Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

78
1 MENGENAL ALLAH MELALUI SIFAT2 NYA Urgensi dan Kesalahan dalam Ma’rifatullah Oleh: Muhammad Nur Ichwan Muslim Mengenal Allah, Rabbul ‘alamin merupakan intisari dakwah dan risalah. Bahkan hal inilah yang menjadi prioritas utama dalam dakwah setiap rasul. Di berbagai tempat dalam kitab-Nya, Allah memperkenalkan diri-Nya dengan berbagai sifat yang Dia miliki. Sebuah bukti yang jelas bahwa Allah menghendaki agar para hamba mengenal diri-Nya. Bukti yang kongkrit bahwa ma’rifatullah (mengenal Allah) adalah suatu hal yang dituntut dari diri seorang hamba. Bahkan tidak berlebihan kiranya, jika kita mengatakan bahwa pribadi termulia adalah seorang yang paling mengenal Allah ta’ala. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Saya adalah pribadi yang paling mengenal Allah dari kalian.” (Al Fath, 1/89). Begitu pula, senada dengan makna hadits di atas, adalah apa yang dikatakan Ibnul Qayyim rahimahullah, “Pribadi termulia yang memiliki cita-cita dan kedudukan tertinggi adalah seorang yang merasakan kelezatan dalam ma’rifatullah (mengenal Allah), mencintai-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya serta mencintai segala sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya.” (Al Fawaa-id, hal. 150). Ma’rifatullah serta Mengenal Nama dan Sifat-Nya Pertanyaan yang mungkin terbersit dalam benak kita adalah, “Siapakah ahli ma’rifah tersebut?” atau “Bagaimanakah potret seorang yang dapat dikategorikan sebagai ahli ma’rifah?” Biarlah hal ini dijawab oleh sang pakar hati, Abu Bakr Az Zur’i yang terkenal dengan Ibnul Qayyim, Syaikhul Islam kedua. Beliau mengatakan, “Al ‘arif (orang yang mengenal Allah dengan

description

Uploaded from Google Docs

Transcript of Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

Page 1: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

MENGENAL ALLAH MELALUI SIFAT2 NYA

Urgensi dan Kesalahan dalam Ma’rifatullah

Oleh: Muhammad Nur Ichwan Muslim

Mengenal Allah, Rabbul ‘alamin merupakan intisari dakwah dan risalah. Bahkan hal

inilah yang menjadi prioritas utama dalam dakwah setiap rasul. Di berbagai tempat

dalam kitab-Nya, Allah memperkenalkan diri-Nya dengan berbagai sifat yang Dia

miliki. Sebuah bukti yang jelas bahwa Allah menghendaki agar para hamba

mengenal diri-Nya. Bukti yang kongkrit bahwa ma’rifatullah (mengenal Allah) adalah

suatu hal yang dituntut dari diri seorang hamba. Bahkan tidak berlebihan kiranya,

jika kita mengatakan bahwa pribadi termulia adalah seorang yang paling mengenal

Allah ta’ala. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Saya adalah pribadi yang paling mengenal Allah dari kalian.” (Al Fath, 1/89).

Begitu pula, senada dengan makna hadits di atas, adalah apa yang dikatakan Ibnul

Qayyim rahimahullah, “Pribadi termulia yang memiliki cita-cita dan kedudukan

tertinggi adalah seorang yang merasakan kelezatan dalam ma’rifatullah (mengenal

Allah), mencintai-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya serta mencintai segala

sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya.” (Al Fawaa-id, hal. 150).

Ma’rifatullah serta Mengenal Nama dan Sifat-Nya

Pertanyaan yang mungkin terbersit dalam benak kita adalah, “Siapakah ahli

ma’rifah tersebut?” atau “Bagaimanakah potret seorang yang dapat dikategorikan

sebagai ahli ma’rifah?” Biarlah hal ini dijawab oleh sang pakar hati, Abu Bakr Az

Zur’i yang terkenal dengan Ibnul Qayyim, Syaikhul Islam kedua. Beliau

mengatakan, “Al ‘arif (orang yang mengenal Allah dengan benar) menurut para

ulama adalah orang yang mengenal Allah ta’ala dengan berbagai nama, sifat dan

perbuatan-Nya. Kemudian dibuktikan dalam perikehidupannya yang dibarengi niat

dan tujuan yang ikhlas…” (Madaarijus Saalikin, 3/337).

Pernyataan beliau di atas menunjukkan bahwa pengetahuan dan keimanan

seorang hamba tidak akan kokoh, hingga ia mengimani berbagai nama dan sifat-

Nya dengan ilmu (pengetahuan) yang dapat menghilangkan kebodohan terhadap

Rabb-nya.

Prof. Dr. Muhammad Khalifah At Tamimi mengatakan, “Pengetahuan (pengenalan)

hamba terhadap berbagai nama dan sifat-Nya berdasarkan wahyu yang

disampaikan Allah di dalam kitab-Nya dan sunnah rasul-Nya akan mampu

membuat seorang hamba merealisasikan penghambaan (ubudiyah) kepada Allah

secara sempurna. Setiap kali keimanan terhadap sifat-Nya bertambah sempurna,

Page 2: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

maka kecintaan dan keihklasan (kepada-Nya) akan semakin menguat. Manusia

yang paling sempurna dalam penghambaannya kepada Allah adalah orang yang

beribadah dengan (merealisasikan seluruh kandungan) nama dan sifat-Nya.”

(Mu’taqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah fii Tauhidil Asma wash Shifaat, hal.24).

Oleh karena itu, mempelajari dan memahami berbagai nama dan sifat Allah

merupakan hal yang sangat urgen karena memiliki kaitan yang erat dengan

kewajiban untuk mengenal Allah (ma’rifatullah).

Kaidah Dasar Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam Masalah Nama dan Sifat Allah

Kaidah pokok yang diyakini oleh ahlus sunnah wa jama’ah dalam hal ini adalah

meneliti semua dalil yang berbicara mengenai nama dan sifat Allah tanpa

merusaknya dengan cara mentakwil atau menyelewengkan maknanya. Hal inilah

yang akan menghantarkan seorang kepada ma’rifatullah yang benar. Ketika ia

mengimani berbagai sifat Allah yang ditetapkan oleh diri-Nya sendiri dan Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mengetahui bahwa Allah memiliki berbagai sifat

yang sempurna dan agung. Tidak ada ruang di dalamnya untuk menyelewengkan

berbagai sifat tersebut dengan makna-makna yang batil.

Al Imam Ibnu Katsir Asy Syafi’i dalam Tafsirnya (2/294) mengatakan,

“Sesungguhnya dalam permasalahan ini (pembahasan mengenai nama dan sifat

Allah) kami meniti (menempuh) madzhab salafush shalih, (yaitu jalan yang

ditempuh juga oleh) imam Malik, Al Auza’i, Ats Tsauri, Al Laits ibnu Sa’d, Asy

Syafi’i, Ahmad, Ishaq ibnu Rahuyah dan imam-imam kaum muslimin selain mereka,

baik di masa terdahulu maupun di masa ini. (Madzhab mereka dalam

permasalahan ini adalah) membiarkan dalil-dalil yang berbicara mengenai nama

dan sifat-Nya apa adanya, tanpa dibarengi dengan takyif menetapkan hakikat sifat),

tasybih (menyerupakan sifat-Nya dengan sifat makhluk) dan ta’thil (menolak sifat

bagi Allah). (Segala bentuk gambaran sifat) yang terbetik dalam benak kaum

musyabbihin (golongan yang menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk)

tertolak dari diri Allah. Tidak ada satupun makhluk yang serupa dengan-Nya dan

tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha

Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syura: 11). (Oleh karena itu, pendapat

yang benar dalam hal ini) adalah pendapat yang ditempuh oleh para imam, diantara

mereka adalah Nu’aim bin Hammad Al Khaza’i, guru imam Al Bukhari. Beliau

mengatakan, “Barangsiapa yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, maka

sungguh dia telah kafir. Barangsiapa yang mengingkari sifat yang ditetapkan Allah

untuk diri-Nya sendiri, maka sungguh dia juga telah kafir. Segala sifat yang

ditetapkan Allah dan Rasulullah bagi diri-Nya bukanlah tasybih. Oleh karenanya,

seorang yang menetapkan segala sifat yang terdapat dalam berbagai ayat yang

tegas dan hadits-hadits yang shahih sesuai dengan keagungan-Nya serta

Page 3: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

menafikan segala bentuk kekurangan dari diri Allah, maka dia telah menempuh

jalan hidayah.”

Beberapa Faktor yang Menghalangi Ma’rifatullah

Ma’rifatullah terhalang dari diri seorang hamba dengan menafikan sifat-sifat dan

menentang berbagai nama yang Dia tetapkan. Bagaimana bisa seorang yang tidak

mengakui berbagai nama yang Dia tetapkan berikut sifat yang terkandung di

dalamnya bisa mengenal Allah ta’ala?! Bisakah seorang yang tidak mengenal-Nya

bisa mencintai-Nya? Al Hasan Al Bashri rahimahullah ta’ala berkata, “Barangsiapa

yang mengenal Rabb-nya, niscaya dia akan mencintai-Nya.” (Al Hamm wal Hazn

hal.69; Ihya Ulumid Diin, 4/295).

Oleh karenanya Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Tatkala pujian dan

sanjungan dengan menggunakan nama, sifat dan perbuatan-Nya merupakan

sesuatu yang paling dicintai oleh-Nya, maka pengingkaran terhadap nama, sifat

dan perbuatan-Nya merupakan tindakan ilhad (kriminalitas) dan kekufuran terbesar

kepada-Nya. Tindakan ini lebih buruk daripada kesyirikan. Seorang mu’aththil

(menafikan nama dan sifat-Nya) lebih buruk daripada seorang musyrik, karena

kondisi seorang musyrik tidaklah sama (dengan derajat orang yang) menentang

berbagai sifat-Nya dan hakikat kerajaan-Nya serta mencela sifat yang Dia miliki dan

menyamakan/menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Maka, (pada hakikatnya)

kelompok mu’aththil (golongan yang menafikan nama dan sifat-Nya) adalah musuh

sejati para rasul. Bahkan akar seluruh kesyirikan adalah tindakan ta’thil, karena jika

tidak dilatarbelakangi oleh ta’thil terhadap kesempurnaaan zat dan sifat-Nya serta

buruk sangka terhadap-Nya, tentulah Allah tidak akan disekutukan.” (Madaarijus

Saalikin, 3/347).

Berikut beberapa bentuk ilhad (kriminalitas) terhadap Allah yang terkait dengan

nama dan sifat-Nya, kami sajikan secara ringkas kepada anda dikarenakan

keterbatasan ilmu kami.

Pertama, menyerupakan (menganalogikan) sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya

atau yang dikenal dengan istilah tamtsil atau tasybih. Ketika Allah ta’ala

menetapkan diri-Nya memiliki wajah dan tangan, orang yang melakukan tamtsil

mengatakan wajah dan tangan Allah tersebut seperti wajah dan tangan kita. Hal ini

didustakan oleh Allah dalam firman-Nya (yang artinya), “Tidak ada sesuatupun

yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.” (QS.

Asy Syuura: 11). “Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah

(yang kamu serupakan dengan-Nya).” (QS. An Nahl: 74). Penganalogian sifat Allah

dengan makhluk-Nya merupakan aib, karena Allah, Zat yang Mahasempurna

diserupakan dengan makhluk yang penuh dengan kekurangan.

Page 4: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

Kedua, menolak nama dan sifat Allah, baik menolak seluruhnya atau sebagiannya.

Termasuk bentuk penolakan nama dan sifat-Nya adalah menyelewengkan makna

nama dan sifat-Nya seperti memaknai sifat cinta yang ditetapkan Allah bagi diri-Nya

sendiri dengan arti iradatul lit tatswib (keinginan untuk memberi pahala). Orang

yang menafikan nama dan sifat-Nya beralasan jika kita menetapkan nama dan sifat

bagi Allah, maka hal ini akan berkonsekuensi menyerupakan-Nya dengan makhluk

karena makhluk pun memiliki cinta.

Hal ini tidak tepat dengan alasan bahwa Allah ta’ala telah menyatakan bahwa tidak

ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya dan di sisi lain Dia menetapkan bahwa

Dia memiliki sifat. Lihatlah surat Asy Syuura ayat 11 di atas! Allah ta’ala

menyatakan bahwa tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, namun Dia

juga menetapkan bahwa Dia memiliki sifat mendengar dan melihat yang sesuai

dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya.

Penetapan sifat bagi Allah meskipun memiliki nama yang sama dengan sifat

makhluk tidak berkonsekuensi menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.

Perhatikan kembali perkataan Nu’aim bin Hammad Al Khaza’i, guru imam Al

Bukhari Jilani yang dibawakan oleh imam Ibnu Katsir atau kaidah yang disampaikan

oleh Syaikh Abdul Qadir Al Jilani di atas!

Demikian pula, alasan di atas dapat dibantah secara logika bahwa kesamaan nama

suatu sifat tidak berkonsekuensi adanya kesamaan hakikat sifat tersebut. Contoh

praktisnya, makhluk memiliki pendengaran dan penglihatan, apakah pendengaran

dan penglihatan mereka antara satu dengan yang lain memiliki hakikat dan bentuk

yang sama?! Tentulah kita akan menjawab tidak. Ketika Dia menetapkan sifat

mendengar, melihat atau cinta bagi diri-Nya, maka meskipun sifat tersebut juga

dimiliki oleh makhluk tentu hakikat sifat tersebut tidaklah sama dengan sifat

makhluk-Nya. Sifat yang Dia tetapkan bagi diri-Nya sendiri adalah sifat yang sesuai

dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya, tidak seperti sifat yang dimiliki oleh

makhluk yang dipenuhi kekurangan.

Ketiga, menetapkan suatu kaifiyah (bentuk/cara) bagi sifat Allah ta’ala. Hal ini

dinamakan dengan takyif dan termasuk ke dalam bentuk ini adalah

mempertanyakan hakikat dan kaifiyah sifat Allah ta’ala. Contoh praktisnya semisal

perkataan, “Tangan Allah itu panjang dan besarnya sekian”. Hal ini salah satu

bentuk kelancangan terhadap-Nya karena berkata-kata mengenai Allah ta’ala tanpa

dilandasi dengan ilmu. Ketika hakikat dan bentuk Zat Allah saja tidak kita ketahui,

maka bagaimana bisa kita lancang menetapkan sifat Allah bentuknya begini dan

begitu?!

Oleh karena itu, ketika Imam Malik dan gurunya, Rabi’ah ditanya mengenai hakikat

sifat istiwa (bersemayam) Allah oleh seseorang, mereka mengatakan, “Istiwa

Page 5: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

diketahui maknanya, namun hakikatnya tidak dapat dinalar (dijangkau oleh logika).

Beriman kepadanya wajib dan bertanya mengenai hakikatnya adalah bid’ah.” [Lihat

perkataan beliau ini dalam Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah 3/398;

Itsbat Shifatil ‘Uluw hal. 119 dan Dzammut Takwil hal. 13 dan Lum’atul I’tiqad hal.

64 karya Abdullah bin Ahmad bin Qudamah Al Maqdisi); Idlohud Dalil fii Qath’i

Hujaji Ahlit Ta’thil hal. 14 (Muhammad bin Ibrahim bin Sa’ad bin Jama’ah); Al I’tiqad

hal. 116 (Ibnul Husain Al Baihaqi); Al ‘Ulum li ‘Aliyyil Ghaffar hal. 129 (Adz

Dzahabi).

Urgensi dan Kesalahan dalam Ma'rifatullah

Berbagai tindakan di atas merupakan perbuatan yang akan menghalangi seorang

hamba untuk mengenal Zat yang harus dia cintai. Berbagai tindakan tersebut akan

membuat seorang mengenal Rabb-nya dengan bentuk pengenalan yang keliru atau

bahkan menghantarkan seorang hamba menjadi pribadi yang tidak mengenal Allah

karena dirinya tidak mengenal sifat Zat yang dia cintai. Kita tutup pembahasan kita

ini dengan perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah yang menunjukkan pentingnya

memahami permasalahan nama dan sifat Allah ta’ala karena sangat terkait dengan

ma’rifatullah (pengenalan terhadap Allah). Beliau mengatakan, “Mengimani dan

mengetahui berbagai sifat-Nya, menetapkan hakikat (makna) bagi sifat tersebut,

keterkaitan hati dengannya serta menyaksikan (pengaruh) sifat tersebut merupakan

jalan awal, pertengahan dan tertinggi (untuk mengenal-Nya). Hal ini merupakan ruh

bagi para saalikin (orang-orang yang berjalan menuju Allah), kendaraan yang akan

menghantarkan mereka, penggerak tekad ketika malas dan penggugah semangat

ketika tidak maksimal dalam beribadah. Perjalanan mereka (menuju Allah)

bergantung pada bekal-bekal yang akan menopang perjalanan mereka. Setiap

orang yang tidak berbekal, maka pasti dia tidak mampu menempuh perjalanan.

(Dan ketahuilah) bekal terbaik adalah (pengetahuan) terhadap sifat Zat yang

dicintai dan (itulah) puncak keinginan mereka.” (Madaarijus Saalikin, 3/350).

Beliau melanjutkan, “Sesungguhnya berbagai sifat Allah yang sempurna dan

digunakan untuk berdo’a kepada-Nya serta hakikat berbagai nama-Nya adalah

faktor pendorong hati (seorang) untuk mencintai Allah dan sampai kepada-Nya. Hal

ini dikarenakan hati hanya akan mencintai orang yang dikenalnya, takut, berharap,

rindu, merasa senang dan tenteram ketika menyebut namanya sesuai dengan

(kadar) ma’rifah (pengenalan) hati terhadap sifatnya.” (Madaarijus Saalikin, 3/351).

Demikianlah pembahasan kita kali ini, besar harapan kami uraian ini dapat

bermanfaat bagi diri penulis dan orang yang membacanya. Wa shallallahu ‘ala

Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. [Muhammad Nur Ichwan Muslim]

● Tag: ahlus sunnah wal jama ' ah , Aqidah, asma ' wa shifat , ma ' rifatullah ,

manhaj

Page 6: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

Tahukah Kamu, Di Manakah Allah?

Oleh: Yulian Purnama

Ada sebuah pertanyaan penting yang cukup mendasar bagi setiap kaum muslimin

yang telah mengakui dirinya sebagai seorang muslim. Setiap muslim selayaknya

bisa memberikan jawaban dengan jelas dan tegas atas pertanyaan ini, karena

bahkan seorang budak wanita yang bukan berasal dari kalangan orang terpelajar

pun bisa menjawabnya. Bahkan pertanyaan ini dijadikan oleh Rasulullah sebagai

tolak ukur keimanan seseorang. Pertanyaan tersebut adalah “Dimana Allah?”.

Jika selama ini kita mengaku muslim, jika selama ini kita yakin bahwa Allah satu-

satunya yang berhak disembah, jika selama ini kita merasa sudah beribadah

kepada Allah, maka sungguh mengherankan bukan jika kita tidak memiliki

pengetahuan tentang dimanakah dzat yang kita sembah dan kita ibadahi selama

ini. Atau dengan kata lain, ternyata kita belum mengenal Allah dengan baik, belum

benar-benar mencintai Allah dan jika demikian bisa jadi selama ini kita juga belum

menyembah Allah dengan benar. Sebagaimana perkataan seorang ulama besar

Saudi Arabia, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin: “Seseorang tidak dapat

beribadah kepada Allah secara sempurna dan dengan keyakinan yang benar

sebelum mengetahui nama dan sifat Allah Ta’ala” (Muqoddimah Qowa’idul Mutsla).

Sebagian orang juga mengalami kebingungan atas pertanyaan ini. Ketika ditanya

“dimanakah Allah?” ada yang menjawab ‘Allah ada dimana-mana’, ada juga yang

menjawab ‘Allah ada di hati kita semua’, ada juga yang menjawab dengan marah

sambil berkata ‘Jangan tanya Allah dimana, karena Allah tidak berada dimana-

mana’. Semua ini, tidak ragu lagi, disebabkan kurangnya perhatian kaum muslimin

terhadap ilmu agama, terhadap ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah yang

telah jelas secara gamblang menjelaskan jawaban atas pertanyaan ini, bak mentari

di siang hari.

Allah bersemayam di atas Arsy

“Dimanakah Allah?” maka jawaban yang benar adalah Allah bersemayam di atas

Arsy, dan Arsy berada di atas langit. Hal ini sebagaimana diyakini oleh Imam Asy

Syafi’I, ia berkata: “Berbicara tentang sunnah yang menjadi pegangan saya, murid-

murid saya, dan para ahli hadits yang saya lihat dan yang saya ambil ilmunya,

seperti Sufyan, Malik, dan yang lain, adalah iqrar seraya bersaksi bahwa tidak ada

ilah yang haq selain Allah, dan bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah, serta

bersaksi bahwa Allah itu diatas ‘Arsy di langit, dan dekat dengan makhluk-Nya”

(Kitab I’tiqad Al Imamil Arba’ah, Bab 4). Demikian juga diyakini oleh para imam

mazhab, yaitu Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) dan Imam

Page 7: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

Ahmad Ibnu Hambal (Imam Hambali), tentang hal ini silakan merujuk pada kitab

I’tiqad Al Imamil Arba’ah karya Muhammad bin Abdirrahman Al Khumais.

Keyakinan para imam tersebut tentunya bukan tanpa dalil, bahkan pernyataan

bahwa Allah berada di langit didasari oleh dalil Al Qur’an, hadits, akal, fitrah dan

‘ijma.

1. Dalil Al Qur’an

Allah Ta’ala dalam Al Qur’anul Karim banyak sekali mensifati diri-Nya berada di

atas Arsy yaitu di atas langit. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

“Allah Yang Maha Pemurah bersemayam di atas Arsy” (QS. Thaha: 5)

Ayat ini jelas dan tegas menerangkan bahwa Allah bersemayam di atas Arsy. Allah

Ta’ala juga berfirman yang artinya:

“Apakah kamu merasa aman terhadap Dzat yang di langit (yaitu Allah) kalau Dia

hendak menjungkir-balikkan bumi beserta kamu sekalian sehingga dengan tiba-tiba

bumi itu bergoncang” (QS. Al Mulk: 16)

Juga ayat lain yang artinya:

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik kepada Rabb-Nya dalam sehari yang kadarnya

lima puluh ribu tahun” (QS. Al-Ma’arij: 4). Ayat pun ini menunjukkan ketinggian

Allah.

2. Dalil hadits

Dalam hadits Mu’awiyah bin Hakam, bahwa ia berniat membebaskan seorang

budak wanita sebagai kafarah. Lalu ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menguji budak

wanita tersebut. Beliau bertanya: “Dimanakah Allah?”, maka ia menjawab: “ Di atas

langit”, beliau bertanya lagi: “Siapa aku?”, maka ia menjawab: “Anda utusan Allah”.

Lalu beliau bersabda: “Bebaskanlah ia karena ia seorang yang beriman” (HR.

Muslim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda yang artinya:

“Setelah selesai menciptakan makhluk-Nya, di atas Arsy Allah menulis,

‘Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka-Ku’ ” (HR. Bukhari-Muslim)

3. Dalil akal

Syaikh Muhammad Al Utsaimin berkata: “Akal seorang muslim yang jernih akan

mengakui bahwa Allah memiliki sifat sempurna dan maha suci dari segala

kekurangan. Dan ‘Uluw (Maha Tinggi) adalah sifat sempurna dari Suflun (rendah).

Maka jelaslah bahwa Allah pasti memiliki sifat sempurna tersebut yaitu sifat ‘Uluw

(Maha Tinggi)”. (Qowaaidul Mutslaa, Bab Syubuhaat Wa Jawaabu ‘anha)

4. Dalil fitrah

Page 8: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

Perhatikanlah orang yang berdoa, atau orang yang berada dalam ketakutan,

kemana ia akan menengadahkan tangannya untuk berdoa dan memohon

pertolongan? Bahkan seseorang yang tidak belajar agama pun, karena fitrohnya,

akan menengadahkan tangan dan pandangan ke atas langit untuk memohon

kepada Allah Ta’ala, bukan ke kiri, ke kanan, ke bawah atau yang lain.

Namun perlu digaris bawahi bahwa pemahaman yang benar adalah meyakini

bahwa Allah bersemayam di atas Arsy tanpa mendeskripsikan cara Allah

bersemayam. Tidak boleh kita membayangkan Allah bersemayam di atas Arsy

dengan duduk bersila atau dengan bersandar atau semacamnya. Karena Allah

tidak serupa dengan makhluknya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah” (QS. Asy Syura: 11)

Maka kewajiban kita adalah meyakini bahwa Allah berada di atas Arsy yang berada

di atas langit sesuai yang dijelaskan Qur’an dan Sunnah tanpa mendeskripsikan

atau mempertanyakan kaifiyah (tata cara) –nya. Imam Malik pernah ditanya dalam

majelisnya tentang bagaimana caranya Allah bersemayam? Maka beliau

menjawab: “Bagaimana caranya itu tidak pernah disebutkan (dalam Qur’an dan

Sunnah), sedangkan istawa (bersemayam) itu sudah jelas maknanya, menanyakan

tentang bagaimananya adalah bid’ah, dan saya memandang kamu (penanya)

sebagai orang yang menyimpang, kemudian memerintahkan si penanya keluar dari

majelis”. (Dinukil dari terjemah Aqidah Salaf Ashabil Hadits)

Allah bersama makhluk-Nya

Allah Ta’ala berada di atas Arsy, namun Allah Ta’ala juga dekat dan bersama

makhluk-Nya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

“Allah bersamamu di mana pun kau berada” (QS. Al Hadid: 4)

Ayat ini tidak menunjukkan bahwa dzat Allah Ta’ala berada di segala tempat.

Karena jika demikian tentu konsekuensinya Allah juga berada di tempat-tempat

kotor dan najis, selain itu jika Allah berada di segala tempat artinya Allah berbilang-

bilang jumlahnya. Subhanallah, Maha Suci Allah dari semua itu. Maka yang benar,

Allah Ta’ala Yang Maha Esa berada di atas Arsy namun dekat bersama hambanya.

Jika kita mau memahami, sesungguhnya tidak ada yang bertentangan antara dua

pernyataan tersebut.

Karena kata ma’a (bersama) dalam ayat tersebut, bukanlah kebersamaan

sebagaimana dekatnya makhluk dengan makhluk, karena Allah tidak serupa

dengan makhluk. Dengan kata lain, jika dikatakan Allah bersama makhluk-Nya

bukan berarti Allah menempel atau berada di sebelah makhluk-Nya apalagi bersatu

dengan makhluk-Nya.

Page 9: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

Syaikh Muhammad Al-Utsaimin menjelaskan hal ini: “Allah bersama makhluk-Nya

dalam arti mengetahui, berkuasa, mendengar, melihat, mengatur, menguasai dan

makna-makna lain yang menyatakan ke-rububiyah-an Allah sambil bersemayam di

atas Arsy di atas makhluk-Nya” (Qowaaidul Mutslaa, Bab Syubuhaat Wa Jawaabu

‘anha) .

Ketika berada di dalam gua bersama Rasulullah karena dikejar kaum musyrikin,

Abu Bakar radhiallahu’anhu merasa sedih sehingga Rasulullah membacakan ayat

Qur’an, yang artinya:

“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita” (QS. Taubah: 40)

Dalam Tafsir As Sa’di dijelaskan maksud ayat ini: “ ’Allah bersama kita’ yaitu

dengan pertolongan-Nya, dengan bantuan-Nya dan kekuatan dari-Nya”. Allah

Ta’ala juga berfirman yang artinya:

“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),

sesungguhnya Aku qoriib (dekat). Aku mengabulkan permohonan orang yang

berdoa apabila dia berdoa kepadaKu” (QS. Al Baqarah: 186)

Dalam ayat ini pun kata qoriib (dekat) tidak bisa kita bayangkan sebagaimana

dekatnya makhluk dengan makhluk. Dalam Tafsir As Sa’di dijelaskan maksud ayat

ini: “Sesungguhnya Allah Maha Menjaga dan Maha Mengetahui. Mengetahui yang

samar dan tersembunyi. Mengetahui mata yang berkhianat dan hati yang

ketakutan. Dan Allah juga dekat dengan hamba-Nya yang berdoa, sehingga Allah

berfirman ‘Aku mengabulkan doa orang yang berdoa jika berdoa kepada-Ku’ ”.

Kemudian dijelaskan pula: “Doa ada 2 macam, doa ibadah dan doa masalah. Dan

kedekatan Allah ada 2 macam, dekatnya Allah dengan ilmu-Nya terhadap seluruh

makhluk-Nya, dan dekatnya Allah kepada hambaNya yang berdoa untuk

mengabulkan doanya” (Tafsir As Sa’di). Jadi, dekat di sini bukan berarti menempel

atau bersebelahan dengan makhluk-Nya. Hal ini sebenarnya bisa dipahami dengan

mudah. Dalam bahasa Indonesia pun, tatkala kita berkata ‘Budi dan Tono sangat

dekat’, bukan berarti mereka berdua selalu bersama kemanapun perginya, dan

bukan berarti rumah mereka bersebelahan.

Kaum muslimin, akhirnya telah jelas bagi kita bahwa Allah Yang Maha Tinggi

berada dekat dan selalu bersama hamba-Nya. Allah Maha Mengetahui isi-isi hati

kita. Allah tahu segala sesuatu yang samar dan tersembunyi. Allah tahu niat-niat

buruk dan keburukan maksiat yang terbesit di hati. Allah bersama kita, maka masih

beranikah kita berbuat bermaksiat kepada Allah dan meninggakan segala perintah-

Nya?

Allah tahu hamba-hambanya yang butuh pertolongan dan pertolongan apa yang

paling baik. Allah pun tahu jeritan hati kita yang yang faqir akan rahmat-Nya. Allah

dekat dengan hamba-Nya yang berdoa dan mengabulkan doa-doa mereka. Maka,

Page 10: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

masih ragukah kita untuk hanya meminta pertolongan kepada Allah? Padahal Allah

telah berjanji untuk mengabulkan doa hamba-Nya. Kemudian, masih ragukah kita

bahwa Allah Ta’ala sangat dekat dan mengabulkan doa-doa kita tanpa butuh

perantara? Sehingga sebagian kita masih ada yang mencari perantara dari dukun,

paranormal, para wali dan sesembahan lain selain Allah. Wallahul musta’an. [Yulian

Purnama]

Mengenal Allah S.W.T.

1. Mengenal Allah s.w.t adalah fardhu Ain atas tiap-tiap mukallaf dengan

mengetahui namaNya dan sifat-sifatNya yang bertepatan dengan syarak yang

berlandaskan ajaran para Nabi dan Rasul.

2. Nama-nama Allah s.w.t (Al-Asma ‘ul-Husna) dan sifat-sifat yang Maha Besar dan

Maha Tinggi. Nama Allah s.w.t yang lebih masyhur di antara segala nama-

namaNya ialah Allah, disebut lafaz Al-Jalalah (Lafaz yang Maha Besar) dan yang

lain daripada ini diketahui melalui Al-Quran dan Al-Hadith. Semuanya sentiasa

menjadi sebutan umat Islam contohnya Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Quddus, As-

Salam, Al-Mukmin.

3. Sifat-sifat yang diketahui oleh mukallaf terbahagi kepada dua bahagian :-

1) Mengetahui sifat-sifat Allah s.w.t dengan Ijmali (Ringkas) iaitu bahawa beriktiqad

dan berpegang oleh seseorang dengan iktiqad yang putus (jazam) bahawa wajib

bagi Allah s.w.t bersifat dengan sifat-sifat kesempurnaan yang layak dengan

keadaan ketuhanan dan mustahil atasNya bersifat dengan apa-apa jua sifat

kekurangan.

2) Mengetahui sifat-sifat Allah s.w.t dengan jalan tafsili (satu persatu) iaitu bahawa

beriktiqad dan berpegang oleh seseorang dengan iktiqad yang putus dengan dalil

aqli (dengan akal) dan dalil naqli (dengan Al-Quran dan Hadith) bahawa wajib dan

beriktiqad dengan iktiqad yang putus dengan dalil aqli dan naqli. Maka mustahil

atas Allah s.w.t bersifat dengan segala lawan sifatyang wajib tersebut.

4. Mengenal Allah s.w.t wajib melalui tiga perkara :-

1) Iktiqad yang putus (jazam) iaitu tiada syak, dzan dan waham. Jika iktiqadnya ada

salah satu daripada tiga tadi maka tidak dinamakan mengenal Allah s.w.t.

2) Muafakat (bersetuju) iktiqad itu dengan yang sebenar (bertepatan dengan iktiqad

Ahli Sunnah Wal-Jamaah), maka tidak dinamakan mengenal jika iktiqad tidak

bertepatan dengan yang sebenar (Ahli Sunnah Wal-Jamaah) seperti iktiqad orang

Page 11: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

Nasrani dan Yahudi.

3) Dengan dalil sekalipun dengan dalil ijmali, jika iktiqadnya putus (jazam) serta

bertepatan dengan Ahli Sunnah Wal-Jamaah tetapi jika tidak dengan dalil maka

dinamakan taqlid.

5. Iktiqad yang tidak terputus atau tidak bertepatan dengan Ahli Sunnah Wal-

Jamaah, maka para ulama membuat persetujuan bahawa menghukum orang itu

kafir. Dan bagi iktiqad orang bertaqlid itu timbul perselisihan ulama padanya.

Mengikut qaul yang muktamad orang yang bertaqlid itu tidak dihukumkan kafir jika

taqlidnya putus dengan dihukum mukmin yang menderhaka (jika ia belajar maka

tidak dihukumkan mukmin yang derhaka).

6. Makna taqlid ialah menerima perkataan orang lain dengan tidak mengetahui dalil

dan keterangan.

7. Taqlid terbahagi kepada dua bahagian :-

1)Taqlid Jazam (putus) Iktiqad yang teguh dan tidak akan berubah walaupun orang

yang diikuti itu berubah. Maka taqlid ini di sisi Ahli Sunnah Wal-Jamaah sah

imannya kerana ada mempunyai iktiqad yang jazam (putus).

2)Taqlid yang tidak Jazam (TidakPutus) Menerima perkataan orang lain dengan

tidak teguh sekiranya orang yang diikuti seperti guru-gurunya, ibubapanya atau

lainya. Iktiqad mereka berubah-ubah mangikut orang yang diikutinya. Maka taqlid

ini dihukumkan tidak sah imannya kerana serupa imannya dengan syak,zhan atau

waham(tiada putus).

8. Kesimpulannya iman orang yang bertaqlid sentiasa di dalam bahaya atau

bimbang dan tergantung kebenarannya atas orang yang diikutinya. Jika benar

perjalanan orang yang diikutinya seperti guru-gurunya maka mengikutnya selamat,

tetapi jika sebaliknya binasalah mereka.

9. Hendaklah seseorang itu bersungguh-sungguh menuntut Ilmu Tauhid yang sahih

supaya terlepas ia daripada syak dan waham dalam iman kerana di akhir zaman ini

terdapat ramai ahli-ahli bida’ah.

10. Taqlid itu membawa mudharat kerana jalan membawa kepada sesat yang amat

hina yang tiada layak pada seseorang manusia.

Rujukan : ( Kitab Risalah Tauhid – Abdul Ghani Yahya )

1. Wujud : Artinya Ada

Iaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat Allah Ta'ala yang tiada disebabkan

dengan sesuatu sebab. Maka wujud ( Ada ) – disisi Imam Fakhru Razi dan Imam

Abu Mansur Al-Maturidi bukan ia a'in maujud dan bukan lain daripada a'in maujud ,

Page 12: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

maka atas qaul ini adalah wujud itu Haliyyah ( yang menepati antara ada dengan

tiada) .

Tetapi pada pendapat Imam Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu 'ain Al-maujud ,

kerana wujud itu zat maujud kerana tidak disebutkan wujud melainkan kepada zat.

Kepercayaan bahawa wujudnya Allah s.w.t. bukan sahaja di sisi agama Islam tetapi

semua kepercayaan di dalam dunia ini mengaku menyatakan Tuhan itu ada.

Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :

" Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi

nescaya berkata mereka itu Allah yang menjadikan……………"

( Surah Luqman : Ayat 25 )

2. Qidam : Artinya Dahulu

Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah s.w.t kerana Allah s.w.t.

menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya

lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu. Jika sekiranya Allah Ta'ala tidak lebih

dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil dan batil. Maka

apabila disebut Allah s.w.t. bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu

Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim iaitu Azali.

Setengah ulama menyatakan bahawa kedua-dua perkataan ini sama maknanya

iaitu sesuatu yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khas dan azali itu am.

Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, iaitu tiap-tiap azali

tidak boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada nama terbahagi

kepada empat bahagian :

1 ) Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta'ala )

2 ) Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah Ta'ala )

3 ) Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapa nisbah

kepada anak )

4 ) Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya satu tahun )

Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim Zati ) tidak harus dikatakan lain

daripada Allah Ta'ala.

3. Baqa' : Artinya Kekal

Sentiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah s.w.t . Pada hakikatnya ialah

menafikan ada kesudahan bagi wujud Allah Ta'ala. Adapun yang lain daripada

Allah Ta'ala , ada yang kekal dan tidak binasa Selama-lamanya tetapi bukan

dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar ) Bahkan kekal yang aradhi ( yang

mendatang jua seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh, Syurga, Neraka,

Page 13: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

jisim atau jasad para Nabi dan Rasul ).

Perkara –perkara tersebut kekal secara mendatang tatkala ia bertakluq dengan

Sifat dan Qudrat dan Iradat Allah Ta'ala pada mengekalkannya. Segala jisim

semuanya binasa melainkan 'ajbu Az-zanabi ( tulang kecil seperti biji sawi letaknya

di tungking manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit daripada kubur kelak ).

Jasad semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang

mana ianya adalah kekal aradhi jua. Disini nyatalah perkara yang diiktibarkan

permulaan dan kesudahan itu terbahagi kepada tiga bahagian :

1) Tiada permulaan dan tiada kesudahan iaitu zat dan sifat Alllah s.w.t.

2) Ada permulaan tetapi tiada kesudahan iaitu seperti Arash , Luh Mahfuz , syurga

dan lain-lain lagi.

3) Ada permulaan dan ada kesudahan iaitu segala makhluk yang lain daripada

perkara yang diatas tadi ( Kedua ).

4. Mukhalafatuhu Lilhawadithi. Artinya : Allah Tidak sama dengan segala yang

baru.

Pada zat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang telah

ada atau yang belum ada. Pada hakikat nya adalah menafikan Allah Ta'ala

menyerupai dengan yang baharu pada zatnya , sifatnya atau perbuatannya.

Sesungguhnya zat Allah Ta'ala bukannya berjirim dan bukan aradh Dan tiada

sesekali zatnya berdarah , berdaging , bertulang dan juga bukan jenis leburan ,

tumbuh-tumbuhan , tiada berpihak ,tiada ber-

tempat dan tiada dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah Ta'ala itu tiada

bersamaan dengan sifat yang baharu kerana sifat Allah Ta'ala itu qadim lagi azali

dan melengkapi ta'aluqnya. Sifat Sama' ( Maha Mendengar ) bagi Allah Ta'ala

berta'aluq ia pada segala maujudat tetapi bagi mendengar pada makhluk hanya

pada suara sahaja. Sesungguhnya di dalam Al-Quraan dan Al-Hadith yang

menyebut muka dan tangan Allah s.w.t. , maka perkataan itu hendaklah kita

iktiqadkan thabit ( tetap ) secara yang layak dengan Allah Ta'ala Yang Maha Suci

daripada berjisim dan Maha Suci AllahTa'ala bersifat dengan segala sifat yang

baharu.

5. Qiamuhu Binafsihi : Artinya : Allah Berdiri sendiri.

Tidak berkehendak kepada tempat berdiri ( pada zat ) dan tidak

berkehendak kepada yang menjadikannya

Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan Allah s.w.t. berkehendak

kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya.

Allah s.w.t itu terkaya dan tidak berhajat kepada sesuatu sama ada

Page 14: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

pada perbuatannya atau hukumannya.

Allah s.w.t menjadikan tiap-tiap sesuatu dan mengadakan undang-

undang semuanya untuk faedah dan maslahah yang kembali kepada

sekalian makhluk .

Allah s.w.t menjadikan sesuatu ( segala makhluk ) adalah kerana

kelebihan dan belas kasihannya bukan berhajat kepada faedah.

Allah s.w.t. Maha Terkaya daripada mengambil apa-apa manafaat

di atas kataatan hamba-hambanya dan tidak sesekali menjadi

mudharat kepada Allah Ta'ala atas sebab kemaksiatan dan kemung-

karan hamba-hambanya.

Apa yang diperintahkan atau ditegah pada hamba-hambanya adalah

perkara yang kembali faedah dan manafaatnya kepada hamba-hamba-

nya jua.

Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :

" Barangsiapa berbuat amal yang soleh ( baik ) maka pahalanya

itu pada dirinya jua dan barangsiapa berbuat jahat maka bala-

sannya ( seksaannya ) itu tertanggung ke atas dirinya jua ".

( Surah Fussilat : Ayat 46 )

Syeikh Suhaimi r.a.h berkata adalah segala yang maujudat itu dengan

nisbah berkehendak kepada tempat dan kepada yang menjadikannya ,

terbahagi kepada empat bahagian :

1) Terkaya daripada tempat berdiri dan daripada yang menjadi-

kannya iaitu zat Allah s.w.t.

2) Berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang men-

jadikannya iaitu segala aradh ( segala sifat yang baharu ).

3) Terkaya daripada zat tempat berdiri tetapi berkehendak

kepada yang menjadikannya iaitu segala jirim. ( Segala zat yang baharu ) .

4) Terkaya daripada yang menjadikannya dan berdiri ia pada zat

iaitu sifat Allah Ta'ala.

6. Wahdaniyyah.

Artinya : Allah Esa pada zat , pada sifat dan pada perbuatan.

Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan berbilang pada zat , pada

sifat dan pada perbuatan sama ada bilangan yang muttasil ( yang ber-

hubung ) atau bilangan yang munfasil ( yang bercerai ).

Makna Esa Allah s.w.t. pada zat itu iaitu menafikan Kam Muttasil pada

Zat ( menafikan bilangan yang berhubung dengan zat ) seperti tiada zat

Allah Ta'ala tersusun daripada darah , daging , tulang ,urat dan lain-lain.

Page 15: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

Dan menafikan Kam Munfasil pada zat ( menafikan bilangan yang ber-

cerai pada zat Allah Ta'ala )seperti tiada zat yang lain menyamai zat

Allah Ta'ala.

Makna Esa Allah s.w.t pada sifat iaitu menafikan Kam muttasil pada

Sifat ( menafikan bilangan yang berhubung pada sifatnya ) iaitu tidak

sekali-kali bagi Allah Ta'ala pada satu-satu jenis sifatnya dua qudrat

dan menafikan Kam Munfasil pada sifat ( menafikan bilangan –

bilangan yang bercerai pada sifat ) iaitu tidak ada sifat yang lain

menyamai sebagaimana sifat Allah s.w.t. yang Maha Sempurna.

Makna Esa Allah s.w.t. pada perbuatan iaitu menafikan Kam

Muttasil pada perbuatan ( menafikan bilangan yang bercerai –cerai pada

perbuatan ) iaitu tidak ada perbuatan yang lain menyamai seperti

perbuatan Allah bahkan segala apa yang berlaku di dalam alam semua-

nya perbuatan Allah s.w.t sama ada perbuatan itu baik rupanya dan

hakikatnya seperti iman dan taat atau jahat rupanya tiada pada hakikat-nya seperti

kufur dan maksiat sama ada perbuatan dirinya atau

perbuatan yang lainnya ,semuanya perbuatan Allah s.w.t dan tidak

sekali-kali hamba mempunyai perbuatan pada hakikatnya hanya pada

usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas.

Maka wajiblah bagi Allah Ta'ala bersifat Wahdaniyyah dan ternafi bagi

Kam yang lima itu iaitu :

1) Kam Muttasil pada zat.

2) Kam Munfasil pada zat.

3) Kam Muttasil pada sifat.

4) Kam Munfasil pada sifat.

5) Kam Munfasil pada perbuatan.

Maka tiada zat yang lain , sifat yang lain dan perbuatan yang lain

menyamai dengan zat , sifat dan perbuatan Allah s.w.t .

Dan tertolak segala kepercayaan-kepercayaan yang membawa kepada

menyengutukan Allah Ta'ala dan perkara-perkara yang menjejaskan

serta merosakkan iman.

7. Al – Qudrah :

Artinya : Kuasa qudrah Allah s.w.t. memberi bekas pada mengadakan

meniadakan tiap-tiap sesuatu.

Page 16: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

Pada hakikatnya ialah satu sifat yang qadim lagi azali yang thabit

( tetap ) berdiri pada zat Allah s.w.t. yang mengadakan tiap-tiap yang

ada dan meniadakan tiap-tiap yang tiada bersetuju dengan iradah.

Adalah bagi manusia itu usaha dan ikhtiar tidak boleh memberi bekas pada

mengadakan atau meniadakan , hanya usaha dan ikhtiar pada jalan menjayakan

sesuatu .

Kepercayaan dan iktiqad manusia di dalam perkara ini berbagai-bagai

Fikiran dan fahaman seterusnya membawa berbagai-bagai kepercayaan dan

iktiqad.

1) Iktiqad Qadariah :

Perkataan qadariah iaitu nisbah kepada qudrat . Maksudnya orang yang beriktiqad

akan segala perbuatan yang dilakukan manusia itu sama ada baik atau jahat

semuanya terbit atau berpunca daripada usaha dan ikhtiar manusia itu sendiri dan

sedikitpun tiada bersangkut-paut dengan kuasa Allah s.w.t.

2) Iktiqad Jabariah :

Perkataan Jabariah itu nisbah kepada Jabar ( Tergagah ) dan maksudnya orang

yang beriktiqad manusia dan makhluk bergantung kepada qadak dan qadar Allah

semata-mata ( tiada usaha dan ikhtiar atau boleh memilih samasekali ). 3) Iktiqad

Ahli Sunnah Wal – Jamaah :

Perkataan Ahli Sunnah Wal Jamaahialah orang yang mengikut perjalanan Nabi dan

perjalanan orang-orang Islam iaitu beriktiqad bahawa hamba itu tidak digagahi

semata-mata dan tidak memberi bekas segala perbuatan yang disengajanya, tetapi

ada perbuatan yang di sengaja pada zahir itu yang dikatakan usaha dan ikhtiar

yang tiada memberi bekas sebenarnya sengaja hamba itu daripada Allah Ta;ala

jua. Maka pada segala makhluk ada usaha dan ikhtiar pada zahir dan tergagah

pada batin dan ikhtiar serta usaha hamba adalah tempat pergantungan taklif

( hukum ) ke atasnya dengan suruhan dan tegahan

( ada pahala dan dosa ).

8. Al – Iradah :

Artinya : Menghendaki Allah Ta'ala.

Maksudnya menentukan segala mumkin tentang adanya atau

tiadanya.

Sebenarnya adalah sifat yang qadim lagi azali thabit berdiri pada

Zat Allah Ta'ala yang menentukan segala perkara yang harus atau setengah yang

harus atas mumkin . Maka Allah Ta'ala yang selayaknya menghendaki tiap-tiap

sesuatu apa yang diperbuatnya.

Umat Islam beriktiqad akan segala hal yang telah berlaku dan yang akan berlaku

adalah dengan mendapat ketentuan daripada Allah Ta'ala tentang rezeki , umur ,

Page 17: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

baik , jahat , kaya , miskin dan sebagainya serta wajib pula beriktiqad manusia ada

mempunyai nasib ( bahagian ) di dalam dunia ini sebagaimana firman Allah s.w.t.

yang bermaksud :

" Janganlah kamu lupakan nasib ( bahagian ) kamu

di dalam dunia " .

( Surah Al – Qasash : Ayat 77 )

Kesimpulannya ialah umat Islam mestilah bersungguh-sungguh

untuk kemajuan di dunia dan akhirat di mana menjunjung titah

perintah Allah Ta'aladan menjauhi akan segala larangan dan

tegahannyadan bermohon dan berserah kepada Allah s.w.t.

9. Al – Ilmu :

Artinya : Mengetahui Allah Ta'ala .

Maksudnya nyata dan terang meliputi tiap-tiap sesuatu sama ada yang

Maujud (ada) atau yang Ma'adum ( tiada ).

Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada ( thabit ) qadim lagi azali

berdiri pada zat Allah Ta'ala.

Allah Ta'ala Maha Mengetahui akan segala sesuatu sama ada perkara

Itu tersembunyi atau rahsia dan juga yang terang dan nyata.

Maka Ilmu Allah Ta'ala Maha Luas meliputi tiap-tiap sesuatu di

Alam yang fana' ini.

10. Al – Hayat .

Artinya : Hidup Allah Ta'ala.

Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap qadim lagi azali berdiri pada zat

Allah Ta’ala .

Segala sifat yang ada berdiri pada zat daripada sifat Idrak ( pendapat )

Iaitu : sifat qudrat , iradat , Ilmu , Sama’ Bashar dan Kalam.

11. Al - Samu’ : Artinya : Mendengar Allah Ta'ala.

Hakikatnya ialah sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada

Zat Allah Ta’ala. Iaitu dengan terang dan nyata pada tiap-tiap yang maujud

sama ada yang maujud itu qadim seperti ia mendengar kalamnya atau yang

ada itu harus sama ada atau telah ada atau yang akan diadakan. Tiada terhijab

( terdinding ) seperti dengan sebab jauh , bising , bersuara , tidak bersuara dan

sebagainya. Allah Ta'ala Maha Mendengar akan segala yang terang dan yang

Page 18: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

tersembunyi. Sebagaimana firman Allah Ta'ala yang bermaksud :

" Dan ingatlah Allah sentiasa Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ".

( Surah An-Nisa'a - Ayat 148 )

12. Al – Bashar : Artinya : Melihat Allah Ta'ala .

Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri

pada zat Allah Ta'ala. Allah Ta'ala wajib bersifat Maha Melihat sama ada yang

dapat dilihat oleh manusia atau tidak , jauh atau dekat , terang atau gelap , zahir

atau tersembunyi dan sebagainya. Firman Allah Ta'ala yang bermaksud :

" Dan Allah Maha Melihat akan segala yang mereka kerjakan ".

( Surah Ali Imran - Ayat 163 )

13 . Al – Kalam : Artinya : Berkata-kata Allah Ta'ala.

Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada , yang qadim lagi azali ,

berdiri pada zat Allah Ta'ala. Menunjukkan apa yang diketahui oleh ilmu daripada

yang wajib, maka ia menunjukkan atas yang wajib sebagaimana firman Allah Ta'ala

yang bermaksud :

" Aku Allah , tiada tuhan melainkan Aku .........".

( Surah Taha - Ayat 14 )

Dan daripada yang mustahil sebagaimana firman Allah Ta'ala yang

bermaksud :

" ........( kata orang Nasrani ) bahawasanya Allah Ta'ala

yang ketiga daripada tiga..........".

( Surah Al-Mai'dah - Ayat 73 )

Dan daripada yang harus sebagaimana firman Allah Ta'ala yang

bermaksud :

" Padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang

kamu perbuat itu".

( Surah Ash. Shaffaat – Ayat 96 )

Kalam Allah Ta'ala itu satu sifat jua tiada berbilang.

Tetapi ia berbagai-bagai jika dipandang dari perkara yang dikatakan

iaitu :

1) Menunjuk kepada 'amar ( perintah ) seperti tuntutan mendiri-

solat dan lain-lain kefardhuan.

2) Menunjuk kepada nahyu ( tegahan ) seperti tegahan mencuri dan lain-lain

larangan.

Page 19: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

3) Menunjuk kepada khabar ( berita ) seperti kisah-kisah Firaun

dan lain-lain.

4) Menunjuk kepada wa'ad ( janji baik ) seperti orang yan taat

dan beramal soleh akan dapat balasan syurga dan lain-lain.

5) Menunjuk kepada wa'ud ( janji balasan seksa ) seperti orang

yang menderhaka kepada ibubapa akan dibalas dengan azab

seksa yang amat berat.

14. Kaunuhu Qadiran :

Artinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.

Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala ,

tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada

sifat Qudrat.

15.Kaunuhu Muridan :

Artinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap

sesuatu.

Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala ,

tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada

sifat Iradat.

6.Kaunuhu 'Aliman : Artinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Mengetahui akan

Tiap-tiap sesuatu.

Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala , tiada ia maujud dan

tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada sifat Al-Ilmu.

17.Kaunuhu Haiyan : Artinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Hidup.

Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada

ia ma'adum , iaitu lain daripada sifat Hayat.

18.Kaunuhu Sami'an : Artinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Mendengar akan tiap-

tiap yang Maujud.

Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada

ia ma'adum, iaitu lain daripada sifat Sama'.

19.Kaunuhu Bashiran : Artinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Melihat akan tiap-tiap

yang Maujudat ( Benda yang ada ).

Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada

Page 20: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

ia ma'adum , iaitu lain daripada sifat Bashar.

20.Kaunuhu Mutakalliman : Artinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Berkata-kata.

Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada

ia ma'adum , iaitu lain daripada sifat Qudrat.

Bab 7 : Sifat Mustahil Bagi Allah s.w.t

Wajib atas tiap-tiap mukallaf mengetahui sifat-sifat yang mustahil bagi Allah yang

menjadi lawan daripada dua puluh sifat yang wajib baginya. Maka dengan sebab

itulah di nyatakan di sini sifat-sifat yang mustahil satu-persatu :

1. ‘Adam beerti “tiada”

2. Huduth beerti “baharu”

3. Fana’ beerti “binasa”

4. Mumathalatuhu Lilhawadith beerti “menyerupai makhluk”

5. Qiyamuhu Bighayrih beerti “berdiri dengan yang lain”

6. Ta’addud beerti “berbilang-bilang”

7. ‘Ajz beerti “lemah”

8. Karahah beerti “terpaksa”

9. Jahl beerti “jahil/bodoh”

10. Mawt beerti “mati”

11. Samam beerti “tuli”

12. ‘Umy beerti “buta”

Page 21: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

13. Bukm beerti “bisu”

14. Kaunuhu ‘Ajizan beerti “keadaannya yang lemah”

15. Kaunuhu Karihan beerti “keadaannya yang terpaksa”

16. Kaunuhu Jahilan beerti “keadaannya yang jahil/bodoh”

17. Kaunuhu Mayyitan beerti “keadaannya yang mati”

18. Kaunuhu Asam beerti “keadaannya yang tuli”

19. Kaunuhu A’ma beerti “keadaannya yang buta”

20. Kaunuhu Abkam beerti “keadaannya yang bisu”

Bab 8: Sifat Harus Bagi Allah s.w.t

Adalah sifat yang harus pada hak Allah Ta’ala hanya satu sahaja iaitu Harus bagi

Allah mengadakan sesuatu atau tidak mengadakan sesuatu atau di sebut sebagai

mumkin. Mumkin ialah sesuatu yang harus ada dan tiada.

Mengenal Allah & Menemukan Tujuan Hidup

Page 22: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

Sebenarnya ada jalan pintas untuk mengenal-Nya. Pandanglah matahari dengan

mata hati. Matahari yang berukuran 300 kali lipat lebih besar dari bumi ini sungguh

bagian dari kebutuhan pokok hidup manusia. Tidak akan ada siang bila ia tidak

menunjukkan diri. Pandang pula ketika ia akan terbenam, bentangkan mata ke

samudera lepas, akan ada rasa kagum akan kebesaran dan keagungan matahari.

Ini akan menjadi bagian dari proses pengenalan Ilahi. Nah, itu benda besar yang

dijadikan contoh.

Mari menggunakan makhluk yang sangat kecil sebagai contoh berikutnya. Di dalam

Alquran, Allah berfirman: “Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka

dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru

selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka

bersatu menciptakannya. dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah

mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah

dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” (QS. Al-Hajj: 73)

Sebagai ilustrasi, akan dipaparkan contoh yang dapat membantu pemahaman, dan

dimulai dengan pertanyaan: apakah kita mengenal Abu Bakar as-Shiddiq? Jika ada

seseorang yang menjawab bahwa ia mengenal Abu Bakar as-Shiddiq adalah

seorang sahabat rasul yang mendapat gelar as-Shiddiq, salah seorang sahabat

Page 23: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

yang termasuk dalam as-Sabiqun al-Awwalun, salah seorang dari Khulafa' ar-

Rasyidin, dsb, maka jawaban ini tentu benar. Di sisi lain, bila ada orang sekarang

yang menjawab, bagaimana kita dapat mengenal Abu Bakar as-Shiddiq yang hidup

sekitar 14 abad yang lalu, mana mungkin dapat mengenalnya, bertemu pun tidak

pernah, apalagi mengetahui kondisi keluarga dan lingkungannya sewaktu kecil.

Tentu ini jawaban yang benar pula.

Kedua jawaban di atas tentu berkaitan erat dengan perjalanan sejarah peradaban

Islam, khususnya tentang siapa Abu Bakar ini. Jawaban pertama benar sebab

seseorang itu memahami makna mengenal Abu Bakar dalam arti mengenal nama

dan sifat as-Shiddiq yang digelarkan kepada Abu Bakar. Jawaban kedua berkaitan

dengan perkenalan dengan Abu Bakar phisically (secara fisik), secara langsung.

Bagaimana dengan mengenal Allah? Tentunya tidak ada peluang untuk

menyepakati bahwa jawaban dengan menggunakan pendekatan kedua di atas

dapat dilakukan, mengingat Allah, tiada yang serupa dengan-Nya: “(Dia) Pencipta

langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-

pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya

kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa

dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.” (QS. as-Syura: 11)

Oleh karena itu terbuka peluang yang besar untuk menggunakan pendekatan yang

pertama. Artinya, mengenal adalah mengetahui nama-nama dan sifat-sifat-Nya.

Bedanya, mengenal nama dan sifat Abu Bakar as-Shiddiq harus dilakukan dengan

pendekatan sejarah makhluk yang hidup 14 abad yang lalu ini, serta mempelajari

sifat makhluk yang disandangnya dari literatur sejarah. Astagfirullah al-'Azim.

Subhanallah! Bagaimana dengan Allah. Dia hanya dapat dikenal dari nama-nama

dan sifat-sifat-Nya. Tidak dikenal adanya sejarah khaliq, karena memang Allah tidak

berpermulaan, dan sumber informasi nama dan sifatnya dapat dieksplorasi dari

kitab yang diturunkan-Nya sebagai user guide atau sebagai pedoman bagi makhluk

untuk mengenal-Nya, termasuk penulis yang lancang menebar tinta ini. Bagaimana

mungkin kelelawar dapat menatap matahari. Kelu lidah ini dalam mencari tahu titik

permulaan, sungguh khawatir bila apa yang akan disajikan tidak sesuai dengan apa

yang dikehendaki-Nya.

Dialah Allah yang disembah di waktu pagi (shubuh), siang (zhuhur), sore (ashar),

petang (maghrib) dan malam (isya). Tidakkah akan lebih bermakna bila

persembahan itu dilakukan tatkala benar-benar mengenal-Nya? Dan tidakkah

mengenal-Nya akan melahirkan jiwa yang tenang dalam sanubari? Inilah saatnya

Page 24: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

kita akan mengenal-Nya, sesuai dengan kadar pengenalan manusia. Dan ini hanya

dapat diperoleh melalui pengenalan langsung dari-Nya melalui user guide (Alquran)

dan informasi dari utusan-Nya (al-Hadis).

Ada bermacam cara mengenal Allah tanpa merujuk kepada Alquran dan Hadis. Ada

yang melalui nalar, melalui pengalaman ruhani, melalui pengampunan dan

pemaafan-Nya, melalui murka dan pembalasan-Nya, melalui ilmu, hikmah, dan

kebijaksanaan-Nya, atau melalui ketelitian ciptaan dan pengaturan-Nya.

Sungguh tiada pengenalan yang sempurna sebelum merujuk kepada Alquran dan

al-Hadis. Dia berfirman: "Itulah Kitab yang tiada keraguan padanya, petunjuk

(hidayah) bagi kaum yang bertaqwa." (QS. al-Baqarah: 2). Bila selama ini ada

keinginan dan hasrat untuk mendapatkan dan memohon hidayah dari-Nya, mulailah

dengan bijaksana untuk menggunakan Alquran dan memahami terjemah dan tafsir

untuk menjemput hidayah itu.

Al-Ghazali pernah menulis: "Siapa yang mendengar nama-nama Allah, memahami

dari segi bahasa tafsiran dan sifatnya serta meyakini bahwa makna tersebut wujud

di sisi Allah, maka sebenarnya dia baru mendapat bagian yang sedikit dan masih

rendah tingkatannya. Tidak wajar baginya berbangga dengan apa yang dimilikinya."

Selanjutnya al-Ghazali menjelaskan bahwa ada tiga tingkatan dalam mengenal

Allah: Pertama, mengenal makna nama-nama Allah dalam bentuk mukasyafah

(terbukanya tabir penutup) dan musyahadah (disaksikan dengan pandangan mata

hati). Kedua, mengenal dan secara berkesinambungan terdorong untuk berbudi

pekerti dengan mengamalkan sifat-sifat Allah sebatas kemampuan insaniah. Dan

dengan demikian, orang-orang yang berada pada tingkatan ini akan mirip dengan

para malaikat yang dekat dan didekatkan di sisi Allah. Jiwa yang terlahir kemudian

adalah jiwa yang sungguh merindukan kehadiran Allah dalam hidup, dan sungguh

ingin menghiasi diri dengan sifat-sifat Ilahiah. Ketiga, mengenal Allah dengan

sungguh-sungguh dalam setiap detik kehidupan dan dengan sepanjang

kemampuan insaniyyah terus meraih sifat-sifat Allah, menghiasi diri dan berakhlak

dengannya. Inilah insan Rabbani.

Akhirnya, keberhasilan dalam mengenal Allah dan meneladani sifat-sifat-Nya dapat

dilakukan dengan tiga tahapan: Pertama, meningkatkan ma'rifah melalui

pengetahuan dan ketakwaan; kedua, membebaskan diri dari perbudakan syahwat

dan hawa nafsu; dan ketiga, menyucikan jiwa dengan jalan berakhlak dengan

akhlak Allah.

Page 25: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

MA’RIFATULLAH

Muqadimah

Mengenal Allah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap

insan. Karena dengan mengenal Allah, seseorang akan lebih dapat mengenali

dirinya sendiri. Dengan mengenal Allah seseorang juga akan dapat memahami

menegenai hakekat keberadaannya di dunia ini; untuk apa ia diciptakan, kemana

arah dan tujuan hidupnya, serta tanggung jawab yang dipikulnya sebagai seorang

insan di muka bumi. Dengan lebih mengenal Allah, seseoran juga akan memiliki

keyakinan bahwa ternyata hanya Allah lah yang Maha Pencipta, Maha Penguasa,

Maha Pemelihara, Maha Pengatur dan lain sebagainya. Sehingga seseorang yang

mengenal Allah, seakan-akan ia sedang berjalan pada sebuah jalan yang terang,

jelas dan lurus.

          Sebaliknya, tanpa pengenalan terhadap Allah, manusia akan dilanda

kegelisahan dalam setiap langkah yang dilaluinya. Ia tidak dapat memahami

hakekat kehidupannya, dari mana asalnya, kemana arah tujuannya dan lain

sebagainya. Seakan akan ia sedang berjalan di sebuah jalan yang gelap, tidak

tentu dan berkelok. Dalam Al-Qur’an Allah SWT menggambarkan (QS. 6 :122) :

�س� �ي ل �م�ات� الظ ل ف�ي �ه� �ل م�ث �م�ن� ك �اس� الن ف�ي �ه� ب �م�ش�ي ي ا ��ور ن �ه� ل �ا �ن ع�ل و�ج� �اه� �ن �ي ي ح�� ف�أ �ا �ت م�ي �ان� ك و�م�ن�

� أ

�ه�ا م�ن ار�ج+ �خ� ب

  �ون� �ع�م�ل ي �وا �ان ك م�ا �اف�ر�ين� �ك �ل ل 0ن� ي ز� �ك� �ذ�ل ك

“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami

berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan

di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya

berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya?

Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah

mereka kerjakan.”

 

Urgensi Ma’rifatullah

          Sebagaimana disinggung di atas, bahwa orang yang mengenal Allah, ia akan

memahami hakekat kehidupannya. Oleh karenanya ia tidak akan mudah silau dan

tertipu oleh kemilaunya kehidupan dunia. Allah berfirman (QS. 51:56) mengenai

tujuan hidup manusia di dunia:

�د�ون� �ع�ب �ي ل � �ال إ �س� �ن و�اإل �ج�ن� ال �ق�ت� ل خ� و�م�ا

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

menyembah-Ku.

 

Page 26: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

Berikut adalah beberpa poin penting mengenai urgensi (baca; ahamiyah)

ma’rifatullah:

1.     Tidak akan tertipu oleh kemilaunya kehidupan dunia.

Allah berfirman (QS. 6 : 130):

�م� �ك �ي ع�ل �ق�ص ون� ي �م� �ك م�ن س�ل@ ر� �م� �ك �ت �أ ي �م� �ل أ �س� �ن و�اإل �ج�ن0 ال ر� �ام�ع�ش� ه�ذ�ا  ي �م� �و�م�ك ي �ق�اء� ل �م� �ك ون �ذ�ر� �ن و�ي �ي �ات آي

ع�ل�ى �ا ه�د�ن ش� �وا ق�ال

�اف�ر�ين� ك �وا �ان ك �ه�م� ن� أ ه�م� �ف�س� �ن أ ع�ل�ى ه�د�وا و�ش� �ا �ي الد ن �اة� ي �ح� ال �ه�م� ت و�غ�ر� �ا ن �ف�س� �ن أ

“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari

golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat Ku dan memberi

peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata:

"Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka,

dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-

orang yang kafir.”

 

2.     Karena Allah SWT adalah Rab semesta alam.

Allah berfirman (QS. 13 : 16):

ه�م� �ف�س� أل �ون� �ك �م�ل ي � ال �اء� �ي و�ل� أ �ه� د�ون م�ن� �م� �خ�ذ�ت �ف�ات أ ق�ل� �ه� الل ق�ل� ر�ض�

� و�األ م�و�ات� الس� ب ر� م�ن� �  ق�ل� و�ال �ف�ع�ا ن

�ق�وا ل خ� �اء� ك ر� ش� �ه� �ل ل �وا ع�ل ج� �م� أ ور� و�الن �م�ات� الظ ل �و�ي ت �س� ت ه�ل� �م� أ �ص�ير� �ب و�ال �ع�م�ى األ �و�ي ت �س� ي ه�ل� ق�ل� ا Uض�ر

�ق�ه�ار� ال �و�اح�د� ال و�ه�و� ي�ء+ ش� �ل0 ك ال�ق� خ� �ه� الل ق�ل� �ه�م� �ي ع�ل ل�ق� �خ� ال �ه� اب �ش� ف�ت �ق�ه� ل �خ� ك

“Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah." Katakanlah:

"Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal

mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri

mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat,

atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan

beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga

kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah

Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".

 

3.     Karena wujud (eksistensi) dan keberadaan Allah SWT didukung oleh dalil-dalil

yang kuat:

a)    Dalil Naqli (tekstual)

Allah berfirman (QS. 6 : 19):

�م� ك �ذ�ر� �ن أل آن� �ق�ر� ال ه�ذ�ا �ي� �ل إ �وح�ي� و�أ �م� �ك �ن �ي و�ب �ي �ن �ي ب ه�يد@ ش� �ه� الل ق�ل� �ه�اد�ة ش� �ر� �ب �ك أ ي�ء+ ش� ي� أ و�م�ن�  ق�ل� �ه� ب

�غ� �ل ه�د�ون�  ب �ش� �ت ل �م� �ك �ن �ئ م�م�ا  أ �ر�يء@ ب �ي �ن �ن و�إ و�اح�د@ �ه@ �ل إ ه�و� �م�ا �ن إ ق�ل� ه�د� �ش� أ � ال ق�ل� ى �خ�ر� أ ��ه�ة آل �ه� الل م�ع� �ن� أ

�ون� ر�ك �ش� ت

“Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah. Dia

menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Qur an ini diwahyukan kepadaku�

supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang

yang sampai Al Qur an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui�

Page 27: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak

mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan

sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)".

 

b)    Dalil Akal

Allah berfirman (QS. 3 : 190):

�ب� �ا �ب األل �ول�ي أل �ات+ �ي أل �ه�ار� و�الن �ل� �ي الل �ف� �ال ت و�اخ� ر�ض��� و�األ م�و�ات� الس� ل�ق� خ� ف�ي �ن� إ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan

siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”

 

c)     Dalil Fitrah

Allah berfirman (QS. 7 : 172):

�ل�ى ب �وا ق�ال �م� 0ك ب �ر� ب �ل�س�ت� أ ه�م� �ف�س� �ن أ ع�ل�ى ه�د�ه�م� �ش� و�أ �ه�م� �ت ي ذ�ر0 ظ�ه�ور�ه�م� م�ن� آد�م� �ي �ن ب م�ن� ك� ب ر� �خ�ذ� أ �ذ� و�إ

�ين� غ�اف�ل ه�ذ�ا ع�ن� �ا �ن ك �ا �ن إ �ام�ة� �ق�ي ال �و�م� ي �وا �ق�ول ت �ن� أ �ا ه�د�ن ش�

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari

sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya

berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau

Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari

kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-

orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

 

4.     Memiliki manfaat atau faidah yang banyak:

Dengan mengenal Allah secara baik dan benar, maka secara langsung atau tidak

langsung akan lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Dan jika kita dekat

dengan Allah, maka Allah pun akan dekat pula dengan kita. Hal ini merupakan hal

yang paling pokok bagi seorang hamba. Karena bagi dirinya orientasinya hanya lah

Allah dan Allah. Tiada kebahagiaan hakiki baginya, selain cinta Ilahi. Namun di

samping itu terdapat hal-hal positif lainnya dengan adanya ma’rifatullah ini,

diantaranya adalah:

a)    Kebebasan (الحرية)

Allah berfirman (QS. 6 : 82)

�د�ون� م�ه�ت و�ه�م� �م�ن� األ �ه�م� ل �ك� �ئ �ول أ + �م �ظ�ل ب �ه�م� �يم�ان إ وا �س� �ب �ل ي �م� و�ل �وا آم�ن �ذ�ين� ال

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan

kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan

mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

 

b)    Ketenangan (الطمأنينة)

Allah berfirman (QS. 13 : 28)

�ق�ل�وب� ال �ن �ط�م�ئ ت �ه� الل �ر� �ذ�ك ب � ال� أ �ه� الل �ر� �ذ�ك ب �ه�م� �وب ق�ل �ن �ط�م�ئ و�ت �وا آم�ن �ذ�ين� ال

Page 28: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan

mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi

tenteram.”

 

c)     Barakah (البركة)

Allah berfirman (QS. 7 : 96):

�اه�م� �خ�ذ�ن ف�أ �وا �ذ�ب ك �ك�ن� و�ل ر�ض�� و�األ م�اء� الس� م�ن� �ات+ ك �ر� ب �ه�م� �ي ع�ل �ا ن �ح� �ف�ت ل �ق�و�ا و�ات �وا آم�ن ى �ق�ر� ال �ه�ل� أ �ن� أ �و� و�ل

�ون� ب �س� �ك ي �وا �ان ك �م�ا ب

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami

akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka

mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan

perbuatannya.”

 

d)    Kehidupan yang baik ( الطيبة (الحياة

Allah berfirman (QS. 16 : 97)

م�ا ح�س�ن�� �أ ب ه�م� �ج�ر� أ �ه�م� �ن �ج�ز�ي �ن و�ل ��ة 0ب ط�ي ��اة ي ح� �ه� �ن �ي ي �ح� �ن ف�ل م�ؤ�م�ن@ و�ه�و� �ى �ث �ن أ و�

� أ �ر+ ذ�ك م�ن� �ح�ا ص�ال ع�م�ل� م�ن�

�ون� �ع�م�ل ي �وا �ان ك

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan

dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya

kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka

dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

 

e)    Syurga (الجنة)

Allah berfirman (QS. 10 : 25-26)

ف�يه�ا ه�م� �ة� ن �ج� ال ص�ح�اب�� أ �ك� �ئ �ول أ �ة@ ذ�ل � و�ال �ر@ ق�ت و�ج�وه�ه�م� ه�ق� �ر� ي � و�ال �اد�ة@ و�ز�ي �ى ن �ح�س� ال �وا ن �ح�س� أ �ذ�ين� �ل ل

�د�ون� ال خ�

“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan

tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula)

kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.”

 

 

f)      Mardhatillah. ( الله (مرضاة

Allah berfirman (QS. 98 : 8)

ض�وا و�ر� �ه�م� ع�ن �ه� الل ض�ي� ر� �د�ا �ب أ ف�يه�ا �د�ين� ال خ� �ه�ار� ن� �أل ا �ه�ا ت �ح� ت م�ن� �ج�ر�ي ت ع�د�ن+ �ات� ن ج� 0ه�م� ب ر� �د� ن ع� اؤ�ه�م� ج�ز�

�ه� �ه�  ع�ن ب ر� خ�ش�ي� �م�ن� ل �ك� ذ�ل

“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga `Adn yang mengalir di bawahnya

sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap

mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi

orang yang takut kepada Tuhannya.”

Page 29: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

 

Cara Untuk Mengenal Allah

          Untuk menuju tujuan tertentu, tentulah diperlukan cara atau metode yang

telah tertentu pula. Metode yang baik dan benar akan dapat mengantarkan kita

pada hasil yang baik dan benar pula. Demikian juga sebaliknya, cara atau metode

yang salah, akan membawa kita pada hasil yang salah pula. Dan secara garis

besar, terdapat dua cara untuk mengenal Allah SWT. Pertama, melalui ayat-ayat

Allah yang bersifat qauliyah. Kedua, melalui ayat-ayat Allah yang bersifat kauniyah.

 

Pertama : Melalui ayat-ayat qauliyah.

Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat Allah SWT yang difirmankan-Nya dalam kitab

suci Al-Qur’an. Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek yang dapat menunjukkan

kita untuk lebih mengenal dan meyakini Allah SWT. Sebagai contoh, Allah SWT

berfirman dalam (QS. 88: 17 – 20), dimana Allah SWT memberikan pertanyaan-

pertanyaan yang sangat menghujam lubuk hati seorang insan yang paling dalam,

untuk membenarkan keberadaan Allah Yang Maha Pencipta:

* * ف�ع�ت� ر� �ف� �ي ك م�اء� الس� �ل�ى و�إ �ق�ت� ل خ� �ف� �ي ك �ل� �إلب ا �ل�ى إ ون� �ظ�ر� �ن ي � �ف�ال * أ �ت� �ص�ب ن �ف� �ي ك �ال� ب �ج� ال �ل�ى و�إ

س�ط�ح�ت� �ف� �ي ك ر�ض�� األ �ل�ى *و�إ

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan

langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?

Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?”

 

Contoh lain adalah bagaimana Allah SWT memberikan pertanyaan-pertanyaan

yang sesungguhnya tiada jawaban yang dapat mereka berikan melainkan hanya

kesaksian mengenai Keagungan, Kebesaran dan Kekuasaan Allah SWT. Allah

berfirman (QS. 27 : 60 – 66)

�م� �ك ل �ان� ك م�ا �ه�ج�ة+ ب ذ�ات� �ق� ح�د�ائ �ه� ب �ا �ن �ت �ب ن� ف�أ �م�اء م�اء� الس� م�ن� �م� �ك ل ل� �ز� �ن و�أ ر�ض�

� و�األ م�و�ات� الس� ل�ق� خ� م�ن�� أ

ا * ��ه�ار ن� أ �ه�ا خ�الل و�ج�ع�ل� ا �ار ق�ر� ر�ض�

� األ ج�ع�ل� م�ن�� أ �ون� �ع�د�ل ي ق�و�م@ ه�م� �ل� ب �ه� الل م�ع� �ه@ �ل �ئ أ ه�ا ج�ر� ش� �وا �ت �ب �ن ت �ن� أ

* �ج�يب� ي م�ن�� أ �م�ون� �ع�ل ي � ال ه�م� �ر� �ث �ك أ �ل� ب �ه� الل م�ع� �ه@ �ل �ئ أ ا �ح�اج�ز �ن� ي �ح�ر� �ب ال �ن� �ي ب و�ج�ع�ل� و�اس�ي� ر� �ه�ا ل و�ج�ع�ل�

ون� �ر� �ذ�ك ت م�ا � �يال ق�ل �ه� الل م�ع� �ه@ �ل �ئ أ ر�ض�� األ �ف�اء� ل خ� �م� �ك ع�ل �ج� و�ي وء� الس �ك�ش�ف� و�ي د�ع�اه� �ذ�ا إ �م�ض�ط�ر� م�ن�*  ال

� أ

�ه� الل �ع�ال�ى ت �ه� الل م�ع� �ه@ �ل �ئ أ �ه� ح�م�ت ر� �د�ي� ي �ن� �ي ب ا �ر �ش� ب �اح� ي الر0 س�ل� �ر� ي و�م�ن� �ح�ر� �ب و�ال �ر0 �ب ال �م�ات� ظ�ل ف�ي �م� �ه�د�يك ي

* �وا ه�ات ق�ل� �ه� الل م�ع� �ه@ �ل �ئ أ ر�ض�� و�األ م�اء� الس� م�ن� �م� ق�ك ز� �ر� ي و�م�ن� �ع�يد�ه� ي �م� ث ل�ق� �خ� ال � �د�أ �ب ي م�ن�

� أ �ون� ر�ك �ش� ي ع�م�ا

ون� * ع�ر� �ش� ي و�م�ا �ه� الل � �ال إ �ب� �غ�ي ال ر�ض�� و�األ م�و�ات� الس� ف�ي م�ن� �م� �ع�ل ي � ال ق�ل� ص�اد�ق�ين� �م� �ت �ن ك �ن� إ �م� �ك ه�ان �ر� ب

* ع�م�ون� * �ه�ا م�ن ه�م� �ل� ب �ه�ا م�ن pك ش� ف�ي ه�م� �ل� ب ة� �آلخ�ر� ا ف�ي �م�ه�م� ل ع� ك� اد�ار� �ل� ب �ون� �ع�ث �ب ي �ان� �ي أ

“Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air

untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang

berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-

pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya)

mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). Atau siapakah

Page 30: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-

sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk

(mengkokohkan) nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di

samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari

mereka tidak mengetahui. Atau siapakah yang memperkenankan (do`a) orang yang

dalam kesulitan apabila ia berdo`a kepada-Nya, dan yang menghilangkan

kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi?

Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati

(Nya). Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan

dan siapa (pula) kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum

(kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha

Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya). Atau siapakah

yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi),

dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di

samping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah: "Unjukkanlah bukti

kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar". Katakanlah: "Tidak

ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali

Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. Sebenarnya

pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (kesana) malahan mereka ragu-

ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka buta daripadanya.”

 

Selain dua contoh di atas, masih banyak sekali contoh-contoh lain yang dapat

mengantarkan kita untuk dapat mengenal dan lebih mengenal Allah SWT lagi.

 

Kedua : Melalui ayat-ayat kauniyah

Ayat-ayat kauniyah adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat pada

ciptaan-Nya, baik yang berada di dalam diri manusia, di alam, di angkasa, di dalam

lautan, di jagad raya dan lain sebagainya. Karena pada hekekatnya, ketika manusia

merenungkan segala ciptaan Allah yang Maha Sempurna ini, akan membawa pada

pengenalan dan pengesaan (baca; pentauhidan) terhadap Allah SWT. Allah

berfirman dalam QS. 67 : 3 – 4:

م�ن� ى �ر� ت ه�ل� �ص�ر� �ب ال ج�ع� ف�ار� �ف�او�ت+ ت م�ن� ح�م�ن� الر� ل�ق� خ� ف�ي ى �ر� ت م�ا �اق�ا ط�ب م�و�ات+ س� �ع� ب س� ل�ق� خ� �ذ�ي ال

ف�ط�ور+*

ير@   ح�س� و�ه�و� �ا ئ خ�اس� �ص�ر� �ب ال �ك� �ي �ل إ �ق�ل�ب� �ن ي �ن� �ي ت �ر� ك �ص�ر� �ب ال ج�ع� ار� �م� ث

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat

pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka

lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu

Page 31: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan

payah.”

 

Bahkan dalam ayat lain, Allah seolah memberikan tantangan kepada orang yang

tidak mengakui ciptaan-Nya, untuk menunjukkan ciptaan-ciptaan selain-Nya. Allah

mengatakan (QS. 31 : 11)

�ين+ م�ب �ل+ ض�ال ف�ي �م�ون� الظ�ال �ل� ب �ه� د�ون م�ن� �ذ�ين� ال ل�ق� خ� م�اذ�ا �ي ون ر�� ف�أ �ه� الل ل�ق� خ� ه�ذ�ا

“Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah

diciptakan oleh sembahan-sembahan (mu) selain Allah. Sebenarnya orang-orang

yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.”

 

Pada intinya adalah bahwa sesungguhnya segala apa yang ada di bumi, di langit, di

jagad raya, juga di dalam diri kita sendiri, merupakan tanda-tanda kebesaran Allah

SWT. Tanda-tanda tersebut demikian banyaknya hingga dapat dikatakan tak

terbilang. Hanya karena keterbatasan kitalah, kita tidak mampu untuk menghitung

ayat-ayat Allah tersebut. Berikut adalah diantara ayat-ayat kauniyah yang dapat

mengenalkan kepada Allah SWT:

1.     Fenomena adanya alam.

Jika terdapat sesuatu yang sangat indah dan mempesona, maka pastilah ada yang

membuatnya. Sebagai contoh, ketika kita melihat ada sebuah rumah yang sangat

bagus dan indah. Tentulah rumah tersebut ada yang membangunnya. Karena tidak

mungkin, rumah itu ada dan berdiri sendiri dengan kebetulan, tanpa ada yang

menciptakannya. Demikian juga dengan alam yang sangat indah ini, dengan

berbagai siklus alamnya yang demikian sempurna. Ada sinar matahari yang tidak

membakar kulit, ada oksigen yang kadar dan komposisinya sangat sesuai dengan

manusia, ada air yang merupakan sumber kehidupan, ada pepohonan, ada hewan,

ada bakteri dan demikian seterusnya. Sesungguhnya hal seperti itu merupakan

tanda-tanda yang jelas mengenai Allah SWT. Bila ciptaan-Nya saja begitu indah

dan sempurna, maka apatah lagi dengan Penciptanya.? Mengenai hal ini, Allah

berfirman (QS. 3 : 190):

�اب� �ب �ل األ �ول�ي أل �ات+ آلي �ه�ار� و�الن �ل� �ي الل �ف� �ال ت و�اخ� ر�ض�� و�األ م�و�ات� الس� ل�ق� خ� ف�ي �ن� إ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan

siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”

 

Kita dapat membayangkan, sekiranya dunia ini tidak diselimuti oleh atmosfer, atau

tiada pepohonan yang mengeluarkan oksigen, atau tiada penawar kotoran seperti

lautan, atau hal-hal lain yang menyeimbangkan siklus perputaran kehidupan di

dunia? Barangkali kita semua saat ini sudah punah. Belum lagi jika kita menengok

ke angkasa raya, di mana seluruh planet berserta gugusan bintang-bintang, semua

Page 32: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

berjalan sesuai dengan ‘jalurnya’ masing-masing. Sehingga tiada yang saling

bertabrakan satu dengan yang lainnya. Lagi-lagi sebuah pertanyaan muncul,

siapakan yang dapat mengatur segalanya dengan sangat teliti, sempurna dan tiada

cacat? (Biarkanlah relung hati kita yang paling dalam untuk menjawabnya sendiri..)

 

2.     Fenomena kehidupan dan kematian

Kehidupan dan kematian juga merupakan salah satu tanda kebesaran Allah SWT.

Di mana hal ini ‘memaksa’ manusia untuk berfikir keras tentang fenomena hidup

dan mati. Jika seluruh makhluk itu hidup dan kemudian mati, tentulah di sana

terdapat Dzat yang Menghidupkan dan Mematikan. Jika seseorang, Allah

kehendaki untuk mati, maka apapun yang dilakukan untuk menolongnya akan

menjadi sia-sia. Demikian juga dengan fenomena kehidupan; terkadang seseorang

yang telah terfonis ‘mati’ oleh medis, ternyata dapat dan mampu bertahan hidup

hingga beberapa tahun ke depan. Dan menyikapi hal seperti ini, manusia terpaksa

harus mengakui ‘kekerdilannya’, meskipun tekhnologi canggih telah mereka kuasai.

Namun mereka sama sekali tidak kuasa menghadapi fenomena ini. Mereka

akhirnya harus mengembalikan segala sesuatunya hanya kepada Allah. Karena

pada-Nyalah kita semua akan kembali. Mengenai hal ini Allah berfirman (QS. 2 :

28)

ج�ع�ون� �ر� ت �ه� �ي �ل إ �م� ث �م� �يك ي �ح� ي �م� ث �م� �ك �م�يت ي �م� ث �م� �اك ي ح�� ف�أ �ا م�و�ات

� أ �م� �ت �ن و�ك �ه� �الل ب ون� �ف�ر� �ك ت �ف� �ي ك

“Mengapa kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah

menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali,

kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?”

 

Penghalang Dalam Mengenal Allah

Meskipun demikian, manusia tetaplah manusia dengan segala sifat baik dan buruk

yang terdapat dalam dirinya. Bagi mereka yang dapat memenejemen dirinya

mengikuti sifat baiknya, maka hal ini tidak akan menjadi masalah. Namun manakala

mereka mengikuti sifat buruk dalam dirinya, tentulah hal ini dapat menjadi

penghalang dalam menempuh jalan menuju pengenalan terhadap Allah SWT.

Secara garis besar terdapat beberpa hal (yang harus kita hindari) yang

menghalangi manusia untuk mengenal Allah, diantaranya adalah:

1.     Kefasikan (الفسق)

Fasik adalah orang yang senantiasa melanggar perintah dan larangan Allah,

bergelimang dengan kemaksiatan serta senantiasa berbuat kerusakan di bumi.

Sifat seperti ini akan menghalangi seseorang untuk mengenal Allah SWT. Allah

menggambarkan mengenai sikap fasik ini dalam (QS. 2 : 26 – 27):

م�ن� �ح�ق ال �ه� �ن أ �م�ون� �ع�ل ف�ي �وا آم�ن �ذ�ين� ال م�ا� ف�أ ف�و�ق�ه�ا ف�م�ا ��ع�وض�ة ب م�ا � �ال م�ث �ض�ر�ب� ي �ن� أ �ي ي �ح� ت �س� ي � ال �ه� الل �ن� إ

� �ال م�ث �ه�ذ�ا ب �ه� الل اد� ر�� أ م�اذ�ا �ون� �ق�ول ف�ي وا �ف�ر� ك �ذ�ين� ال م�ا

� و�أ 0ه�م� ب �ض�ل  ر� ي و�م�ا ا ��ير �ث ك �ه� ب �ه�د�ي و�ي ا ��ير �ث ك �ه� ب �ض�ل ي

Page 33: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

* �وص�ل� ي �ن� أ �ه� ب �ه� الل م�ر�� أ م�ا �ق�ط�ع�ون� و�ي �اق�ه� م�يث �ع�د� ب م�ن� �ه� الل ع�ه�د� �ق�ض�ون� �ن ي �ذ�ين� ال ق�ين� �ف�اس� ال � �ال إ �ه� ب

* ون� ر� �خ�اس� ال ه�م� �ك� �ئ �ول أ ر�ض�� األ ف�ي د�ون� �ف�س� و�ي

“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau

yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin

bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir

mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan

perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan

itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan

Allah kecuali orang-orang yang fasik. (yaitu) orang-orang yang melanggar

perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang

diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat

kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.”

 

2.     Kesombongan (الكبر)

Kesombongan merupakan suatu sikap dimana hati seseorang ingkar dan

membantah terhadap ayat-ayat Allah, dan mereka tidak beriman kepada Allah

SWT. Allah berfirman (QS. 16 : 22):

ون� �ر� �ب �ك ت م�س� و�ه�م� ة@ �ك�ر� م�ن �ه�م� �وب ق�ل ة� �اآلخ�ر� ب �ون� �ؤ�م�ن ي � ال �ذ�ين� ف�ال و�اح�د@ �ه@ �ل إ �م� �ه�ك �ل إ

“Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman

kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka

sendiri adalah orang-orang yang sombong.”

 

3.     Kedzaliman (الظلم)

Sifat kedzaliman merupakan sifat seseorang yang menganiaya, baik terhadap

dirinya sendiri, terhadap orang lain, ataupun terhadap ayat-ayat Allah SWT.

Mengenai sifat ini, Allah berfirman dalam (QS. 32 : 22):

�ق�م�ون� �ت م�ن �م�ج�ر�م�ين� ال م�ن� �ا �ن إ �ه�ا ع�ن �ع�ر�ض� أ �م� ث 0ه� ب ر� �ات� �آي ب 0ر� ذ�ك م�م�ن� �م� �ظ�ل أ و�م�ن�

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan

ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami

akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.”

 

 

 

4.     Kedustaan (الكذب)

Kedustaan merupakan sikap bohong dan pengingaran. Dalam hal ini adalah

membohongi dan mengingkari ayat-ayat Allah SWT. Allah berfirman QS. 2 : 10

�ون� �ذ�ب �ك ي �وا �ان ك �م�ا ب �يم@ �ل أ ع�ذ�اب@ �ه�م� و�ل ض�ا م�ر� �ه� الل اد�ه�م� ف�ز� م�ر�ض@ �ه�م� �وب ق�ل ف�ي

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi

mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”

Page 34: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

 

5.     Banyak melakukan perbuatan maksiat (dosa) ( المعاصي (كثرة

Allah berfirman (QS. 83 : 14):

�ون� ب �س� �ك ي �وا �ان ك م�ا �ه�م� �وب ق�ل ع�ل�ى ان� ر� �ل� ب � �ال ك

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu

menutup hati mereka.”

 

6.     Kejahilan/ kebodohan (الجهل)

Allah berfirman (QS. 29 : 63) :

�ه� �ل ل �ح�م�د� ال ق�ل� �ه� الل �ن� �ق�ول �ي ل �ه�ا م�و�ت �ع�د� ب م�ن� ر�ض�� األ �ه� ب �ا ي ح�

� ف�أ �م�اء م�اء� الس� م�ن� ل� �ز� ن م�ن� �ه�م� �ت ل� أ س� �ن� �ئ و�ل

�ون� �ع�ق�ل ي � ال ه�م� �ر� �ث �ك أ �ل� ب

“Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang

menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah

matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi

Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami (nya).”

 

7.     Keragu-raguan (اإلرتياب)

Allah berfirman dalam (QS. 22 : 55) :

+ ع�ق�يم + �و�م ي ع�ذ�اب� �ه�م� �ي ت� �أ ي و�

� أ ��ة �غ�ت ب اع�ة� الس� �ه�م� �ي ت� �أ ت �ى ح�ت �ه� م�ن �ة+ ي م�ر� ف�ي وا �ف�ر� ك �ذ�ين� ال ال� �ز� ي � و�ال

“Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap Al

Qur an, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau�

datang kepada mereka azab hari kiamat. Dan senantiasalah orang-orang kafir itu

berada dalam keragu-raguan terhadap Al Qur an, hingga datang kepada mereka�

saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka azab hari kiamat.”

 

8.     Penyimpangan (اإلنحراف)

Allah berfirman (QS. 5 : 13):

م�م�ا ح�ظUا وا �س� و�ن م�و�اض�ع�ه� ع�ن� �م� �ل �ك ال ف�ون� �ح�ر0 ي ��ة ي ق�اس� �ه�م� �وب ق�ل �ا �ن و�ج�ع�ل �اه�م� �ع�ن ل �اق�ه�م� م�يث �ق�ض�ه�م� ن �م�ا ف�ب

�ح�ب ي �ه� الل �ن� إ و�اص�ف�ح� �ه�م� ع�ن ف�اع�ف� �ه�م� م�ن � �يال ق�ل � �ال إ �ه�م� م�ن �ة+ �ن ائ خ� ع�ل�ى �ع� �ط�ل ت ال� �ز� ت � و�ال �ه� ب وا 0ر� ذ�ك

�ين� ن �م�ح�س� ال

“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan

hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-

tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah

diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat

kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat),

maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang berbuat baik.”

 

 

Page 35: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

 

9.     Kelalaian (الغفلة)

Allah berfirman dalam (QS. 7 : 179):

�ه�ا ب ون� �ص�ر� �ب ي � ال �ن@ �ع�ي أ �ه�م� و�ل �ه�ا ب �ف�ق�ه�ون� ي � ال ق�ل�وب@ �ه�م� ل �س� �ن و�اإل �ج�ن0 ال م�ن� ا ��ير �ث ك �م� ه�ن �ج� ل �ا �ن أ ذ�ر� �ق�د� و�ل

�ه�م� آذ�ان@ و�ل

  �ون� �غ�اف�ل ال ه�م� �ك� �ئ �ول أ �ض�ل أ ه�م� �ل� ب � �ع�ام �ن �أل �ا ك �ك� �ئ �ول أ �ه�ا ب م�ع�ون� �س� ي � ال

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin

dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk

memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak

dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka

mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat

Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka

itulah orang-orang yang lalai.”

 

 

Tauhidullah

          Tauhidullah berarti mengesakan Allah SWT, dari segala apapun yang ada di

dunia ini. Dan secara garis besar, tauhid dibagi menjadi tiga bagian; pertama

Tauhid Rububiyah. Kedua; Tauhid Mulkiyah, dan Ketiga; Tauhid Uluhiyah.

 

1.     Tauhid Rububiyah.

Dari segi bahasa, Rububiyah berasal dari kata rabba yarubbu ( - uيرب uرب) yang

memiliki beberapa arti, yaitu : ( ) ,al-Murabbi) Pemelihara/ المربي (al-Nashir/النصير

Penolong, ( الملك /al-Malik) Pemilik, ( المصلح / al-Muslih) Yang Memperbaiki, ( السيد

/al-Sayid) Tuan dan ( الولي / al-Wali) Wali.

Sifat rububiyah bagi Allah merupakan sifat Allah sebagai Maha Pencipta, Maha

Pemilik, dan Maha Pengatur seluruh alam. Dalam tauhid ini, kita diminta untuk

mengesakan Allah sebagai Pencipta yang telan mencipta segala sesuatu dari yang

paling kecil hingga yang paling besar. Hanya Allah-lah yang memberikan rizki dan

hanya Allah lah sebagai Penguasa yang menguasai seluruh alam ini.

Menurut fungsinya, tauhid rububiyah pada Dzat Allah terbagi menjadi tiga:

 

a)    Allah sebagai Pencipta (خالقا)

Allah SWT berfirman (QS. 2 : 21-22):

�ق�ون� * �ت ت �م� �ك �ع�ل ل �م� �ك �ل ق�ب م�ن� �ذ�ين� و�ال �م� �ق�ك ل خ� �ذ�ي ال �م� �ك ب ر� �د�وا اع�ب �اس� الن ه�ا ي� �اأ ر�ض�  ي

� األ �م� �ك ل ج�ع�ل� �ذ�ي ال

�ه� �ل ل �وا ع�ل �ج� ت � ف�ال �م� �ك ل ق�ا ر�ز� ات� �م�ر� الث م�ن� �ه� ب ج� �خ�ر� ف�أ �م�اء م�اء� الس� م�ن� ل� �ز� �ن و�أ ��اء �ن ب م�اء� و�الس� ا �اش ف�ر�

* �م�ون� �ع�ل ت �م� �ت �ن و�أ �د�اد�ا �ن أ

Page 36: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang

yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai

hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari

langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki

untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,

padahal kamu mengetahui.”

 

b)    Allah sebagai Pemberi rizki (رازقا)

Allah berfirman (QS. 51 : 57-58):

* �ط�ع�م�ون� ي �ن� أ ر�يد�� أ و�م�ا ق+ ر�ز� م�ن� �ه�م� م�ن ر�يد�

� أ * م�ا �ين� �م�ت ال �ق�و�ة� ال ذ�و اق� ز� الر� ه�و� �ه� الل �ن� إ

“Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki

supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi

rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.”

 

 

 

c)     Allah sebagai Pemilik (مالكا)

Allah berfirman (QS. 284) :

�غ�ف�ر� ف�ي �ه� الل �ه� ب �م� �ك ب �ح�اس� ي �خ�ف�وه� ت و�� أ �م� ك �ف�س� �ن أ ف�ي م�ا �د�وا �ب ت �ن� و�إ ر�ض�

� األ ف�ي و�م�ا م�و�ات� الس� ف�ي م�ا �ه� �ل ل

�م�ن� ل

ق�د�ير@   ي�ء+ ش� �ل0 ك ع�ل�ى �ه� و�الل اء� �ش� ي م�ن� �ع�ذ0ب� و�ي اء� �ش� ي

“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan

jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu

menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu

tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan

menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala

sesuatu.”

 

Tauhid rububiyah ini merupakan landasan bagi seluruh kaum muslimin untuk

bersyukur kepada Allah SWT. Karena pada hakekatnya dalam menempuh

kehidupan dunia, mereka senantiasa bertemu dengan ciptaan Allah, dengan

pemberian rizki dari Allah dan juga menggunakan segala ‘fasilitas’ miliki Allah SWT.

Mereka tidak mungkin lari dari kenyataan ini.

 

2.     Tauhid Mulkiyah.

Dari segi bahasa, mulkiyah berasal dari kata malika yamliku ( - يملك ,(ملك yang

artinya memiliki dan berkuasa penuh atas yang dimiliki. Sedangkan dari segi

istilahnya adalah mengesakan Allah SWT sebagai satu-satunya penguasa,

Page 37: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

pemimpin, satu-satunya pembuat hukum (aturan) dan pemerintah. Tauhid mulkiyah

pada Allah meliputi

a)    Allah sebagai pemimpin (وليا)

Allah berfirman (QS. 7 : 196):

�ح�ين� الص�ال �و�ل�ى �ت ي و�ه�و� �اب� �ك�ت ال ل� �ز� ن �ذ�ي ال �ه� الل 0ي� �ي و�ل �ن� إ

“Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al Kitab (Al

Qur an) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.”�

 

Dalam ayat lain Allah menggambarkan (QS. 18 : 50)

�ه� �خ�ذ�ون �ت �ف�ت أ 0ه� ب ر� م�ر�� أ ع�ن� ف�ف�س�ق� �ج�ن0 ال م�ن� �ان� ك �ل�يس� �ب إ u �ال إ ج�د�وا ف�س� آلد�م� اس�ج�د�وا �ة� �ك �م�آلئ �ل ل �ا �ن ق�ل �ذ� و�إ

� �د�ال ب �م�ين� �لظ�ال ل �س� �ئ ب xو�ع�د �م� �ك ل و�ه�م� �ي د�ون م�ن� �اء� �ي و�ل� أ �ه� �ت ي و�ذ�ر0

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu

kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin,

maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan

turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah

musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang

zalim.”

 

b)    Allah sebagai pembuat hukum/ undang-undang (حاكما)

Allah berfirman (QS. 6 : 57):

�ه� �ل ل � �ال إ �م� �ح�ك ال �ن� إ

“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. “

 

c)     Allah sebagai pemerintah/ yang berhak memerintah (آمرا)

Allah berfirman (QS. 7 : 54)

�م�ين� �ع�ال ال ب ر� �ه� الل ك� �ار� �ب ت �م�ر� و�األ ل�ق� �خ� ال �ه� ل � �ال أ م�ر�ه�� �أ ب

“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah,

Tuhan semesta alam.”

 

3.     Tauhid Uluhiyah.

Uluhiyah berasal dari kata Aliha ya’lihu, ( يأله - artinya menyembah. Sedangkan (أله

dari segi istilah adalah mengesakan Allah SWT dalam penyembahan/ peribadahan.

Tauhid uluhiyah pada Allah ini mencakup tiga hal:

a)    Allah sebagai tujuan (غاية)

Allah berfirman (QS. 6 : 162):

�م�ين� �ع�ال ال ب0 ر� �ه� �ل ل �ي و�م�م�ات �اي� ي و�م�ح� ك�ي �س� و�ن �ي �ت ص�ال �ن� إ ق�ل�

“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah

untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

 

Page 38: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

b)    Allah sebagai Dzat yang kita mengabdikan diri pada-Nya (معبودا)

Allah berfirman (QS. 109: 1-6)

* ون� �اف�ر� �ك ال ه�ا ي� �اأ ي * ق�ل� �د�ون� �ع�ب ت م�ا �د� �ع�ب أ � * ال �م� * �د�ت ع�ب م�ا �د@ ع�اب �ا �ن أ � و�ال �د� �ع�ب أ م�ا �د�ون� ع�اب �م� �ت �ن أ � �م�  و�ال �ت �ن أ � و�ال

* * د�ين� �ي� و�ل �م� �ك د�ين �م� �ك ل �د� �ع�ب أ م�ا �د�ون� ع�اب

“Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang

kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku

tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah

(pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan

untukkulah, agamaku".

 

Dengan mentauhidkan Allah melalui tiga bentuknya ini, insya Allah akan membawa

kita untuk menjadikan Allah sebagai:

 

 

1.     ( مقصودا (ربا

Rab yang menjadi tujuan segala amalan dan aktivitas kita, baik yang bersifat ibadah

ataupun muamalah, bersifat individu maupun secara bersama-sama. Karena tiada

tujuan lain dalam hidup kita selain hanya Allah dan Allah.

 

2.     ( مطاعا (ملكا

Penguasa yang senantiasa kita taati segala undang-undang dan aturan hukum

yang Allah berikan kepada kita, baik yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun yang

terdapat dalam sunnah Rasulullah SAW.

 

3.     ( معبودا (إلها

Tuhan yang senantiasa kita sembah, di mana tiada sesembahan lain dalam hati

kita, dalam fikiran kita dan dalam jasad kita selain hanya untuk pengabdian kepada

Allah SWT.

 

Penutup

          Dengan mengenal Allah SWT, kita akan lebih dapat untuk mendekatkan diri

kita kepada-Nya secara baik dan benar. Karena pemahaman yang baik akan

mengantarkan pada amalan yang baik. Amalan yang baik akan mengarah pada

hasil yang baik. Dan hasil yang baik, insya Allah akan mendapatkan keridhaan

Allah SWT. Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya

yang benar-benar mentauhidkannya dalam segenap aspek kehidupan kita. Dan kita

berlindung kepada-Nya dari kemusyrikan-kemusyrikan, baik yang kita sadari

ataupun yang tidak kita sadari…

نعلمه ال لما ونستغفرك نعلمه شيئا بك نشرك أن من بك نعوذ إنا اللهم

Page 39: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MA’RIFATUR RASUL

الرسول معرفة

 

Muqadimah

          Dalam setiap kehidupannya, fitrah seorang insan akan senantiasa mengakui

keberadaan suatu Dzat yang Maha segala-galanya. Namun dalam perjalanannya,

untuk memahami secara benar mengenai Dzat yang Maha segala-galanya ini

manusia tidak mungkin dapat mengetahuinya hanya dengan mengandalkan fitrah

dan akalnya saja. Manusia ‘memerlukan’ seorang penuntun yang mengantarkan

dirinya pada Allah, beserta cara untuk menyembah-Nya dengan baik dan benar.

          Di sinilah, Allah SWT mengutus para rasul, guna membimbing mereka ke

jalan yang benar. Rasul yang juga meluruskan berbagai fenomena ‘kekeliruan’

dalam menyembah Allah. Di tambah lagi dengan adanya kelicikan syaitan yang

senantiasa menjerumuskan insan dalam berbagai bentuk kemusyrikan. Tanpa

seorang rasul, maka dapat dipastikan seluruh manusia akan tersesat dalam lembah

kehinaan yang sangat mencekam.

          Oleh karena itulah, sangat urgen bagi kita semua untuk kembali memahami

hakekat para rasul, kedudukannya, urgensitasnya, sifat-sifatnya, tugas-tugasnya

dan yang terakahir mengenai karakteristik risalah Nabi Muhammad SAW. Karena

semua rasul adalah manusia. Semua rasul, mengajak pada satu ajaran yaitu

mengesakan Allah dengan merealisasikan ibadah hanya kepada-Nya.

 

Ta’rif Rasul.

          Dari segi bahasa, rasul berasal dari kata ‘rasala’ yang berarti mengutus.

Sedangkar rasul, adalah bentuk infinitif (baca; masdar) dari kata ‘rasala’ ini berarti

utusan, atau seseorang yang diutus. Adapun dari segi istilahnya rasul adalah:

�اس� الن �ل�ى إ �ة� ال س� �الر0 ب الله� م�ن� س�ل� �م�ر� ال �م�ص�ط�ف�ي ال ج�ل� الر�

Page 40: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

Seorang laki-laki yang dililih dan diutus Allah SWT dengan membawa risalah

kepada umat manusia.

 

Rasul merupakan seorang pilihan diantara sekian banyak manusia yang berada di

muka bumi. Ia adalah manusia yang mulia dan terbaik, karena akan mengemban

sebuah amanah yang tidak ringan, yaitu menunjukkan jalan Allah kepada umat

manusia. Oleh karena itulah, sejak kecil, seorang rasul sudah terlihat dengan

memiliki ciri-ciri khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain. Karena ia akan

membawa amanah yang tidak ringan. Secara garis besar, amanah yang

diembankan kepada rasul adalah:

1.     ( الرسالة Membawa dan menyampaikan risalah (al-Islam) (حامل

Mengenai hal ini, Allah berfirman (QS. 5 : 67):

م�ن� �ع�ص�م�ك� ي �ه� و�الل �ه� �ت ال ر�س� �غ�ت� �ل ب ف�م�ا �ف�ع�ل� ت �م� ل �ن� و�إ 0ك� ب ر� م�ن� �ك� �ي �ل إ �ز�ل� �ن أ م�ا 0غ� �ل ب س�ول� الر� ه�ا ي� �اأ ي

�اف�ر�ين� �ك ال �ق�و�م� ال �ه�د�ي ي � ال �ه� الل �ن� إ �اس� الن

 “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika

tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan

amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya

Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

 

2. ( الرسالة تطبيق في menjadi (قدوة qudwah (baca; tauladan) bagi umat manusia

dalam mengaplikasikan risalah yang dibawanya. Karena manusia tidak akan

mungkin dapat melaksanakan apa yang diperintahkan Al-Qur’an jika tidak dengan

contoh dan tauladan dari Rasulullah SAW. Demikian juga para nabi-nabi yang lain,

mereka memiliki tugas untuk menjadi qudwah dalam mengaplikasikan risalah. Allah

SWT berfirman (QS. 33 : 21) :

ا ��ير �ث ك �ه� الل �ر� و�ذ�ك اآلخ�ر� �و�م� �ي و�ال �ه� الل ج�و �ر� ي �ان� ك �م�ن� ل �ة@ ن ح�س� و�ة@ س�� أ �ه� الل س�ول� ر� ف�ي �م� �ك ل �ان� ك �ق�د� ل

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat

dan dia banyak menyebut Allah.”

 

Mengenai nabi yang lain, Allah mencontohkan dalam Al-Qur’an (QS. 60 :4)

�د�ون� �ع�ب ت و�م�م�ا �م� �ك م�ن آء� �ر� ب �ا �ن إ �ق�و�م�ه�م� ل �وا ق�ال �ذ� إ م�ع�ه� �ذ�ين� و�ال اه�يم� �ر� �ب إ ف�ي �ة@ ن ح�س� و�ة@ س�� أ �م� �ك ل �ت� �ان ك ق�د�

�ه� الل د�ون� م�ن�

و�ح�د�ه� �ه� �الل ب �وا �ؤ�م�ن ت �ى ح�ت �د�ا �ب أ �غ�ض�اء� �ب و�ال �ع�د�او�ة� ال �م� �ك �ن �ي و�ب �ا �ن �ن �ي ب �د�ا و�ب �م� �ك ب �ا ن �ف�ر� ك

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-

orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:

"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah

selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu

Page 41: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada

Allah saja.”

 

Kemudian sebagai seorang muslim, kita perlu tahu secara jelas mengenai rasul

beserta ciri-cirinya. Diantara ciri-ciri rasul adalah sebagai berikut:

1.     ( األساسية .Memiliki sifat-sifat asasiyah (الصفات

Sifat asasiyah ini terdiri dari sidiq, amanah, tabligh dan fathanah. Sifat ini harus

dimiliki oleh setiap rasul yang mengemban atau membawa risalah dari Allah SWT.

 

.Memiliki mu’jizat (المعجزات)     .2

Salah satu contohnya adalah mu’jizat Rasulullah SAW ketika membelah bulan.

Allah berfirman dalam (QS. 54 : 1 - 2):

* xم�ر� ت م�س� ح�ر@ س� �وا �ق�ول و�ي �ع�ر�ض�وا ي ��ة آي و�ا �ر� ي �ن� و�إ �ق�م�ر� ال ق� �ش� و�ان اع�ة� الس� �ت� ب �ر� *اق�ت

“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-

orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mu`jizat), mereka berpaling dan berkata:

"(Ini adalah) sihir yang terus menerus".

 

.Berita kedatangannya (البشارات)     .3

Dalam al-Qur’an Allah mengatakan (QS. 61 : 6):

اة� �و�ر� الت م�ن� �د�ي� ي �ن� �ي ب �م�ا ل م�ص�د0ق�ا �م� �ك �ي �ل إ �ه� الل س�ول� ر� 0ي �ن إ �يل� ائ ر� �س� إ �ي �ن �اب ي �م� ي م�ر� �ن� اب ع�يس�ى ق�ال� �ذ� و�إ

�ين@ م�ب س�ح�ر@ ه�ذ�ا �وا ق�ال �ات� 0ن �ي �ب �ال ب ج�اء�ه�م� �م�ا ف�ل �ح�م�د� أ م�ه� اس� �ع�د�ي ب م�ن� �ي �ت �أ ي س�ول+ �ر� ب ا �ر �ش0 و�م�ب

“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya

aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku,

yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang

akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)" Maka tatkala rasul

itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka

berkata: "Ini adalah sihir yang nyata".

 

 

 

.Berita kenabian (النبوات)     .4

Setiap rasul senantiasa membawa perintah Allah untuk mengajak umatnya ke jalan

yang baik. Perihal kerasulan merekapun Allah beritahukan. Dalam al-Qur’an Allah

berfirman (QS. 7 : 158)

�ح�ي�ي ي ه�و� � �ال إ �ه� �ل إ � ال ر�ض�� و�األ م�و�ات� الس� م�ل�ك� �ه� ل �ذ�ي ال ج�م�يع�ا �م� �ك �ي �ل إ �ه� الل س�ول� ر� 0ي �ن إ �اس� الن ه�ا ي

� �اأ ي ق�ل�

�ه� �الل ب �وا ف�آم�ن �م�يت� و�ي

�د�ون� �ه�ت ت �م� �ك �ع�ل ل �ع�وه� �ب و�ات �ه� �م�ات �ل و�ك �ه� �الل ب �ؤ�م�ن� ي �ذ�ي ال �م0ي0 األ �ي0 �ب الن �ه� ول س� و�ر�

“Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu

semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan

Page 42: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

(yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka

berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman

kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia,

supaya kamu mendapat petunjuk".

 

.Adanya hasil dari da’wah yang dilakukannya (الثمرات)     .5

Hal ini dapat kita lihat, pada hasil da’wah Rasulullah SAW yang dari segi kualitas,

mereka memiliki keimanan yang sangat kokoh, tidak tergoyahkan oleh apapun juga.

Kemudian dari segi kuantitas, jumlah mereka demikian banyaknya, tersebar

kesluruh pelosok jazirah Arab, bahkan melewati jazirah Arab. Allah SWT berfirman

(QS. 48 : 29):

� ف�ض�ال �غ�ون� �ت �ب ي س�ج�د�ا �ع�ا ك ر� اه�م� �ر� ت �ه�م� �ن �ي ب ح�م�اء� ر� �ف�ار� �ك ال ع�ل�ى د�اء� �ش� أ م�ع�ه� �ذ�ين� و�ال �ه� الل س�ول� ر� م�ح�م�د@

�ا و�ر�ض�و�ان �ه� الل م�ن�

ج� �خ�ر� أ ع+ ر� �ز� ك �ج�يل� �ن اإل ف�ي �ه�م� �ل و�م�ث اة� �و�ر� الت ف�ي �ه�م� �ل م�ث �ك� ذ�ل الس ج�ود� �ر� �ث أ م�ن� و�ج�وه�ه�م� ف�ي يم�اه�م� س�

�ه� الل و�ع�د� �ف�ار� �ك ال �ه�م� ب �غ�يظ� �ي ل اع� ر� الز �ع�ج�ب� ي وق�ه� س� ع�ل�ى �و�ى ت ف�اس� �غ�ل�ظ� ت ف�اس� ه� ر� ف�آز� ه�� ط�أ ش�

�ذ�ين� ع�ظ�يم�ا  ال ا ��ج�ر و�أ �ة م�غ�ف�ر� �ه�م� م�ن �ح�ات� الص�ال �وا و�ع�م�ل �وا آم�ن

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia

adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka,

kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,

tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah

sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti

tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat

lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu

menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan

hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu min). Allah menjanjikan�

kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara

mereka ampunan dan pahala yang besar.”

 

 

Kedudukan Rasul.

          Sebagai manusia, seorang rasul juga memiliki ciri dan sifat yang sama

dengan manusia lain pada umumnya. Rasulullah SAW juga demikian, beliau

memiliki fisik yang sama sebagaimana sahabatnya, beliau juga memiliki nasab.

Hanya beliau mendapatkan wahyu yang tentunya tidak didapatkan oleh orang lain,

dan beliau memiliki kewajiban untuk menyampaikan risalah tersebut kepada

seluruh umat manusia. Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai kedudukan

Rasulullah SAW:

1.     ( الله عباد من (عبد

Page 43: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

Seorang rasul, ia merupakan seorang hamba diatara hamba-hamba Allah lainnya.

Rasulullah SAW merupakan seroang hamba Allah sebagaimana yang lainnya.

Beliau juga beraktivitas sebagaimana mereka beraktivitas. Beliau makan, minum,

pergi ke pasar, beristri dan lain sebagainya. Beliau juga merasakan sesuatu yang

kita rasakan, baik rasa suka ataupun rasa duka. Beliau juga mengalami sakit dan

penderitaan sebagaimana kita mengalaminya. Bahkan penderitaan yang beliau

rasakan, jauh lebih besar daripada penderitaan kita. Oleh karena itulah,

sesungguhnya hal-hal yang beliau lakukan, juga dapat kita lakukan. Karena kita

sama-sama manusia. Dan sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita untuk

mengerjakan perintah Rasul karena Allah telah mengutus rasul itu dari kalangan

mereka sendiri yang sangat dekat dengan kehidupan mereka. Hanya yang

membedakannya adalah bahwa beliau mendapatkan wahyu dari Allah SWT. Allah

berfirman (QS. 18 : 110)

� ع�م�ال �ع�م�ل� �ي ف�ل 0ه� ب ر� �ق�اء� ل ج�وا �ر� ي �ان� ك ف�م�ن� و�اح�د@ �ه@ �ل إ �م� �ه�ك �ل إ �م�ا �ن أ �ي� �ل إ �وح�ى ي �م� �ك �ل م�ث ر@ �ش� ب �ا �ن أ �م�ا �ن إ ق�ل�

ا ��ح ص�ال

�ح�د�ا أ 0ه� ب ر� �اد�ة� �ع�ب ب ر�ك� �ش� ي � و�ال

Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang

diwah

Tetap update tulisan dari iman muslim18 di manapun dengan

http://m.cybermq.com dari browser ponsel anda!

Mengenal Sang Pencipta Melalui Asma dan Sifat-SifatNya

Penulis : Sylvia Nurhadi

“Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang

Mengetahui yang ghaib dan yang nyata (Al-‘Aalimul Ghoib wa Syahaadah) , Dia-lah

Yang Maha Pemurah (Ar-Rahmaan) lagi Maha Penyayang (Ar-Rahiim). Dia-lah

Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja (Al-Maalik), Yang

Mahasuci (Al-Quddus), Yang Mahasejahtera (As-Salam), Yang Mengaruniakan

Keamanan (Al-Mu’min), Yang Maha Memelihara (Al-Muhaimin), Yang Mahaperkasa

(Al-Azis), Yang Mahakuasa (Al-Jabbaar), Yang Memiliki Segala Keagungan (Al-

Mutakabbir), Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah

Yang Menciptakan (Al-Khaaliq), Yang Mengadakan (Al-Baari’), Yang Membentuk

Rupa (Al-Mushawwir), Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih

kepadaNya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi

Mahabijaksana." (QS. Al-Hasyr [59] : 22-24).

Ilmu Pengetahuan dan Sains menyatakan bahwa cahaya Matahari adalah sumber

Page 44: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

kehidupan bagi manusia, binatang dan tumbuhan yang ada di dunia ini. Tanpanya,

berbagai bakteri dan virus akan bebas menyerang dan mengancam kehidupan.

Tidak ada keraguan di dalamnya, setiap orang mengetahui dan meyakini hal

tersebut. Cahaya matahari ini dipancarkan setiap hari dimulai sejak terbitnya hingga

terbenamnya. Di pagi dan siang hari inilah manusia dan segala hewan serta

tumbuhan memanfaatkan keberadaan matahari dan sinarnya secara maksimal.

Tumbuhan memanfaatkan cahaya matahari agar terjadi proses pembentukan hijau

daun yang berfungsi sebagai dapur umumnya. Demikian pula manusia. Pada waktu

itu manusia tidak hanya pergi bekerja mencari nafkah. Namun yang terpenting,

manusia tanpa disadari sesungguhnya sedang menyempurnakan proses

perkembangan hidupnya. Pada saat itu dengan bantuan cahaya matahari, sel-sel

manusia atas izinNya bekerja menyempurnakan perkembangan tubuhnya, tulang,

dan sendi adalah di antaranya. Betapa banyak penyakit yang disebabkan oleh

kekurangan cahaya matahari.

Sebaliknya, terus menerus di bawah sorotan cahaya matahari yang terik juga

berbahaya bagi kesehatan. Cahaya matahari dapat dihindari, dapat terhalang dan

dihalangi oleh sesuatu. Ketika matahari sedang terik-teriknya, kita bisa

menggunakan bantuan payung atau topi untuk melindungi diri kita. Cahaya

matahari juga bisa terhalang oleh bangunan-bangunan tinggi di kota ataupun

terhalang oleh gunung-gunung. Bahkan di kutub, terutama kutub selatan, orang

jarang sekali menerima cahaya matahari.

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah,

adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.

Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya)

seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak

berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan

tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi,

walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah

membimbing kepada cahayaNya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat

perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala

sesuatu." (QS. An-Nuur [24] : 35).

Namun tidak demikian dengan cahaya Allah. Cahaya Allah berlapis-lapis dan kekal.

Cahaya ini menembus hingga ke segenap penjuru dan sudut jagat raya. Bumi,

bulan, bintang, langit, dan seluruh galaksi yang jumlahnya diperkirakan mencapai

milyaran ini semuanya menerima cahaya Allah. Sebaliknya, benda-benda kecil

Page 45: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

yang tersembunyi seperti semut hitam yang bersembunyi di balik batu hitam di

dalam gua di hutan rimba belantara ketika malam gelap gulita pun dapat

ditembusnya. Demikian pula hati manusia. Oleh sebab itulah Allah mengetahui apa

yang berada di balik hati manusia dan apa yang dibisikkannya. Itulah Allah SWT,

Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Mendengar, Yang Maha Menyaksikan, Yang

Mahatinggi.

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang

mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di

lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya

(pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu

yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh

Mahfuzh)." (QS. Al-An’am [6] : 59).

Di bawah kekuatan Mahadahsyat inilah diatur dan ditataNya seluruh jagat raya ini

hingga sedemikian rupa. Semua benda-benda ini tunduk patuh terhadap

kemauanNya. Semua bertasbih dengan caranya masing-masing. Inilah kerajaan

Allah, Yang Mahacerdas, Yang Mahaagung, Yang Mahamulia, Yang Maha

Memiliki, Yang Maha Mengatur, Yang Maha Pemelihara, Yang Ghaib, Yang

Mahabenar.

”Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.

Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu

sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun

lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra’ [17] : 44).

Cahaya Allah ini begitu sempurna dan indah. Namun sebagaimana sifat cahaya

yang menyilaukan, bila cahaya matahari saja manusia tak sanggup menatapnya,

apalagi menatap Sang Maha Pemilik Cahaya. Inilah yang terjadi terhadap Nabi

Musa AS ketika ia memohon Allah SWT agar diizinkan menatapNya.

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah

Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa,

"Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat

kepada Engkau." Tuhan berfirman, "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihatKu, tapi

lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya

kamu dapat melihatKu." Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu,

dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah

Musa sadar kembali, dia berkata, "Mahasuci Engkau, aku bertaubat kepada

Page 46: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman." (QS. Al-‘Araaf [7] : 143).

Allah, Dia-lah Yang Maha Bercahaya, Yang Mahaindah, Sang Pemancar Kasih

Sayang, Sang Pembawa Kebaikan, Yang Mahasabar, Yang Memberi Rezeki, Yang

Maha Menentukan. Allah, Dia-lah yang menunjuki manusia cahaya kepada jalan

yang lurus, jalan yang benar. Sesungguhnya mengenal dan menyembah hanya

kepadaNya adalah fitrah manusia, namun bila hati manusia kotor, maka cahayaNya

tidak menampakkan diri, tertutup oleh kotoran yang menyelimutinya. Namun bila

manusia mau bertobat dan membersihkan diri, maka Dia akan mengampuni dan

memaafkannya. Allah, Dia-lah Yang Maha Pengampun, Yang Maha Pemaaf, Yang

Maha Memberi Petunjuk, Yang Maha Pemberi Taubat.

Katakanlah, "Dia-lah Allah, Yang Mahaesa, Allah adalah Tuhan yang bergantung

kepadaNya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan dan

tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas [112] : 1-4).

Tiada kecintaan yang lebih dalam, lebih murni, dan lebih suci daripada kecintaan

terhadap Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Bukan hanya karena Dia telah

memberikan segalanya kepada mahlukNya, namun terlebih karena Dia-lah kita

menjadi ada. Dia yang memberi kehidupan, hingga dengan demikian, kita pun

berkesempatan mengenalNya. Dia yang membuat kita mengenal dan mengetahui

arti sebuah kehidupan, Dia yang mengajari segala kebaikan, kelembutan, dan kasih

sayang. Dia yang mengajari arti sebuah kesabaran sekaligus ketegasan serta

kedisiplinan. Dia yang tidak pernah bosan merahmati mahluknya, membimbing

serta menunjuki jalan yang benar, jalan yang lurus.

Rasulullah bersabda bahwa kenikmatan tertinggi di surga adalah kenikmatan

memandang Wajah Allah Azza wa Jalla, Sang Maha Pencipta, Sang Raja Dari

Segala Raja. Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah pernah ditanya seseorang,

“Wahai Rasulullah, apakah kita bisa memandang Rabb?” Beliau menjawab,

“Apakah ada yang menghalangi pandangan kalian terhadap rembulan pada malam

purnama, ketika tidak terhalang awan?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Beliau

bersabda, “Begitu pula kalian memandangNya pada hari Kiamat.”

Dia yang dengan setia setiap waktu dan senantiasa mau menyediakan waktuNya

untuk mendengar keluh kesah apa pun dan dalam keadaan bagaimana pun

hambaNya yang datang mengadu. Dan Dia yang selalu siap memberikan maafNya

betapa pun besar kesalahan dan kotornya jiwa ini. Dia Yang Memiliki 99 nama yang

disebut dan sejumlah nama yang tersembunyi. Hanya kepadaMu-lah semua

Page 47: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

mahluk kembali. Maka kembalikanlah kami kelak ke tempat kembali yang mulia, di

sisiMu Ya Allah, di sisi kekasihMu Muhammad SAW, di sisi para Rasul, di sisi para

hambaMu yang taqwa, Yang MemuliakanMu, Yang MengagungkanMu. Ya Allah,

kabulkanlah permohonan kami ini, Amin Ya Rabbal ’Alamin.

Sabda Rasulullah, “Allah SWT memiliki sembilan puluh sembilan nama – seratus

kurang satu – tidaklah menghafalnya kecuali akan dimasukkan ke dalam surga,

Allah itu ganjil (tunggal) dan menyukai yang ganjil.” (HR. Bukhari – Muslim).

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang banyak kesedihan atau gundah gulana

lalu berdo’a : “Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hambaMu,

ubun-ubunku ada pada tanganMu, keputusanMu berlaku atasku, ketentuanMu adil

untukku, aku memohon kepadaMu dengan semua namaMu yang engkau namakan

kepadaMu atau yang telah engkau ajarkan kepada seseorang dari mahlukMu atau

yang telah Engkau turunkan di dalam kitabMu atau nama yang Engkau rahasiakan

di dalam ilmu ghaibMu, jadikanlah Al-Qur'an sebagai pelipur lara hatiku dan cahaya

dadaku dan penghapus kesedihan dan kerisauanku," maka pastilah Allah SWT

akan menghilangkan kegalauan dan kesedihannya dan diberikannya jalan keluar."

(HR. Ahmad).

Wallahu a'lam bishshawab.

Mengenal Allah (Part   #2)

27 02 2010

الرحيم الرحمن الله بسم

Penulis: Ummu Ziyad F. Mustikawati

Muraja’ah: Ust. Aris Munandar

Tauhid asma dan sifat adalah pengakuan seorang hamba tentang nama-nama

Allah yang telah Allah tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya ataupun sunnah

Nabi-Nya tanpa melakukan empat hal berikut:

1. Penyimpangan (tahrif),yaitu merubah atau mengganti makna dari apa yang telah

Allah tetapkan untuk diri-Nya dan yang ditetapkan oleh Rasul-Nya.

Misalnya:

Sifat marah Allah diganti maknanya menjadi keinginan untuk menghukum, sifat

istiwa Allah diselewengkan menjadi istaula (menguasai).

2.Penolakan (ta’thil), yYaitu meniadakan nama dan sifat yang telah Allah tetapkan,

baik sebagiannya ataupun seluruhnya. Misalnya membatasi sifat Allah hanya

Page 48: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

bebeberapa sifat saja dan menolak sifat lainnya karena (mereka katakan) akan

menyerupakan Allah dengan makhluk. Padahal penetapan sifat Allah tidak berarti

menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.

3.Membahas bagaimana bentuk nama dan sifat Allah (takyif), yaitu membatasi

bagaimanakah sifat dan nama yang dimiliki oleh Allah. Padahal hal ini tidak

mungkin. Untuk mengetahui bentuk dan hakekat dari sebuah sifat, dapat diketahui

dari tiga hal:

1. Melihat zat tersebut. Dan ini tidak mungkin kita lakukan karena manusia di

dunia tidak ada yang pernah melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

2. Ada sesuatu yang semisal zat tersebut. Dan ini juga tidak mungkin kita

lakukan kepada Allah karena Allah tidak serupa dengan makhluknya.

3. Ada berita yang akurat (khobar shodiq). Orang yang paling tahu tentang

Allah adalah Rasul-Nya, dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak

pernah memberitakan tentang bentuk sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

4. Menyamakan Allah dengan makhluk-Nya.

Inipun tidak mungkin karena Allah tidak serupa dengan hamba-Nya, akan tetapi

Allah tetap memiliki nama dan sifat sebagaimana yang ditetapkan oleh-Nya dalam

kitab-Nya dan sunnah Nabi-Nya.

�ص�ير� الب م�يع� الس� و�ه�و� ي�ء@ ش� �ه� �ل �م�ث ك �س� �ي ل

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha

Mendengar dan Melihat.” (Qs. Asy-Syuura: 11)

Agar kita tidak terjatuh dalam empat penyimpangan besar dalam tauhid nama dan

sifat Allah ini, maka terdapat kaidah umum yang ditetapkan oleh para ulama, yaitu

sebagai berikut:

1.Mengimani segala nama dan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam al-Qur’an

dan sunnah (hadits-hadits shahih).

Artinya, kita tidak membedakan dalam mengimani segala ayat yang ada dalam Al-

Qur’an, baik itu mengenai hukum, sifat-sifat Allah, berita, ancaman dan lain

sebagainya. Sehingga tidaklah tepat jika seseorang kemudian hanya mengimani

ayat-ayat hukum karena dapat dicerna oleh akal sedangkan mengenai nama dan

sifat Allah, harus diselewengkan maknanya karena tidak sesuai dengan jangkauan

akal mereka.

“… Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar

terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat

demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari

kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah

dari apa yang kamu perbuat.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 85)

Page 49: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

Begitupula dalam mengimani hadits-hadits yang shahih dari Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam. Hendaknya kita tidak membedakan apakah itu hadits mutawatir

ataupun hadits ahad, karena jika itu shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam maka ia wajib diimani walaupun akal kita tidak dapat memahaminya. (Lihat

artikel Tasirul Mustholah Hadits, bagaian 2 dan 3).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Segera saja ada seorang yang duduk di atas sofanya lalu disampaikan kepadanya

sebuah hadits dariku baik sesuatu yang aku perintahkan atau sesuatu yang aku

larang maka ia berkata, ‘Kami tidak tahu, kami hanya mengikuti apa yang kami

dapatkan dalam kitab Allah.’” (HR. AbuDawud dan at-Tirmidsi, dishahihkan oleh

syaikh al-Albani).

Al-Ustadz Ali Misri mengatakan, “Sebagian ulama memberikan perumpamaan akal

dengan wahyu bagaikan mata dengan cahaya. Sebagaimana mata tidak dapat

melihat sesuatu kecuali ketika ada cahaya – baik cahaya matahari pada siang hari

atau cahaya lampu pada malam hari -, akal tidak akan bisa menentukan sesuatu

terutama dalam hal yang ghaib kecuali jika ada penjelasan dari wahyu.” (majalah

Al-Furqon)

2.Menyucikan Allah dari menyerupai makhluk dalam segala sifat-sifat-Nya.

Ketika kita mengakui segala nama dan sifat yang Allah tetapkan, seperti Allah maha

melihat, Allah tertawa, betis Allah, tangan Allah, maka kita tidak diperbolehkan

menerupakan sifat-sifat tersebut dengan sifat makhluk.

Sayangnya, hal inilah yang sering terjadi pada sekelompok orang, dan hal ini

pulalah yang memicu penyimpangan yang terjadi pada tauhid asma wa shifat.

Kesalahan yang berbuah kesalahan. Contohnya sebagai berikut:

Seseorang tidak ingin menyerupakan sifat Allah dengan makhluk sehingga ia

menyimpangkan (tahrif) sifat-sifat yang Allah tetapkan bagi diri-Nya karena

menganggap jika ia menetapkan sifat tersebut maka ia akan menyerupakan Allah

dengan makhluk. Padahal tidak demikian. Allah sendiri menyatakan dalam firman-

Nya,

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah, dan ia Maha Mendengar lagi

Maha Melihat.”

Hal ini disebabkan kesamaan dalam nama tidak berarti kesamaan dalam bentuk

dan sifat. Contohnya adalah kaki gajah dan semut. Mereka sama-sama memiliki

kaki, namun bentuk dan hakekat kaki tersebut tetaplah berbeda.

Atau seseorang tidak ingin menyerupakan Allah dengan makhluk karena khawatir

akan menghinakan Allah sehingga ia menolak segala nama dan sifat yang Allah

tetapkan baik sebagian atau seluruhnya. Contohnya adalah orang-orang yang

Page 50: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

menyatakan nama-nama Allah hanya ada 13. Padahal apa yang mereka lakukan

justru menghinakan Allah karena penetapan mereka memiliki konsekuensi Allah

memiliki sifat-sifat yang terbatas.

3. Menutup keinginan untuk mengetahui bentuk hakikat sifat-sifat Allah

tersebut.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa salah satu bentuk

penyimpangan dalam tauhid asma wa shifat adalah menanyakan bagaimana

bentuk dan hakekat sifat-sifat Allah. Dan hal ini tidak mungkin dapat kita ketahui

karena Allah dan Rasul-Nya tidak menjelaskan hal tersebut. Sebagai contoh,

seseorang tidak dapat menanyakan kaifiyat (bagaimananya) sifat tertawa Allah,

atau bentuk tangan Allah, atau bagaimanakah wajah Allah.

Yang perlu kita imani adalah Allah memiliki sifat yang bermacam-macam dan Allah

maha sempurna dengan segala sifat yang dimiliki-Nya.Dan untuk mengimani

sesuatu tidaklah mengharuskan kita harus mengetahui hakikat zat tersebut.

Sebagai contoh, kita meyakini adanya roh (nyawa) walaupun kita tidak pernah

mengetahi bentuk dan hakekat dari roh tersebut. Padahal roh adalah sesuatu yang

sangat dekat dengan manusia namun akal kita tidak pernah mampu mengetahui

bentuk dan hakekatnya.

Termasuk larangan dalam hal ini adalah membayangkan bagaimana bentuk dan

hakikat sifat Allah, karena akan membuka pada penyimpangan lainnya, yaitu

penyerupaan dengan makhluk. Yang perlu diluruskan adalah, larangan untuk

mengetahui bentuk dan hakekat dari sifat-sifat Allah bukan berarti

meniadakan adanya bentuk dan hakekat dari sifat-sifat Allah. Hakekat sifat

Allah tetaplah ada dan hanya Allah-lah yang mengetahuinya.

Sekarang kita praktekkan ilmu yang kita telah pelajari dalam memahami salah satu

hadits tentang salah satu sifat Allah, yaitu Allah turun ke langit dunia setiap malam,

sebagaimana terdapat dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia, ketika

masih tersisa sepertiga malam terakhir. Dia berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-

Ku, niscaya Aku mengabulkannya, siapa yang memohon kepada-Ku, niscaya Aku

memberinya, siapa yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku

mengampuninya.’” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sesuai kaidah, maka kita tetapkan sifat turun pada Allah Ta’ala.Kita tidak

menyerupakan sifat turun ini dengan makhluk (dimana sifat turun pada makhluk

adalah dari atas ke bawah dan memiliki sifat kurang (naqish)) dan juga kita tidak

menanyakan atau membayangkan bagaimana Allah turun ke langit dunia setiap

malam (seperti banyak orang menakwilkan (tepatnya menyelewengkan) hadits ini

karena menganggap tidak mungkin bagi Allah turun ke langit dunia setiap malam

Page 51: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

karena dunia ada yang malam dan ada yang siang, lalu bagaimana Allah turun atau

pertanyaan-pertanyaan lainnya yang memustahilkan sesuatu bagi Allah karena

berpikir dengan logika makhluk). Allah sempurna dengan segala sifatnya dan tidak

memiliki sifat kurang dalam seluruh sifat tersebut. Jika kita tidak mampu memahami

ini, maka cukuplah bagi kita mengimaninya bahwa sifat turun ini ada pada Allah.

Contoh lainnya adalah mengimani sifat al-wajhu (wajah), al-yadain (dua tangan)

dan al-’ainain (dua mata), sebagaimana Allah tetapkan bagi diri-Nya dalam Al-

Qur’an

� ام �ر� �ك و�اإل� ل� �ج�ال� ال ذ�و 0ك� ب ر� و�ج�ه� �ق�ى �ب و�ي

“Dan tetap kekal wajah Rabb-Mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Qs.

Ar-Rahman: 27)

�ق�وم� ت ح�ين� 0ك� ب ر� �ح�م�د� ب 0ح� ب و�س� �ا �ن �ن ع�ي� �أ ب �ك� �ن ف�إ 0ك� ب ر� � �م �ح�ك ل �ر� و�اص�ب

“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Rabb-mu, sesungguhnya kamu

berada dalam penglihatan mata Kami.” (Qs. Ath-Thur: 48)

�ين� �ع�ال ال م�ن� �نت� ك �م� أ ت� �ر� �ب �ك ت س�� أ �د�ي� �ي ب �ق�ت� ل خ� �م�ا ل ج�د� �س� ت �ن أ �ع�ك� م�ن م�ا �ل�يس� �ب إ �ا ي ق�ال�

“Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada (Adam) yang telah Ku-ciptakan

dengan kedua tangan-Ku.” (Qs. Shad: 75)

Dari apa yang telah Allah kabarkan untuk diri-Nya ini, maka sesuai kaidah, kita

mengimani (menetapkan) sifat tersebut bagi Allah, dan tidak menyerupakan sifat-

sifat tersebut dengan makhluk, serta tidak menanyakan bagaimana bentuk atau

penggunaan dari sifat-sifat Allah tersebut, misalnya mempertanyakan bagaimana

wajah Allah, atau membayangkan mata Allah seperti manusia atau membayangkan

bagaimana Allah menggunakan kedua tangannya.

Demikian ’sedikit’ pengetahuan tentang Allah dengan nama dan sifat-Nya.

Pembahasan ini sungguh sangat luas sehingga tidak dapat dicukupkan dengan

satu artikel ini. Semoga Allah memudahkan untuk mewujudkan ilmu tentang ini

pada artikel-artikel selanjutnya, insya Allah.

Mengenal Allah Sebagai TUAN bukan TUHAN

Mengenal Allah adalah jalan utama menuju keselamatan sacara rasional. Inilah

cara mengabdi yang benar, yaitu kenali dulu Allah. Bagimana mungkin kita dapat

mengabdi kepada sesuatu yang tidak kita kenal? Bagaimana mungkin seorang

hamba dapat mengabdi kepada tuannya kalau dia tidak mengetahui karakter atau

sifat tuannya, tidak mengenali apa yang disenangi dan dibenci oleh tuannya.

Bagaimana mungkin seorang hamba akan diterima pengabdiannya oleh tuan yang

dia tidak kenal?

Page 52: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

Seorang budak yang mengabdi kepada tuan yang tidak dikenalnya, maka seluruh

perbuatannya pasti akan ditolak dan pasti akan bertentangan dengan kehendak

tuannya. Sebab pemikiran seorang  budak tidak akan sama dengan pemikiran

seorang tuan, ilmu seorang budak tidak akan sama dengan ilmu seorang tuan,

demikian pula selera budak tidak akan sama dengan selera seorang tuan. Tatkala

seorang budak mengabdi berdasarkan pikiran dan ukuran-ukuran pribadinya, maka

pasti seluruh pengabdiannya akan ditolak, dan dia akan terkena murka dari

tuannya.

Secara rasional dalam kehidupan sehari hari pasti demikian, dan tidak ada orang

yang akan menyanggah pendapat ini. Ini adalah jalan utama agar pengabdiannya

bisa diterima oleh tuannya. Maka mengertilah kita mengapa yang pertama-tama

diajarkan oleh Allah kepada para nabi dan rasul Nya adalah pengenalan tentang

sifat-sifat Nya, sebagai langkah awal dalam melaksanakan pangabdiannya itu.

Manusia tidak bisa hidup dengan dua tuan. Kalau mengabdi kepada dua tuan,

maka tatkala kita mengabdi kepada salah satu tuan, maka tuan yang lain akan

menjadi cemburu, iri-hati. Ini merupakan esensi iman yang tidak bisa ditawar-tawar,

bahwa manusia tidak bisa mengabdi kepada dua tuan.

Sengaja kita menggunakan kata-kata “tuan” karena asal kata “tuhan” sebenarnya

berasal dari kata-kata “tuan” (bahasa Melayu). Kata-kata “tuhan” dimunculkan pada

tahun 1668 M, oleh salah seorang pendeta Belanda, ketika mereka menjajah bumi

nusantara. Kata-kata “tuhan” mereka adopsi dari kata-kata “tuan” dari bahasa

Melayu yang memiliki makna “sesuatu yang ditaati, sesuatu yang dihormati”. Kata

“tuan” itu penuh dengan muatan spirit (energi). Sedangkan kata-kata “tuhan” tidak

memiliki makna spirit (ruh) pengabdian.

Kita lihat sejarah Bani Isr ael contohnya. Bani Isr ail adalah bangsa budak, tatkala

mereka mengetahui akan dirinya, maka dia tidak mau diperbudak, karena

esensinya dia adalah budak Allah, tidak boleh ada yang berhak menjadi tuan dalam

dirinya kecuali Allah. Tatkala Bani Israel, mengetahui dirinya bahwa esensinya dia

adalah budak Allah, yang di dalam kitab Allah tertulis, kata Allah: “Aku tidak

menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menjadi budak Aku”, sesungguhnya

mereka (bani Israel) diciptakan untuk mengabdi hanya kepada Allah, bukan kepada

Fir’aun yang mengaku diri sebagai tuan. Maka terjadilah sebuah kebangkitan. Ruh

All ah masuk di dalam diri bani Israel. Bani Isr ael bangkit untuk melepaskan diri

dari perbudakan. Apa yang dimaksud dengan membangkitkan? yakni dari tidak

sadar, menjadi sadar. Dari orang yang tidak tahu harga dirinya, menjadi tahu harga

dirinya. Dari orang yang tadinya mati, sekarang dia bangkit hidup. Tentu saja

setelah ditiupkan ruh kepadanya. Maka Bani Isr ael bangkit dari kematian. Dan

sejarah mencatat, bani Israel yang tadinya menjadi bangsa budak, kemudian dia

sadar dan bangkit dari perbudakan, dan Allah telah menuntunnya, maka Bani Israel

Page 53: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

diangkat oleh Allah, ditinggikan derajatnya, dimuliakan di antara bangsa-bangsa

yang lain, menjadi bangsa yang memimpin dunia, menjadi wasit daripada dunia.

Itulah nikmat yang pernah Allah berikan kepada Bani Israel, karena bani Israel mau

beriman kepada Allah. Apa yang terjadi pada sejarah bani Israel saat itu akan

terjadi pula pada dunia hari ini , karena rumusannya sejarah akan mengulang.

Banyak orang yang mengaku iman kepada Allah. Bahkan Abu Jahal (sebutan bagi

pemimpin bangsa jahiliyah) adalah orang yang sangat kental imannya kepada

Allah, sangat dominan dengan perkataan-perkataan agamis dan ritus-ritus agamis

di Ka’bah. Tetapi dia adalah orang yang tidak percaya, bahwa mengabdi kepada

Allah harus taat dan tunduk patuh kepada aturan atau hukum Allah. Ketika

Muhammad datang dengan membawa sistem kehidupan langit/Allah, maka dia

menolaknya.

Abu Jahal adalah orang yang yakin dan percaya bahwa alam-semesta dan manusia

adalah ciptaan Allah, adalah Kerajaan-Allah. Tetapi disebabkan Muhammad Rasul

Allah dia tidak mau mengimaninya, maka karena itu dia dikatakan orang yang kafir

kepada Allah dan Rasul-Nya. Artinya, percaya kepada Allah saja bukanlah berarti

telah menjadi orang beriman. Setiap orang bisa saja mengatakan “my-god”

(tuhanku). Itu bisa saja tuhan pribadi, tidak menjadi jaminan bahwa itu adalah

Tu(h)an yang sama seperti “Tu(h)an-nya” Abraham. Orang boleh saja menyebut

nama Allah, tetapi Allah yang menurut gambaran pribadi mereka.

Hari ini, Ideologi Tuan Allah Abraham, tidak ada pada kaum Nashrani, tidak ada

pada kaum Yahudi dan tidak ada pada kaum Islamisme. Mereka semua datang

berbicara di depan manusia pada hari ini tidak lain atas nama partai-partai,

pemimpin partai-partai, golongan, dan bukan mengatasnamakan Allah Tuan

Semesta Alam; Allah Abraham. Tidak ada bangsa-bangsa di dunia hari ini yang

berbicara atas nama Allah Tuan Semesta Alam; Allah Abraham, karena itu adalah

sebuah ideologi. Mereka berbicara hanya atas nama negara mereka masing-

masing, ideologi mereka masing-masing, partai masing-masing.

Bekas imperium Kerajaan Yerusalem pertama telah musnah. Dan bekas imperium

Yerusalem kedua pun juga telah musnah. Demikian juga halnya dengan bekas

imperium Darussalam, juga telah musnah. Tidak ada satu pun bangsa-bangsa

dunia yang dahulu mendukung Kerajaan Allah yang ditegakkan oleh Muhammad,

Yesus, dan Musa, hari ini tampil Atas Nama Allah Tuan Semesta Alam, Allah

Abraham.

Kenapa dunia hari ini tidak ada yang tampil atas nama Allah Tuan Semesta Alam;

Allah Abraham? Sebab mereka mengabdi kepada Tuan yang lain selain Tuan

semesta alam. Sebab mereka telah menduakan Tuan Semesta Alam. Mereka

menyembah secara ritus kepada Allah dengan cara masing-masing tetapi mereka

Page 54: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

mengabdi kepada Tuan lain selain Allah, hukum dan aturan yang mereka taati jelas

bukan kehendak Allah. Itulah sebabnya mereka menduakan Allah. Sehingga

ideologi atau falsafah hidup mereka bukan Allah semesta alam, tetapi Tuan berhala

yang menjadi pengatur mereka di bumi.

Tue, 1 Dec 2009 @05:03

Mari Kenali ALLAH, Tiada Tuhan Melainkan Dia

Wed, 2007-01-17 13:07 — firman

Rasullulah SAW pernah bersabda yang bermaksud “Awal-awal agama adalah

mengenal ALLAH”. Ini menunjukkan pentingnya mengenal ALLAH sebagai Tuhan,

sehingga yang pertama mesti dikenalkan kepada manusia adalah ALLAH.

Mengajak manusia untuk mengenal ALLAH tidak sama dengan mengajak untuk

percaya kepada ALLAH. Hari ini pun jika kita tanya setiap orang tentang adanya

Tuhan pasti percaya akan adanya Tuhan. Tetapi dalam kenyataannya seolah-olah

Tuhan sudah tidak ada dalam kehidupannya. Pada perasaan terkesan ada atau

tidaknya Tuhan sama saja. Manusia sudah tidak mengkaitkan setiap kejadian

dengan ALLAH, hanya dikaitkan dengan sebab-sebab lahirnya saja. Banjir, gempa

tsunami, angin puyuh dan bencana alam lain dianggap sebagai bencana alam

biasa, tidak dikaitkan oleh peringatan dan hukuman ALLAH bagi hamba-hambaNya

yang sudah lalai denganNya.

Bila orang telah mengenal ALLAH barulah jiwanya hidup. ALLAH Maha Berkuasa,

Menghidupkan dan Mematikan, Maha Mendengar dan Melihat, Penjaga dan

Pelindung, yang mewujudkan apa saja di dunia ataupun di akhirat. Tidak ada

sebutir debu pun yang wujud tanpa sepengetahuan ALLAH. ALLAH-lah yang

menciptaan langit dan bumi seisinya, yang menciptakan manusia, hewan,

tumbuhan dan lainnya.

Tidak takut dan cintakah kita dengan ALLAH? Padahal baru beberapa sifat saja

yang kita lihat.Jika orang telah merasakan nikmat yang diberikan ALLAH dan

kehebatanNya, barulah timbul rasa cinta dan takut kepada ALLAH. Jika melakukan

perbuatan, meskipun kecil, dia akan bertanya-tanya dalam hatinya apakah ALLAH

suka atau tidak dengan perbuatanku ini. Inilah obat yang paling mujarab, obat

utama untuk manusia terhadap penyakit-penyakitnya di dunia ini.

Bila rasa cinta kepada ALLAH telah timbul dan tertanam dalam hati seorang

manusia, maka dia akan menyayangi seluruh milik ALLAH, baik itu

manusia,tumbuhan, hewan, dan seluruh makhluk serta isi bumi baik yang terlihat

mata ataupun tidak. Bila manusia telah takut dengan ALLAH maka manusia tidak

akan melakukan hal-hal yang negatif, sehingga sebenarnya tidak lagi diperlukan

Page 55: Mengenal Allah Melalui Sifat Nya

1

suatu undang-undang atau peraturan untuk mengatur manusia yang dibuat

manusia sendiri, karena pada hakekatnya manusia tidak berani melakukan hal-hal

negatif dan akan berkasing sayang dengan setiap apapun ciptaan ALLAH jika

manusia telah cinta dan takutkan ALLAH, Tuhan semesta alam.

Kalau begitu dunia hari ini perlu kembali mempromosikan ALLAH. Setiap manusia

perlu memperjuanagkan ALLAH, agar orang kenal ALLAH. Sehingga akan timbul

kehidupan manusia yang damai dan sejahtera sesuai fitrah manusia. Pada

kenyataannya pada hari ini sebagian umat Islam jika akan memperjuangkan Islam,

diperjuangkannya dulu syariatnya. Bukan memperjuangkan ALLAH dulu supaya

kenal dengan ALLAH. Padahal yang mempunyai syariat adalah ALLAH, dan

sepatutnya diperkenalkan dan diperjuangkan terebih dulu. Rasullulah SAW

berjuang selama 13 tahun untuk menanamkan iman dan tauhid. ALLAH

diperkenalkan dulu, sehingga mereka kenal ALLAH dan timbul rasa cinta dan takut

dengan ALLAH. Bila mengenalkan syariat dulu orang akan menerima Islam tidak

dengan suka rela tetapi denga terpaksa, sebab telah diikat oleh ini halal, ini haram

dst.

Misal saja anak disuruh begitu saja untuk menyiram bunga, tidak diceritakan dulu

bahwa bunga ini milik ibunya yang melahirkannya, mengasihinya memeliharanya

dari kecil. Anak itu akan melakukan dengan terpaksa. Tetapi bila telah tahu bahwa

bunga itu milik ibunya yang telah merawatnya tentulah di akan merasa sangat

nikmat untuk berkhidmat kepada ibunya, dan rela melakukan apa saja demi ibunya.

Begitu juga dengan ALLAH sebelum dikenalkan kepada syariatnya maka

semestinya dikenalkan dulu dengan yang empunya syariat. Bukan hanya sekedar

hafal, tahu sifat-sifatnya tapi mengenal ALLAH dengan hati sehingga di hayati.

Maka akan timbul rasa cinta dan takut dan ingin berkhidmat. Beribadah kepada

ALLAH melalui berbagai ibadah dan berkhidmat kepada masyarakat akan terasa

indah dan nikmat, sebab atas dasar cinta dan takut dengan ALLAH.

Mengenal ALLAH sebagai Tuhan, itulah rahmat paling besar. Itulah obat bagi

penyakit-penyakit manusia di dunia ini.