Mengatasi Masalah Transportasi Di Indonesia
-
Upload
naris-hito -
Category
Documents
-
view
695 -
download
0
description
Transcript of Mengatasi Masalah Transportasi Di Indonesia
Mengatasi Masalah Transportasi Di Indonesia, Mengingat Transportasi Harus Aman, Nyaman, dan
Lancar
Memenuhi tugas mata kuliah :
Fasilitas Transportasi dan Perpindahan Moda
Oleh :
WAHYU NARIS WARI3113206007
PROGRAM PASCASARJANA TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2014MENGATASI MASALAH TRANSPORTASI DI INDONESIA, MENGINGAT
TRANSPORTASI HARUS AMAN, NYAMAN DAN LANCAR
Ekonomi dan Investasi, Pemicu Transportasi
Di tengah resesi 2009, ada beberapa Negara yang kebal. Mereka tetap bertumbuh,
termasuk Indonesia (4,6 %). Bahkan India (7,0%) dan Cina (9,2%). Pada 2010 dan 2011
bertumbuh 6,1 persen dan 6,5 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan tetap
tinggi dan lebih tinggi dari pertumbuhan perekonomian Negara raksasa lainnya. (Sumber : KEN
2012)
Kondisi makro ekonomi Indonesia yang kuat menimbulkan kepercayaan, bahkan pada
2009 berdasarkan survey yang dilakukan UNCTAD, menunjukkan bahwa Indonesia menduduki
peringkat pertama dari 10 negara dengan daya tarik terbesar untuk Foreign Direct Investment
(FDI).
Tujuan utama dari investasi dalam bidang transportasi adalah mewujudkan perbaikan
kondisi perjalanan masyarakat, dimana selanjutnya hal ini akan memengaruhi perilaku individu
dalam memilih moda transportasinya, rute, dan waktu perjalanan serta tujuan perjalanannnya.
Perubahan perilaku individu ini pada tingkat jaringan transporasi dimanifestasikan dalam
pola dan volume lalulintas, aksesibilitas,serta waktu tempuh dan biaya perjalanan. Perubahan
pada tingkat jaringan transportasi ini lebih jauh lagi akan berpengaruh pada pemilihan lokasi
beraktivitas, bagi individu maupun periusahaan, yang kemudian berdampak pada perubahan
biaya sewa lahan dan tat kota. Hal ini juga memengaruhi perilaku konsumen ( contohnya dalam
mengalokasikan waktu untuk bekerja dan menggunakan waktu luang), serta kinerja perusahaan
dan keputusan bisinis lainnya.
Kemiskinan, Aksesibilitas, dan Konektivitas
Salah satu cara menurunkan tingkat kemiskinan adalah dengan memperbarui
konektibitas. Di Negara kepulauan seperti Indonesia, upaya itu dapat dijabarkan dalam
perbaikan transportasi : (Bambang Susantono, Transportasi dan Investasi)
Transportasi dalam pulau (intra island)
Transportasi antar pulau (inter island)
Dan transportasi antar Negara (inter state)
Untuk memperkuat konektivitas nasional secara lebih sistematis, telah disusun Master Plan
Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia, yang merupakan konsolidasi dari tiga rencana
yang sudah ada, yaitu: (1) pengembangan koridor ekonomi, (2) penguatan konektivitas
nasional, (3) penguatan kemampuan SDM dan Iptek Nasional. (Bambang susantono,
Transportasi dan Investasi)
Untuk itu pekerjaan rumah bagi Indonesia soal konektivitas sangat banyak, khususnya
di kawasan timur Indonesia yaitu menyelenggarakan angkutan laut yang bersifat keperintisan.
Langkah itu untuk membuka daerah yang terisolasi atau terpencil dan menghubungkan daerah
yang moda transportasinya belum beroperasi secara komersial.
Kondisi Potret Angkutan Jalan di Indonesia
Populasi kendaraan bermotor di Indonesia bertumbuh sangat cepat. Pada 2011,
kepolisian RI mencatat ada 9,5 juta mobil, dan 69,2 juta sepeda motor trennya naik, Badan
Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, 2 tahun terakhir pertumbuhan sepeda motor sebesar 9,4%
per tahun, sedangkan mobil 7,6% per tahun.
Data kementerian perhubungan mencatat bahwa jumlah angkutan umum tahun 2011
sekitar 530.000 kendaraan. Angkutan umum itu terdiri atas bus besar sebanyak 48.400 unit
(9%), bus sedang 60.100 unit (11%), serta bus kecil dan mobil penumoang umum sebanyak
421.000 unit (80%). (data kementerian perhubungan, 2011)
Berdasarkan Gaikindo penjualan mobil selama periode Januari – November 2012 telah
menembus 1 juta unit, tepatnya 1.026 juta unit. Total populasi kendaraan baru tersebut akan
terkonsentrasi di Pulau Jawa dengan proyeksi sekitar 70%. Begitu pula halnya dengan angka
penjualan sepeda motor yang sampai bulan Oktober 2012 mencapai penjualan 5,96 juta unit.
Kondisi sarana angkutan umum yang belum memadai, dan perbedaan harga yang cukup
signifikan antara mobil dan sepeda motor, menyebabkan sepeda motor masih menjadi pilihan
dalam bertransportasi. Ironisnya pertumbuhan kendaraan yang tinggi dengan tuingkat laju
jaringan jalan yang cenderung statis meyebabkan kelambatan (delay) dan kemacetan (queue).
Pemandanga seperti ini tidak hanya terjadi di kota metropolitan, tapi juga di wilayah penyangga
dan kota – kota satelit (hinter land).
Di sisi lain, pelayanan lalu lintas pada jaringan antar kota juga tumbuh sangat pesat,
namun tidak diimbangi dengan kualitas perkerasan dan pemeliharaan jalan yang baik. di
wilayah Pantura memang beberapa ruas jalan sering rusak akibat tanah yang tidak stabil.
Selain itu beban jalan yang ditanggung Pantura menyebabkan umur jalan tidak sesuai dengan
desain jalan sebenarnya. Upaya perbaikan jalan dengan beton (rigid) sudah dilakukan pada
jalan- jalan yang sering rusak, namun tidak semua jenis tanah di Indonesia cocok.
Untuk angkutan jaraj jauh, idelanya dengan menggunakan kereta api atau kapal laut
bahkan pesawat terbang. Penumpukan angkutan melalui jalan darat menyebabkan kerugian
berupa penggunaan bahan bakar yang tidak efisien, pergantian suku cadang yang lebih cepat,
dan kerugian lainnya yang disebabkan kemacetan.
Salah satu indicator yang dapat menggambarkan tingkat kemacetan ada lah rasio
antara jumlah lalu lintas dan kapasitas jalan VCR (Vehicles to Capacity Ratio). VCR di
beberapa daerah metropolitan di Indonesia sudah melampaui 80%. Di Jakarta kecepatan rata –
rata hanya sekitar 10-20 km/jam.
Kebijakan transportasi perkotaan pada dasarnya harus mendukung dan memelihara
aksesibilitas dalam wilayah perkotaan terutama bila terjadi aglomerasi antara kota besar (inti)
dengan kota – kota disekitarnya. Tujuan utamanya buakn untuk meniadakan kemacetan secara
total, karena hal itu akan berarti melarang perjalanan di wilayah perkotaan, yang kemudian
akan menghapuskan keuntungan – keuntungan aglomerasi/ mengakibatkan investasi yang
terlalu mahal pada infrastruktur transportasi. Caranya dengan memperluas kapasitas angkut
system transportasi tanpa menambah kemacetan lalu lintas yang dimungkinkan dengan
peralihan moda yang mampu menggunakan ruang public di perkotaan secara lebih efisien.
Menigkatkan Keselamatan Berkendara Terutama Saat Mudik Lebaran
Perilaku – perilaku para pemudik dan kondisi saat ini :
Berdasarkan perhitungan personalnya kendaraan pribadi jauh lebih ekonomis,
cepat, aman, dan nyaman
Belum memadainya layanan transportasi local/ alat mobilitas ketika di kampung
tidak tersedia
Masalah gaya hidup / status social dengan menujukkan secara terang –
terangan bahwa mereka pulang dengan membawa mobil / sepeda motor sebagai
pernyataan kesuksesan
70% pemudik sepeda motor menggunakan jalur pantura, 6,2% pemudik mobil
pribadi. Pengguna pantura 3 kali lebih besar dari jalur selatan,meskipun
sebenarnya kondisi jalur selatan cukup baik.
Lokasi kemacetan umumnya masih terjadi di tempat keluar jalan tol, lokasi pasar
tumpah, dan persilangan sebidang dengan kereta api.
Apabila kita tarik secara garis besar, ada dua masalah utama yang masih dihadapi pada musim
mudik tahun 2014 :
1. Penanganan lalu lintas jarak jauh yang membawa mudikers dari kota besar ke tujuan
2. Lalu lintas local yang timbul karena kebutuhan silaturahmi dan rekreasi.
Untuk itu perlu dilakukan hal – hal berikut :
Untuk memfasilitasi angkutan jarak jauh, maka harus tetap dipacu upaya percepatan
penyelesaian jaringan tol Trans Jawa Highway (kemungkinan sebagian tol Pejagan –
Pemalang bisa difungsikan dan penyelesaian tol Cikampek – Palimanan)
Percepatan penyelesaian double track kereta api ( Jakarta – Surabaya)
Untuk mengurangi beban sepeda motor di jalan, diperlukan kapasitas kereta apibarang
dan penumpang yang lebih besar ( bisa dengan penambahan rangkaian baru )
Ketertiban dan kenyamanan kereta api ekonomi yang membaik harus tetap ditingkatkan
dan dipertahankan yang telah baik
Program mudik gratis semestinya digabungkan dengan balik gratis. Para ATPM (Agen
TunggaL Pemegan Merk ) sepeda motor bisa didorong melakukan hal itu. Di sisi lain
perusahaan yang menyelenggarakan program serupa perlu ditata untuk memudahlan
sinergi, termasuk dengan perusahaan truk pengangkut motor dan angkutan bus regular.
Bahkan sinergi juga mesti dilakukan dengan perusahaan kereta api dan ekspedisi
muatan kereta api.
Untuk menekan kasus kecelakaan, khususnya bagi pesepeda motor, bisa dengan
meningkatkan kualitas jalan termasuk marka dan rambu. Alternative lain dengan
melakukan pembatasan kecepatan sepeda motor. Selain itu juga dibuat jalur khusus
motor pada daerah rawan kecelakaan dan penyediaan tempat istirahat sepanjang jalur
mudik dan arus balik. Pada perjalanan jauh, sebaiknya motor, diangkut dengan kereta
api, kapal, dan truk.
Akses masyarakat terhadap angkutan kleas ekonomi harus terus dipermudah dengan
pengalokasian subsidi melalui mekanisme Public Service Obligation (PSO) untuk kereta
api, bus, kapal laut, dan truk pengangkut motor.
Sedangkan untuk mengatasi / mengurangi antrean sebidang dengan kereta api, perlu
dibangun fly over/ underpass. Disamping itu penggunaan teknologi informasi untuk
pengaturan lalu lintas, termasuk oewartaan sosialisasi melalui media social akan lebih
digencarkan.
Disamping hal – hal di atas sebenarnya kunci utamanya adalah dengan membangun
system transportasi melalui media social akan lebih baik
Menerapkan Sistem Transportasi Cerdas
Indonesia resmi menjadi bagian dari komunitas dunia untuk transportasi pintar
(Intelligent Transportation System = ITS). ITS adalah penerapan teknologi transportasi yang
berbasis ICT (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Melalui penerapan ITS diharapkan dapat
mewujudkan perpindahan penumpang dan barang dengan tingkat keselamatan yang lebih
tinggi dan efisien, serta andal (reliable).
Penerapan ITS yang telah berlangsung di berbagai Negara, yaitu :
1. Pengaturan lalu lintas melalui kombinasi teknologi GPS, CCTV, dan program
trasnportai secara real time, sehingga apabila diprediksi terjadi kemacetan, maka
alat pengatur lalu lintas dapat diatur secara otomatis
2. Informasi melalui alat komunkasi (hp, gadget) tentang kondisi lalin secara real time
untuk menghindari seseorang terjebak kemacetan dan mencari rute yang paling
efisien.
3. Informasi tentang ketersediaan tempat parkir di berbagai tempat perbelanjaan di
suatu daerah secara real time
4. Pengembangan platoon traffic dimana beberapa mobil yang berjalan beriringan
dapat bergerak secara grup dengan kecepatan yang teratur (AS dan Eropa)
5. Penggunaan alat di kendaraan yang memungkinkan terhindarnya tabrakan
(connected vehicle) karena dalam radius tertentu kecepatan kendaraan dapat diatur
atau bahkan distop (AS).
Meningkatkan Penerapan Sistem Tiket Terpadu Antar Moda
System tiket terpadu antar moda (Internal Ticketing System) adalah integrasi tiket yang
melibatkan moda transportasi bus dalam kota, kereta api, dan pihak bank. Para penumpang
tidak perlu lagi membeli karcis dengan uang tunai seperti biasanya, cukup dengan memiliki
kartu elektronik yang memiliki chip. Tanpa harus repot membeli karcis ke loket, para
penumpang bisa langsung naik angkutan angkutan tersebut. Cara kerja kartu elektronik
tersebut menyerupai penggunaan pulsa pada hp. System ini telah diterapkan di dua kota yang
bertetanggaan di Indonesia, yaitu Solo dan Yogyakarta, dalam mengkases BRT (Buss Rapid
Transit) dan BST (Batik Solo Trans)
Merancang Transportasi yang Hemat BBM dan Ramah Lingkungan
Kebijakan yang dapat dilakukan terkait dengan transportasi yang hemat BBM dan ramah
lingkungan mencakup peningkatan penggunaan BBG, penggunaan converter kit pada
kendaraan bermotor, dan penggunaan BBG untuk angkutan umum.
Menata Kereta Api Dengan Aksi , Serta Revitalisasi Kereta Api Perkotaan
Hendaknya perkeretaapian Indonesia memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
Dengan segera mewujudkan program – program RIPN (Rencana Induk
Perkeretaapian Nasional), salah satunya dengan menerapka TOD.
Mengingat kereta api adalah tumpuan utama sebagian besar wilayah Indonesia
terutama pulau jawa
Bisa mengembangkan dengan baik, dengan diadakannya MRT, monorail, dan
railbus.
Mewujudkan Kereta Api Bandara
Hal ini kan sangat mempermudah akses perjalanan ked an dari Bandara. Lebih efisien,
Karen akereta api lebih bisa diandalkan ketepatan waktunya, serta memiliki hak khusus jalan rel
kereta api, kapasitas angkut yang banyak, serta ekonomis.
Menata Tatanan Pelabuhan dan Efisiensi Pelabuhan
Pelabuhan di Indonesia masih banyak tertinggal dengan pelabuhan pelabuhan
Internasional di dunia. Contohnya pelabuhan Tanjung Perak, hanya mampu menerima kapal
generasi ke 2, sedangkan kapal internasional sudah mencapai generasi ke 9. Ini sangat
mempengaruhi kemudahan dan arus akses barang ekspor dan impor, yang berdampak pada
perekonomian nasional Indonesia.
Dengan meningkatkan kinerja pelabuhan di Indonesia, akan membawa perubahan dan
peningkatan perekonomian Indonesia. Pelabuhan Teluk Lamong sudah memiliki perencanaan
yang mengarah kesana, dimana rencananya 2 – 3 tahun ke depan pelabuhan teluk
lamongsudah mampu menerima kapal generasi ke 7.
Selain meningkatkan kinerja masing – masing Pelabuhan besar di Indonesia, Indonesia
harus mampu mengintegrasikan sera mengkoneksikan pelabuhan – pelabuhan strategis
tersebut sehingga, menjadi suatu system yang saling terkait dan saling mendukung.
Manajemen Lalu Lintas / Retribusi Pengendalian Lalu lintas
Retribusi pengendalian lalu lintas atau yang dalam bahasa Inggris lebih dikenal sebagai road pricing atau disebut juga congestion pricing yang merupakan pungutan, Kebijakan Road Pricing Untuk Mengurangi Kemacetan Lalu Lintas, Jakarta 2010.yang diberlakukan kepada pengguna jalan yang memasuki suatu koridor atau kawasan yang dilakukan untuk membatasi jumlah kendaraan yang melewati koridor atau kawasan sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan kinerja lalu lintas dan peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum.
Menurut Prasetyo kerugian finansial akibat pemborosan bahan bakar adalah sebagai berikut: data statistik jumlah kendaraan di DKI Jakarta pada tahun 2005 adalah sekitar 7,2 juta unit (Jakarta Dalam Angka, 2006), tidak termasuk kendaraan yang masuk dari wilayah Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi. Dari jumlah tersebut, kalau diambil gampangnya, 4 juta saja yang beroperasi, dengan asumsi setiap unit kendaraan memboroskan 0,5 liter bahan bakar (setara premium) per hari akibat kemacetan, maka total pemborosan adalah sebesar 2 juta liter/hari atau sama dengan 2 juta x Rp. 4.500,- sama dengan Rp. 9 Milyar per hari, atau sekitar Rp. 3,2 Triliun per tahun. Kerugian ini tidaklah sedikit sehingga kebijakan retribusi pengendalian lalu lintas mendesak untuk diterapkan di kota-kota besar Indonesia.
Sejarah Perkembangan
Singapura merupakan salah satu negara yang pertama sekali menerapkan sistem ini, yang diawali pada tanggal 2 Jun1 1975 dengan Area Licencing Scheme (ALS) yang pada awalnya merupakan suatu sistem dimana kendaraan yang masuk kawasan ALS diwajibkan berpenumpang 4 atau lebih dan kalau kurang dari itu pengendara wajib membayar Sing $ 3 untuk setiap kali masuk pada jam pembatasan lalu lintas diterapkan atau dapat dilakukan dengan pembayaran bulanan sebesar Sing $ 60. Untuk mengawasi sistem ini, disetiap akses masuk ke kawasan yang dikendalikan ditempatkan dua orang petugas yang memperhatikan stiker pembayaran road pricing ini, bila ada kendaraan yang tidak memiliki stiker ataupun stiker telah kedaluwarsa maka masing-masing petugas mencatat nomor kendaraan, nomor ini kemudian dicocokkan kembali antara kedua petugas. Bila kedua petugas mencatat nomor kendaraan yang sama maka kendaraan tersebut akan mendapatkan kiriman denda yang harus dibayarkan pemilik kendaraan.
Sistem ini kemudian diperbaharui menjadi Electronic Road Prizing (ERP) pada tahun 1998 untuk mengatasi permasalahan pencacatan manual yang dilakukan oleh petugas serta memerlukan tenaga pencatat yang besar. Pada sistem ini digunakan perangkat gerbang electronic yang menangkap sinyal yang dipancarkan dari Unit di Kendaraan
yang dilengkapi dengan kartu prabayar. Unit yang berada didalam kendaraan ini kemudian mengurangi nilai uang yang ada didalam kartu prabayar tersebut setiap kali melewati gerbang elektronik.
Keberhasilan Singapura dalam menerapkan retribusi pengendalian lalu lintas dianggap sebagai keberhasilan dalam pengendalian permintaan lalu lintas kesuatu kawasan yang kemudian diikuti oleh beberapa kota didunia seperti kota Bergen di Norwegia pada tahun 1986, di London pada tahun 2003, Stockholm di Swedia dan beberapa kota lainnya. Pada saat akan menerapkan sistem ini di Stockholm didahului terlebih dahulu dengan referendum untuk menerima pendapat masyarakat dalam menerapkan sistem ini.
Bentuk – Bentuk Pungutan Atas Penggunaan Jalan
Ada beberapa bentuk yang sekarang dikembangkan dan sudah digunakan untuk melakukan pengendalian lalu lintas. Menurut Bambang Susantono bentuk-bentuk tersebut berupa:
Road toll (fixed rates) merupakan metode road pricing dalam bentuk Pengenaan biaya atas penggunaan jalan-jalan tertentu dengan tujuan untuk mendanai investasi pembangunan jalan tersebut secara keseluruhan atau sebagian dari seluruh investasi.
Congestion pricing merupakan Pengenaan biaya yang didasarkan atas kepadatan lalu lintas, jika lalu lintas padat maka biaya yang dikenakan akan tinggi, namun sebaliknya jika lalu tidak padat maka biaya yang dikenakan akan rendah.
Cordon fees merupakan pengenaan biaya atas penggunaan jalan-jalan dikawasan tertentu, dipungut pada saat memasuki kawasan tersebut, seperti yang dilakukan di Singapura.
Distance based fees merupakan pungutan yang dikenakan kepada pengguna jalan yang besarnya tergantung jarak yang ditempuh.
Pay as you drive merupakan salah satu pendekatan terbaru dimana setiap kendaraan dilengkapi dengan perangkat elektronik (GPS dan telekomunikasi) dan kendaraan tersebut harus membayar sejumlah uang tertentu berdasarkan seberapa jauh kendaraan tersebut berjalan. Untuk itu disiapkan pusat kendali yang dilengkapi dengan perangkat pemantau perjalanan setiap kendaraan. Untuk mengatasi kemana saja suatu kendaraan berjalan maka pengelola merahasiakannya.
Perkembangan Di Indonesia
Dengan diundangkannya Undang-undang No 22 Tahun 2009 tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dalam pasal 133 ayat (3) dicantumkan bahwa: Pembatasan Lalu Lintas dapat dilakukan dengan pengenaan retribusi pengendalian Lalu Lintas yang diperuntukkan bagi peningkatan kinerja Lalu Lintas dan peningkatan pelayanan angkutan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian penerapan Retribusi Pengendalian lalu Lintas sudah dapat diterapkan di Indonesia. Jakarta merupakan kota pertama di Indonesia yang sedang mempersiapkan
skema retribusi pengendalian lalu lintas dalam rangka melancarkan arus lalu lintas dan sekaligus dapat mengurangi pemborosan akibat kemacetan yang cukup significant.
Sedang untuk jalan tol telah dimulai pada Jalan Tol Jagorawi yang merupakan jalan tol pertama di Indonesia yang mulai dibangun pada tahun 1973, menghubungkan Jakarta - Bogor - Ciawi sepanjang 60 km dan diresmikan pertama sekali pada bulan Maret 1978 oleh Presiden Suharto yang kemudian dilanjutkan dengan berbagai jalan tol lainnya dan pada tahun 2009 telah mencapai 692 km] yang masih jauh dari kebutuhan yang diperkirakan sepanjang 3100 km.