Mengenol Lebih Dekot Do/em Ho;i R.A.A. Wironoto Koe~o emo...

2
GALAMEDIA Mengenol Lebih Dekot "Do/em Ho;i" R.A.A. Wironoto Koe~o_emo -r>isegariiPemerintah - -- HinCiiaBelanda - "SAYA selalu melawan peraturan yang menurut pendapat saya tak baik bagi rakyat saya, meskipun ha.fitu akan menyebabkan saya terpecat dari jabatan saya. Saya seorang nasionalis dan hal itu harus saya tun- jukkan. Orang takkan dapat memaksa saya menghambat atau melawan pergerakan Bumiputera yang baik. "R.A.A. Wiranata Koesoema, (Pan- dji Poestaka, 10 Maret 1931). T ANGGAL 22 Januari 2009 yang baru lewat adalah hari wafat tokoh besar Sun- da abad XX, R.A.A. Wiranata Koesoe- ma. la lebih dikenang publik sebagai Dalem Ha- ji atau Kangjeng Wali. Disebut Dalem Haji kare- na ia pernah pergi haji ke Mekah dan mendap- atkan Bintang Istiqlal Kelas Satu dari Raja Hi- jaz (1924). Dinamakan Kangjeng Wali karena ia adalah Wali Negara Pasundan pada era Ne- gara Pasundan. Sebagai perwakilan republik yang lebih diinginkan rakyat Pasundan, ia ter- pilih menjadi Wali Negara setelah mengalahkan calon dari pihak Belanda, yaitu Lukman Dja- jadiningrat. Jauh sebelum itu, ia adalah Bupati Cianjur (1912-20) dan Bupati Bandung (peri- ode 11920-31, periode II 1935-42). Wiranata Koesoma (WK) lahir pada 8 Agustus 1888. la bemama kecil Moehararn. Bagi pengge- mar utak-atik angka, 8-8-1888 adalah angka yang unik dan menarik untuk ditafsirkan. Begitulah so- sok WK di kemudian hari, banyak tafsir yang bisa dilakukan untuk melihat kiprahnya. Sungguh sa- yangjika tokoh sebesar WK terlewat begitu saja <4!!arnpenuturan sejarahSunda modem. Sebab, ia adittahtokoh yang unik, disegani pemerintahan Hin- dia t3elanda sekaJigus dicintai rakyat Pasundan. WK menduduki berbagai jabatan pentipg dalam kedudukannya sebagai pegawai pemerintah. Se- lain menjadi anggota volksraad dalam beberapa periode, WK juga pernah menduduki ketua or- ganisasi para bupati "Sedio Utomo", juga Ketua Perhimpunan Pangreh Praja Pribumi (PPBB). PPBB ini hingga 1932 memiliki 6.000 anggota di seluruh Hindia Belanda. Sebagai ketua, iajuga memimpin media internal PPBB bernama Pe- mimpin yang bertiras 6.500 eksemplar. Selain disegani pemerintahan Hindia Belanda, ia dicintai rakyat dalam arti yang sesungguhnya. Setiap kepergian dan kedatangan WK dalam su- atu petjalanan selalu disarnbut rakyat banyak. Mis- alnya pada saat ia pergi dan pulang naik haji. Atau saat dia akan pergi berkhotbah di Masjid Agung dan pulang kembali ke pendopo, rakyat beriringan menyertainya. Bukti kecintaan lain ditunjukkan saat WK akan dipindahkan dari Cianjur ke Ban- dung. Begitu berita rencanakepindahan itu menye- bar, Syarikat Islam Cianjur berkirim surat kepada Gubernur Jenderal agar WK tetap menjadi Bupati Cianjur. Sementara itu, sejurnlah organisasi di Bandung, seperti Pasundan, Budi Utomo, Persatuan Guru Hindia Belanda, dan Persatuan Pegawai Staats Spoor meminta Gubemur Jenderal agar segera me- mindahkan WK ke Bandung. Tentu sajakecintaan rakyat sedemikian itu tidak menyenangkan kelompok komunis yang menis- cayakan adanya kelas dalam masyarakat. Melalui koran Soerapali, para pegiat komunisme di Jawa Barat meilghantam WK habis-habisan. Mereka berupaya keras menjatuhkan harga diri dan ke- hormatan WK melalui pemberitaan yang pro- vokatif dan menggunakan bahasa sangat kasar. WKdijadikansebagaicommonenemy. Namun, WK menghadapi upaya insinuasi itudengan strate- gi "bermain layang-Iayang". WK tidak pernah melayani provokasi kaum komunis dalam Soera- pali. la seolah tak memedulikan mereka. Hasilnya, pada 1926, ketika diperkirakan pemberontakan PKI akan rneledak besar, temyata di Bandung up- aya itu tidak disambut rakyat. Pemberitaan Soer- apati yang sangat kasar kepada WK justru menu- ai antipati rakyat pada gerakan it1p.Diam-diam,ru- panya WK yang selalu rajin turun menemui raky- at secara langsung, berhasil meredam upaya pem- berontakan PKI. AwaI karier WK menyelesaikan pendidikan dasar ELS di Bandung pada 190 I. Setelah 3 tahun sekolah di OSVIA Bandung, ia pindah ke Gymnasium Willem III (HBS 5 tahun) di Jakarta yang disele- saikannya pada 1910. Setelah mengantongi diplo- ma HBS, WK mulai merintis karier birokrasinya sebagai juru tulis di Tanjungsari, Sumedang. Se- tahun kemudian ia menjadi mantri polisi di Ciba- dak, Sukabumi, dan pada 1912 menjadi Asisten Wedana Cibeureum, Sukapura (TasikrnaJaya). Pa- da tahun itu pula WK diangkat menjadi Bupati Ci- anjur. Saat itu ia menjadi bupati termuda di Hin- dia Belanda. Seperti dikutip di awal, WK tak segan menolak kebijakan pemerintah yang memberatkan rakyat. Ungkapan WK itu bukan sekadar lip service un- tuk tebar pesona, melainkan benar-benar di- lakukannya dengan segala risiko. Misalriya dalam kasus kenaikan pajak penghasilan pengusaha pribu- mi yang tidak proporsional pada 1925. WK menyampaikan keberatannya itu dalam sidang volksraad. Menurutnya, kebijakan itu hanya mem- buat rakyat susah dan menjadikan mereka antipati pada aturan-aturan pemerintah. Satu hal penting lainnya yang pernah diper- juangkan WK adalah kedudukan ibu kota Jawa Barat. Sebagaimana diketahui, pada 1925 pemer- intah Hindia Bt:landa mem:bagi Pulau Jawa ke dalam tiga provinsi, bagian barat, tengah, dan timur. Sebelumnya, pemerintah telah menjanjikan bah- wa ibu kota Jawa Barat adalah Bandung. Tetapi pada saatnya, ternyata ibu kota ditetapkan di kota pelabuhan Batavia. WK berpidato panjang lebar dalam sidang volksraad, menjelaskan soaJarti pent- ingBandungbagi JawaBaratdariberbagaiaspek, termasuk sejarah ~ kebudayaan. Jika sekaran o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu . Minggu 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 OJan 8Peb o Mar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes

Transcript of Mengenol Lebih Dekot Do/em Ho;i R.A.A. Wironoto Koe~o emo...

Page 1: Mengenol Lebih Dekot Do/em Ho;i R.A.A. Wironoto Koe~o emo ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/galamedia-20090201... · saat dia akan pergi berkhotbah di Masjid Agung

GALAMEDIA

Mengenol Lebih Dekot "Do/em Ho;i" R.A.A. Wironoto Koe~o_emo

-r>isegariiPemerintah- -- HinCiiaBelanda -

"SAYA selalu melawan peraturan yang menurut pendapat saya takbaik bagi rakyat saya, meskipun ha.fitu akan menyebabkan saya terpecatdari jabatan saya. Saya seorang nasionalis dan hal itu harus saya tun-jukkan. Orang takkan dapat memaksa saya menghambat atau melawanpergerakan Bumiputera yang baik. "R.A.A. Wiranata Koesoema, (Pan-dji Poestaka, 10 Maret 1931).

T ANGGAL 22 Januari 2009 yang barulewat adalah hari wafat tokoh besar Sun-da abad XX, R.A.A. Wiranata Koesoe-

ma. la lebih dikenang publik sebagai Dalem Ha-ji atau Kangjeng Wali. Disebut Dalem Haji kare-na ia pernah pergi haji ke Mekah dan mendap-atkan Bintang Istiqlal Kelas Satu dari Raja Hi-jaz (1924). Dinamakan Kangjeng Wali karenaia adalah Wali Negara Pasundan pada era Ne-gara Pasundan. Sebagai perwakilan republikyang lebih diinginkan rakyat Pasundan, ia ter-pilih menjadi Wali Negara setelah mengalahkancalon dari pihak Belanda, yaitu Lukman Dja-jadiningrat. Jauh sebelum itu, ia adalah BupatiCianjur (1912-20) dan Bupati Bandung (peri-ode 11920-31, periode II 1935-42).

Wiranata Koesoma (WK) lahir pada 8 Agustus1888. la bemama kecil Moehararn. Bagi pengge-mar utak-atik angka, 8-8-1888 adalah angka yangunik dan menarik untuk ditafsirkan. Begitulah so-sok WK di kemudian hari, banyak tafsir yang bisadilakukan untuk melihat kiprahnya. Sungguh sa-yangjika tokoh sebesar WK terlewat begitu saja<4!!arnpenuturan sejarah Sunda modem. Sebab, iaadittahtokoh yang unik, disegani pemerintahan Hin-dia t3elanda sekaJigus dicintai rakyat Pasundan.

WK menduduki berbagai jabatan pentipg dalamkedudukannya sebagai pegawai pemerintah. Se-lain menjadi anggota volksraad dalam beberapaperiode, WK juga pernah menduduki ketua or-ganisasi para bupati "Sedio Utomo", juga KetuaPerhimpunan Pangreh Praja Pribumi (PPBB).PPBB ini hingga 1932 memiliki 6.000 anggota diseluruh Hindia Belanda. Sebagai ketua, iajugamemimpin media internal PPBB bernama Pe-mimpin yang bertiras 6.500 eksemplar.

Selain disegani pemerintahan Hindia Belanda,ia dicintai rakyat dalam arti yang sesungguhnya.Setiap kepergian dan kedatangan WK dalam su-atu petjalanan selalu disarnbut rakyat banyak. Mis-alnya pada saat ia pergi dan pulang naik haji. Atausaat dia akan pergi berkhotbah di Masjid Agungdan pulang kembali ke pendopo, rakyat beriringanmenyertainya. Bukti kecintaan lain ditunjukkansaat WK akan dipindahkan dari Cianjur ke Ban-dung. Begitu berita rencanakepindahan itu menye-bar, Syarikat Islam Cianjur berkirim surat kepadaGubernur Jenderal agar WK tetap menjadi BupatiCianjur.

Sementara itu, sejurnlah organisasi di Bandung,seperti Pasundan, Budi Utomo, Persatuan GuruHindia Belanda, dan Persatuan Pegawai StaatsSpoor meminta Gubemur Jenderal agar segera me-mindahkan WK ke Bandung.

Tentu sajakecintaan rakyat sedemikian itu tidakmenyenangkan kelompok komunis yang menis-

cayakan adanya kelas dalam masyarakat. Melaluikoran Soerapali, para pegiat komunisme di JawaBarat meilghantam WK habis-habisan. Merekaberupaya keras menjatuhkan harga diri dan ke-hormatan WK melalui pemberitaan yang pro-vokatif dan menggunakan bahasa sangat kasar.

WKdijadikansebagaicommonenemy. Namun,WK menghadapi upaya insinuasi itudengan strate-gi "bermain layang-Iayang". WK tidak pernahmelayani provokasi kaum komunis dalam Soera-pali. la seolah tak memedulikan mereka. Hasilnya,pada 1926, ketika diperkirakan pemberontakanPKI akan rneledak besar, temyata di Bandung up-aya itu tidak disambut rakyat. Pemberitaan Soer-apati yang sangat kasar kepada WK justru menu-ai antipati rakyat pada gerakan it1p.Diam-diam,ru-panya WK yang selalu rajin turun menemui raky-at secara langsung, berhasil meredam upaya pem-berontakan PKI.

AwaI karier

WK menyelesaikan pendidikan dasar ELS diBandung pada 190 I. Setelah 3 tahun sekolah diOSVIA Bandung, ia pindah ke GymnasiumWillem III (HBS 5 tahun) di Jakarta yang disele-saikannya pada 1910. Setelah mengantongi diplo-ma HBS, WK mulai merintis karier birokrasinyasebagai juru tulis di Tanjungsari, Sumedang. Se-tahun kemudian ia menjadi mantri polisi di Ciba-dak, Sukabumi, dan pada 1912 menjadi AsistenWedana Cibeureum, Sukapura (TasikrnaJaya). Pa-da tahun itu pula WK diangkat menjadi Bupati Ci-anjur. Saat itu ia menjadi bupati termuda di Hin-dia Belanda.

Seperti dikutip di awal, WK tak segan menolakkebijakan pemerintah yang memberatkan rakyat.Ungkapan WK itu bukan sekadar lip service un-tuk tebar pesona, melainkan benar-benar di-lakukannya dengan segala risiko. Misalriya dalamkasus kenaikan pajak penghasilan pengusaha pribu-mi yang tidak proporsional pada 1925. WKmenyampaikan keberatannya itu dalam sidangvolksraad. Menurutnya, kebijakan itu hanya mem-buat rakyat susah dan menjadikan mereka antipatipada aturan-aturan pemerintah.

Satu hal penting lainnya yang pernah diper-juangkan WK adalahkedudukan ibukota JawaBarat. Sebagaimana diketahui, pada 1925 pemer-intah Hindia Bt:landa mem:bagi Pulau Jawa kedalam tigaprovinsi, bagian barat, tengah, dan timur.Sebelumnya, pemerintah telah menjanjikan bah-wa ibu kota Jawa Barat adalah Bandung. Tetapipada saatnya, ternyata ibu kota ditetapkan di kotapelabuhan Batavia. WK berpidato panjang lebardalam sidang volksraad, menjelaskan soaJartipent-ingBandungbagiJawaBaratdariberbagaiaspek,termasuk sejarah ~ kebudayaan. Jika sekaran

o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu . Minggu

0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1617 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

OJan 8Peb o Mar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes

Page 2: Mengenol Lebih Dekot Do/em Ho;i R.A.A. Wironoto Koe~o emo ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/galamedia-20090201... · saat dia akan pergi berkhotbah di Masjid Agung

kita bangga Bandung sebagai ibu kota Jawa Barat,kita patut berterima kasih kepada upaya yang telahdilakukan Dalem Haji. Atas kegigihannya itu, pa-da ]926 WK diangkat sebagai anggota dewanprovinsi Jawa Barat.

Jejak di CianjurSemasa menjabat Bupati Cianjur, WK menea-

pai prestasi membanggakan, antara lain menjadikabupaten pettama yang mendapatkan otonomi(1917). Dalarn pidato menyarnbut otonomi itu,dengan bangga ia mengatakan, "Kitalaltyartg mu-la-mula beroleh kepercayaan yang maha pentingini, kitalah yang mula-mula dipereobakan akanmenjalankan perintah dengan menurut pikiransendiri, yakni akan memajukan negeri danmemimpin rakyat kepada kemajuan dan kepadakesentosaannya. "

Selain itu, ia juga berhasil menumpas penyakitmalaria yang melanda wilayah Cianjur. WK men-gubah rawa-rawa sarang nyarnuk malaria menja-di persawahan yang luas tak kurang dari 3.000 batu,sehingga membawakemaslahatan bagi rakyat yangkebany1lkan hidup sebagai petani. Dalam prasastidi Cihea Cianjur disebutkan, "Kujasana RadenTumenggung Wiranata.Koesoema Bupati Cian-jur J9J2-J920, rawa reung it malaria ieu, dicip-takeunjadi pasawahan upluk-aplak hejo lembohtur karaos hasilna keur raya! turun tumurun.

Jejak lain WK di Cianjur ialah dukungannya pa-da pendirian sekoiah Kautamaan Istri yang dikelo-la R. Siti Jenab. Sekolah ini menggabungkankurikulum model Dewi Sartika dan Lasminingrat.Sebelum itu, di Cianjur sudah ada Madrasah Dini-ah Puteri Gedong Asem. Atas saran WK, lulusanmadrasah diniah dapat meneruskan ke sekolahKautarnaan Istri.

Jejak di BandungPrestasi WK sebagai Bupati Bandung sungguh

tak berbilang. Dilihat dari model kepemimpinan-nya, ia meletakkan dasar-dasar pemerintahan mod-em, tanpa kehilangan fondasi budaya lokal. DiBandung, berbagai obsesi WK akan kemodemanbudaya Sunda inendapatkan tempat dan dukun-gan. Misalnya pada 192], bertempat di halamanpendopo kabupaten, WK mensponsori pemen-tasan tunil "Lutung Kasarung".

Aspek sakralcerita:ikutdirasakanpenonton,seper-ti dituturkan wartawan Sri Poestaka, "Akan kesu-eian riwayat itu nyata benar-benar pada bahagian13,pactawaktu hendak memotong pacti.Pactabagianitu, tatkala beberapa orang dewa turun dari kayan-gan, membawa segala keperluan untuk memotongpacti,seorang-seorangberlututdan menyembah den-gan tertib dan saksama; kesunyian lakon itu terasameresap ke dalam tulang dan sumsum, menghen-tinkan napas dan debar jantung. Orang yang beribu-ribu itu diam tidak berkata, sehingga di komidi ha-laman itu sunyi dan sepi sekali rasanya. Inilahbagian permainan Lutung Kasarung yang amatbagus sekali." (Sri Poestaka, 192]).

Sukses dengan penarnpilan tunil, WKjugamendukung penggarapan lakon itu ke layarlebar. la bekerja sarna dengan "raja bioskop"Bandung, F.A.A. Buse ikut membiayai filmbisu t.~g-,!!_beJ>!llduet su~GcKrugers dan

L. Heuveldorp, di bawah NY Java Film Compa-ny. Film itu diputar pada 21 Desember ]926 - 6Januari ]927 di bioskop Elita dan Majestik. Filmitu dianggap sebagai tonggak sejarah perfilmannasional. Konon, kopi film ini sarnpai sekarangmasih tersimpan baik di perpustakaan Leiden, Be-landa.

Setelah kemerdekaan, WK menjabat sebagaiMenteri Dalarn Negeri pada kabinet RI yang per-tarna. Sebelurnnya ia anggota BPUPKI danPPKI. Pactasaat ibu kota pindah keYogyakata, WK ikut hijrah danmenjabat sebagai Ketua DPAyang pettama. WK kemudilJilpulang ke Bandung untukmemenuhi kehendak may-oritas wargaPasundan, yangmenginginkan dirinya men-jadi Wali Neg~. BungKamo merestui langkah iniseraya berkata, "Langkungsae Akong bae tibatan urangNICA anujadi. Dalam kon-teks seperti itulah WK mener-ima kedudukanWali NegaraPasundan.TaklamasetelahBe-landa menyerahkankedaulatan,WK segeramembubarkanNegaraPasundandanbergabungkembalimenjadibagianNKRI. Dan Kang-jeng Wali itu wafat pada 22 Januari1965.

Sebagaimanakepadatokoh-tokohpent-inglain,orangSundakiwarikurangper-hatiankepadajasa-jasaDalemHa-ji. Sampai sekarang belumada biografilengkapyang mengu-pas riwayathidupnyaseearakom-prehen-s if.S e -jum-I a hka-

jian yang dilakukan masih melihat riwayatnya se-eara parsial, seperti dalam Menak Priangan (1998)karya Nina H. Lubis. Dalam bukunya, penulis lebihmelihat Dalem Haji dari sudut pandang pengelo-la koran Soerapati.

Jika mencermati buku Menak Priangan, khusus-nya pada halaman 288-289, kita akan menemukansosok WK yangjauh dari ideal sebagai seorangpemimpin. Kesimpulan'sejarawan Unpad itu

bahkan bisa menimbulkan

kebencian pembaea kepa-da sosok WK. Perlu acta

tanggapan dari pihaklain, misalnya darikeluarga atas kes-impulan penulisMenak Prianganterhadap kepriba-dian WK itu. Jikatidak, deskripsisosok Dalem Ha-

ji seperti yang ter-maktub dalam

buku tersebutakandianggap sebagai

kebenaran yang nis-eaya. (lipd.yahya dariberbagaisumber)**

--