Mendorong Inisiatif Lokal - fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran...

36
Mendorong Inisiatif Lokal di Era Otonomi Daerah Kekerasan terhadap Perempuan Menghapuskan Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized

Transcript of Mendorong Inisiatif Lokal - fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran...

Page 1: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif Lokal

di Era Otonomi DaerahKekerasan terhadap Perempuan

Menghapuskan

Pub

lic D

iscl

osur

e A

utho

rized

Pub

lic D

iscl

osur

e A

utho

rized

Pub

lic D

iscl

osur

e A

utho

rized

Pub

lic D

iscl

osur

e A

utho

rized

Pub

lic D

iscl

osur

e A

utho

rized

Pub

lic D

iscl

osur

e A

utho

rized

Pub

lic D

iscl

osur

e A

utho

rized

Pub

lic D

iscl

osur

e A

utho

rized

wb350881
Typewritten Text
51263
Page 2: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

2

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

Publikasi Komnas Perempuan, Juni 2005

Penulis :MB. WijaksanaJaorana Amiruddin

Tim Diskusi dan Konsultasi :Kamala ChandrakiranaLies MarantikaLily PurbaMyra DiarsiVeronica SiregarJamal Bake

Editor :Diana Lusi C

Disain dan Tata Letak :Agus Wiyono

Percetakan :SMK Grafika Desa Putera

“Diterbitkan atas dukungan dana dariNorwegian–Dutch Trust Fund for Mainstreaming Gender(Genfund TF052162)”

Page 3: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

3

Prakata

I. Otonomi Daerah :

Peluang Menata Pemerintahan yang Baik .........................

II. Partisipasi Perempuan di Era Otonomi Daerah ..................

A. Peluang Partisipasi Perempuan dalam Era Otonomi

Daerah ....................................................................

B. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam

Pengambilan Keputusan Publik di Tingkat Lokal .....

C. Kebijakan Nasional yang Melindungi Hak dan

Mendukung Partisipasi Perempuan .........................

D. Kesepakatan Internasional yang Mendukung

Penghormatan terhadap Hak dan Partisipasi

Perempuan .............................................................

Daftar Isi 5

7

9

9

9

12

15

Page 4: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

4

III. Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah :

Upaya dan Peluang Penanggulangannya...........................

A. Data dan Fakta Kekerasan terhadap Perempuan di

Indonesia ................................................................

B. Upaya dan Peluang Penanggulangan Kekerasan

terhadap Perempuan di Tingkat Pusat ......................

C. Upaya dan Peluang Penanggulangan Kekerasan

terhadap Perempuan di Tingkat Daerah ..................

IV. Inisiatif Lokal dalam Upaya Penghapusan Kekerasan terhadap

Perempuan di Era Otonomi Daerah : Peran Masyarakat dan

Pemerintah Daerah ...........................................................

A. Peran Masyarakat dalam Upaya Penghapusan

Kekerasan terhadap Perempuan ..............................

B. Peran Pemerintah Daerah dalam Upaya Penghapusan

Kekerasan terhadap Perempuan ..............................

C. Sinergi Masyarakat dan Pemerintah Daerah

dalam Upaya Penghapusan Kekerasan

terhadap Perempuan ...............................................

16

16

18

22

25

25

28

33

Page 5: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

5

Komnas Perempuan menyambut otonomi daerahsebagai salah satu prasyarat penting bagi prosesdemokratisasi dan penegakan hak asasi manusia

di Indonesia. Adalah kewajiban kita semua untukmemastikan munculnya terobosan-terobosan besar bagipenghapusan segala bentuk kekerasan terhadapperempuan melalui peluang-peluang yang dibuka olehotonomi daerah. Inilah alasan kami untuk menerbitkanbuku ini.

Buku ini menyajikan gambaran fakta mengenai upayadan peluang penghapusan kekerasan terhadap perem-puan di era otonomi daerah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihakyang telah memberikan bantuan, baik berupa sumbangpemikiran maupun data dalam penerbitan ini.

Komnas Perempuan berharap buku ini dapat memberi-kan informasi serta turut membangkitkan dan mendorongmunculnya inisiatif-inisiatif lokal bagi pemenuhan hak-hak perempuan korban kekerasan.

Jakarta, Juni 2005

Komnas Perempuan

Prakata

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

5

Page 6: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

6

Otonomi daerah adalah kewenangan daerahotonom untuk mengatur dan menguruskepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakatsesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Peraturan yang mengatur tentang otonomi daerah,yaitu Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (pengganti UU No. 22 Tahun1999) dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danDaerah (UUPKPD).

Kewenangan yang dimiliki daerah otonommembuka peluang bagi penyusunan kebijakan publikdi tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-persoalan khas yang muncul di masing-masingdaerah, termasuk persoalan-persoalan perempuan.

Kewenangan ini juga membuka peluang bagipartisipasi seluruh masyarakat, khususnyaperempuan, dalam pengambilan keputusan-keputusan publik.

Mendorong

Inisiatif LokalMenghapuskan

Kekerasanterhadap

Perempuandi Era Otonomi Daerah

6

Page 7: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

7

Otonomi daerah merupakan peluang untukmenata pemerintahan yang baik, yaitupelaksanaan dari wewenang administratif,

politik, dan ekonomi dalam mengatur masalah-masalah di semua tingkatan pemerintahan yangsecara umum dicirikan dengan 8 aspek yangtergambar dalam skema berikut :

Sumber : www.unescap.org.

Dalam pemerintah yang baik, pengambilankeputusan publik bukan hanya menjadi tanggung

TATAPEMERINTAHAN

YANG BAIK

Akuntabel

Transparan

Tanggap

Adil dan TerbukaEfektif dan

Efisien

Taat padaAturan Hukum

Partisipatif

Berorientasi padaKesepakatan

I.Otonomi Daerah:

Peluang MenataPemerintahan yang Baik

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

7

Page 8: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

8

jawab pemerintah, tetapi juga hak sektor swasta,organisasi masyarakat, kelompok kepentingan, dankelompok penekan yang disebut stakeholders(pengemban kepentingan). Stakeholders adalahkelompok masyarakat yang memiliki keterkaitankepentingan dengan sebuah kebijakan.

Tata pemerintahan yang baik memerlukan :

• Partisipasi seluruh masyarakat, perempuanmaupun laki-laki, dalam penyusunan kebijakanpublik. Partisipasi ini dapat dilakukan secara

langsung maupun melalui sistem perwakilan.

• Komitmen yang nyata dari pemerintah melaluiaturan hukum dan kebijakan untuk melindungihak masyarakat, terutama kelompok minoritasdan terpinggirkan, sehingga semua warga dapatberpartisipasi dengan baik.

• Kinerja pemerintah yang efektif dan efisiendalam menindaklanjuti aspirasi stakeholders,termasuk kelompok perempuan.

• Sikap adil dan terbuka pemerintah terhadapsemua warga dengan memberikan jaminan untuktidak meminggirkan kelompok tertentu.

• Sikap tanggap pemerintah dan warga masyarakatterhadap segenap permasalahan dalam kontekssejarah, kultur dan sistem sosial, sepertiketimpangan ekonomi, politik, dan gender.

• Transparansi pemerintah, sehingga semuakebijakan dapat diakses oleh warga negara,terutama yang terkena dampaknya.

• Pengambilan keputusan yang selalu bertautandengan kebutuhan masyarakat, termasuk tentangpenggunaan dan pembagian sumberdaya, dandapat dipertanggungjawabkan (akuntabel).

8

Foto: Sekretariat Nasional PEKKA - Fornas

Page 9: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

9

II.Partisipasi Perempuandi Era Otonomi Daerah

A. Peluang Partisipasi Perempuan dalam EraOtonomi Daerah

Perempuan berpeluang besar untuk berpartisipasidalam proses pengambilan keputusan publik di eraotonomi daerah, terutama bila ada komitmenbersama untuk mewujudkan pemerintahan yang baik.Dengan semakin besarnya partisipasi perempuandiharapkan akan menjamin penghapusanketimpangan antara laki-laki dan perempuan, secaraindividu atau antar kelompok, tanpa ada yangterpinggirkan.

Menyuarakan kepentingan perempuan dalamkebijakan lokal seharusnya dimaknai sebagaitindakan yang juga relevan bagi kepentinganmasyarakat secara umum. Hal ini merupakan bentukpemenuhan hak asasi manusia untuk menghilangkanhambatan terhadap individu dan kelompok manapundalam menjaga martabatnya.

B. Perlunya Mendorong Partisipasi Perem-puan dalam Pengambilan KeputusanPublik di Tingkat Lokal

Pada saat ini partisipasi dan keterwakilanperempuan di lembaga-lembaga politik dan lembaga

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

9

Page 10: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

10

strategis penentu kebijakan publik, di tingkat nasionalmaupun lokal, masih sangat rendah.

Jumlah anggota DPR perempuan hanya 8,8%, jumlahpejabat perempuan eselon I hanya 12%, jumlah PNSperempuan bergolongan 4 hanya 28%. Di seluruhIndonesia, hanya ada 1.559 lurah perempuan dari66.788 lurah, hanya ada 1 perempuan yang menjadiKetua Pengadilan Tinggi dari 26 pengadilan tinggi, danhingga kini tidak ada satu pun perempuan yangmenjabat sebagai Ketua Pengadilan Agama.

Sumber : Ani Soetjipto, Buku Politik Perempuan BukanGerhana, data diolah.

Tanpa partisipasi perempuan yang memadaibanyak kebijakan yang kurang berpihak padakepentingan perempuan dan anak perempuan.Padahal, perempuan memiliki kebutuhan-kebutuhankhusus yang biasanya tidak diperhitungkan dalamperumusan kebijakan publik.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi :

1. Pemenuhan kesehatan reproduksi, seperti caraKB yang aman, kesehatan ibu hamil, kematianibu/anak saat melahirkan, dan lain-lain.

2. Penghapusan kekerasan terhadap perempuan,termasuk perdagangan perempuan.

3. Pemberian rasa aman bagi perempuan di wilayahkonflik.

4. Penanggulangan bencana alam yang pekagender, termasuk pelibatan perempuan dalamtahap-tahap tanggap darurat, rehabilitasi, danrekonstruksi.

5. Persamaan hak untuk memperoleh pekerjaandan akses pada sumber daya, termasuk bagiperempuan kepala keluarga yang menjadi tulangpunggung ekonomi keluarga.

6. Peningkatan keterwakilan perempuan dalamlembaga-lembaga strategis sebagai pengambilkeputusan.

Page 11: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

11

Permasalahan Perempuan

Nusa Tenggara Barat (NTB)

Provinsi NTB memiliki angka kematian ibu (AKI) tertinggidi Indonesia. Tahun 1995 terdapat 425 angka kematian ibudari 100 ribu kelahiran, sedangkan tahun 1997 angkatersebut turun menjadi 394 dari 100 ribu kelahiran. Meskiterus mengalami penurunan setiap tahunnya, tetapi AKI didaerah ini masih lebih tinggi dari AKI rata-rata nasional,yaitu 307 setiap 100 ribu kelahiran. Angka nasional ini punmasih jauh lebih tinggi dari target dunia untuk menekanhingga 125 kematian setiap 100 ribu kelahiran.

Jember

Kabupaten Jember memiliki tingkat terjadinya tindakkekerasan terhadap perempuan yang sangat tinggi. GerakanPeduli Perempuan (GPP) Jember mencatat 70 kasuskekerasan terhadap perempuan pada tahun 2002-2003; 14kasus diantaranya adalah perkosaan dalam rumah tangga,21 kasus non-perkosaan, dan 4 kasus kekerasan terhadapburuh migran. Ironisnya, pelaku kekerasan adalah orang-orang dekat korban seperti ayah kandung, tetangga, ayahtiri, bahkan guru agama korban.

Indramayu, Karawang, Blitar, Sukabumi, Banyuwangi,Mataram, Flores, Batam, Pekanbaru, Medan, dan Menado

Daerah-daerah ini ditengarai rawan terhadap terjadinyatindak perdagangan perempuan. Daerah-daerah ini ada yangmerupakan penghasil buruh, menjadi daerah transit, dansasaran praktik-praktik perdagangan perempuan.Pemerintah daerah perlu menyediakan perlindungan hukumyang memadai agar praktik perdagangan perempuan dananak (trafiking) di daerah-daerah ini dapat dihapuskan.

Aceh

• Konflik bersenjata menyebabkan ribuan perempuanterpaksa menjadi janda karena kehilangan suami, ayah,atau anggota keluarga lainnya. Usaha-usaha yangdilakukan oleh organisasi perempuan di Aceh (SyarikatInong Aceh) untuk membangun perdamaian sering tidakdihargai pihak-pihak yang bertikai. Pemerintah daerahseharusnya mengakomodasi perempuan dalam semuausaha resolusi konflik.

• Badai tsunami pada tanggal 26 Desember 2004menyebabkan puluhan ribu perempuan menjadi korban,ribuan lainnya kehilangan rumah, anak, suami, dan matapencaharian. Pemerintah daerah harus mendorongketerlibatan perempuan dalam semua tahap tanggapdarurat, rekonstruksi, dan rehabilitasi.

Sumber BKKBN dan Jurnal Perempuan.

Page 12: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

12

Data dan Fakta Situasi Perempuan

Kondisi dan posisi perempuan di Indonesia masih jauhtertinggal dibandingkan laki-laki dalam berbagai aspekkehidupan. Dalam bidang pendidikan, semakin tinggitingkat pendidikan semakin berkurang peserta didikperempuan. Rasio kelulusan perempuan terhadap laki-laki di sekolah lanjutan tingkat atas 92,8% pada tahun2002. Rata-rata lama sekolah untuk perempuan 6,5tahun, sedangkan laki-laki 7,6 tahun. Rasio buta hurufpada tahun 1999 adalah 5,3% pada perempuan, 2,7%pada laki-laki. Perempuan juga merupakan jumlahterbesar dari penduduk usia 24 tahun ke atas yang belumpernah sekolah dibandingkan dengan laki-laki yaitu17,395 berbanding 7,68%.

Peringkat GDI (Gender Development Index) pada tahun2004 adalah 91 dari 144 negara sedangkan GEM (GenderEmpowerment Measure) adalah 33 dari 71 negara.

Di bidang kesehatan gizi perempuan masih menjadimasalah utama, angka kematian ibu (AKI) pada tahun1997, 373 per seratus ribu kelahiran hidup. Pada tahun2000 menurun menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup.

Tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki jauh lebihtinggi daripada perempuan. Menurut sensus tahun 2000angka pengangguran perempuan 12% sedangkan laki-laki 7,6%. Upah perempuan hanya 70% dari laki-laki.

Sumber :www.mennegpp.go.id.

C. Kebijakan Nasional yang Melindungi Hakdan Mendukung Partisipasi Perempuan

Pemerintah pusat telah meratifikasi beberapakonvensi PBB dan menetapkan beberapa kebijakanuntuk menunjukkan komitmennya dalam melindungihak perempuan. Diantaranya :

1. UU No. 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi KovensiPenghapusan Segala Bentuk Diskriminasiterhadap Perempuan (CEDAW)

2. UU No. 36 Tahun 1990 tentang RatifikasiKonvensi Hak Anak

3. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak AsasiManusia

4. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HakAsasi Manusia

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi NasionalPenghapusan Perdagangan (Trafiking) Perem-puan dan Anak

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor87 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi NasionalPenghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak

7. Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri

Page 13: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Negara Pemberdayaan Perempuan, MenteriKesehatan, Menteri Sosial dan Kepala KepolisianNegara RI, mengenai Pelayanan Terpadu KorbanKekerasan terhadap Perempuan dan Anak

8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132tahun 2003 tentang Pedoman PengarusutamaanGender dalam Pembangunan di Daerah

9. UU No. 23 Tahun 2003 tentang PerlindunganHak Anak

10. UU No. 23 Tahun 2004 tentang PenghapusanKekerasan dalam Rumah Tangga

Pemerintah juga telah menetapkan strategi khususyang disebut pengarusutamaan gender (gendermainstreaming) atau PUG, yang diatur dalam InstruksiPresiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusuta-maan Gender dalam Pembangunan Nasional. Strategiini dibangun untuk menjadikan gender sebagai suatudimensi integral dari perencanaan, penyusunan,pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan programpembangunan, sehingga setiap kebijakan berdampakpada keadilan gender. Strategi ini merupakan alatuntuk meningkatkan kualitas hidup perempuan agarmereka dapat menjadi warga negara yang berperansecara utuh dalam setiap proses pembangunan.

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

13

Foto: Sekretariat Nasional PEKKA -NTT

Page 14: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

14

Pengarusutamaan Gender (PUG)

Tujuan:

1. Membentuk mekanisme untuk formulasi kebijakan danprogram yang responsif gender.

2. Memberikan perhatian khusus pada kelompok yangmengalami dampak dari bias gender.

3. Memberikan pemahaman pada semua pihak (Pemerintahdan Non Pemerintah) agar mau melakukan tindakan yangresponsif gender di bidangnya masing-masing.

Untuk membuat strategi PUG ini berhasil, pemerintahdaerah perlu membentuk Kelompok Kerja Gender (PokjaPUG). Pokja PUG adalah kelompok atau organisasi fungsionalyang mengelola penanganan masalah gender di lingkunganinstansi/lembaganya atau di wilayah kerjanya.

Mereka dipilih dari individu-individu di dinas/bagian/seksi atau sektor yang dapat menjadi sumber informasi danpenghubung isu gender di lembaga/instansi tempatnyabekerja. Individu inilah yang kemudian disebut sebagaiGender Focal Point (GFP).

Tugas dan fungsi PUG dan GPF :1. Menggerakkan pengarusutamaan gender.2. Memonitor pelaksanaan PUG yang ada di tiap sektor

sesuai dengan wilayah kerjanya.3. Membuat pelaporan pelaksanaan PUG.4. Memperluas jaringan kerja dengan organ lain.

Sumber: Bunga Rampai Panduan dan Bahan PembelajaranPelatihan PUG.

Kebijakan PUG memberikan kesempatan yangluas bagi pemerintah lokal untuk membuka dimensigender dalam proses pembangunan daerahnya.Strategi pengarusutamaan gender (PUG) adalah alatuntuk meningkatkan kualitas hidup perempuan agarmereka dapat menjadi warga negara yang berperansecara utuh dalam setiap proses pembangunan.

Kabupaten Wonosobo adalah daerah yang dikenal sangatbaik dalam implementasi PUG. Unit PemberdayaanPerempuan di Kabupaten ini diposisikan pada eselon II.Kebijakan Bupati (Surat Keputusan Bupati Wonosobo No.411/443/PP tertanggal 10 Mei 2003) menginstruksikanagar setiap dinas atau instansi membentuk dan menunjuktim PUG di lingkungannya masing-masing. Tim iniberhasil mengarusutamakan gender dalam siklusperencanaan desa, dengan menggunakan alatperencanaan partisipatif yang gender sensitif, untukmeningkatkan keterlibatan perempuan dalam prosesperencanaan. Tak mengherankan jika KabupatenWonosobo mendapat penghargaan Gender Award dariKementerian Pemberdayaan Perempuan sebagai daerahyang dinilai berhasil melakukan beberapa program/kegiatan pembangunan yang responsif gender.

Sumber :Buku Menggalang Perubahan Perlunya PerspektifGender dalam Otonomi Daerah, YJP.

Page 15: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

15

D. Kesepakatan Internasional yang Mendu-kung Penghormatan terhadap Hak danPartisipasi Perempuan

Usaha untuk meningkatkan kualitas hidupperempuan telah menjadi kesepakatan global.

1952 Konvensi Hak-Hak Politik Perempuan (Teheran) : menegaskan bahwa hak-hak politik perempuan merupakan hakasasi manusia.

1974 Kebijakan kependudukan (Bukares) : menetapkan peran sentral perempuan dalam kebijakan kependudukan.

1975 Rencana aksi dunia bagi pemajuan perempuan dengan tema “Kesetaraan, Pembangunan, dan Perdamaian” (KonferensiDunia I tentang Perempuan, Mexico). Tahun ini ditetapkan sebagai “Tahun Perempuan Internasional”.

1979 Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Formsof Discrimination against Women) atau CEDAW.

1979 Konvensi Hak-hak Anak (Convention on the Rights of the Child).

1980 Program aksi dunia bagian kedua (1981-1985) dasawarsa perempuan PBB (1976-1985) dengan seruan untuk memberipenekanan khusus pada sub-tema Ketenagakerjaan, Kesehatan, dan Pendidikan bagi Perempuan (KonferensiPerempuan Sedunia II, Kopenhagen).

1985 Strategi Berpandangan ke Depan bagi Pemajuan Perempuan Menuju Tahun 2000 (Konferensi Perempuan SeduniaIII, Nairobi) : terdiri dari 372 pasal yang memberi perhatian pada peran serta perempuan dalam masyarakat danmendesak pemerintah yang belum meratifikasi CEDAW untuk segera meratifikasinya.

1993 Deklarasi Wina (Konferensi Dunia tentang HAM, Wina) : menyetujui program aksi untuk mendesak pemerintah danPBB agar menjamin persamaan hak perempuan, serta menekankan pentingnya upaya penghapusan kekerasanterhadap perempuan.

1995 Deklarasi Beijing (Konferensi Perempuan Sedunia IV, Beijing) : menetapkan rencana aksi di 12 bidang kritis.

Beberapa kesepakatan internasional dapat menjadiacuan bagi pemerintah untuk lebih menghormati hak-hak perempuan, diantaranya :

Page 16: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

16

III.Kekerasan terhadap

Perempuan di EraOtonomi Daerah:Upaya dan Peluang

Penanggulangannya

Kekerasan terhadap perempuan didefinisikansebagai berikut :

“Setiap tindakan berdasarkan pembedaaan jenis kelaminyang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan danpenderitaan perempuan secara fisik, seksual, danpsikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu,pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secarasewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umummaupun dalam kehidupan pribadi.”

(Deklarasi Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Pasal I)

A. Data dan Fakta Kekerasan terhadapPerempuan di Indonesia

Berbagai organisasi perempuan, lembaga bantuanhukum dan aparat penegak hukum mencatat angkakekerasan terhadap perempuan di Indonesia yangterus meningkat setiap tahunnya. Dari data yangdihimpun dan diolah oleh Komnas Perempuan,tercatat sebanyak 13.968 kasus kekerasan terhadapperempuan yang terjadi pada tahun 2004. Jumlahini meningkat secara konsisten dan signifikan daritahun-tahun sebelumnya.

16

Page 17: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

17

th 2004 13.968

th 2003 7.787

th 2002 5.163

th 2001 3.169

Jumlah Kasus Kekerasan terhadap Perempuan(Data Tahun 2001 - 2004)

Sumber: Catatan Tahunan tentang Kekerasan terhadapPerempuan 2005, Komnas Perempuan.

Data yang diterima Komnas Perempuandikategorikan ke dalam 4 jenis kekerasan terhadapperempuan menurut lokus terjadinya: kekerasandalam rumah tangga (KDRT), kekerasan dalamkomunitas (Komunitas), kekerasan yang dilakukanoleh aparat negara (Negara), dan kategori rumahtangga/komunitas (RT/KOM). Kategori terakhir (RT/KOM) merupakan kumpulan dari kasus-kasuskekerasan terhadap perempuan yang tidak cukupinformasi untuk ditelusuri lokus kejadiannya.

Jumlah Kasus per Kategori(Data Tahun 2004)

Sumber: Catatan Tahunan tentang Kekerasan terhadapPerempuan 2005, Komnas Perempuan.

Dari pengkategorian data di atas, terlihat bahwakekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakantindak kekerasan terhadap perempuan yang palingsering terjadi.

Trafiking562 (4%)

Komunitas2160 (17,6%)Negara

302 (2,1%)

RT/KOM6634(47,3%)

KDRT4310 (30,7%)

Page 18: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

18

Data yang terpapar di atas tidak mewakilikeseluruhan kenyataan kekerasan terhadap perem-puan yang terjadi, mengingat banyak kasus kekerasanyang tidak tercatat maupun tidak dilaporkan. Jumlahkasus-kasus tersebut bisa jadi berlipat dari yangtergambar di atas.

B. Upaya dan Peluang Penanggulangan Keke-rasan terhadap Perempuan di Tingkat Pusat

Pemerintah bertanggung jawab untuk mendukungupaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan.Upaya Pemerintah Pusat terlihat dari ditetapkannyabeberapa kebijakan nasional yang terkait, antara lain:

1. UU Nomor 7 Tahun 1984 tentang RatifikasiKovensi Penghapusan Segala Bentuk Diskrimi-nasi1 terhadap Perempuan (CEDAW)Peraturan ini merupakan komitmen negara/pemerintah untuk melakukan segala upayadalam menghapuskan diskriminasi terhadapperempuan, sehingga perempuan mendapatkanhak-haknya di bidang sosial, politik, ekonomi,

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah setiapperbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yangberakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secarafisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumahtangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secaramelawan hukum dalam Iingkup rumah tangga.

(Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang PenghapusanKekerasan dalam Rumah Tangga, Pasal 1)

Tindak kekerasan ini dilakukan oleh seseorang terhadaporang lain yang menetap dalam rumah tangga yang sama.Korban KDRT terutama adalah perempuan yang menjadiibu, istri, anak, saudara kandung, atau tinggal bersamapelaku.

Jenis & Jumlah Kekerasan dalam Rumah Tangga(Data dari 43 organisasi perempuan, Tahun 2004)

Jenis Jumlah

Kekerasan terhadap Istri 1.782

Kekerasan dalam Pacaran 321

Kekerasan terhadap Anak Perempuan 251Pekerja Rumah Tangga 71

Kekerasan Ekonomi 28TOTAL 2453

Sumber: Catatan Tahunan tentang Kekerasan terhadapPerempuan 2005, Komnas Perempuan.

1 Yang dimaksud dengan diskriminasi adalah setiap pembedaan,pengucilan atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis ke-lamin, di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya (pasal 1).

Page 19: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

19

dan budaya. Tanpa penghapusan diskriminasi,perempuan tidak memperoleh hak-hak dasarnyadi hampir semua bidang kehidupan.

2. Surat Keputusan Bersama (SKB) antara MenteriNegara Pemberdayaan Perempuan, MenteriKesehatan, Menteri Sosial dan Kepala KepolisianNegara RI (Oktober 2002) mengenai PelayananTerpadu bagi perempuan dan anak korbankekerasan

SKB ini menunjukkan komitmen pemerintahuntuk menjalin kerjasama lintas sektoral yangsinergis, terpadu, dan terkoordinasi sesuaidengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, termasuk menyediakan anggaran yangmemadai.

Surat Kesepakatan Bersama

Tujuan dari SKB ini adalah terciptanya pelayanan korbankekerasan yang bermutu yang ditunjukkan dengan :

1. Kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan korban

2. Efektifitas dan efisiensi proses pelayanan korban

3. Keadilan dan kepastian hukum

SKB ini juga mengatur tentang sarana dan prasarana bagipelayanan korban kekerasan yang meliputi :

1. Pelayanan terpadu korban kekerasan menggunakansarana yang tersedia di Pusat Pelayanan Terpadu diRumah Sakit Umum milik Pemerintah Pusat, Propinsi,dan Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit KepolisianPusat, Rumah sakit Bhayangkara, Tingkat II, III, danIV.

2. Kelengkapan sarana dan prasarana Pusat Pelayananterpadu disesuaikan dengan standar yang berlakudengan memperhatikan prinsip kemudahan, kenya-manan, dan keselamatan.

Sumber: Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Ne-gara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Kesehatan, MenteriSosial dan Kepala Kepolisian Negara RI Oktober 2002.

Layanan Terpadu

Layanan terpadu adalah layanan yang member-dayakan kembali secara utuh perempuan korban

Page 20: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

20

kekerasan melalui penanganan medis,hukum, dan psikososial berdasarkan meka-nisme kerja lintas disiplin dan institusi, baikdari lingkungan pemerintah maupun masya-rakat, yang dibangun bersama secara terbukadan terjangkau oleh masyarakat.

Layanan terpadu memerlukan kerjasama,koordinasi, serta pembagian kerja yang jelasdan realistis di antara lembaga pengadalayanan dan antar bidang keahlian yangberbeda. Hal ini untuk menciptakan layananyang mudah, cepat, dan tepat guna bagikorban kekerasan.

Pembagian Tugas Pengada Layanan

No Disiplin Profesi Lembaga/Institusi

1 Medik Dokter (spesialis dan umum), bidan, Rumah sakit, puskesmas, klinik medik danpetugas kesehatan, perawat. kesehatan

2 Hukum Polisi, pengacara, jaksa, hakim Lembaga bantuan hukum, Polres/RPK,Kejaksaan, Lembaga Peradilan, dll

3 Psikososial Psikolog, konselor, pekerja sosial Organisasi perempuan, Woman’s Crisis Center,pengelola shelter, rohaniwati, kerabat pesantren, gereja, dll

Alur Penanganan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan di UnitPelayanan Perempuan (UPP) RS Panti Rapih Yogyakarta

Pasien

Ralan/IGD RS PR

TERIDENTIFIKASI SEBAGAIKORBAN KEKERASAN

TERHADAP PEREMPUAN

UPP

Dirujuk ke Klinik SpesialisDilakukan pemeriksaan dan ataupenanganan medik lanjutan atau

rawat inap

Pemeriksaan dasar:fisik, diagnostik(laborat, rontgen),visum

Dirujuk ke Rifka Annisa Dirujuk ke LembagaTerkait (Kepolisian,

Pengadilan)PulangSelesai

Rawat INAP

PemeriksaanLanjutan: psikologis,sosial, dsb.

Page 21: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

21

Sistem layanan terpadu merupakan sinergi antaraperan dan tanggung jawab negara serta masya-rakat. Negara berkewajiban menyediakananggaran publik yang cukup untuk penangananperempuan korban kekerasan. Surat KesepakatanBersama 3 Menteri dan Kapolri (Oktober 2002)mengatur peran-peran negara seperti tercantumdalam tabel berikut :

Uraian tugas dan tanggung jawab di atasmencerminkan bidang keahlian masing-masingdan diharapkan dapat menghasilkan keterpaduankerja. Setiap pihak diharapkan mampu meng-implementasikan bagian kewajibannya secarasektoral, dan juga tetap menjaga keterpaduan antardepartemen.

Menteri PP

• Advokasi dansosialisasi PusatPelayanan Terpadu,fasilitas “rumahaman”, mendorongpartisipasimasyarakat.

• Pelatihan dansosialisasi internal

Menteri Sosial

• Menyediakan SDMpekerja sosial

• Fasilitas rumahperlindungan danpusat trauma

• Mendorong partisipasimasyarakat dan LSM

• Membangun pedomanSOP

• Sosialisasi internal

Menteri Kesehatan

• SDM medis danparamedis di RSUP,RS propinsi dankabupaten.

• Fasilitas medik

• Pedoman dan SOP

• Sosialisasi internal

Kapolri

• SDM medis danparamedis di RSKepolisian Pusat, dan RStingkat II, III, dan IV

• Fasilitas layanan terpadu

• Menyiapkan polisi danRuang Pelayanan Khususuntuk pendampinganhukum

• Pedoman SOP dansosialisasi internal

Penandatangan

Tugas dantanggung jawab

Page 22: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

22

3. UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pengha-pusan KDRT

Peraturan ini merupakan jaminan yang diberikanoleh negara untuk mencegah terjadinya KDRT,menindak pelakunya dan melindungi korbankekerasan (pasal 1 ayat 2).

Ditegaskan pula bahwa “Pemerintah bertang-gung jawab mencegah KDRT dengan membuatkebijakan tentang penghapusan KDRT melaluikomunikasi, informasi dan edukasi tentangKDRT, menyelenggarakan sosialisasi danadvokasi tentang KDRT, menyelenggarakanpendidikan dan latihan yang sensitif gender danisu KDRT, dan menetapkan standar danakreditasi pelayanan sensitif gender” (pasal 11dan 12).

Adanya kebijakan nasional tersebut merupakanpeluang bagi lahirnya kebijakan lokal lintas sektoraluntuk mendorong penghapusan dan penanggulangankekerasan terhadap perempuan.

C. Upaya dan Peluang PenanggulanganKekerasan terhadap Perempuan diTingkat Daerah

Kebijakan nasional telah memacu beberapaPemerintah Daerah untuk menetapkan kebijakan ditingkat daerah yang mendukung upayamenghapuskan kekerasan terhadap perempuan.Sebagai contoh :

1. Keputusan Gubernur Sumetera Utara Nomor 6Tahun 2004 tentang Penghapusan PerdaganganPerempuan

Keputusan Gubernur Sumatera Utara ini merupakanpenerjemahan dari berbagai undang-undang danperaturan hukum di atasnya seperti: UU No. 4 Tahun1979 tentang Kesejahteraan Anak, UU No. 7 Tahun 1984tentang Pengesahan Konvensi Mengenai PenghapusanSegala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, UU No.1 Tahun 2000 tentang Ratifikasi Konvensi ILO 182mengenai Pelarangan dan Tindakan segera PenghapusanBentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak, UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan lain-lain.

Pemerintah Propinsi Sumetera Utara mendorong semualapisan masyarakat agar menjadi aktor yang dapat

Page 23: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

23

mencegah, merehabilitasi, dan mereintegrasi perempuandan anak korban perdagangan manusia (Trafiking).Gubernur memerintahakan setiap Bupati/Walikota agarlebih mengintensifkan monitoring terhadap perpindahanperempuan dan anak dengan membentuk sebuah GugusTugas Rencana Aksi Nasional Penghapusan PerdaganganPerempuan dan Anak di Tingkat Kabupaten/Kotamadyadengan Keputusan Bupati/Walikota.

Gugus Tugas ini akan berfungsi:

1. Mengawasi perusahaan-perusahaan atau tempat kerjadari kemungkinan praktik trafiking.

2. Menerima dan menindaklanjuti setiap laporan praktektrafiking.

3. Mengadvokasi setiap tenaga kerja perempuan yangmengalami trafiking di perusahaan/tempat kerjadalam wilayah kabupaten/kotamadya sertamenempatkan korban dalam pusat rehabilitasiperempuan korban trafiking.

4. Melakukan tuntutan hukum untuk dan atas namaperempuan korban trafiking.

Sumber : Keputusan Gubernur Sumetera Utara Nomor 6Tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan.

2. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur tentangPerlindungan Perempuan dan Anak KorbanKekerasan

Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur ini juga merupakanterjemahan dari undang-undang seperti UU No. 23 tentangPenghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (P-KDRT) danUU No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak.

Tujuan Perda ini adalah memberikan perlindungan danpelayanan terhadap perempuan dan anak korban kekerasanyang berbasis gender dan kepentingan terbaik bagi anak yangterjadi di ranah domestik maupun publik.

Gubernur Jawa Timur memerintahkan agar setiappemerintah daerah kabupaten/kota di Jawa Timur memilikisebuah perda yang bertujuan untuk melindungi korbankekerasan terhadap perempuan dengan asas:

1. Penghormatan terhadap korban2. Keadilan dan kesetaraan gender3. Non diskriminasi4. Kepentingan terbaik bagi korban5. Penghormatan terhadap hak-hak anak dan perempuan

Salah satu pasal dalam Perda tersebut merumuskanbeberapa kewajiban Pemda Propinsi Jawa Timur diantaranya:1. Mendirikan dan menjamin terselenggaranya lembaga

pelayanan terpadu untuk korban dengan melibatkanunsur masyarakat

2. Memfasilitasi terbentuknya lembaga-lembaga layanan3. Mendorong kepedulian masyarakat akan pentingnya

perlindungan terhadap korban

Pemerintah juga bertanggung jawab dan menyediakandana untuk perlindungan perempuan dan anak korbankekerasan melalui APBD dan menunjuk pejabat untukmelaksanakannya.

Sumber: Rancangan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timurtentang Perlindungan Perempuan dan Anak Korban KekerasanTahun 2005.

Page 24: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

24

3. Komitmen Pemerintah Provinsi Bengkulu untuk meng-anggarkan dana APBD bagi women’s crisis center2 (WCC)

APBD Provinsi Bengkulu tahun 2005 menganggarkan dana sejumlah 25juta rupiah untuk mendukung women’s crisis center (WCC). Dana ini meskipunpernah mendapat tantangan dari DPRD setempat, diberikan kepada CahayaPerempuan sebuah LSM yang mengelola layanan terpadu bagi perempuankorban kekerasan.

Sumber: APBD Provinsi Bengkulu 2005.

2 Women’s crisis center (WCC) adalah lembaga pengada layanan bagiperempuan korban kekerasan.

Foto: Sekretariat Nasional PEKKA - Fornas

Page 25: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

25

IV.Inisiatif Lokal dalamUpaya PenghapusanKekerasan terhadap

Perempuan di EraOtonomi Daerah:

Peran Masyarakat danPemerintah Daerah

A. Peran Masyarakat dalam UpayaPenghapusan Kekerasan terhadapPerempuan

Masyarakat memegang peran penting dalamupaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan,baik secara perseorangan maupun organisasi,misalnya ormas, LSM, organisasi sosial atau organisasiprofesi. Peran tersebut antara lain :

1 Memberikan bantuan bagi perempuan korbankekerasan.

UU P-KDRT Nomor 23 Tahun 2004 (pasal 15)menyebutkan bahwa setiap orang yang men-dengar, melihat, atau mengetahui terjadinyaKDRT wajib melakukan upaya-upaya sesuaidengan batas kemampuannya untuk:

1. Mencegah berlangsungnya tindak pidana

2. Memberikan perlindungan pada korban

3. Memberikan pertolongan darurat

4. Membantu proses pengajuan permohonandan penetapan perlindungan

2 Melibatkan diri secara aktif dalam upaya pe-nanggulangan kekerasan terhadap perempuan,

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

25

Page 26: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

26

yaitu : (1) sebagai penghubung (mediator) antarakorban kekerasan terhadap perempuan denganlembaga-lembaga pengada layanan dan ataudengan pemerintah; (2) sebagai fasilitator dalammemberikan pencerahan tentang hak-hakmereka sebagai warga negara yang harusmendapatkan keadilan dan perlindungan; (3)sebagai konselor dan pendamping dalammembangun kepercayaan diri para korbankekerasan terhadap perempuan agar tidak larutdalam trauma psikis yang dialami, sehinggadalam jangka panjang dapat pulih dan mampumengembangkan potensi dirinya.

Peran ini sudah terlihat dari keberadaan Women’sCrisis Center (WCC) di berbagai daerah. Namunbanyak dari WCC itu yang kemudian mengalamihambatan karena tidak ada dukungan kebijakan daripemerintah. Pemerintah daerah patut memberikanbantuan, baik berupa dana maupun keahlian teknis,agar lebih banyak lagi lembaga pengada layanan bagiperempuan korban kekerasan.

Berbagai wilayah di Indonesia yang telahmemberikan layanan bagi korban kekerasan

Di Indonesia telah ada 15 wilayah (kota-kota sepertiYogyakarta, Surabaya, Semarang, Bengkulu, Palembang,Padang, Makassar, Manado, Kupang, Jayapura, danbeberapa daerah tingkat kabupaten seperti Maumere,Bone, Labuhan Batu) yang memiliki lembaga pemberilayanan pendampingan bagi perempuan korbankekerasan yang berbentuk organisasi perempuan nonpemerintah. Pada umumnya lembaga tersebut menyedia-kan layanan pendampingan psikososial dan hukumdengan dukungan dana dari masyarakat maupun danalembaga.

Di kalangan rumah sakit, RSUP Ciptomangunkusumodi Jakarta telah memiliki unit Pusat Krisis Terpadu (PKT)dan RS Panti Rapih di Yogyakarta memiliki Unit PelayananPerempuan (UPP). Keduanya tergolong pionir dalammengembangkan layanan berbasis rumah sakit.Sedangkan di kalangan RS Polri/Bhayangkara diMakassar, Surabaya, dan Jakarta tengah dikembangkanunit Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) untuk melayanikorban kekerasan.

Di lembaga kepolisian, sampai akhir tahun 2003 telahterbentuk sedikitnya 150 unit Ruang Pelayanan Khusus(RPK) di 19 propinsi di Indonesia. Unit RPK terdapat ditingkat Polda, Polwiltabes, dan Polres, diawaki Polwanyang dilatih khusus untuk melayani perempuan dan anakkorban kekerasan.

Sumber : Layanan Terpadu untuk Korban Kekerasan,Komnas Perempuan.

Page 27: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

27

3 Mendorong pemerintah daerah untuk mengem-bangkan kebijakan daerah yang mendukungpemenuhan hak-hak perempuan.

Masyarakat memiliki hak sebagai penyusunperaturan (legal drafter). Dalam banyak kasus,rancangan peraturan daerah (Raperda) yangdisusun oleh masarakat (bottom up) lebih kritiskarena kedekatan masyarakat terhadap persoalanyang akan diatasi. Untuk mengoptimalkan fungsiini, masyarakat perlu memahami perannyasebagai penyusun peraturan, yaitu :

1. sebagai penerjemah kebijakan nasional kekonteks lokal

Masyarakat dapat menyusun Raperdatentang hal-hal yang khusus/spesifik didaerahnya dengan cara menerjemahkanperaturan perundang-undangan yang lebihtinggi (misalnya UU P-KDRT) ke dalamperaturan daerah.

2. sebagai fasilitator yang menyalurkan aspirasikelompok-kelompok masyarakat yangberagam

Kelompok masyarakat yang terlibat dalampenyusunan Raperda tentang kekerasanterhadap perempuan harus menyerapaspirasi sebanyak mungkin, termasuk darikelompok masyarakat yang selama initerpinggirkan.

3. sebagai komunikator

Raperda harus dengan mudah dipahamioleh pihak-pihak yang berkepentingan,sehingga pembahasannya dapat berjalandengan efektif dan tidak menimbulkankontroversi dalam masyarakat.

4. sebagai pengumpul data dan fakta mengenaikekerasan terhadap perempuan

Data sangat diperlukan agar sebuah Raperdamemiliki dasar pertimbangan yang kuat,sehingga perlu dilakukan penelitian. Datakekerasan terhadap perempuan dapatdiperoleh dari kepolisian, LSM, dokter, studiliteratur, atau wawancara dengan korban.

5. sebagai penyusun rancangan

Setelah melakukan persiapan yang matang

Page 28: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

28

dengan melalui berbagai perhitungan,penelitian, dan dukungan politis yangcukup, tahap berikutnya adalah menyusunRancangan Peraturan Daerah.

Contoh advokasi oleh masyarakat : GerakanPeduli Perempuan Jember

Sebelum UU KDRT disahkan, Gerakan PeduliPerempuan Jember (Jawa Timur) mengajukan sebuahRancangan Peraturan Daerah Anti Kekerasan TerhadapPerempuan. Raperda ini berisi beberapa tuntutan agarpemerintah daerah menjadi bagian yang harusbertanggung jawab dalam melindungi dan melayaniperempuan korban kekerasan. Hal ini disebabkan karenatingginya angka kekerasan di daerah ini. Dengan berbagaiusaha mereka mendesakkan Raperda ini dalam berbagaipertemuan baik dengan pihak Pemda maupun DPRDKabupaten Jember. Meski Raperda ini tidak pernahdisahkan, akan tetapi mereka berhasil menghimpun opinipublik mengenai pentingnya perlindungan bagiperempuan dari segala tindak kekerasan.

Sumber : Buku Menggalang Perubahan Perlunya PerspektifGender dalam otonomi Daerah, YJP.

B. Peran Pemerintah Daerah dalam UpayaPenghapusan Kekerasan terhadapPerempuan

Kekerasan terhadap perempuan merupakan faktayang dihadapi semua daerah. Dengan kewajiban dankewenangan yang dimilikinya, Pemerintah di daerahdapat melakukan upaya-upaya penghapusan danpenanggulangan kekerasan terhadap perempuan,seperti :

1. Membuat kebijakan-kebijakan daerah yangmendorong upaya-upaya penghapusan danpenanggulangan kekerasan terhadap perem-puan, dengan cara :

• Menetapkan kebijakan berperspektif gendersehingga visi dan persoalan perempuan jugadiperhitungkan dalam semua kebijakanpemerintah daerah.

Page 29: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

29

Kebijakan berperspektif gender yakni kebijakan yangmenjawab persoalan kesenjangan relasi kekuasaan antaraperempuan dan laki-laki dengan cara : (a) Memberikanruang yang sama dalam proses perumusan kebijakanlokal, termasuk dalam perencanaan dan pelaksanaanpembangunan (partisipatif); (b) Memberikan akses dankontrol yang setara terhadap informasi kebijakan danpembangunan. Kontrol itu dapat berupa kontrol formalyang dilakukan oleh para penegak hukum, kontrol politikoleh lembaga legislatif, atau kontrol hati nurani parapembuat dan pelaksana kebijakan; (c) Memberikanmanfaat yang adil, setara dan proporsional darikebijakan/program/kegiatan pembangunan.

Sumber : International IDEA, Manual Advokasi KebijakanStrategis.

• Menetapkan anggaran yang berpihakkepada perempuan dengan tidak mengabai-kan target pencapaian pembangunan, tetapijustru searah dengan upaya mencapaipertumbuhan pembangunan. Juga meng-alokasikan anggaran pembangunan yangproporsional dalam APBD, misalnya kompo-sisi alokasi anggaran yang seimbang antaraanggaran pembangunan (atau biaya modal)dengan anggaran rutin (atau biaya operasio-nal atau belanja pegawai dan peralatan).

Apa itu anggaran/APBD yang berperspektif gender?

Anggaran atau APBD yang sensitif gender bukanlahalokasi anggaran yang memisahkan perempuan atau laki-laki. APBD yang sensitif gender adalah anggaran yangdirancang pemerintah dengan melibatkan semua unsurmasyarakat (perempuan dan laki-laki), denganmemperhatikan hal-hal berikut :

• Input proporsional dan rasional yang berpihak padamasyarakat, terutama masyarakat yang selama initerpinggirkan atau terdiskriminasi, kelompokrentan, atau kelompok minoritas.

• Output yang berguna bagi masyarakat (perempuandan laki-laki).

• Dampak program pembangunan merupakan layananpublik yang memberikan kontribusi pada perbaikankualitas kehidupan masyarakat luas.

• Evaluasi dilakukan secara objektif dengan melibat-kan semua stakeholders.

Sumber : Jurnal PSPK.

• Mengembangkan standar-standar pelayananyang memadai menurut kebutuhan di tingkatlokal tanpa harus menunggu aturan-aturanyang ditetapkan secara nasional, sertamenyiapkan perangkat pelaksanaannya. Atasdasar ini, kemudian membuat terobosan-

Page 30: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

30

terobosan kebijakan baru dengan menetapkanPerda tentang Standar Pela-yanan Minimum(SPM) yang diperlukan dalam penanganankekerasan terhadap perempuan yang belumdilakukan oleh pihak manapun.

Standar Pelayanan Minimum (SPM)

Jika pemerintah daerah telah berhasil mengem-bangkan kebijakan-kebijakan yang mendukungpenghapusan kekerasan terhadap perempuan, makastandar pelayanan minimum yang dapat dilakukan:

1. Mendirikan pusat krisis yang diselenggarakan dandibiayai oleh pemerintah.

2. Membangun pusat-pusat krisis terpadu berbasis rumahsakit

3. Memberikan bantuan material bagi tempat-tempatperlindungan sementara untuk perempuan korbankekerasan

4. Melakukan kerjasama dengan LSM, psikolog, dantokoh masyarakat melalui saluran hotline yangmemberikan layanan bimbingan dan bantuan darurat.

5. Memberikan pelatihan dan pendidikan khusus kepadapara penegak hukum dan profesional kesehatantentang kekerasan terhadap perempuan, terutamamenyangkut masalah pemukulan, dan penganiayaanterhadap istri.

6. Menempatkan Polwan di kantor polisi/ RuangPelayanan Khusus (RPK).

Proses Layanan Pusat Krisis Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo

Pasien datang dirujuk:-Polisi-LSM- Komunitas-Datang sendiri

OK, ICU/HCUPerawatan

Registrasi/Triage

Keadaan pasien

Semi KritisNon Kritis Kritis

Pusat Krisis Terpadu

- Pemeriksaan fisik- Konsultasi

Medical SocialWorker IGD

Kandungan Forensik Psikiatri Bedah Anak dll

Polisi

Bantuan Hukum

Shelter

- Komunitas- Suport Group

30

Page 31: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

31

7. Melakukan kampanye dan pendidikan anti-kekerasanterhadap perempuan bagi publik.

8. Membuat produk hukum khusus di tingkat daerahtentang kekerasan dalam rumah tangga yang tetapberpijak pada payung hukum di tingkat yang lebihtinggi.

Sumber : Modifikasi International IDEA Manual AdvokasiKebijakan Strategis.

2. Menghindari kebijakan yang dapat membukapeluang munculnya kekerasan terhadap perem-puan dan atau kebijakan yang meng-hambatupaya-upaya penghapusan dan penang-gulangankekerasan terhadap perempuan, misalnya:

• Menghindari munculnya kebijakan yangmenjebak warga ke dalam konflik yangmengingkari keberagaman corak dalammasyarakat di tingkat lokal. Era otonomidaerah memunculkan konflik akibat peme-karan wilayah, isu putra daerah, atauformalisasi ajaran agama. Perempuanlahyang paling menanggung dampak merugi-kan dari konflik ini.

• Menghindari kebijakan yang semata-matamengejar pendapatan asli daerah (PAD).

Hasil penelitian Jurnal Perempuan di beberapa daerahmenunjukkan bahwa setelah otonomi daerah, banyakpemerintah daerah mengeluarkan peraturan yang bersifatdiskriminatif terhadap perempuan. Daerah-daerah sepertiAceh, Padang (Sumatera Barat), Cianjur, Tasikmalaya danCiamis (Jawa Barat), Jember (Jawa Timur), dan Poso(Sulawesi Tengah) mengeluarkan berbagai Perda yangberdampak pada meningkatnya kekerasan terhadapperempuan. Daerah-daerah tersebut umumnya menge-luarkan Perda yang bernafas agama untuk melarangprostitusi, perjudian, dan bentuk kemaksiatan lainnya.Namun, dalam implementasinya perempuan seringmenjadi sasaran razia, pelarangan keluar malam, objekpelecehan, dan objek kekerasan.

Sumber : Yayasan Jurnal Perempuan.

3. Melakukan advokasi kebijakan di tingkat daerahuntuk menghapuskan kekerasan terhadapperempuan

Advokasi kebijakan adalah serangkaian tindakanuntuk turut serta menentukan tujuan, isi, danformulasi sebuah kebijakan untuk mengatasi masalahtertentu.

Advokasi ini dapat dilakukan dengan cara :

1. Meningkatkan kekuasaan/kewenangan badan/

Page 32: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

32

instansi/sektor pemberdayaan perempuan didaerah dan memasukkan mereka dalam strukturpengambilan keputusan yang strategis. Hal iniakan membantu kepala daerah merumuskankebijakan-kebijakan yang berperspektif gender,terutama dalam penghapusan kekerasan ter-hadap perempuan.

2. Menunjuk penasihat gender khusus untukbupati/walikota yang bisa dijabat rangkap olehkepala biro/bagian/dinas/seksi PemberdayaanPerempuan. Hal ini untuk menjamin terbukanyaakses dan tanggung jawab secara konsisten bagikaum perempuan di lembaga-lembaga pengam-bilan keputusan yang strategis.

3. Meningkatkan alokasi anggaran bagi dinaspelaksana teknis maupun bagian dalam sekreta-riat pemerintahan daerah yang relevan agar dapatmengimplementasikan program gender secaralebih efektif.

4. Memperkuat pelembagaan pengarusutamaangender pada semua dinas atau instansi dalampemerintah daerah.

5. Menjadikan gender sebagai arus utama dalam

semua cetak biru pemerintahan daerah (RencanaStrategi, Perda, Keputusan Bupati, InstruksiBupati, dan lain sebagainya).

6. Menyusun dan memperkuat mekanisme padaorganisasi-organisasi pemerintah maupun non-pemerintah dalam melakukan pemantauanproses pengarusutamaan gender yang dapatmengusulkan alternatif-alternatif kebijakan.

7. Melakukan berbagai kegiatan yang ditujukanuntuk merubah cara berpikir masyarakat danaparat tentang kesetaraan gender. Ini dapatdilakukan dengan cara mengadakan workshop,pelatihan, maupun loka karya tentang gender.

Keputusan Gubernur Sumetera Utara tentangPenghapusan Perdagangan Perempuan, PerdaPropinsi Jawa Timur tentang Perlindungan Perem-puan Korban Kekerasan, serta Komitmen PemerintahPropinsi Bengkulu untuk menganggarkan dana APBDbagi women’s crisis center (WCC) yang telahdisebutkan di atas merupakan contoh dari advokasikebijakan ini.

Page 33: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

33

C. Sinergi Masyarakat dan PemerintahDaerah dalam Upaya PenghapusanKekerasan terhadap Perempuan

Kebijakan otonomi daerah merupakan jalur bagipelibatan masyarakat, baik sebagai individu maupunkelompok, dan pemerintah daerah secara sinergi.Pemerintah lokal, secara fisik, kultur, maupun historislebih dekat dengan masyarakat sehingga masyarakatlebih dekat dengan kebijakan pemerintah daerah. Disinilah pentingnya inisiatif lokal dalam kebijakandaerah agar setiap kebijakan memahami keragamandaerahnya. Keragaman itu meliputi keinginan,kekhawatiran, tujuan, kepentingan, dan keterikatandengan lembaga sosial lainnya.

Ini berarti, sejak proses perencanaan dan ataupengambilan kebijakan publik pada tingkat lokal,haruslah melibatkan masyarakat, termasuk yangselama ini terpinggirkan, sehingga produk kebijakanberdasarkan aspirasi seluruh lapisan masyarakat.Demikian juga dalam hal implementasi danpengawasan kebijakan, pastisipasi masyarakat,terutama perempuan, perlu diprioritaskan.Masyarakat atau rakyat harus memiliki kesadaran

kritis untuk memberdayakan dirinya, sementaraaparat pemerintah perlu menyadari posisinya sebagaipelayan dan pelindung masyarakat.

Foto: Sekretariat Nasional PEKKA - Yogyakarta

Page 34: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

34

Otonomi daerah pada hakikatnya harus dilihatsebagai momentum di mana masyarakat, baikperempuan maupun laki-laki, di daerah meraihkembali hak-haknya, kontrol dan akses atas sumber-daya ekonomi, politik, sosial dan budaya. Otonomidaerah adalah jalan untuk membangun kembali basis-basis perlindungan sosial, ekonomi, dan politik,

terutama bagi kelompok perempuan miskin yangrentan diskriminasi. Otonomi daerah merupakanpeluang besar bagi upaya-upaya penghapusankekerasan terhadap perempuan khususnya, maupunpenghapusan ketakutan dan kecemasan akan nasibdan harkat martabat warga negara umumnya.

Meningkatnya kasus-kasus kekerasan terhadap perempuandi Bengkulu mendorong Pemerintah Daerah Bengkulu untukmenjalin kerjasama dengan berbagai kelompok masyarakatdalam upaya pencegahan dan penanganannya.

Pemerintah Daerah membentuk Tim Pelayanan TerpaduLintas Institusi untuk Penanganan Perempuan dan AnakKorban Kekerasan, baik di tingkat kabupaten kota maupunpropinsi.

Di tingkat kabupaten kota, anggota tim ini terdiri dariaparat kecamatan dan kelurahan, yang kemudian membuatpos-pos pengaduan di masing-masing kelurahan. Tim inidibentuk melalui Surat Keputusan Walikota Bengkulu.Pemerintah melibatkan Cahaya Perempuan WCC Bengkuludalam peningkatan kapasitas anggota tim.

Di tingkat propinsi dibentuk jaringan kerja yang terdiridari berbagai institusi penyedia layanan dari berbagai disiplin(medis, hukum, psikososial) dan profesi. Jaringan kerja inimendapat pengesahan melalui Surat Keputusan GubernurNo.751 tertanggal 10 Desember 2003. Jaringan kerja initerdiri dari Tim Pencegahan serta Tim Kerja Pendidikan danAdvokasi yang terdiri dari unsur pemerintah daerah, dinaskesehatan, dinas kesejahteraan sosial, kepolisian, WCC danorganisasi perempuan, LBH, lembaga psikologi, serta instansipendukung lainnya.

Untuk menangani kasus kekerasan terhadap perempuan,saat ini telah dibangun pusat krisis berbasis rumah sakit diRSU M. Yunus dan RS Jitra Bhayangkara (RS Kepolisian).

Sumber : TataP Berita-berita Seputar Pelayanan, Newsletter No.1, Desember 2004

Sinergi Pemerintah Daerah dan Masyarakat dalam Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadapPerempuan di Propinsi Bengkulu

Page 35: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

35

Ani Soetjipto, Politik Perempuan Bukan Gerhana,Jakarta, Penerbit Kompas, 2005.

Bunga Rampai Panduan dan bahan PembelajaranPelatihan Pengarusutamaan Gender dalamPembangunan Nasional, KementerianPemberdayaan Perempuan, Badan KoordinasiKeluarga Berencana, UNFPA, Cetakan Ketiga 2004.

Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2005

Dewi Novirianti (Ed.), Seri Dokumen Kunci No. 5Laporan Pelapor Khusus PBB Mengenai KekerasanTerhadap Perempuan, Publikasi Komnas Perempuan2004.

Donny Gahral Adia (Ed.), Hak-hak Asasi Perempuan,Sebuah Panduan Konvensi-konvensi Utama PBBtentang Hak Asasi Perempuan, Jakarta, YayasanJurnal Perempuan, 2002.

Gadis Arivia dan Adriana Venny (Ed.), MenggalangPerubahan, Perlunya Perspektif Gender dalamOtonomi Daerah , Jakarta, Yayasan JurnalPerempuan, 2004.

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun2000 Tentang Pengarusutamaan Gender DalamPembangunan Nasional.

Daftar Bacaan

Mendorong Inisiatif LokalMenghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan di Era Otonomi Daerah

35

Page 36: Mendorong Inisiatif Lokal -  fileB. Perlunya Mendorong Partisipasi Perempuan dalam ... Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah ... di tingkat lokal dalam memecahkan persoalan-

36

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132 tahun2003 tentang Pedoman Pengarusutamaan Genderdalam Pembangunan di Daerah, dan lain-lain.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87Tahun 2002 Tentang Rencana Aksi NasionalPenghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88Tahun 2002 Tentang Rencana Aksi NasionalPenghapusan Perdagangan (Trafiking) PerempuanDan Anak.

M.B. Wijaksana, Modul Perempuan untuk Politik,Jakarta, Yayasan Jurnal Perempuan, 2004.

Myra Diarsi (Ed.), dkk., Layanan yang Berpihak, Jakarta,Publikasi Komnas Perempuan 2001.

Partisipasi Perempuan dan Tata Pemerintahan yangBaik: Tantangan Abd 21, Jakarta, UNDP Indonesia,2003.

Sandra Kartika (Ed.) dan Ida Rosdalina, Konvensi tentangPenghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadapPerempuan, Panduan Bagi Jurnalis, Lembaga StudiPers dan Pembangunan, Cetakan Ketiga, 2001.

Sheila Espine-Villaluz, Manual Advokasi KebijakanStrategis, Jakarta, International IDEA, 2004.

Sistem Peradilan Terpadu yang Berkeadilan Jenderdalam Penanganan Kasus Kekerasan TerhadapPerempuan, Publikasi Komnas Perempuan 2005.

Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri NegaraPemberdayaan Perempuan, Menteri Kesehatan,Menteri Sosial dan Kepala Kepolisian Negara RI,mengenai Pelayanan Terpadu Korban KekerasanTerhadap Perempuan dan Anak.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 (RatifikasiKonvensi PBB tentang CEDAW)

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 TentangPerlindungan Hak Anak

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 TentangPenghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 TentangPemerintahan Daerah (pengganti UU No. 22 Tahun1999)

Undang-undang Nomor 36 Tahun 1990 (RatifikasiKonvensi PBB tentang Hak Anak)