Menanti Langkah Nyata OJK

3
Menanti Langkah Nyata OJK Rabu, 22 Januari 2014 21:04 WITA Terhitung sejak 1 Januari 2014, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjalankan fungsi pengawasan perbankan yang selama ini dijalankan oleh Bank Indonesia (BI). Hal tersebut sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Sebagai lembaga pengawas jasa keuangan yang independen, tugas berat menanti OJK dalam mengawasi lembaga keuangan yang terdiri dari industri perbankan, pasar modal, reksa dana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Begitu rumit dan kompleksnya mengatasi persoalan keuangan yang terjadi di Indonesia, mulai dari tingginya moral hazard dalam penyelewengan kekuasaan, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, mitigasi ancaman krisis, hingga tergangunya stabilitas sistem keuangan seperti skandal dan penyelewengan transaksi keuangan BLBI, Bank Bali, Bank Global, “sekuritas abal-abal” dari PT Antaboga Sekuritas, kasus century, Malinda Dee, dan masih banyak lagi yang tidak terekspos. Kasus-kasus tersebut seakan- akan dapat dengan mudahnya lolos dari pengawasan BI dan Bapepam-LK. Bank Indonesia (BI) dan BAPEPAM-LK terkesan seperti harimau ompong bahkan ada kesan kalau ada mafia di dunia perbankan dan keuangan yang terorganisir di BI dan BAPEPAM-LK sehingga kehadiran OJK menjadi harapan baru bagi industri keuangan dan nasabah atas ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap BI. Kontroversi OJK Meskipun banyak harapan besar yang dititipkan kepada OJK dalam mengatasi permasalahan di dunia perbankan dan keuangan namun banyak juga yang meragukan akan kesuksesan OJK dalam menjalan tugasnya. Hal tersebut bercermin pada lembaga serupa yang dibentuk pada negara maju yang banyak menuai kegagalan yang pada akhirnya dibubarkan. Ditambah lagi adanya kontroversi dalam proses pemilihan komisioner dewan OJK. Bayangkan, Inggris sebagai pioneer pembentukan lembaga serupa OJK mengalami kegagalan. Tepatnya pada 1 Juni 1998 dibentuklah OJK di Inggris yang dinamakan Financial Supervisory Agency (FSA). Kehadiran FSA

description

OJK, economic, bank, insurance

Transcript of Menanti Langkah Nyata OJK

Page 1: Menanti Langkah Nyata OJK

Menanti Langkah Nyata OJK

Rabu, 22 Januari 2014 21:04 WITA

Terhitung sejak 1 Januari 2014, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjalankan fungsi pengawasan perbankan yang selama ini dijalankan oleh Bank Indonesia (BI). Hal tersebut sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Sebagai lembaga pengawas jasa keuangan yang independen, tugas berat menanti OJK dalam mengawasi lembaga keuangan yang terdiri dari industri perbankan, pasar modal, reksa dana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Begitu rumit dan kompleksnya mengatasi persoalan keuangan yang terjadi di Indonesia, mulai dari tingginya moral hazard dalam penyelewengan kekuasaan, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, mitigasi ancaman krisis, hingga tergangunya stabilitas sistem keuangan seperti skandal dan penyelewengan transaksi keuangan BLBI, Bank Bali, Bank Global, “sekuritas abal-abal” dari PT Antaboga Sekuritas, kasus century, Malinda Dee, dan masih banyak lagi yang tidak terekspos. Kasus-kasus tersebut seakan-akan dapat dengan mudahnya lolos dari pengawasan BI dan Bapepam-LK. Bank Indonesia (BI) dan BAPEPAM-LK terkesan seperti harimau ompong bahkan ada kesan kalau ada mafia di dunia perbankan dan keuangan yang terorganisir di BI dan BAPEPAM-LK sehingga kehadiran OJK menjadi harapan baru bagi industri keuangan dan nasabah atas ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap BI. Kontroversi OJK Meskipun banyak harapan besar yang dititipkan kepada OJK dalam mengatasi permasalahan di dunia perbankan dan keuangan namun banyak juga yang meragukan akan kesuksesan OJK dalam menjalan tugasnya. Hal tersebut bercermin pada lembaga serupa yang dibentuk pada negara maju yang banyak menuai kegagalan yang pada akhirnya dibubarkan. Ditambah lagi adanya kontroversi dalam proses pemilihan komisioner dewan OJK. Bayangkan, Inggris sebagai pioneer pembentukan lembaga serupa OJK mengalami kegagalan. Tepatnya pada 1 Juni 1998 dibentuklah OJK di Inggris yang dinamakan Financial Supervisory Agency (FSA). Kehadiran FSA dilatarbelakangi oleh runtuhnya dan bangkrutnya 12 Bank Nasional di Inggris, setelah 10 tahun kemudian pada September 2008 menjadi bom waktu yang menjadi bukti kegagalan FSA di negara ini yang ditandai dengan kasus kejatuhan Northern Rock Bank diikuti intitusi keuangan lain, seperti Bradford Bingley dan Royal Bank of Scotland Lloyds. Oleh karena itu, FSA Inggris telah dibubarkan dan fungsi pengawasan bank akhirnya dikembalikan lagi ke Bank of England (bank sentral Inggris). Di Jepan sejak fungsi pengawasan lembaga keuangan dipindahkan kepada The Financial Supervision Agency (FSA) pada 22 Juni 1998 dari Bank of Japan (BOJ) hingga detik ini FSA belum juga menunjukkan kinerja yang efektif dan signifikan karena masih tingginya resiko sistemik, dan penerapan prinsip prudensial yang belum ketat, meskipun ada yang menilai unified supervisory model sepertinya berjalan dengan baik di Jepan. Sementara di Australia dibentuk dengan nama Australian Prudential Regulation Authority (APRA) sejak 1 Juli 1998. Setelah tiga tahun berdiri APRA mengalami kecolongan dalam mendeteksi dan mencegah kebangkrutan perusahaan asuransi terbesar kedua di Australia (yaitu grup HIH) yang bangkrut karena mismanajemen keuangan. Kegagalan APRA karena minimnya waktu untuk menuntaskan transaksi dan transfer jasa keuangan serta penyempurnaan sistem pengawasannya. Di sisi lain yang kontroversial adalah proses pemilihan Dewan Komisioner (DK) OJK. Hampir

Page 2: Menanti Langkah Nyata OJK

semua susunan DK OJK adalah pemain lama di BI dan Bapepam-LK. Dari 6 anggota yang dipilih secara independen, hanya Ilya Avianti yang berasal dari non-regulator, yaitu BPK, sisanya adalah orang-orang dari, BI, Bapepam-LK dan Kementrian Keuangan sehingga independensi DK OJK banyak diragukan oleh publik. Keberanian-Ketegasan Dibalik segala tudingan dan anggapan negatif yang muncul dari pembentukan serta pemilihannya, OJK tetap memiliki peluang besar untuk tetap dapat melakukan perubahan di sektor jasa keuangan. Berkaca dari pengalaman negara maju maka langkah nyata OJK sangat diharapkan. Keberanian dan ketegasan merupakan kunci utama kesuksesan OJK di masa mendatang agar Indonesia memiliki lembaga pengawasan, dan struktur perekonomian yang lebih kokoh. OJK harus menjadikan kegagalan negara maju sebagai catatan, bahan koreksi, dan meningkatkan kesigapan dalam menyikapi potensi penyelewengan. Keberanian dan ketegasan harus dituangkan kedalam langkah strategis. Pertama, meningkatkan independensi dari kepentingan politik. Tak tanggung-tanggung aset keuangan yang akan diawasi OJK sekitar Rp 11. 000 triliun. Akan selalu ada tangan-tangan tidak tampak yang berkepentingan dengan OJK. Kedua, membangun koordinasi yang kuat dengan BI. Proses pemisahan kewenangan akan menguras energi dan sumber daya seperti pengalihan sumber daya manusia, dokumen, data, dan sistem informasi serta penggunaan gedung-gedung BI sebagai kantor OJK, baik di pusat maupun daerah. Ketiga, memaksa perbankan dan lembaga keuangan meningkatkan konsep Good Corporate Governance (GCG) yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility. Dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa Corporate Governance di Indonesia masih sangat rendah. Penerapan GCG terbukti mampu meningkatkan kualitas dan penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan yang tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Keempat, menerapkan efek jerah dan transparansi yang tinggi. Penyelagunaan wewenan pasti akan tetap ada karena terkait dengan moral hazard manusia. Memberi sanksi keras dan tegas kepada oknum–oknum pemilik bank akan menimbulkan efek jerah yang kuat. Dengan keberanian dan ketegasan dalam langkah nyata OJK, tak diragukan lagi OJK mampu menjadi pondasi kokoh dalam memperkuat struktur perekonomian dan keuangan nasional.(*) Oleh; Safri Haliding Director for Economic and Public Studies at Indonesian Democracy Network (IDN), Anggota Forum Dosen Majelis Tribun dan Dosen FEB Unismuh Makassar