Mengapa Analisa Fundamental Penting Bagi Trader

download Mengapa Analisa Fundamental Penting Bagi Trader

of 14

description

fundamental

Transcript of Mengapa Analisa Fundamental Penting Bagi Trader

Mengapa Analisa Fundamental Penting Bagi Trader? Bottom of FormKebanyakan trader pemula menganggap analisa fundamental bukanlah sebuah instrumen analisa yang layak dipelajari dikarenakan sifatnya yang hanya berita dan tidak eksak seperti analisa teknikal. Kebalikan dari pendapat tersebut, ada juga beberapa trader yang menggunakan analisa fundamental dalam day tradingnya namun tidak menempatkannya secara proporsional sehingga sering kali mengalami kegagalan dalam mempelajari analisa forex atau bahkan dalam real trading mereka.Artikel ini tidak ditujukan untuk menggurui atau pun mencoba untuk mengubah gaya trading Anda. Artikel ini bertujuan hanya untuk memperkaya pengetahuan Anda entahkah Anda seorang newbie dalam dunia forex, trader pemula, atau bahkan seorang trader kawakan.Kali ini kita akan mencoba mengupas pertanyaan diatas terutama kelebihan dan kekurangan analisa fundamental. Mengapa analisa fundamental diperlukan? Jika diperlukan, seberapa jauh instrumen fundamental harus digunakan dalam bertrading? Apa ukurannya?Nah pertanyaan seperti inilah yang akan kita bahas bersama. Sekali lagi, adalah tidak mungkin untuk menjelaskan analisa fundamental hanya dalam satu artikel saja. Apalagi jika harus mengubah cara bertrading seseorang. Satu hal yang diharapkan dari artikel ini adalah untuk memperkaya pengetahuan Anda dalam bertrading dan mempersiapkan seorang trader pemula (rookie trader) dalam memulai real tradingnyaHal Terpenting mengenai Analisa Fundamental adalah merupakan : PENGGERAK HARGA!Pertama kali saya mempelajari analisa dalam dunia forex trading, saya sangat tertarik dengan tampilan grafik pergerakan naik turun yang ditampilkan dalam candlestick. Itulah sebabnya saya mulai mempelajari analisa teknikal secara komprehensif bahkan cenderung mengagungkannya dan merasa cukup dengan analisa teknikal.Saya berkenalan dengan moving average. Saya terpesona dengan caranya untuk memprediksi trend dalam sebuah pergerakan mata uang. Lalu saya mulai mempelajari indikator teknikal lainnya. Well, saya merasa cukup waktu itu. Lalu saya memulainya dalam sebuah trading (untungnya tidak dalam real trading!). Dan yang terjadi adalah saya mengalami kerugian besar-besaran.Tentu saja saya tidak terpukul dengan apa yang terjadi dengan account saya. Ya tentu saja karena itu adalah sebuah demo account . Namun kejadian itu meruntuhkan rasa percaya diri saya terhadap apa yang telah saya pelajari pada waktu itu (mungkin ada beberapa dari saudara pun juga mengalami hal yang sama).Di kepala saya muncul sebuah pertanyaan sederhana: Mengapa analisa teknikal saya tidak akurat? Well, saya telah menggunakan Moving Average dengan benar. Saya juga sudah menambahkan beberapa indikator lainnya yang saya ketahui waktu itu termasuk indikator untuk mengetahui kondisi jenuh beli dan jenuh jual seperti RSI atau Stochastic Oscillator. Tetapi meskipun semua indikator teknikal saya telah menunjukkan arah yang sama, mengapa justru yang terjadi pada harga malah sebaliknya?Darisanalah saya mencari tahu penyebab harga dapat bergerak berlawanan dengan kondisi teknikal yang terjadi waktu itu. Dan, saya menemukan jawabannya ada pada yang disebut: economic events. Bahasa sederhananya adalah berita. Betul, berita. Meskipun ketika itu, semua indikator teknikal menunjukkan grafik bergerak naik, yang terjadi adalah harga malah terus bergerak turun melanjutkan apa yang telah terjadi. Dan semuanya itu disebabkan oleh berita dari negara yang bersangkutan.Hal inilah yang perlu Anda ketahui. Mungkin banyak yang tahu tapi sedikit yang sadar. Berita adalah penggerak dalam sebuah pasar uang. Itu sebabnya analisa fundamental ada!Biarpun hasil statistik dari analisa teknikal menunjukkan harga seharusnya naik ditinjau dari berbagai indikator yang ada, namun kalau memang berita yang ada justru mengacu pada harga bergerak turun, tidak ada satu pun pihak yang sanggup membantahnya. Ini disebabkan para trader pun berpandangan yang sama: sebuah berita fundamental (entah itu hasil survey, entah itu kebijakan moneter, atau sekedar isu belaka) menentukan apakah eknomi negara yang bersangkutan dalam keadaan sehat atau tidak.Sahabat saya bahkan berkesimpulan sederhana: fundamental lebih kuat dari teknikal. Pernyataan yang tidak bisa dibantah (meskipun jika Anda adalah seorang fundamentalis ekstrim, Anda juga harus mengetahui bahwa teknikal lebih cepat dan obyektif).Itulah sebabnya analisa fundamental penting bagi seorang trader. Anda tidak dapat melakukan sebuah aksi jual besar-besaran hanya karena grafik dan instrumen analisanya menunjukkan trend turun namun sementara itu negara yang bersangkutan sedang menaikkan suku bunganya dan mata uang lawan sedang dalam keadaan lemah!Ingat, sebuah grafik tetaplah sebuah grafik! Kebanyakan indikator menggunakan data sebelumnya untuk memprediksi arah di depan. Dalam banyak keadaan, ini berlaku. Namun tidak jika sebuah berita besar muncul di pasar. Berita-berita seperti Non Farm Payroll, Interest Decission atau CPI excl Food terlalu berbahaya untuk Anda lewatkan jika Anda bertrading dengan dana terbatas dan hanya mengandalkan instrumen analisa teknikal.Jadi, masukkan ini dalam referensi Anda: Berita adalah penggerak harga.Belum Selesai!Nah jika Anda sudah memahaminya, mungkin kini Anda tertarik untuk mempelajari mengenai analisa fundamental khususnya dengan berbagai indikator ekonomi yang ada. Sedikit quiz sederhana, apakah Anda mengetahui apa itu Consumer Price Index, Interest Rate dan juga Purchasing Managers Index?Hmm jika belum, ini saatnya Anda mulai membaca artikel fundamental di website ini.Lalu apakah sampai disini saja? Pada awal artikel tadi sudah saya singgung bahwa beberapa trader beranggapan justru sebaliknya. Mereka berpandangan karena berita ekonomi adalah pembentuk harga, maka cukuplah hal itu yang dipantau dan teknikal bisa dilupakan.Sebuah kesalahan fatal bagi seorang day trader.Betul, berita ekonomi adalah pembentuk kecenderungan harga. Dan benar Anda dapat menganalisa berita yang akan muncul lalu meramalkannya bagaimana pasar bereaksi terhadap berita tersebut. Namun sayangnya tidak sesederhana itu.Bicara mengenai berita ekonomi dan bagaimana pasar bereaksi terhadap berita bukanlah bicara mengenai benar dan salah atau bicara mengenai logika yang seharusnya terjadi.Itu adalah mengenai psikologi pasar. Mengenai psikologi jutaan orang di dunia ini. Yang perlu Anda pahami adalah bahwa pasar tidak peduli dengan buku ekonomi yang Anda baca atau kecenderungan yang ada selama ini. Sebagai contoh: Kenaikan suku bunga. Dalam pelajaran dan sejarah yang kita pelajari selama ini, jika suku bunga sebuah negara mengalami kenaikan maka dengan cepat ini mengakibatkan mata uang negara yang bersangkutan akan menguat (perihal mengapa demikian, Anda dapat membuka artikel mengenai suku bunga di website ini). Tapi apakah selalu demikian? Jawabannya tidak! Tidak usah menjelaskan panjang lebar, beberapa bulan lalu (sekitar bulan Juli 2006) The Fed menaikan suku bunga US sebesar 25 bp, tahu apa yang terjadi? Dollar Amerika malah melemah! Kebanyakan pemula tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi. Pada mulanya saya pun tidak. Namun ternyata yang terjadi adalah pasar bereaksi imun terhadap kenaikan suku bunga kali ini dikarenakan memang The Fed telah memberikan sinyal beberapa hari sebelumnya dan kenaikan telah terjadi beberapa kali. Tapi siapa yang menduga akan demikian ketika berita tersebut belum muncul?Nah disinilah letak titik keseimbangan terjadi. Indikator fundamental memang pemicu pergerakan harga. Namun tetap saja harga terbentuk ditangan pembeli dan penjual. Yang diperlukan adalah mengetahui reaksi pembeli dan penjual mayoritas terhadap berita yang muncul. Dapat dikatakan sering kali hal ini menjadi bias dikarenakan memang tidak mudah. Jutaan pihak ada dalam pertukaran mata uang asing dan memprediksi mayoritas dari mereka bukanlah pekerjaan yang gampang.Itu sebabnya para day trader sering kali menjadikan berita fundamental tidak sebagai penentu keputusan Buy/Sell mereka tapi lebih sebagai referensi dari apa yang akan terjadi terhadap harga. Mereka menggunakan analisa teknikal dalam mengambil sebuah posisi karena sifatnya yang eksak sehingga menjadi lebih jelas.Nah sampai disini mungkin telah muncul sebuah wacana dalam diri Anda. Perihal mana yang lebih baik, saya rasa tidak ada satupun yang lebih baik antara teknikal dan fundamental. Namun yang ingin saya tekankan disini adalah bahwa keduanya tidak dapat berdiri sendiri dan harus digunakan untuk menutup kelemahan satu sama lain.Kesimpulan:Kelebihan analisa fundamental: Penggerak harga Sederhana, anda cukup dapat mengetahui apakah naik, turun atau tetap. Tidak seperti teknikal yang perlu menggunakan angka.

Kekurangan: Seringkali bersifat subyektif dikarenakan psikologi pasar Tidak dapat menjawab kebutuhan secara eksak. Ingat bahwa dasar dari analisa fundamental bukanlah matematika melainkan ilmu ekonomi dan psikologi pasar.Sampai disini Anda dapat menyimpulkan bahwa fundamental itu perlu. Teknikal juga perlu. Jadi, jangan ulangi kesalahan saya yang dulu berpandangan Analisa Fundamental itu hanyalah sekeranjang berita sampah yang tak berguna. Mereka yang berpandangan demikian biasanya terdiri dari dua golongan: golongan pertama adalah mereka yang bermodal besar sehingga mampu menahan pergerakan harga yang disebabkan munculnya berita atau golongan kedua yaitu mereka yang terlalu naif dalam bertrading.by: Kusriono

Jika kita berpatokan hanya pada P/BV, kemungkinan besar kita akan melewatkan peluang-peluang investasi pada perusahaan yang bagus.Mengapa?Katakanlah saat ini P/BV suatu saham adalah 1. Jika ROE (return on shareholder equity) saham tersebut adalah 20%, maka dapat dikatakan return yang didapatkan oleh investor juga 20%. Secara intuitif kita akan mengetahui bahwa dengan ROE yang tetap, saham dengan P/BV yang lebih rendah akan memberikan return yang lebih besar. Demikian pula sebaliknya, jika P/BV naik, maka return yang kita dapatkan akan turun. Masalahnya, banyak perusahaan dengan kondisi fundamental yang bagus dijual dengan P/BV yang tinggi. Bagi saya hal tersebut masih wajar. Lho kok bisa?Secara historis, ROE rata-rata emiten di IDX adalah 18% (untuk saat ini sebaiknya diterima dahulu pernyataan tersebut. Saya akan menceritakannya di lain waktu :) ) . Implikasi dari munculnya angka tersebut cukup besar. Jika suatu emiten memberikan ROE yang lebih besar daripada 18%, pasar akan mengapresiasinya dengan mengijinkan harganya naik sehingga P/BV-nya juga naik. Emiten yang memiliki ROE 36% (dua kali lipat ROE rata-rata) akan memiliki P/BV yang tinggi.Mari kita perhatikan persamaan berikut:P/BV = Price / shareholder equity per share = (Price / EPS) x (EPS / shareholder equity per share)Jadi:P/BV = P/E ratio x ROEJika suatu emiten memiliki P/E ratio 10x dan ROE 20%, maka P/BV nya akan menjadi 2x.Apakah implikasi penting dari persamaan tersebut?1. Walaupun memiliki P/E ratio yang rendah, emiten dengan ROE yang tinggi akan mengakibatkan P/BV nya melambung. Pada kasus ini, tingginya P/BV masih dianggap sebagai hal yang wajar dan memang inilah yang terjadi pada perusahaan-perusahan yang bagus.2. Pada banyak kasus, rendahnya P/BV diakibatkan oleh kinerja yang buruk. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya ROE.3. Emiten blue chip yang banyak mendapatkan sorotan publik dan analis saham biasanya memiliki P/E ratio dan ROE yang tinggi sehingga P/BV nya pun sangat tinggi. Tidaklah mengherankan banyak yang mengatakan bahwa saham blue chip biasanya kondisi fundamentalnya stabil akan tetapi potensi return-nya juga tidak terlalu tinggi.Kesimpulan sederhana yang bisa kita dapatkan adalah:1. Pada kondisi normal, sebaiknya kita mencari perusahaan bagus dengan harga yang wajar. Mungkin kita tidak akan mendapatkan saham blue chip karena harganya sudah terlalu mahal. Di sinilah kejelian kita dalam menemukan perusahaan yang bagus diuji. Anda akan heran saat menemukan banyak sekali perusahaan bagus yang sahamnya dijual dengan harga sangat murah karena dilupakan oleh pasar.2. Ketika bursa saham crash, kita akan mendapatkan kesempatan untuk mengumpulkan saham-saham blue chip dengan harga yang murah. Tidak tertutup kemungkinan kita akan mendapatkan saham dengan ROE yang tinggi dan P/E ratio yang rendah.Mengidentifikasi Outstanding Company dengan rasio keuangan Big Five Number Phil TownAda 3 cara untuk melakukan hal ini, cara pertama adalah menjadi karyawan di level manajemen pada perusahaan tersebut sehingga kita mengetahui seluk beluknya. Kedua, adalah menjadi seorang analis dan melakukan analisa mendalam terhadap perusahaan, tidak jarang seorang analis lebih paham perusahaan dibandingkan karyawan perusahaan itu sendiri, terlebih perusahaan tersebut adalah perusahaan besar dengan cakupan bisnis yang teramat luas. Namun kedua cara tersebut tidak mudah dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.Nah, cara ketiga adalah cara yang relatif lebih mudah yaitu mengacu kepada buku yang dibuat oleh Phil Town. Dalam buku tersebut, suatu perusahaan dikatakan outstanding apabila memenuhi Big Five Number rasio keuangan sebagai berikut:1. Return on Investment Capital (ROIC) di atas 10% dalam 10 tahun. ROIC dalam terjemahan saya adalah Return on Asset (ROA) yang dihitung dengan cara membagi Laba Bersih dengan Total Aset. 2. Equity Growth di atas 10% dalam 10 tahun. Equity Growth bisa dihitung dari perkembangan nilai Ekuitas dari tahun ke tahun, atau bisa juga dari perkembangan Book Value Per Share. 3. Sales Growth di atas 10% dalam 10 tahun. 4. Earning Growth di atas 10% dalam 10 tahun. Earning bisa dilihat dari Earning Per Share ataupun Net Income. 5. Free Cash Flow Growth di atas 10% dalam 10 tahun. Free Cash Flow didefinisikan sebagai sisa uang kas yang dapat digunakan oleh perusahaan baik untuk pengembangan bisnis ataupun dibagikan sebagai dividen. 6. Debt. Dalam buku tersebut, besaran hutang tidak dibahas secara spesifik, namun idealnya perusahaan tidak berhutang secara berlebihan. Penyesuaian Untuk Kondisi IndonesiaUntuk diterapkan di Indonesia, ada beberapa penyesuaian yang menurut saya harus dilakukan sebagai berikut:1. Saya pribadi lebih memilih menggunakan Return On Equity (ROE) sebagai indikator karena sebagai investor (equity stock holder) yang penting adalah Return On Equity bukan Asset. 2. Untuk perusahaan Indonesia yang potensi pertumbuhannya masih sangat besar, angka yang pantas adalah 15% dan bukannya 10% 3. Untuk Free Cash Flow, yang merupakan hasil dari Operating Cash Flow ditambah Investing Cash Flow, angkanya tidak selalu positif. Kalaupun angkanya negatif, tidak bisa dikatakan kurang baik karena bisa jadi perusahaan sedang dalam rangka ekspansi besar-besaran. 4. Untuk data yang dianalisa, terkadang cukup sulit untuk menemukan data 10 tahun ke belakang. Untuk itu, data 5 atau 8 tahun rasa-rasanya sudah cukup. Contoh : Analisa Astra Internasional dengan data 5 tahun terakhir:1. Return On Equity Rata-rata dalam 5 tahun terakhir di atas 15% (Data Perusahaan 39.05% Memenuhi )Dihitung dengan cara membagi Laba Bersih dengan Rata-rata Nilai Ekuitas. Rasio ini sebenarnya juga sudah dipublikasikan dalam laporan keuangan perusahaan ataupun oleh Bursa Efek Indonesia. Berikut ini adalah cuplikan yang saya ambil dari Bursa Efek Indonesia.

Berturut-turut, data ROE adalah 46.44%, 41.11%, 42.65%, 33.98%, dan 31.06%. Jika di rata-ratakan berarti 39.05% (Dari total semuanya dibagi 5).Untuk point no 2 4, angka tersebut tidak selalu tercantum dalam laporan keuangan sehingga harus dihitung secara manual. Untuk itu, diperlukan data Ekuitas (atau Book Value Per Share), Penjualan dan Net Income (atau Earning Per Share). Data yang saya peroleh adalah sebagai berikut:

Untuk menghitung tingkat pertumbuhan, maka metode yang digunakan bukan menggunakan rata-rata seperti perhitungan ROE di atas. Tapi menggunakan metode return geometrik atau tingkat pertumbuhan yang memperhitungkan faktor bunga berbunga. Data yang dibutuhkan juga sebetulnya tidak memerlukan data 5 tahun terakhir, cukup data pada akhir tahun 2007 dan data pada akhir 2012. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut Growth = (Nilai Tahun 2012 / Nilai Tahun 2007) ^ (1/5) 1.Penggunaan angka 5 karena data 5 tahun terakhir. Sementara ^(1/5) sama dengan artinya Akar Pangkat 5.2. Equity Growth di atas 15% dalam 5 tahun (Data Perusahaan 27.21% Memenuhi)Perhitungan Equity Growth menggunakan Jumlah Ekuitas, yaitu sebesar 26.963 milliar pada tahun 2007 dan sebesar 89.814 milliar pada tahun 2012. Dengan rumus di atas, maka angka pertumbuhannya = (89.814 / 26.963) ^(1/5) 1 = 27.21%.Selain menggunakan nilai Ekuitas, bisa juga menggunakan nilai Book Value Per Share (terutama apabila anda ragu memasukkan Hak Minoritas atau tidak).3. Sales Growth di atas 15% dalam 5 tahun (Data Perusahaan 21.79% Memenuhi)Data Net Revenue 2007 = 70.183, Data Net Revenue 2012 = 188.053. Tingkat pertumbuhannya = (188.053 / 70.183) ^ (1/5) 1 = 21.79%4. Earning Growth di atas 15% dalam 5 tahun terakhir (Data Perusahaan 28.07% Memenuhi)Data Net Income 2007 = 6.519, Data Net Income 2012 = 22.460. Tingkat pertumbuhannya = (22.460 / 6.519) ^ (1/5) 1 = 28.07%Apabila anda ragu dengan istilah comprehensive income bisa menggunakan Earning Per Share.5. Free Cash Flow Growth di atas 15% dalam 5 tahun terakhir (Data Perusahaan -157% Tidak Memenuhi)Informasi mengenai free cash flow tidak tersedia untuk umum. Namun bisa dihitung. Cara yang paling sederhana untuk menghitung Free Cash Flow adalah dengan Operating Cash Flow + Investing Cash Flow. Selisih dari kedua cashflow tersebut, apabila positif berarti sisanya bebas dipergunakan perusahaan untuk apapun, apakah mau digunakan pembagian dividen atau disimpan. Sementara jika negatif, berarti perusahaan membutuhkan pendanaan dari pihak eksternal membiayai ekspansi dan operasionalnya. Idealnya memang selalu positif, artinya perusahaan bisa memenuhi seluruh kegiatan ekspansi dari keuntungan operasional. Namun tidak jarang kegiatan ekspansi membutuhkan investasi besar sehingga dibutuhkan pendanaan dari pihak luar. Dalam konteks ini, angka Free Cash Flow akan negatif.

Free Cash Flow 2007 = 11.244 + (3.030) =8.214Free Cash Flow 2012 = 8.932 + (9437) = -505Angka pertumbuhan =(-505 / 8214)^(1/5) 1 =-157%Definisi Outstanding CompanyJika kita mengacu pada rumus Phil Town secara saklek, maka Astra Internasional masih belum dapat digolongkan sebagai Outstanding Company karena tidak memenuhi rasio ke 5. Namun menurut saya, Free Cash Flow sekali lagi, angkanya bisa positif atau negatif tergantung seberapa Agresif perusahaan dalam melakukan kegiatan ekspansi. Sebab Ekspansi itu ibaratnya seperti menabung, kita keluar uang sekarang, baru hasilnya dinikmati kemudian. Jadi, buat saya sendiri, sepanjang Operating Cash Flow selalu positif, maka ASII adalah Outstanding Company.Langkah Kedua : Menghitung Sticker Price dan Margin Of Safety (MOS) PriceJika perusahaannya sudah Outstanding, langkah berikutnya tentu harga wajarnya berapa. Sebab prinsip dari value investing adalah membeli perusahaan luar biasa di bawah harga wajarnya. Dengan harapan, harga tersebut akan naik mendekati harga wajarnya. Menurut buku Phil Town, perhitungan harga wajar ada beberapa tahapan untuk menentukan Sticker Price dan MOS Price. Tahapannya adalah sebagai berikut:1. Penentuan Current EPS (EPS saat ini). Pada bagian ROE di atas, diperoleh Laba Per Saham (EPS) adalah Rp 554.792. Penentuan tingkat pertumbuhan EPS pada periode yang akan datang. Pada Big Five Number poin 4, diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan EPS selama 5 tahun terakhir adalah 28%. Anda bisa menggunakan angka ini sebagai acuan atau menggunakan angka lain apabila anda yakin pertumbuhan laba Astra Internasional bisa lebih tinggi atau rendah dibandingkan angka tersebut.3. Estimasi Price Earning Ratio di masa mendatang. Cara yang dia gunakan adalah membandingkan angka 20 atau rata-rata Price Earning Ratio saham tersebut selama 5 tahun mana yang lebih rendah untuk dijadikan sebagai estimasi. Angka 20 digunakan karena acuan pertumbuhan minimal yang dia gunakan 10%. Jika kita menggunakan angka 15%, maka menjadi 30. Angka rata-rata Price Earning Ratio selama 5 tahun, bisa diperoleh di website berbayar seperti infovesta.com atau dengan cara perhitungan manual meskipun website berbayar akan memberikan acuan yang lebih presisi. Sebagai contoh PE Ratio ASII selama 5 tahun dari 2007 2012 yang bersumber dari infovesta.com adalah sebagai berikut:Hingga desember 2012, rata-rata PE Ratio ASII adalah 13.7 lebih kecil dibandingkan asumsi 20 teori Phil Town ataupun 30 dalam asumsi saya. Sehingga angka yang digunakan adalah 13.7 kali.4. Estimasi EPS di masa mendatang. Karena asumsi yang digunakan adalah 5 tahun, maka perkiraan EPS 5 tahun mendatang adalah sebagai berikutEPS 5 tahun mendatang = EPS Saat ini x (1 + Asumsi kenaikan EPS) ^ 5EPS 5 tahun mendatang = 554.79 x (1 + 28%) ^ 5 = 1.9065. Nilai Saham di Masa Mendatang. Dihitung dengan menggunakan perkalian antara EPS 5 tahun mendatang dengan asumsi PE Wajar. (Teori Phil Town menggunakan periode 10 tahun)Harga 5 tahun mendatang = EPS 5 tahun mendatang x Asumsi PE WajarHarga 5 tahun mendatang = 1.906 x 13.7 = 26.1126. Sticker Price atau Minimum Acceptable Return. Merupakan harga wajar dari suatu saham. Dengan anggapan ketika anda berinvestasi di saham dan mengharapkan return 20%, maka harga 5 tahun mendatang tersebut akan didiskontokan ke harga hari ini. (Teori Phil Town menggunakan 15% dan periode 10 tahun)Sticker Price = Harga 5 Tahun Mendatang / (1+20%)^5Sticker Price = 26.112 / (1+20%)^5 = 10.4937. Margin of Safety (MOS) Price. Merupakan harga yang digunakan oleh Value Investor dalam membeli saham. Jika harga pasar sama atau lebih kecil dibandingkan harga saham Margin of Safety, maka investor akan membeli saham tersebut. Secara sederhana MOS Price adalah Sticker Price dibagi 2 atau 50% dikalikan Sticker Price. Apabila anda merasa yakin dengan perusahaan tersebut, anda bisa menaikkan MOS Price sekitar 70% dari Sticker Price. Atau ketika anda ragu suatu perusahaan Oustanding atau tidak, anda bisa menggunakan acuan MOS Price sebesar 30%. Dengan menggunakan acuan Phil Town, maka harga yang aman untuk masuk adalahMOS Price = Sticker Price x 50%MOS Price = 10.493 x 50% = 5.246Harga saham Astra Internasional Saat ini:

Karena harganya masih di atas MOS Price, maka meskipun perusahaan ini termasuk perusahaan Outstanding, tapi harganya masih belum Sensible. Lain ceritanya kalau anda menggunakan MOS 70%, yaitu sekitar 7000an sehingga harga sekarang sudah cukup untuk mengambil tindakan.