Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

download Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

of 322

Transcript of Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    1/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    2/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    3/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    4/322

    PUTHUT EA

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    5/322

    Menanam Padi di Langit

    Puthut EA

    © EA Books, 2015

    Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

    Pemeriksa Aksara: Eko SusantoDesain Sampul dan Tata Letak: Hamzah Ibnu Dedi

    Cetakan Pertama, 2008 oleh Ark Gallery

    Cetakan Kedua, 2015 oleh EA Books

    309+ix hlm, 14x21 cm

    ISBN: 978-979-17943-0-5

    EA Books

    Drono, Gang Elang 6E No 8 RT 4 RW 33, Sariharjo,

    Ngaglik, Sleman, Yogyakarta 55581

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    6/322

     Untu: Blora Frida, Bintang,

     Bima dan Panji 

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    7/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    8/322

    DAFTAR ISIPengantar: Cetakan Kedua —viii

    Prolog: Kekacauan di Bandara — 1

    Anak Gereja dan Virus Tante Rosa — 15

    Ibunya Lima — 31Gampang Tertawa, Gampang Menangis— 41

    Mozaik Eksterior — 53

    Mozaik Interior — 63

    Forum Adu Goblok — 81

    Cah Lor-Cah Kidul  — 93

    Memintal Benang Merah — 107

    Steak Daging Kacang Ijo — 119

    Njeglek!  — 145

    Mendongkel Kursi Tua — 159

    Taring Padi Unjuk Gigi — 171

    Hal Seperti Ini Sudah Cukup Buatku — 185

    Anaknya Tiga, Sulung Semua — 203

    Jari Kelingking dan Rasa Bersalah — 221

    NIN — 241

    Jejaring Yang Khas — 261

    Ketika Sampah Bisa Menjadi Emas — 277

    Epilog: Nandur Pari Neng Awang-awang  — 289

    Bahan Bacaan dan Sumber Wawancara — 306

    Ucapan Terimakasih — 308

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    9/322

    viii

    Pembaca yang budiman...

    D

    I antara sekian banyak buku saya, buku ini adalah buku yang paling menguras energi saya, sekaligus memberitantangan yang besar. Mungkin karena hal tersebut, saya

    merasa buku ini sebagai salah satu buku yang saya sukai.

    Namun, cetakan pertama buku ini menyimpan kekeliruan yang sekalipun terlihat kecil, tapi besar artinya bagi saya. Adasatu kutipan hasil wawancara yang keliru. Karena saat itu sudahtelanjur dicetak, saya tidak bisa memperbaikinya, dan tidak sayatak punya cukup medium untuk menyampaikan kekeliruantersebut. Dengan terbitnya cetakan kedua ini, saya telahmemperbaiki kekeliruan tersebut, sekalipun harus menunggukurang-lebih sampai 7 tahun.

    PENGANTAR: CETAKAN KEDUA

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    10/322

    ix

    Khusus untuk cetakan kedua ini, sekali lagi saya harusmenyampaikan ucapan terimakasih kepada Ark Gallery yangmembiayai pembuatan buku ini ketika terbit pertama kali.

     erimakasih juga untuk Ayos Purwoaji, Dewi Kharisma

    Michellia, dan Nuran Wibisono. Ketiga orang tersebut telahmengapresiasi buku ini jauh hari, sebelum ada tanda-tanda untukdicetak ulang. Mereka bertiga juga berkenan membaca lagi danmemberikan endorsement untuk buku ini. erimakasih untukHamzah Ibnu Dedi yang membuat sampul dan menata halamandemi halaman buku ini, termasuk Azka yang telah membantumemberi masukan soal perwajahan buku. Kepada Wijaya Eka

    Putra, saya juga berhutang budi karena berkenan menerbitkanbuku ini lagi.

    Ketika buku ini ditulis, saya belum menikah dan memilikianak. Kini di samping saya sudah ada seorang istri yang baikdan penyabar, dan seorang putra yang lucu dan menggemaskan.

     erimakasih untuk Diajeng Paramita dan Bisma Kalijaga, istri

    dan anakku.

    Selamat membaca...

     Yogya, 31 Desember 2015

    Puthut EA

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    11/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    12/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    13/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    14/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    15/322

    4

    majalah seperti ime dan empo edisi berbahasa Inggris. Laluada beberapa katalog pameran. Namuan semenjak kedatangankawan-kawan lamanya, meja panjang itu bertambah beban:

    beberapa bungkus rokok, asbak yang penuh, abu rokok bertebaran,dan juga ceceran nasi serta gelas-gelas kotor bekas kopi danminuman anggur. Juga beberapa kaleng bir yang belum terbukadan setengah botol wiski.

    Di dekat meja itu, tepat di depan kamar mandi, tergeletak eddy. Begitu melihat eddy tertidur di lantai, Heidi langsungmaklum, pasti eddy tertidur karena mabuk berat.

    Di ruang itu pula, terdapat satu set sofa. Dan di salah satu kursisofa, oni tertidur.

     epat di saat itu, Bob membalikkan badan, ia ingin membuatkopi. Begitu melihat Heidi sudah bangun dari tidur dan beradadi ruang itu, mereka saling tersenyum, bertegur sapa, semacammengucapkan selamat pagi, sekalipun hari telah siang.

    Selesai membuat kopi, Bob duduk di kursi dan berbincangdengan Heidi. Saat itu, dengan bahasa yang susah didengar olehtelinga orang yang tidak biasa mendengar suaranya, Bob berkatabahwa semalam ia tidak tidur. Bob merokok bebeapa batang, lalumelukis kembali.

    Heidi sempat berdiri dan mendekat ke arah Bob yang sedangasyik bermain warna. Perempuan berwarga negara Australia itusempat bertanya mengapa Bob kadangkadang melukis dengan

    kanvas tersandar di dinding, tapi kadang-kadang juga di lantai.Bob saat itu menjawab, karena ia ingin ada lelehan cat dikanvasnya. Efek lelehan itulah yang sedang dikerjakannya saatitu. Heidi sempat mangut-manggut, tapi ia sempat juga bilangkalau Pollock juga mempunyai efek lelehan di lukisannya, namunmelukis dengan kanvas terlentang. Setelah itu Heidi masukkamar untuk mandi. Sebentar lagi, tamunya akan datang. Hari

    itu, jam tiga sore, ia ada janji untuk diwawancarai oleh seorangpenulis.

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    16/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    17/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    18/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    19/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    20/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    21/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    22/322

    11

    malam. Kedua orang itu segera dibopong oleh Jemek, Coki danpenjaga rumah Heidi. Saat mereka membopong eddy, hanyasepotong kalimat yang keluar dari mulut eddy, “Aku bersalah

    kepada Bob…” ---Sesungguhnya beginilah rentetan peristiwa yang dialami olehBob dan eddy…

    Begitu taksi membawa mereka berdua menuju ke arah bandarasore itu, di tengah perjalanan, eddy yang sudah mabuk beratmeminta Bob untuk membeli bir lagi. Bob yang juga sudah teler,

    mengiyakan, dan akhirnya ia membeli empat enam kaleng bir.Keenam bir itu lalu dibagi rata, dua untuk Bob, dua untuk eddy,dan dua untuk sopir taksi. Sekalipun sopir taksi menolak diberibir, eddy memaksa si sopir agar mau menerima jatahnya.

    Dua kaleng bir jatah eddy lebih dulu tandas. Lalu ia memintakembali jatah bir yang telah diberikannya kepada sopir taksi. Satukaleng ditandaskan lagi. Kemudian ia meminta jatah Bob satukaleng. Dan dengan cepat, jatah Bob pun dihabiskannya.

    Sesampai di bandara, begitu pintu taksi terbuka, eddyterjatuh. Ia mulai mengumpat dan meracau. Mereka berduasegera menjadi pusat perhatian di bandara. Jangankan dalamkeadaan mabuk, jika tidak pun, mereka pasti akan menjadi pusatperhatian. Kedua orang itu berambut gimbal dan bertato. Bahkan

     wajah Bob pun penuh dengan tato.

    Langkah kedua orang itu terhuyung. Setiap kali bersimpangandengan orang, eddy selalu menantang orang itu. Atau kalaupuntidak, mengumpati mereka.

     ahu kalau kedua orang yang baru turun dari taksi mulaimenebar kekacauan di bandara, para petugas keamanan bandaramengerubunginya. Di saat itulah, justru eddy menantangmereka untuk berkelahi. Dan terus berkata dengan keras, “Aku

    ini seniman! Aku ini seniman!”

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    23/322

    12

    Bob ingin mengingatkan eddy agar ia tidak usah membuatkeributan. etapi kepala Bob pun sudah berat. Ia hanya tahu,mereka berdua pasti akan berhadapan dengan masalah.

    Maskapai penerbangan yang hendak ditumpangi oleh Bobdan eddy, menolak mereka berdua untuk ikut serta dalampenerbangan karena mereka berdua mabuk berat. Bahkan si pilotmengancam, jika mereka berdua diijinkan ikut penerbangan,maka ia tidak mau menerbangkan pesawat. Saat mendengar halitu, tindakan eddy semakin tidak terkontrol. Ia mengumpat danmemaksa agar bisa ikut penerbangan. etapi bukannya ia bisa

    ikut terbang, melainkan diseret petugas kepolisian bandara keruang pemeriksaan.

    Di ruang periksa, kalimat eddy berubah. Jika sebelumnya,kalimat yang paling banyak diucapkan adalah, “Aku ini seniman!”,maka ketika di ruang pemeriksaan, kalimat yang paling banyakdiucapkan adalah, “Aku harus pulang! Istriku sedang hamil!”

     eddy tidak bisa diinterogasi. Hanya dompet dan tasnya saja

     yang digeledah petugas, lalu ia dibiarkan terduduk di lantaisambil tetap meracau. Para petugas lalu menginterogasi Bob. Halutama yang ditanyakan adalah mereka mabuk apa?

    Ditanya seperti itu, Bob menjawab, “eddy mabuk alkohol!”

    Lalu petugas bertanya, Bob mabuk apa?

    Bob menjawab, “Saya mabuk obat!”

    Bob memang sedang berobat. Di dalam tasnya ada obatpenenang, sekaligus kopian resep dari dokter, sehingga ia tidaktakut mengaku kalau mabuk obat. Lalu Bob melanjutkan berkata,“Kesalahan saya adalah saya minum bir, tapi hanya sekaleng!”

    Di saat itulah, Jemek datang. Dan kita semua sudah tahuapa yang kemudian terjadi di ruangan itu. Kepulangan merekatertunda. Jemek berhasil melakukan proses negosiasi dengan

    pihak maskapai penerbangan agar tiket mereka berdua bisadigunakan untuk keesokan harinya, pukul delapan pagi.

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    24/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    25/322

    14

    preman di sana kenal baik siapa eddy, sehingga mereka hanya‘menjaga’ eddy dari jauh, sembari menenangkan para pelacuragar tidak usah takut. Puas berteriak-teriak, eddy masuk mobil

    lagi. Mereka memutuskan untuk mencari sate ayam di daerahCepu.

     etapi yang mereka lakukan adalah berputar-putar di kotaBlora. Setiap kali ada rumah yang menarik perhatian mereka,

     eddy menghentikan mobil, lalu ia mengajak berdebat denganBob. Inti perdebatan itu kira-kira: rumah itu keren atau tidak,gaya artsitekturnya apa, dan kira-kira dibangun tahun berapa.

    Mereka belum puas berdebat, tetapi kota Blora yang kecilitu sudah mereka kelilingi. Akhirnya mereka masuk ke sebuahkompleks pemakaman tua. eddy dan Bob turun dari mobil lalumelanjutkan perdebatan mereka. Perdebatan kacau itu merentangdari mulai apa itu kuburan, indah atau tidak, sampai diskusitentang kematian. Sigit dan Coki hanya bisa menunggu di dalammobil sambil terus-menerus mengingatkan kalau mereka berdualapar dan harus segera ke Cepu untuk makan sate ayam.

    Setelah lelah berdebat, eddy dan Bob masuk ke mobil.Mereka segera menuju kota Cepu. etapi kota yang seharusnyahanya ditempuh kurang dari satu jam dari Blora itu tidak jugamereka capai. Yang mereka tahu kemudian adalah mereka semuaterbangun di pinggir alun-alun kota Blora, saat matahari sudahmulai terbit. Sepanjang malam, eddy hanya mengitari alun-alunitu. Setelah lelah, ia mematikan mesin mobil, kemudian tidur,menyusul ketiga temannya yang lain, yang sudah terlebih duluterlelap.

    Kisah-kisah di atas adalah sediki dari serentetan kisah gila yang mereka alami. Mungkin kita akan segera diingatkan dengansebuah pameo tua: sebagian orang gila akan tetap gila, dansebagian lagi akan menjadi legenda. Kita tidak pernah tahu, ataubelum sepenuhnya tahu, apakah mereka akan menjadi legenda,atau justru termasuk di dalam golongan yang lain: tetap gila.

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    26/322

     Anak Gereja dan Virus Tante Rosa 

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    27/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    28/322

    17

    B ANYAK orang mengira bahwa eddy adalah orangPadang. Sebab di berbagai katalog pamerannya, senantiasatertulis: S. eddy. D, lahir di Padang, 25 Agustus 1970.

    Namun sejatinya, ia orang Jawa. Ibunya, berasal dari Kudus, danbapaknya berasal dari Purwokerto.

    Sunarmi, ibu eddy, memang sejak kecil sudah hidup diSumatera Barat, karena mengikuti orangtuanya. Kebetulan sangbapak berprofesi sebagai tentara, yang ditugaskan ke SumateraBarat untuk menumpas pemberontakan PRRI/Permesta.

    Siradz, bapak eddy, juga seorang tentara, yang pada tahun

    1964 ditugaskan ke Sumatera Barat. Di sanalah, ibu dan bapak eddy bertemu, kemudian melangsungkan pernikahan.

     eddy terlahir sebagai anak kedua dari empat bersaudarapasangan Siradz dan Sunarmi. Menurut Sunarmi, proseskelahiran eddy merupakan proses kelahiran termudah yangdialaminya. etapi eddy adalah anak Sunarmi yang paling lamadikandungnya, umur kandungan Sunarmi saat mengandung

     eddy hingga kemudian melahirkan, berumur 10 bulan kurang3 hari. Saat itu, di sebuah pagi, sebagaimana biasanya, Sunarmiberjalan-jalan bersama suaminya. Di tengah jalan, tiba-tibaperutnya terasa sakit, seperti hendak melahirkan. Lalu merekamampir ke sebuah rumah sakit. Dan bayi kecil yang dikandungSunarmi lahir dengan selamat. Mereka memberi nama si jabangbayi itu dengan nama eddy Darmawan. Nama belakang‘Darmawan’ diberikan kepada si bayi dengan harapan agar kelakanak itu menjadi sosok yang dermawan. Sedangkan huruf ‘S’ didepan nama eddy adalah nama baptis: Stefanus.

    Sejak kecil, eddy sudah menunjukkan gejala sebagai anak yang hiperaktif. Pernah suatu saat, ketika ia berumur tiga tahun,oleh sang tante yang saat itu menjaganya, eddy meminta untukdinaikkan pagar tembok setinggi lebih dari 1 meter. Awalnya,

     eddy hanya diam. etapi tidak lama kemudian, ia berdiridan mulai berjalan-jalan di atas pagar itu. Si tante panik, dan

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    29/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    30/322

    19

    Saat naik kelas menuju kelas 6 SD, kembali Siradzdipindahtugaskan ke kota Blora. etapi tepat di saat pindahanrumah, eddy sedang berlibur di rumah kakeknya yang berada di

     Jakarta. Keluarga itu pindah rumah tanpa eddy.Ketika eddy pulang ke Kudus, ia mendapati rumahnya telah

    kosong. Dari Jakarta, eddy didampingi oleh salah seorangpembantu kakeknya, yang kebetulan juga punya keluarga diKudus. etapi orang yang dititipi eddy, tidak mengantar eddysampai ke rumah. Begitu mendapati rumahnya kosong, eddybertanya kepada tetangga-tetangganya, ke mana keluarganya

    pindah. Ketika tahu bahwa keluarganya pindah ke Blora, eddysegera menyusul seorang diri. Saat itu, eddy baru saja naik kekelas enam. Jarak antara kota Kudus dan kota Blora, relatif jauh.Dari Kudus menuju Blora, bisa ditempuh dengan 2 jalur. Pertama,dari Kudus menuju Pati, lalu melanjutkan ke Purwodadi, barukemudian menuju Blora. Atau, dari Kudus menuju Rembang,dengan terlebih dahulu melewati Pati dan Juwana, setelah sampaiRembang perjalanan bisa dilanjutkan menuju ke Blora. eddy

    memilih jalur yang terakhir. Ia melewati kota Rembang.

    Sesampai di Blora, eddy segera menuju ke Kodim Blora. Disana, ia mengaku sebagai anak Pak Siradz. Dengan diantar olehseorang tentara yang sedang bertugas saat itu, eddy dibawamenuju kecamatan Banjarejo, sebuah kecamatan arah barat dayadari kota Blora. Di sanalah Siradz bertugas sebagai komandanrayon militer (Danramil).

    Kedatangan eddy seorang diri ke Blora, sempat membuatgeger keluarganya. Anak kecil itu mulai menunjukkan nyalinya.Di dalam hari Sunarmi, terselip perasaan bangga, sekaligus rasa

     waswas.---

    Lulus dari sekolah dasar, eddy masuk SMP paling favoritsekabupaten Blora, SMPN 1 Blora. Jarak dari Banjarejo

    ke Blora, sejauh 12 kilometer, ditempuh eddy pulang-pergi dengan naik angkutan pedesaan (angkudes), mobil colt pick

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    31/322

    20

    up. Hobinya adalah bergelayut di bagian paling belakang, ataukalau tidak, naik di atas atap mobil.

    Di SMP itulah, eddy mengenal Bowo, yang sampai sekarang

    merupakan sahabat karibnya. Hanya saja, Bowo saat itu belumdipanggil Jemek. Nama panggilan Jemek memahkotai Bowoketika ia kelak kuliah di Fakultas Filsafat UGM.

    Persahabatan dua orang itu terjadi hanya karena soal sepele. Angkudes yang ditumpangi eddy, hanya turun di sebuahperempatan kota. Untuk menuju ke SMPN 1 Blora, eddyharus berjalan kaki sejauh 2 kilometer lagi. Di antara jalan yang

    harus ditempuhnya itulah, terdapat rumah Bowo. Begitu merekaberkenalan, eddy sering mampir ke rumah Bowo untuk sama-sama berangkat ke sekolah dengan naik sepeda angin Bowo.Karena Bowo yang memiliki sepeda, maka eddy yang berada didepan, mengayuh sepeda, sementara Bowo berada di belakang,membonceng.

    Sudah jamak di tahun-tahun itu, begitu memasuki tahun

    kedua, anak-anak terpandai dirangking. Bagi mereka yang masukrangking 40 besar, dijadikan satu kelas: 2A. eddy masuk rangking18, dan karenanya ia masuk kelas 2A. Di kelas itu, eddy tidakkerasan. Satu-satunya teman yang bisa diajaknya membandeladalah Untung, seorang keturunan ionghoa. Untung termasuksiswa yang cerdas, tetapi juga cukup bandel. Berbeda dengankebanyakan teman sekelas eddy yang lain, yang rata-rata begitusuntuk dengan pelajaran, bahkan di jam-jam istirahat pun merekaberada di dalam kelas untuk belajar.

    Sedangkan Bowo, menerima takdirnya sendiri, sesuai dengankapasitas intelektualnya saat itu, ia berada di kelas 1E. etapipersahabatan mereka tetap berjalan. Bertiga bersama Untung,mereka sering ngeblong , sebuah istilah lokal di mana seorangsiswa tidak masuk kelas hanya untuk mata pelajaran tertentu.Mereka bertiga sering ngeblong di sebuah kuburan yang dekatdengan lokasi sekolah mereka. Di sana, di kompleks kuburan itu,

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    32/322

    21

    mereka merokok dan makan buah jamblang atau duwet.

    Saat memasuki tahun ketiga SMP, Bowo kembali satu kelasdengan eddy. Kenakalan mereka semakin menjadi-jadi. Mereka

    berubah dan mulai tumbuh sebagai duo-pembikin-onar. Salahsatu hobi mereka adalah mendekati anak laki-laki yang terlihatalim, lalu menginterogasi mereka satu per satu. Biasanyamateri ‘interogasi’ itu menyangkut apakah anak tersebut sudahpernah melakukan onani atau belum. Jika mereka menjawabsudah, duo-pembikin-onar itu akan membuat propaganda danmenyebarluaskan. etapi jika ada anak yang menjawab belum,

    mereka merayu dan membujuk mereka bahwa melakukan onaniitu nikmat sekali.

    Dengan segera eddy dan Bowo menempati urutan teratassebagai anak bandel sekaligus duo yang disegani di SMP yangkebanyakan siswanya bukan hanya merupakan anak-anakterpintar di kabupaten tersebut, melainkan juga tempat sekolahanak-anak para pejabat di tingkat kabupaten.

    Karena mulai menduduki ‘posisi sosial’ tertentu dan mulaimenancapkan pengaruh mereka, maka apa yang dilakukan oleh

     eddy dan Bowo segera dianut oleh taman-teman mereka yanglain. ermasuk salah satunya adalah menonton film di gedungBioskop, terutama film-film dengan tulisan: Untuk 17 tahun keatas. etapi baik penjual tiket maupun petugas bioskop tidakpernah peduli. Bintang pujaan mereka saat itu adalah Eva Arnaz.

    Duo itulah yang menyebarkan virus ante Rosa, sebuahakronim dari bahasa Jawa: angan tengen, nganggo sabun (angankanan, memakai sabun). Sebuah istilah yang mendeskripsikanbagaimana seseorang melakukan onani.

    Lalu mereka pun mulai ikut mempopulerkan sebuah guyonankhas anak muda saat itu. tiba-tiba saja, entah Bowo atau eddymemanggil teman mereka. Mereka berdua pura-pura bersedih

    dan menyesal. Mereka bilang, “Wah aku sudah tidak perjakalagi…”

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    33/322

    22

    Kalau kemudian si lawan bicara mereka bertanya dengansiapa mereka berdua melakukannya, maka dengan serempak baikBowo maupun eddy menjawab, “Dengan Dita…”

    Hampir semua orang yang diajak bercakap model begituan,pasti mulai berpikir keras. Ada begitu banyak nama Dita disekolah mereka saat itu. Kalau kemudian lawan berbincangmereka mulai capek menebak Dita yang mana, barulah keduaorang itu menjawab, “Di tangan!”

    ---

    K eluarga Siradz memeluk agama Kristen Protestan.

    Keluarga itu sangat religius. Konsekuensinya, anak-anak mereka pun sering diajak terlibat dalam kegiatankeagamaan, tak terkecuali eddy.

    Sejak kecil, eddy sudah terbiasa menjadi anak gereja. Ketikasemakin besar, ia mulai terlibat dalam berbagai kegiatan yangberhubungan dengan agama. Kalau ada hari raya tertentu yangdiperingati agamanya, maka ia terlibat, mulai dari ikut mendesainpanggung gereja, sampai ikut bermain drama.

    Pernah suatu ketika, saat eddy sedang muncul di panggunguntuk memerankan seorang tokoh, tiba-tiba adik terkecilnya,Samuel, yang saat itu baru berumur tiga tahun, entah bagaimanabisa muncul di atas panggung. Pasangan Sunarmi dan Siradztentu saja terkejut, dan merasa degdegan, menunggu apa yangterjadi selanjutnya.

    Di atas panggung, tak kalah terkejutnya. Apalagi saat Samuelmulai berteriak, “Mas eddy, Mas eddy…”

    Di saat itulah, improvisasi eddy muncul. Cerita yang semulasangat serius, tibatiba ia belokkan menjadi bergaya srimulatan.Dengan segera eddy berkata, “ Iki anake sapa, melu-melu munggah

     panggung…”

    Semua pengunjung gereja tertawa terpingkal-pingkal.

    Pertunjukan malam itu boleh dibilang sukses. Dan eddy menjadi

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    34/322

    23

    bintangnya.

    Bahkan ketika eddy kelak menginjak bangku SMA, ia jugamengajar di sekolah Minggu. Di luar semua itu, mungkin kedua

    orangtua eddy belum begitu tahu kebandelan anaknya di luarrumah.

    Sementara itu, keluarga Bowo adalah keluarga yang cukupberada, setidaknya untuk setingkat kabupaten Blora. Ayahnyabekerja di Perhutani. Di daerah seperti Blora, di mana dikenaldengan kualitas kayu jati nomor 1, dan sekaligus mempunyai

     wilayah hutan jati yang luas, pegawai Perhutani menempati urutan

    perekonomian yang cukup tinggi. Seorang Administratur, yangmengepalai sebuah Kawasan Pengelolaan Hutan (KPH), bisa

     jadi lebih kaya dibanding seorang bupati. Dulu, sebelum hutan jati dalam keadaan serba-rusak seperti saat ini, ada istilah jaspro,akronim dari ‘jasa produksi’, di mana semua pegawai perhutaniakan menerima uang jaspro yang bisa sampai lima kali lipat gajibulanan mereka. Sekalipun bukan seorang administratur, ayahBowo adalah pegawai Perhutani dengan posisi yang cukup tinggi.

    Di rumah Bowo itu, eddy sudah dianggap sebagai keluargasendiri. eddy sering makan di sana, bahkan sesekali menginap.Karena hubungan antar-anak yang cukup dekat, akhirnyakeluarga Siradz pun akrab dengan orangtua Bowo.

    Di rumah Bowo pula, eddy mulai suka membaca buku.Orangtua Bowo berlangganan Kompas, sementara di rumah

     eddy hanya ada koran Angkatan Bersenjata (AB). Di rumahBowo juga melimpah dengan berbagai buku bacaan, maklumsaja karena saudara-saudara Bowo yang lebih tua sangat gemarmembaca, dan kadang-kadang saudara-saudara keluarga Bowo

     yang tinggal di kota-kota besar sering mengirimi berbagai buku.Bacaan favorit Bowo dan eddy adalah serial Musashi, yangdimuat secara berkala di koran Kompas, serta berjilid bukuensiklopedi untuk anak-anak.

    Sampai sejauh itu, kedua keluarga ini hanya tahu kalau eddy

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    35/322

    24

    dan Bowo tidak termasuk anak yang nakal. Kalau pun toh nakal,itu kenakalan khas anak-anak yang biasa saja.

    ---

    Lulus dari SMP favorit di kabupaten Blora, eddy danBowo masuk ke SMA yang juga favorit di kabupaten itu:SMAN 1 Blora. Di sinilah, masa-masa remaja kedua anak

    itu mulai lebih bergeliat lagi.

    Bacaan-bacaan di rumah Bowo sudah ‘tidak mencukupi’ lagikeingintahuan mereka akan hal-hal lain. Mereka mulai membelidan membaca majalah remaja Hai, dan mulai rajin mengunjungi

    perpustakaan daerah yang terletak di sebelah utara alun-alunkabupaten Blora, jadi satu dengan kompleks kantor bupati.

    Di usia itulah, mereka mulai membeli dan mendengarkanmusik-musik cadas yang sedang merebak saat itu, sepertiSkid Row, Iron Maiden dan Kiss. Mereka berdua pun mulaimembentung sebuah geng dengan nama: Ndeprox’z.

    Saat berada di SMA, ketrampilan eddy dalam hal seni

    mulai moncer. Ia membuat sendiri tas sekolah yang berbahandari poster-poster grup musik yang ia sukai. Poster-poster itudilaminating, lalu dibuat tas. Jika ada orang yang tertarik, maka

     eddy menjualnya. Uang hasil penjualan itu dipakainya untukmembeli rokok, minuman keras, dan juga berjudi.

    Selain membuat tas, eddy juga membuat stiker dan kaus.Di saat itu, sudah biasa setiap kelas menunjukkan identitasnya

    dengan membuat stiker dan kaus. Hampir semua kelas di SMA1 Blora saat itu, memesan stiker dan kaus dari eddy. Desainkaus dan stiker eddy sudah mulai dikenal sangat menarik, danberkualitas bagus. Untuk memesan stiker, eddy dan Bowo seringpergi ke kota Kudus, sementara untuk memesan kaus, merekaberdua pergi ke Klaten. Hasil ‘bisnis kecil-kecilan’ itu, lagi-lagiselalu habis untuk tiga hal: rokok, alkohol dan perjudian.

    Ketika naik ke kelas 2, eddy sempat stres berat. karenaberdasarkan rekomendasi dari pihak sekolah, ia harus masuk

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    36/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    37/322

    26

    Selain mulai mengoleksi jenis kenakalan seperti mengkonsumsialkohol, main judi dan juga melakukan kegiatan corat-corettembok, eddy juga mulai suka berkelahi. Biasanya, setelah

    beberapa geng saling memamerkan diri mereka mengitari alun-alun kota Blora, mereka kemudian minum-minuman keras dipojok-pojok tertentu. Saat mabuk seperti itulah, eddy sangatsensitif. Ada apa-apa sedikit, ia mudah tersinggung. etapi iatidak pernah mengajak teman-temannya untuk membela dirinya.Ketika temantemannya sedang asyik minum-minuman keras, iaberdiri dengan tenang, mendatangi kelompok lain yang beradadi pojok alun-alun yang lain, lalu ‘bak-buk-bak-buk’ berkelahi.

    Kemudian ia bergabung lagi dengan temannya untuk ikut minumlagi, sembari mukanya telah lebam, dan bibirnya telah berdarah.

     Jika teman-temannya tahu hal itu dan hendak membelanya, eddy selalu bilang, “Sudah, sudah, semua sudah selesai.”

    Sementara di dalam lingkungan sekolah nama eddy mulaiterkenal, di luar sekolah namanya pun merambah dunia yanglain. Ia kenal dengan baik para tukang becak, sopir angkutan, dan

     juga para preman. Setiap kali ia naik motor, tangannya tak pernahberhenti melambai, karena kenalannya berada di mana-mana.

    ---

    Menjelang kenaikan kelas dua ke kelas tiga, seharisebelum penerimaan rapor, di SMAN 1 Blora sudahtersebar isu tentang siapa-siapa yang tidak akan naik

    kelas. Sejumlah anak yang merasa diri mereka bandel, mulai

    merasa waswas, termasuk Bowo dan eddy. Salah seorang muridmengaku telah menerima bocoran siapa saja yang tidak akannaik kelas. Ada dua nama yang disebut, dan salah satunya adalahBowo. Nama eddy lolos, artinya, eddy naik kelas. Segera Bowostres berat. eddy dengan gayanya yang sok bijaksana berusahamenenangkan Bowo, “Sudahlah, Wo, tidak apa-apa. Kita tetapsaja berteman sekalipun nanti aku jadi kakak kelasmu.”

    Kalimat yang bernada menghibur itu justru menyakiti hatiBowo. Ia segera pulang. Sesampai di rumah, Bowo menunggu

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    38/322

    27

    bapaknya pulang dari kantor. Setelah bapaknya pulang, dengangugup Bowo mulai bercerita, kemungkinan besar ia tidak naikkelas. Sambil bercerita seperti itu, muka Bowo menunjukkan

    penyesalan yang mendalam. Mendengar hal seperti itu, sangbapak hanya diam, lalu berkata, “Lihat saja besok, deh… Kalautidak naik ya terserah kamu. Kalau kamu malu sekolah di sana,

     ya pindah saja.”

    Keesokan harinya, saat penerimaan rapor, Bowo dan eddyduduk menunggu berdampingan. Yang keluar pertama kaliadalah bapak Bowo. Segera Bowo bertanya, Bagaimana, Pak?”

    Si Bapak tersenyum dan bilang, “Kamu naik kelas, kok.”Bowo bersorak gembira. eddy dan Bowo saling bersalaman.

    Lalu tiba giliran bapak teddy keluar dari ruang kelas. eddybelum sempat bertanya, bapaknya sudah berkata, “eddy, ayopulang!”

     ernyata, eddy-lah yang tidak naik kelas.

    Mendapati dirinya yang kemudian berada di satu tingkatdibandingkan teman-temannya yang lain, awalnya membuat

     eddy merasa stres berat. Ia semakin rajin berjudi dan rajinmenenggak minuman keras.

    Ketika teman-temannya mulai lulus dan kuliah, ia barunaik ke kelas tiga. Dan di fase itulah ‘penderitaannya’ semakinmengencang. Ketika liburan semesteran tiba, atau liburan

    lebaran, teman-temannya berkumpul dan saling bercerita tentangkegiatan mereka di kota-kota tempat mereka kuliah, ada yangdi Jakarta, Yogya, Solo, Semarang dan Surabaya. Saat itu, Bowokuliah di SIE Perbanas Jakarta.

    Kalau mereka berkumpul, menjelang liburan berakhir, pasti diantara mereka saling bertanya, kapan mereka balik ke kota tempatmereka kuliah. Dan terakhir, mereka selalu bertanya, “Kamu balik

    kapan, ed?”

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    39/322

    28

     Jika ditanya seperti itu, eddy hanya bisa mengumpat, “Asu!”

    Begitu lulus dari SMA, di bayangan eddy ia ingin menjadiseorang desainer. Belum jelas saat itu, apa itu desainer. Yang jelas,

    ia pernah mendengar profesi itu, dan ia merasa ia bisa serta cocokdengan keinginannya. Saat itulah, ia meminta untuk mendaftardi ISI Yogya. Namun kali itu ia gagal.

    Ibunya lalu menyarankan agar eddy mnecoba masuk kePoliteknik Universitas Diponegoro, Semarang. Ibunya sendiri

     yang saat itu mengantar eddy ke Semarang. eddy, karenabingung, ia mengikuti saja saran ibunya. Namun ketika tes, saat

    lembar jawaban dihadapinya, ia tidak mengerjakan soal-soalujian. entu saja ia tidak diterima.

    Orangtua eddy tentu saja bingung. Mereka akhirnyamenyerahkan apapun pilihan eddy. Barulah di sana, eddy bilangkalau ia ingin jadi desainer. Akhirnya kedua orangtua eddymencari-cari kabar, di mana sekolah yang dimaksudkan eddy.Salah seorang kenalan orangtua eddy menyarankan agar eddy

    masuk saja ke SSI Solo. eddy akhirnya mendaftar masuk, dania masuk ke jurusan desain set panggung. Yang penting saat itubagi eddy ada kata: desain.

    Saat kuliah, eddy sempat agak kecewa dengan pilihannya. etapi saat itu pula ia sadar bahwa beberapa ketrampilan yangkelak dibutuhkannya, walaupun ia belum tahu kelak itu akanseperti apa, pastilah berguna. Di sana ia diajari dasar-dasar teknik

    menyungging wayang. Sebuah teknik yang memutuhkan kejelian,terutama dalam membuat gradasi warna.

    Selain itu, eddy juga belajar teknik yang menurutnya sangatpenting, yakni teknik membuat wondo. eknik itu adalahmemberi karakter kepada tokoh-tokoh wayang.

    Namun, kebandelan eddy semakin menapaki taraf yanglebih tinggi lagi saat berada di Solo. Ia berkarib dengan beberapa

    preman, dan semakin kerap mabukmabukan.

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    40/322

    29

    Salah satu dosen eddy bernama Bonyong Munni Ardhi,salah satu tokoh yang pernah ikut mewarnai suasana ISI Yogya,melihat eddy tidak tepat berada di Solo. “Ia perlu teman dan

    lingkungan yang tepat untuk mengasah ketrampilannya. Dan yang paling penting, dasar-dasar pelajaran penting di SSI sudahia kuasai, terutama dalam hal menyungging dan mengerjakan

     wondo.” ungkap Bonyong.

    Kemudian ketika suatu saat bertemu denan eddy, Bonyongmenyarankan agar eddy mencoba masuk ISI jurusan seni lukis.

     eddy menggut-manggut. Saat itu, sebetulnya eddy juga sudah

    berpikir untuk mencoba lagi masuk ISI. Setelah pertemuanitu, eddy lama menghilang, dan tidak pernah lagi menemuiBonyong.

     ernyata selama bebeapa bulan itu, eddy mempersiapkan danmengasah ketrampilannya agar bisa diterima di ISI. Setelah duatahun kuliah di SSI Solo, pada tahun 1992, ia ikut tes masukISI, dan diterima.

     eddy menemui Bonyong, dan mengabarkan kalau ia sudahditerima masuk ISI. Bonyong tersenyum lega.

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    41/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    42/322

    IbunyaLima 

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    43/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    44/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    45/322

    34

    petugas medis yang membantunya, “KO dibuka!”

    Ninung kaget. Raut wajah si dokter, dan istilah ‘KO’membuatnya khawatir. Dengan nada takut, ia bertanya kepada si

    dokter, “Dok, KO itu apa?”

    “Kamar Operasi, Bu…” jawab si dokter pelan.

    Begitu mendengar dua kata: kamar operasi, segera ketakutanmemuncak di diri Ninung. etapi justru di saat itulah, bayi yangdikandungnya segera lahir dengan cepat. Bayi yang dikandungnyalahir dari sebuah ketegangan yang dicipta dari dua tiang pancang:ketakutan melahirkan sehingga prosesnya lama, dan ketakutandioperasi sehingga si bayi bisa lahir dengan cepat.

    Bayi yang lahir pada tanggal 26 Mei, dengan umur kandungantepat 9 bulan dan 10 hari itu, diberi nama: Bob Yudhita Agung.Nama ‘Bob’ diberikan kepada jabang bayi karena ninung sangattergia-gila dengan suara Bob utupoli. Sedangkan nama tengah‘Yudhita’ disematkan ke bayi itu karena Ninung berharap agarkelak anaknya sebijaksana tokoh wayang bernama Yudhistira, sisulung dari lima bersaudara Pandawa. Nama ‘Agung’ diberikanoleh suster yang membantu melahirkan si bayi dengan harapanagar si bayi kelak penuh dengan keagungan.

    Nama adalah doa dan pengharapan. Namun sebagaimanasetiap doa dan pengharapan, bisa saja menjadi kenyataan, tetapibisa juga tidak.

    ---

    Pasangan Ninung dan Sunardiyono adalah pasangan denganlatar belakang yang berbeda. Ninung berasal dari keluarga

     yang pas-pasan, sedangkan Sunardiyono berasal darikeluarga kaya. Suteja, ayah Sunardiyono, bekerja di pengilanganminyak swasta, dan saat itu Suteja sedang bertugas di Palembang.Satu-satunya yang sama dari kedua pasangan itu adalah merekasama-sama masih muda.

    Ninung saat itu sudah memutuskan untuk berhenti dari sekolah

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    46/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    47/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    48/322

    37

    dua. Selebihnya, kalau tidak juara satu pastilah juara dua.

    Selain itu, Bob dikenal rajin mengaji dan salat lima waktu. Iasudah khatam Alquran sebelum kelas 6 SD.

    Sampai SMA, Bob tetap menjadi ‘anak manis’ sekaligus anakrumahan. Satusatunya ‘kenakalan’ yang pernah dilakukannya saatSMA hanyalah mencoba merokok di atap rumah. etapi setelahitu, ia mengalami rasa bersalah yang luar biasa.

    Sebagaimana umumnya anak-anak remaja yang lain, Bob juga tergabung dalam sebuah geng. Saat itu, di Yogya ada duageng besar” Q’zruh dan Joxin. Hampir semua remaja SMA saatitu mejadi pendukung salah satu geng tersebut. Bob tergabungdalam geng Q’zruh. etapi ia tidak pernah berkelahi. Bob bilangsambil tertawa, “Kalau aku mau berkelahi, pasti teman-temankumaju lebih dulu.”

    Dan sebagaimana remaja yang lain, Bob juga akrab denganlagu-lagu. Karena punya banyak uang, ia mengoleksi ratusankaset. Namun berbeda dengan temantemannya, Bob lebih sukamengoleksi kaset band-band negeri sendiri, dan kalau punmengoleksi kaset dari negeri asing, itu pun berasal dari parapenyanyi atau grup musik dari negeri Jiran, yang saat itu banyakmendominasi tangga-tangga lagu di Indonesia. Dari para musisinegeri sendiri, Bob paling menyukai grup rock Power Metal.Sedangkan lagu Isabela, yang dilantunkan oleh musisi dari negeri

     Jiran, adalah ‘lagu wajib’-nyasampai sekarang.

     api sayang, Bob tidak suka Bob utupoli, musisi yangdikagumi ibu kandungnya. Dan tentu saja, sekalipun sukamenyanyi, suara Bob tidak semerdu suara Bob utupoli.

    ---

    Bob jarang sakit. Kalau pun toh sakit, paling hanya masukangin. Dan obatnya juga mudah, tinggal memberi tahu ibukandungnya, lalu Ninung akan datang ke Pandega Bakti

    untuk ngerokin Bob.

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    49/322

    38

    Namun pernah suatu saat Bob harus diopname selamabeberapa bulan di rumah sakit karena sakit tipus. Untuk kaliitu, Ninung ingin sekali bertanggungjawab dengan membayar

    biaya rumah sakit. Sayang, uang Ninung hanya pas-pasan.Salah seorang teman Ninung yang kebetulan berprofesi sebagaipencatat judi Loda, sejenis judi legal yang saat itu marak(semacam SDSB), Ninung diberi nomor yang diperkirakan akankeluar. Hati Ninung ragu-ragu. Saat itu ia berpikir, kalau uangnyadipakai untuk berjudi dan kemudian menang, maka ia akan bisamembayar lunas semua biaya Bob, bahkan akan ada sisa cukupbanyak. etapi jika ternyata nomor yang dibelinya tidak keluar,

    maka ia tidak punya sedikit pun uang untuk membayar biayapengobatan Bob. Akhirnya Ninung tidak berani berspekulasi. Iatidak jadi membeli nomor yang disarankan oleh temannya. Dansialnya, nomor itulah yang memang keluar.

    Untunglah, dokter di rumah sakit itu banyak yang kenal denganNinung, sehingga ia bisa mendapatkan banyak keringanan biaya.Ninung, sekalipun tidak tamat SMA, namun pergaulannya luas.

    Dan ia pun dikenal kawan-kawannya sebagai orang yang cakapberorganisasi. Bahkan sejak remaja, ia dikenal sebagai gadis yang‘gaul’. Ia ikut berbagai jenis organisasi, dari mulai klub sepedaangin, sampai aktif di Darma Wanita tempat suaminya bertugas.

    Selain suka berorganisasi, untuk mengganti pengetahuanformalnya yang terhenti di tengah jalan, Ninung selalu ikutkursus. Hampir semua jenis kursus ketrampilan pernah ia ikuti.

    Mulai dari kursus menjahit, kursus memasak, kursus merangkaibunga, sampai berbagai kursus kesehatan.

    Karena kepintarannya itu, terutama kecapakannya di dalammengorganisasikan sesuatu, saat salah satu pimpinan suaminyamelakukan pindah rumah dari Lampung ke Yogya, Ninunglah

     yang diminta untuk memimpin pindahan rumah. Belasanangkutan, mulai dari truk sampai mobil pribadi, diatur oleh

    Ninung dari mulai Lampung sampai Yogya.

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    50/322

    39

    Kepiawaiannya dalam hal mengatur sesuatu, juga tampak daricaranya membagi waktu kepada anak-anaknya. Pernikahannyadengan Suharto, Ninung mempunyai 4 orang anak. Artinya, ia

    punya 5 anak, termasuk Bob. Ketika anak-anaknya masih kecil,termasuk Bob, Ninunglah yang bertugas untuk mengantar danmenjemput kelima anaknya itu. dengan sepeda motor bebekberwarna merah, Ninung bergerak dari sekolah satu ke sekolah

     yang lain, mengantar dan menjemput anak-anaknya.

    Ninung jugalah yang sering mengantar Bob ikut lombamenggambar. “Bahkan saat masih di SMA pun saya masih suka

    mengantarnya ikut lomba menggambar.” tandas Ninung.---

    Masalah mulai muncul saat Bob lulus SMA. Di keluargabesar Suteja, dari dirinya sampai anak dan menantunya,hampir semuanya bekerja di bidang perminyakan.

    Oleh karena itu, keluarga Suteja menyarankan agar Bob punkuliah di bidang perminyakan.

    Sebagai anak manis yang tidak pernah memberontak, Bobmenurut. “oh aku tidak membayar. Mereka yang membiayaisemuanya.” ungkap Bob.

    Sementara itu, Ninung, sebagaimana kebanyakan orang tuasaat itu, juga berharap anaknya kalau tidak menjadi dokter yamenjadi insinyur. etapi ia tidak berani menyarankan kepadaanaknya, sebab ia sadar kalau ia tidak mungkin membiayai kuliahBob.

    Bob pun lantas masuk ke sebuah universitas swasta di Yogya,mengambil jurusan perminyakan. etapi sesungguhnya saat itu,hati kecilnya mulai berontak. Ia ingin masuk ISI. Ia ingin jadipelukis. “Aku tidak ingin jadi orang kantoran, atau jadi orang

     yang kerja di perminyakan, yang kerjanya pergi ke lau atau pergike hutan. Aku ingin bebas!” tegas Bob.

     etapi saat itu, Bob belum berani melakukannya. Sebab ia juga sedang menikmati ‘kebebasannya’ yang lain, yakni bebas

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    51/322

    40

    dari masuk setiap hari, bebas dari memakai seragam sekolah, danbebas dari mengikuti upacara bendera.

    Dan untuk merayakan kebebasannya itu, ia membuat tato

    kecil yang disembunyikannya di tangan. Sekaligus merayakankebebasannya dengan cara tidak pernah masuk kuliah.

    Namun, bagaimanapun juga, pikiran Bob masih terus dihantuioleh betapa mengerikannya kalau kelak ia lulus. Ia akan tinggaldi hutan, atau tinggal di lepas pantai. ia akan terikat oleh jadwalkerja. Ia merasa bahwa ‘kebebasan’ yang sudah diraihnya saat itu,di mana tidak perlu lagi masuk dari jam tujuh pagi dan tidak

    memakai seragam sekolah, akan segera terenggut kembali begituia selesai kuliah.

     Akhirnya Bob memutuskan untuk mengatakan apa yangdiinginkannya kepada keluarga besar Suteja. Awalnya, keluargabesar itu kecewa dengan pilihan Bob. etapi mereka juga terlalusayang kepada Bob. Mereka akhirnya menijinkan.

    Bob kemudian mendaftar masuk ISI pada taun 1991. Iaditerima. Dan untuk menandai hal itu, sekali lagi, ia menatotubuhnya. Masih tetap di bagian yang bisa disembunyikan.

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    52/322

    Gampang Tertawa,Gampang Menangis

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    53/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    54/322

    43

    K EBANYAKAN orang yang membaca namanya, YustoniVolunteero, maka kebanyakan orang akan terbelah didalam dua kelompok. Kelompok pertama, mungkin akan

    berpikir bahwa ia bukan berasal dari Indonesia. Sedangkankelompok yang lain mungkin berpikir bahwa nama itu, terutamanama belakang ‘Volunteero’ pastilah nama tempelan belaka.

     etapi mereka salah. Nama itu adalah nama asli, dan oni berasaldari Indonesia. Setiap pemberian nama, bisa jadi mempunyairentetan kisah.

     Yusman, bapak oni, adalah lulusan UGM jurusan Administrasi

    Negara, pada tahun 1968. Saat itu, situasi politik Indonesia masihpanas, dengan adanya peristiwa Gerakan 1 Oktober (Gestok).Dan sebagai konsekuensi logis dari peristiwa itu, setiap orang

     yang lulus kuliah, tidak dapat segera mendapatkan pekerjaan,termasuk Yusman. Sebab kala itu pemerintah mengeluarkanKeppres No 80 ahun 1968 yang berlaku surut. Keppres ituberisi semua institusi negara tidak boleh menerima pegawai baru.

    Namun kemudian pemerintah membentuk sebuah badan yangbernama Badan Urusan enaga Kerja Sukarela (BUSI). Badanini dikelola oleh 11 departemen dan 1 lembaga non-departemen.Saat itu, BUSI membuka lowongan bagi pekerja sukarela

     yang akan disebar ke berbagai wilayah di Indonesia, terutamauntuk mensukseskan beberapa program seperti: pembinaanadminsitrasi pemerintahan desa, memberi penyuluhan tentanggizi keluar, mensukseskan program keluarga berencana (KB),

    dan masih banyak yang lain. Pada gelombang pertama, BUSImembuka lowongan untuk 30 orang. Saat itu yang mendaftar113 orang sarjana. Yusman salah satu orang yang lolos seleksiprogram tersebut dan ia ditempatkan di daerah Ungaran, Jawa

     engah.

    Di sana, ia bertugas untuk memberi penyuluhan soal KB.Celakanya, ia belum berkeluarga, sehingga hal seperti itu

    mempengaruhi psikologinya. Dan yang lebih celaka lagi, ditempatnya bertugas saat itu, baik kepala desa maupun camat

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    55/322

    44

    di daerah itu, masing-masing punya anak sebanyak 13 orang.Karena hal itulah, setiap kali Yusman berceramah, ia seringmemelesetkan istilah KB menjadi keluarga besar.

    Setahun berada di sana, suatu hari ia sengaja jalan-jalan kepasar Johar. Saat hendak menyeberang jalan, ia berpapasan denganseorang perempuan yang telah lama dikenalnya. Perempuan itubernama Kartini. Mereka lalu saling berkabar. Kartini adalahtetangganya di Yusman di Salatiga. Sejak kecil, Kartini sudah

     yatim-piatu. Setahu Yusman, Kartini sudah menikah, karenadulu ia tahu kalau Kartini pernah berpacaran dengan salah satu

    kawannya.Sebagai basa-basi, Yusman bertanya, “Sudah punya anak

    berapa?”

    Kartini saat itu langsung menjawab, belum punya. Kemudiania bercerita bahwa pacarannya dengan kawan Yusman telah lamaberakhir karena mantan pacarnya itu bertugas sebagai polisi di

     wilayah Papua.

    Dengan iseng, begitu mendengar hal tersebut, Yusmanmenyeletuk, “Sudah ikut aku saja ke Ungaran. Aku punya gaji2000 rupiah, kok.”

    Basa-basi berakhir. Baik Yusman maupun Kartini pulang ketempat masingmasing.

    Suatu siang, Yusman sedang takziah karena camat Ungaran

    saat itu meninggal dunia. masih di lokasi kuburan, tidak dinyana,seseorang memberikan sepucuk surat kepada Yusman. Surat ituberasal dari Kartini. Di lokasi kuburan itu pula, yusman membukaamplop surat, dan membaca isi surat. Isinya padat dan singkat:

     Apakah Yusman serius dengan ajakannya kepada Kartini tempohari dulu?

     Yusman kelabakan. Pertama, karena memang ia hanya berbasa-

    basi. Kedua, karena ia merasa tidak jatuh cinta dengan Kartini.Dan yang ketiga, kalaupun toh ia menikah, ia tidak yakin dengan

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    56/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    57/322

    46

    Semenjak oni mau masuk K, keluarga Yusman pindahke Yogyakarta. Dan sejak kecil pula, kepala oni selaludipenuhi oleh cerita-cerita heroik menyangkut keluarganya.

     Yusman, konon adalah keturunan orang Aceh yang dikejar-kejarBelanda. Hingga kemudian, salah satu kakeknya yang bernamaSingodimeja, menjadi pendukung utama Pangeran Diponegoro.

    Singodimejo digambarkan sebagai tokoh hero yang miriptokoh Robinhood. Ia merampok orang-orang kaya, terutamadari pihak Belanda dan antek-anteknya, untuk kemudian dibagi-bagikan kepada rakyat miskin.

    Diceritakan pula, Singodimeja ini mempunyai dua ilmupenting, yakni aji panglimunan dan aji ngrogoh suksma . Ilmu yangpertama, bisa membuatnya tidak terlihat secara kasat mata aliasmenghilang, dan ilmu kedua bisa membuat sukmanya keluar dariraganya. Konon, ketika Singadimeja akhirnya tertangkap olehpihak Belanda, ia masih bisa memberi nafkah lahir dan batinkepada kelima istrinya.

    Kisah-kisah keluarga seperti itu, merasuki alam pikiran onikecil. Diam-diam, ia terobsesi dengan hal-hal yang berbaupemberontakan dan pembangkangan.

     etapi oni kecil, dikeluarganya, dikenal sebagai sosok yangpendiam, gampang tertawa sekaligus gampang menangis. Jikaada sesuatu yang lucu sedikit saja, ia akan terpingkal-pingkal.

     etapi jika ada sesuatu yang membuatnya bersedih, misalnya

    melihat seroang pengemis yang lewat di depan rumahnya, iadengan mudah akan menangis.

     oni kecil juga dikenal sebagai seorang anak yang tidak sukaberkelahi. Jika ada anak lain yang mengganggunya, apalagimenanantangnya berkelahi, justru yang maju adalah adikperempuan oni bernama Yusti Damayanti.

    Sejak SD, oni sudah menonjol di dua bidang: menggambar

    dan hasta-karya. Ia pernah menyabet gelar sebagai juara 1 lomba

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    58/322

    47

    melukis tingkat kabupaten. oni merasa, saat itu yang palingberperan di dalam mengembangkan bakat melukisnya adalahguru SD-nya yang bernama Pak Bani.

    Selain menggambar, bakat oni yang paling menonjol adalahberorganisasi. Sejak SD sampai SMA, ia aktif sebagai anggotaPramuka. Sejak SMP sampai SMA, ia aktif pula sebagai pengurusOSIS. Sementara di kampung, ia pernah menjadi ketua pemudakampung, dan pernah menjadi ketua remaja masjid.

    Namun sejak kecil, oni mengidap penyakit asma yang cukupakut. Karena penyakitnya itu pula, ia rajin ikut segala kegiatan

    olahraga, mulai dari masuk klub beladiri sampai klub bulutangkis.Mulai dari ikut grup bola basket sampai ikut kelompok sepakbola.

     etapi di kalangan teman-temannya, terutama di hal olahraga, oni dikenal sebagai anak yang ‘kacau dan ngawur’. Misalnya saja,kalau ia ikut bermain sepakbola, hobinya adalah memasukkanbola di gawang kesebelasannya sendiri.

    ---

    K etika lulus dari SMA, oni mendaftar ikut tes masukUGM dengan mengambil jurusan psikologi dan Sastra

     Jepang. Hasilnya, jeblok. Ia tidak tembus untuk kedua jurusan, yang di dalam ‘strata’ UGM sendiri termasuk jurusandengan banyak pesaing.

    Ia cukup terpukul dengan hal tersebut. Setelah cukup lamaberpikir, akhirnya ia memutuskan untuk masuk ISI. Pikirannyasederhana saja saat itu, ia punya bakat menggambar, dan iapernah beberapa kali menjuarai lomba menggambar. Ia berpikirpunya modal ketrampilan yang memadai untuk masuk ISI.

     Akhirnya ia bicara kepada bapaknya, soal pilihannya itu.Mendengar niat oni untuk masuk ISI, Yusman segera mencecar,“Kamu ngapain masuk ISI? Mau nambah pengangguran saja!”

    Mendengar kalimat bernada keras dari sang bapak, oni hanya

    diam. Lalu bapaknya kembali berkata, memberi contoh beberapatemannya yang masuk ISI dan semua menjadi pengangguran.

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    59/322

    48

     api akhirnya Yusman bertanya, lebih untuk ingin mengetahuiseberapa mantap hati oni, dan seberapa kuat alasan oni untukmasuk ISI, “Kamu mau apa masuk ISI?”

    Pertanyaan itu sebetulnya jenis pertanyaan yang sederhana. etapi karena dari awal oni sudah merasa terdesak, ia hanyadiam. Setelah mengetahui anaknya tidak bisa menjawabpertanyaannya, Yusman mencoba memberi solusi, “Sudah beginisaja, kamu kuliah saja di Akademi Akuntansi YKPN. Nantikalau sudah selesai, kamu bisa meneruskan ke Sekolah inggiEkonomi mana saja yang kamu pilih. Kalau sudah lulus, nanti

    aku yang akan mencarikan kerja buat kamu.”Saat itu, posisi pekerjaan Yusman memang tergolong

    tidak main-main. Ia saat itu menjabat sebagai kepala seksi diDepnaker daerah Yogya, yang tugasnya adalah mengangkat danmenempatkan para pekerja di departemen tersebut.

    Saat itu, oni hanya bisa manut. Ia mengikuti saran bapaknya.

     Akhirnya oni masuk AA YKPN. Di sana, ia mulai kembaliterlibat dalam berbagai kegiatan kampus, terutama di persmahasiswa, dan masuk organisasi HMIMPO. Agak ganjilmemang, sebab saat masih muda, Yusman adalah salah satuaktivis Gerakan Pemuda Marhaen, di mana ketika huru-haraGestok terjadi, organisasi Yusman termasuk yang diincar olehRPKAD.

    Saat mulai kuliah itulah, sifat nyeleneh oni mulai kelihatan.

    Misalnya saja ketika ia masuk HMI-MPO, organisasi tersebutadalah salah satu pecahan HMI yang menolak berasas tunggalPancasila. etapi di dalam sebuah rapat, oni bertanya dengannada tidak bersalah, “Kok di rapat ini tidak ada lambang GarudaPancasila dan bendera Merah Putih?”

    Pertanyaan seperti itu seharusnya mengundang reaksi kerasdari para seniornya. etapi ternyata pertanyaan oni malah

    disambut dengan gelak tawa.

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    60/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    61/322

    50

    suka kuliah di AA YKPN, dan ia mulai sering hidup di jalanan.Suatu saat, ia bertemu dengan salah satu teman seangkatannya di

     AA YKPN yang kebetulan punya pacar anak ISI angkatan 1986.

     Anak ISI itu membuka kursus untuk para calon mahasiswa ISI yang ingin lolos ujian seleksi masuk ISI. Diam-diam, oni ikutkursus itu, tanpa sepengetahuan bapak-ibunya.

    Menjelang pembukaan pendaftaran masuk ISI, barulah oniberani bilan ke orangtuanya untuk mencoba ikut tes masuk ISI.

     Yusman tentu saja kaget, sebab di YKPN, oni sudah memasukitahun kedua. etapi saat itu Yusman tanggap, keinginan sang

    anak sepertinya sudah bulat. Kemudian Yusman mencobamemberi solusi, “Sudah begini saja, rampungkan dulu kuliahmudi AA YKPN, baru kemudian masuk ISI.”

     oni menggelengkan kepala. Ia bilang saat itu, umurnya sudahcukup tua kalau harus menunggu setahun atau dua tahun lagi.

    Kemudian Yusman, mencoba memberi pilihan terakhir, yaknikalau nanti oni diterima masuk ISI, ia harus kuliah dobel, satu

    di AA YKPN dan satu lagi di ISI. Lagilagi oni bersikukuh tidakmau. Alasannya, ia bukan tipe orang yang ‘bercabang’ dan tidakdokus pada satu hal.

    Negosiasi mentok. Percakapan menemui jalan buntu. Yusmantidak merestui anaknya mencoba ikut tes masuk ISI.

    Mendengar hal itu, oni langsung keluar rumah. Ia minggat.Selama seminggu lebih, oni tidak pulang ke rumah. Ia hidup dari

    satu kawan ke kawan yang lain. hingga akhirnya ia mendengardari kawan dekatnya, kalau Kartini mencari-cari oni sambilmenangis. Mendengar hal itu, oni langsung pulang.

    Sesampai di rumah, oni menemui ibunya, dan ia pun ikutmenangis. Ia merasa bersalah kepada ibu yang sangat disayanginya.

    Sementara Yusman hanya diam saja. Saat itu, ia hanya meminta

     oni mandi, lalu tidur. “Besok kita bicarakan masalahmu.” kata Yusman.

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    62/322

    51

    Keesokan harinya, tanpa banyak perdebatan, Yusman bilangkalau ia memperbolehkan oni untuk mencoba ikut tes masukISI di tahun 1991 itu. Selang beberapa hari kemudian, oni

    mendaftarkan diri.Di saat pengumuman tiba, oni diberitahu oleh kawannya

    kalau namanya tercantum sebagai salah satu anak yang diterimadi ISI. oni segera membeli koran, dan memang menemukannamanya di sana. Ia berteriak kegirangan. Sepanjang jalan iaberjingkrak-jingkrak. Sesampai di rumah, ia memberitahu keduaorangtuanya tentang keberhasilannya saat itu.

    Pada saat itulah, untuk kali pertama, oni melihat sepasangmata bapaknya berkaca-kaca…

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    63/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    64/322

    Mozaik Eksterior 

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    65/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    66/322

    55

    PERANG dingin antara Amerika Serikat versus UniSovyet, menyebar di mana-mana. Sekalipun disebut‘Perang Dingin’ namun sesungguhnya yang terjadi adalah

    perang yang senyatanya. Hanya saja, peperangan kedua negaraadi daya itu memercik di negaranegara yang mereka perebutkan.Salah satunya, Indonesia.

    Kekuatan kiri di Indonesia, di bawah kendali seorang militan yang keras kepala bernama D.N. Aidit, dan juga di bawah besutanseorang intelektual muda kiri yang flamboyan dan berjiwa senibernama Nyoto, setelah mengambil alih pimpinan PKI dari

    para orangtua, dengan segera mereka berhasil membangunpartai dengan sangat gemilang. Bayangkan saja, pada tahun1927, sebagian besar para aktivis partai radikal ini dibuang keDigoel. Pada tahun 1948, ketika partai ini mulai berkembang lagidi bawah pimpinan Muso, kembali disikat, nyaris sampai ratadengan tanah. Namun saat partai dibawah kendali duo Aidit-Nyoto, di tahun 1959, pada saat pemilu pertama kali berlangsung,PKI berhasil menduduki peringkat empat, dan mengklaim

    memiliki 10 juta kader partai.

    Saat itu, kekuasaan politik di Indonesia hanya bisa dipetakanmenjadi tiga kekuatan besar: Soekarno, entara (dalam halini terutama adalah Angkatan Darat alumni Peta), serta PKI.Pertentangan ketiga golongan ini masih belum sampai padataraf permukaan, karena maing-masing pihak masih berhitung.Soekarno, bagaimanapun juga, masih seseorang yang mempunyai

    pengikut besar dengan slogan: Pejah-gesang, Ndherek BungKarno!   (Hidup-mati ikut Soekarno). Selain itu, bagaimanapun

     juga, dia masih sebagai ikon pimpinan PNI, sekalipun saat itu,sepak-terjang PNI mulai meredup. Sementara itu, si pihaktentara, terutama Angkatan Darat (AD), yang sejak awalsudah mempunyai nilai tawar yang tinggi terhadap kekuatanSoekarno juga berhasil mengkonsolidasikan kekuatan mereka,dan terutama mulai masuk ke dalam sektor masyarakat sipil yanglain, termasuk para teknokrat yang kelak dijuluki Mafia Barkeley,

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    67/322

    56

     juga di lini budaya yang kelak melahirkan para deklaratorManifes Kebudayaan, dan yang lebih penting lagi, masuk kesektor mahasiswa, yang kelak membentuk organ Kesatuan Aksi

    Mahasiswa Indonesia (KAMI).Di medan kebudayaan, mulai terjadi polemik yang

    berkepanjangan antara Lembaga kabudayaan Rakyat (Lekra) versus para deklarator Manifes Kebudayaan (Lekra kemudianmembuat akronim musuh mereka itu dengan sebutan ‘Manikebu’).Sampai sekarang, dalam dunia sejarah sosial Indonesia, masihmenjadi perdebatan, apakah sebetulnya Lekra itu merupakan

    underbuow PKI, atau sebuah lembaga kebudayaan independen yang kebetulan mempunyai kesamaan visi dengan PKI. Polemikantara Lekra versus Manikebu itu sendiri sebetulnya merupakanpolemik yang cukup ‘bermutu’, ikut memperkaya polemiksebelumya antara Sutan akdir Alisyahbana versus Sanusi Pane.

    Sementara itu, di dunia seni rupa itu sendiri, sebuah petaperkembangan juga terus bergerak. Pada tahun 1937, salah satupelukis ternama Indonesia saat itu membentuk Persatuan AhliGambar Indonesia (Persagi), di Jakarta. Pembentukan organisasiiu sendiri lebih dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mendobrakkejumudan dunia seni rupa Indonesia yang dikungkungoleh dominasi Belanda. Mereka, para paktivis Persagi inginmemperlihatkan kepada dunia bahwa para pelukis Indonesia ituada, dengan seluruh hal yang khas.

    Pada tahun 1945, di bawah kekuasaan Jepang, seiring dengansemakin kooperatifnya para pimpinan politik Indonesia terhadappenguasa Jepang, terutama Soekarno yang kemudian terlibatdi dalam pendirian Poesat enaga Rakjat (POERA), makadibentuklah Keimin Bunka Shidoso, semacam pusat kebudayaan.Hal ini paralel dengan kebijakan Jepang sendiri dalam bidang

     yang lain, misalnya menghapus dan melarang seluruh istilah yangmemakai bahasa Belanda.

    Di masa itulah, para pelukis yang sudah termasuk senior

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    68/322

    57

    seperti Sudjojono, Agus Djaja dan Affandi, bertemu danbergumul dengan pelukis-pelukis yang masih muda sepertiBasuki Resobowo, Hendra, rubus, dan masih banyak yang

    lain. Pergumulan dan pergaulan itu bukan hanya semataseperti transformasi ketrampilan melukis, namun juga terjaditransformasi ideologi.

    Ketika kemudian Jepang hengkang dari Indonesia, danBelanda bersama sekutunya mulai merangsek masuk lagi dalamteritori Indonesia, terjadilah eksodus besar-besaran dari Jakartake Yogyakarta. Ibukota negara yang semula berada di Jakarta,

    dipindah ke Yogyakarta. Selain para politikus Indonesia yangmengikuti hijrah massal ini, tak ketinggalan para pelukis punmelakukan perjalanan yang sama, menuju Yogya. Dari peristiwainilah, Yogya mulai menjadi tempat baru bagi pertumbuhandunia seni rupa di Indonesia.

    Pada tahun 1947, Sudjojono kembali menunjukkan sisilain kesenimanannya, yakni kemampuan untuk berorganisasi.Ia membentu sebuah lembaga bernama Seniman IndonesiaMuda (SIM). Affandi dan teman-temannya, termasuk BasukiResobowo kembali bergabung dengan lembaga bikinan Sudjojonotersebut. etapi fase itu hanya berlangsung sesaat. Karena terjadiperbedaan pendapat, Hendra dan Affandi keluar dari SIM ditahun yang sama, lalu ia membuat lembaga baru bernama PelukisRakyat. Beberapa seniman muda ikut bergabung di lembaga barutersebut, misalnya rubus. Pelukis Rakyat lambat laun mulai

    terlihat kedekatan ideologis antara Pelukis Rakyat dengan PKI.Karena hal itu, beberapa pelukis pergi dari lembaga tersebut, diantaranya adalah Affandi.

    Di antara sekian banyak lembaga seni rupa saat itu, hampirsemuanya lesu, kecuali Pelukis Rakyat. Maklumlah, di saat itu,PKI pun mulai mencengkeramkan kekuatannya di ranah politik.

     idak heran, Pelukis Rakyat kemudian mempunyai hubungan

     yang cukup dekat dengan Lekra.

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    69/322

    58

    Gambaran di atas adalah gambaran sederhana tentangperkembangan seni rupa di Indonesia, namun di luar lembagaformal (baca: sekolah). Di lembaga pendidikan formal sendiri,

    terjadi perkembangan yang patut dicatat. Di Bandung, misalnya,pada tahun 1947, berdiri Universitaire Leergang tot Opleiding voorekenleraren (Balai Perguruan inggi Guru Gambar). Lembagatersebut didirikan dan dikelola oleh orang-orang Belanda. Kelak,lembaga pendidikan seni formal itu kemudian tergabung didalam Insitut eknologi Bandung, dengan sebuah departemen

     yang diberi nama Departemen Seni Rupa.

    Sementara itu, lembaga pendidikan seni formal juga berdiridi Yogya pada tahun 1950, dengan nama Akademi Seni RupaIndonesia (ASRI). Kelak, di tahun 1968, lembaga ini berubahnama menjadi Sekolah inggi Seni Rupa ASRI.

    ---

    P

    ada tahun 1965, meletuslah sebuah tragedi kemanusiaan. ragedi ini kelak mempunyai dua nama, yang disebutdengan cara yang berbeda oleh dua kubu yang

    bertentangan. Kubu pertama, adalah kubu di bawah kendali ADdengan pimpinan Soeharto. Kubu ini memberi nama gerakantersebut dengan sebutan G-30-S/PKI, yang definisinya kuranglebih adalah Gerakan 30 September yang didalangi oleh PKI.Sementara kubu lain yang merasa menjadi korban, terutamaPKI, memberi nama peristiwa itu dengan nama Gerakan SatuOktober (Gestok).

     Ada banyak versi tentang gerakan yang menyebabkan tewasnya6 orang Jenderal dan seorang prajurit ajudan. Versi pertama, yangkemudian memenangi laga wacana, PKI dituduh terlibat dalamperistiwa tersebut. Alasannya jelas, PKI ingin segera mengambilalih kekuasaan di Indonesia, sebab dukungan utama mereka saatitu yakni Soekarno, sedang sakit keras dan diperkirakan akanmeninggal dunia. Sedangkan versi kedua menyebutkan bahwaperistiwa itu sebetulnya hanyalah konflik internal di antarakalangan AD, terutama antara para perwira muda dan para

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    70/322

    59

     jenderal. Para perwira muda merasa tidak puas dengan tingkahlaku para pimpinan mereka yang gemar berfoya-foya, sertamulai tidak patuh terhadap Soekarno. Sementara itu, ada versi

    ketiga yang berargumen bahwa dalam di balik kejadian tragis itudilakukan oleh Central Intelligence of Amerika (CIA), denganalasan bahwa Amerika terlalu mengkhawatirkan kedekatanIndonesia, terutama Soekarno dan PKI yang semakin merapatke Moskow dan Beijing. Sebetulnya masih ada sekian versilagi tentang peristiwa ini, seiring dengan semakin banyaknyapenelitian menyangkut peristiwa yang sampai sekarang masihdianggap sebagai ‘peristiwa gelap’.

    Namun yang jelas, imbas dari pristiwa inilah yangsesungguhnya penting, dan menjadi tonggak baru dalamkehidupan sosial-politik-ekonomi di Indonesia. Kemenangan

     versi pertama, dengan seluruh instrumen politik dan budaya yangdikerahkan untuk mendukung versi tersebut, setidaknya telahmengakibatkan jatuhnya banyak korban yang tidak berdosa. Adabanyak sekali penelitian yang mencoba memperkirakan berapa

    banyak jatuh korban, terutama yang dianggap sebagai orangkomunis, bahkan juga dianggap sebagai Soekarnois. Angka yangpaling rendah tentang jatuhnya korban adalah 150.000 orang,dan angkat tertinggi yang pernah diteliti, korban tragedi inimenjapai 1.000.000 orang.

    Proses pembantaian, pembuian, dan pembuangan orang-orang yang tertuduh berdosa itu pun berlangsung dalam kurun waktu

     yang cukup lama, antara tahun 1966 sampai tahun 1969. Bahkanada yang pada tahun 1972 masih ditangkap oleh aparat, karenadituduh terlibat peristiwa tersebut.

    Seperti dijelaskan di atas, AD tidak sendirian bermainmemenangi laga politik itu. Di depan mereka, ada KAMI yangsampai tahun 1970 masih terus berusaha menghabisi kekuatankiri yang tersisa, yang kemudian melebar ke menghabisi apa

     yang kelak disebut sebagai ‘kekuatan Orde lama’. Di gardadepan itu pula, terutama yang kemudian ikut membersihkan

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    71/322

    60

    orang-orang yang dianggap berideologi kiri, tentara ‘meminjam’tangan kelompok Islam dengan Bansernya. Sementara itu, dibelakang para tentara, sebuah kekuatan sedang digodok, yakni

    para teknokrat yang kelak akan banyak mendesain keputusanekonomi Orde Baru (demikian kelompok ini menamakan dirimereka untuk membedakan diri dengan kelompok lama yangdicap ‘Orde Lama’), dan para budayawan serta seniman yangtergabung dalam kelompok Manifes Kebudayaan, yang kelakakan mendesain jalannya kebudayaan di Indonesia.

     etapi rupanya, kelompok ini pun tidak monolitik. Dari pihak

    kami, sudah mulai muncul protes, terutama disuarakan olehtokoh muda yang kelak juga meninggal dunia dalam usia yangsangat muda: Soe Hok Gie. okoh muda ini mulai menyorotipembantaian manusia yang dilakukan oleh kekuatan Orde Baru,terutama yang dilakukan di Bali.

    Pada tahun 1970, tampaknya kubu KAMI mulai terbelah.Sebagian besar, mulai terserap ke dalam parlemen, birokrasi,dan sebagian lagi menjadi pengusaha yang kelak juga menopangperekonomian Orde Baru. etapi sebagian kecil yang lain,mencoba menghindar dari ‘jebakan kemewahan’ itu, lalu balikmelakukan kritik tajam terhadap Orde Baru. Di antara paramahasiswa yang mulai mengkritik Orde Baru adalah ArifBudiman dan Syahrir. Kedua orang itu juga merupakan corongbagi mahasiswa yang merasa masih punya kewajiban moral untukmengkritisi sebuah orde yang semula mereka dukung. Arief

    Budiman pula yang kemudian menjadi pelopor gerakan Golputketika pemilu tahun 1971 sedang dipersiapkan, dan ia pula yangmenjadi pelopor memprotes kebijakan dibuatnya aman MiniIndonesia Indah (MII), yang sejak semula sudah bisa dilihatsebagai proyek buang-buang duit dan sarat akan korupsi.

    Gerakan Mahasiswa (GM) kembali menguat untukmenentang Orde Baru, ketika memasuki tahun 1973. Di saat

    itu, mulai terlihat bagaimana fondasi ekonomi berdikari yangselalu digembar-gemborkan Soekarno, digantikan dengan

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    72/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    73/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    74/322

    Mozaik Interior 

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    75/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    76/322

    65

    SEMENARA di awal tahun 1974, dunia politik digegerkandengan meletusnya Malari, menjelang tutup tahun itu, terjadisebuah persitiwa seni rupa yang menggegerkan: Desember

    Hitam. Memang belum ada yang berani menyimpulkan denganpasti relasi antara kedua peristiwa yang cukup berdekatan dalamkonteks waktu tersebut, tetapi dalam sejarah gerakan apapun,sebuah atmosfir politik senantiasa memberi asupan energi diberbagai bidang kreatif.

    Menurut Bonyong, setahun sebelum terjadinya peistiwaDesember Hitam, ia dan beberapa temannya seperti FX Harsono,

    Hardi dan Nanik Mirna, menggelar sebuah pameran yang ia sebutsebagai ‘pameran main-main’. Konsepnya saat itu, mereka inginmenentang paham universalisme yang dianut oleh salah satudosen mereka. Bentukbentuk seperti bulatan, segitiga maupungaris, dianggap bukan seni. Mereka lalu mengeksplorasi hal-hal yang dianggap tidak seni itu. ernyata saat pameran digelar,datanglah Sanento Yuliman, yang saat itu sudah mulai dikenalsebagai seorang kritikus senirupa yang ulung. Sanento mendekati

    Bonyong, lalu ia bertanya, apakah Bonyong sadar bahwa apa yangtelah Bonyong lakukan bersama teman-temannya itu merupakanhal yang luar biasa. itulah yang disebut sebagai anti-lirisme.Bonyong saat itu mengaku terbengong-bengong dan bilang,“Enggak tahu aku, Mas…”

    Hasil kunjungan Sanento di pameran itu kemudian ditulisdi media massa. Lalu dari sana mulai muncul polemik, ada

     yang pro dan tentu saja ada yang kontra. Wacana tersebut terusmenggema, di Bandung disuarakan oleh Sanento, sementara di

     Yogya disuarakan oleh Sudarmadji.

    Setahun kemudian, tepatnya pada bulan Desember, Bonyongdan keempat rekannya dari Yogya, diundang ke Jakarta. Merekadiundang dalam rangka menghadiri sebuah lomba seni lukis.Saat itu yang terpilih sebagai juara antara lain: Aming Prayitno,

     AD Pirous, Irsam, dan yang menyabet karya terbaik adalah Abas Alibasyah.

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    77/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    78/322

    67

    satu dosennya. Mendengar hal itu, Bonyong dan Hardi, yang saatitu berbarengan mendaftar ulang, bertanya, “Ada masalah apa,Pak?”

    Sang dosen mempermasalahkan mereka yang terlibat dalamaksi Desember Hitam tersebut. Bonyong dan Hardi tidak terima,“Itu kan tidak ada hubungannya dengan kuliah, Pak?”

    Si dosen tetap bergeming. Bonyong dan Hardi gagal melakukanproses daftar ulang hari itu juga. tidak lama kemudian munculkeputusan dari pihak kampus bahwa kelima mahasiswa yang ikutmenandatangi Desember Hitam mendapat sanksi akademik.

    Berita segera menyebar ke mana-mana. Protes dilakukan olehpara mahasiswa. Beberapa dosen bahkan menyatakan diri keluardari SSRI-ASRI karena merasa pihak kampus telah melakukankesalahan yang telak. Di antara mereka yang keluar adalahSudarmadji, Darmanto Jatman. Sudarmadji akhirnya mengajardi Institut Kesenian Jakarta (IKJ), kemudian pergi ke Belanda.Sementara Darmanto Jatman akhirnya mengajar di Universitas

    Diponegoro (Undip) Semarang. Ada hal yang agak ganjil, memang. Sebab di Bandung, para

    penandatangan dan mereka yang terlibat aksi Desember Hitam, justru mendapatkan pujian dari civitas akademika. Berkebalikandengan apa yang terjadi di Yogya.

    Bagi Bonyong sendiri, peristiwa itu membuatnya kesal sekali,apalagi sebetulnya dia tinggal menyelesaikan tugas akhir. Sebelum

    berangkat ke Jakarta, ia sempat menemui beberapa dosen yangakan mengujinya. Saat itu Bonyong sempat berkata dengan nadaoptimistis, “Selamat bertemu di arena ujian, Pak!”

     Alih-alih bertemu di arena ujian, dari sejak mendaftar ulangsaja, ia sudah kena cekal. Berkali-kali Bonyong menemui beberapadosennya, termasuk Fajar Sidik. Fajar kemudian memintaagar Bonyong bersedia meminta maaf. Saat itu juga, Bonyong

    meminta maaf dalam konteks anak muda yang bersalah kepada

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    79/322

    68

    orang yang lebih tua. etapi Fajar Sidik meminta syarat yanglain, yaitu Bonyong harus pernyataan yang pernah dibuatnya didepan publik. Untuk kali itu, Bonyong menolak keras. Kembali,

    Bonyong menemui jalan buntu untuk bisa meneruskan kuliahnya yang tinggal setapak lagi.

     etapi kelak di kemudian hari, setelah hampir 10 tahun ia kenasanksi akademik, ia dicari dan ditemui oleh Fajar Sidik, salahsatu dosen yang ikut memberi sanksi akademik. Fajar kemudianmeminta agar Bonyong melakukan ujian untuk tugas akhirnya.

     Akhirnya Bonyong lulus pada tahun 1983.

    ---

    Sanksi akademik yang diterima oleh Bonyong dan teman-temanya, tidak membuat Bonyong surut untuk terusbergerak di dunia senirupa. Mereka sering mengadakan

    pertemuan dengan perupa-perupa dari kota lain yang mempunyaigagasan yang sama, terutama dengan kelompok Jim Supangkatdi Bandung.

    Pertemuan dan komunikasi yang intens itu kemudianmengerucut dan menggelindingkan sebuah gerakan senirupa

     yang masuk dalam catatan sejarah: Gerakan Seni Rupa Baru(GSRB). Mereka pun menggelar sebuah pameran bersama di

     IM.

    Pameran tersebut pun menuai pro-konra, apalagi dengandilansirnya semacam manifesto yang diberi judul: Lima JurusGebrakan Gerakan Seni Rupa Baru. Gagasan GSRB tentusaja lebih mengkristal di banding dengan peristiwa DesemberHitam. Jika diambil saripati gerakan tersebut kira-kira isinyaadalah menolah paham lama mengenai senirupa, menolakspesialisasi di dalam senirupa, membuka seluas mungkinkemungkinankemungkinan di dalam berkarya, mengembangkansendiri sejarah senirupa versi Indonesia yang dilakukan oleh parapemikir Indonesia, serta mengharapkan senirupa lebih berguna

    bagi masyarakat luas. GSRB masih sempat pula melakukanpameran kedua sekaligus pameran yang terakhir pada tahun

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    80/322

    69

    1977.

    Sementara di tingkat lokal Yogya, Bonyong dan teman-temannya, membuat gebrakan tingkat lokal dengan label

    Kepribadian Apa (Pipa). Namun yang menjadi motor penggerakPipa adalah perupa-perupa yang lebih yunior seperti HarisPurnama, Gendut Riyanto (alm), ulus Warsito, Mulyono danmasih banyak lagi. Pipa sempat melakukan du akali pameranbersama, yang pertama pada tahun 1977 dan yang terakhir padatahun 1979. Gerakan ini jelas terinspirasi dari GSRB, dan olehkarena itu, intisari pemikiran mereka pun tidak jauh dari intisari

    pemikiran GSRB.Begitu dekade 70an berakhir, sebagaimana lanskap sosial

    politik yang telah samasama kita ketahui, kampus kembali sunyi. etapi setiap kesunyian, sesungguhnya menyimpan potensibunyi, kalau tidak dikatakan sebagai suatu jenis bunyi.

    ---

     Y ogyakarta adalah magnet bagi banyak orang yang terobsesidengan dunia kreatif dan intelektual. Sebutan ‘KotaPalajar’ bukanlah sembarang sebutan yang dititahlan dari

    langit. Sebutan itu termanifestasi dalam kehidupan dan geliatkota tersebut.

    Semenjak tahun 1950an, kota itu sudah mengundang parapemuda yang haus akan ilmu pengetahuan dan pergaulanintelektual. Mereka menyerbu Yogya seperti laron-laron yangmelihat cahaya lampu. etapi puncak kehidupan yang dinamiskota tersebut sebetulnya terjadi di era 1970an.

    Di saat itulah, Malioboro menjadi pusat perhatian dengandikomandani oleh seorang Presiden Penyair Malioboro: UmbuLandu Paranggi. Dari sentuhan tangannya, dan dari interaksinyabersama anak-anak muda zaman itu, lahirnlah tokoh-tokohbeken dalam dunia sastra dan budaya, seperti Linus Suryadi AG,Emha Ainun Nadjib, Ashadie Siregar, Suminto A Sayuti, FarukH, Simon Hate, Halim HD dan masih banyak lagi.

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    81/322

    70

     idak jauh dari tempat tongkrongan para kaum inteletual yang ngangsu kaweruh bersama di pinggiran Malioboro itu,terdapat sebuah gedung yang monumental bagi perkembangan

    senirupa saat itu yakni Gedung Senisono. Di gedung itulah, paraperupa dari SSRI-ASRI sering mengadakan pameran. Selainberpusat di gedung tersbut, para perupa juga aktif melakukankegiatan mereka di kampus, di daerah Gampingan, yang kuranglebih hanya berjarak 2 kilometer dari gedung Senisono.

    Hubungan antara kaum inteletual-sastrawan-perupa saat itusangat dinamis. Setiap proses kreativitas selalu butuh lawan dan

    kawan. Mereka berproses serupa filosofi mencari ilmu orang Jawa dalam prosesi menumbuk padi. Kulit padi yang mengelupasbukan hanya karena ditekan oleh alu dan lumpang, melainkantergesek oleh sesama padi saat alu menumbuk lumpang.

     etapi poros imajiner antara Malioboro-Senisono-Gampingan, juga terkena hukum waktu. Ada saatnya bermula,dan ada saat pula untuk berakhir. Hal itu terjadi karena masing-masing orang yang terlibat di sana mulai bergelut suntuk dengandinamika sosial dan fokus kerja masing-masing, dan yang tidakkalah pentingnya, dipicu oleh hengkangnya Sang Presiden UmbuLandu Paranggi yang kemudian memilih pergi ke Pulau Bali.

    Mungkin hanya kebetulan, tapi mungkin juga tidak, redupdan pudarnya pesona Malioboro itu terjadi juga di akhir tahun1970an.

    ---

    Harry Wahyu, yang oleh teman-temannya lebih seringdipanggil dengan nama Ong, masuk SSRI-ASRItahun 1980. Ia masuk jurusan grafik. Jurusan yang

    keliru dipilihnya, sebab sebetulnya yang ia maksud adalah masuk jurusan desain komunikasi visual. “Sudah terlanjur masuk, malaskalau mau mengulang lagi,” ucapnya, mengenang kekeliruannyamemilih jurusan.

    Bersama Ong, di dalam satu angkatan itu, namun beda jurusan

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    82/322

    71

     yakni jurusan seni lukis, ada setidaknya tiga nama yang kemudiantenar sebagai pelukis: Heri Dono, Eddie Hara dan DadangChristanto. “Memang dari dulu, ketiga orang itu sudah terlihat

    mencorong di antara sekian banyak teman-teman mereka,” begitupengakuan Ong.

    Di tahun 1980an itu, apa yang sebelumnya terjadi di dalambatupal (milestone ) dunia senirupa seperti GSRB dan Pipa sudahpula pudar. Masih menurut Ong, kehidupan di kampus memangpenuh kreativitas, tetapi lebih kepada soal ngedan, sebuah istilahuntuk menunjuk pada eksplorasi gila menyangkut perilaku dan

    eksplorasi karya.Ong masih bisa mengingat dengan baik, bagaimana Eddie

    Hara melakukan seni peristiwa ( performance art ), dengankekasihnya yang berasal dari luar negeri. “ugasku saat itu bagianmotret.” kata Ong.

    Ong juga masih bisa mengingat seni peristiwa yang lain, yangterekam kuat di dalam ingatannya, yakni ketika Haris Purnama

    menggelar seni peristiwa bertajuk: Karnaval Proyek Luka. Saatitu, Haris keliling kota Yogya dengan naik sepeda angin yangseluruh bagian sepeda itu dibalut perban.

    Di tahun-tahun itu, pengertian soal lukisan masih konvensional, yang disebut lukisan ya hanya yang berupa cat minyak di ataskertas. Sketsa dan medium selain kanvas, tidak dianggap sebagailukisan. Pada saat itu pula, tempat pameran masih sangat terbatas,

    setidaknya saat itu hanya ada tiga tempat: Senisono, BentaraBudaya dan Karta Pustaka. Setiap perupa yang pameran di saatitu, berarti ia siap rugi, sebab lukisan saat itu tidak laku, kecualibeberapa seniman saja, misalnya Ivan Sagito.

    Perupa yang ingin mencari uang sendiri, tidak mengandalkankiriman orangtua, biasanya terlibat ikut membuat iklan, darimulai membuat spanduk sampai poster. Ada juga yang mengisi

    ilustrasi di berbagai koran. Dan yang dianggap proyek besar saatitu adalah ketika ada perupa yang diminta oleh pihak Gramedia

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    83/322

    72

    untuk menggambar ulang sampul buku di atas triplek besar,untuk acara tertentu, seperti peluncuran buku atau sekadarpromosi biasa.

    Saat itu, di kampusnya, sama sekali tidak ada kegiatan yangberbau politik. Dan paralel dengan hal itu, booming   minyakmembuat Indonesia makmur secara ekonomi, sekalipunsesungguhnya hanyalah gelembung ekonomi (bulb economic),banyak orang kaya baru dan banyak bank yang didirikan.

    Soal absennya kegiatan politik di kampus juga dibenarkan olehDwi Maryanto, yang pada tahun 1984 sudah mulai mengajar di

    kampus SSRI-ASRI yang saat itu telah berubah nama menjadiInstitus Seni Indonesia (ISI). Saat itu jika ada yang mencobangomong politik, selalu dibilang kawannya yang lain, “Sudahlahsoal politik dan ekonomi sudah ada anak-anak UGM yang lebih

     jago.”

    Maka kemudian yang lebih banyak terjadi adalah eksplorasimedia dan pencarian bentuk lukisan. Misalnya saja Dwi

    Maryanto mencontohkan, saat itu yang sedang populer adalahkarya seni lukis yang surealistik. Salah satu pelukis yang diingatbegitu dahsyat melakukan eksekusi gagrak (genre) itu adalahLucia Hartini. Lucia pernah melukis baskom yang terbalik ditengah laut. Kemudian Lucia juga pernah melukis seekor burungbangau yang tersangkut di alang-alang.

    Baik Ong maupun Dwi Maryanto mengakui, saat itu, dan

    kemungkinan besar juga sampai beberapa tahun selanjutnya, adasemacam strata antara anak seni lukis dibanding jurusan-jurusan

     yang lain. Ong mengaku, saat itu, “Orang lukis itu nomor satu.”

    Sementara Dwi Maryanto mengatakan, justru karena halitulah, orang seperti dirinya lalu mencari berbagai peluang,seperti kemudian menjadi penulis dan kurator. “Makanya sampaisekarang banyak anak grafik yang menjadi kurator atau penulis,”

    kata Dwi Maryanto menandaskan.

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    84/322

    73

    “Zaman itu di kampus, isinya ngedan, mabuk-mabukan,dagelan dan hura-hura.” ungkap Ong, ketika ditanya apakah saatitu kehidupan politik masuk di ISI. Pernah katanya, ia dan teman-

    teman satu angkatannya, termasuk Eddie Hara, membuat wayangdari karton. okoh-tokoh di dalam wayang itu adalah para temandan dosen mereka. Ceritanya seronok dan lucu, berkisah tentangkehidupan keseharian kampus, dalangnya anak Diskomvis, danmusik pengiringnya adalah grup musik keroncong.

    Bagi Ong, kampusnya adalah sebuah tempat yang memberilimpahan energi kreatif yang luar biasa. Ia menggambarkan

    kampusnya seperti hal ini, “Seperti sanggar tapi besar sekali.Hanya bedanya, ada yang disebut guru dan ada yang memberinilai. etapi nilai pelajaran tidak penting-penting amat, yangpenting terus bisa berkreasi.”

    ---

    D

    i Kampus ISI Gampingan, semenjak lembaga tersebutmasih bernama SSRI-ASRI, tempat itu merupakantempat favorit anak-anak kampung sekitar. Selain

    tempatnya teduh, dulu selain ada pohon beringin besar yangsampai sekarang masih ada, juga terdapat banyak pohon kemiri.Di tempat itu juga, dulu ada banyak sisa-sisa cat, yang bolehdigunakan oleh anak-anak untuk mengecat apa saja, mengecattembok sampai mengecat batu.

    Salah satu anak yang selalu bermain di ISI adalah Gandung. etapi Gandung adalah nama  paraban, nama julukan. Naman

    aslinya Wahyudiyono. Ia kelahiran 1969.Gandung tidak lulus SD. Sejak kecil, orangtuanya cerai. Dan

    sejak kecil pula, ia sudah terbiasa mencari uang sendiri. Ia bahkanmulai mengayuh becak semenjak usia 11 tahun, dan karena belumbisa mengayuh dari sadel, terpaksa ia lakukan dari spatbor rodabagian belakang.

    Karena sejak kecil selalu berada di kompleks ISI, ia mengenalhampir semua orang yang pernah kuliah di sana, terutama para

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    85/322

    74

    mahasiswa yang aktif. Sebutlah siapa saja, pasti dia akan tahu.

    Gandung mengaku kalau dirinya nakal. etapi ia mempunyaialasan khusus untuk itu, “Bagaimana tidak nakal, saya itu sejak

    kecil kalau tidur, melihat simbok saya main judi. Suatu saat ketikasaya sudah besar dan sudah bisa mencari uang sendiri, kebetulansaya juga suka judi, simbok saya mengingatkan agar saya tidakberjudi. etapi saya balikkan kata-katanya, kalau dulu dia punsuka berjudi bahkan di depan anak sendiri.”

    Selain suka berjudi, Gandung juga dikenal sebagai peminumberat. “Saya selalu nyanding vodka atau sejenisnya. Kalau bangun

    tidur tidak minum alkohol, rasanya badan ini kurang bergairah.”Dulu, tempat mangkal Gandung dengan becaknya berada di

    perempatan Wirobrajan, hanya spelemparan batu dari kampusISI. Selebihnya, ia nongkrong di ISI, ikut mabuk bareng denganpara mahasiswa.

    Dia tahu betul siapa saja dan dari angkatan berapa saja yangsangat ngedan di ISI. “Bahkan ada yang edan betulan, namanyaMarganus. Kalau tidak angkatan ’78 ya angkatan ’79. Saya masihsering ketemu dia di jalanan. Karena saya diweling Pak Ong agarmemperhatikan orang itu, ya setiap ketemu masih sering sayaberi rokok.”

    Ia juga tahu betul siapa saja mahasiswa yang sudah berhasil danmasih teringat sama dia, dan yang sudah melupakannya. “KalauMas Heri Dono dan Eddie Hara itu baik sekali. Kalau datang ke

    kampus, pasti nyari saya, dan sering diberi uang. etapi andalansaya jika kepepet dan tidak punya uang ya datang ke Pak Ong.”

    Gandung bertubuh tambun, tetapi tampak kuat. Beberapabagian giginya hancur. Beginilah pengakuannya, “Saya ini brjiwaseniman. Saya pernah enam tahun jadi anggota grup musikdangdut, bagian saya memainkan kendang dan ketipung. Kalausoal gigi, itu gara-gara waktu kecil saya sering ikut grup jathilan.

    Kalau pas ndadi  (trance ), saya makan beling dan mbrakoti sabut

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    86/322

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    87/322

    76

     yang tentu saja jarang dikunjungi Pak Gandung.---

     Arahmaiani memang baru berdomisili di Yogya pada

    tahun 2001. etapi Yogya, bukanlah kota asing baginya,terutama karena ia menjalin hubungan yang erat denganbanyak seniman dai Yogya, semenjak awal tahun 1980an.

    Ia masuk kuliah di Departemen Seni Rupa IB pada tahun1979. Sesungguhnya, di saat itu, ia juga diterima masuk SSRI-

     ASRI. etapi karena pertimbangan bahwa orangtuanya tinggaldi Bandung, maka ia memutuskan untuk kuliah di IB.

    Saat ia masuk di IB, gema GSRB sudah tidak terdengarlagi di kampusnya. etapi IB, sebagaimana dua kampus lain

     yakni UI dan UGM, selalu tidak pernah putus melahirkangenerasi-generasi penentang Orde Baru. Di sanalah, Arahmaianimencemplungkan diri, di gerakan politik. Hal itu dilakukanbukan tanpa latar belakang, saat ia masih duduk di bangku SMApun ia pernah ditahan karena sudah terlibat aktivitas politik,terutama menentang agenda pemilu 1977.

     Arahmaiani agak menyangsikan kalau SSRI-ASRI relatifbersih dari kegiatan politik. Baginya, apa yang dulu dilakukanoleh Eddie Hara dan kawan-kawannya, cukup politis. “Hanyasaja kan waktu itu Orde Baru sedang kuat-kuatnya, sehinggasetiap kegiatan politik harus dibungkus dengan rapi.”

    IB dan ISI, masing-masing tempat itu mempunyai stereotip

    sendiri-sendiri. Menurut Arahmaiani, seni rupa IB serigdisteretipkan sebagai laboratorium Barat. Sedangkan SSRI-

     ASRI sering distereotipkan dengan hal-hal yang berbaukerakyatan.

    Pendapat tersebut didukung oleh Ong, walaupun denganpenekanan yang agak berbeda. Menurutnya, anak-anak senirupaIB unsur modernismenya kuat, termasuk dealam hal gagraknya

    seperti kubisme dan abstrak. Sedangkan di SSRI-ISI dikenalsebagai kampus yang bersetia dengan lukisan gagrak realis.

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    88/322

    77

     Arahmaiani sendiri mengaku sebetulnya merasa lebih cocokdengan orang-orang Yogya. Praktik-praktik berkesenian di Yogyamenurutnya lebih bisa dimengertinya daripada praktik-praktik

    kesenian di Bandung. “Mungkin karena di Bandung, seniman-senimannya lebih individualistis dan elitis…” jelasnya.

    Lagi-lagi menurut Arahmaiani, tempat ngumpul senimanBandung sangat terbatas, “Paling-paling di kampus,” ujarnya,“kalau di Yogya kan bisa di angkringan atau di rumah siapagitu…”

    Perihal pemahaman seni yang konvensional dalam lembaga

    pendidikan formal, sperti yang pernah disitir oleh Ong, jika di Yogya yang namanya lukisan ya cat minyak di atas kanvas, dibandung pun menurut Arahmaiani sama saja, “Aku pernah tidaklulus ujian gara-gara aku melukis dengan arang.”

    Perupa yang sudah sejak lama menekuni bidang seni peristiwa( performance art ) ini juga sempat mengungkapkan bagaimanasusahnya ia mengembangkan bidang itu. Dulu, seni peristiwa itu

    sering hanya disebut dengan istilah ‘njeprut’, yang kurang lebihartinya gila-gilaan, tidak jelas, serta dianggap sarafnya sudahputus.

     etapi Arahmaiani juga tahu, di Yogya, seni peristiwa sudahlama pula dilakukan. erutama di saat angkatan Heri Dono dankawan-kawan.

    ---

    Mella Jarsma datang ke Indonesia karena digiring olehbayangan (shadow). Semenjak ia kuliah seni di Belanda,ia begitu terpukau dan terobsesi dengan bayangan.

    Dan karena ketertarikannya itu, ia selalu mencoba memotretbayangannya sendiri, saat ada matahari, maupun saat ada sumbercahaya yang lain. Ia begitu terpukau dengan bayangan, sesuatuantara gelap dan terang, batas antara yang hidup dan yang mati,tegangan antara yang material dan imaterial.

    Kebetulan saat kuliah itu pulalah, ia mengenal wayang kulit,

  • 8/15/2019 Menanam Padi Di Langit - Puthut EA

    89/322

    78

    sebuah pertunjukan yang berhubungan erat dengan bayangan.Ia pun lantas berkunjung ke Indonesia. Di negeri ini, perihalbayangan semakin menge