Mengenal Krisis Dan Kebutuhan Energi Listrik Di Indonesia

6
(http://www.dekso.co.id/) (http://www.dekso.co.id/) Mengenal Krisis dan Kebutuhan Energi Listrik di Indonesia Home / Mengenal Krisis dan Kebutuhan Energi Listrik di Indonesia Mengenal Krisis dan Kebutuhan Energi Listrik di Indonesia 20.03.2015 0 comments (http://www.dekso.co.id/mengenalkrisisdankebutuhanenergilistrikdi indonesia/#comments) Uncategorized (http://www.dekso.co.id/uncategorized/)

description

Energi Listrik

Transcript of Mengenal Krisis Dan Kebutuhan Energi Listrik Di Indonesia

Page 1: Mengenal Krisis Dan Kebutuhan Energi Listrik Di Indonesia

 (http://www.dekso.co.id/)(http://www.dekso.co.id/)

Mengenal Krisis dan Kebutuhan Energi Listrik diIndonesia

Home / Mengenal Krisis dan Kebutuhan Energi Listrik di Indonesia

Mengenal Krisis dan Kebutuhan Energi Listrikdi Indonesia

  20.03.2015

0 comments (http://www.dekso.co.id/mengenal­krisis­dan­kebutuhan­energi­listrik­di­indonesia/#comments)

Uncategorized (http://www.dekso.co.id/uncategorized/)

Page 2: Mengenal Krisis Dan Kebutuhan Energi Listrik Di Indonesia

Perkembangan dan dinamika kondisi global dan nasional, baik yang terkait langsung maupun tidaklangsung terhadap perkembangan kondisi energi Indonesia perlu dijadikan perhatian dalammenentukan arah, sasaran dan strategi pengembangan kebijakan energi Indonesia di masamendatang. Kapasitas pembangkit di Singapura mampu memproduksi listrik sebesar 10,49 GWuntuk memenuhi kebutuhan 5,3 juta penduduk. Sementara kapasitas pembangkit Malaysia sebesar28,4 GW untuk kebutuhan 29 juta penduduk.

Data Pasokan Energi Listrik di beberapa Negara

China mencapai US$ 2.140 per kapita dan konsumsi listrik 3.411 kWh per kapita. Rata­rata AsiaTenggara mencapai US$ 914 per kapita dan konsumsi listrik 2.655 kWh per kapita, dan duniasebesar US$ 2.517 dan konsumsi listrik 9.170 kWh per kapita. Data Pusat Konservasi Energi Jepangpada 2011, konsumsi energi Indonesia berdasarkan produk domestik bruto (PDB) per kapitamencapai US$ 572 dan konsumsi listrik per kWh sebesar 2.251 per kapita. Herman Darnel Ibrahim,anggota Dewan Energi Nasional: DB per kapita di setiap negara memiliki hubungan linear dengankonsumsi energi dan listrik per kapita. Untuk meningkatkan PDB diperlukan peningkatan pasokanenergi.

Minimnya rasio elektrifikasi yang masih sekitar 76% menunjukkan masyarakat Indonesia masihterbatas memperoleh akses listrik. Jika rasio elektrifikasi sampai 90%­100% pada 2020­2025,konsumsi listrik nasional berpotensi mencapai 2.600 kWh per kapita.

Situasi Permasalahan Listrik di Indonesia

Indonesia merupakan Negara Kepulauan Yang Terdiri dari ± 17.508 pulau besar dan kecil dengangaris pantai sepanjang ± 810.000 km dan luas 3.1 juta km2. Dengan jumlah desa lebih dari 65.000desa yang tersebar luas dibelasan ribu pulau tersebut, hanya kurang dari setengahnya yang telahmenikmati jaringan listrik negara seperti didaerah­daerah lain masih jauh dari harapan, sebagianbesar dari mereka masih menggunakan lampu minyak tanah/patromak untuk penerangan. Untukmemperoleh informasi dari Radio mereka menggunakan batu baterai, sedangkan untuk televisiadakalanya mereka menggunakan accu/aki yang charge didaerah yang memiliki generator.

(http://www.dekso.co.id/wp­content/uploads/2015/03/tabel.listrik1.jpg)

Page 3: Mengenal Krisis Dan Kebutuhan Energi Listrik Di Indonesia

Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidakhanya semata­ mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan oleh pihak swasta,yaitu Independent Power Producer (IPP), Private Power Utility (PPU) dan Izin Operasi (IO) non bahanbakar minyak (BBM).Ketersediaan pasokan listrik terpasang pada 2014 di angka 53.585 MW, sekitar 37.280 MW atau 70persen diantaranya disumbang oleh pembangkit milik PLN. Sementara IPP mengambil porsimencapai 10.995 MW atau berkisar 20 persen, PPU sebanyak 2.634 MW atau 5 persen, dan IOsebesar 2.677 MW atau sekitar 5 persen.

Pemerintah sedang mengupayakan penambahan kapasitas listrik sebesar 7.000 MW per tahun, ataumencapai 35.000 MW dalam 5 tahun. Dari angka 35 ribu MW tadi, IPP akan mengerjakanpembangkit dengan total kapasitas 25 ribu MW, sementara 10 ribu MW sisanya diberikan ke PLN.

Sepanjang tahun 2013, konsumsi listrik di Indonesia sebesar 188 terrawatt­hour atau TWh (rumahtangga 41 persen, industri 34 persen, komersial 19 persen, dan publik 6 persen), sedangkankapasitas daya terpasang pembangkit listrik hanya mencapai 47.128 MW. Realisasi pertumbuhankebutuhan listrik pada tahun 2013 mencapai 7,8 persen, dan direncanakan pada tahun 2014 ini akanmenambah kapasitas daya pembangkit sebesar 3.605 MW atau meningkat 7,6 persen dibandingkantahun 2013, sehingga total kapasitas terpasang pada akhir tahun menjadi 50.733 MW. Tambahandaya pembangkit pada 2014 tersebut berasal dari proyek percepatan 10.000 MW tahap I dan II.

Indonesia mencapai 80,51 persen atau meningkat sebesar 76,56 persen dibandingkan bawah 50persen adalah provinsi Papua (36,41 persen), dan provinsi yang rasionya masih di bawah 70 persenantara lain NTT (54,77 persen), Sulawesi Tenggara (62,51 persen), NTB (64,43 persen), KalimantanTengah (66,21 persen), Sulawesi Barat (67,6 persen), Gorontalo (67,81 persen), dan KepulauanRiau (69,66 persen).

Kondisi infrastruktur kelistrikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Kapasitas pembangkit yangdimiliki sebesar 35,33 GW (gigawatt) untuk memenuhi kebutuhan sejumlah 237 juta jiwa. Kapasitastersebut jauh di bawah kemampuan produksi listrik Singapura dan Malaysia. Kapasitas pembangkit diSingapura mampu memproduksi listrik sebesar 10,49 GW untuk memenuhi kebutuhan 5,3 jutapenduduk. Sementara kapasitas pembangkit Malaysia sebesar 28,4 GW untuk kebutuhan 29 jutapenduduk.

Faktor Penyebab Krisis Listrik

Pembangunan transmisi listrik di Sumatera yang lambat disebabkan kurangnya integrasi PLN denganBUMN Karya (sinergi BUMN). Orientasi pembangunan jaringan PLN masih menunggu bantuan luarnegeri serta proses investasi asing. Upaya PLN membangun pembangkit listrik untuk mengimbangilonjakan permintaan listrik tidak berjalan sesuai rencana. PLTU Batang (Jawa Tengah) ditargetkanmenjadi menjadi pembangkit listrik terbesar di Indonesia karena menghasilkan 2.000 MW dari duaPLTU. Rencananya pembangunan PLTU yang diperkirakan membutuhkan total biaya Rp35 triliun ituseharusnya sudah dimulai proses pembangunannya pada 6 Oktober 2013, namun saat ini masihtertunda karena masalah pembebasan lahan warga.

Page 4: Mengenal Krisis Dan Kebutuhan Energi Listrik Di Indonesia

Selain masalah pembebasan lahan, proyek pembangunan pembangkit listrik juga mengalamiberbagai macam kendala lain seperti proses perizinan yang panjang dan tidak memiliki standar bakuserta pendanaan. Hambatan lainnya adalah masalah ketersediaan peralatan, material, maupunsumber daya manusia (SDM) akibat pembangunan yang dilakukan secara serentak.

Sepanjang tahun 2013, PLN menghabiskan 7,47 juta kiloliter BBM untuk seluruh pembangkit listrik diIndonesia akibat terhentinya pasokan gas untuk PLTGU Belawan pada Juli 2013. Jumlah tersebutlebih tinggi 12.000 kiloliter dari target yang ditetapkan dalam Rencana Kerja dan AnggaranPerusahaan (RKAP) perubahan yang diajukan perseroan. Biaya produksi pun menjadi lebih besarjika dibanding memakai energi dasar dari batubara dan gas. Perubahan harga mengeluarkan biayalebih besar. Oleh sebab itu, tahun ini PLN akan lebih fokus konversi energi dari BBM ke batubara dangas sebagai salah satu bentuk penghematan.

Permasalahan Ketenagalistrikan

Energi listrik saat ini mempunyai peranan vital dan strategis, untuk menunjang pembangunannasional. Karena itu listrik harus diwujudkan secara andal, aman, dan ramah lingkungan. Namunpada kenyataannya begitu banyak permasalahan terjadi dalam pengelolaan sistem ketenagalistrikannasional. Permasalahan itu diantaranya adalah biaya pokok produksi listrik yang lebih tinggi dari padaharga jual listrik, ketidakpastian pasokan sumber energi primer, terutama pasokan gas alam, masihadanya pembangkit berbahan bakar BBM sebagai sumber energi primer, serta kondisi geografisIndonesia yang terdiri dari banyak pulau menyulitkan proses transmisi dan distribusi energi listrik.

Selanjutnya, pertumbuhan demand listrik yang lebih tinggi dibanding supply diatasi oleh pemerintahmelalui program percepatan tahap satu (Fast Track Program/FTP I), dengan membangun sejumlahpembangkit listrik dengan total daya 10 GW, dan seluruhnya berbahan bakar batubara.Pembangunan pembangkit listrik tersebut menemui banyak kendala, seperti proses perizinan yangtidak mempunyai standar yang baku, kesulitan pembiayaan dan pembebasan lahan.

Masalah lahan ini menjadi salah satu kendala utama dalam pembangunan pembangkit listrikbatubara. Kemudian, permasalahan yang ada tidak hanya terjadi di sektor hulu atau pembangkitlistrik. Pembangunan infrastruktur transmisi dan distribusi juga mengalami kendala, khususnyakesulitan mendapatkan lahan untuk tapak tower, harga tanah yang mahal serta reaksi darimasyarakat yang tidak mau rumahnya dilalui jalur transmisi.

Dalam hal pengembangan EBT skala besar, seperti PLTA dan PLTP, juga menemui banyak kendala.PLTA sangat tergantung kondisi alam. Ketersediaan air sulit diprediksi, karena iklim yang tidakmenentu dan kerusakan alam yang cukup parah, tidak bisa dibangun di sembarang tempat dan padaumumnya dibangun di daerah ketinggian/ pegunungan, serta biaya pembangunan besar. SedangkanPLTP, umumnya keberadaan sumberdaya panas bumi berada di hutan lindung, serta rendahnya tarifpembelian listrik oleh PLN sehingga membuat pengembalian modal proyek sangat lama. Adapunkendala pengembangan EBT skala kecil (PLTS, PLT bayu, PLT sampah, PLT biomasa, dan PLTkelautan) diantaranya adalah belum diproduksi secara masal dan besar­besaran, pada umumnyahanya dapat menghasilkan listrik dalam skala kecil, serta tidak mampu mengimbangi pertumbuhanbeban yang cepat dan besar.

Page 5: Mengenal Krisis Dan Kebutuhan Energi Listrik Di Indonesia

Alternatif Solusi

Memanfaatkan potensi Energi terbarukan. (Potensi energi terbarukan seperti tenaga air, panas bumi,angin, surya, samudera, maupun biomasa jumlahnya cukup memadai namun tersebar).

(http://www.dekso.co.id/wp­content/uploads/2015/03/tabel.listrik2.jpg)

Situasi Permasalahan Listrik di Indonesia

Kendala pertama, masih adanya wilayah Indonesia yang belum teraliri listrik membuktikan bahwapasokan yang ada belum cukup bagi seluruh negara. Pasokan bahan bakar yang terbatas danberkurangnya angka produksi bahkan membawa Indonesia keluar dari kelompok eksportir minyak(OPEC). Kedua, harga energi di Indonesia masih mengalami fluktuasi yang cukup besar. Tarif bahanbakar minyak (BBM) merupakan hal yang cukup sering menjadi sorotan utama, di mana hal inimembatasi akses terhadap energi. Subsidi pun diterapkan untuk mengatasi laju kenaikan harga,meskipun di sisi lain ada permasalahan lain yang dimunculkan akibat kebijakan ini, termasukterjadinya penyimpangan dalam penyebaran dan penggunaan energi bersubsidi, sehingga pasokanyang ada tidak mencukupi kebutuhan rakyat yang menjadi target BBM bersubsidi.

Masalah pun muncul karena subsidi justru menghalangi mekanisme pasar dalam menentukan hargadan menambah beban anggaran pendapatan dan belanja pemerintah. Tidak efisiennya perusahaanterkait energi pun menjadi salah satu pemicu kenaikan harga tarif dasar energi, seperti yang terjadipada kasus tarif listrik di Indonesia. Setiap negara memiliki strategi yang berbeda­beda untukmengatasi kerawanan energi di negaranya, begitu pula Indonesia. Hingga saat ini, beberapakebijakan dan proyek terkait energi sudah diluncurkan. Proyek elektrifikasi 10.000 MW di Jawa dan

Page 6: Mengenal Krisis Dan Kebutuhan Energi Listrik Di Indonesia

RESET

SUBMIT

Bali yang dimulai pada 2006 merupakan target pemerintah Indonesia untuk mencapai rasioelektrifikasi sebesar 76 persen pada 2015 dan 93 persen pada 2025. Selain itu, perhatian terhadapsumber energi yang dapat diperbarui pun menjadi perhatian khusus.

Post comment

Name

E­mail

Message

Copyright © 2014 PT Dekso Media Utama. All rights reserved.