Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

28
Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta Oleh Musni Umar, Ph.D

description

Pemimpin sangat penting kedudukannya. Dalam Islam, pemimpin yang boleh dipilih dalam pemilu/pemilukada ialah yang amanah (terpercaya)), sidiq (jujur), fathanah (cerdas), dan tabligh (mampu berkomunikasi). Selain itu, yang dipilih adalah dari kalangan orang-orang yang beriman.

Transcript of Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Page 1: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Oleh Musni Umar, Ph.D

Page 2: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Pengantar Jakarta adalah miniatur Indonesia. Semua suku

bangsa dan budaya yang ada di seluruh Indonesia, ada di Jakarta. Sesuai dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, yang ditempati suku Jawa, maka di DKI Jakarta penduduk terbesar pertama ditempati suku Jawa, kemudian suku Sunda, dan berbagai etnis lainnya yang berjumlahnya sekitar 300 suku bangsa, dengan budaya yang berbeda dan bahasa yang beraneka ragam dan tidak saling memahami maknanya.

Page 3: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Jakarta Miniatur Indonesia

Page 4: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Walaupun begitu, bangsa Indonesia dan lebih khusus lagi penduduk DKI, patut bersyukur karena memiliki bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia, yang berhasil mempersatukan seluruh suku bangsa Indonesia dan penduduk DKI dengan bahasa yang satu yaitu bahasa Indonesia. Keunikan Indonesia khususnya DKI Jakarta, sekalipun mayoritas penduduknya suku Jawa dan penduduk asli adalah Betawi, tetapi yang dipergunakan bahasa resmi adalah bahasa Indonesia yang diadopsi dari bahasa Melayu. Melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, para pemuda tokoh pejuang membuat ikar, satu bangsa bangsa Indonesia, satu tanah air tanah air Indonesia, satu bahasa bahasa Indonesia.

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, yang diucapkan di Pegangsaan Timur 56 Jakarta, telah mengukuhkan ikrar para pemuda tokoh pejuang, kemudian dijadikan landasan bangsa Indonesia dalam membentuk, membina, dan membangun Indonesia khususnya DKI Jakarta sampai saat ini.

Page 5: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Jakarta Kawasan Unik

Page 6: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Budaya dan Agama Menentukan

Dalam pembangunan bangsa Indonesia termasuk dalam pemilukada DKI sebagai pengamalan demokrasi, masalah budaya dan agama sangat menentukan. Siapa yang menguasai budaya dan agama akan berperan dan dominan dalam menentukan arah pemilukada DKI dan pembangunan DKI selanjutnya.

Akan tetapi, di DKI Jakarta, walaupun mayoritas penduduknya

Muslim, tetapi budaya politiknya sangat beragam sehingga perpolitikan di DKI sangat dinamis dan mudah berubah.

Oleh karena itu, kalau kita membicarakan tentang kepemimpinan masa depan di Jakarta, maka tidak bisa mengesampingkan peranan agama yang dianut mayoritas penduduk DKI Jakarta. Akan tetapi, kelemahannya belum terinternalisasi ke dalam budaya politik karena masih adanya pemilahan budaya politik abangan dan santri

Page 7: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Masjid Istiqlal Jakarta

Page 8: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Gereja Katedral Jakarta

Page 9: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Sebagai perbandingan dan gambaran, dalam pemilukada diberbagai daerah di Indonesia terutama di era Orde Reformasi, sangat jelas dan menonjol peranan etnis dan agama. Di Solo misalnya, walaupun penduduknya mayoritas beragama Islam, tetapi karena budaya yang dominan di daerah itu adalah budaya abangan, maka yang selalu tampil memenangkan pemilukada di era Orde Reformasi adalah Walikota Surakarta dari kalangan abangan.

Selain itu, karena dalam demokrasi yang berlaku adalah one man one foot, maka walaupun mayoritas penduduknya adalah Muslim, tetapi karena banyak pasangan calon dari Muslim, maka yang memenangkan pemilukada Surakarta adalah calon dari kalangan abangan yang berpasangan dengan calon yang beragama katolik. Ini terjadi karena walaupun mereka minoritas tetapi bersatu, sehingga sukses memenangkan pemilukada di Surakarta yang calonnya dari kalangan mereka hanya satu pasangan. Begitu juga di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.

Page 10: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Mempersiapkan Diri Pemimpin dalam sistem demokrasi, bukan berdasarkan

keturunan. Setiap warga negara Indonesia, berhak memilih dan dipilih. Konsekuensinya, setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin.

Oleh karena itu, setiap WNI harus mempersiapkan diri. Menurut saya, para bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI secara sadar atau kebetulan telah mempersiapkan diri menjadi pemimpin. Pertama, para bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur memiliki pendidikan yang baik. Sejak kecil telah belajar serius mulai di tingkat sekolah dasar atau sederat sampai Universitas. Bahkan terdapat calon Gubernur/wakil Gubernur yang menyandang pendidikan Ph.D (Doctor of Philosophy).

Page 11: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Para Calon Pemimpin DKI

Page 12: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Ketiga, menjadi pemimpin atau anggota partai politilk. Para bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur, walaupun ada yang tidak menggunakan kendaraan partai politik untuk berlaga dalam pemilukada DKI, tetapi pernah bersinggungan dengan dunia politik atau partai politik. Dalam demokrasi, partai politilk merupakan instrumen demokrasi, sehingga dapat dikatakan tidak ada pemilukada sebagai pengamalan demokrasi tanpa partai politik. Di era Orde Reformasi, partai politik belum ideal karena belum sepenuhnya menjalankan fungsi kepartaian karena baru sebagai sarana rekrutmen calon pemimpin bangsa dan belum melakukan pembinaan masyarakat supaya mengetahui hak-hak politiknya dan berbagai kewajiban yang harus diemban.

Walaupun begitu, partai-partai politik telah berperan menyajikan bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI dari kader partai yang terbaik. Mereka adalah para pemimpin yang sudah dikenal luas oleh masyarakat. Ini harus disyukuri atas peran dan jasa baik dari partai-partai politik dalam pemilukada DKI Jakarta.

Page 13: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Jalan Menjadi Pemimpin Jalan menjadi pemimpin di DKI bisa beragam. Pertama,

menjadi usahawan dan Walikota. Karir diawali dari kegiatan usaha, kemudian di era Orde Reformasi terjun ke dunia politik menjadi kader partai dan kemudian berlaga dalam pemilukada dan terpilih menjadi Walikota. Pada masa Orde Baru sebagai perbandingan, ada pemimpin usaha yang menapaki jalan seperti itu, seperti Abdul Latief, pendiri dan pemimpin Pasaraya, yang dianggap berhasil dalam menjalankan bisnis kemudian dilantik menjadi menteri. Di masa Orde Reformasi, banyak pengusaha yang tampil menjadi pemimpin di daerah sebagai Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota, Gubernur/Wakil Gubernur, Menteri, sampai Wakil Presiden seperti Jusuf Kalla, Fahmi Idris, Fadel Muhammad, dan lain-lain

Page 14: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Jalan Menjadi Pemimpin: Usahawan

Page 15: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Kedua, menjadi birokrat dan ilmuan. Diantara bakal calon Gubernur/Wakil

Gubernur DKI, terdapat bakal calon yang merintis karir yang memulai dari birokrat kemudian melanjutkan studi Ph.D (ilmuan) dan kemudian menjadi birokrat dan menapaki tangga menjadi Wakil Gubernur dan Gubernur. Juga ada yang menjalani karir politik setelah menjadi birokrat lalu menjadi Bupati dan terus menjadi Gubernur. Di era Orde Reformasi, cukup banyak tokoh yang menjalani karir dari birokrat kemudian terjun ke dunia politik. Sebaliknya, di era Orde Baru, banyak ilmuan yang menjadi menteri yang pada umumnya ekonom seperti Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Emil Salim, Subroto dan lain-lain. Di era Orde Reformasi, ilmuan yang direkrut menjadi Menteri seperti Rokhmin Dahuri, Soleh Solahuddin dan lain-lain. Dalam Kabinet Indonesia Bersatu jilid dua yang dipimpin Presiden SBY ada menteri yang latar belakangnya dari ilmuan seperti Prof. Dr. Muhammad Nuh, mantan Rektor ITS.

Ketiga, aktivis sosial, ilmuan dan politisi. Bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI, terdapat bakal calon dari latar belakang seperti itu. Partai politik yang mencalonkannya, melihat sosok kader yang dicalonkan bisa meraih dukungan publik DKI untuk menduduki DKI 1. Bakal calon Wakil Gubernurnya direkrut dari partai lain dengan harapan bisa meraih dukungan publik karena memiliki kepakaran yang berbeda, sehingga dapat menjadi dream team untuk membangun Jakarta yang maju, sejahtera dan makmur.

Page 16: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Jalan Menjadi Pemimpin: Birokrat

Page 17: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Jalan Menjadi Pemimpin: Ilmuan dan Politisi

Page 18: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Jalan Menjadi Pemimpin: TNI

Page 19: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Keempat, mantan TNI yang terkenal disiplin tampil menjadi bakal calon Gubernur dengan menggait tokoh mudah yang menjadi pemimpin pemuda di DKI. Pasangan calon memilih jalan lain yaitu jalur independen yang sama sekali tidak didukung partai politik. Apakah calon ini bisa meraih dukungan publik DKI, pemilukada DKI 11 Juli 2012 bisa memberi jawaban.

Kelima, ilmuan dan tokoh masyarakat. Dalam pemilukada DKI terdapat pula tokoh yang lebih dikenal sebagai ilmuan yang kritis, yang menggait wakilnya dari tokoh masyarakat yang mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Pasangan ini memilih jalur independen untuk menjadi calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI. Akan tetapi sebagai gambaran, Sugeng Sarjadi Sindicate pernah merilis hasil survei mereka yang menyebutkan bahwa masyarakat DKI sekitar 48 persen akan memilih pasangan calon Gubernur/Wakil Gubernur dari kalangan independen. Apakah calon independen ini bisa meraih dukungan pemilih DKI secara masif sesuai hasil survei tersebut, pemilukada DKI 11 Juli 2012 akan memberi jawaban

Page 20: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Mencari Pemimpin di DKI

Pemilukada adalah sarana demokrasi, di mana rakyat DKI setiap lima tahun sekali diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memilih Gubernur/Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk memimpin DKI lima tahun berikutnya.

Sebagai sosiolog dan warga DKI saya bersyukur karena para bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI periode 2012-2017 adalah para kader bangsa yang terbaik. Adanya enam bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI dari kalangan independen sebanyak dua pasang calon, dan empat bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI yang dicalonkan partai-partai politik, maka masyarakat DKI mempunyai banyak pilihan, sehingga saya optimis tingkat partisipasi pemilih pada pemilukada 11 Juli 2012 akan meningkat.

Untuk menyukseskan pemilukada DKI, maka strateginya, pertama, semua peserta seminar harus berpartisipasi secara aktif untuk memberi penyadaran supaya warga DKI yang menjadi pemilih supaya menggunakan hak pilihnya dengan baik.

Kedua, semua harus mengkampanyekan dan menyadarkan masyarakat yang menjadi pemilih supaya tidak terlibat dalam politik uang dengan menerima sogok untuk memilih salah satu pasangan calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI.

Page 21: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Jalan Menjadi Pemimpin

Page 22: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Ketiga, para pemilih harus dipandu supaya tidak salah memilih. Oleh karena

para peserta seminar adalah para kader dan tokoh, maka sebaiknya turut ambil bahagian yang konstruktif untuk menjaga keamanan pemilukada DKI, sehingga berlangsung aman dan damai.

Masa kepemimpinan Gubernur DKI selama lima tahun masih terasa sangat singkat jika dilihat tingginya dinamika politik masyarakat Jakarta, banyaknya permasalahan di DKI dan nasional yang berhimpitan, dan tidak mudahnya menjalankan pemerintahan di era Orde Reformasi, karena semua kebijakan pembangunan yang sudah diputuskan dan harus dijalankan, terlebih dahulu harus dimusyawarahkan dengan masyarakat yang terkena langsung atau tidak langsung dampak dari pembangunan.

Maka logika sehat dapat dipahami jika pembangunan tidak secepat yang diharapkan oleh masyarakat Jakarta untuk menuntaskan masalah besar yang dihadapi seperti macet, banjir dan masalah sosial lainnya. Oleh karena itu, sebagai sosiolog saya bisa faham dan mengerti jika masih banyak masyarakat DKI yang menginginkan Fauzi Bowo untuk melanjutkan kepemimpinannya lima tahun mendatang supaya bisa menuntaskan pembangunan di DKI Jakarta dengan khusnul khatimah (akhir yang baik), yang menjadi tempat beliau lahir, besar dan insya Allah mengakhiri hidupnya.

Page 23: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Gunakan Hak Pilih

Page 24: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Rakyat Dipandu dalam Memilih

Page 25: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Kesimpulan Untuk menjadi pemimpin di DKI "banyak jalan ke Roma. "If

there is a will there is a way," di mana ada kemauan disitu ada jalan.Oleh karena itu, kita semua harus menancapkan harapan setinggi bintang dan berusaha mewujudkannya supaya Gubernur/Wakil Gubernur yang dipilih rakyat Jakarta adalah yang terbaik untuk kelangsungan dan peningkatan pembangunan Jakarta di masa depan. Masa depan pembangunan di DKI Jakarta, sangat ditentukan hasil pemilukada DKI 11 Juli 2012. Masa depan itu adalah masa kini dan masa lalu. Oleh karena itu, kita harus berpartisipasi supaya pemilukada DKI berlangsung aman, damai, tertib dan tidak ada politik uang.

Page 26: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Demi Masyarakata DKI

Page 27: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta

Hasil pemilukada DKI akan memberi warna dan corak dalam pemilu parlemen dan pemilu Presiden/wakil Presiden 2014. Oleh karena itu, para calon Gubernur/Wakil Gubernur yang dicalonkan partai-partai politik akan bekerja sekeras-kerasnya untuk merebut dukungan publik DKI supaya memenangkan pemilukada DKI 11 Juli 2012.

Kepemimpinan Fauzi Bowo selama lima tahun di DKI, disamping kelebihannya, masih banyak kekurangannya. Rakyat DKI yang menjadi pemilih dalam pemilukada akan menjadi hakim untuk memutus, apakah Fauzi Bowo yang mencalonkan kembali untuk periode kedua, masih diberi kesempatan untuk melanjutkan kepemimpinannya di DKI sehingga berakhir dua periode dengan khusnul khatimah (akhir yang baik) atau sebaliknya. Masyarakat DKI yang sudah amat dewasa dan cerdas, bisa menentukan yang terbaik untuk masa depan pembangunan di DKI. _______________* Drs. Musni Umar, SH, M.Si, menyelesaikan Ph.D pada Fakultas Sains Sosial dan Kemanusiaan Univ. Kebangsaan Malaysia (UKM). Kini menjadi peneliti, Direktur Eksekutif Institute for Social Empowerment and democracy (INSED), pengajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Nasional (Unas) Jakarta.* Makalah singkat ini dipersiapkan untuk dipresentasikan dalam seminar yang bertajuk "Strategi Politik Mencari Kepemimpinan untuk Masa Depan Jakarta," pada 8 Mei 2012 di Hotel Tjokro, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

Page 28: Mencari Pemimpin untuk Masa Depan Jakarta