Menembus ramma' dengan harapan

36
Cerpen: Menembus Rammadengan Sebuah Harapan#sh.-suardihasjum Jangan hadir hanya untuk dikagumi, tetapi hadirlah untuk dirindukan

description

Realita kehidupan yang selalu ada untuk diceritakan merupakan sesuatu yang paling indah untuk dijelaskan, dipaparkan maupun dihayati dalam penyampaiannya. Menjadi penerobos atau kata kerennya perintis merupakan hal yang membanggakan bagi siapapun insan yang menjalani hal tersebut.

Transcript of Menembus ramma' dengan harapan

Page 1: Menembus ramma' dengan harapan

Cerpen:

“Menembus Ramma’dengan Sebuah Harapan”

#sh.-suardihasjum

“Jangan hadir hanya untuk dikagumi, tetapi hadirlah untuk dirindukan”

Page 2: Menembus ramma' dengan harapan

Pelaku: 1. Andi Muhammad Irfan

2. Wiking Bondong

3. Abdul Karim Syam

4. Suardi Hasjum

5. Nurfahmi

6. Laode Rahman

7. Syamsul Rijal

8. Ayu Ervira

9. Tarmizi Tahir

10. Andi Ridha Walinayah

11. Rasni Andriani Rusli

12. Shofyan As-Shiddiqh

13. Muhammad Jefri

14. Zulfikar

15. Ibnu Qoyyim

Page 3: Menembus ramma' dengan harapan

Cerpen :

“Menembus Ramma’ dengan

Harapan”

Realita kehidupan yang selalu

ada untuk diceritakan merupakan

sesuatu yang paling indah untuk

dijelaskan, dipaparkan maupun

dihayati dalam penyampaiannya.

Menjadi penerobos atau kata kerennya

perintis merupakan hal yang

membanggakan bagi siapapun insan

yang menjalani hal tersebut.

Berawal dari sebuah cerita kecil-

kecilan akan mencipkatan sebuah

kisah yang menakjubkan yang sulit

Page 4: Menembus ramma' dengan harapan

dijelaskan oleh perkataan, sulit

diekspresikan oleh tindakan, dan tak

cukup dengan penjelasan hati yang

selalu berbeda setiap manusia yang

memilikinya. Kadang, pemikiran yang

kita miliki berbeda namun mempunyai

arah dan tujuan yang sama.

Menembus Ramma’ dengan Harapan:

Liburan semester sebenarnya

sudah lama berlangsung (23 Mei

2014). Akan tetapi masih banyak

diantara para penuntut ilmu masih aktif

di dunia Kampus yang semakin hari ke

hari semakin sulit ditemukan

mahasiswa. Pesan tiket bus, tiket

pesawat dan planning untuk comeback

Page 5: Menembus ramma' dengan harapan

to home merupakan topik utama

sekitar tanggal 23 Mei sampai

sekarang (07 Juni 2014). Bahkan jauh-

jauh sebelumnya, ada diantara teman-

teman yang telah dipesankan tiket oleh

orang tuanya akan tetapi masih ada

kuliahnya yang belum pasti kapan

berakhirnya. Harapan-harapan yang

sering muncul dalam menjalani

kehidupan yang penuh PHP (kata

kerennya) dari pengampuh mata kuliah

tertentu semakin menjamur.

Berbagai cerita telah telah

rangkai dalam mengisi hari-hari itu.

Mulai dari karaokean, refreshing

malam, curhat-curhatan, berkunjung ke

Page 6: Menembus ramma' dengan harapan

Air Terjun Parangloe, hingga mendaki

salah satu tempat favorit para pencinta

alam dengan mendakinya. Ramma’

adalah nama dari tempat tersebut.

Lembah dan bukit jadi saksi perjalan

pada saat menjajal tempat ini.

Planning untuk ke Ramma

merupakan planning singkat yang

pernah tercipta dibenak para teman-

teman. Karena kenapa, ini merupakan

salah satu penelitian yang untuk

sementara bisa dikatakan akurat, yaitu

apabila sesuatu yang kita rencanakan

jauh-jauh sebelum, maka sesuatu yang

akan terjadi menyebabkan batalnya

atau tidak maksimalnya acara tersebut

Page 7: Menembus ramma' dengan harapan

(itu baru penelitian yang asal-asalan).

Jadi inisiatif para teman-teman, apa

yang kita akan lakukan direncanakan

satu atau dua hari sebelum hari H-nya.

Tahap Planning (perencanaan)

Dimulai dari pemikiran para

teman-teman yang sangat kreatif

mengisi kekosongan. Andi Muhammad

Irfan (Irfan) adalah salah seorang

penggagas dari kegiatan ini. Dia

berpendapat bahwa “daripada kita

seperti ini, lebih baik kita mendaki ke

Ramma”. Pendapat itu disambut baik

oleh teman-teman yang lain seperti

Tarmizi Tahir (Oiz Fahreza), Syamsul

Rijal (Rijal), Ayu Ervira (Ayu), Laode

Page 8: Menembus ramma' dengan harapan

Rahman (Bullung), Nurfahmi (Ami),

Rasni Andriani Rusli (Rasni),

Muhammad Jefri (Jefri), Gesna (Koas

tercinta kami) dan Saya Sendiri Suardi

Hasjum (#sh.-suardihasjum).

Sebenarnya banyak orang yang ingin

melibatkan dirinya dalam kegiatan ini,

tapi satu dan lain hal yang membuat

mereka tidak bisa ikut. Seperti halnya

Dwi Handayani (Dwi), Cakra Widia

Stuti (Cakra je’) yang tiba-tiba

mendapat panggilan dari orang tuanya.

Sebenarnya berat meninggal

mereka yang tak sempat ikut pada saat

itu. Tetapi satu tekad yang tak

terbendung dari Kami yaitu, “ingin

Page 9: Menembus ramma' dengan harapan

menwujudkan harapan bukan sekedar

ucapan, akan tetapi sebuah

pembuktian yang sulit dijangkau oleh

orang lain. Walaupun dijangkau oleh

mereka, akan tetapi tak semuanya bisa

memaknai apa yang kita akan

jangkau”.

Sekitar Pukul 14.00 Wita

(selepas sholat Jum’at), teman-teman

mulai berdatangan dari berbagai

penjuru (heheh….angin mungkin,

datangnya segala penjuru). Di awali

dengan Sofhyan As-Shydiqh (Sofyan),

Ami, Rasni, Ayu, Irfan, serta Oiz yang

perlangkapannya paling lengkap

(maklum seorang pendaki dari

Page 10: Menembus ramma' dengan harapan

Bulukumba..hehehe). Perlengkapan

memang penting dalam kegiatan ini,

seperti carel (tas besar), portable

(kompor kecil), SB (sleepingbag), dan

masih banyak istilah yang masih

kurang saya pahami dan tahu.

Beberapa diskusi yang terjadi

saat itu. Oh…iya, sementara diskusi

salah satu teman memberi pesan

singkat kepadaku. Andi Ridha

Walinayah (Nayah) tepatnya. Dia mau

ikut asalkan ada sandal yang cocok

dengannya karena dia tidak sempat

membeli sandal dikarenakan waktu

yang mepet, katannya. Serta temannya

mau ikut juga asalkan ada yang motor

Page 11: Menembus ramma' dengan harapan

yang kosong untuk ditumpangi. Saat

itu juga, Abdul Karim Syam (Karim)

dan Ibnu Qoyyim (Qoyyim) terbayang

dibenakku untuk jadi solusi.

Aku mengontak dan langsung ia

sanggup untuk bergabung. Waktu telah

tiba untuk berangkat. Koas kami sibuk

mencari solusi dengan masalah kami

pada saat itu, diantara motor dan

perlengkapan lainnya. Aku menjemput

Nayah, serta teman-teman yang lain

dalam persiapan. Kuingat saat itu,

“kalau tidak sanggupki jalan, jangan

maki pergi di?!”, kataku. “ia Suardi

bisaja”, katanya membalas. Telah

diatur pasangan-pasangan boncengan,

Page 12: Menembus ramma' dengan harapan

dihindari tidak ada perempuan yang

mengemudi. Oiz dengan Rasni, Irfan

dengan Nayah, Bullung dengan Ami,

Rijal dengan Ayu, Wikin dengan Jefri,

Qoyyim, Karim dengan Sule, dan

Sofhyan dengan Saya.

Perlengkapan-perlengkan telah

siap untuk dibawah. Motor telah siap

meluncur (hehe…roket kapan), dan

manusia-manusianya telah siap

menghadapi tantangan.

Tepat pada pukul 16.40 WITA,

pengalaman pertama dalam hidupku

dimulai dengan melakukan perjalanan

ke Ramma’. Jalur yang dilewati, ialah

jalur Samata kerena agak dekat

Page 13: Menembus ramma' dengan harapan

katanya. Akan tetapi pada saat akan

keluar ke jalur poros Malino, kami

menemukan jalanan yang paling

menantang yang mengharuskan kami

harus jalan beberapa meter.

Perjalanan dilalui dengan canda

tawa. Jalanan berdebu jadi saksi bisu

kenangan perjalanan kami (sok puitis

loch..hahah). Beberapa waktu telah

terlewati, hingga sampai pada sebuah

Pertamina dimana teman-teman

berhenti sejenak untuk istrahat

melepaskan rasa lelahnya. Sekaligus

sebagian dari kami yang beragama

islam melakukan kewajibannya yaitu

menunaikan sholat fardu magrib.

Page 14: Menembus ramma' dengan harapan

Sofhyan, Qoyyim, Sule, dan Say

melaksanakan sholat secara

berjamaan dengan kesepakatan sholat

magrib dan isya diqasar. Kami

bercanda setelah itu.

Waktu menunjukkan pukul

06.37 WITA, berangkat menuju tujuan.

Beberapa kilometers berlalu, hingga

tiba di sebuah tempat makan untuk

melepaskan rasa lapar dan haus untuk

sejenaknya. Wikin dan Jefri tidak

sempat singgah saat itu, karena agak

cepat cara mengemudinya dan tidak

ada komunikasi sebelumnya bahwa

kita akan transit (kayak…kapal aja).

Page 15: Menembus ramma' dengan harapan

Bullung dan Ami berusaha mengejar

mereka, tetapi tidak sempat bertemu.

Kita makan dengan menu yang

sama, yaitu Bakso + Mie + Buras.

Kami makan dengan lahapnya

(heheh..lapar Bos). Setelah itu, kami

melanjutkan perjalanan hingga sampai

pada tempat penyimpanan barang-

barang dan kendaraan.

Tepat pada pukul 20.30 WITA

persiapan pendakian dimulai. Tepat

pada saat itu, kakak senior angkatan

12 akan melakukan pendakian ke

Gunung Bawakaraeng. Kita ditawari

untuk berangkat sama-sama hingga

Pos 1. Sebelum kami berangkat,

Page 16: Menembus ramma' dengan harapan

diawali dengan diskusi singkat yaitu

masalh apa yang harus kita lakukan,

dan tak pantas kita lakukan pada saat

melakukan pendakian. Kuingat saat itu,

saya dipersilahkan bicara diantara

teman-teman. Kusampai saat itu

masalah adat-adat memasuki daerah

baru yang tak pernah dimasuki

sebelumnya. Dan Oiz menambahkan

sedikit masalah peraturan mendaki

yang baik, seperti diberikan nomor urut

masing-masing dengan cara berhitung.

Dan acara terakhir sebelum berangkat

ialah berdoa bersama yang dipimpin

oleh Saya sendiri.

Page 17: Menembus ramma' dengan harapan

Kegiatan pendakian dimulai

tepat pukul 20.43 WITA. Berangkat

dengan penuh harapan dan keyakinan.

Kami terdiri dari dua kelompok, yaitu

kelompok senior (4 orang) dan Kami

(15 orang). Perjalanan terus berlanjut,

hingga sampai gapura gerbang masuk.

Ada sesuatu yang terlupakan di tempat

penitipan kendaraan, yaitu tripod

tempat kamera melekat pada saat foto

bersama. Irfan dan Saya berlari untuk

mengambil barang tersebut. “mau

mungkin dimlling itu teman-teman

Bos?” kataku bercanda.

“hahah…ohh,,,hati-hatiki’ Bos!”

katanya ketawa. Cuma beberapa menit

perjalanan kami ludes. Akhirnya kamu

Page 18: Menembus ramma' dengan harapan

kembali bergabung dengan

rombongan.

Perjalanan dimulai kembali tepat

digabura pintu masuk yang bertuliskan

“selamat datang para pendaki

Bawakaraeng”, kurang lebih tulisannya

seperti itu. Headline atau senter kepala

hanya beberapa orang yang sempat

bawa pada kesempatan itu. Perjalanan

terus berlanjut dengan melalui jalan

yang begitu gelap, berbatu, ditambah

lagi dengan tanah yang licin serta

suasanan yang sangat dingin

kebetulan pada saat itu hujan turun

walaupun gerimis tapi sangat

mempengaruhi cepat atau lambatnya

Page 19: Menembus ramma' dengan harapan

perjalanan. Keluhan demi keluhan

mulai terdengar dari cara gerak dan

tingkah teman-teman. Nayah saat itu

merupakan pelopor pertama

pengeluhan. Padahal baru seperempat

perjalanan menuju pos 1. Menurut data

yang diketahui jarak antara gapura dan

pos 1 ialah 1730 meter. Ini merupakan

jarak yang terjauh dari semua pos

yang akan dilalui pada saat mendaki

gunung Bawakaraeng.

Jalanan berliku dilalui dalam

suasana gelap, licin, dan berbatu.

Hanya beberapa penerang berupa

headline yang menemani perjalanan

kami. Sebelum masuk suasana hutan,

Page 20: Menembus ramma' dengan harapan

terlebih dahulu kami melewati sebuah

pagar yang agak tinggi untuk dilewati.

Antusias teman-teman masih sangat

tinggi. Seiring dengan perjalanan yang

terus berlanjut mengantarkan pada

suatu tempat dimana hutan, hutan, dan

hutan menjadi saksi perjalanan kami.

Tak banyak hal yang bisa kami

pandang kecuali kegelapan yang

menyelimuti suasana perjalan kami.

Sekitar setengah perjalanan ada

sejenis papan informasi yang kayaknya

tidak sempat berfungsi sesuai dengan

asli. Papan informasi itu hanya

berisikan tulisan-tulisan para pendaki

dengan coretan-coretan nama dan

nomor telponnya.

Page 21: Menembus ramma' dengan harapan

Tak terasa waktu menunjukkan

pukul 22.00 WITA menandakan kami

telah tiba di pos 1. Di sinilah kami

berpisah dengan senior ’12. Banyak

hal yang terjadi dalam perjalanan ini

yang sulit untuk dijelaskan. Ada sejenis

kata-kata motivasi yang tertera pada

sebuah patot yang tercipta dari semen

karya Ekspedisi NKRI 2013. Kata

motivasi sakaligus harapan yang

diungkapkan secara tersirat yang ingin

disampaikan kepada para pendaki

yang hendak menginjakkan kakinya di

Bawakaraeng maupun di Ramma’.

“jadikan alam sebagai sahabatmu, dan

tuntunlah adat dalam menapaki

perjalanan,” kurang lebih isinya seperti

Page 22: Menembus ramma' dengan harapan

itu. Di pos 1 ini pula banyak pendaki

yang sempat kami temui dalam

keadaan istrahat.

“Duluan Kak,?!”, kata ini yang

sering terdengar pada saat bertemu

dengan pendaki lain. Baik itu senior

maupun junior. “mungkin inikah

salamnya pada saat pendakian?”

bisikku dalam hati. Tapi, kuingat saat

singgah makan, pertanyaan

kulemparkan pertanyaan pada Oiz

tentang apakah salam para pencinta

alam. “salam lestari”, katanya.

Oh…mungkin cuma untuk mencari

celah untuk menyapa para pendaki

yang lain.

Page 23: Menembus ramma' dengan harapan

Pertanyaan-pertanyaan sering

terdengar nyaring yang asalnya dari

teman-teman cowoknya untuk para

teman cewek. “bagaimana Ami,

aman?, bagaimana Nayah, aman?,

bagaimana Rasni, aman?, bagaimana

Ayu, aman?, dan yang paling lucu

pertanyaan yang sering terdengar oleh

teman-teman pada saat kapan dan di

mana pun ialah “Wiking, are you

okey?”, hahahah…… ! Dengan cepat

pertanyaan ini langsung mendapat

respon dari yang bersangkutan, ”yes.

I’m Okey”

Saling merangkul dalam

melangkah itulah slogan kami saat itu.

Page 24: Menembus ramma' dengan harapan

Pada saat terjadi sesuatu, baik itu kubu

bagian belakang maupun kubu bagian

depan, “tahan…tahan!” kata ini yang

terdengar yang menandakan kita harus

berhenti untuk menunggu teman yang

mengalami masalah. Kuingat saat itu

Nayah langsung duduk dengan

keluhannya yang membuat sebagian

teman tertawa dan kasihan dengan

kondisinya. Maklum baru-baru

mendaki.

Gerimis, licin, gelap, dan

sandungan batu masih setia menemani

perjalanan kami. Kegelapan masih

terus bentrok dengan cahaya headline

yang berusaha mencari celah dalam

Page 25: Menembus ramma' dengan harapan

perjalanan. Cuma satu arah

pandangan pada saat itu, yaitu

pandangan kedepan sebagai jalan

yang akan ditempuh. Itulah mungkin

alasan teman-teman mendaki dimalam

hari, karena perjalanan tidak terasa

dengan memandang sekeliling.

Tak terasa perjalanan yang

sudah memakan waktu yang berjam-

jam, tibalah disuatu tempat dimana

tempat ini sangat mengesankan

namun menakutkan saat dipandang,

dan menyenangkan pada saat dilalui.

Jalanan inilah puncak dari seluruh

perjalanan yang telah terlewati

sebelumnya. “masih jauhkah Boss?!”

Page 26: Menembus ramma' dengan harapan

tanyaku pada Jefri. ”sudah dekat,

tinggal penurunan terjal ini, dan

pendakian yang terjal pula sebagai

pasangan dari turungan ini Bos”.

Katanya. “oh…hati-hatiki’ Bos!” kataku

membalas.

“Dech….memang terjal

perjalanan ini, kemiringan dari

perjalanan ini sekitar 700 (tujuh puluh

derajat) dari normalnya”, kataku

berbisik dalam hati.

“Wiking, are you okey?”

hahaha…kataku selalu menghibur

kelelahan teman-teman. Katanya

perjalanan ini lebih ekstrim daripada

perjalanan menuju Bawakaraeng. Tapi

Page 27: Menembus ramma' dengan harapan

semangat yang terus membara-

membara mengantarkan kami menuju

puncak yang tak terpikirkan sebelum

bahwa akan sampai di sana.

Sekitar pukul 02.15 WITA

puncak Talung kami injak dengan

perasaan bangga, senang, bercampur

dingin. Kesibukan mulai berganti, dari

mendaki hingga sampai puncak diganti

dengan kesibukan memasang tenda

untuk mencari tempat berteduh.

Dingin, dingin, dingin, dan dingin

plus menggigil menjadi satu dalam diri.

Penderitaan disembunyikan dengan

senyuman bercampur rasa terharu.

Page 28: Menembus ramma' dengan harapan

Sebenarnya waktu tidur telah

tiba dengan ditandainya tenda

perempuan dan tenda laki-laki berdiri.

Agak susah sih menjelaskannya.

Banyak hal yang terjadi diantara

kesenjangan waktu ini. Mulai teman

yang tidak bisa tidur akibat kedinginan,

memaksa diri untuk memejamkan mata

adalah tujuan kita bersama saat itu.

Sakit kepada menjadi teman setia, dan

menjadi penghibur tersendiri bagi

teman-teman yang sering dijangkiti

penyakit ini. Terutama saya yang

sering terkena penyakit semacam ini.

Rasa sakit yang tidak bisa sebenarnya

dijelaskan dengan kata-kata. Namun

bisa dijelaskan rasa mengeluh yang

Page 29: Menembus ramma' dengan harapan

sebenarnya bukan punyanya anak

teknik. (ahhahah…anak teknik kok

mengeluh).

Saat-saat yang paling

dinantikan adalah waktu subuh tiba

dengan harapan matahari akan muncul

dengan membawa sinar

kehangatannya bagi semua manusia-

manusia-manusia yang

merindukannya. Kesibukan tersendiri

mulai dilakukan oleh orang-orangnya.

Hal yang terlucu dan menjadi

kenangan yang menyiksa seseorang,

tepat ceritanya dengan apa yang

dialami diriku. Aku tertidur dengan

keadaan berbeda dari teman. Bullung,

Page 30: Menembus ramma' dengan harapan

dekatku tega sekali memakai selimut

sendiri, padahal diriku kodong sangat

dingin sekali. Beberapa kali kutarik

selimutnya namun tak ada hasil yang

dibuai. Sabarkai Hasjum. Dan yang

paling menyiksa diriku saat itu ialah

semua anggota badanku jadi bantal

bagi teman-teman. Dechh…mati

mamako Hasjum. Cuma satu doaku

saat itu, dalam hatiku terdalam ”Ya..

Allah, Kapanpi’ Subuh kodong?”.

Rintihan yang taktersampaikan. Hingga

satu kesempatan, Rasni kumarah-

marahi. “janganko tidur di lututku!”

kataku agak suara tinggi.

Page 31: Menembus ramma' dengan harapan

Penderitaan akhirnya

terselesaikan dengan sendirinya.

Waktu yang dinantikan telah menginjak

kegembiraan. Alhamdulillah.

Suasana dingin semakin

menusuk tulang rusuk. Rasa yang lain

daripada yang lain terus berbaur.

Lapar + dingin + menggigil jadi

saksinya.

Rijal mengakhiri semuanya

dengan mengambil kamera. Suasan

berubah total. Ayu adalah salah satu

model utama pagi itu. Dengan fotonya

pertama yang mengudara dimemori

Ramma disusul dengan foto-foto

lainnya.

Page 32: Menembus ramma' dengan harapan

Inilah fotonya Ayu Ervira:

Setelah itu banyak foto yang

berserakan dimana-mana. (ahahah

kayak sampah aja). Ternyata yang

punya kamera belum bangun, Irfan

namanya. (kayaknya …lagi mimpi

bertemu dengan istri-istrinya..hahahah,

hati-hatiki’ Bos). Suasana mulai

Page 33: Menembus ramma' dengan harapan

berubah dengan datangnya makhluk

halus yang satu ini :

Walaupun muka masih muram,

dia tetap semangat menatap masa

depannya yang sangat menjajikan.

Kayaknya dia semakin membusuk di

Ramma’. Hati-hatiki’.

Rangkaian kisah terus tercipta

dalam suasana ini. Ada yang

kehilangan Kacamata (Oiz Fahreza),

padahal ia lupakan di sadel motornya.

Dia kayaknya agak-agak mengamuk

Page 34: Menembus ramma' dengan harapan

dan tidak ikhlas menjalani sisa

hidupnya di Ramma’ (kayak mau is

Dead aja). Sabarki Bos dich!.

Foto terakhir sebelum pulang:

Waktu untuk berkemas telah

tiba dengan melakukan berbagai

aktivitas yang menjaga alam, baksos

diantaranya. Untuk tetap menjaga

kelestarian alam agar tetap terjadi

keseimbangan antara alam denga

manusianya.

Page 35: Menembus ramma' dengan harapan

Suasana berkemas tenda dan

baksos sederhana:

Perjalanan mulai dilakukan

dengan didahului doa bersama yang

dipimpin oleh Bullung.

Banyak hal yang terjadi dalam

perjalanan pulang. Nantikan ceritanya

dilain kesempatan.

HAL YANG PALING SERU!!!!

Cerita berikutnya. #bersambung……

Page 36: Menembus ramma' dengan harapan

Sang Penulis:

Suardi Hasjum (#sh.-suardihasjum)