Meneropong Saham-saham Bank BUMN -...

1

Transcript of Meneropong Saham-saham Bank BUMN -...

Page 1: Meneropong Saham-saham Bank BUMN - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/1545/32dd0480_Des15... · kan rugi selisih kurs se - besar Rp580,36 miliar dari tahun sebelum ayn

15K O R P O R A S IKamis, 25 Februari 2016

��REVIEW KINERJA

Meneropong Saham-saham Bank BUMN

[email protected]

Empat bank pelat merah yang tercatat di PT Bursa Efek Indonesia a.l. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN).

Pekan lalu, tekanan terhadap saham-saham perbankan badan usaha milik negara (BUMN) terbilang besar. Tiba-tiba saja saham-saham bank dengan kepemilikan mayoritas oleh pemerintah itu memerah, bertumbangan, dan anjlok.

Penyebabnya adalah keinginan pemerintah untuk memangkas margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank BUMN hingga ke level 3%.

Ternyata, pemerintah mendorong perbankan untuk meningkatkan efisiensi, salah satunya melalui penurunan suku bunga hingga ke single digit. Pasalnya, suku bunga pinjaman di Indonesia terbilang tinggi bila dibandingkan dengan negara lain.

Padahal, dalam situasi perlam-batan ekonomi dunia, Indonesia perlu menurunkan tingkat bunga agar investasi meningkat, sehingga pertumbuhan ekonomi terkerek.

Pun begitu dengan insentif yang disiapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bagi bank di Tanah Air yang mampu menekan biaya operasional atau overhead demi turunnya rasio beban operasioal terhadap pendapatan operasional (BOPO).

Meski sedikit, tekanan NIM

bank pelat merah tentu bakal berpengaruh terhadap profitabilitas. Hal itu diartikan oleh investor untuk melepas saham-saham bank pelat merah.

Apabila ditelisik lebih dalam, analis PT DBS Vickers Securities Indonesia Lim Sue Lin, dalam riset yang dipublikasikan pada 19 Februari 2016, menyebutkan rasio harga saham terhadap laba (price to earning ratio/PE) bank BUMN pada tahun ini diproyeksi hanya sebesar 9,85 kali.

Proyeksi tersebut terus melorot dari 2014 sebesar 11,8 kali dan 2015 sebesar 11,6 kali. Proyeksi P/E tertinggi pada tahun ini masih digenggam oleh BBRI sebesar 10,5 kali dan terendah BBTN sebesar 8,7 kali.

Posisi P/E bank-bank BUMN juga terbilang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan indeks harga saham gabungan (IHSG). P/E Indeks mencapai 25,9 kali dengan P/E indeks finansial sebesar 12,91 kali dan indeks LQ-45 sebesar 18,80 kali.

Begitu pula dengan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank BUMN pada 2015 rerata mencapai 6,33% dengan NIM

tertinggi pada BBRI sebesar 8,13% dan terendah BBTN 4,87%.

Lim menilai penerapan regulasi NIM oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga 4% untuk mendorong efisiensi dan daya saing perbankan akan berdampak negatif bagi bank-bank di Indonesia.

Meski fungsi intermediasi dijaga pada level 14% seperti harapan Bank Indonesia dan OJK, bakal sulit untuk mencapainya.

"Pengaturan NIM dilakukan, itu akan berdampak negatif terhadap bank BUMN yakni BMRI, BBNI, BMRI, dan BBTN. Pemerintah dapat memberlakukan kepada bank BUMN sebelum diterapkan ke perbankan lainnya," paparnya dalam riset yang dirilis belum lama ini.

Analis PT Buana Capital Suria Dharma dalam riset terpisah menyebutkan pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia alias BI Rate ke level 7% dan giro wajib minimum (GWM) diturunkan ke level 6,5% akan berdampak baik bagi ekonomi Indonesia.

Keputusan itu juga memberikan dampak positif bagi sejumlah sektor yang sensitif terhadap penurunan BI Rate seperti perbankan, properti, dan otomotif.

Penurunan BI Rate dan GWM memberikan likuiditas dan fleksibilitas bagi perbankan untuk menyesuaikan suku bunga dasar kredit dan mendorong pertumbuhan fungsi intermediasi.

Kebijakan tersebut diproyeksi dapat meningkatkan pertumbuhan kredit 150 basis poin dari 12,5% ke 14% pada 2016 senilai lebih dari Rp30 triliun.

Tjandra Lienandjaja dan Priscilla Thany, analis PT Mandiri Sekuritas, dalam riset berbeda juga mengungkapkan hal senada.

Pengenduran kebijakan moneter oleh BI diperkirakan dapat menambah potensi likuiditas kredit hingga Rp36,2 triliun. Pemangkasan BI Rate dan GWM memang sesuai dengan prediksi Mansek dan konsensus.

"Kami percaya dana akan lari ke pasar uang dan obligasi dalam jangka pendek karena adanya

peralihan. Secara keseluruhan, kami perkirakan pertumbuhan kredit tahun ini sebesar 13%-15% dengan kemungkinan lebih tinggi dari 10,5%, dari tahun sebelumnya," ungkapnya.

KECUKUPAN MODALSementara itu, kondisi perbankan

di Indonesia masih terbilang sehat lantaran rasio permodalan (capital adequacy ratio/CAR) industri masih tinggi pada level 21,2% per akhir Desember 2015. Adapun, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross tercatat 2,5% dan NPL net 1,2%.

Mansek memperkirakan BI bakal kembali mengendurkan kebijakan moneter dengan pemangkasan BI Rate 25 bps ke level 6,75% pada paruh pertama tahun ini.

Pada saat yang sama, Mansek juga menilai tekanan terhadap NIM akan lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaat bagi perbankan. Selama ini, margin perbankan telah menyesuaikan dengan mekanisme pasar.

Tingginya NIM di perbankan Indonesia adalah mahalnya melakukan bisnis dengan biaya operasional serta risiko yang harus ditanggung. Sehingga, margin yang tinggi diperlukan bagi investor untuk memberikan suntikan pada

industri padat modal tersebut.Haris Wardhan Modi, analis

J.P. Morgan Securities Singapore Private Limited., pada riset terpisah mengungkapkan tetap menahan peringkat underweight dengan P/E bagi BBRI di level 11,9 kali, BMRI 15,2 kali, dan BBNI 10,3 kali.

Padahal, J.P. Morgan menetapkan P/E sektor perbankan tahun ini sebesar 14,0 kali dengan P/BV sebesar 1,82 kali.

Khusus bagi BBRI, perolehan laba bersih tahun lalu lebih tinggi dari perkiraan J.P. Morgan. Kejutan terjadi pada peningkatan pendapatan bersih nonbunga 43% dan lebih rendahnya provisi 42% dari kuartal sebelumnya.

Suria juga menilai kinerja BBRI lebih baik ketimbang ekspektasi. Tahun ini, Buana Capital menetap-kan P/E BBRI pada level 10,8 kali dari tahun sebelumnya 11,5 kali.

Analis PT Phillip Securities Indonesia Milka Mutara mengaku kecewa lantaran manajemen BBRI menetapkan target penyaluran kredit konservatif 13%-15% pada tahun ini.

Manajemen BBRI juga menetapkan laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) hanya tumbuh 3%-5% dari 5%, lebih rendah dua digit dari tahun lalu. NPL juga diproyeksi memburuk

ke level 2,1%-2,4%.Berkomentar terhadap kinerja

BBNI, J.P. Morgan menilai perolehan laba bersih bank tersebut memang lebih tinggi dari proyeksi. Namun, J.P. Morgan tidak melihat pergerakan harga saham BBNI yang lebih berarti, kecuali sejumlah perdagangan jangka pendek.

Pada emiten yang sama, Mandiri Sekuritas menilai kinerja BBNI sesuai dengan ekspektasi dengan pertumbuhan kredit 17%, lebih tinggi dari rerata industri. Mansek menetapkan P/E BBNI pada tahun ini mencapai 8,1 kali dari tahun lalu 10,8 kali.

Tahun ini, manajemen BBNI menargetkan penyaluran kredit akan tumbuh 16%-18%, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 14%-16%, rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) mencapai 90%-92%, dengan NPL 2,3%-2,5% serta NIM lebih tinggi dari 6%.

Senada, Mansek juga memproyeksi kinerja pertumbuhan laba BBTN pada 2016-2017 bakal positif lantaran dukungan pemerintah pada subsidi perumahan, serta margin yang terjaga. Mansek memproyeksi pertumbuhan EPS BBTN mencapai 29% pada 2016 dan 19% tahun berikutnya.

Saat kinerja indeks sektor keuangan terkoreksi 1,33% sejak awal tahun hingga Senin (22/2) dan indeks harga saham gabungan menanjak 2,52%,

valuasi saham empat emiten perbankan milik pemerintah masih terbilang rendah.

�P/E saham bank BUMN tahun ini diproyeksi rerata mencapai 9,85 kali, lebih rendah dari tahun sebelumnya 11,6 kali.

�Margin bunga bersih bank BUMN pada 2015 rerata mencapai 6,33% dengan NIM tertinggi pada BBRI sebesar 8,13% dan terendah BBTN 4,87%.

BISNIS/TUTUN PURNAMA

Kinerja 4 Bank BUMN 2015

Sumber: Laporan keuangan perseroan, diolah.

BBRILaba 25,20

Growth (%) 4,25

Pendapatan 82,2

Growth (%) 13,46

NIM (%) 8,13

NPL Gross (%) 2,02

CAR (%) 20,59

LDR (%) 86,88

BOPO (%) 67,96

BBNILaba 8,62

Growth (%) (17,94)

Pendapatan 34,28

Growth (%) 8,34

NIM (%) 6,42

NPL Gross (%) 2,70

CAR (%) 19,49

LDR (%) 87,77

BOPO (%) 75,48

BBTNLaba 18,50

Growth (%) 61,57

Pendapatan 15,56

Growth (%) 16,39

NIM (%) 4,87

NPL Gross (%) 3,42

CAR (%) 16,97

LDR (%) 108,78

BOPO (%) 84,83

BMRILaba 20,10

Growth (%) 3,47

Pendapatan 63,09

Growth (%) 14,52

NIM (%) 5,90

NPL Gross (%) 2,29

CAR (%) 18,60

LDR (%) 87,05

BOPO (%) 69,67

Keterangan: Laba: laba bersih khusus bank yang dapat diatribusikan kepada entitas induk, Pendapatan: pendapatan bunga, NIM: net interest margin (margin bunga bersih), NPL Gross: non performing loan gross (rasio kredit bermasalah kotor), CAR: capital adequacy ratio (rasio permodalan), LDR: loan to deposit ratio (rasio kredit terhadap pendanaan), BOPO: rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional.

(Rp triliun)

JAKARTA — Per usa-ha an perkebunan PT As tra Agro Lestari Tbk. (AALI) mencatatkan pe -nu runan laba bersih se -besar 75,27% pada pe rio-de 2015 menjadi Rp619,1 mi liar dari tahun se be-lum nya Rp2,5 triliun.

Presiden Direktur As tra Agro Lestari Widya Wir -ya wan meng umum kan ki nerja keuangan per se-ro an pada Rabu (24/2). La ba per saham pun ikut me lorot dari Rp1.590,40 men jadi Rp393,15.

Berdasarkan laporan itu, pendapatan bersih emi ten berkode saham AALI tersebut turun Rp3,24 triliun dari Rp16,3 triliun menjadi Rp13,05 triliun sepanjang Januari-Desember 2015.

Total pendapatan itu ter diri dari penjualan mi -nyak sawit mentah dan tu runannya Rp11,53 tri -li un yang turun 19,8%, pen jualan inti sawit dan turunannya Rp1,52 tri li-un atau terkoreksi 19,5%, serta penjualan lain-lain Rp3,02 miliar yang anjlok 70,8%.

Seiring loyonya ni lai tu kar rupiah ter ha dap dolar Ame rika Se ri-

kat, AALI mem bu ku-kan rugi selisih kurs se -besar Rp580,36 mi li ar dari tahun se be lum nya Rp126,68 miliar. Ke ru gi-an selisih kurs itu di da -sar kan pada nilai tukar Rp13.795 per dolar AS, se dangkan pada 2014 Rp12.440 per dolar AS.

Selain itu, perseroan men catatkan produksi tan dan buah segar (tbs) sawit se banyak 5,60 juta ton se panjang 2015, atau naik 0,7% dari capaian ta hun lalu. Peningkatan pro d uksi ter sebut terjadi di wilayah Su lawesi 5,1%. Adapun, pro duk-si di Sumatra dan Ka li -mantan turun 0,2% dan 0,1%.

"Pencapaian produksi CPO AALI pada 2015 ada -lah sebesar 1,74 juta ton, tu run sedikit di ban ding-kan pencapaian 2014," se-perti dikutip dari investor bu letin AALI yang dirilis be lum lama ini.

Sementara itu, sampai De sember 2015, vo lume pen jualan CPO per se ro-an mencapai 1,04 juta ton, turun 24,2% secara tahunan, karena se bagian produksi CPO dialihkan menjadi olein. (Ana Noviani)

Laba Bersih AALI Anjlok 75,27%

pusdok
Typewritten Text
Bisnis Indonesia: Investor Daily: 25 Februari 2016