Mendorong Reformasi Kinerja ASN Fakta Mimpi di balik unik...

8
Terbit Dua Mingguan Edisi 3 : 29 Jan– 11 Feb 2019 Media Informasi Badan Informasi Geospasial Kirimkan tulisanmu ke email : [email protected] Muat tulisanmu di ASN Kini Harus Berbeda Mendorong Reformasi Kinerja ASN Fakta unik madu Menggapai Mimpi di balik keterbatasan diri

Transcript of Mendorong Reformasi Kinerja ASN Fakta Mimpi di balik unik...

Terbit Dua Mingguan

Edisi 3 : 29 Jan– 11 Feb 2019Media Informasi Badan Informasi Geospasial

Kirimkan tulisanmu ke email :[email protected]

Muat tulisanmu di

ASN Kini

HarusBerbeda

MendorongReformasi

Kinerja ASN

Faktaunikmadu

Menggapai Mimpi di balik keterbatasan

diri

Dari Redaksi

Tim Redaksi e-Warta Geospasial

Pengarah : Muhtadi Ganda Sutrisna

Penanggung Jawab : Wiwin Ambarwulan

Redaktur : Sri Lestari Munajati

Editor : Dian Ardiansyah, Kesturi Haryunani P

Juru Desain : Yochi Citra P, Nuruli Khotimah

Juru Foto : Achmad Faisal N, Agung Teguh M

Sekretariat : Luciana Retno Prastiwi

Pembuat Artikel & Distribusi : Hero Hombas,

Maya Scoryna, Suranto, Tommy Nautico,

Maryanto, Yudi Irwanto, Adhy Rahadhyan,

Imam Prayogo, Luthfia Nuraini, Eva Nanda, Arik

Sukaryanti, Iman Apriana

Sekretariat e-Warta Geospasial :

Bidang Promosi dan Kerja Sama

Pusat Penelitian, Promosi dan Kerja Sama

Badan Informasi Geospasial

Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong

Jawa Barat 16911

Email : [email protected]

saat ini dapat diunduhmelalui www.big.go.id

“PNS Itu Pemalas,

Penuh Pungli dan Kotor!”

Mungkin, kita sudah sering mendengar

stigma tersebut. Bukan rahasia lagi,

jika di luar sana banyak beredar berita

miring terkait Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Mulai dari perekrutan yang amburadul

dan bermandikan uang, pekerjaan yang

selalu mengulur-ulur waktu dan tak

pernah beres, hingga adanya pungli

dalam setiap proses kerja.

Apakah PNS benar-benar seburuk itu di

mata masyarakat? Namun, kenyataannya

perekrutan Calon Pegawai Negeri Sipil

(CPNS) selalu dijejali ribuan peminat dari

seluruh pelosok negeri.

Karena itulah, edisi ketiga Warta

Geospasial ini kami mengangkat tema

terkait PNS. Bahwa PNS kini harus beda!

Badan Informasi Geospasial (BIG) telah

melakukan berbagai langkah perubahan

untuk membentuk karakter PNS yang

jauh dari citra negatif di mata masyarakat.

Menjadi abdi negara adalah sebuah

pekerjaan mulia. Mengubah sistem

yang kotor menjadi bersih bukanlah

pekerjaan gampang. Butuh waktu yang

tidak sebentar dan juga bantuan serta

dukungan seluruh pihak yang terlibat,

termasuk masyarakat. Mari membangun

birokrasi bersih dan berjuang

membangun negeri dengan etos kerja

yang penuh tanggung jawab.

Inilah pesan yang kami usung pada

Warta Geospasial edisi ketiga.

`Success seems to be connected with

action. Successful mean keep moving.

They make mistakes,but they don’t quit!`

DownloadGRATISPeta Dasar

tersedia di tanahair.indonesia.go.id

- seluruh wilayah indonesia Format digital (SHP)

- 4.821 NLP format jpg/pdf

Tidak bisa dipungkiri, citra Aparatur Sipil Negara (ASN) dulu identik dengan sesuatu yang kurang baik dimata

mayoritas masyarakat. Mulai dari ASN yang dicap pemalas, kurang profesional, hingga beban pekerjaan

yang tidak terlalu berat. Namun, apakah ASN masih kini masih demikian?

kerja pegawai yang dinilai akan menentukan

besaran tunjangan kinerja (tukin) yang didapatkan.

“Salah satu fungsi SKP diharapkan dapat mengubah

paradigma ASN, bahwa sekarang tunjangan

mereka ditentukan dari apa yang dihasilkan, bukan

sekadar catatan kehadiran saja,” tegas Rasyid.

Sementara itu, Kepala Sub Bagian Bantuan Hukum

BIG Akbar Hiznu Mawanda berpendapat bahwa

ASN Zaman Now harus memiliki target orientasi

kerja yang lebih jelas dan terukur.

ASN Kini Harus BerbedaLaporan Utama

Kepala Bagian Kepegawaian dan Organisasi

Badan Informasi Geospasial (BIG) Abdurasyid

menjelaskan, be rbagai langkah perubahan telah

dan terus dilakukan untuk membentuk karakter

ASN yang jauh dari citra negatif dimata masyarakat.

Salah satu upaya nyata untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas output pekerjaan ASN adalah

adanya Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

“SKP ini menjadi alat ukur bagi atasan, sekaligus

jadi acuan rencana pekerjaan dan target yang

harus dicapai setiap ASN di BIG,” kata Rasyid.

Pria 39 tahun ini menuturkan, SKP memuat tugas

dan target ASN yang harus dicapai dalam kurun

waktu penilaian. Jadi, setiap pekerjaan ASN di BIG

menjadi terukur.

SKP, tambah Rasyid, dapat menjadi media

monitoring kinerja pegawai dan atasannya. Melalui

SKP, dapat diketahui sejauh mana keberhasilan

suatu program dan kegiatan dari pusat, biro, atau

bidang.

SKP juga mendorong setiap pegawai bekerja

maksimal. Sebab, pada sistem yang baru, hasil

Melalui SKP, dapat

diketahui sejauh

mana keberhasilan

suatu program dan

kegiatan dari pusat,

biro, atau bidang.

Foto Bersama Kepala BIG dan Pejabat Pratama BIG dengan CPNS TA 2018

Laporan Utama

“SKP merupakan alat untuk menilai kinerja. Namun,

implementasinya masih harus kita evaluasi.

Penilaian SKP seringkali belum obyektif. Seperti

masih ada rasa sungkan dari atasan untuk menilai

pegawai sesuai kinerjanya. Menurut saya, hal ini

akan berpotensi menghilangkan tujuan dari SKP

itu sendiri, yaitu evaluasi kinerja dan pembinaan

pegawai,” ungkap Rasyid.

Namun, Rasyid menilai telah banyak kemajuan

yang terasa dalam proses pengembangan sistem

sumber daya manusia (SDM) untuk mendorong

Abdurasyid, S.Kom, M.ScKepala Bagian Kepegawaian dan Organisasi

“Salah satu fungsi SKP diharapkan dapat mengubah

paradigma ASN, bahwa sekarang tunjangan mereka ditentukan

dari apa yang dihasilkan, bukan sekadar catatan kehadiran saja,”

tegas Rasyid.

ASN bekerja lebih baik dan efektif. “Perubahan

tersebut tidak hanya terjadi pada sistem SKP, tapi

juga dalam manajemen kepegawaian saat ini,”

ucapnya.

Memang, diakui jika meningkatkan kinerja

dan kualitas sebagai ASN yang lebih baik lagi

adalah `pekerjaan rumah` cukup berat. Hal ini

membutuhkan proses panjang dan menjadi

tanggung jawab kita bersama. Tapi bukan tidak

mungkin, cita-cita BIG untuk menata Indonesia

yang lebih baik diwujudkan dari dalam `rumah`

sendiri.[]

Para staff BIG melaksanakan upacara di lapangan BIG

Laporan Utama

Perjalanan karier seorang Aparatur Sipil

Negara (ASN) saat kini sangat dinamis.

Berbeda dengan beberapa dekade ke

belakang, ASN kini harus menunjukkan kinerjanya

secara lebih profesional.

Kepala Sub Bagian Organisasi dan Tata Laksana

Badan Informasi Geospasial (BIG) Arini Fadhila

mengungkapkan, saat ini ASN dituntut mampu

keluar dari zona nyaman. Sebab, penghitungan

pendapatannya akan berdasarkan pada

pencapaian kinerja yang bersangkutan.

“Saat ini kita sedang menyusun peraturan terkait

manajemen kinerja ASN di lingkungan BIG, dimana

indikator kinerja pegawai tergantung kepada

kinerja organisasi dan pegawai itu sendiri,” ucap

Arini di sela-sela pemberkasan Calon Pegawai

Negeri Sipil (CNPS) 2019.

Menurut Arini, karier ASN saat ini bisa cepat

ataupun stagnan. Hal tersebut bergantung pada

masing-masing ASN, apakah mampu menunjukkan

kontribusinya atau tidak. Implementasi dari kinerja

juga menjadi indikator penting dalam menilai hasil

kerja ASN.

“Analisis terhadap kinerja pegawai ini sedang kita

kaji lebih mendalam lagi. Harapannya, output yang

dikerjakan setiap ASN dapat memberikan manfaat

bagi instansi,” ujar Arini.

Pentingnya Pengelolaan Kinerja PNS Berbasis SKP

Seiring dengan program Reformasi Birokrasi yang

terus didengungkan, PNS dituntut meningkatkan

kinerjanya. Reformasi Birokrasi tercermin dalam

perubahan sistem penilaian kinerja PNS. Karena

bila sistem penilaian masih berdasarkan sistem

lama, Daftar Penilaian Pelaksanaan Pegawai (DP3),

maka sulit diharapkan terjadi perubahan mindset

PNS bekerja secara optimal dan profesional.[]

Mendorong Reformasi Kinerja ASN

Panitia Pengadaan CPNS TA 2018

Laporan Utama

Kenyataan empirik menunjukkan, proses penilaian

dengan DP3 cenderung hanya formalitas, memiliki

bias dan subjektifitas yang tinggi, tidak objektif,

lebih berorientasi pada penilaian kepribadian

dan perilaku yang merupakan penilaian kualitatif

atasan, serta tidak dapat mengukur secara

langsung produktivitas dan hasil akhir kerja PNS.

Akhirnya DP3 kehilangan fungsi sebagai salah

satu instrumen untuk menciptakan aparatur yang

berkinerja tinggi sebagaimana nilai-nilai DP3 yang

meliputi aspek kesetiaan, prestasi kerja, tanggung

jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa dan

kepemimpinan.

Pemerintah kemudian menyempurnakan penilaian

kinerja PNS dengan Sasaran Kerja Pegawai (SKP)

yang diatur dalam PP Nomor 46 Tahun 2011 tentang

Penilaian Prestasi Kerja PNS dan secara efektif

diimplementasikan pada 1 Januari 2014.

Secara umum, penilaian menggunakan SKP, jika

dilihat dari sistem penilaiannya, lebih efektif dan

lebih obyektif, terukur, akuntabel, partisipatif,

dan transparan. Sehingga, memiliki nilai edukatif

karena hasil penilaian dikomunikasikan secara

terbuka serta dapat mengukur secara langsung

produktivitas dan hasil akhir kerja PNS.

Implementasi pengelolaan kinerja PNS berbasis

SKP sangat penting, karena bermanfaat dalam

proses pengelolaan sumber daya manusia dengan

lebih baik, antara lain dapat digunakan sebagai

acuan dalam rangka peningkatan kinerja organisasi

melalui peningkatan prestasi kerja, pengembangan

potensi dan karier, pengembangan manajemen,

organisasi, dan lingkungan kerja. Selain itu, juga

dapat sebagai acuan standar penggajian, sehingga

pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas

dan motivasi kerja PNS guna mewujudkan

pencapaian kinerja organisasi yang optimal.[]

Panitia Pengadaan CPNS

Figur

Sekilas tidak ada yang berbeda dari sosok

wanita 24 tahun itu. Namun, siapa sangka,

dibalik keceriannya, ia telah menempuh

jalan panjang untuk bisa menjadi Calon Pegawai

Negeri Sipil (CPNS) Badan Informasi Geospasial

(BIG).

Dyah Apriana Wahyuningrum atau biasa disapa

Dyah. Wanita lulusan D4 Jurusan Akuntansi di

Politeknik Negeri Semarang (Polines) ini tunarungu.

Ia lolos sebagai CPNS BIG untuk formasi

penyandang disabiltas.

Bagi Dyah, mengikuti seleksi CPNS adalah

targetnya setelah menyandang gelar sarjana

pada pertengahan 2018. Melalui kesempatan ini,

ia ingin menunjukkan siapa pun bisa mewujudkan

mimpinya, sekalipun memiliki keterbatasan.

“Saya hanya ingin menunjukkan, bahwa

penyandang disabilitas juga memiliki kompetensi

dan mampu bersaing,” tegasnya.

Tidak hanya keyakinan dan tekat kuat, doa serta

motivasi dari orang tua juga menjadi kekuatan

bagi Dyah meraih mimpinya. “Selama ini, orang tua

sangat mendukung saya mengikuti proses seleksi

(CPNS),” ujarnya.

Perjalanan panjang Dyah menjadi CPNS BIG

diawali ketika mengikuti seleksi administrasi dan

Tes Kompetensi Dasar (TKD). Ia mengaku sempat

merasa tidak percaya diri.

“Awalnya saya merasa tidak percaya diri. Saya takut

tidak bisa mengerjakan soal-soal TKD, jadi agak

gugup,” kata Dyah.

Nyatanya, Dyah mampu mengatasi rasa takutnya

dan berhasil mengerjakan soal TKD dengan baik.

Bahkan, nilainya di atas rata-rata untuk formasi

yang ia lamar.

Satu langkah awal berhasil dilaluinya. Dyah

mengaku sedikit lega. Selanjutnya, ia masih harus

berjuang di Seleksi Kompetensi Bidang (SKB).

Tak ingin gagal, segala persiapan ia lakukan demi

mendapat hasil maksimal.

“Aku enggak mau mengecewakan orang tua dan

diriku sendiri. Jadi, aku menyiapkan diriku sendiri

semaksimal mungkin,” tutup anak bungsu dari dua

bersaudara ini.

Hasilnya, Dyah kembali lolos. Bahkan, tahap

psikotest dan wawancara dilaluinya dengan lancer.

Hingga saat pengumuman, ia resmi dinyatakan

sebagai CPNS BIG.

Dyah mengaku sangat senang dan bangga

bisa menjadi bagian dari keluarga besar BIG. Ia

berjanji memberikan kontribusi terbaik sesuai

kompetensinya di bidang keuangan.

Wanita berhijab ini juga berharap, pemerintah

terus membuka peluang bagi para penyandang

disabilitas untuk dapat berkontribusi di berbagai

sektor, termasuk menjadi aparatur negara.[]

Dyah Apriana WCPNS BIG

Masa Orientasi CPNS