pemberian ASI, dan memberikan pelayanan medis terbaik,” kata Ari lagi. Demi cita-cita mulianya itu, dia siap terus belajar.

Ni Ketut Ari Rustadewi, Wawondula Clinic Coordinator Konsoler LaktasiSebagai perawat, suster Ari sehari-hari bergulat dengan dunia kesehatan. Dia terbiasa menangani pasien dengan berbagai keluhan dan memberikan tindakan medis. Namun siapa sangka, saat melahirkan anak pertama tujuh tahun lalu, Ari bahkan kesulitan menggendong bayinya. Wawasan tentang pemberian ASI begitu minim, dan lingkungan sekitar tidak terlalu mendukung. Ari mengalami sendiri tantangan menyusui, sehingga dia harus berhenti memberi ASI selama beberapa saat.

Mulailah dia menggali informasi seputar ASI. Awalnya dengan mengikuti sebuah mailing list yang beranggotakan para orangtua, praktisi medis, dan pemerhati kesehatan. Kemudian Ari tergerak untuk membantu ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan agar sukses memberikan ASI kepada bayi mereka. “Dengan pengetahuan yang saya punya, saya memberi saran kepada ibu-ibu atau calon ibu. Saya gerilya saja. Misalnya, ketemu ibu hamil di pasar, saya rangkul dia, saya ajak bicara,” kata Ari. Namun lambat-laun Ari menyadari bahwa dia cenderung memberi nasihat dari sudut pandang pribadi, kurang mendengarkan dan memahami kondisi lawan bicaranya.

Dengan keinginan kuat membantu sesama ibu dan memperdalam wawasan seputar ASI, Ari memutuskan menjadi seorang konselor laktasi. Dia mengikuti Pelatihan Konseling Menyusui Modul 40 Jam dengan standar WHO-UNICEF sebagai syarat menjadi konselor. Dia terbang ke Jakarta dan mengikuti pelatihan selama 5 hari di sebuah rumah sakit swasta. Semua atas biaya sendiri. Bahkan Ari rela jatah cuti tahunannya dipotong. “Meskipun saya perawat, menjadi konselor laktasi tidak ada korelasi langsung dengan pekerjaan saya.

12 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

Ni Ketut Ari Rustadewi sedang memberikan konsultasi laktasi kepada ibu-ibu hamil di Klinik Wawondula.

Page 13: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

L APOR AN UTAMA

Yuni Fitriyani Natsir, designer untuk projec t WCIP, PT Maju JayaKecintaan dan kenangan indah masa kecil terbawa hingga dewasa. Itulah yang dialami Yuni. Setiap kali sang ayah bepergian ke luar kota, Yuni selalu mendapat oleh-oleh berupa krayon dan pensil warna. Ayah yang terampil membuat aneka perkakas, seperti lemari, rak buku, dan rak sepatu, memberi arti penting bagi diri Yuni. Sementara sang bunda, senantiasa membuatkan baju bagi Yuni kecil. Semua itu membentuk minatnya hingga dewasa.

Seni lukis dan kerajinan tangan menjadi hobi yang ditekuni Yuni hingga kini. Hobi itu telah membawanya bertemu banyak kalangan, mengikuti berbagai pelatihan untuk mempertajam kemampuan, serta berbagi kecintaan bersama orang-orang di sekitarnya.

Yuni pernah belajar melukis di MakassART Gallery bersama Mike Turusy dan pelukis tanah liat Zaenal Beta. Dia pun aktif di komunitas Indonesia’s Sketcher dan menjadi koordinator untuk wilayah Makassar dan sekitarnya. “Saya juga pernah ikut workshop yang diadakan Galeri Nasional Indonesia pada tahun 2011. Kalau sedang cuti, saya sempatkan mendatangi pameran,” kata Yuni yang pernah menghadiri pameran karya seniman kontemporer Eko Nugroho di Jogjakarta.

Yuni sendiri punya pengalaman memamerkan karya lukis dan sketsanya. Dia mengikuti pameran lukisan “Sorowako in Pictures 2” pada 2009, pameran “Pelukis Perempuan” dan “5 Perempuan Pelukis” di Makassar pada 2010. Di tahun yang sama, ibu satu anak itu mengikuti pameran sketsa di “MakassART Moment” dan “Pameran Perupa Makassar”.

Minat dan keterampilan besar yang dia miliki memang sayang jika tidak dibagi. Saat bergabung di Sorowako Painting Club pada 2009, Yuni terpikir untuk berbagi keahlian. “Ketika itu saya masih bekerja di project pembangunan PLTA Karebbe, sehingga jarang hadir di kelas lukis yang diadakan di Sorowako. Lalu saya bikin sanggar sendiri di Malili dan teman-teman satu mes rutin melukis bersama.”

Bermula dari keasyikan melukis bersama itulah Yuni membuka sanggar lukis khusus anak yang dia gelar setiap dua pekan di teras rumahnya. “Berkarya bersama-sama bisa memacu semangat, dan memang perlu wadah atau komunitas untuk menjaga semangat berkarya,” ujar wanita lulusan Teknik Arsitektur UNHAS itu. Kebanggaan Yuni memuncak saat dua anak didik sanggar lukisnya lolos seleksi pameran di Jakarta yang diadakan Galeri Nasional pada Juni 2013.

Selain melukis, hobi prakarya juga tidak lepas dari diri Yuni. “Kalau lagi butuh tempat pensil, saya lebih memilih menjahit sendiri menggunakan bahan sisa jahitan Ibu. Ada kepuasan besar jika bisa menggunakan hasil karya sendiri.” Dengan banyaknya tutorial prakarya di buku dan internet, Yuni semakin mudah mengasah kemampuan membuat kerajinan tangan.

Sebulan sekali, dia membuka kelas prakarya yang diikuti anak-anak hingga orang dewasa yang punya ketertarikan serupa. “Di Sorowako, banyak teman pendatang yang sering bingung mau mengisi akhir pekan. Mereka sudah bosan jalan-jalan. Lalu beberapa orang yang hobi prakarya seperti saya mengajak bikin kelas prakarya,” kata Yuni yang membentuk komunitas Sorowako Akhir Pekan (SoAP). Bersama-sama, mereka membuka aneka kelas, seperti kelas merajut, merenda, dan daur ulang kertas. Di tiap kesempatan, Yuni mengundang seorang pengajar yang berpengalaman. “Intinya belajar tanpa henti.” []

13Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Yuni Fitriyani Natsir bersama anak-anak yang mengikuti Sanggar Lukis akhir pekan di rumahnya.

Page 14: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

COV E R S TO RY

Not many people can turn their interests and experiences into motivation for pursuing knowledge. These are the stories of knowledge seekers in pursuit of self-development and the desire to share with others.

I Putu Adi Artana, Senior IT Business PartnerHis admiration for celestial bodies from a young age encouraged Putu Adi, as he is familiarly called, to study photography. In senior high school (SMU), Putu managed to buy a pocket camera with his pocket money. “At the time it cost IDR99,000 and I got two rolls of film as a bonus,” reminisced Putu, who was born in Bali on 3 October 1982.

Putu bought the camera because he wanted to photograph the Hale-Bopp comet that appeared in 1997. He discovered it was not easy to photograph celestial bodies with his camera. He used roll after roll of film, but the result was always a dark sheet of photo paper. “It turns out that photographing dark objects is not as easy as shooting objects in daylight,” he said.

But that experience did not discourage Putu. His interest in photography and astronomy was reignited when he taught himself to use Digital SLR cameras that started entering the market in 2008. Equipped with curiosity and trial and error, Putu experimented with his camera and used photography techniques such as by using the strobist method, models, underwater and architectural photography and humanist objects. His works have been collected in digital format and displayed on the website www.fotosintesa.com. “This has been one of my activities since 2009, but it is moving very slowly. I upload at least one article a month, and now have 100 articles,” he said.

The more Putu studied photography, the more curious he became, particularly when the techniques with which he experimented had not yet brought him closer to the objects of his admiration: celestial bodies. Finally Putu studied night and landscape photography. Since 2012, Putu has learnt about timelapse videography (taking a photo by capturing an object multiple times to create a sense of movement). “Timelapse, I think, is a photographic technique that is closest to astronomy. We can see the Earth and other celestial bodies move,” said Putu, who has created a timelapse video on Sorowako titled “The Pearl of Treasure Island”.

Seeking Knowledge to Share From doing a hobby and experiencing life, they self-develop and share.

From his interest in the technique, Putu came to have big dreams of producing a timelapse video showcasing the beauty of Indonesia. To achieve this, he is cooperating and sharing his skills and knowledge with members of photography clubs in several cities across Indonesia.

Regarding the technique, Putu has been asked to share his skills with colleagues at the Sorowako Photography Society (SPS). Presently he is preparing a book themed “100 Lightning Photos from Indonesia” which he hopes to release this year. Asked how many photography techniques he wanted to master, Putu simply replied: “Everyone can learn photography quickly. The main thing is to get up from your chair.”

Besides, Putu considers photography to be more than just a hobby. “Photography makes me appreciate things. Taking pictures of nature, for example, makes me aware of God’s greatness. It makes me more sensitive, and photography itself is full of surprises. That is what always makes me curious,” said Putu, who idolizes English physicist Isaac Newton.

14 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

Page 15: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

COV E R S TO RY

15Edis i Jul i 2013 I Halo Vale

Ni Ketut Ari Rustadewi, Wawondula Clinic Coordinator, Lactation CounselorAs a nurse, dealing with health issues is part of Sister Ari’s daily work. She is accustomed to handling patients with all sorts of complaints and giving them medical care. Who would think then that Ari would have trouble holding her own baby after giving birth for the first time seven years ago? Her knowledge on lactation was minimal and her immediate environment was unsupportive. She had trouble breastfeeding and ended up stopping for a while.

That is when she decided to find information on breastfeeding: she first joined a mailing list of parents, medical practitioners and health observers. Then Ari became inspired to assist pregnant women and new mothers, to enable them to breastfeed successfully. “With the knowledge I had, I gave advice to mothers and would-be mothers. I went around quietly. For example, I might meet a pregnant woman in the market. I’d take her aside then chat with her,” Ari said. Gradually, Ari became aware that the advice she was giving came from a personal perspective; she was not listening or showing understanding of the person to whom she was talking.

Through her determination to help other mothers and learn more about breastfeeding, Ari decided to become a lactation counselor. She joined a 40-hour WHO-UNICEF standard Lactation Counseling Training module, which was a prerequisite for being a counselor. She flew herself to Jakarta and joined the 5-day training course at a private hospital. She used her own money and even sacrificed five days of annual leave for this. “Although I’m a nurse, my job has

no direct correlation with being a lactation counselor. This comes purely out of my own desire to develop myself,” Ari said. “The most important thing about the training is that I develop listening skills. Anyone can give advice, but not everyone is capable of listening to others’ complaints,” she added.

After the training and subsequent training of trainers (ToT), Ari is now able to be a presenter at breastfeeding education classes. The training has also encouraged Ari along with several female colleagues who share a concern for the quality of future generations to fight for nursing rooms at PT Vale and to conduct breastfeeding early initiations at Inco Hospital. Both have been achieved. Ari did not stop at being a clinic coordinator and lactation counselor. She felt she still had more to offer. In the field of academia, Ari is now enrolled in a professional nursing program, which is an extension of the S1-degree Nursing Science. She also attended a symposium on emergency services at Hospital Kuala Lumpur last May again, using her own funds.

“I get very sad when people don’t trust our hospitals, but it is also a source of motivation for me. If we want to improve services and the public’s trust, well, we have to do some self-actualization and develop ourselves,” said Ari, who joined PT Vale in March 2005.

“In life, there are three things I wish for: to be a good wife and mother; to continue promoting breastfeeding; and to provide the best medical care,” Ari said. To achieve these, she is prepared to keep learning.

15Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Ni Ketut Ari Rustadewi is giving lactation support to expecting women at Wawondula Clinic.

Page 16: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Yuni Fitriyani Natsir, designer for WCIP projec t, PT Maju JayaChildhood interests and fond memories carried through to adulthood: this is what Yuni has experienced. After every trip out of town, her father would bring home crayons and color pencils as a present for her. A skilled handyman building furniture like cupboards, bookshelves and shoe racks Yuni’s father was an important figure in her life. Her mother, in the meantime, was always making clothes for her. All of this shaped Yuni’s interests well into adulthood.

Painting and craft have always been Yuni’s hobbies. The hobbies have allowed her to meet many different people, attend training to upgrade her skills, and share her love with those around her.

Yuni has studied painting at MakassART Gallery with Mike Turusy and clay artist Zaenal Beta. She is also involved in the Indonesia’s Sketcher community, where she is coordinator for Makassar and surrounds. “I attended a workshop held by Galeri Nasional Indonesia in 2011 and whenever I am on leave, I take time to visit art exhibitions,” said Yuni, who went to the exhibition of contemporary artist Eko Nugroho in Yogyakarta.

Yuni has also exhibited her paintings and sketches. She joined “Sorowako in Pictures 2” painting exhibition in 2009 and “Female Painters” and “5 Female Painters” exhibitions in Makassar in 2010. In the same year, the mother of one participated in “MakassART Moment” and “Makassar Artists Show” sketch exhibitions.

Indeed it would have been a shame if her interests and skills were left unshared. When she joined the Sorowako Painting Club in 2009, Yuni thought of sharing her skills. “At the time I was still working for the Karebbe plant project so I seldom attended the painting lessons held in Sorowako. I then set up my own workshop in Malili and routinely painted with my friends who shared my living quarters.”

Experiencing the fun of painting together encouraged Yuni to open a fortnightly painting workshop for children. “Creating together is motivating; and there should be a place or a community that ensures the spirit of creativity,” said the Architectural Engineering graduate from UNHAS. Yuni was particularly proud when two of the children attending her workshop made it to an exhibition held by Galeri Nasional in Jakarta in June 2013.

Besides painting, Yuni is also interested in craft. “When I need a pencil case, I prefer to sew my own using leftover material from my mother. There is great satisfaction when I can use my own creations.” With the abundance of craft tutorials found in books and the Internet, Yuni is finding it easy to practice her crafting skills. She hosts crafting sessions once a month for children and adults who share her interest. “There are many newcomers to Sorowako who don’t know what to do on the weekends; they are already tired of traveling around. A few of them who enjoyed craft then asked me to join them to set up craft classes,” said Yuni, who founded the Sorowako Weekend (SoAP) community. Together, they host knitting, crocheting and paper recycling classes. At every opportunity, Yuni invites an experienced practitioner. “The point is to learn continuously.” []

COV E R S TO RY

Halo Vale I Edis i Oktober 2013 16

Yuni Fitriyani Natsir together with children who attend her weekend Painting Club at her house.

Page 17: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Dukungan Perusahaan di “Kelas Kuliah Sorowako”Pedoman manajemen dalam memfasilitasi adalah kebutuhan dan inisiatif k ar yawan.

L APOR AN UTAMA

Ada statement menarik Yuni Lasti Faulinda, career coach biro konsultan Experd. Dia mengatakan, perusahaan yang berpikiran maju akan selalu mendukung keputusan karyawannya untuk meneruskan sekolah ke jenjang lebih tinggi. Sebab, hal ini akan menguntungkan perusahaan. Seperti apa dukungan PT Vale terhadap karyawannya yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi?

Menurut Manager Industrial Relations PT Vale Hasan Said, perusahaan belum mengatur soal kemudahan secara individual. Namun, perusahaan dapat memberikan support bila kelas perkuliahan itu berlangsung di Sorowako. Hal itu tertuang dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ke-15 (periode 2012-2014) dengan beberapa syarat. “Inisiatif keinginan pengadaan kelas perkuliahan itu datang dari karyawan dan penyelenggaraannya di Sorowako. Hanya itu syaratnya,” ujar Hasan.

Bila syarat sudah terpenuhi, tambah Hasan, perusahaan akan memberikan support berupa akomodasi (penginapan dan makan) untuk maksimal dua dosen per pekan. Selain itu, juga pemberlakuan tarif tiket pesawat sesuai tarif karyawan. “Perusahaan juga menyediakan ruang untuk perkuliahan sepanjang di luar jam kerja. Biasanya menggunakan ruangan training di HRPD. Terakhir, kami menyediakan tenaga administrasi untuk membantu proses perkuliahan di Sorowako,” tambah Hasan.

Bagaimana dengan karyawan PT Vale di luar Sorowako? “Belum kami atur. Selama ini pedoman kami adalah kebutuhan atau insiatif karyawan. Kalaupun ada dari Jakarta, mereka lakukan hal tersebut secara individual,” tambah Hasan.

Sedangkan untuk mengusulkan kebutuhan ”Kelas Sorowako” itu, karyawan dapat menyampaikannya melalui HRPD (Human Resources & People Development). Kemudian, HRPD yang akan menjajaki beberapa kampus hingga penyelenggaraan “kelas kuliah di Sorowako” tersebut.

Dalam catatan HRPD, seperti disampaikan GM HR & People Development Eko Nugroho, perusahaan telah memfasilitasi empat kelas perkuliahan dengan peserta dari departemen dan profesi yang beragam, yakni kelas Magister Manajemen Pendidikan untuk para guru YPS tahun 2011 silam. Kegiatan ini bekerja sama dengan Universitas Negeri Makassar. ”Peserta kelas ini juga berasal dari guru-guru dari sekolah non-YPS. Kemudian ada kelas S1 Teknik Industri Universitas Hasanuddin. ”Pesertanya sekitar 20 orang, yang sebelumnya mereka lulusan ATS,” tambah Eko.

Ada pula pendidikan S1 Keperawatan atas permintaan para perawat RS Inco. Untuk program ini, mereka bekerja sama dengan kampus Stella Maris Makassar dan UKI Paulus Makassar. Terakhir, S1 Teknik bekerja sama dengan Universitas Muslim Indonesia Makassar. []

17Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 18: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

This is an interesting statement by Yuni Lasti Faulinda, a career coach at Experd consultancy. She said that a forward-looking company would always support an employee’s decision to upgrade their education because this would benefit the company. What kind of support does PT Vale give employees who want to further their education?

According to Industrial Relations Manager Hasan Said, the company does not have allowances for individuals. However, the company can lend its support if classes are held in Sorowako. This is evident in the 15th Collective Labor Agreement (for the 2012-2014 period), subject to several prerequisites. “The initiative to have university classes must come from employees and the classes must be held in Sorowako. Those are the only prerequisites,” Hasan said.

Once this requirement has been achieved, Hasan added, the company would provide support in the form of logistics (accommodation and food) for a maximum of two teaching staff per weekend; also, plane tickets are charged at employee rates. “The company also provides lecture halls, which are available outside work hours. Usually the training halls in HRPD are used. Finally, we provide administrative support to assist the study process in Sorowako,” added Hasan.

What about employees outside Sorowako? “We haven’t had to consider that. Currently we follow the needs or initiatives of employees. If there is anyone from Jakarta then that will be organized on an individual basis,” Hasan added. Proposals to hold “Sorowako Classes” can be made by employees to the company through HRPD (Human Resources & People Development). HRPD then explores campuses and the possibility of holding classes in Sorowako.

Company Support for “Sorowako University Classes”

So far, according to GM HR & People Development, Eko Nugroho, the company has facilitated four classes, with participants coming from various departments and professions. A class was set up for the Management of Education master’s degree program for YPS teachers. The activity took place in 2011 and was held in conjunction with Universitas Negeri Makassar. “Class participants also included non-YPS teachers. Then there was the S1 program for Universitas Hasanuddin’s Industrial Engineering, which had about 20 participants, all of whom were graduates of ATS,” Eko added.

There is also the S1 Nursing program requested by Inco Hospital nurses, which was set up in conjunction with Stella Maris Makassar and UKI Paulus Makassar. Finally, there is the S1 Engineering program held in conjunction with Universitas Muslim Indonesia Makassar. []

The management ’s guide to facilitation determined by employees ’ needs and initiatives.

COV E R S TO RY

18 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

Page 19: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Manusia Pembelajar Bermentalitas JuaraAspek psikologis orang- orang yang bersemangat mengejar wawasan.

L APOR AN UTAMA

Sudah capek bekerja, masih mau belajar pula. Apa yang ada di kepala orang-orang semacam itu? Telaah psikologis menemukan, mereka yang terus belajar dalam hidupnya adalah tipe manusia bermental juara.

Bagaimana penjelasannya? Dalam kehidupan nyata, sikap kompetitif merupakan faktor penting yang harus dimiliki seseorang. CEO perusahaan-perusahaan besar umumnya memiliki sifat ini. Dalam hal ini, motivasi untuk terus belajar menjadi pedorong utama. Tanpa sikap kompetitif ini, seseorang tidak akan pernah mencapai prestasi tinggi. Motivasi seseorang biasanya akan meningkat jika dia memiliki kebutuhan untuk melakukan tindakan tersebut. Misalnya, orang akan mengupayakan sebaik-baiknya agar bisa mengunjungi suatu tempat jika ia merasa butuh berada di tempat tersebut, misalkan naik haji.

Menurut GM HR & People Development Eko Nugroho, keinginan seseorang untuk melanjutkan jenjang pendidikan atau tidak, erat kaitannya dengan rencana pribadi seseorang. “Khususnya, perencanaan karir dan kompetensi. Karena hal ini bersifat sangat pribadi, tidak semua orang berpikir sama akan kebutuhan tersebut. Ada yang menganggap hal itu prioritas, ada yang menilai belum saatnya, dan sebagainya,” ujar Eko.

Padahal, tambah Eko, ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dapat membantu karyawan menyelesaikan pekerjaan lebih terkonsep, sistematis, dan detail. “Misalnya, ketika ada karyawan yang mengambil Magister Manajemen dengan spesialisasi sumber daya manusia, maka dia mengerti apa soal seleksi/rekrutmen, package competency, performance, dan sebagainya,” tambah Eko.

Dari sisi psikologis, seorang pembelajar juga memiliki sikap non-submissive atau sifat tidak mau menyerah, dan sudah menetapkan sasaran yang mengarahkan dia pada perilaku pantang menyerah. Tanpa sasaran jelas, perilaku biasanya menjadi tidak terarah.Terkait dengan hal kedua tersebut, seorang pembelajar biasanya mampu membayangkan dengan lebih jelas dan tegas sasaran yang akan dicapai. Kemampuan membayangkan sasaran ini dikenal sebagai visualization.

Mentalitas Juara...

19Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 20: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Ambil misal, seorang mahasiswa memilih bidang pendidikan sesuai minatnya tentu disertai harapan untuk berkarir di bidang tersebut. Misalnya ia memilih fakultas teknik geologi, dan ia membayangkan kelak dirinya menjadi seorang insinyur. Karena keinginannya besar untuk menjadi geologis, usaha belajarnya kian meningkat. Tetapi kalau kemudian ia membayangkan betapa sulitnya menjadi seorang geologis, terutama harus bekerja di tempat-tempat jauh dan sepi, maka motivasinya untuk menjadi seorang geolog tidak meningkat, bahkan mungkin memudar.

Roberto Assagioli, seorang psikiater Italia, menekankan pentingnya kehendak (will) untuk menuju pada diri ideal. Dia menjelaskan, seorang yang bermental juara akan mengarahkan segenap perilakunya pada diri ideal.

Diri ideal (ideal self ) adalah satu konsep psikologis dan sudah dikemukakan oleh sejumlah pakar psikologi. Carl Rogers, seorang tokoh psikologi humanistik, misalnya. Menurut dia, individu dipengaruhi diri nyata (real self ) dan diri ideal (ideal self ). Diri nyata adalah kondisi yang dimiliki individu pada saat kini, sedangkan diri ideal adalah kondisi yang ia harapkan terjadi padanya.

Diri ideal merupakan aspek penting dalam diri manusia pembelajar, yang mengarahkan dia memiliki sasaran dalam meraih prestasi. Tanpa diri ideal, seseorang cenderung kehilangan sasaran perilaku. Akibatnya, partisipasinya dalam dunia kerja atau belajar hanya akan sebatas kegiatan rutin.

Masyarakat sering menggunakan istilah “sejati” guna mengungkapkan konsep diri ideal, dan kesejatian sesungguhnya adalah bentuk orisinalitas dari dalam diri alias bersifat menetap dan internal. Karena itu, dalam program pembinaan di berbagai bidang, konsep diri ideal ini sering kali dipadankan dengan penetapan sasaran (goal setting).

Jika seorang atlet ingin merebut gelar juara, misalnya, maka sasarannya adalah memperoleh piala utama atau medali emas suatu kejuaraan tersebut. Jika seorang atlet memiliki diri ideal juara, maka perilaku dirinya sebagai juara yang lebih diutamakan, walau ia belum tentu merebut piala utama atau medali emas. []

L APOR AN UTAMA

20 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

Page 21: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

COV E R S TO RY

Learners with a Champion Mentality Exploring the psychology of keen pursuers of new horizons.

They come home tired from work but still want to study: what goes on in the head of people like that? Psychological analyses have found that people who constantly want to learn throughout their lives are people with the mentality of a champion.

What is the explanation for this? In real life, competitiveness is an important factor that one must have. The CEOs of large companies usually carry this attribute. In this case, the motivation to keep learning is their driving force. Without competitiveness, one will never be able to make a high achievement.

A person’s motivation will usually increase if he or she has the need to engage in an activity. For example, a person will try very hard to travel to a place if he or she feels the need to be in that place going on the hajj pilgrimage, for instance.

GM HR & People Development Eko Nugroho said that the desire to further one’s education is closely related to personality type. “This is particularly true in terms of career planning and competence. These are very personal things, and not everyone feels the same way about those needs. Some people consider them a priority, others feel the time is not quite right yet,” Eko said.

In fact, Eko added, the knowledge gained from studies can help employees accomplish their work in a more conceptualized, systematic and detailed manner. “For example, an employee who is enrolled in a Master of Management program specializing in human resources will understand issues surrounding recruitment processes and selection, package competency, performance, etc.,” Eko added.

In terms of psychology, learners have a non-submissive or never-give-up attitude, and set targets that require determination to be achieved. Without clear goals, a learner will have no focus a learner is usually capable of clearly and firmly imagining the goal that must be achieved. The ability to imagine this target is known as visualization.

Take for example a student whose chosen field of study matches his or her interest as well as a desire to work in that field, of course. A student may choose the faculty of geological engineering and imagine himself or herself to one day become an engineer. The great desire to become a geologist will give the student motivation to study. But if the student later imagines how difficult a geologist’s life might be working in remote, quiet places that motivation might diminish, and even disappear.

Italian psychiatrist Roberto Assagioli emphasized the importance of volition (or will) to achieve the ideal self. He explained that a person with a champion’s mentality will direct her or his actions towards the ideal self.

The ideal self is a psychological concept coined by several psychological experts. Humanist Carl Rogers, for example, says an individual is determined by the real self and the ideal self. The real self is an individual’s condition at present; the ideal self is the condition that she or he wishes to see happen.

The ideal self is an important aspect in a learner and directs the learner’s actions towards goals and how to achieve them. Without the ideal self, a person will lose his or her target behavior, limiting his or her participation in the workforce or studies as nothing more than routine activities.

Society often uses the word “true” to describe the concept of the ideal self, and that truthfulness is one’s original form from within oneself, so it is fixed and internalized. Because of this, the coaching programs of various fields often pair up the concept of the ideal self with goal setting.

If an athlete wants to be a champion, for instance, then the goal is to win the main trophy or the gold medal. If an athlete has a champion ideal self, then the athlete will prioritize actions towards being a winner, even though she or he may not end up winning the trophy or gold medal. []

21Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 22: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Kisah Para Pembelajar Meraih MimpiInspirasi dari kisah empat tokoh.

Chairul Tanjung Perjuangan seperti Chairul Tanjung “Si Anak Singkong” menjadi pengusaha sukses tidak dilalui dengan mudah. Kemiskinan yang dialami Chairul sejak masa kanak-kanak telah menjadikan dia banyak belajar dari kehidupan. Bagi orang seperti dia, buku bukan satu-satunya sumber ilmu. Pengalaman, pengamatan, koran, majalah, dan apa saja yang bisa menjadi bahan pelajaran dalam menjalani hidup dijadikan sumber pengetahuan.

Kini, di usianya yang ke 51, menurut majalah Forbes yang merilis daftar orang terkaya dunia tahun 2010, Chairul Tanjung berada di urutan ke 937 dunia dengan total kekayaan 1 miliar dolar AS. Tahun 2011, di Indonesia, Chairul Tanjung, lewat CT Corp—sebelumnya bernama Para Group—menduduki peringkat 11 orang terkaya dengan total kekayaan 2,1 miliar dolar AS.

Chairul adalah tipe manusia yang tidak kenal lelah belajar, terutama di bidang bisnis. Karakter seperti itu bisa digolongkan sebagai manusia pembelajar. Manusia pembelajar adalah orang-orang yang menjadikan kegiatan menambah pengetahuan sebagai bagian dari kebutuhan hidupnya. Maka, ketika belajar telah menjadi kebutuhan, mereka akan senantiasa haus pengetahuan.

RA K ar tiniContoh klasik manusia pembelajar di Indonesia tentu saja adalah RA Kartini. Pejuang emansipasiwanita ini adalah tipe manusia yang haus pengetahuan. Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief, yang diasuh Pieter Brooshooft. Ia juga menerima lees trommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat. Juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.

Kartini pun beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat.

Perhatiannya bukan semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20,

L APOR AN UTAMA

22 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

dok.infob

anknews.com

dok.and

iordi.b

logspot.com

Page 23: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eedenyang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek, dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.

Keinginan Kartini untuk melanjutkan studi, terutama ke Eropa, terungkap dalam surat-suratnya. Beberapa sahabat penanya mendukung dan berupaya mewujudkan keinginan Kartini tersebut. Ketika akhirnya Kartini membatalkan keinginan yang hampir terwujud tersebut, terungkap kekecewaan dari sahabat-sahabat penanya. Niat dan rencana untuk belajar ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Batavia saja, setelah ia dinasihati oleh Nyonya Abendanon, sahabatnya, bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.

Pada pertengahan tahun 1903, saat berusia sekitar 24 tahun, niat Kartini untuk melanjutkan studi menjadi guru di Batavia pun gagal. Dalam sepucuk surat kepada Nyonya Abendanon, Kartini mengungkapkan bahwa dia tidak lagi berniat melanjutkan pendidikan karena akan menikah. “...Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin...” Padahal saat itu pihak Departemen Pengajaran Belanda sudah membuka pintu kesempatan bagi Kartini dan Rukmini untuk belajar di Batavia.

Herawati Diah Perempuan ini, meski kini sudah berusia 95 tahun, masih terlihat energik. Herawati Diah, istri tokoh pers BM Diah, lahir dari pasangan Raden Latip, seorang dokter yang bekerja di Biliton Maatschappij, dan Siti Alimah.

Lepas dari Europee Lagere School (ELS) di Salemba, Jakarta, Herawati bersekolah ke Jepang di American High School di Tokyo. Setelah itu, atas dorongan ibunya, dia berangkat ke Amerika untuk belajar sosiologi di Universitas Columbia, New York.

Seperti dikutip dari kompas.com, Herawati mengatakan, “Ayah saya tidak mau menyekolahkan ke Belanda karena dianggap sebagai negeri penjajah. Saya berangkat ke Amerika sendiri, menumpang kapal laut selama 20 hari.”

Herawati akhirnya menjadi perempuan Indonesia pertama yang mendapatkan gelar dari universitas di Amerika ini. Karena tertarik dunia tulis- menulis, dia juga mengambil kuliah musim panas jurnalistik di Universitas Stanford, California.

Herawati menguasai bahasa Inggris, Belanda, dan Jepang. Dia merupakan bagian dari sejarah pers Indonesia, berada dalam satu masa dengan para tokoh jurnalistik seperti Rosihan Anwar, Mochtar Lubis, dan suaminya almarhum Burhanuddin Mohammad Diah.

Usia tak pernah menjadi penghalang untuk berkarya bagi perempuan ini. Dia ikut mendirikan Hasta Dasa Guna, organisasi yang beranggotakan sekitar 100 perempuan berusia di atas 80 tahun. Herawati juga tercatat sebagai salah satu pendiri berbagai organisasi yang ikut mengembangkan kehidupan sosial dan budaya Indonesia, seperti Komnas Perempuan dan Lingkar Budaya Indonesia. Lantaran prihatin dengan tak meratanya pendidikan, dia membuka taman kanak-kanak bagi anak miskin di bawah naungan Yayasan Bina Carita Indonesia.

L APOR AN UTAMA

23Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

dok.flikr.com

Page 24: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Untuk menjaga ketajaman pikiran, Herwati bermain bridge dua kali seminggu bersama teman-temannya di Women’s International Club. Menurut dia, bermain bridge mengajarkan seseorang untuk mengingat kartu dan langkah teman bermain. Memori terasah terus. Motto hidup Herawati: Keep Your Brain Alive.

Boenjamin SetiawanDr. Boen, demikian dia dipanggil, saat ini sudah berusia 80 tahun. Mesk demikian, ia tidak pernah berhenti belajar dan bekerja. Menurut dia, usia bukanlah penghalang untuk tetap aktif belajar. Tiap malam ia masih menyisakan waktu untuk belajar. “Begitu kita berhenti bekerja dan belajar, maka degenerasi akan semakin cepat terjadi,” katanya.

Boenjamin Setiawan adalah pendiri dari Kalbe Farma, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Tahun 2011 dia mengakuisisi Hale Internasional sebesar 10 juta dolar AS, dan menempatkan dia di peringkat ke-9 orang terkaya di Indonesia dengan harta kekayaan mencapai 2,35 miliar dolar AS atau Rp22,3 triliun pada tahun tersebut.

Boenjamin meraih gelar dokter dari Universitas Indonesia, kemudian melanjutkan studi di University of California dan berhasil meraih gelar PhD bidang farmakologi dalam usia 26 tahun. Dia juga sampat menjadi dosen selama beberapa tahun, namun akhirnya memilih terjun ke dunia bisnis farmasi. Pada tahun 1966 dia resmi mendirikan Grup Kalbe dibantu oleh lima saudaranya.

Boenjamin selalu berpesan kepada karyawannya bahwa perusahaan harus tetap tumbuh dan berinovasi agar dapat terus eksis, karena persaingan semakin ketat. Dan untuk tetap eksis, seluruh elemen perusahaan harus terus belajar. Menurut Dr Boen, belajar dan membaca mestinya diperlakukan sebagai hobi, agar saat melakukannya kita tidak terbebani. Toh kaya ilmu juga untuk diri kita sendiri.

Berikut resep dari Dr Boen agar otak kita tetap berfungsi dengan baik. “Ada 7 B yang bisa menghambat proses penuaan,” ungkap Boenjamin yang menjadi pembicara di Hari Lanjut Usia Nasional 16 Juni 2013, seperti dikutip detik.com.

B pertama, jangan bosan bekerja. Terus bekerja. Bekerja apa saja, yang penting bekerja. B kedua, belajar. Menurut Dr Boen, belajar itu penting karena otak perlu dilatih. “Kalau otak tak bekerja akan cepat mundurnya,” kata dia.

B ketiga dan keempat, berolahraga dan beristirahat. B kelima, banyak mau. “Jadi untuk terus maju harus banyak maunya,” tegasnya. B keenam dan ketujuh, bersyukur dan banyak berdoa. []

L APOR AN UTAMA

24 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

dok.forb

esindonesia.com

Page 25: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

COV E R S TO RY

The Story of Learners Pursuing Their DreamsInspiration from the stor y of four charac ters.

Chairul TanjungThe road to success for people like Chairul Tanjung, a “child of the village”, is not an easy one. The poverty he has experienced since childhood has given him many lessons in life. For people like him, books are not the only source of knowledge. Experience, observations, newspapers, magazines and anything that teaches how to live one’s life can be a source of knowledge.

Now, at the age of 51, Chairul Tanjung is ranked 937 in Forbes magazine’s 2010 list of the world’s richest people, with a total wealth of $1 billion. In 2011, Chairul Tanjung, through CT Corp (previously Para Group) ranked 11th with a total wealth of $2.1 billion.

Chairul is a type of person who never tires of learning, particularly in the field of business. This is the typical character of a learning being. Learning beings are individuals who make the pursuit of knowledge one of life’s necessities; and because learning has become a necessity, they will always be thirsty for it.

RA KartiniRA Kartini is a classic example of an Indonesian learning being. A fighter for women’s emancipation, she was the type of person with an insatiable thirst for knowledge. Kartini read the Semarang newspaper De Locomotief edited by Pieter Brooshooft and subscribed to Leestrommel magazine sets from bookshops these included some highbrow cultural and scientific publications as well as Dutch women’s magazine De Hollandsche Lelie.

Several times Kartini sent articles and had them published in De Hollandsche Lelie. Her letters demonstrated that Kartini read everything attentively while always making notes. Sometimes Kartini would mention an article while quoting sentences.

She was not only interested in the emancipation of women, but in general social issues as well. Among the books Kartini read before she was 20 were Max Havelaar and Love Letters by Multatuli, De Stille Kracht (The Hidden Force) by Louis Couperus, the works of Van Eeden, the works of Augusta de Witt, novels by feminist Goekoop de-Jong Van Beek, and the anti-war novel by Bertha Von Suttner, Die Waffen nieder! (Lay Down Your Arms!). All of them were in Dutch.

25Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

dok.b

ankmega.com

dok.en.w

ikiped

ia.org

Page 26: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Kartini’s desire to continue her studies specifically in Europe were expressed in her letters. Some of her pen-friends supported her and tried to make her dreams come true. When in the end she decided to let go of her dreams, her pen-friends were disappointed. Plans to study in the Netherlands were diverted to Batavia after Kartini took advice from her best friend, Mrs. Abendanon, who convinced her that it would have been best for Kartini and her younger sister, Rukmini.

In mid-1903, at the age of 24, Kartini’s plans of studying to become a teacher were again abandoned. In a letter to Mrs. Abendanon, Kartini said she had no intention of furthering her education because she was getting married. “…This is short and brief, that I no longer want to use that opportunity, because I am about to be married…” At the time, the Dutch ministry of education had in fact given the opportunity for Kartini and Rukmini to study in Batavia.

Herawati Diah The 95-year-old wife of the late press figure, BM Diah, is still full of energy despite her age. Herawati is the daughter of Raden Latip, a doctor who worked for Billiton Maatschappij, and wife Siti Alimah.

After graduating from the Europese Lagere School (ELS) in Salemba, Jakarta, Herawati went to Japan to study at the American High School in Tokyo. After that, persuaded by her mother, Herawati left for America to study sociology at the University of Columbia in New York.

She was quoted by kompas.com as saying, “My father never sent me to study in the Netherlands because he considered it a land of colonialists. I went to America by myself, traveling 20 days by sea.”

Herawati later became the first Indonesian woman to graduate from the American university. Her interest in writing also prompted her to undertake summer courses in journalism at Stanford University in California.

Herawati speaks English, Dutch and Japanese. Along with fellow journalists Rosihan Anwar, Mochtar Lubis, and her late husband, Burhanuddin Mohammad Diah, Herawati is an important figure in the history of the Indonesian press.

Age has never been an obstacle to her creativity. She helped to establish Hasta Dasa Guna, an organization consisting of about 100 female octogenarians. Herawati is also the founder of many organizations promoting the development of Indonesian social and cultural life, such as Komnas Perempuan (National Commission on Violence against Women) and Lingkar Budaya Indonesia (Indonesian Cultural Circle). Her great concern for the state of inequality in education prompted her to establish a preschool for impoverished children under the Yayasan Bina Carita Indonesia foundation.

To maintain sharpness of mind, Herawati plays bridge twice weekly with friends at the Women’s International Club. She said bridge required one to remember the cards and steps of one’s opponent, thus ensuring her memory stayed sharp. Herawati’s motto in life is “keep your brain alive”.

COV E R S TO RY

26 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

dok.thep

resident.com

Page 27: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Boenjamin SetiawanDr Boen, as he more familiarly known, is 80 years old. However, he has never stopped learning and working. He said that age does not prevent a person from actively learning. Each night he still sets aside time to study. “As soon as we stop working and learning, degeneration will quickly set in,” he said.

Boenjamin Setiawan is the founder of Kalbe Farma, the largest pharmaceutical company in Indonesia. In 2011 he acquired Hale International for $10 million, making him the 9th richest Indonesian, with a wealth of $2.35 billion or IDR22.3 trillion that year.

Boenjamin graduated from Universitas Indonesia’s medical school before continuing his education at the University of California, receiving a PhD in pharmacology at the age of 26 years old. He worked as a lecturer for several years before finally deciding to enter the pharmaceuticals business. In 1966 he officially founded the Kalbe Group with the help of his five siblings.

Boenjamin always tells his employees that a company must always grow and innovate so it can continue to exist in the face of ever fiercer competition. In order to exist, all elements in the company must continue learning. According to Dr Boen, learning and reading should always be considered a hobby so one does not feel they are burdensome. At the end of the day, being rich in knowledge is beneficial for us.

This is Dr Boen’s recipe to ensure the brain continues working well: “There are 7 Bs that prevent the aging process,” Boenjamin was quoted by detik.com as saying during the National Day of the Elderly on 16 June 2013.

The first B is don’t be bored. Keep working do anything, as long as it is work. The second B is to be learning. Dr Boen said learning is important to train the brain. “If the brain doesn’t work, it will quickly degenerate,” he said.

B numbers three and four are to be doing sports and to be resting. The fifth B is to be always wanting. “To keep progressing, we must always want more,” he said. The sixth B is to be grateful, and the seventh B is to be devoted to prayer. []

COV E R S TO RY

27Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

dok.forb

es.com

dok.kalb

e.co.id

Page 28: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Dari Persiapan Mental hingga Finansial

L APOR AN UTAMA

Enam hal yang perlu Anda persiapk an.

Bayangkan, Anda sudah seharian bekerja menyelesaikan segudang pekerjaan. Sekarang, ketika mesti istirahat di rumah, Anda masih bertungkus-lumus dengan buku-buku. Kantuk dan rasa malas harus dilawan. Waktu untuk keluarga pun berkurang.

Jika Anda gentar dengan pengorbanan semacam itu, lupakan niat Anda untuk kuliah lagi. Namun, jika Anda siap menerima tantangan, berikut beberapa tips yang bisa Anda perhatikan sebelum membuat keputusan. Bagaimanapun, melanjutkan kuliah ke jenjang lebih tinggi dapat menjadi investasi jangka panjang untuk karir Anda. Namun, jika Anda merasa sangat sulit membagi waktu, menjalani kuliah jarak jauh dapat menjadi pilihan. Metode distance learning sangat membantu, karena Anda dapat bekerja dengan kecepatan sendiri tanpa terikat waktu tertentu. Belajar tidak harus mengambil alih hidup Anda.

Kesiapan mental. Cobalah bertanya pada diri sendiri, apakah Anda memiliki keinginan yang kuat untuk menjawab tantangan masa depan. Jika Anda yakin, lanjutkan! Bekerja dan kuliah sama-sama menguras waktu, tenaga, dan pikiran. Apabila persiapa mental kurang, putus sekolah di tengah jalan sangat mungkin terjadi. Mulailah juga belajar untuk terbuka terhadap argumentasi orang lain, bersaing secara sehat serta berbagi, dan bekerja sama.

Cari dukungan keluarga dan lingkungan. Dukungan keluarga amat dibutuhkan. Bisa dibayangkan, jika Anda ngotot kuliah lagi sementara istri atau suami Anda tidak setuju, dapat dipastikan proses belajar Anda akan terganggu.

Dukungan lingkungan yang dimaksud adalah teman-teman dan bahkan atasan Anda. Sampaikan rencana Anda untuk kuliah lagi. Beberapa perusahaan bahkan merasa senang jika ada karyawannya hendak melanjutkan pendidikan, sebab mereka akan memiliki sumber daya manusia yang unggul. Tentunya akan ada take and give.

28 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

Page 29: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

L APOR AN UTAMA

Beberapa perusahaan malah menyuruh karyawan untuk belajar di luar negeri, seperti yang dilakukan oleh PT Pelindo II di bawah kepemimpinan Richard Joost Lino. Kesadaran Lino yang tinggi akan perlunya perusahaan punya daya kompetisi, telah mendorong dia menganggarkan biaya pendidikan sebesar 5 juta dolar AS dalam setahun bagi kelanjutan pendidikan pegawainya. Seperti pernah dinyatakannya, “Seseorang harus tetap belajar, bekerja, dan belajar.” Pada 2009-2012, Lino telah mengirim 100 pegawainya bersekolah keluar negeri untuk meraih master dalam berbagai disiplin ilmu, seperti ke Belanda, Belgia, Inggris, Swedia, dan Cina.

Dukungan Finansial. Bukan hanya biaya pendidikan, Anda juga perlu menyiapkan biaya lain jika Anda kuliah atas biaya sendiri, seperti untuk membeli buku-buku. Jangan sampai kuliah Anda putus di tengah jalan gara-gara anggaran tak mencukupi. Ukur dulu kemampuan, tapi jangan pernah merasa rugi. Yakinlah bahwa investasi Anda akan kembali.

Siap Belajar. Ketika Anda sudah memutuskan untuk kuliah kembali, persiapkan diri jauh-jauh hari untuk kembali belajar. Misalnya, bila ingin memilih bidang bisnis, tambahlah pengetahuan Anda tentang bisnis dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bisnis sedini mungkin. Jangan tunggu sampai Anda masuk kuliah.

Bijak membagi waktu. Mulailah belajar membagi waktu. Kebiasaan mencicil dan segera mengerjakan tugas amat dibutuhkan. Bayangkan jika nanti, misalnya, Anda mesti tugas ke luar kota atau mengantar anak sakit. Biasakan pula untuk berlatih membaca buku dalam perjalanan ke kantor atau mencari waktu untuk belajar. Hari-hari libur nantinya juga dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan tugas. Prinsipnya, gunakan waktu seefektif mungkin.

Refreshing. Meski hari-hari Anda dipenuhi jadwal kuliah dan aktivitas kantor, sebisa mungkin jangan abaikan waktu untuk berisitirahat. Refreshing akan mengalihkan Anda dari kejenuhan dan rutinitas, sehingga otak Anda dapat rileks sebentar. Ini amat efektif untuk merawat motivasi dan semangat Anda. []

29Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 30: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Preparing Mentally and Financially Six things you need to prepare.

Imagine that you have just spent the day completing a pile of work. Now, when you could be relaxing at home, you are instead dealing with books. You must ward off sleepiness and laziness, and have less time with your family.

If you are troubled by this image, forget any desire you may have to return to studying. But if you are prepared to take on a challenge, here are some tips that will help you decide if it is the thing for you.

Furthering your education, after all, can be a long-term investment for your career. But if you are finding it hard to divide your time, then a long-distance course may be an option. Distance learning is helpful because you can work at your own pace without being bound by specific time constraints. Learning does not need to take over your entire life.

Mental readiness. Ask yourself whether you have a strong desire to respond to future challenges. If you are sure about this, continue! Working and studying are both taxing to your time, energy and mind. If your mental preparation is inadequate, there is a good chance you will quit your studies midway. Learn to be open to other people’s arguments, engage in healthy competition, sharing and cooperating.

Seek support from your family and your environment. Having the support of family is crucial. It is easy to imagine that if you insist on studying without your wife’s or husband’s approval, there will be dire consequences for the process of your studies.

The environment from which you should seek support includes friends and even your superiors. Let them know your plans to go back to studying. Some companies are happy

COV E R S TO RY

30 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

Page 31: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

when employees wish to further their education because they will have better quality human resources. Of course there will be some take and give.

Some companies even encourage employees to study overseas, such as PT Pelindo II, under the leadership of Richard Joost Lino. Lino’s awareness of the need for companies to have a competitive edge has prompted him to allocate $5 million a year for employees’ education. As he once said, “A person must always learn, work, and learn.” Between 2009 and 2012 Lino has sent 100 of his employees to study overseas in the Netherlands, Belgium, England, Sweden and China to pursue master’s degrees in various disciplines.

Financial support. This is not limited to tuition; you must also prepare for other costs, such as book purchases, if you are to use your own funds. Avoid having to drop out due to lack of funds. Measure your affordability, but never consider it a loss. Be confident that you will have a return on your investment.

Prepare to learn. If you have decided to return to university, prepare yourself for some relearning. For example, if you chose business studies, increase your knowledge of business and other fields related to business as early as possible. Don’t wait until you have started your course.

Divide your time wisely. Start learning to divide your time. It is important that you get into the habit of accomplishing tasks in small portions at a time and tackling them as soon as possible. Imagine, for example, that you may have to travel out of town for work, or take your sick child to the hospital. Also get into the habit of reading your books on the way to work or finding a specific time for studying. Holidays can also be used to finish study tasks. The bottom line is: use your time as effectively as possible.

Refresh. Although your days are packed with study timetables and work commitments, try not to disregard time for resting. Refreshing yourself will divert your attention away from tedious, routine activities and allow your brain to relax for a while. This is a very effective way to maintain your motivation and spirit. []

COV E R S TO RY

31Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 32: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Major Shut Down Q2-2013

Cetak Rekor Perbaikan Furnace

KINER JA

Melibatk an 600 lebih kontraktor lok al dan nasional.

Proyek perawatan rutin peralatan pabrik pengolahan, atau kerap disebut “Major Shut Down”, untuk periode kuartal II-2013 telah rampung diselesaikan pada pertengahan Juli silam. Proyek berlangsung selama lebih kurang sebulan (25 Juni-15 Juli 2013), tersebar di lima sektor: Furnace 4, Kiln 5, Dryer 2, Converter 2, dan TC (Transfer Car) 5.

Menurut Project Manager Major Shut Down Q2 Andrie Kurniawan, yang patut menjadi kebanggaan dalam pelaksanaan kali ini adalah perbaikan furnace yang mencetak rekor penggarapan tercepat. ”Ditargetkan 12 hari, namun dapat selesai dalam 10,1 hari,” ujar Andrie. Padahal, tim Major Shut Down beberapa kali menghadapi tantangan. Salah satunya intensitas hujan yang cukup tinggi. ”Yang paling berarti di sektor Dryer 2, karena di sana tidak ada kanopi. Jadi, kalau hujan deras, tim terpaksa berhenti. Bahkan pernah stop selama satu shift,” tambah Shut Down Coordinator Michael Piris.

Lima sektor yang menjadi objek shut down kali ini berupa perbaikan atap di Furnace 4, perbaikan reline di Kiln 5, penggantian rail, rail base, clamp dan concrete di TC 5, penggantian bull gear dan pinion gear pada Dryer 2, dan total reline di Converter 2.

“Perbaikan atap Furnace 4 dilakukan karena atap sebelumnya sudah aus. Ketebalan atap seharusnya 9 inci, tapi setelah dipakai selama dua tahun ketebalannya tinggal 4 inci. Maka perlu diganti, karena yang aus mudah jebol dan pengaruhnya ke produksi dapat besar kelak,” ujar Andrie.

Sedangkan di Kiln dilakukan penggantian castable (batu tahan api yang berfungsi untuk proses kalsinasi. “Castable ini punya umur pakai. Jadi perlu diganti untuk menjaga kualitas calcein,” ujar Andrie.

Major Shut Down Q2 kali ini melibatkan 600 lebih pekerja yang berasal dari kontraktor nasional dan lokal. Kontraktor nasional berasal dari Thiess untuk penggarapan sektor converter dan kiln, sedangkan Truba untuk penyelesaian sektor dryer dan furnace. Sedangkan kontraktor lokal yang merupakan shut down work force berasal dua perusahaan lokal, yakni dari Karya Serindo dan Welani Jaya.

Proyek yang dimotori Maintanance Planning ini juga melibatkan Engineering, Plant Maintanance, dan PPE. Sedangkan dari sisi keselamatan kerja, koordinator proyek secara rutin memberikan briefing pada Toolbox Meeting—pertemuan pekerja sebelum ke lapangan—untuk mengingatkan pentingnya bekerja dengan aman. []

Halo Vale I Edis i Oktober 2013 32

Page 33: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

KINER JA

33Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Foto-foto: D

epartem

en Rehability &

Planin

Partial reline yang berada di area kiln.

Kegiatan perbaikan di area furnace.

Bullgear reversing dan pinion replacement di dryer.

Pemasangan scaffolding untuk atap furnace.

Penggantian total brick converter.

Page 34: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

P E R FO R M A N C E

Major Shut Down Q2-2013

A Record in Furnace RepairsInvolving more than 600 local workers and national contractors.

The project to routinely maintain equipment in the processing factory, known as “Major Shut down”, for the second quarter of 2013 was completed in mid-July. Taking about a month (25 June to 15 July 2013), the project was targeted at five sectors: Furnace 4, Kiln 5, Dryer 2, Converter 2, and TC (Transfer Car) 5.

Major Shut Down Q2 Project Manager Andrie Kurniawan said it was worth mentioning the excellent time of furnace repairs this time, which was the fastest it has been. “The target was 12 days but it was completed in 10.1 days,” said Andrie. This was in spite of several challenges faced by the Major Shut Down team; one of them being the high rainfall at the time. “This was most significantly felt in Dryer 2 sector, which had no canopy. When it rained hard, the team had to stop. In fact, the stop once lasted a whole shift,” added Shut Down Coordinator Michael Piris.

P E R FO R M A N C E

Halo Vale I Edis i Oktober 2013 34

Bullgear reversing and pinion replacement on dryer.

Photos: Dep

artemen Rehab

ility & Planing

Page 35: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Five sectors targeted for shut down this time were roof repairs at Furnace 4; reline repairs at Kiln 5; rail, rail base, clamp and concrete replacements at TC 5; bull gear and pinion gear replacements at Dryer 2; and total relining at Converter 2.

“Roof repairs at Furnace 4 were done because the previous roof was worn out. The roof should be 9 inches thick but after two years of wear, it is down to 4 inches, so it had to be replaced. If used in its worn-out state, it would break easily which may significantly affect product in future,” said Andrie.

At the Kiln, the castable used for calcination was replaced. “Castable material has a life span, so it needs to be replaced to ensure the quality of calcines,” Andrie said.

P E R FO R M A N C E

Major Shut Down Q2 involved more than 600 workers affiliated with local and national contractors. National contractors from Thiess worked on the converter and kiln, while those from Truba dealt with the dryer and furnace. Local contractors involved in the shut down came from two local companies: Karya Serindo and Welani Jaya.

The project which was driven by Maintenance Planning also involved Engineering, Plant Maintenance and PPE divisions. In terms of work safety, the project’s coordinator regularly briefed workers at Toolbox Meetings conducted prior to on-field work, reminding them about the importance of working safely. []

35Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Electrode skirt mantle modification.

Page 36: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Furnace 2, sebagai salah satu “dapur” pengolahan nikel, menjadi salah satu komponen penting dalam produksi PT Vale. Kinerjanya sangat bergantung pada pasokan energi listrik yang berasal dari PLTA Larono, Balambano, dan Karebe. Dalam hal ini, kestabilan energi untuk proses peleburan merupakan salah satu parameter kinerja tungku listrik ini.

Guna mencapai kinerja terbaik, PT Vale memasang SPLC (Smart Predictive Line Controller). Alat ini dirancang agar dapat mengatur tenaga Furnace 2 lebih stabil pada kapasitas 90 MW. Keberadaan SPLC di Furnace 2 sangat penting, karena dapat meningkatkan kelancaran proses peleburan dan mampu menawarkan pengoperasian furnace pada level megawatt lebih tinggi guna menjawab tantangan produksi di masa datang.

KINER JA

Sebelum tahun 1998 hingga kuartal pertama 2012, Furnace 2 dilengkapi dengan sistem automatisasi yang mengombinasikan mechanical control, yaitu electrode hydraulic sebagai pengontrol daya yang utama. Alhasil, daya yang disuplai ke Furnace 2 masih kurang stabil meski sudah mampu menjawab tantangan produksi pada waktu itu. Fluktuasi power yang keluar dari setpoint peleburan bisa mencapai +/- 20 MW.

Tantangan itu terjawab pada pertengahan 2012, ketika diimplementasikan SPLC di Furnace 2. Kerja alat yang dapat menggantikan fungsi mechanical based dengan electric based ini bertujuan sebagai pengontrol sekaligus penstabil pemanfaatan energi dari sumber-sumber energi pabrik pengolahan (PLTA dan Thermal) ke Furnace 2, khususnya.

SPLC, Penstabil Daya Furnace 2Implementasi SPLC agar kinerja furnace lebih baik.

36 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

Page 37: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Menurut Wahyudi, Senior Instrument Engineer sekaligus Instrument dan Control Representative, secara business process, penggunaan SPLC dapat meredam persoalan furnace selama ini, yakni kerap terjadinya fluktuasi power. “Sebelum menggunakan SPLC, power kerap swing up dan swing down. Hal ini dapat memicu terjadinya black out karena terjadi dinamika arus listrik yang besar akibat PLTA tidak mempu merespons kondisi tersebut. Bila black out terjadi, produksi sangat terganggu dan kerugiannya sangat besar,” ujar Wahyudi.

Keunggulan SPLC membuat rata-rata daya (power average) yang dikirim ke Furnace 2 lebih bagus. Sebelum menggunakan SPLC, fluktuasi daya berada di angka +/- 20 MW. “Sedangkan dengan menggunakan SPLC, fluktuasi daya bisa ditekan sampai 1-2 MW saja. Secara operasional, pengaturan bandwidth power dapat dikurangi sehingga tenaga bisa dimanfaatkan untuk furnace yang lain” tambah Wahyudi.

Selain itu, kemampuan SPLC dalam menstabilkan daya juga membuat kerja unit pembangkit listrik PLTA lebih stabil. Hal ini bisa menambah umur (life time equipment) peralatan yang berhubungan dengan pengaturan energi dan debit air PLTA. “Pasalnya, karena aktivitas unit pengontrol bukaan air untuk daya yang dibutuhkan dapat dikurangi,” ujar Wahyudi. Saat ini, baru 1 dari 4 furnace PT Vale yang menggunakan SPLC. Ide untuk menggunakan SPLC muncul pada 2006.

Proyek senilai lebih kurang 19 juta dolar AS ini sempat tertunda implementasinya karena alasan finansial perusahaan. Kemudian dilanjutkan lagi tahun 2010.

Pembangunan SPLC dimotori Departemen Engineering dan MSE pada khususnya, dan melibatkan beberapa konsultan dan kontraktor dari dalam dan luar negeri. Untuk komponen utama, disuplai dan direkayasa oleh Hatch Canada dan Siemens Germany, sementara bagian automation memadukan dua buah platform controller sekaligus, yaitu Allen Bradley Controller dan Siemen TDC (Technology Driver Controller). “Proses penggarapan sistem dipimpin projek manajer M. Rifai dengan anggota tim Rustam Saleh, Ery Purnomo Raharjo, Anton Masnur, M. Padli, dan saya sendiri. Kami banyak menghadapi tantangan, mulai dari finansial, strategy control, sosial, dan ketatnya schedule karena waktu tie-in berbarengan dengan proyek Furnace 2 Rebuild,” tambah Wahyudi. Impelementasi SPLC di Furnace 2 ini mengantarkan PT Vale sebagai perusahaan penambang sekaligus pengolahan nikel berkapasitas 90 MW terbesar di dunia yang menggunakan SPLC, setelah Gerdau 85 MW di Whitby, Ontario, Kanada. []

KINER JA

37Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 38: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

SPLC, the Power Stabilizer of Furnace 2Implementing an SPLC to improve furnace per formance.

Furnace 2, the “kitchen” for nickel processing, is an important component of PT Vale’s production. Its performance depends heavily on the electricity supplied by Larona, Balambano and Karebbe hydropower plants. In this case, the stability of the energy used for smelting is a barometer of this electric kiln’s performance.

To achieve the best possible performance, PT Vale has installed an SPLC (Smart Predictive Line Controller) designed to maintain Furnace 2’s power at a stable capacity of 90 MW. The presence of the SPLC at Furnace 2 is very important to ensure a smoother smelting process and it also allows the furnace to operate at a higher capacity level, which may prove useful for future production.

From 1998 to the first quarter of 2012, Furnace 2 was equipped with an automation system combined with mechanical control, with electro hydraulics as the main power control. As a result, the power supplied to Furnace 2 had not been very stable, although it was sufficient to meet production demand at the time. Power fluctuations of the smelting set point could reach +/- 20 MW.

This challenge was overcome in mid-2012 when the SPLC was implemented at Furnace 2. The equipment, which replaces mechanically-based functions with electricity-based functions, is aimed at controlling and stabilizing the utilization of energy from the processing factory’s energy sources (hydropower and thermal) to Furnace 2 in particular.

According to Wahyudi, who is both a Senior Instrument Engineer and Instrument and Control Representative, using an SPLC prevents frequent power fluctuations, which had been the main problem affecting the furnace. “Before using the SPLC, there were frequent up and down power swings. This often resulted in blackouts, as hydropower plants were

unable to respond to increases in electrical current activity. When a blackout occurs, production is significantly affected and the resulting losses are great,” Wahyudi said.

The SPLC allows a better power average to be sent to Furnace 2. Prior to that, fluctuations were recorded at +/- 20 MW. “By using the SPLC, power fluctuations can be reduced to just 1-2 MW. In terms of operations, power bandwidth settings can be reduced, allowing the energy to be used by other furnaces,” Wahyudi added.

The ability of the SPLC to stabilize power means hydropower plants can operate more consistently. This increases the life time of plants’ energy- and water discharge-controlling equipment. “Because of the control unit, the amount of water discharged for the required level of power can be reduced,” Wahyudi said.

Currently only 1 of 4 furnaces at PT Vale uses an SPLC. The idea to use SPLCs first emerged in 2006. Implementation of the $19 million project was delayed due to financial reasons. The project then picked up again in 2010.

38 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

P E R FO R M A N C E

Page 39: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

The development of the SPLC was driven by the Engineering and MSE Department, and involved several consultants as well as local and overseas contractors. The main component was supplied and engineered by Hatch Canada and Siemens Germany, while the automation involved simultaneously combining two controller platforms: Allen Bradley Controller and Siemens TDC (Technology Driver Controller).

“The process of managing the system was led by project manager M. Rifai, along with team members Rustam Saleh, Ery Purnomo Raharjo, Anton Masnur, M. Padli, and myself. We faced many challenges in terms of finances, control strategies, social issues and a tight schedule caused by the tie-in with the Furnace 2 Rebuild project,” Wahyudi added.

The implementation of SPLC at Furnace 2 makes PT Vale the world’s largest mining and 90 MW-capacity nickel processing company using SPLC, ahead of Gerdau 85 MW in Whitby, Ontario, Canada. []

P E R FO R M A N C E

39Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 40: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Pertemuan Manajemen dan Serikat Pekerja

INTER AKSI

Menjaring solusi di tengah pasar yang masih Lesu. Biaya produksi naik 23 persen dalam dua tahun terakhir.

Halo Vale I Edis i Oktober 2013 40

Page 41: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Pada akhir Mei silam, fastmarkets.com, situs ekonomi yang menjadi salah satu referensi bisnis dunia, merilis analisis pasar nikel 2013 yang cukup mengejutkan. Ada tiga hal yang disebutkan. Pertama, stok nikel dunia dipastikan mengalami oversupply sebesar 93.800 ton. Angka ini lebih gemuk dibanding tahun 2012, yang berada di angka 87.200 ton. Kedua, pasar mengalami kekecewaan karena Cina, yang selama ini menjadi penyerap terbesar nikel, juga mengalami kelesuan ekonomi. Kedua kondisi tersebut menggiring pada prediksi harga nikel rata-rata tahun 2013 di angka 15.250 dolar AS per ton.

Tampaknya prediksi harga tersebut tidak meleset jauh. Dalam catatan infomine.com, harga nikel dunia dalam tiga bulan terakhir (Juni-Agustus) berfluktuasi di harga 13.550-14.300 dolar AS. Angka terbaik pernah terjadi pada 22 Agustus, ketika menyentuh angka 14.435 dolar AS. Menyikapi imbas situasi pasar tersebut, manajemen PT Vale menggelar pertemuan dengan serikat pekerja PT Vale (FSP-KEP/Federasi Serikat Pekerja Kimia, Energi dan Pertambangan, FSPBI/Federasi Serikat Perjuangan Buruh Indonesia, dan SBSI/Serikat Buruh Sejahtera Indonesia)guna membahas kondisi dan kinerja kinerja perusahaan terkini (22/8). Bertindak sebagai narasumber, Wakil Presiden Direktur Bernardus Irmanto dan Head of HR Process & Industrial Relations Management, Respati Bayu Aji.

Di awal presentasinya, Bernardus Irmanto memaparkan kondisi pasar nikel yang masih belum menggembirakan karena tingginya stok dunia dan lesunya permintaan pasar. Situasi tersebut berimbas pada melorotnya kinerja finansial perusahaan. “Dalam catatan manajemen, pada Juli 2013 perusahaan mengalami kerugian sekitar 5 juta dolar AS,” ujar Bernardus Irmanto.

Hal itu terjadi karena tren komponen biaya produksi seperti employee cost, services, dan contract naik sebesar 23 persen dalam dua tahun terakhir. “Hal ini perlu kita reduksi dan dicari solusinya bersama-sama,” tambah Bernardus Irmanto.

Usulan PesertaMenanggapi hal tersebut, secara bergantian, anggota SP-KEP antusias memberikan berbagai masukan. Beberapa di antaranya, misalnya, perlu komunikasi yang baik antara

engineer dan user untuk membeli barang produksi yang dibutuhkan, perlunya menilai ulang kebutuhan untuk memekarkan posisi staf, memilah proyek pembangunan di areal tambang yang menjadi prioritas, dan pertemuan untuk memaparkan kondisi perusahaan terkini.

Menurut Anton Said, Wakil ketua FSP-KEP, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan entitas perusahaan seiring penerapan kebijakan penghematan biaya tersebut. “Misalnya mengurangi project-project kapital yang tidak berdampak pada produksi, mengontrol pembelian material dan mengorder sesuai kebutuhan,” ujar Anton.

Pada sesi penutupan, Respati Bayu Aji membuka sharing soal overtime karyawan. Soal overtime ini menjadi topik yang ramai dibahas sebelummya. Pada sesi tersebut, muncul usulan untuk mempertimbangkan overtime tidak perlu dilakukan di departemen yang bersifat support. []

INTER AKSI

41Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 42: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

I N T E R AC T I O N S

Management and Workers Union MeetingSeeking solutions in the midst of a sluggish market as produc tion costs rise 23 percent in the last two years.

At the end of May, fastmarkets.com, an economic website and source of reference for businesses around the world, released a surprising analysis of the 2013 nickel market. Three points were mentioned. First, that there would be a 93,800 ton oversupply of global nickel stocks higher than the 87,200 tons in 2012. Second, that the market’s slump related to conditions in China and that the country, which had been the biggest nickel consumer, was now also going through the economic doldrums. Based on these two conditions, the average price for nickel was predicted at $15,250 per ton for 2013.

It seems the predictions are not far off the mark. According to infomine.com, world nickel prices for the last three months (June to August) fluctuated between $13,550 and $14,300. It reached a peak on 22 August at $14,435. In response to the situation, the management of PT Vale held a meeting with PT Vale’s workers unions (the Federation of Chemical, Energy and Mines Unions, or FSP-KEP; the Federation of Indonesian Labor Struggle Union, or FSPBI; and the Indonesian Prosperous Labor Union, or SBSI) to discuss the company’s most recent (22/8) condition and performance. Vice President Director Bernardus Irmanto and Head of HR Process & Industrial Relations Management, Respati Bayu Aji, were speakers at the meeting.

At the beginning of his presentation, Bernardus Irmanto explained how the nickel market was still unfavorable due to high stock levels and low market demand. As a consequence

of this, the company’s financial performance had also suffered. “Management’s records show that in July 2013, the company incurred a loss of about $5 million,” said Bernardus Irmanto.

This was caused by a 23 percent increase in production cost components such as employee costs, services and contracts, over the last two years. “Together, we need to reduce these and find a solution,” added Bernardus Irmanto.

S uggestions from Meeting Attendees In response to the situation, SP-KEP members enthusiastically took turns in providing various suggestions. Some examples include the need for good communication between engineers and users when purchasing production equipment; the need to reevaluate the expansion of staffing positions; the importance of sorting development projects at priority mining areas; and the need for a meeting to explain the company’s most recent condition.

According to FSP-KEP Deputy Chairperson Anton Said, there were several things the company could do while implementing its cost-saving policy. “For example, it could reduce capital projects which do not affect production, control the purchase of material, and order as necessary,” Anton said.

At the closing session, Respati Bayu Aji discussed employees’ overtime, which had earlier triggered a lively discussion. During the session, it was suggested that overtime was unnecessary for departments that provided support. []

Halo Vale I Edis i Oktober 2013 42

Page 43: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

I N T E R AC T I O N S

43Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 44: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Jiwasraya Menyerahkan Polis Saving Plan Karyawan PT ValeKomponen saving plan berupa asuransi dan tabungan bagi k ar yawan.

Hall Mine Harapan siang itu dipenuhi puluhan karyawan PT Vale (12/7). Mereka mengikuti sosialisasi program saving plan yang digelar PT Asuransi Jiwasraya, badan usaha milik negara yang bergerak di sektor asuransi, yang bekerja sama dengan PT Vale. Banyak pertanyaan dari karyawan seputar manfaat, ketentuan, dan kompensasi yang mereka dapatkan dari program tersebut. Secara bergantian, pihak Jiwasraya pun menjelaskan kepada audiens. Sosialisasi yang digelar selama dua hari itu, merupakan tindak lanjut dari seremoni penyerahan polis saving plan karyawan PT Vale kepada manajemen oleh Jiwasraya pada 11 Juli lalu. Penyerahan polis tersebut diberikan oleh Direktur Pemasaran PT Jiwasraya De Yong Adrian kepada Wakil Presiden Direktur PT Vale Bernardus Irmanto. Acara juga dihadiri Head of HR Process & Industrial Relations Management Respati Bayu Aji, Manager of Compensation & Benefit I Wayan Gede Dewantara, perwakilan serikat pekerja, dan jajaran manajemen Jiwasraya regional Makassar, Palopo, dan Sorowako.

Pada sambutannya, Wakil Presiden Direktur PT Vale Bernardus Irmanto mengatakan bahwa program saving plan merupakan upaya manajemen untuk memberikan manfaat lebih kepada karyawan ketika pensiun kelak. “Saving plan memiliki kom-ponen asuransi dan tabungan. Jadi memberikan proteksi jangka panjang. Kami berharap Jiwasraya juga dapat berkomunikasi dan mensosialisasikan program ini lebih intens sehingga dapat berjalan baik dan memberi manfaat bagi karyawan PT Vale,” ujar Bernardus Irmanto.

INTER AKSI

44 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

Page 45: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Pada kesempatan itu, Direktur Pemasaran Jiwasraya juga mengucapkan terima kasih atas jalinan kerja sama yang terjalin dengan PT Vale tersebut. ”Kami akan menjaga komitmen pelayanan, komunikasi, dan meningkatkan kerja sama,” ujar De Yong Adrian.

Sedangkan dari perwakilan serikat pekerja berharap Jiwasraya mampu sosialisasi dan komunikasi dengan wakil karyawan yang merupakan pemegang polis. ”Jadi informasinya tidak hanya antara provider dan manajemen seperti yang terjadi sebelumnya,” ujar Rajab dari Cost & Swap Accounting yang mewakili serikat pekerja.

Menurut I Wayan Gede Dewantara, pemegang polis saving plan ini seluruh pekerja PT Vale yang berstatus staf, non-staf, karyawan, dan non-karyawan dengan masing-masing persentasi bervariasi antara 2-10% dari gaji per bulan. Saving plan ini akan dicairkan ketika pekerja pensiun.

Program saving plan ditujukan bagi karyawan berstatus staf dan non-staf. Komponen program saving plan terdiri atas saving dan asuransi jiwa. Persentase asuransi jiwa bagi karyawan berusia di bawah 50 tahun sebesar 0,7% dari gaji pokok, sehingga yang masuk ke komponen saving adalah 9,3% untuk non-staf dan 5,3% untuk staf.

Namun bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun, seluruh persentase masuk ke saving, yaitu 10% dari gaji pokok untuk karyawan non-staf, sementara bagi staf 6%. Saving plan ini seluruhnya dibayar oleh perusahaan.

Keberadaan saving plan ini membuat jumlah kompensasi pensiun karyawan PT Vale menjadi empat: Program Pensiun (DPLK), saving plan, Jaminan Hari Tua Jamsostek, dan Penghargaan Masa Kerja. []

INTER AKSI

45Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 46: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Jiwasraya Presents Savings Plan Policy for PT Vale EmployeesS avings plan for employees consists of insurance and savings components.

I N T E R AC T I O N S

Halo Vale I Edis i Oktober 2013 46

Page 47: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

The hall of Harapan Mine that afternoon (12/7) was filled with dozens of PT Vale employees. They were attending a program familiarizing a savings plan introduced by state-owned insurance company PT Asuransi Jiwasraya in cooperation with PT Vale. Employees had many questions about the benefits, requirements and compensations that they would receive from the program. Jiwasraya personnel took turns responding to the audience.

The two-day familiarization program follows a ceremony, held on 11 July, which saw Jiwasraya present the management of PT Vale with savings plan policies for its employees. PT Jiwasraya Marketing Director De Yong Adrian presented the policies to PT Vale Vice President Director Bernardus Irmanto. The event was also attended by Head of HR Process & Industrial Relations Management, Respati Bayu Aji; Manager of Compensation & Benefit, I Wayan Gede Dewantara; workers union representatives; and management personnel from Jiwasraya’s Makassar, Palopo and Sorowako regional offices.

In his welcome speech, PT Vale Vice President Director Bernardus Irmanto said the savings plan was part of the management’s effort to provide employees with greater benefits in their retirement. “The savings plan has an insurance and savings component. So it gives long-term protection. We hope Jiwasraya can also communicate and introduce this program more intensely so it goes well and can benefit PT Vale’s employees,” said Bernardus Irmanto.

In his response, Jiwasraya’s marketing director also expressed gratitude for the cooperation between the two companies. “We will keep our commitment to serving, communicating and improving cooperation,” said De Yong Adrian.

Attendees from the workers union hoped Jiwasraya could introduce the program and communicate it to employee representatives who were policy holders. “This way, information doesn’t just flow between the provider and the management, as has happened in the past,” said Rajab from Cost & Swap Accounting, who represented the workers union.

According to I Wayan Gede Dewantara, all workers of PT Vale with staff, non-staff, employee, and non-employee status are holders of the savings plan policy, with their percentage varying between 2% and 10% of their monthly salary. The savings plan is disbursed at retirement.

The savings plan is aimed at staff and non-staff employees and consists of a savings and a life insurance component. The percentage of life insurance for employees under 50 years old is 0.7% of base salary, so the savings component is 9.3% for non-staff and 5.3% for staff employees.

For those over the age of 50, the entire percentage goes to savings that is, 10% of base salary for non-staff and 6% for staff employees. The savings plan is fully paid for by the company.

Having this savings plan means PT Vale employees will receive four retirement compensations: the pension program (DPLK), the savings plan, Jamsostek Old Age Security, and the Tenure Award. []

I N T E R AC T I O N S

47Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 48: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

PKB ke-15

Gaji Karyawan Naik Empat PersenPada Desember 2013, beberapa poin ak an kembali dirundingk an.

Pembahasan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ke-15 antara PT Vale dan Karyawan, yang diwakili Federasi Serikat Pekerja Kimia, Energi, dan Pertambangan (FSP-KEP), berlangsung sejak Oktober hingga Desember 2012. Dimulai dari Makassar, kemudian berpindah ke Jakarta, ke Bandung, dan berakhir di Makassar.

Pemilihan tempat di luar Sorowako dimaksudkan agar tim perumus bisa fokus menentukan kebutuhan utama yang akan dimasukkan dalam PKB. Bayangkan jika negosiasi dilakukan terus menerus di Sorowako. Bila ada aksi demonstrasi, misalnya, tentu dapat memecah konsentrasi. Peserta juga bisa telat karena punya beragam keperluan di lingkungan kerja sendiri. “Kita menghindari itu. Jadi intinya adalah agar semua bisa fokus dan penuh konsentrasi sehingga negosiasi ini bisa bejalan dengan sukses,dan maksimal,” kata Anton Said, Wakil Ketua FSP-KEP. Dalam PKB dibahas beberapa poin, namun yang utama bagi karyawan menyangkut sistem pengupahan dan tunjangan-tunjangan lain. Pembahasan PKB itu dihadiri oleh 19 orang, 10 dari perusahaan dan 9 perwakilan karyawan. Salah satu perwakilan PT Vale adalah Vice President Director, Bernardus Irmanto.

Anton Said mengatakan, salah satu poin penting dalam kesepakatan adalah kenaikan upah karyawan hingga empat persen. “Terlihat kecil, namun sangat berarti, mengingat kondisi perusahaan saat ini,” ujar Anton.

Anton menambahkan, “Berkaca pada beberapa perusahaan lain, mereka telah melakukan pengurangan tenaga kerja ketika mengalami kondisi seperti ini. Artinya, kita ini sebagai karyawan diperhatikan sebagai aset yang harus terus disejahterakan,” ungkap Anton Said.

INTER AKSI

Beberapa kesepakatan antara wakil karyawan dan perusahaan berhasil dibuat (lihat tabel). PKB ke-15 berlaku untuk tahun 2012-2014. Namun, menurut Anton Said, pada Desember 2013 nanti Karyawan dan Perusahaan akan duduk bersama lagi guna membicarakan beberapa poin yang sudah disepakati untuk dinegosiasikan. ”Saya kira, pada kondisi saat ini, kita harus membuka ruang diskusi yang lebih terbuka dan transparan demi kelangsungan perusahaan dan karyawan,” ujarnya. []

48 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

Page 49: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

No Deskripsi Nilai Awal Nilai Baru Kenaikan

Kesepakatan Paket MoneterPKB PT Vale Indonesia Tbk 2012-2014

1 Upah Pokok 8% + 2% 2013: 4% 4% 2014: Kembali dirundingkan bersama Tim Perunding PKB XV pada Desember 2013

2 Living Allowance Rp 2.550.000 2013: Rp 2.850.000 per bulan. 12% 2014: Kembali dirundingkan pada Desember 2013

3 EWDC 13,75% EWDC pada shift 623 menjadi overtime. Tetap Nilai 3,1% sebagai insentif shift akan dibayarkan pada setiap bekerja shift.

4 Premi Kerja Giliran Siang: 7,5% Siang: 8 % 7% Malam: 15% Malam: 18% 20% 5 Premi Kerja Hari Minggu Rp7.500 Rp 9.000 20%

6 Tunjangan Makanan Rp 20.000 Rp30.000 50% Tambahan

7 Bantuan Pendidikan TK: Rp175.000 TK: Rp200.000 Rata-rata 11% per Tahun SD: Rp500.000 SD: Rp550.000 SMP: Rp700.000 SMP: Rp770.000 SMA: Rp1.200.000 SMA: Rp1.320.000 Perguruan Tinggi: Rp3.000.000 Perguruan Tinggi: Rp3.300.000

8 TunjanganCutiTambahan •Enamtahunpertama:Rp600.000 •Enamtahunpertama:Rp700.000 17% •Enamtahunkedua:Rp750.000 •Enamtahunkedua:Rp900.000 20% •Enamtahunketiga:Rp1.000.000 •Enamtahunketiga:Rp1.100.000 22% •Enamtahunkeempat:Rp1.000.000 •Enamtahunkeempat:Rp1.500.000 50%

9 Insentif Masa Kerja Rp1.500 Pembayaran sekaligus pada setiap DoH 33% dengan faktor insentif Rp2.000. Akan menjadi poin yang dikaji pada Desember 2013

10 Biaya Perjalanan Kedukaan Rp500.000 (2xRp250.000) Rp700.000 (2xRp350.000) 40% di Luar Wilayah Kerja bagi PoH Lokal

11 Pinjaman Perumahan Rp80.000.000 Nilai tetap. Perusahaan akan bekerjasama dengan BNI untuk penyediaan KPR dengan tingkat bunga ringan.

12 Saving Plan 10% + 2% 10% kontribusi perusahaan tetap dan 2% kontribusi karyawan dialihkan ke iuran tetap DPLK

13 DPLK-Iuran Pasti Manfaat Pasti Iuran Pasti dengan komposisi 10% kontribusi perusahaan dan 2% kontribusi karyawan

14 PRMC Non Staf Rp18.000.000, Tidak ada perubahan Tetap Staf Rp32.400.000

15 Cenderamata Pensiun Suami: 5 gram Suami: 5 gram 50% Istri: 5 gram Istri: 10 gram

16 Program Retensi Site Belum diatur 6 bulan < MK < 2 Tahun: 1 x BS. 2 tahun < MK < 5 tahun: 1,25 x BS MK . 5 tahun: 1,5 x BS

INTER AKSI

49Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 50: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Discussions on the 15th Collective Labor Agreement (PKB) held between PT Vale and employees, represented by the Federation of Chemical, Energy and Mines Unions (FSP-KEP) took place between October and December 2012. Starting in Makassar, the meetings continued in Jakarta and Bandung before ending back in Makassar.

Using venues outside of Sorowako was expected to ensure the drafting team could focus on the priorities to be included in the collective labor agreement. Imagine if the meetings were continually held in Sorowako: if a demonstration took place, for example, team members would be immediately distracted. There was also a chance they would come late to meetings because they had other duties to attend to. “We avoided all that. Essentially, it was done so we could focus, concentrate and make sure the negotiations could proceed optimally and successfully,” said FSP-KEP Deputy Chairperson Anton Said.

Many issues were discussed at the time, but the ones that most concerned employees were the systems regulating wages and other allowances. The PKB meetings were attended by 19 people: 10 from the company and 9 representing employees. One of PT Vale’s representatives was Vice President Director Bernardus Irmanto.

According to Anton Said, one of the significant points in the agreement was the four percent increase in employees’ wages. “It may seem small, but it means a lot, considering the company’s present situation and the drop in nickel prices,” he said.

He added: “It is worth reflecting that other companies reduced their workforce when they went through a similar experience. This means that as workers, we are considered assets whose wellbeing is continually attended to,” said Anton.

Employee representatives and the company struck several agreements (see table). The 15th PKB are valid for 2012-2014. However, Anton Said pointed out, employees and the company will meet again in December 2013 to discuss several points which both sides agreed would be reviewed. “I think under current conditions, we must allow for plenty of room for open and transparent discussions to sustain both the company and employees,” he said. []

The 15th Collective Labor Agreement

Four Percent Wage Increase for EmployeesIn December 2013, several points will be reviewed.

50 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

I N T E R AC T I O N S

Page 51: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

No Description Initial Value New Value Increment

Monetary Package AgreementPT Vale Indonesia Tbk Collective Labor Agreement 2012-2014

1 Base Wage 8% + 2% 2013: 4% 4% 2014: To be reviewed by the PB XV Negotiating Team in December 2013

2 Living Allowance IDR 2.550.000 2013: IDR 2,850,000 per month. 12% 2014: To be reviewed in December 2013

3 EWDC 13,75% EWDC for shift 623 becomes overtime. None The 3.1% shift incentive value

4 Rotational Work Premium Afternoons: 7,5% Afternoons:: 8 % 7% Nights: 15% Nights: 18% 20% 5 Sunday Work Premium IDR 7.500 IDR 9.000 20%

6 Additional Food Allowance IDR 20.000 IDR 30.000 50% 7 Annual Educational Preschool (TK): IDR 175.000 Preschool (TK): IDR 200.000 11% on Assistance Primary school (SD): IDR 500.000 Primary school (SD): IDR 550.000 average Junior high school (SMP): Junior high school (SMP): IDR 770.000 IDR 700.000 Senior high school (SMA): Senior high school (SMA): Rp1.320.000 Rp1.200.000 Tertiary Level: IDR 3.000.000 Tertiary Level: IDR 3.300.000

8 AdditionalLeaveAllowance •Firstsixyears:IDR600.000 •Firstsixyears:IDR700.000 17% •Secondsixyears:IDR750.000 •Secondsixyears:IDR900.000 20% •Thirdsixyears:IDR1.000.000 •Thirdsixyears:IDR1.100.000 22% •Fourthsixyears:IDR1.000.000 •Fourthsixyears:IDR1.500.000 50%

9 Incentive for Years IDR 1.500 Paid in full at every DoH with an incentive 33% of Service factor of IDR2,000. To be reviewed in December 2013 10 Travel Expenses for Funerals IDR 500.000 (2xIDR 250.000) IDR 700.000 (2xIDR 350.000) 40% Outside Operational Areas for Local PoH

11 Housing Loan IDR 80.000.000 Fixed value. The company to work with BNI to provide low-interest KPR housing loans

12 Saving Plan 10% + 2% 10% fixed company contribution and 2% employees’ contribution redirected to DPLK fixed fees

13 DPLK-Iuran Pasti Manfaat Pasti (formula-based Iuran Pasti consisting of 10% company (contribution-based pension program) contribution and 2% employee contribution pension program)

14 PRMC Non-Staf IDR 18.000.000, No change None Staf IDR 32.400.000

15 Retirement Souvenir Husband: 5 gram Husband: 5 gram 50% Wife: 5 gram Wife: 5 gram

16 Site Retention Program Not regulated 6 months < MK < 2 Years: 1 x BS. 2 months < MK < 5 Years: 1,25 x BS MK . 5 Years: 1,5 x BS

I N T E R AC T I O N S

51Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 52: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Pakalangkai Waste Water Treatment Instalasi Penjinak Chromium Hexavalent

ATMOSFER

Keunikan tanah Sorowako yang kaya nikel, ternyata membuatnya juga mengandung Chromit. Mineral ini berasal dari batuan ultramafic (ultrabasa), yakni jenis batuan beku yang mengandung silika yang tersusun dari gabungan mineral seperti olivine, pyroxene, hornblende, dan mica yang terbentuk di perut bumi. Olivine dan Pyroxene sendiri merupakan mineral yang kaya magnesium dan besi.

Karakter mineral Chromit ini bersifat berlapis-lapis dengan ketebalan antara milimeter hingga meter. Hal itu terjadi karena adanya segregasi (pengendapan di magma) dan perbedaan berat jenis mineral Chromit. Meski waktu, perubahan cuaca, dan kondisi alam membuat terjadinya laterisasi (pelapukan batuan), mineral Chromit cenderung resisten terhadap laterisasi dan tetap mengendap di tanah. Namun. di sisi lain, pelapukan batuan induk ultramafic menghasilkan endapan nikel laterit berkadar tinggi. Hal inilah yang menyebabkan tanah hasil pelapukan batuan ultramafic banyak mengandung nikel sekaligus juga Chromium.

Chromium sejatinya merupakan mineral yang alami terbentuk dan telah ada di lapisan tanah. Unsur ini juga terkandung di lapisan tanah Sorowako, di mana Chromium terkandung dalam mineral Chromit pada lapisan tanah lateritnya. Dalam aktivitas tambangnya, PT Vale tertantang untuk dapat “menjinakkan” unsur logam terlarut Chromium ini agar tidak berbahaya bagi lingkungan.

“Chromium ini tidak berwarna, tidak berbau, sehingga tidak bisa dilihat dengan mata. Satu-satunya cara mendeteksinya melalui pengujian dengan menggunakan pembacaan perubahan warna menggunakan alat Spectrofotometric (Colorimeter) dengan penambahan reagent Chroma Ver. Bila air mengandung Chromium warnanya menjadi magenta,” ujar Yohan Lawang, Mine Environment Engineer.

Lantas, apa usaha PT Vale untuk mencegah pencemaran Chromium? Caranya tak lain melalui pembangunan dan pengoperasian fasilitas pengolahan limbah cair. Kajian mengenai Chromium diawali pada tahun 2004, dengan melakukan sampling pada beberapa lokasi effluent tambang PT Vale. Pembangunan fasilitas pengelolaan Chromium pertama kali dilakukan pada area Yani Pond, yang berada di hulu Rante Pond. Fasilitas ini digunakan sebagai pilot project Lamella Gravity Settler. Project ini, bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, (BPPT) untuk menurunkan Total Suspended Solid (TSS) dan Chromium Total.

Namun seiring semakin tingginya aktivitas penambangan dan produksi PT Vale, diperlukan fasilitas baru yang berfungsi sama untuk membagi beban Rante Pond yang telah dibangun tahun 2006.

Beroperasi 24 jam penuh dan berk apasitas raksasa.

Halo Vale I Edis i Oktober 2013 52

Page 53: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

ATMOSFER

53Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Spectrofotometric (Colorimeter), alat uji untuk deteksi kandungan Chromium.

Page 54: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Instalasi baru itu diberi nama Pakalangkai Chromium Waste Water Treatment (Pakalangkai), dan beroperasi sejak 13 Februari 2013. Fasilitas yang beroperasi selama 24 jam penuh ini memiliki kapasitas pengolahan limbah Chromium sebesar 14.000 liter. Instalasi ini juga dilengkapi sistem cadangan bila sistem utamanya mengalami kegagalan operasi atau beristirahat karena kegiatan pemeliharaan alat. Pakalangkai juga merupakan 1 dari 20 lokasi tembusan limbah cair tambang yang dikelola Mining agar senantiasa memenuhi baku mutu lingkungan (BML).

Baku MutuTerkait BML, Pakalangkai mampu menurunkan Chromium hingga kurang dari 0.01 ppm. Sedangkan regulasi yang mengaturnya, yakni Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel, poin

Chromium hexavalent sebesar 0.1ppm dan Chromium total sebesar 0.5ppm. “Artinya, BML instalasi pengolahan limbah cair Chromium PT Vale ini lebih baik dari yang ditetapkan peraturan,” ujar Yohan.

Pakalangkai didesain sejak awal tahun 2008. Fasilitas ini melibatkan konsultan dari BECA (engineering) dan Les Hullet Consulting (environment) dengan total biaya sebesar 1,9 juta dolar AS.

Saat ini, dengan metode kolam pengendapan berjenjang, TSS sudah mampu diturunkan hingga memenuhi BML, namun memerlukan luasan kolam pengendapan yang lebih luas. Dengan metode lamella ini diharapkan kolam pengendapan bisa lebih kecil, namun kualitasnya lebih baik. Efektivitas kolam pengendapan akan meningkat sehingga diperoleh kualitas BML yang lebih baik lagi. []

ATMOSFER

54 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

Page 55: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Pakalangkai Wastewater Treatment An Installation for Taming Chromium HexavalentOperating 24 hours a day with a huge c apacity.

55Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

AT M O S P H E R E

Xxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxx xxxxxxx xxxxxxxxx

Page 56: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Sorowako’s soil is uniquely rich in nickel, but this also means it contains chromite. This mineral comes from ultramafic (ultrabasic) rocks an igneous rock containing silica and consists of a combination of minerals such as olivine, pyroxene, hornblende and mica which are formed in the Earth’s mantle. Olivine and pyroxene are minerals that are rich in magnesium and iron.

Chromite is characterized by its occurrence in layers measuring anything from several millimeters to meters. This is due to segregation (magmatic sedimentation) and differentiations in the specific gravity of chromite. Although time, weather changes and natural conditions result in laterization (weathering), chromite tends to be resistant to laterization and remains as sedimentation underground. On the other hand, however, the weathering of the main body of ultramafic rock produces a high-grade laterite nickel deposit. This is the reason why soil derived from the weathering of ultramafic rocks contains high levels of nickel as well as chromium.

Chromium is in fact a mineral that is naturally formed and occurs in layers of soil. This mineral can be found in the soil in Sorowako, occurring in chromite found in the laterite layers of soil. In its mining activities, PT Vale has been challenged to “tame” the dissolved metallic element chromium and prevent it from harming the environment.

“Chromium is colorless and odorless, so it cannot be seen by the naked eye. The only way to detect it is through tests reading color changes measured with a spectrophotometer (colorimeter) and the addition of Chroma Ver reagent. If water contains chromium, the color will change to magenta,” said Mine Environment Engineer Yohan Lawang.

So what has PT Vale done to stop chromium pollution? The way to do this is to build and operate a wastewater treatment facility. A chromium analysis that began in 2004 sampled several locations of mining effluent. The construction of the chromium management facility was first conducted at the Yani Pond area located upstream of Rante Pond. This facility was used as a pilot project for the Lamella

Gravity Settler. This project, conducted in conjunction with the Agency for the Assessment and Application of Technology (BPPT), was aimed at reducing Total Suspended Solids (TSS) and total chromium.

However, as PT Vale’s mining and production activities increased, a new facility with the same function was required for reducing the load on Rante Pond, which was built in 2006.

The new installation was named Pakalangkai Chromium Wastewater Treatment (Pakalangkai) and began operations on 13 February 2013. Operating 24 hours a day, this facility has a 14,000-liter chromium treatment capacity. This installation also has backup equipment in case the main system experiences operation failures or needs to be idle for maintenance. Pakalangkai is also 1 of 20 mine wastewater effluent locations managed by Mining to ensure environmental quality standards (BML) are constantly met.

Q uality Standards In terms of BML, Pakalangkai can reduce chromium levels to less than 0.01 ppm. Meanwhile, regulations on this that is, Minister of Environment Regulation No. 9 of 2006 on Wastewater Quality Standards for Nickel Ore Mine Activities and/or Businesses require chromium hexavalent levels to be at 0.1 ppm and total chromium at 0.5 ppm. “This means the environmental quality standards of PT Vale’s chromium wastewater treatment facility are better than what is required by law,” said Yohan.

Designed in early 2008, Pakalangkai’s construction involved consultants from BECA (engineering) and Les Hullet Consulting (environment); its total cost came to $1.9 million.Using a tiered sedimentation pond method, the TSS has been reduced and now meets the BML, although it requires larger sedimentation ponds. With the lamella method, it is expected that sedimentation ponds can be smaller, but the quality higher. By increasing the effectiveness of the sedimentation pond, the BML can also be expected to improve. []

AT M O S P H E R E

56 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

Page 57: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

57Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

AT M O S P H E R E

Page 58: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Jonas Kadoena

Membuka Hutan, Mengendus Nikel

PROFIL

Berjalan di medan berlumpur berkilo -kilometer adalah hal yang biasa.

Halo Vale I Edis i Oktober 2013 58

Page 59: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

PROFIL

Tambang tak lepas dari peran penting eksplorasi. Begitu pula roda bisnis PT Vale. Aktivitas ini ibarat awal kesuksesan roda bisnis pertambangan. Sedangkan timnya ibarat “pasukan perintis”. Mereka adalah orang-orang yang berjibaku di tengah hutan di area konsesi yang belum pernah dijamah, mencari tahu lokasi untuk areal tambang, sekaligus mencari sampel garnierite berkualitas terbaik. Alam dan binatang liar kerap memberi mereka kejutan.

Salah satu anggota tim eksplorasi-geologis PT Vale itu adalah Jonas Kadoena. Pria kelahiran Beteleme, Sulawesi Tengah, 1 Februari 1959 ini sudah merasakan asam garam dunia eksplorasi. Berbagai wilayah konsesi PT Vale di Sorowako hingga proyek pengembangan di Bahodopi pernah dia jejaki.

Tak kenal hujan, tak kenal panas. Hutan demi hutan dia telusuri bersama tim geologis. “Di hutan, apalagi ketika pertama kali dibuka, bukan cuma pengetahuan, doa, dan kewaspadaan yang dapat menyelamatkan kami. Juga insting, karena di hutan semua pertanda berasal dari alam. Dan alam tidak bisa ditebak,” ujar Jonas.

Selain itu, tim eksplorasi, kata Jonas, dituntut memiliki stamina yang prima. Pasalnya, medan berat hutan yang rapat kerap memberi mereka tantangan ekstra untuk dapat ditembus. “Apalagi kalau hujan, kendaraan tidak bisa tembus. Terpaksa harus jalan di medan yang ekstrem” tambah dia.

Untuk menjajal medan ekstrem seperti yang disebutkan Jonas, Halo Vale diajak tim geologis untuk masuk ke Blok D, Petea. Inilah salah satu area eksplorasi baru yang digarap sejak kurang lebih setahun lalu. Menggunakan kendaraan four wheel drive, medan yang kami lalui cukup membuat tubuh kami di dalam kabin terguncang-guncang. Jalan berlumpur yang sempit, mendaki, dan curam dengan sisi jalan masih tertutup hutan merupakan pemandangan separuh perjalanan dari Enggano, titik keberangkat tim eksplorasi. “Hari ini kita beruntung, karena cuaca panas. Kalau hujan, mobil ini enggak bisa masuk dan kita terpaksa jalan sekitar lima kilometer,” tambah Jonas.

Bagi Jonas, bila cuaca buruk dan medan tidak aman dilalui kendaraan, jalan kaki merupakan opsi untuk tetap mengejar target eksplorasi. “Mau enggak mau harus jalan. Paling betisnya jadi tebal. Makanya, di tas saya selalu sedia balsam gosok,” ujar Jonas tertawa.

Selain persoalan medan dan stamina, ada pula cerita tentang navigasi. “Pengalaman tersesat, nyasar, atau ternyata kami cuma berputar-putar di area yang sama bukan cerita langka. Ada beberapa daerah yang tidak terbaca kompas dan GPS,” ungkap Jonas sambil tersenyum. Kalau sudah begitu, tinggal kesabaran dan kewaspadaan yang dapat menyelamatkan mereka.

59Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

Page 60: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

P R O F I L E

Tinggal di HutanBerhasil menembus medan, bukan berarti tantangan sudah selesai. Aktivitas selanjutnya adalah membuka akses jalan dan membor untuk mencari sampel garnierite terbaik. Pekerjaan ini juga membutuhkan waktu yang melelahkan. Bisa lima bulan, bahkan sampai setahun.

Tak heran, tim eksplorasi harus bersedia tinggal di camp yang berada di tengah hutan. Untuk di Petea, tim eksplorasi PT Vale memiliki Camp El Clasico, yang berada di tengah Blok D dan Blok E. Meski dilengkapi kebutuhan komunikasi seperti internet, telepon, dan siaran televisi satelit, Camp El Clasico steril dari sinyal telepon seluler. “Selama enam hari kerja, saya tinggal di sini bersama teman-teman. Kalau libur hari Minggu, saya baru pulang ke rumah di Sorowako,” ujar Jonas santai.

Lalu apa resep sukses Jonas yang seakan tak jera dengan profesinya yang penuh risiko itu? “Pada dasarnya saya suka berpetualang dan saya menyukai alam,” ujar pria yang sudah bergabung di tim eksplorasi PT Vale sejak 1976 ini.

Meski demikian, Jonas, yang mencintai keindahan alam ini, kadang merasakan dilema. “Pekerjaan saya itu seperti merusak alam. Saya pernah berpikir dosa saya pasti banyak sekali. Tapi satu hal yang saya yakin, kalau barang tambang itu terendap di Bumi dan tidak dimanfaatkan untuk kehidupan juga buat apa? Saya senang bekerja di sini karena saya yakin perusahaan peduli dengan area pasca-tambang yang pasti dihijaukan kembali,” ujar dia.

Karena kecintaannya terhadap alam itu, Jonas dan tim eksplorasi, meski sering melihat satwa endemis ketika membuka hutan, tidak pernah tergoda untuk menangkapnya. “Hal itu juga kami lakukan terhadap tanaman-tanaman langka. Sebisa mungkin tidak kami tebang bila tidak perlu,” tambah suami Maas’at ini.

Bahkan di Camp El Clasico, tim eksplorasi membudidayakan anggrek Sorowako yang mereka temukan di hutan. Beberapa pot tampak tergantung di beranda tempat makan mereka. “Mencari anggrek adalah salah satu hiburan kami di hutan, selain menjerat ayam,” ujar pria yang punya hobi memancing ini sambil tertawa. []

PROFIL

Halo Vale I Edis i Oktober 2013 60

Page 61: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Jonas Kadoena

Opening Forests, Sensing NickelWalking in mud for many kilometers is a regular thing.

Mining cannot be separated from the important activities of exploration. This also applies to PT Vale. Exploration marks the beginning of a mining business’ success and exploration team members are nothing less than trailblazers. They wrestle with harsh conditions deep in the forest, in concession areas untouched by humans, in search of mining areas and garnierite samples of the best quality. They are regularly startled by nature and wild animals.

Jonas Kadoena is a member of PT Vale’s geological exploration team. Born in Beteleme, Central Sulawesi, on1 February 1959, he has had many experiences in exploration. He has travelled through many of PT Vale’s concession areas, from Sorowako to the development project in Bahodopi.Undeterred by rain or sun, he has travelled through one forest after another with the geological team. “In the forest, particularly when it is first cleared, it is not just knowledge, prayer and vigilance that can save us; it is our instincts as well, because all signs in the forest come from nature, and nature is unpredictable,” Jonas said. Apart from that, Jonas said, the exploration team must have excellent stamina because the difficult terrain of dense forests can be extra challenging. “It is even worse when it rains, because it becomes impassable for our vehicle. Then we are forced to walk through extreme terrain,” he added. To experience such conditions, Halo Vale joined the geological team on a trip to Block D, Petea. This is a new exploration site where work began about a year ago. Travelling by four-wheel drive, our bodies took a beating

as the vehicle bumped through rough terrain. Narrow, muddy tracks, steep and craggy, with dense forest on either side, made up our scenery half the time, starting from the moment the exploration team left Enggano. “Today we are lucky because it’s sunny. If it was raining, this vehicle would not have been able to enter the site and we would have to walk about five kilometers,” added Jonas.

For Jonas, bad weather and unsafe driving conditions means there is no choice but to walk to ensure the exploration target is met. “We have to walk whether we like it or not. All it means is that we’ll have thick calves. That’s why I always carry some soothing balm in my bag,” Jonas said with a laugh.

Apart from the problem of terrain and stamina, there is also the issue of navigation. “There is no shortage of stories of us getting lost, going off track, or finding out that we have just walked around in circles. In some places, compasses and GPS just don’t work,” Jonas said with a smile. When that happens, only patience and vigilance can save them. Staying in the ForestSuccessfully navigating the terrain does not mean that challenges are over. The next activity is making a clearing for roads and drilling to find the best garnierite samples. This job is tiring and time-consuming: it can take up to five months, and even a year to complete.

61Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

P R O F I L E

Page 62: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

It is not surprising that the exploration team must be prepared to camp on-site, in the middle of the forest. In Petea’s case, PT Vale’s exploration team chose to stay at Camp El Clasico, located between Block D and Block E. Despite being equipped with communication devices such as Internet and phone connections and satellite TV, Camp El Clasico is out of mobile phone range. “I stay here six weekdays with my colleagues. When I have a holiday on Sunday I go home to Sorowako,” Jonas said.

How does Jonas successfully accomplish his job which is extremely risky? “Basically I enjoy adventuring and I like nature,” said Jonas, who has been with PT Vale’s exploration team since 1976.

Being a nature lover, Jonas often feels a dilemma. “My job is destroying nature. I once felt that I must have committed so many sins. But one thing I am sure of: if the minerals stay underground and are not used for life, then what use is it? I like working here because I am sure the company cares for the area and will reforest it post-mining,” he said.

Because of his love for nature, Jonas and the rest of the exploration team have never been tempted to capture endemic animals despite seeing them frequently when clearing the forest. “The same goes for endangered plants. We try as hard as possible not to damage them unnecessarily,” said Jonas, who is the husband of Maas’at.

In fact, the exploration team is cultivating the Sorowako orchid they found in the forest at Camp El Clasico. Several pots can be seen hanging by the veranda near their dining area. “Finding orchids is a form of entertainment for us in the forest; that and snaring chickens,” said the fishing enthusiast with a laugh. []

P R O F I L E

62 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

Page 63: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Vale Ontel Community

Melestarikan Sejarah Sambil Mengayuh Sepeda AntikMerajut persaudaraan sambil bergaya tempoe doeloe.

Sebelas sepeda ontel memasuki Lapangan Persesos, Sorowako, beberapa menit menjelang upacara peringatan HUT ke-68 RI beberapa waktu silam. Dandanan para ”ontelis” pun senada dengan tunggangan mereka, berbusana ala orang-orang tempo dulu. Ada yang bergaya pejuang 45, noni Belanda, petani, atau sinyo. Kontan, fenomena itu mengundang senyum para peserta upacara lainnya. Kedatangan mereka disambut jabat tangan oleh panitia penyelenggara upacara. Para ontelis kemudian membentuk formasi barisan. Dengan khidmat mereka mengikuti upacara bendera. Mereka adalah anggota Vale Ontel Community atau disingkat VOC.

Kata Supriadi, Ketua VOC, seperti klub ontelis lainnya di Indonesia, peringatan HUT RI memang merupakan salah satu ajang mereka memunculkan diri. Pasalnya, peringatan 17-an lekat dengan nuansa perjuangan dan tempo dulu. Dan hal itu dapat publik lihat dan rasakan dari kehadiran mereka yang bergaya klasik. ”Gaya dan dandanan ini setidaknya dapat membuat orang merasakan era perjuangan,” ujar pria yang akrab disapa Akko’ ini.

VOC berdiri pada 2010. Semula digagas oleh mereka yang sama-sama penghuni kompleks perumahan Villa Danau Matano yang berada daerah Sumasang, Sorowako. Maka itu, kata Akko’, sebenarnya ”V” pada VOC bisa diartikan ”Villa” atau juga ”Vale” karena anggotanya juga banyak berasal dari pekerja di PT Vale.

Namun, kata Akko’, anggotanya kemudian juga berkembang. Bukan hanya dari penghuni Villa atau pekerja Vale. Akko’ sendiri, yang dipercaya teman-teman ontelis-nya untuk menjadi koordinator VOC, justru berprofesi sebagai pengajar di SMP 1 Nuha.

Embrio VOC telah ada sejak 2008. Ketika itu VOC bernama Kosaso, singkatan dari Komunitas Sepeda Antik Sorowako. Ketika itu anggotanya ada 15 orang. Namun kemudian banyak yang pindah kerja dari Sorowako. Akhirnya, anggota yang tersisa menghidupkan kembali aktivitasnya dengan memakai nama VOC.

Bermula dari Barang AntikKata Akko’ , VOC terbentuk dari hobi dan passion yang sama dari para anggotanya, yakni ketertarikan pada barang-barang antik. Namun, mengingat Sorowako berada di daerah yang cukup terpencil, hobi itu sulit direalisasikan bila dilakoni sendiri-sendiri. Akhirnya, mereka berkumpul untuk menjawab keterbatasan referensi terhadap barang-barang antik, termasuk ontel.

Alhasil, dengan berkumpul, wawasan dan informasi mereka tentang hobi barang antik dan ontel juga semakin berkembang. ”Kami bertukar informasi dan diskusi tentang sejarah ontel, juga termasuk spot-spot berburu sepeda lawas dan onderdilnya,” ujar Akko’ yang menunggangi ontel bertahun produksi 1903. Sepeda itu dia dapat dari berburu di daerah Sidrap.

63Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

KOMUNITAS

Page 64: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Mengapa Ontel Menjadi Pilihan?Ontel merupakan alat transportasi yang sederhana dan tanpa mesin. Di Indonesia juga kerap disebut kereta angin. Namanya berasal dari kata velocipede dari bahasa Belanda. Konstruksi ontel merupakan cikal bakal sepeda motor. Keberadaan ontel juga lekat dengan pemutus era kejayaan kereta kuda. Hebatnya, ontel kini diminati kalangan tua maupun muda. Pasalnya, ontel atau sepeda pada umumnya memiliki kelebihan seperti:

1. Harga terjangkau.2. Mudah dikendarai3. Mudah disimpan.4. Tidak memerlukan surat kepemilikan5. Tidak perlu membayar pajak tahunan.6. Tidak memerlukan bahan bakar.7. Biaya perawatan yang murah. 8. Menyehatkan tubuh.

Kata Nur Alam, salah satu anggota VOC yang juga karyawan DSS (Defense and Security Services) PT Vale, dengan berkumpul mereka juga bisa saling membantu anggota lain yang sedang “membangun kembali” ontel-nya yang belum fit. ”Kami bisa bertukar pikiran dan membantu bagaimana memperbaiki ontel termasuk tempat mencari onderdilnya,” tambah Nur Alam.

”Jas Merah”Selain kesenangan dari hobi tersebut, motif keberadaan VOC adalah semangat untuk melestarikan sejarah, patriotisme, dan seni. ”Kurang lebih seperti yang dikatakan Proklamator Soekarno, Jas Merah, jangan sekali-sekali melupakan sejarah,” ujar Nur Alam bersemangat.

VOC merupakan komunitas terbuka untuk umum, kini memiliki anggota 25 orang yang berasal dari berbagai usia dan profesi. Ke depan, VOC berencana merealisasikan program mereka yang bernuansa sosial namun tetap fun. ”Misalnya bakti sosial, penyuluhan, dan lainnya. Kami berharap semoga komunitas ini semakin berkembang dan banyak peminatnya,” ujar Yusman, anggota VOC yang berprofesi sebagai pengajar di SMP YPS. []

KOMUNITAS

64 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

Page 65: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Vale Ontel Community

Preserving History While Riding Antique BikesForming relationships, olden- days style.

Eleven vintage Dutch style bicycles or “ontel”, as they are commonly called entered Lapangan Persesos field in Sorowako shortly before the start of the 68th ceremony of the anniversary of Indonesia. In matching their wheels, riders wore old-fashioned outfits, appearing as independence fighters of ’45, Dutch colonial girls or boys, and peasant farmers. Their performance brought a smile to the face of others participants. After shaking the hands of event organizers, the cyclists lined up in formation and joined the flag-raising ceremony: they are the Vale Ontel Community (Vale Vintage Cycling Community), or the VOC.

Like other clubs of “ontelists” as vintage cyclist call themselves across Indonesia, the commemoration of Indonesia’s independence is one of the events at which they are able to perform, said Chairperson of VOC Supriadi. This is because the day is usually packed with symbols and reenactments of the fight for independence and “the olden days”. The public is therefore more appreciative of all things classical. “This style and getup enables people to have a sense of the independence struggle era,” said Supriadi, who is more familiarly known as Akko’.

VOC was established in 2010 by residents of Villa Danau Matano housing estate in Sumasang, Sorowako. For this reason, Akko’ said, the “V” in VOC could either stand for “Villa” or “Vale” because most of its members were also PT Vale employees.

Gradually its membership expanded, attracting people living outside Villa as well as non-Vale employees. Even Akko’’, who is entrusted to lead the organization, works as a teacher at SMP 1 junior high school in Nuha.

The idea for VOC had in fact begun earlier, in 2008. At the time, the group was named Kosaso, short for Sorowako Antique Bicycle Community, and had 15 members. However, many of them left Sorowako due to work commitments. In the end, the remaining members revived the organization and renamed it VOC.

65Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

CO M M U N I T I E S

Page 66: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Star ting from Antiques Akko’ said the formation of VOC started from the mutual hobby and passion of its members, that is, an interest in antiques. Due to Sorowako’s isolated location, however, people found their hobby difficult to do if everyone fended for themselves. In the end, they got together to respond to the limited availability of references on antique items, including vintage bikes.

So by getting together, they developed their horizon and knowledge of antiques and ontel bikes. “We swapped information and discussed the history of the ontel as well as the places for acquiring vintage bikes and their spare parts,” said Akko’, who rides a 1903-production vintage which he hunted down in Sidrap.

According to Nur Alam, a VOC member and employee at PT Vale’s DSS (Defense and Security Services), by getting together members could help others who were “rebuilding” their unfit vintage bikes. “We can exchange ideas and help fix the ontel, including giving advice on spare parts,” Nur Alam added.

”Red Blazer ”Besides pandering to their hobby, VOC members are also interested in preserving history, patriotism and art. “It’s a bit like the words of our proclaimer, Soekarno: Jas merah (red blazer), don’t ever forget history as something to remember,” Nur Alam said enthusiastically.

VOC is a community that is open to the public and now has 25 members, comprising people from all ages and professions. In future, VOC plans to conduct social, but still fun programs. “For example, we might conduct volunteer-work events, counseling, etc. We hope this community will continue to develop and attract more people,” said Yusman, another VOC member who works as a teacher at SMP YPS. []

Why Choose the Vintage Ontel?The ontel is a mode of transport that is simple and engine-free. In Indonesia they were often called kereta angin literally, “wind vehicle” which originated from the word velocipede. In terms of its construction, the vintage bike is the embryo of the motorbike. The invention of the ontel is also related to the demise of horse-powered vehicles. What is interesting, though, is that vintage bikes, and bicycles in general, are now gaining the attraction of people of all ages due to the following advantages:

1. Affordability.2. Easy to ride. 3. East to store.4. No need for ownership documents.5. No need to pay annual tax-related fees.6. No need for fuel.7. Low cost maintenance. 8. Good for health.

66 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

CO M M U N I T I E S

Page 67: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Dua Langkah Cegah dan Kendalikan DiabetesJangan sepelek an gejala banyak berkemih, haus terus-menerus, selalu lapar, dan berat badan turun k arena sebab yang tidak jelas.

Saat Anda makan, tubuh memecah makanan menjadi gula. Insulin, hormon yang diproduksi oleh pankreas, membantu mengalirkan gula dari darah ke sel-sel tubuh untuk diubah menjadi tenaga. Pada penderita diabetes, sel-sel tubuh tidak bereaksi terhadap insulin, sehingga gula gagal terdistribusi dan akhirnya menumpuk di aliran darah. Diabetes melitus tipe 2 adalah bentuk diabetes yang paling banyak diderita.

Sering buang air kecil, banyak makan dan minum, serta berat badan yang terus turun merupakan gejala klasik diabetes mellitus, atau biasa disebut penyakit kencing manis. Jarang sekali orang menyadari bahwa dirinya memasuki fase pradiabetes selama bertahun-tahun. Setelah ada keluhan tambahan, seperti lemas, mudah lelah, sering kesemutan dan gatal, penglihatan kabur, serta penyembuhan luka yang memakan waktu lama, biasanya seseorang mulai berkonsultasi ke dokter.

Padahal, deteksi dini perlu dilakukan, karena diabetes membawa banyak komplikasi, seperti kebutaan, serangan jantung, dan stroke.

Faktor RisikoSeperti hampir semua penyakit, semua orang punya kemungkinan terkena diabetes. Namun ada beberapa kelompok yang punya risiko lebih tinggi. Genetik menjadi salah satu faktor risikonya. Banyak pasien diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga inti–yaitu orangtua atau saudara kandung–yang juga menderita diabetes tipe 2. Keturunan ras Hispanik, Afrika, dan Asia memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menderita diabetes tipe 2.

Namun teori genetik itu tidak mutlak. Banyak orang tanpa latar belakang keluarga penderita kencing manis yang kemudian menjadi pasien diabetes. Gaya hidup menjadi pemicu terbesarnya. Gemar mengonsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi kalori, kurang beraktivitas fisik, serta berat badan berlebih. Rasanya tidak perlu menunggu timbul gejala untuk melakukan deteksi dini. Jika genetik dan gaya hidup membuat Anda berisiko, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter.

Cegah dan Kendalik anSeseorang tidak serta-merta menderita diabetes tanpa memasuki fase pradiabetes. Bagi sebagian kalangan pradiabetes, tindakan dini dapat mengembalikan kadar gula darah ke level normal sehingga mereka tidak menjadi pasien diabetes. Penelitian menunjukkan, Anda bisa menurunkan risiko diabetes tipe 2 sebanyak 58 persen “cukup” dengan dua cara: turunkan 7% berat badan jika Anda tergolong overweight atau obesitas, dan lakukan olahraga ringan.

Bagi penderita diabetes, menurunkan berat badan juga penting, karena overweight menyebabkan resistensi insulin yang artinya insulin yang dihasilkan tubuh–atau insulin yang disuntikkan–perlu waktu lama untuk menurunkan gula darah. Jika Anda tidak sanggup mencapai berat badan ideal, jangan terlalu khawatir. Menghilangkan 5-8 kg berat badan sudah memberi perbedaan besar.

Memang tidak mudah. Tapi itulah yang bisa dilakukan untuk mencegah diabetes atau mengendalikan kadar gula darah bagi mereka yang sudah menjadi pasien diabetes. Banyak penderita diabetes tipe 2 yang tidak memerlukan pengobatan jangka panjang, karena mereka sukses mengontrol gula darah melalui makanan sehat dan olahraga. []

P O L A M A K A N YA N G B U R U K

Penyebab Diabetes

67Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

SEHAT SEL AMAT

Page 68: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Tips Olahraga DiabetesBerkonsultasi dengan dokter sebelum mulai menekuni olahraga untuk memastikan bahwa kegiatan cukup aman dan sesuai dengan keadaan fisik. Selain itu, dokter dapat menyesuaikan kadar obat atau insulin serta porsi makanan untuk mencegah hipoglikemik yaitu kondisi kadar gula darah yang terlalu rendah.

Lakukan aktivitas fisik 30 menit untuk 3-4 kali seminggu bagi orang dewasa dan 60 menit bagi anak-anak dan remaja.

Berjalan santai, berkebun, berenang, membersihkan rumah, bersepeda, berenang, berdansa, angkat beban, dan peregangan adalah jenis aktivitas yang disarankan.

Pilihlah aktivitas yang Anda gemari sehingga Anda dapat menjalani aktivitas tersebut dengan hati senang dan secara rutin.

Jangan lakukan aktivitas fisik terlalu berat atau terlalu lama. Aktivitas berlebihan memicu hormon adrenalin dan hormon-hormon lain yang melawan fungsi insulin. Dengan begitu, gula darah Anda akan semakin meningkat.

Tips Diet DiabetesKonsumsi karbohidrat kompleks dan berserat tinggi, seperti nasi merah, sereal, dan roti gandum. Perbanyak sayur dan buah-buahan segar yang bisa dikonsumsi langsung atau dibuat jus murni tanpa gula. Batasi konsumsi nasi putih, soda, makanan yang mengandung pemanis atau gula berlebih, dan sebagian besar makanan ringan. Jika Anda makan di restoran, hindari goreng-gorengan. Pilih buah atau salad sebagai makanan pembuka, bukan kentang goreng.

Jangan lewatkan sarapan. Sarapan akan memastikan tubuh memiliki cukup energi untuk beraktivitas serta membantu menjaga kadar gula darah tetap normal. Rasa lapar akibat melewatkan sarapan cenderung membuat seseorang makan siang dengan porsi berlebihan.

Makan teratur, dengan porsi secukupnya. Makan teratur membuat tubuh tidak kelaparan sehingga porsi makan terjaga setiap saat.

Jaga asupan kalori yang tetap agar level gula darah stabil. Hal tersebut lebih baik dibandingkan mengonsumsi banyak kalori sekaligus dan melewatkannya di waktu lain.

Tidak dilarang tapi batasi makanan atau minuman manis. Konsumsi secukupnya sebagai makanan penutup, bukan sebagai snack di luar jam makan. Untuk kudapan sehat, Anda bisa memilih buah-buahan.

Teman akan membantu sekaligus membuat Anda lebih senang. Cobalah mengajak teman atau anggota keluarga, untuk menemani Anda berjalan santai. Seseorang yang juga ingin memperbaiki kondisi fisik dan meningkatkan kualitas hidup.

Selalu Ceria...

SEHAT SEL AMAT

Halo Vale I Edis i Oktober 2013 68

Page 69: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Two Steps to Prevent and Control DiabetesDon’t make light of frequent urination, constant thirst, constant hunger and unexplainable weight loss.

When you are eating, your body breaks down food into sugar. Insulin, a hormone produced by the pancreas, helps transport sugar in the blood to the body’s cells, so it can be converted into energy. The body cells of people with diabetes do not react to insulin; this means sugar is not distributed and instead becomes accumulated in the blood stream. Type 2 diabetes mellitus is the most commonly occurring type of diabetes.

Urinating frequently, eating and drinking in large amounts and continually losing weight are classic symptoms of diabetes mellitus, which is more commonly known as kencing manis (literally “sweet urine”). People are seldom aware that they may spend years entering a pre-diabetic phase. It is only after other symptoms appear such as weakness, fatigue, frequent occurrences of pins and needles and itchiness, blurred vision, and experiencing long periods for wounds to heal that people start considering a trip to the doctor.

In fact, early detection is crucial because diabetes is accompanied by many complications such as blindness, heart attacks and stroke. Risk Fac tor Like any illness, everyone could potentially have diabetes. But there are some groups that have a higher risk of suffering diabetes. Genetics is one such factor. Many type 2 diabetes patients have immediate family members parents or siblings who are also type 2 diabetic. People of Hispanic, African and Asian decent have a higher chance of being affected by type 2 diabetes.

The genetic factor, however, is not absolute. Many patients without a background of diabetic family members are also affected by the illness. For these people, lifestyle is the biggest trigger: having a fondness for high-fat, high-calorie foods; lacking physical activity; and being overweight. You don’t need to wait for symptoms to appear before having an early detection. If your genetic predisposition and lifestyle put you at risk, it is not too late to consult with your doctor.

Prevent and ControlA person does not suddenly have diabetes without first entering a pre-diabetic phase. Those who are pre-diabetic may take early steps to return their blood sugar levels to normal so they do not become diabetic. Research shows that you can reduce the risk of having type 2 diabetes by 58 percent by doing “just” two things: reduce your weight by 7% if you are overweight or obese, and engage in light sport.

For diabetes patients, it is important to lose weight because being overweight causes insulin resistance this means it takes longer for the insulin created by, or injected into the body to reduce blood sugar levels. If you cannot reach your ideal weight, don’t worry. Just dropping your weight by 5 to 8 kgs makes a big difference.

It’s not easy, but that is what can be done to prevent diabetes or control blood sugar levels for those who already have diabetes. Many type 2 diabetes patients do not require long-term medication because they are successful at controlling their blood sugar through healthy eating and keeping physically fit. []

69Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

H E A LT H Y S A F E T Y

Page 70: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Diet Tips for DiabetesConsume high-fiber, complex carbohydrates, such as red rice, cereals and wheat bread. Increase your intake of fresh vegetables and fruit, eaten as is or by juicing, without additional sugar. Limit consumption of white rice, sodas, food containing sweeteners or excessive sugar, and most snacks. If you are eating out, avoid fried food. Choose fruit or salads, and not hot chips, as your appetizer.

Don’t skip breakfast. Breakfast ensures that the body has enough energy to perform activities and helps keep blood sugar levels at a normal level. Being hungry as a result of skipping breakfast tends to make a person eat excessive amounts at lunch.

Eat regularly in moderate proportions. Eating regularly makes the body crave less for food, therefore ensuring that healthy eating portions are maintained at all times.

Maintain a fixed calorie intake to keep blood sugar levels stable. This is better than consuming large amounts of calories at once then skipping them altogether at other times.

Although it doesn’t need to be banned, limit your consumption of sweet food and drinks. Consume enough as a dessert, but not as a snack outside regular meal times. Choose fruit as a healthy snack. Friends can help and keep you happy. Try to ask friends or family members to go on a stroll with you; perhaps someone who would also like to improve their physical wellbeing and quality of life.

Spor t Tips for DiabetesConsult your doctor before doing a sport to ensure that the activity is safe and suits your physical condition. The doctor may also adjust the amount of medication or insulin and meal portions to prevent hypoglycemia a condition when blood sugar drops to abnormally low levels.

Engage in a physical activity for 30-minutes 3 to four times a week for adults, and 60 minutes for children and adolescents.

Having leisurely walks, gardening, swimming, house-cleaning, cycling, dancing, weight-lifting and stretching are some recommended activities.

Choose an activity that you enjoy so you will engage in it gladly and routinely.

Don’t engage in physical activity for too long, or that is too strenuous. Being excessively active may trigger adrenaline and other hormones that work against insulin. This will increase blood sugar levels.

70 Halo Vale I Edis i Oktober 2013

H E A LT H Y S A F E T Y

Page 71: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Kuis/QuizScan atau fotokopi jawaban Anda dan kirim ke [email protected] atau masukkan ke DP 23B. Pengundian secara acak dilakukan melalui situs random.org. Pemenang akan diumumkan di Halo Vale edisi mendatang. Semoga Anda beruntung!

Pemenang Kuis Halo Vale edisi 3

1. ................,.........2. ................,.........3. ................,.........4. ................,.........5. ................,.........

Selamat kepada pemenang. Hadiah dapat langsung diambildi External Relations Department pada hari dan jam kerja.

71Edis i Oktober 2013 I Halo Vale

“Pulang bawa oleh-oleh”“Bring something home ”

- Doni Setiadi -

“Ikut istirahat”“Let’s have a break”- Doni Setiadi -

Zoom In Rubrik Zoom In memuat potret unik dan menarik seputar tempat, orang, atau kejadian di sekitar kita. Kirimkan foto Anda ke [email protected].

Zoom In publishes unique and interesting pictures about places, people, or events around us. Send your photograph to [email protected].

Pertanyaan1.) Dalam laporan utama, Halo Vale 5 menulis soal pejuang emansipasi RA Kartini. Apa judul buku RA Kartini yang sangat terkenal dan merupakan kumpulan surat yang pernah dia kirimkan kepada teman-temannya di Eropa?

In the cover story, Halo Vale wrote about RA Kartini, symbol of Indonesian women’s emancipation. What is the title of RA Kartini’s most prominent book which is a collection of letters she sent to her friends in Europe?

Jawaban I Answer

..................................................................................................................................................................

2.) Apakah kepanjangan 7B yang menjadi resep dari Boenjamin Setiawan, sang pendiri dari Kalbe Farma, agar otak tetap berfungsi dengan baik?

What is the augmentation of 7B, recipes from Kalbe Farma’s founder, Boenjamin Setiawan, that keeps the brain functioning properly?

Jawaban I Answer

..................................................................................................................................................................

3.) Sebutkan dua cara untuk menurunkan risiko diabetes tipe 2?

What are two ways to lower the risk of type 2 diabetes?

Jawaban I Answer

..................................................................................................................................................................

Page 72: Menggali Pengetahuan untuk Berbagi

Safety tak kenal istirahatBaik saat bekerja giat atau di rumah tatkala rehat