Menganalisis Budaya Politik Di Indonesia

download Menganalisis Budaya Politik Di Indonesia

of 4

Transcript of Menganalisis Budaya Politik Di Indonesia

NAMA KELAS I.

: MIRNA ANGGRAINI : XI TKBB 2

MENGANALISIS BUDAYA POLITIK DI INDONESIA 1. Mendeskripsikan pengertian budaya politikBudaya politik adalah aspek politik dari nilai-nilai yang terdiri atas pengetahuan, adat istiadat, tahayul, dan mitos. Kesemuanya dikenal dan diakui oleh sebagian besar masyarakat. Budaya politik tersebut memberikan rasional untuk menolak atau menerima nilai-nilai dan norma lain. Budaya politik merupakan suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagaimana, dan sikap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu.

2. Mengidentifikasi ciri ciri budaya politikCiri-ciri dari suatu budaya politik adalah sebagai berikut : 1. Memberi penekanan pada perilaku beberapa sikap,pandangan,ataupun kepercayaan. 2. Orientasinya terhadap sistem politk. 3. Menggambarkan masyarakat dalam suatu Negara. 4. Budaya politik menyagkut masalah legitimasi. 5. Budaya politik meyangkut perilaku aparat Negara. 6. Budaya politik menyangkut proses pembuatan kebijakan pemerintah.

3. Mendiskripsikan macam-macam budaya politikAda beberapa jenis macam-macam budaya politik, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut : 1. Budaya politik militant. 2. Budaya politik toleransi -sikap tradisi dan perubahan. 3. Budaya politik yg memiliki sikap mental absolute. 4. Budaya politik yg memiliki skap mental akomodatif

4. Menjelaskan factor penyebab berkembangnya budaya politik suatu daerahAda beberapa factor yang mempengaruhi berkembangnya budaya politik di suatu daerah. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Tingkat pendidikan masyarakat sebagai kunci utama perkembangan budaya politik masyarakat. 2. Tingkat ekonomi masyarakat, semakin tinggi tingkat ekonomi/sejahtera masyarakat maka partisipasi masyarakat pun semakin besar. 3. Reformasi politik/political will (semangat merevisi dan mengadopsi sistem politik yang lebih baik). 4. Supremasi hukum (adanya penegakan hukum yang adil,independen,dan bebas). 5. Media komunikasi yang independen (berfungsi sebagai kontrol sosial,bebas,dan mandiri)

1

5. Mengidentifikasi perkembangan budaya politikBudaya politik Indonesia bersifat parokial-kaula di satu pihak dan budaya politik partisipan dilain pihak; di satu segi massa masih ketinggalan dalam menggunakan hak dan dalam memikul tanggungjawab politiknya - yang mungkin disebabkan oleh isolasi dari kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, bapakisme, ikatan primordial - sedang di lain pihak kaum elitnya sungguhsungguh merupakan merupakan partisipan yang aktif yang kira-kira disebabkan oleh pengaruh pendidikan moderen kadang-kadang bersifat sekuler dalam arti relatif dapat membedakan faktorfaktor penyebab disintegrasi seperti agama, kesukuan dan lainnya, dengan kata lain kebudayaan politik Indonesia merupakan mixed political culture yang diwarnai dengan besarnya pengaruh kebudayaan politik parokial-kaula.

6. Menyimpulkan budaya politik yang berkembang di masyarakatBudaya politik yang berkembang di Indonesia adalah munculnya pembinaan hubungan patron-client antara negara dengan masyarakat. Suasana ini semakin menguat dengan banyaknya fasilitas yang dimiliki negara, Budaya patron-client ini juga tumbuh di kalangan pelaku politik. Mereka lebih memilih mencari sponsor dari atas daripada menggali dukungan dari basisnya. Organisasi politiknya sudah modern, tapi etos kerja politiknya masih tradisional. Lebih parah lagi, suasana feodalisme masih dijalankan.Oleh karena itu, harus dilakukan perbaikan terhadap institusiinstitusi yang kurang dapat menyerap semangat masyarakat yang berpikir kritis terhadap pembinaan politik melalui infra struktur politik. Ini menuntut kemauan para pimpinan partai politik untuk mendorong proses keterbukaan.

II.

MENGANALISA TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK YANG BERKEMBANG DALAM MASYARAKAT INDONESIA 1. Mendeskripsikan tipe tipe budaya politik1. Budaya politik parokial (parochial political culture) Budaya parokial yaitu budaya politik yang terbatas pada wilayah tertentu bahkan masyarakat belum memiliki kesadaran berpolitik, sekalipun ada menyerahkannya kepada pemimpin lokal seperti suku. Pada budaya politik parokial umumnya tingkat partisipasi dan kesadaran politik masyrakatnya masih sangat rendah. Hal tersebut disebabkan oleh poleh faktor kognitif, yaitu rendahnya tingkat pendidikan/pengetahuan seseorang sehingga pemahaman dan kesadaran mereka terhadap politik masih sangat kecil. Pada budaya politik ini, kesadaran obyek politiknya kecil atau tidak ada sama sekali terhadap sistem politik. Kelompok ini akan ditemukan di berbagai lapisan masyarakat.

2. Budaya politik kaula/subjek (subject political culture) Budaya Kaula artinya masyarakat sudah memiliki kesadaran terhadap sistem politik namun tidak berdaya dan tidak mampu berpartisipasi sehingga hanya melihat outputnya saja tanpa bisa memberikan input. Pada budaya politik ini, masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya, tetapi masih bersifat pasif. Budaya politik kaula adalah mereka yang berorientasi terhadap sistem politik dan pengaruhnya terhadap outputs yang mempengaruhi kehidupan mereka seperti tunjangan sosial dan hukum. Namun mereka tidak berorientasi terhadap partisipasi dalam struktur input 3. Budaya politik partisipan (participant political culture) Adalah masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang berorientasi terhadap struktur inputs dan proses dan terlibat didalamnya atau melihat dirinya sebagai potensial terlibat, mengartikulasikan tuntutan dan membuat keputusan. Pada budaya poltik ini ditandai dengan kesadaran politik yang tinggi.

2. Macam-macam tipologi budaya politikMacam-macam tipologi budaya politk yang hendak diuraikan di bawah ini sesungguhnya merupakan tipe atau model yang didasarkan pada sudut kesejarahan dan perkembangan sistem politik yang disesuaikan dengan perkembangan kultur dan struktur masyarakat. Bentuk-bentuk partisipasi politik yang terjadi di beberapa negara dan waktu dapat dibedakan menjadi kegiatan budaya politik dalam tipe-tipe konvensional dan nonkonvensional termasuk yang mungkin legal (seperti petisi) maupun yang ilegal, penuh kekerasan dan revolusioner. Bentuk-bentuk dan frekuensi partisipasi politik politik dapat dipakai sebagai ukuran untuk menilai stabilitas sistem politik, integeritas kehidupan politik atau kepuasan/ketidakpuasan warga negara. Hal ini dapat kita lihat misalnya perusakan, sementara pemerintah merespons hal ini kita dapat melihat bahwa sistem politik di negara tersebut tidak stabil.mungkin pemerintah itu korup sehingga kehidupan politik menjadi tanpa integrutas (tanpa kejujuran dan ketulusan) dan akibatnya masyarakat yang tidak puas dengan kondisi yang ada melakukan protes.

3. Perkembangan Tipe Budaya Politik Sejalan Dengan Perkembangan Sistem Politik Yang BerlakuPada negara-negara demokrasi pada umumnya, partisipasi warga negaranya dapat mempengaruhi pembuatan suatu kebijakan (policy). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Samuel P. Huntington dan Joan Nelson yang mennyatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksid untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah.Partisipasi biasa bersifat individual dan atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif. Sedangkan menurut Hebert McClosky, partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan

sukarela diri waga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan cara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum. Negara sebagai suatu organisasi merupakan satu sistem politik yang menyangkut proses penentuan atau pelaksanaan tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap insan politik harus dapat menujukan partisipasinya dalam kegiatan yang berkaitan dengan hak warga negara, yang bertujuan untuk ikut mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. Ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan warga negara dalam bentuk partisipasi politik berikut ini : 1. Terbentuknya organisasi-organisasi politik dan organisasi masyarakat sebagai bagian dari kegiatan sosial, sekaligus sebagai penyalur aspirasi rakyat yang ikut menentukan kebijakan negara. 2. Lahirnya kelompok-kelompok kepentingan, kelompok-kelompok penekan, dan lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai kontrol sosial maupun pemberi input terhadap kebijaksanaan pemerintah. 3. Pelaksanaan pemilu yang memberi kesempatan kepada warga negara untuk dipilih dan memilih, misalnya kampenye, menjadi pemilih aktif, atau menjadi anggota perlemen. 4. Munculnya kelompok-kelompok kontemporer yang memberi warga pada sistem input dan output kepada pemerintah, misalnya melalui unjuk rasa, petisi ,protes, dan demontrasi.