MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDA PELAKSANAAN ...

13
Volume 4, Nomor 2, Agustus MENAKAR PELAKSANAA Singg FISIP, Pelaksanaan Pilkada d bagi pemerintah seka ancaman yang datang ekstra terhadap pemer Covid-19 berpotensi un kematian. Tujuan utam mendalam dalam pene yang bernada pro dan 2020 ini. Metode ya kepustakaan, dan m pemberitaan, dan bu disimpulkan dalam pe yang bernada pro dan bentuk opini tersebut alasan-alasan logis di adalah mengharapkan persiapan dan pelaksa kepada pemerintah, se hari. Kata Kunci: Covid-19, The implementation o problems for the gover coming from the Covid- in the all of region bec immunity and health, e priorities to be studied public opinion that has local elections in 2020. look for various kinds researches reinforceme about the fact of the em from the public and p rationalization because the Covid-19 pandemi democracy quality. Bes by both parties to the g Keywords: Covid-19, O JURNAL ILMIAH MUQODDIMAH Jurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora 2020 PERBEDAAN OPINI DALAM AGE AN KONTESTASI PILKADA SERE TENGAH COVID-19 gih Choirul Rizki 1 , Yusuf Adam Hilman 2 P, Universitas Muhammadiyah Ponorogo [email protected] 1 [email protected] 2 Abstrak di tahun 2020 kali ini memang menuai segelintir aligus masyarakat di dalamnya. Hal ini dise g dari wabah Covid-19, sehingga menciptakan k rintah dan masyarakat di seluruh daerah dikaren ntuk melemahkan imunitas dan kesehatan seseo ma yang menjadi topik dan prioritas utama untuk nelitian ini adalah terkait dengan perkembangan n kontra dalam menyatakan sikap terhadap Pilk ang dilakukan dalam penelitian ini adalah d mencari berbagai macam referensi ilmiah se uletin sebagai data penguat penelitian. Hasil enelitian ini yakni tentang fakta munculnya per n kontra dari masyarakat, maupun pengamat p memiliki rasionalisasi yang sama karena dida tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini, diman n terciptanya kualitas demokrasi secara maksim anaan teknis juga menjadi tuntutan oleh kedua ehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan , Opini, Perbedaan, Pilkada Abstract of the election in 2020 this time indeed reap rnment as well as the society in it. This is cause -19 that make extra vigilance towards governmen cause Covid-19 outbreaks has the potential to w even death. The main objectives which are the ma d in depth in this research are related to the de s a pro and contra tone in expressing attitudes . The method used in this research is to study lit s of scientific references such as journals, new ent data. The result that can be concluded in this mergence of differences of opinion that sound pr political observes. Both forms of the opinion ha e they are based on logical reasons in the curren ic, where the essence is to expect the creation side of that, preparation and implementation is al government, so that no party feels disadvantages Opinion, Difference, Local Election 143 ENDA ENTAK DI problematika ebabkan oleh kewaspadaan nakan wabah orang bahkan k dikaji secara n opini publik kada di tahun dengan studi eperti jurnal, yang dapat rbedaan opini politik. Kedua asarkan atas na esensi nya al. Selain itu, a belah pihak n di kemudian a handful of ed by threats nt and society weaken one’s ain topics and evelopment of s towards the terature , and ws, buletin as s research are ro and contra ave the same nt situation of of maximum lso a demand in the future.

Transcript of MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDA PELAKSANAAN ...

Page 1: MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDA PELAKSANAAN ...

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 143

MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDAPELAKSANAAN KONTESTASI PILKADA SERENTAK DI

TENGAH COVID-19

Singgih Choirul Rizki1, Yusuf Adam Hilman2

FISIP, Universitas Muhammadiyah Ponorogo

[email protected]

[email protected]

AbstrakPelaksanaan Pilkada di tahun 2020 kali ini memang menuai segelintir problematikabagi pemerintah sekaligus masyarakat di dalamnya. Hal ini disebabkan olehancaman yang datang dari wabah Covid-19, sehingga menciptakan kewaspadaanekstra terhadap pemerintah dan masyarakat di seluruh daerah dikarenakan wabahCovid-19 berpotensi untuk melemahkan imunitas dan kesehatan seseorang bahkankematian. Tujuan utama yang menjadi topik dan prioritas utama untuk dikaji secaramendalam dalam penelitian ini adalah terkait dengan perkembangan opini publikyang bernada pro dan kontra dalam menyatakan sikap terhadap Pilkada di tahun2020 ini. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan studikepustakaan, dan mencari berbagai macam referensi ilmiah seperti jurnal,pemberitaan, dan buletin sebagai data penguat penelitian. Hasil yang dapatdisimpulkan dalam penelitian ini yakni tentang fakta munculnya perbedaan opiniyang bernada pro dan kontra dari masyarakat, maupun pengamat politik. Keduabentuk opini tersebut memiliki rasionalisasi yang sama karena didasarkan atasalasan-alasan logis di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini, dimana esensi nyaadalah mengharapkan terciptanya kualitas demokrasi secara maksimal. Selain itu,persiapan dan pelaksanaan teknis juga menjadi tuntutan oleh kedua belah pihakkepada pemerintah, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan di kemudianhari.

Kata Kunci: Covid-19, Opini, Perbedaan, Pilkada

AbstractThe implementation of the election in 2020 this time indeed reap a handful ofproblems for the government as well as the society in it. This is caused by threatscoming from the Covid-19 that make extra vigilance towards government and societyin the all of region because Covid-19 outbreaks has the potential to weaken one’simmunity and health, even death. The main objectives which are the main topics andpriorities to be studied in depth in this research are related to the development ofpublic opinion that has a pro and contra tone in expressing attitudes towards thelocal elections in 2020. The method used in this research is to study literature , andlook for various kinds of scientific references such as journals, news, buletin asresearches reinforcement data. The result that can be concluded in this research areabout the fact of the emergence of differences of opinion that sound pro and contrafrom the public and political observes. Both forms of the opinion have the samerationalization because they are based on logical reasons in the current situation ofthe Covid-19 pandemic, where the essence is to expect the creation of maximumdemocracy quality. Beside of that, preparation and implementation is also a demandby both parties to the government, so that no party feels disadvantages in the future.

Keywords: Covid-19, Opinion, Difference, Local Election

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 143

MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDAPELAKSANAAN KONTESTASI PILKADA SERENTAK DI

TENGAH COVID-19

Singgih Choirul Rizki1, Yusuf Adam Hilman2

FISIP, Universitas Muhammadiyah Ponorogo

[email protected]

[email protected]

AbstrakPelaksanaan Pilkada di tahun 2020 kali ini memang menuai segelintir problematikabagi pemerintah sekaligus masyarakat di dalamnya. Hal ini disebabkan olehancaman yang datang dari wabah Covid-19, sehingga menciptakan kewaspadaanekstra terhadap pemerintah dan masyarakat di seluruh daerah dikarenakan wabahCovid-19 berpotensi untuk melemahkan imunitas dan kesehatan seseorang bahkankematian. Tujuan utama yang menjadi topik dan prioritas utama untuk dikaji secaramendalam dalam penelitian ini adalah terkait dengan perkembangan opini publikyang bernada pro dan kontra dalam menyatakan sikap terhadap Pilkada di tahun2020 ini. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan studikepustakaan, dan mencari berbagai macam referensi ilmiah seperti jurnal,pemberitaan, dan buletin sebagai data penguat penelitian. Hasil yang dapatdisimpulkan dalam penelitian ini yakni tentang fakta munculnya perbedaan opiniyang bernada pro dan kontra dari masyarakat, maupun pengamat politik. Keduabentuk opini tersebut memiliki rasionalisasi yang sama karena didasarkan atasalasan-alasan logis di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini, dimana esensi nyaadalah mengharapkan terciptanya kualitas demokrasi secara maksimal. Selain itu,persiapan dan pelaksanaan teknis juga menjadi tuntutan oleh kedua belah pihakkepada pemerintah, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan di kemudianhari.

Kata Kunci: Covid-19, Opini, Perbedaan, Pilkada

AbstractThe implementation of the election in 2020 this time indeed reap a handful ofproblems for the government as well as the society in it. This is caused by threatscoming from the Covid-19 that make extra vigilance towards government and societyin the all of region because Covid-19 outbreaks has the potential to weaken one’simmunity and health, even death. The main objectives which are the main topics andpriorities to be studied in depth in this research are related to the development ofpublic opinion that has a pro and contra tone in expressing attitudes towards thelocal elections in 2020. The method used in this research is to study literature , andlook for various kinds of scientific references such as journals, news, buletin asresearches reinforcement data. The result that can be concluded in this research areabout the fact of the emergence of differences of opinion that sound pro and contrafrom the public and political observes. Both forms of the opinion have the samerationalization because they are based on logical reasons in the current situation ofthe Covid-19 pandemic, where the essence is to expect the creation of maximumdemocracy quality. Beside of that, preparation and implementation is also a demandby both parties to the government, so that no party feels disadvantages in the future.

Keywords: Covid-19, Opinion, Difference, Local Election

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 143

MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDAPELAKSANAAN KONTESTASI PILKADA SERENTAK DI

TENGAH COVID-19

Singgih Choirul Rizki1, Yusuf Adam Hilman2

FISIP, Universitas Muhammadiyah Ponorogo

[email protected]

[email protected]

AbstrakPelaksanaan Pilkada di tahun 2020 kali ini memang menuai segelintir problematikabagi pemerintah sekaligus masyarakat di dalamnya. Hal ini disebabkan olehancaman yang datang dari wabah Covid-19, sehingga menciptakan kewaspadaanekstra terhadap pemerintah dan masyarakat di seluruh daerah dikarenakan wabahCovid-19 berpotensi untuk melemahkan imunitas dan kesehatan seseorang bahkankematian. Tujuan utama yang menjadi topik dan prioritas utama untuk dikaji secaramendalam dalam penelitian ini adalah terkait dengan perkembangan opini publikyang bernada pro dan kontra dalam menyatakan sikap terhadap Pilkada di tahun2020 ini. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan studikepustakaan, dan mencari berbagai macam referensi ilmiah seperti jurnal,pemberitaan, dan buletin sebagai data penguat penelitian. Hasil yang dapatdisimpulkan dalam penelitian ini yakni tentang fakta munculnya perbedaan opiniyang bernada pro dan kontra dari masyarakat, maupun pengamat politik. Keduabentuk opini tersebut memiliki rasionalisasi yang sama karena didasarkan atasalasan-alasan logis di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini, dimana esensi nyaadalah mengharapkan terciptanya kualitas demokrasi secara maksimal. Selain itu,persiapan dan pelaksanaan teknis juga menjadi tuntutan oleh kedua belah pihakkepada pemerintah, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan di kemudianhari.

Kata Kunci: Covid-19, Opini, Perbedaan, Pilkada

AbstractThe implementation of the election in 2020 this time indeed reap a handful ofproblems for the government as well as the society in it. This is caused by threatscoming from the Covid-19 that make extra vigilance towards government and societyin the all of region because Covid-19 outbreaks has the potential to weaken one’simmunity and health, even death. The main objectives which are the main topics andpriorities to be studied in depth in this research are related to the development ofpublic opinion that has a pro and contra tone in expressing attitudes towards thelocal elections in 2020. The method used in this research is to study literature , andlook for various kinds of scientific references such as journals, news, buletin asresearches reinforcement data. The result that can be concluded in this research areabout the fact of the emergence of differences of opinion that sound pro and contrafrom the public and political observes. Both forms of the opinion have the samerationalization because they are based on logical reasons in the current situation ofthe Covid-19 pandemic, where the essence is to expect the creation of maximumdemocracy quality. Beside of that, preparation and implementation is also a demandby both parties to the government, so that no party feels disadvantages in the future.

Keywords: Covid-19, Opinion, Difference, Local Election

Page 2: MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDA PELAKSANAAN ...

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 144

PENDAHULUANPemerintah Indonesia beserta

DPR serta beberapa jajaraninstrumen bangsa lainnya, baru-baruini telah memberikan sikap dankesepakatan untuk melanjutkanpelaksanaan Pilkada serentak yangsebelumnya sempat mengalamiketidakpastian dan penundaanakibat wujud antisipasi maupunkewaspadaan terhadap wabahCovid-19 di Indonesia. Perppu No.02Tahun 2020 merupakan kesimpulanyang menjadi kesepakatan dariseluruh rapat kerja, yang padaesensi nya adalah tetapmelaksanakan Pilkada denganmengedepankan prioritas protokolkesehatan secara ketat (Merdeka,2020).

Jika dicermati, sebenarnyapemerintah senantiasa berusahauntuk mengemban amanahkonstitusi melalui dikeluarkannyaPerppu No.02 Tahun 2020 tersebut.Namun permasalahannya adalah,saat ini Indonesia merupakanNegara dengan tingkat penyebaranCovid-19 yang belum terkendali. Disisi lain, kesadaran masyarakat jugamasih terlampau rendah dalammengaplikasikan kaidah-kaidahkesehatan. Korelasi antara Pilkadadan kesadaran masyarakat memangbegitu erat, dimana kedua aspektersebut saling mengikat satu samalain. Keterlibatan masyarakat adalahhal yang paling dominan dalammoment-moment politik sepertiPilkada, karena kekuatan massadengan jumlah yang banyakmemang sangat dibutuhkan olehpihak-pihak yang berkepentingan.

Di Indonesia, fakta dilapangan menyebutkan bahwaperkembangan wabah PandemiCovid-19 terus meningkat kasusnyasecara signifikan, atau dalam artilain adalah belum dapat dibendung

secara total. Sehingga hal tersebuttelah mendasari diputuskannyastatus darurat tentang kesehatanmelalui Keppres No.11 Tahun 2011.Selain itu, bahaya dan ancamanyang ditimbulkan juga sejatinyameluas dan memenuhi hampir setiapbidang permasalahan bagi publikdan bagi pemerintah itu sendiriseperti ekonomi, sosial, modatransportasi (termasuk laranganmudik), bisnis, perdagangan, danlain sebagainya. Mata rantai Covid-19 menjadi permasalahan kolektif,sehingga berbagai implementasikebijakan terus diupayakan hinggasaat ini (Hasibuan, 2020).

Secara garis besar,pemerintah dan masyarakat dituntutuntuk tidak menjadi abai terhadapsegala perkara kecil selama masapandemi Covid-19 berlangsung.Protokol kesehatan menjadi kunciutama saat ini, dalam menjamin poladan interaksi sosial seluruhmasyarakat. Pemerintah sebagaipihak berwenang, dalam hal inimemegang kendali terhadapperkembangan situasi maupunpenyaluran kebijakan untukmenopang hajat hidup orangbanyak. Sehingga kehidupanmasyarakat tidak lepas dari kontrolpenuh oleh pemerintah, namun disisi lain juga tetap ada ruangkebebasan yang diberikan.Masyarakat dapat tetap menjalaniaktivitas dan kesibukan sehari-hari,dengan syarat mematuhi segalahimbauan teknis.

Jika dikaitkan denganpelaksanaan Pilkada mendatang,maka sebenarnya dapat dikatakanbahwa masyarakat juga memilikiperanan kunci untuk mendorongpihak pemerintah dalam rangkasinergi terhadap kesuksesanpelaksanaan Pilkada di tiap-tiapdaerah melalui tingkat kesadaran

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 144

PENDAHULUANPemerintah Indonesia beserta

DPR serta beberapa jajaraninstrumen bangsa lainnya, baru-baruini telah memberikan sikap dankesepakatan untuk melanjutkanpelaksanaan Pilkada serentak yangsebelumnya sempat mengalamiketidakpastian dan penundaanakibat wujud antisipasi maupunkewaspadaan terhadap wabahCovid-19 di Indonesia. Perppu No.02Tahun 2020 merupakan kesimpulanyang menjadi kesepakatan dariseluruh rapat kerja, yang padaesensi nya adalah tetapmelaksanakan Pilkada denganmengedepankan prioritas protokolkesehatan secara ketat (Merdeka,2020).

Jika dicermati, sebenarnyapemerintah senantiasa berusahauntuk mengemban amanahkonstitusi melalui dikeluarkannyaPerppu No.02 Tahun 2020 tersebut.Namun permasalahannya adalah,saat ini Indonesia merupakanNegara dengan tingkat penyebaranCovid-19 yang belum terkendali. Disisi lain, kesadaran masyarakat jugamasih terlampau rendah dalammengaplikasikan kaidah-kaidahkesehatan. Korelasi antara Pilkadadan kesadaran masyarakat memangbegitu erat, dimana kedua aspektersebut saling mengikat satu samalain. Keterlibatan masyarakat adalahhal yang paling dominan dalammoment-moment politik sepertiPilkada, karena kekuatan massadengan jumlah yang banyakmemang sangat dibutuhkan olehpihak-pihak yang berkepentingan.

Di Indonesia, fakta dilapangan menyebutkan bahwaperkembangan wabah PandemiCovid-19 terus meningkat kasusnyasecara signifikan, atau dalam artilain adalah belum dapat dibendung

secara total. Sehingga hal tersebuttelah mendasari diputuskannyastatus darurat tentang kesehatanmelalui Keppres No.11 Tahun 2011.Selain itu, bahaya dan ancamanyang ditimbulkan juga sejatinyameluas dan memenuhi hampir setiapbidang permasalahan bagi publikdan bagi pemerintah itu sendiriseperti ekonomi, sosial, modatransportasi (termasuk laranganmudik), bisnis, perdagangan, danlain sebagainya. Mata rantai Covid-19 menjadi permasalahan kolektif,sehingga berbagai implementasikebijakan terus diupayakan hinggasaat ini (Hasibuan, 2020).

Secara garis besar,pemerintah dan masyarakat dituntutuntuk tidak menjadi abai terhadapsegala perkara kecil selama masapandemi Covid-19 berlangsung.Protokol kesehatan menjadi kunciutama saat ini, dalam menjamin poladan interaksi sosial seluruhmasyarakat. Pemerintah sebagaipihak berwenang, dalam hal inimemegang kendali terhadapperkembangan situasi maupunpenyaluran kebijakan untukmenopang hajat hidup orangbanyak. Sehingga kehidupanmasyarakat tidak lepas dari kontrolpenuh oleh pemerintah, namun disisi lain juga tetap ada ruangkebebasan yang diberikan.Masyarakat dapat tetap menjalaniaktivitas dan kesibukan sehari-hari,dengan syarat mematuhi segalahimbauan teknis.

Jika dikaitkan denganpelaksanaan Pilkada mendatang,maka sebenarnya dapat dikatakanbahwa masyarakat juga memilikiperanan kunci untuk mendorongpihak pemerintah dalam rangkasinergi terhadap kesuksesanpelaksanaan Pilkada di tiap-tiapdaerah melalui tingkat kesadaran

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 144

PENDAHULUANPemerintah Indonesia beserta

DPR serta beberapa jajaraninstrumen bangsa lainnya, baru-baruini telah memberikan sikap dankesepakatan untuk melanjutkanpelaksanaan Pilkada serentak yangsebelumnya sempat mengalamiketidakpastian dan penundaanakibat wujud antisipasi maupunkewaspadaan terhadap wabahCovid-19 di Indonesia. Perppu No.02Tahun 2020 merupakan kesimpulanyang menjadi kesepakatan dariseluruh rapat kerja, yang padaesensi nya adalah tetapmelaksanakan Pilkada denganmengedepankan prioritas protokolkesehatan secara ketat (Merdeka,2020).

Jika dicermati, sebenarnyapemerintah senantiasa berusahauntuk mengemban amanahkonstitusi melalui dikeluarkannyaPerppu No.02 Tahun 2020 tersebut.Namun permasalahannya adalah,saat ini Indonesia merupakanNegara dengan tingkat penyebaranCovid-19 yang belum terkendali. Disisi lain, kesadaran masyarakat jugamasih terlampau rendah dalammengaplikasikan kaidah-kaidahkesehatan. Korelasi antara Pilkadadan kesadaran masyarakat memangbegitu erat, dimana kedua aspektersebut saling mengikat satu samalain. Keterlibatan masyarakat adalahhal yang paling dominan dalammoment-moment politik sepertiPilkada, karena kekuatan massadengan jumlah yang banyakmemang sangat dibutuhkan olehpihak-pihak yang berkepentingan.

Di Indonesia, fakta dilapangan menyebutkan bahwaperkembangan wabah PandemiCovid-19 terus meningkat kasusnyasecara signifikan, atau dalam artilain adalah belum dapat dibendung

secara total. Sehingga hal tersebuttelah mendasari diputuskannyastatus darurat tentang kesehatanmelalui Keppres No.11 Tahun 2011.Selain itu, bahaya dan ancamanyang ditimbulkan juga sejatinyameluas dan memenuhi hampir setiapbidang permasalahan bagi publikdan bagi pemerintah itu sendiriseperti ekonomi, sosial, modatransportasi (termasuk laranganmudik), bisnis, perdagangan, danlain sebagainya. Mata rantai Covid-19 menjadi permasalahan kolektif,sehingga berbagai implementasikebijakan terus diupayakan hinggasaat ini (Hasibuan, 2020).

Secara garis besar,pemerintah dan masyarakat dituntutuntuk tidak menjadi abai terhadapsegala perkara kecil selama masapandemi Covid-19 berlangsung.Protokol kesehatan menjadi kunciutama saat ini, dalam menjamin poladan interaksi sosial seluruhmasyarakat. Pemerintah sebagaipihak berwenang, dalam hal inimemegang kendali terhadapperkembangan situasi maupunpenyaluran kebijakan untukmenopang hajat hidup orangbanyak. Sehingga kehidupanmasyarakat tidak lepas dari kontrolpenuh oleh pemerintah, namun disisi lain juga tetap ada ruangkebebasan yang diberikan.Masyarakat dapat tetap menjalaniaktivitas dan kesibukan sehari-hari,dengan syarat mematuhi segalahimbauan teknis.

Jika dikaitkan denganpelaksanaan Pilkada mendatang,maka sebenarnya dapat dikatakanbahwa masyarakat juga memilikiperanan kunci untuk mendorongpihak pemerintah dalam rangkasinergi terhadap kesuksesanpelaksanaan Pilkada di tiap-tiapdaerah melalui tingkat kesadaran

Page 3: MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDA PELAKSANAAN ...

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 145

yang tinggi. Dukungan dankesadaran dari masyarakat memangsangat menentukan tentang sejauhmana suatu daerah akan mampumembendung laju penangananCovid-19, atau justru malahmembengkak dan semakinmenambah daftar cacatan korban.Diakui atau tidak, Pilkada 2020 diIndonesia merupakan satukontestasi politik yang perlu untukdipertahankan kualitasnya, tanpamengabaikan konsep protokolkesehatan.

Pilkada serentak merupakanupaya untuk menciptakan localaccountability, political equity danlocal responsiveness. Pilkada harusmampu membawa hasil yangmenyeluruh, serta menghantarkanmasyarakat untuk dapat merasakanperbaikan kondisi sosial, politik, danekonomi. Partisipasi masyarakat ditingkat lokal, adalah wujud dariadanya kemauan dan penerapanasas kedaulatan rakyat yangmengharapkan dampak nyata dalammenghasilkan output yakni untukmelahirkan pemerintahan baru(Arifulloh, 2015).

Upaya untuk melahirkanpemerintahan baru pada berbagaidaerah di Indonesia, sejatinyamewujudkan suatu semangatkebangsaan dan harapan yangmembumbung tinggi. Hal ini terusdibuktikan dengan konsistensi daripelaksanaan Pilkada serentakdengan penuh tanggung jawab dandemokratis. Namun di tahun 2020ini, baik pemerintah dan masyarakatIndonesia tentunya sama-samamemiliki kesadaran dalam membacasituasi yang sedang terjadi dimanawabah Covid-19 merupakanpermasalahan utama dan perluuntuk disikapi secara bijak. Relasiantara masyarakat dan pemerintah,mungkin saja bisa disebut sebagai

sinergi untuk melalui masa-masasulit dalam kontestasi politik di tahun2020 ini.

Agenda pelaksanaan Pilkadamerupakan suatu agenda rutin yangmengandung langkah strategis bagiterciptanya transisi politik danpemerintahan Indonesia di masadepan. Persoalan Pilkada bukanhanya terbatas pada karakteristikcalon, mekanisme kampanye,maupun dinamika dan prosesipelantikan semata. Keutamaan dariadanya Pilkada adalah dalammerangsang kesejahteraan danpembangunan bagi masyarakat ditiap-tiap daerah melalui berbagaimacam upaya pembangunan secaraberkesinambungan. Koordinasi daripemerintah pusat harus mencapaititik sasaran, dikarenakan tiappemimpin daerah tentunya memilikilatarbelakang politik yang tidak sama(Arifulloh, 2015).

Pada masa darurat akibatpandemi Covid-19 seperti saat ini,segala manuver dan mekanismepolitik menjadi lebih riskan. Parapelaku politik sudah pasti memilikistrateginya sendiri untuk terusmengerahkan massa, karenatujuannya adalah memenangkankompetisi. Kemudian, hal itubiasanya juga turut diimbangidengan antusiasme masyarakat dariberbagai penjuru yang larut dalamatmosfer politik rutin. Selalu adasemacam orientasi untuk berbenah,memihak, memilih, serta meyakinisosok pemimpin pilihan.Permasalahannya adalah, terkaitdengan proses dan mobilisasi untukmelibatkan kehadiran massa tentubukan tanpa resiko kecil. Hal inimenjadi berbeda jika berkaca daripelaksanaan Pilkada sebelum-sebelumnya yang berjalan normal,dimana seluruh pelaku politik selalumelakukan pola yang sama.

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 145

yang tinggi. Dukungan dankesadaran dari masyarakat memangsangat menentukan tentang sejauhmana suatu daerah akan mampumembendung laju penangananCovid-19, atau justru malahmembengkak dan semakinmenambah daftar cacatan korban.Diakui atau tidak, Pilkada 2020 diIndonesia merupakan satukontestasi politik yang perlu untukdipertahankan kualitasnya, tanpamengabaikan konsep protokolkesehatan.

Pilkada serentak merupakanupaya untuk menciptakan localaccountability, political equity danlocal responsiveness. Pilkada harusmampu membawa hasil yangmenyeluruh, serta menghantarkanmasyarakat untuk dapat merasakanperbaikan kondisi sosial, politik, danekonomi. Partisipasi masyarakat ditingkat lokal, adalah wujud dariadanya kemauan dan penerapanasas kedaulatan rakyat yangmengharapkan dampak nyata dalammenghasilkan output yakni untukmelahirkan pemerintahan baru(Arifulloh, 2015).

Upaya untuk melahirkanpemerintahan baru pada berbagaidaerah di Indonesia, sejatinyamewujudkan suatu semangatkebangsaan dan harapan yangmembumbung tinggi. Hal ini terusdibuktikan dengan konsistensi daripelaksanaan Pilkada serentakdengan penuh tanggung jawab dandemokratis. Namun di tahun 2020ini, baik pemerintah dan masyarakatIndonesia tentunya sama-samamemiliki kesadaran dalam membacasituasi yang sedang terjadi dimanawabah Covid-19 merupakanpermasalahan utama dan perluuntuk disikapi secara bijak. Relasiantara masyarakat dan pemerintah,mungkin saja bisa disebut sebagai

sinergi untuk melalui masa-masasulit dalam kontestasi politik di tahun2020 ini.

Agenda pelaksanaan Pilkadamerupakan suatu agenda rutin yangmengandung langkah strategis bagiterciptanya transisi politik danpemerintahan Indonesia di masadepan. Persoalan Pilkada bukanhanya terbatas pada karakteristikcalon, mekanisme kampanye,maupun dinamika dan prosesipelantikan semata. Keutamaan dariadanya Pilkada adalah dalammerangsang kesejahteraan danpembangunan bagi masyarakat ditiap-tiap daerah melalui berbagaimacam upaya pembangunan secaraberkesinambungan. Koordinasi daripemerintah pusat harus mencapaititik sasaran, dikarenakan tiappemimpin daerah tentunya memilikilatarbelakang politik yang tidak sama(Arifulloh, 2015).

Pada masa darurat akibatpandemi Covid-19 seperti saat ini,segala manuver dan mekanismepolitik menjadi lebih riskan. Parapelaku politik sudah pasti memilikistrateginya sendiri untuk terusmengerahkan massa, karenatujuannya adalah memenangkankompetisi. Kemudian, hal itubiasanya juga turut diimbangidengan antusiasme masyarakat dariberbagai penjuru yang larut dalamatmosfer politik rutin. Selalu adasemacam orientasi untuk berbenah,memihak, memilih, serta meyakinisosok pemimpin pilihan.Permasalahannya adalah, terkaitdengan proses dan mobilisasi untukmelibatkan kehadiran massa tentubukan tanpa resiko kecil. Hal inimenjadi berbeda jika berkaca daripelaksanaan Pilkada sebelum-sebelumnya yang berjalan normal,dimana seluruh pelaku politik selalumelakukan pola yang sama.

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 145

yang tinggi. Dukungan dankesadaran dari masyarakat memangsangat menentukan tentang sejauhmana suatu daerah akan mampumembendung laju penangananCovid-19, atau justru malahmembengkak dan semakinmenambah daftar cacatan korban.Diakui atau tidak, Pilkada 2020 diIndonesia merupakan satukontestasi politik yang perlu untukdipertahankan kualitasnya, tanpamengabaikan konsep protokolkesehatan.

Pilkada serentak merupakanupaya untuk menciptakan localaccountability, political equity danlocal responsiveness. Pilkada harusmampu membawa hasil yangmenyeluruh, serta menghantarkanmasyarakat untuk dapat merasakanperbaikan kondisi sosial, politik, danekonomi. Partisipasi masyarakat ditingkat lokal, adalah wujud dariadanya kemauan dan penerapanasas kedaulatan rakyat yangmengharapkan dampak nyata dalammenghasilkan output yakni untukmelahirkan pemerintahan baru(Arifulloh, 2015).

Upaya untuk melahirkanpemerintahan baru pada berbagaidaerah di Indonesia, sejatinyamewujudkan suatu semangatkebangsaan dan harapan yangmembumbung tinggi. Hal ini terusdibuktikan dengan konsistensi daripelaksanaan Pilkada serentakdengan penuh tanggung jawab dandemokratis. Namun di tahun 2020ini, baik pemerintah dan masyarakatIndonesia tentunya sama-samamemiliki kesadaran dalam membacasituasi yang sedang terjadi dimanawabah Covid-19 merupakanpermasalahan utama dan perluuntuk disikapi secara bijak. Relasiantara masyarakat dan pemerintah,mungkin saja bisa disebut sebagai

sinergi untuk melalui masa-masasulit dalam kontestasi politik di tahun2020 ini.

Agenda pelaksanaan Pilkadamerupakan suatu agenda rutin yangmengandung langkah strategis bagiterciptanya transisi politik danpemerintahan Indonesia di masadepan. Persoalan Pilkada bukanhanya terbatas pada karakteristikcalon, mekanisme kampanye,maupun dinamika dan prosesipelantikan semata. Keutamaan dariadanya Pilkada adalah dalammerangsang kesejahteraan danpembangunan bagi masyarakat ditiap-tiap daerah melalui berbagaimacam upaya pembangunan secaraberkesinambungan. Koordinasi daripemerintah pusat harus mencapaititik sasaran, dikarenakan tiappemimpin daerah tentunya memilikilatarbelakang politik yang tidak sama(Arifulloh, 2015).

Pada masa darurat akibatpandemi Covid-19 seperti saat ini,segala manuver dan mekanismepolitik menjadi lebih riskan. Parapelaku politik sudah pasti memilikistrateginya sendiri untuk terusmengerahkan massa, karenatujuannya adalah memenangkankompetisi. Kemudian, hal itubiasanya juga turut diimbangidengan antusiasme masyarakat dariberbagai penjuru yang larut dalamatmosfer politik rutin. Selalu adasemacam orientasi untuk berbenah,memihak, memilih, serta meyakinisosok pemimpin pilihan.Permasalahannya adalah, terkaitdengan proses dan mobilisasi untukmelibatkan kehadiran massa tentubukan tanpa resiko kecil. Hal inimenjadi berbeda jika berkaca daripelaksanaan Pilkada sebelum-sebelumnya yang berjalan normal,dimana seluruh pelaku politik selalumelakukan pola yang sama.

Page 4: MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDA PELAKSANAAN ...

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 146

Salah satu makalahinternasional tentang Pemilu danseputar Covid-19 yang telahditerbitkan oleh IDEA, sejauh initelah menjadi dasar bagi PerludemIndonesia (Perkumpulan UntukDemokrasi) dalam merumuskantentang bagaimana wacana danpandangan politik yang tepat untukditerapkan di Indonesia dalammenyikapi Pilkada 2020. Makalahtersebut tidak lah mengikat, namunhanya sebatas memberikan pustakareferensi bagi tiap-tiap negara.Karena itu, pemerintah Indonesiaterbilang cukup berani untukmengeluarkan Perppu Nomor 2Tahun 2020 sebagai suatu kebijakanluar biasa dalam sejarah demokrasidi Indonesia. Aspek legalitas yangdikeluarkan pemerintah Indonesiasebenarnya harus mampu untukmemberikan wawasan secaraterurai, agar masyarakat juga pahamtentang teknis yang akan dilakukanke depannya. Selain itu,konsekuensi dari pelaksanaanPilkada di tengah bencana (wabahCovi-19) juga berpotensi untukmenambah daftar panjangpermasalahan (Habibi, 2020).

Pelaksanaan Pilkadaserentak yang telah secara resmidimaklumatkan oleh PemerintahIndonesia pada tanggal 9 Desember2020 nanti, sejauh ini telahmemberikan kejelasan sertagambaran kepada seluruhmasyarakat. Pilkada serentak ditahun 2020 ini memang menuaiberbagai macam opini, penafsiran,maupun kecenderungan untuk prodan kontra. Fakta nya jadwal Pilkadadi tahun ini sudah bukan lagisebagai sekedar wacana belaka,ditambah lagi dengan situasi dankondisi yang terjadi akibat Covid-19.Maka suatu hal lumrah apabilabanyak opini dan tafsir dari berbagai

tokoh maupun pemerhati politik yangbanyak bermunculan untukmengomentari status pelaksanaanPilkada ke depan.

Tolok ukur nya adalah,tentang opini yang gencar dan dapatdibuktikan dari adanya bentukgerakan petisi online untuk menundapelaksanaan Pilkada 2020 diIndonesia hingga tahun 2021 atausecara tidak langsung adalahmenunggu perkembangan situasipandemi usai ataupun membaik.Mereka tergabung dalam kelompoksebagai Koalisi Sipil Masyarakatuntuk Pilkada Sehat, danmenyatakan telah melakukan diskusiserta penyaluran aspirasi kepadapihak pemerintah. Gerakan petisionline ini sebenarnya didasari ataskeinginan kuat pemerintah yangtidak telah disepakati, sehinggaPilkada 2020 tetap dijadwalkanuntuk terlaksana beberapa bulanmendatang (Farisa, 2020b).

Menurut Nafis (2020) yangmerupakan perwakilan darikelompok penggerak petisi,menyatakan bahwa Pilkada yangakan berlangsung diprediksi akanmenurun kualitasnya. Mulai darikeselamatan warga masyarakat,penyelenggara, aparat, daninstrumen lain juga menjaditerancam, walaupun Perppu daruratyang telah dikeluarkan jugamengatur tentang teknis protokolkesehatan sekali pun. Hal serupajuga dikatakan oleh salah satuinisiator petisi yakni DirekturEksekutif Perludem, menurutAnggraini (2020) pelaksanaanPilkada 2020 yang terkesanmemaksakan tersebut akan lebihberpotensi menimbulkan banyakkerugian daripada manfaat yangdirasakan (Farisa, 2020b).

Selain itu, KPU menyatakanbahwa pihaknya siap untuk memulai

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 146

Salah satu makalahinternasional tentang Pemilu danseputar Covid-19 yang telahditerbitkan oleh IDEA, sejauh initelah menjadi dasar bagi PerludemIndonesia (Perkumpulan UntukDemokrasi) dalam merumuskantentang bagaimana wacana danpandangan politik yang tepat untukditerapkan di Indonesia dalammenyikapi Pilkada 2020. Makalahtersebut tidak lah mengikat, namunhanya sebatas memberikan pustakareferensi bagi tiap-tiap negara.Karena itu, pemerintah Indonesiaterbilang cukup berani untukmengeluarkan Perppu Nomor 2Tahun 2020 sebagai suatu kebijakanluar biasa dalam sejarah demokrasidi Indonesia. Aspek legalitas yangdikeluarkan pemerintah Indonesiasebenarnya harus mampu untukmemberikan wawasan secaraterurai, agar masyarakat juga pahamtentang teknis yang akan dilakukanke depannya. Selain itu,konsekuensi dari pelaksanaanPilkada di tengah bencana (wabahCovi-19) juga berpotensi untukmenambah daftar panjangpermasalahan (Habibi, 2020).

Pelaksanaan Pilkadaserentak yang telah secara resmidimaklumatkan oleh PemerintahIndonesia pada tanggal 9 Desember2020 nanti, sejauh ini telahmemberikan kejelasan sertagambaran kepada seluruhmasyarakat. Pilkada serentak ditahun 2020 ini memang menuaiberbagai macam opini, penafsiran,maupun kecenderungan untuk prodan kontra. Fakta nya jadwal Pilkadadi tahun ini sudah bukan lagisebagai sekedar wacana belaka,ditambah lagi dengan situasi dankondisi yang terjadi akibat Covid-19.Maka suatu hal lumrah apabilabanyak opini dan tafsir dari berbagai

tokoh maupun pemerhati politik yangbanyak bermunculan untukmengomentari status pelaksanaanPilkada ke depan.

Tolok ukur nya adalah,tentang opini yang gencar dan dapatdibuktikan dari adanya bentukgerakan petisi online untuk menundapelaksanaan Pilkada 2020 diIndonesia hingga tahun 2021 atausecara tidak langsung adalahmenunggu perkembangan situasipandemi usai ataupun membaik.Mereka tergabung dalam kelompoksebagai Koalisi Sipil Masyarakatuntuk Pilkada Sehat, danmenyatakan telah melakukan diskusiserta penyaluran aspirasi kepadapihak pemerintah. Gerakan petisionline ini sebenarnya didasari ataskeinginan kuat pemerintah yangtidak telah disepakati, sehinggaPilkada 2020 tetap dijadwalkanuntuk terlaksana beberapa bulanmendatang (Farisa, 2020b).

Menurut Nafis (2020) yangmerupakan perwakilan darikelompok penggerak petisi,menyatakan bahwa Pilkada yangakan berlangsung diprediksi akanmenurun kualitasnya. Mulai darikeselamatan warga masyarakat,penyelenggara, aparat, daninstrumen lain juga menjaditerancam, walaupun Perppu daruratyang telah dikeluarkan jugamengatur tentang teknis protokolkesehatan sekali pun. Hal serupajuga dikatakan oleh salah satuinisiator petisi yakni DirekturEksekutif Perludem, menurutAnggraini (2020) pelaksanaanPilkada 2020 yang terkesanmemaksakan tersebut akan lebihberpotensi menimbulkan banyakkerugian daripada manfaat yangdirasakan (Farisa, 2020b).

Selain itu, KPU menyatakanbahwa pihaknya siap untuk memulai

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 146

Salah satu makalahinternasional tentang Pemilu danseputar Covid-19 yang telahditerbitkan oleh IDEA, sejauh initelah menjadi dasar bagi PerludemIndonesia (Perkumpulan UntukDemokrasi) dalam merumuskantentang bagaimana wacana danpandangan politik yang tepat untukditerapkan di Indonesia dalammenyikapi Pilkada 2020. Makalahtersebut tidak lah mengikat, namunhanya sebatas memberikan pustakareferensi bagi tiap-tiap negara.Karena itu, pemerintah Indonesiaterbilang cukup berani untukmengeluarkan Perppu Nomor 2Tahun 2020 sebagai suatu kebijakanluar biasa dalam sejarah demokrasidi Indonesia. Aspek legalitas yangdikeluarkan pemerintah Indonesiasebenarnya harus mampu untukmemberikan wawasan secaraterurai, agar masyarakat juga pahamtentang teknis yang akan dilakukanke depannya. Selain itu,konsekuensi dari pelaksanaanPilkada di tengah bencana (wabahCovi-19) juga berpotensi untukmenambah daftar panjangpermasalahan (Habibi, 2020).

Pelaksanaan Pilkadaserentak yang telah secara resmidimaklumatkan oleh PemerintahIndonesia pada tanggal 9 Desember2020 nanti, sejauh ini telahmemberikan kejelasan sertagambaran kepada seluruhmasyarakat. Pilkada serentak ditahun 2020 ini memang menuaiberbagai macam opini, penafsiran,maupun kecenderungan untuk prodan kontra. Fakta nya jadwal Pilkadadi tahun ini sudah bukan lagisebagai sekedar wacana belaka,ditambah lagi dengan situasi dankondisi yang terjadi akibat Covid-19.Maka suatu hal lumrah apabilabanyak opini dan tafsir dari berbagai

tokoh maupun pemerhati politik yangbanyak bermunculan untukmengomentari status pelaksanaanPilkada ke depan.

Tolok ukur nya adalah,tentang opini yang gencar dan dapatdibuktikan dari adanya bentukgerakan petisi online untuk menundapelaksanaan Pilkada 2020 diIndonesia hingga tahun 2021 atausecara tidak langsung adalahmenunggu perkembangan situasipandemi usai ataupun membaik.Mereka tergabung dalam kelompoksebagai Koalisi Sipil Masyarakatuntuk Pilkada Sehat, danmenyatakan telah melakukan diskusiserta penyaluran aspirasi kepadapihak pemerintah. Gerakan petisionline ini sebenarnya didasari ataskeinginan kuat pemerintah yangtidak telah disepakati, sehinggaPilkada 2020 tetap dijadwalkanuntuk terlaksana beberapa bulanmendatang (Farisa, 2020b).

Menurut Nafis (2020) yangmerupakan perwakilan darikelompok penggerak petisi,menyatakan bahwa Pilkada yangakan berlangsung diprediksi akanmenurun kualitasnya. Mulai darikeselamatan warga masyarakat,penyelenggara, aparat, daninstrumen lain juga menjaditerancam, walaupun Perppu daruratyang telah dikeluarkan jugamengatur tentang teknis protokolkesehatan sekali pun. Hal serupajuga dikatakan oleh salah satuinisiator petisi yakni DirekturEksekutif Perludem, menurutAnggraini (2020) pelaksanaanPilkada 2020 yang terkesanmemaksakan tersebut akan lebihberpotensi menimbulkan banyakkerugian daripada manfaat yangdirasakan (Farisa, 2020b).

Selain itu, KPU menyatakanbahwa pihaknya siap untuk memulai

Page 5: MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDA PELAKSANAAN ...

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 147

simulasi pelaksanaan Pilkadadengan teknis-teknis khusus,termasuk tata cara baru danpenerapan protokol kesehatan didalamnya. Dalam hal ini, KPU jugakembali mengaktifkan status parapanitia penyelenggara (PPK, KPPSdan PPS) yang sebelumnyaberstatus sebagai ad hoc akibatstatus darurat pandemi Covid-19.Antisipasi penularan Covid-19menjadi pertimbangan serius bagilembaga KPU, maka dari itu simulasimerupakan wujud dari kesiapantotal, sebelum menghadapipelaksanaan secara riil di lapangannantinya (Farisa, 2020a).

Maka dari itu, penelitian inimenjadi menarik untuk dikajisebagaimana penelitian sebelumnyaoleh Hasibuan (2020) yang mengkajitentang akibat dan dampak yangtimbul akibat Covid-19 danmenyerang berbagai lini sektortermasuk dalam agenda penundaanPilkada 2020, sehingga Pemerintahmengeluarkan kebijakan darurat(sebagai respon atas situasipandemi yang juga darurat). Kondisiakibat Covid-19 memaksa para aktordan penyelenggara Pilkada untukterbatas interaksinya, sehingga haltersebut menghambat kinerjamaupun pergerakan para aktorpolitik. Namun jika merujuk kepadakondisi pandemi Covid-19 yangmasih belum terkendali, makasebaiknya Pilkada di 2020 inimemang ditunda total. Prioritas yangsemestinya diutamakan adalah,tentang bagaimana negaramemenuhi aspek dan kebutuhanfundamental bagi tiap warganya(kesehatan & keselamatan). Secarateknis, KPU sudah membuatkebijakan yang tertuang dalamKeputusan KPU Nomor 179/PL.02-Kpt/01/KPU/III/2020 mulai daripelantikan panitia pemungutan

suara, verifikasi pasangan calon,hingga fase pemutakhiran datapemilih. Akan tetapi, penundaanteknis saja tidak cukup untukmenjamin keselamatan orangbanyak walaupun hal tersebuttergolong sebagai upaya untukmenekan penyebaran Covid-19 diIndonesia (Hasibuan, 2020).

Untuk mengetahui tentangsejauh mana perkembangan opinipublik, serta dikaitkan dengan situasidan kondisi di Indonesia saat ini dariberbagai segi. kesiapan, kesadaran,dan keinginan kuat dari seluruhelemen di Indonesia dapat diukurmelalui penelitian ini.Bagaimanapun, permasalahanCovid-19 telah menjalar ke berbagairuang dan lini di Indonesia.Kepastian untuk dapat mengakhiriwabah Covid-19 belum dapatdiprediksi secara nyata, sehinggamasyarakat tetap berada danbertahan dengan pola hidup yangsama. Tak terkecuali dengankontestasi Pilkada, dimana harapanpublik untuk menyongsongperubahan menjadi terganggu,bahkan diwarnai dengan atmosferkewaspadaan.

Kekhawatiran tentangturunnya kualitas demokrasimerupakan satu hipotesis alamiyang muncul di benak masyarakat.Bagaimanapun, masyarakat adalahpihak yang paling berharap akansuatu perbaikan bagi kehidupannyamasing-masing. Melalui Pilkada,masyarakat tiap daerah dapatmenciptakan langkah awalperubahan, serta merasakandampak ke depannya sesuai denganharapan dan kebutuhan. Pilkada dimasa pandemi Covid-19 ini, tentumemerlukan kerjasama dariberbagai pihak agarmengedepankan kepentinganbersama.

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 147

simulasi pelaksanaan Pilkadadengan teknis-teknis khusus,termasuk tata cara baru danpenerapan protokol kesehatan didalamnya. Dalam hal ini, KPU jugakembali mengaktifkan status parapanitia penyelenggara (PPK, KPPSdan PPS) yang sebelumnyaberstatus sebagai ad hoc akibatstatus darurat pandemi Covid-19.Antisipasi penularan Covid-19menjadi pertimbangan serius bagilembaga KPU, maka dari itu simulasimerupakan wujud dari kesiapantotal, sebelum menghadapipelaksanaan secara riil di lapangannantinya (Farisa, 2020a).

Maka dari itu, penelitian inimenjadi menarik untuk dikajisebagaimana penelitian sebelumnyaoleh Hasibuan (2020) yang mengkajitentang akibat dan dampak yangtimbul akibat Covid-19 danmenyerang berbagai lini sektortermasuk dalam agenda penundaanPilkada 2020, sehingga Pemerintahmengeluarkan kebijakan darurat(sebagai respon atas situasipandemi yang juga darurat). Kondisiakibat Covid-19 memaksa para aktordan penyelenggara Pilkada untukterbatas interaksinya, sehingga haltersebut menghambat kinerjamaupun pergerakan para aktorpolitik. Namun jika merujuk kepadakondisi pandemi Covid-19 yangmasih belum terkendali, makasebaiknya Pilkada di 2020 inimemang ditunda total. Prioritas yangsemestinya diutamakan adalah,tentang bagaimana negaramemenuhi aspek dan kebutuhanfundamental bagi tiap warganya(kesehatan & keselamatan). Secarateknis, KPU sudah membuatkebijakan yang tertuang dalamKeputusan KPU Nomor 179/PL.02-Kpt/01/KPU/III/2020 mulai daripelantikan panitia pemungutan

suara, verifikasi pasangan calon,hingga fase pemutakhiran datapemilih. Akan tetapi, penundaanteknis saja tidak cukup untukmenjamin keselamatan orangbanyak walaupun hal tersebuttergolong sebagai upaya untukmenekan penyebaran Covid-19 diIndonesia (Hasibuan, 2020).

Untuk mengetahui tentangsejauh mana perkembangan opinipublik, serta dikaitkan dengan situasidan kondisi di Indonesia saat ini dariberbagai segi. kesiapan, kesadaran,dan keinginan kuat dari seluruhelemen di Indonesia dapat diukurmelalui penelitian ini.Bagaimanapun, permasalahanCovid-19 telah menjalar ke berbagairuang dan lini di Indonesia.Kepastian untuk dapat mengakhiriwabah Covid-19 belum dapatdiprediksi secara nyata, sehinggamasyarakat tetap berada danbertahan dengan pola hidup yangsama. Tak terkecuali dengankontestasi Pilkada, dimana harapanpublik untuk menyongsongperubahan menjadi terganggu,bahkan diwarnai dengan atmosferkewaspadaan.

Kekhawatiran tentangturunnya kualitas demokrasimerupakan satu hipotesis alamiyang muncul di benak masyarakat.Bagaimanapun, masyarakat adalahpihak yang paling berharap akansuatu perbaikan bagi kehidupannyamasing-masing. Melalui Pilkada,masyarakat tiap daerah dapatmenciptakan langkah awalperubahan, serta merasakandampak ke depannya sesuai denganharapan dan kebutuhan. Pilkada dimasa pandemi Covid-19 ini, tentumemerlukan kerjasama dariberbagai pihak agarmengedepankan kepentinganbersama.

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 147

simulasi pelaksanaan Pilkadadengan teknis-teknis khusus,termasuk tata cara baru danpenerapan protokol kesehatan didalamnya. Dalam hal ini, KPU jugakembali mengaktifkan status parapanitia penyelenggara (PPK, KPPSdan PPS) yang sebelumnyaberstatus sebagai ad hoc akibatstatus darurat pandemi Covid-19.Antisipasi penularan Covid-19menjadi pertimbangan serius bagilembaga KPU, maka dari itu simulasimerupakan wujud dari kesiapantotal, sebelum menghadapipelaksanaan secara riil di lapangannantinya (Farisa, 2020a).

Maka dari itu, penelitian inimenjadi menarik untuk dikajisebagaimana penelitian sebelumnyaoleh Hasibuan (2020) yang mengkajitentang akibat dan dampak yangtimbul akibat Covid-19 danmenyerang berbagai lini sektortermasuk dalam agenda penundaanPilkada 2020, sehingga Pemerintahmengeluarkan kebijakan darurat(sebagai respon atas situasipandemi yang juga darurat). Kondisiakibat Covid-19 memaksa para aktordan penyelenggara Pilkada untukterbatas interaksinya, sehingga haltersebut menghambat kinerjamaupun pergerakan para aktorpolitik. Namun jika merujuk kepadakondisi pandemi Covid-19 yangmasih belum terkendali, makasebaiknya Pilkada di 2020 inimemang ditunda total. Prioritas yangsemestinya diutamakan adalah,tentang bagaimana negaramemenuhi aspek dan kebutuhanfundamental bagi tiap warganya(kesehatan & keselamatan). Secarateknis, KPU sudah membuatkebijakan yang tertuang dalamKeputusan KPU Nomor 179/PL.02-Kpt/01/KPU/III/2020 mulai daripelantikan panitia pemungutan

suara, verifikasi pasangan calon,hingga fase pemutakhiran datapemilih. Akan tetapi, penundaanteknis saja tidak cukup untukmenjamin keselamatan orangbanyak walaupun hal tersebuttergolong sebagai upaya untukmenekan penyebaran Covid-19 diIndonesia (Hasibuan, 2020).

Untuk mengetahui tentangsejauh mana perkembangan opinipublik, serta dikaitkan dengan situasidan kondisi di Indonesia saat ini dariberbagai segi. kesiapan, kesadaran,dan keinginan kuat dari seluruhelemen di Indonesia dapat diukurmelalui penelitian ini.Bagaimanapun, permasalahanCovid-19 telah menjalar ke berbagairuang dan lini di Indonesia.Kepastian untuk dapat mengakhiriwabah Covid-19 belum dapatdiprediksi secara nyata, sehinggamasyarakat tetap berada danbertahan dengan pola hidup yangsama. Tak terkecuali dengankontestasi Pilkada, dimana harapanpublik untuk menyongsongperubahan menjadi terganggu,bahkan diwarnai dengan atmosferkewaspadaan.

Kekhawatiran tentangturunnya kualitas demokrasimerupakan satu hipotesis alamiyang muncul di benak masyarakat.Bagaimanapun, masyarakat adalahpihak yang paling berharap akansuatu perbaikan bagi kehidupannyamasing-masing. Melalui Pilkada,masyarakat tiap daerah dapatmenciptakan langkah awalperubahan, serta merasakandampak ke depannya sesuai denganharapan dan kebutuhan. Pilkada dimasa pandemi Covid-19 ini, tentumemerlukan kerjasama dariberbagai pihak agarmengedepankan kepentinganbersama.

Page 6: MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDA PELAKSANAAN ...

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 148

METODE PENELITIANMetode yang dipakai dalam

penelitian ini adalah denganpendekatan studi kepustakaan(library research). Menurut Zed(2003) studi kepustakaandidefinisikan sebagai serangkaianaktivitas dan kegiatan yangmengacu kepada pengumpulandata-data pustaka, termasukmembaca, mencatat, maupunmengolah bahan penelitian. Adakurang lebih 4 karakteristik bagiseorang peneliti yang memilihmetode studi kepustakaan,diantaranya yakni: Pertama, penulisberhadapan langsung dengan datatekstual maupun angka. Kedua,peneliti tidak langsung terjun kelapangan karena data perolehan daripenelitian dapat diperoleh dimanapun dengan sifat yang cukup.Ketiga, peneliti memperoleh datadan fakta dari peneliti lain yangrelevan tanpa melalui observasilapangan. Keempat, kondisi yangberkaitan dengan ruang dan waktusehingga membatas peneliti untukterjun langsung ke lapangan gunamemperoleh data secara langsung(Supriyadi, 2017). Pengujiankeabsahan data dalam penelitian inimenggunakan Triangulasi,sebagaimana yang dikatakan olehSusan Stainback dalam (Bachri,2010) bahwa triangulasi bertujuanuntuk meningkatkan pemahamanpara peneliti terhadap data dan faktayang dimiliki. Triangulasi merupakanteknik pemeriksaan keabsahan datadengan analisis data dari berbagaisumber. Triangulasi memanfaatkansesuatu di luar data, sebagaipengecek dan pembanding.

HASIL DAN PEMBAHASANMemaknai Ulang Hakikat Pilkada

Pilkada di Indonesia,merupakan ajang rutin 5 tahunan

yang diselenggarakan denganpenuh prosesi untuk kemaslahatanhajat hidup orang banyak diberbagai daerah. Adapun prinsipdasar dari penyelenggaraannyaadalah berdasarkan dengankonsensus bersama, dandilaksanakan sesuai dengan kaidahdemokratis. Masyarakat berperansebagai subjek utama untukmenentukan jatuhnya pilihan padamasing-masing calon pemimpin dariberbagai latarbelakang. Di eramodern ini, Pilkada muncul sebagaisalah satu perhelatan politik yangbergengsi dan memenuhi ruang-ruang publik dari berbagai elemen.

Makna dari Pilkada sendiri,sebenarnya adalah tentangbagaimana muncul satu gerakanbersama dari rakyat melalui carademokratis dengan kesamaantujuan. Tujuan tersebut berorientasipada lahirnya sosok pemimpin baruyang diyakini memiliki kompetensiuntuk menjalankan tugas danfungsinya dalam mengayomimasyarakat secara maksimal melaluipengelolaan dan kebijakan.Kesejahteraan masyarakat menjadiprioritas dan indikator utama sejakawal prosesi pilkada dihelat,sehingga melalui indikator itu makaakan tercipta suatu ekspektasi yangdidambakan oleh masyarakat(Akbar, 2017).

Masyarakat yang ada ditingkat daerah, secara langsungakan terlibat dengan pelaksanaanPilkada. Karena tujuan dari Pilkadaadalah untuk membangunkemandirian dalam berpolitik,sehingga masyarakat dituntut untukmenentukan nasibnya sendiriselama periode 5 tahun ke depansesuai dengan asas yang berlaku.Para calon pemimpin (kandidat),adalah perantara bagi masyarakatuntuk memulai harapan baru dan

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 148

METODE PENELITIANMetode yang dipakai dalam

penelitian ini adalah denganpendekatan studi kepustakaan(library research). Menurut Zed(2003) studi kepustakaandidefinisikan sebagai serangkaianaktivitas dan kegiatan yangmengacu kepada pengumpulandata-data pustaka, termasukmembaca, mencatat, maupunmengolah bahan penelitian. Adakurang lebih 4 karakteristik bagiseorang peneliti yang memilihmetode studi kepustakaan,diantaranya yakni: Pertama, penulisberhadapan langsung dengan datatekstual maupun angka. Kedua,peneliti tidak langsung terjun kelapangan karena data perolehan daripenelitian dapat diperoleh dimanapun dengan sifat yang cukup.Ketiga, peneliti memperoleh datadan fakta dari peneliti lain yangrelevan tanpa melalui observasilapangan. Keempat, kondisi yangberkaitan dengan ruang dan waktusehingga membatas peneliti untukterjun langsung ke lapangan gunamemperoleh data secara langsung(Supriyadi, 2017). Pengujiankeabsahan data dalam penelitian inimenggunakan Triangulasi,sebagaimana yang dikatakan olehSusan Stainback dalam (Bachri,2010) bahwa triangulasi bertujuanuntuk meningkatkan pemahamanpara peneliti terhadap data dan faktayang dimiliki. Triangulasi merupakanteknik pemeriksaan keabsahan datadengan analisis data dari berbagaisumber. Triangulasi memanfaatkansesuatu di luar data, sebagaipengecek dan pembanding.

HASIL DAN PEMBAHASANMemaknai Ulang Hakikat Pilkada

Pilkada di Indonesia,merupakan ajang rutin 5 tahunan

yang diselenggarakan denganpenuh prosesi untuk kemaslahatanhajat hidup orang banyak diberbagai daerah. Adapun prinsipdasar dari penyelenggaraannyaadalah berdasarkan dengankonsensus bersama, dandilaksanakan sesuai dengan kaidahdemokratis. Masyarakat berperansebagai subjek utama untukmenentukan jatuhnya pilihan padamasing-masing calon pemimpin dariberbagai latarbelakang. Di eramodern ini, Pilkada muncul sebagaisalah satu perhelatan politik yangbergengsi dan memenuhi ruang-ruang publik dari berbagai elemen.

Makna dari Pilkada sendiri,sebenarnya adalah tentangbagaimana muncul satu gerakanbersama dari rakyat melalui carademokratis dengan kesamaantujuan. Tujuan tersebut berorientasipada lahirnya sosok pemimpin baruyang diyakini memiliki kompetensiuntuk menjalankan tugas danfungsinya dalam mengayomimasyarakat secara maksimal melaluipengelolaan dan kebijakan.Kesejahteraan masyarakat menjadiprioritas dan indikator utama sejakawal prosesi pilkada dihelat,sehingga melalui indikator itu makaakan tercipta suatu ekspektasi yangdidambakan oleh masyarakat(Akbar, 2017).

Masyarakat yang ada ditingkat daerah, secara langsungakan terlibat dengan pelaksanaanPilkada. Karena tujuan dari Pilkadaadalah untuk membangunkemandirian dalam berpolitik,sehingga masyarakat dituntut untukmenentukan nasibnya sendiriselama periode 5 tahun ke depansesuai dengan asas yang berlaku.Para calon pemimpin (kandidat),adalah perantara bagi masyarakatuntuk memulai harapan baru dan

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 148

METODE PENELITIANMetode yang dipakai dalam

penelitian ini adalah denganpendekatan studi kepustakaan(library research). Menurut Zed(2003) studi kepustakaandidefinisikan sebagai serangkaianaktivitas dan kegiatan yangmengacu kepada pengumpulandata-data pustaka, termasukmembaca, mencatat, maupunmengolah bahan penelitian. Adakurang lebih 4 karakteristik bagiseorang peneliti yang memilihmetode studi kepustakaan,diantaranya yakni: Pertama, penulisberhadapan langsung dengan datatekstual maupun angka. Kedua,peneliti tidak langsung terjun kelapangan karena data perolehan daripenelitian dapat diperoleh dimanapun dengan sifat yang cukup.Ketiga, peneliti memperoleh datadan fakta dari peneliti lain yangrelevan tanpa melalui observasilapangan. Keempat, kondisi yangberkaitan dengan ruang dan waktusehingga membatas peneliti untukterjun langsung ke lapangan gunamemperoleh data secara langsung(Supriyadi, 2017). Pengujiankeabsahan data dalam penelitian inimenggunakan Triangulasi,sebagaimana yang dikatakan olehSusan Stainback dalam (Bachri,2010) bahwa triangulasi bertujuanuntuk meningkatkan pemahamanpara peneliti terhadap data dan faktayang dimiliki. Triangulasi merupakanteknik pemeriksaan keabsahan datadengan analisis data dari berbagaisumber. Triangulasi memanfaatkansesuatu di luar data, sebagaipengecek dan pembanding.

HASIL DAN PEMBAHASANMemaknai Ulang Hakikat Pilkada

Pilkada di Indonesia,merupakan ajang rutin 5 tahunan

yang diselenggarakan denganpenuh prosesi untuk kemaslahatanhajat hidup orang banyak diberbagai daerah. Adapun prinsipdasar dari penyelenggaraannyaadalah berdasarkan dengankonsensus bersama, dandilaksanakan sesuai dengan kaidahdemokratis. Masyarakat berperansebagai subjek utama untukmenentukan jatuhnya pilihan padamasing-masing calon pemimpin dariberbagai latarbelakang. Di eramodern ini, Pilkada muncul sebagaisalah satu perhelatan politik yangbergengsi dan memenuhi ruang-ruang publik dari berbagai elemen.

Makna dari Pilkada sendiri,sebenarnya adalah tentangbagaimana muncul satu gerakanbersama dari rakyat melalui carademokratis dengan kesamaantujuan. Tujuan tersebut berorientasipada lahirnya sosok pemimpin baruyang diyakini memiliki kompetensiuntuk menjalankan tugas danfungsinya dalam mengayomimasyarakat secara maksimal melaluipengelolaan dan kebijakan.Kesejahteraan masyarakat menjadiprioritas dan indikator utama sejakawal prosesi pilkada dihelat,sehingga melalui indikator itu makaakan tercipta suatu ekspektasi yangdidambakan oleh masyarakat(Akbar, 2017).

Masyarakat yang ada ditingkat daerah, secara langsungakan terlibat dengan pelaksanaanPilkada. Karena tujuan dari Pilkadaadalah untuk membangunkemandirian dalam berpolitik,sehingga masyarakat dituntut untukmenentukan nasibnya sendiriselama periode 5 tahun ke depansesuai dengan asas yang berlaku.Para calon pemimpin (kandidat),adalah perantara bagi masyarakatuntuk memulai harapan baru dan

Page 7: MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDA PELAKSANAAN ...

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 149

meneruskan langkah pembangunanyang sesuai dengan kehendakmasyarakat itu sendiri.

Secara garis besar,pelaksanaan Pilkada adalahberdasarkan dengan kedaulatanmasyarakat Indonesia di tiap daerah.Masyarakat memiliki kebebasanyang utuh dalam menentukan suarahak pilih nya tanpa ada intervensidari pihak mana pun, termasuk parapelaku dan elite politik yangmemang berkepentingan praktis.Kepentingan bersama merupakanagenda bersama yang harusdisadari dan diupayakan oleh rakyat,termasuk dalam melakukanmonitoring terhadap segalakebijakan publik. Kepastian untukterciptanya ruang kebebasan bagirakyat pada ajang Pilkada harus lahdiperhatikan secara serius, sertadijamin keberadaannya sehinggamampu untuk mencerminkankualitas partisipasi yang baik(Saputra & Asih, 2017).

Estafet kepemimpinan yangada dalam Pilkada, merupakanbagian dari prinsip otonom denganturut melibatkan kehadiran rakyatsebagai faktor pendukung utama.Terciptanya ajang Pilkada adalahsangat membutuhkan modal sumberdaya manusia sebagai motorpenggerak yang mumpuni danmampu untuk mengisi kekosongantampuk kepemimpinan daerah.Prinsip yang terkandung dalamPilkada, pada dasarnya lebihmenekankan pada keadilan sosialtanpa meruncingkan perbedaansekecil apapun (termasuk bagiindividu maupun kelompok).

Maraknya partai politik jugasemakin menambah dinamikaPilkada di Indonesia, karenaruntutan persaingan yangberlangsung dalam jangka waktuyang lama. Kekalahan dan

kemenangan secara angka, bukanlah hal yang mutlak untuk sekedardijadikan pesta fora belaka. Namun,Pilkada juga sekaligus turutmenyiratkan pesan bahwa tahun-tahun berikutnya berpotensi untukdiwarnai dengan berbagai macampersaingan, dengan strategi masing-masing para pelaku politik.Perkembangan Opini PenolakanTerhadap Pilkada 2020

Dikutip dari SerambiNews(2020), pernyataan sikap menolakjuga disampaikan oleh salah satupimpinan lembaga DPD RI TerasNarang. Dalam sesi wawancaradengan para wartawan, dirinyamengatakan:“Sementara di saat bersamaan, kitasama-sama mengetahui bahwaseluruh dunia dan Indonesia sedangberjuang menghadapi wabahpandemi Covid-19, termasuk parapemerintah daerah yang hingga hariini masih terus bekerja danmengendalikan penyebaran Covid-19 di daerahnya masing-masing”.

Selain itu, ada beberapapertimbangan resmi dari WHOsebagai badan kesehatan duniayang menetapkan pandemi Covid-19sebagai wabah global, sertastatusnya masih aktif hinggasekarang. Pilkada 2020 setidaknyamelibatkan sekitar 105 jutapenduduk, di 270 daerah dariberbagai penjuru yang tentunyarawan dan rentan (Eda, 2020).

Penolakan tegas yangdisampaikan oleh seorang TerasNawang merupakan suatupandangan rasional, denganmenjadikan acuan dan faktalapangan sebagai pertimbangankasus. Fakta nya saat ini Indonesiamasih terus mengalamipertambahan kasus yang takterkendali, sehingga tingkatkekhawatiran yang hinggap pada

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 149

meneruskan langkah pembangunanyang sesuai dengan kehendakmasyarakat itu sendiri.

Secara garis besar,pelaksanaan Pilkada adalahberdasarkan dengan kedaulatanmasyarakat Indonesia di tiap daerah.Masyarakat memiliki kebebasanyang utuh dalam menentukan suarahak pilih nya tanpa ada intervensidari pihak mana pun, termasuk parapelaku dan elite politik yangmemang berkepentingan praktis.Kepentingan bersama merupakanagenda bersama yang harusdisadari dan diupayakan oleh rakyat,termasuk dalam melakukanmonitoring terhadap segalakebijakan publik. Kepastian untukterciptanya ruang kebebasan bagirakyat pada ajang Pilkada harus lahdiperhatikan secara serius, sertadijamin keberadaannya sehinggamampu untuk mencerminkankualitas partisipasi yang baik(Saputra & Asih, 2017).

Estafet kepemimpinan yangada dalam Pilkada, merupakanbagian dari prinsip otonom denganturut melibatkan kehadiran rakyatsebagai faktor pendukung utama.Terciptanya ajang Pilkada adalahsangat membutuhkan modal sumberdaya manusia sebagai motorpenggerak yang mumpuni danmampu untuk mengisi kekosongantampuk kepemimpinan daerah.Prinsip yang terkandung dalamPilkada, pada dasarnya lebihmenekankan pada keadilan sosialtanpa meruncingkan perbedaansekecil apapun (termasuk bagiindividu maupun kelompok).

Maraknya partai politik jugasemakin menambah dinamikaPilkada di Indonesia, karenaruntutan persaingan yangberlangsung dalam jangka waktuyang lama. Kekalahan dan

kemenangan secara angka, bukanlah hal yang mutlak untuk sekedardijadikan pesta fora belaka. Namun,Pilkada juga sekaligus turutmenyiratkan pesan bahwa tahun-tahun berikutnya berpotensi untukdiwarnai dengan berbagai macampersaingan, dengan strategi masing-masing para pelaku politik.Perkembangan Opini PenolakanTerhadap Pilkada 2020

Dikutip dari SerambiNews(2020), pernyataan sikap menolakjuga disampaikan oleh salah satupimpinan lembaga DPD RI TerasNarang. Dalam sesi wawancaradengan para wartawan, dirinyamengatakan:“Sementara di saat bersamaan, kitasama-sama mengetahui bahwaseluruh dunia dan Indonesia sedangberjuang menghadapi wabahpandemi Covid-19, termasuk parapemerintah daerah yang hingga hariini masih terus bekerja danmengendalikan penyebaran Covid-19 di daerahnya masing-masing”.

Selain itu, ada beberapapertimbangan resmi dari WHOsebagai badan kesehatan duniayang menetapkan pandemi Covid-19sebagai wabah global, sertastatusnya masih aktif hinggasekarang. Pilkada 2020 setidaknyamelibatkan sekitar 105 jutapenduduk, di 270 daerah dariberbagai penjuru yang tentunyarawan dan rentan (Eda, 2020).

Penolakan tegas yangdisampaikan oleh seorang TerasNawang merupakan suatupandangan rasional, denganmenjadikan acuan dan faktalapangan sebagai pertimbangankasus. Fakta nya saat ini Indonesiamasih terus mengalamipertambahan kasus yang takterkendali, sehingga tingkatkekhawatiran yang hinggap pada

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 149

meneruskan langkah pembangunanyang sesuai dengan kehendakmasyarakat itu sendiri.

Secara garis besar,pelaksanaan Pilkada adalahberdasarkan dengan kedaulatanmasyarakat Indonesia di tiap daerah.Masyarakat memiliki kebebasanyang utuh dalam menentukan suarahak pilih nya tanpa ada intervensidari pihak mana pun, termasuk parapelaku dan elite politik yangmemang berkepentingan praktis.Kepentingan bersama merupakanagenda bersama yang harusdisadari dan diupayakan oleh rakyat,termasuk dalam melakukanmonitoring terhadap segalakebijakan publik. Kepastian untukterciptanya ruang kebebasan bagirakyat pada ajang Pilkada harus lahdiperhatikan secara serius, sertadijamin keberadaannya sehinggamampu untuk mencerminkankualitas partisipasi yang baik(Saputra & Asih, 2017).

Estafet kepemimpinan yangada dalam Pilkada, merupakanbagian dari prinsip otonom denganturut melibatkan kehadiran rakyatsebagai faktor pendukung utama.Terciptanya ajang Pilkada adalahsangat membutuhkan modal sumberdaya manusia sebagai motorpenggerak yang mumpuni danmampu untuk mengisi kekosongantampuk kepemimpinan daerah.Prinsip yang terkandung dalamPilkada, pada dasarnya lebihmenekankan pada keadilan sosialtanpa meruncingkan perbedaansekecil apapun (termasuk bagiindividu maupun kelompok).

Maraknya partai politik jugasemakin menambah dinamikaPilkada di Indonesia, karenaruntutan persaingan yangberlangsung dalam jangka waktuyang lama. Kekalahan dan

kemenangan secara angka, bukanlah hal yang mutlak untuk sekedardijadikan pesta fora belaka. Namun,Pilkada juga sekaligus turutmenyiratkan pesan bahwa tahun-tahun berikutnya berpotensi untukdiwarnai dengan berbagai macampersaingan, dengan strategi masing-masing para pelaku politik.Perkembangan Opini PenolakanTerhadap Pilkada 2020

Dikutip dari SerambiNews(2020), pernyataan sikap menolakjuga disampaikan oleh salah satupimpinan lembaga DPD RI TerasNarang. Dalam sesi wawancaradengan para wartawan, dirinyamengatakan:“Sementara di saat bersamaan, kitasama-sama mengetahui bahwaseluruh dunia dan Indonesia sedangberjuang menghadapi wabahpandemi Covid-19, termasuk parapemerintah daerah yang hingga hariini masih terus bekerja danmengendalikan penyebaran Covid-19 di daerahnya masing-masing”.

Selain itu, ada beberapapertimbangan resmi dari WHOsebagai badan kesehatan duniayang menetapkan pandemi Covid-19sebagai wabah global, sertastatusnya masih aktif hinggasekarang. Pilkada 2020 setidaknyamelibatkan sekitar 105 jutapenduduk, di 270 daerah dariberbagai penjuru yang tentunyarawan dan rentan (Eda, 2020).

Penolakan tegas yangdisampaikan oleh seorang TerasNawang merupakan suatupandangan rasional, denganmenjadikan acuan dan faktalapangan sebagai pertimbangankasus. Fakta nya saat ini Indonesiamasih terus mengalamipertambahan kasus yang takterkendali, sehingga tingkatkekhawatiran yang hinggap pada

Page 8: MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDA PELAKSANAAN ...

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 150

masyarakat pun turut meningkat.Maka dapat dipastikan bahwa di luarsana, tidak jarang juga banyakpublik yang memiliki kecenderungandan orientasi pemikiran sepertiseorang Teras Nawang.

Bagaimana pun,kemaslahatan orang banyak adalahprioritas utama yang memang harusdikuatkan oleh Pemerintah dalamsuatu negara, supaya apabila timbulkerugian nantinya tidak menjadipersoalan tambahan yang malahmenambah beban bagi daerah-daerah. Adanya perkembangan opinipublik, di sisi lain merupakan satuparameter bagi pemerintah pusatuntuk kembali memantapkanlangkah ke depan untuk menyambutPilkada 2020 pada 9 Desembermendatang. Persiapan dankewaspadaan yang extra tentumenjadi begitu vital untuk segeradiimplementasikan dalam jangkapendek ini. Ketika perkembanganopini publik tidak dapat dibendung,maka satu-satunya cara yang bisadilakukan oleh pemerintah adalahmemunculkan satu ide dan gagasanalternatif baru sebagai upaya solutif.

Pro kontra dalam menanggapirencana pelaksanaan Pilkada 2020di tengah Covid-19 memang sangatmenarik untuk diperbincangkan.Jelas saja banyak elemenmasyarakat dari berbagailatarbelakang yang memilikikesamaan pandangan, laluberkelompok untuk menyampaikanpandangan tersebut. Hal yang pastiadalah, ide dan gagasan yangdimiliki oleh kelompok mana punadalah suatu kelumrahan diIndonesia sebagai negara denganlandasan demokrasi yang notabeneselalu menampung segala delikpermasalahan publik. Tak ayal jikaPilkada 2020 pada 9 Desembermendatang juga mendapat

kecaman, yang didasari atas rasakewaspadaan dan kecemasanakibat belum terkontrol nya kasuspenularan Covid-19 di Indonesia.

Dikutip dari prfmnews.id(2020), opini dan pandangansejenis juga muncul dari lembagaPerludem (Perkumpulan untukPemilu dan Demokrasi) yang diwakilioleh Fadli Ramdhani, sebagaimanamemberikan pernyataan pada saatOn Air di salah satu stasiun Radiolokal (Firmansyah, 2020): Fadli:“Rancangan KPU kalau Pilkadadigelar pada Desember, makatahapannya harus dimulai sejak 15Juni 2020. Masuk akal ga kalau kitapaksakan Pilkada di Desembersementara kondisi pandemi masihterus menyerang?”

Fadli: “Dalam Perppu No.02Tahun 2020, regulasi sertamekanisme selama pandemi tidakdiatur dengan jelas. Mulai dari tekniskampanye, pemungutan suara,sampai pada tahap rekapitulasi”

Fadli: ”Jumlah TPSbertambah, karena kesepakatanbersama untuk membatas per TPShanya 500 orang. Otomatis alokasijumlah anggaran juga bertambah,seperti APD dan alat pelindunglainnya”

Mencermati tentang apa yangdisampaikan oleh Fadli sebagaiperwakilan dari Perludem,setidaknya memang terdapatkewaspadaan dan kekhawatirandengan menjadikan keselamatanmasyarakat sebagai tujuan utama.Pelaksanaan Pilkada pada 9Desember memang terkesanterburu-buru, di tengah faktapandemi yang masih belummelandai grafik nya.

Opini kontra terhadappelaksanaan Pilkada tersebut akanlebih meyakinkan, jika dikaitkandengan info grafis maupun data

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 150

masyarakat pun turut meningkat.Maka dapat dipastikan bahwa di luarsana, tidak jarang juga banyakpublik yang memiliki kecenderungandan orientasi pemikiran sepertiseorang Teras Nawang.

Bagaimana pun,kemaslahatan orang banyak adalahprioritas utama yang memang harusdikuatkan oleh Pemerintah dalamsuatu negara, supaya apabila timbulkerugian nantinya tidak menjadipersoalan tambahan yang malahmenambah beban bagi daerah-daerah. Adanya perkembangan opinipublik, di sisi lain merupakan satuparameter bagi pemerintah pusatuntuk kembali memantapkanlangkah ke depan untuk menyambutPilkada 2020 pada 9 Desembermendatang. Persiapan dankewaspadaan yang extra tentumenjadi begitu vital untuk segeradiimplementasikan dalam jangkapendek ini. Ketika perkembanganopini publik tidak dapat dibendung,maka satu-satunya cara yang bisadilakukan oleh pemerintah adalahmemunculkan satu ide dan gagasanalternatif baru sebagai upaya solutif.

Pro kontra dalam menanggapirencana pelaksanaan Pilkada 2020di tengah Covid-19 memang sangatmenarik untuk diperbincangkan.Jelas saja banyak elemenmasyarakat dari berbagailatarbelakang yang memilikikesamaan pandangan, laluberkelompok untuk menyampaikanpandangan tersebut. Hal yang pastiadalah, ide dan gagasan yangdimiliki oleh kelompok mana punadalah suatu kelumrahan diIndonesia sebagai negara denganlandasan demokrasi yang notabeneselalu menampung segala delikpermasalahan publik. Tak ayal jikaPilkada 2020 pada 9 Desembermendatang juga mendapat

kecaman, yang didasari atas rasakewaspadaan dan kecemasanakibat belum terkontrol nya kasuspenularan Covid-19 di Indonesia.

Dikutip dari prfmnews.id(2020), opini dan pandangansejenis juga muncul dari lembagaPerludem (Perkumpulan untukPemilu dan Demokrasi) yang diwakilioleh Fadli Ramdhani, sebagaimanamemberikan pernyataan pada saatOn Air di salah satu stasiun Radiolokal (Firmansyah, 2020): Fadli:“Rancangan KPU kalau Pilkadadigelar pada Desember, makatahapannya harus dimulai sejak 15Juni 2020. Masuk akal ga kalau kitapaksakan Pilkada di Desembersementara kondisi pandemi masihterus menyerang?”

Fadli: “Dalam Perppu No.02Tahun 2020, regulasi sertamekanisme selama pandemi tidakdiatur dengan jelas. Mulai dari tekniskampanye, pemungutan suara,sampai pada tahap rekapitulasi”

Fadli: ”Jumlah TPSbertambah, karena kesepakatanbersama untuk membatas per TPShanya 500 orang. Otomatis alokasijumlah anggaran juga bertambah,seperti APD dan alat pelindunglainnya”

Mencermati tentang apa yangdisampaikan oleh Fadli sebagaiperwakilan dari Perludem,setidaknya memang terdapatkewaspadaan dan kekhawatirandengan menjadikan keselamatanmasyarakat sebagai tujuan utama.Pelaksanaan Pilkada pada 9Desember memang terkesanterburu-buru, di tengah faktapandemi yang masih belummelandai grafik nya.

Opini kontra terhadappelaksanaan Pilkada tersebut akanlebih meyakinkan, jika dikaitkandengan info grafis maupun data

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 150

masyarakat pun turut meningkat.Maka dapat dipastikan bahwa di luarsana, tidak jarang juga banyakpublik yang memiliki kecenderungandan orientasi pemikiran sepertiseorang Teras Nawang.

Bagaimana pun,kemaslahatan orang banyak adalahprioritas utama yang memang harusdikuatkan oleh Pemerintah dalamsuatu negara, supaya apabila timbulkerugian nantinya tidak menjadipersoalan tambahan yang malahmenambah beban bagi daerah-daerah. Adanya perkembangan opinipublik, di sisi lain merupakan satuparameter bagi pemerintah pusatuntuk kembali memantapkanlangkah ke depan untuk menyambutPilkada 2020 pada 9 Desembermendatang. Persiapan dankewaspadaan yang extra tentumenjadi begitu vital untuk segeradiimplementasikan dalam jangkapendek ini. Ketika perkembanganopini publik tidak dapat dibendung,maka satu-satunya cara yang bisadilakukan oleh pemerintah adalahmemunculkan satu ide dan gagasanalternatif baru sebagai upaya solutif.

Pro kontra dalam menanggapirencana pelaksanaan Pilkada 2020di tengah Covid-19 memang sangatmenarik untuk diperbincangkan.Jelas saja banyak elemenmasyarakat dari berbagailatarbelakang yang memilikikesamaan pandangan, laluberkelompok untuk menyampaikanpandangan tersebut. Hal yang pastiadalah, ide dan gagasan yangdimiliki oleh kelompok mana punadalah suatu kelumrahan diIndonesia sebagai negara denganlandasan demokrasi yang notabeneselalu menampung segala delikpermasalahan publik. Tak ayal jikaPilkada 2020 pada 9 Desembermendatang juga mendapat

kecaman, yang didasari atas rasakewaspadaan dan kecemasanakibat belum terkontrol nya kasuspenularan Covid-19 di Indonesia.

Dikutip dari prfmnews.id(2020), opini dan pandangansejenis juga muncul dari lembagaPerludem (Perkumpulan untukPemilu dan Demokrasi) yang diwakilioleh Fadli Ramdhani, sebagaimanamemberikan pernyataan pada saatOn Air di salah satu stasiun Radiolokal (Firmansyah, 2020): Fadli:“Rancangan KPU kalau Pilkadadigelar pada Desember, makatahapannya harus dimulai sejak 15Juni 2020. Masuk akal ga kalau kitapaksakan Pilkada di Desembersementara kondisi pandemi masihterus menyerang?”

Fadli: “Dalam Perppu No.02Tahun 2020, regulasi sertamekanisme selama pandemi tidakdiatur dengan jelas. Mulai dari tekniskampanye, pemungutan suara,sampai pada tahap rekapitulasi”

Fadli: ”Jumlah TPSbertambah, karena kesepakatanbersama untuk membatas per TPShanya 500 orang. Otomatis alokasijumlah anggaran juga bertambah,seperti APD dan alat pelindunglainnya”

Mencermati tentang apa yangdisampaikan oleh Fadli sebagaiperwakilan dari Perludem,setidaknya memang terdapatkewaspadaan dan kekhawatirandengan menjadikan keselamatanmasyarakat sebagai tujuan utama.Pelaksanaan Pilkada pada 9Desember memang terkesanterburu-buru, di tengah faktapandemi yang masih belummelandai grafik nya.

Opini kontra terhadappelaksanaan Pilkada tersebut akanlebih meyakinkan, jika dikaitkandengan info grafis maupun data

Page 9: MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDA PELAKSANAAN ...

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 151

sebaran yang memuat jumlahkorban meninggal beserta jumlahkorban yang statusnya terinfeksiCovid-19.

Bentuk Opini Dukungan TerhadapPilkada 2020

Gambar 1. Konferensi Pers AliansiRakyat Demokrasi Jawa Timur

Sumber : Kumparan, 2020

Dikutip dari (Kumparan, 2020)opini lain justru datang dalam bentukdukungan terhadap kesuksesan ataspelaksanaan Pilkada 2020 yangmana datang dari 21 organisasi.Gabungan organisasi tersebutmenamai dirinya dengan AliansiRakyat Demokrasi Jawa Timur.Pesan yang hendak disampaikankepada seluruh masyarakat adalah,untuk tetap berfikir positif dan selalumenerapkan protokol kesehatandalam menyambut Pilkada pada 9Desember nanti. Selain itu, Aliansigabungan tersebut jugamenganggap bahwa Pilkada di 2020ini merupakan suatu tantanganbersama yang memang harusdihadapi dengan sikap bijaksanaatau dalam arti lain adalah salingbahu membahu untuk turutmensukseskan.

Adapun beberapa poin utamasesuai dengan hasil konferensi persyang digelar adalah sebagai berikut:

a) Mendukung PelaksanaanPilkada 2020 tanpa prosesillegal seperti kampanyehitam, politik uang, politikidentitas, berita hoax maupunsegala cara yang tidak lazim.

b) Mendukung Pilkada pada 9Desember danmengharapkan terciptanyaasas JURDIL (Jujur dan Adil)dan LUBER (LangsungUmum Bebas Rahasia).

c) Mendukung PenyelenggaraPemilu terutama KPU untuksecara gencar dan maksimalagar menerapkan protokolkesehatan, sertamempersiapkan peralatanpendukung yang memadaiuntuk dipergunakan dilapangan nantinya sepertiAPD, hand sanitizer,penyemprotan disinfektan,dsb.

d) Mendukung PemerintahDaerah agar meningkatkankewaspadaan terhadap gejaladan penularan Covid-19 didaerah masing-masing.

e) Menuntut KPU untukmembuat peraturan yangmelarang bentuk kampanyedengan melibatkan banyakorang terutama bagi wilayahdengan status zona merah,dan menggantinya secaravirtual (online). Namun untukwilayah dengan zona hijau,mendukung untuk melakukankampanye normal secaraterbatas dan tetapmenerapkan protokolkesehatan secara berkala.

f) Mendukung Pemerintah danpihak penyelenggara Pilkada

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 151

sebaran yang memuat jumlahkorban meninggal beserta jumlahkorban yang statusnya terinfeksiCovid-19.

Bentuk Opini Dukungan TerhadapPilkada 2020

Gambar 1. Konferensi Pers AliansiRakyat Demokrasi Jawa Timur

Sumber : Kumparan, 2020

Dikutip dari (Kumparan, 2020)opini lain justru datang dalam bentukdukungan terhadap kesuksesan ataspelaksanaan Pilkada 2020 yangmana datang dari 21 organisasi.Gabungan organisasi tersebutmenamai dirinya dengan AliansiRakyat Demokrasi Jawa Timur.Pesan yang hendak disampaikankepada seluruh masyarakat adalah,untuk tetap berfikir positif dan selalumenerapkan protokol kesehatandalam menyambut Pilkada pada 9Desember nanti. Selain itu, Aliansigabungan tersebut jugamenganggap bahwa Pilkada di 2020ini merupakan suatu tantanganbersama yang memang harusdihadapi dengan sikap bijaksanaatau dalam arti lain adalah salingbahu membahu untuk turutmensukseskan.

Adapun beberapa poin utamasesuai dengan hasil konferensi persyang digelar adalah sebagai berikut:

a) Mendukung PelaksanaanPilkada 2020 tanpa prosesillegal seperti kampanyehitam, politik uang, politikidentitas, berita hoax maupunsegala cara yang tidak lazim.

b) Mendukung Pilkada pada 9Desember danmengharapkan terciptanyaasas JURDIL (Jujur dan Adil)dan LUBER (LangsungUmum Bebas Rahasia).

c) Mendukung PenyelenggaraPemilu terutama KPU untuksecara gencar dan maksimalagar menerapkan protokolkesehatan, sertamempersiapkan peralatanpendukung yang memadaiuntuk dipergunakan dilapangan nantinya sepertiAPD, hand sanitizer,penyemprotan disinfektan,dsb.

d) Mendukung PemerintahDaerah agar meningkatkankewaspadaan terhadap gejaladan penularan Covid-19 didaerah masing-masing.

e) Menuntut KPU untukmembuat peraturan yangmelarang bentuk kampanyedengan melibatkan banyakorang terutama bagi wilayahdengan status zona merah,dan menggantinya secaravirtual (online). Namun untukwilayah dengan zona hijau,mendukung untuk melakukankampanye normal secaraterbatas dan tetapmenerapkan protokolkesehatan secara berkala.

f) Mendukung Pemerintah danpihak penyelenggara Pilkada

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 151

sebaran yang memuat jumlahkorban meninggal beserta jumlahkorban yang statusnya terinfeksiCovid-19.

Bentuk Opini Dukungan TerhadapPilkada 2020

Gambar 1. Konferensi Pers AliansiRakyat Demokrasi Jawa Timur

Sumber : Kumparan, 2020

Dikutip dari (Kumparan, 2020)opini lain justru datang dalam bentukdukungan terhadap kesuksesan ataspelaksanaan Pilkada 2020 yangmana datang dari 21 organisasi.Gabungan organisasi tersebutmenamai dirinya dengan AliansiRakyat Demokrasi Jawa Timur.Pesan yang hendak disampaikankepada seluruh masyarakat adalah,untuk tetap berfikir positif dan selalumenerapkan protokol kesehatandalam menyambut Pilkada pada 9Desember nanti. Selain itu, Aliansigabungan tersebut jugamenganggap bahwa Pilkada di 2020ini merupakan suatu tantanganbersama yang memang harusdihadapi dengan sikap bijaksanaatau dalam arti lain adalah salingbahu membahu untuk turutmensukseskan.

Adapun beberapa poin utamasesuai dengan hasil konferensi persyang digelar adalah sebagai berikut:

a) Mendukung PelaksanaanPilkada 2020 tanpa prosesillegal seperti kampanyehitam, politik uang, politikidentitas, berita hoax maupunsegala cara yang tidak lazim.

b) Mendukung Pilkada pada 9Desember danmengharapkan terciptanyaasas JURDIL (Jujur dan Adil)dan LUBER (LangsungUmum Bebas Rahasia).

c) Mendukung PenyelenggaraPemilu terutama KPU untuksecara gencar dan maksimalagar menerapkan protokolkesehatan, sertamempersiapkan peralatanpendukung yang memadaiuntuk dipergunakan dilapangan nantinya sepertiAPD, hand sanitizer,penyemprotan disinfektan,dsb.

d) Mendukung PemerintahDaerah agar meningkatkankewaspadaan terhadap gejaladan penularan Covid-19 didaerah masing-masing.

e) Menuntut KPU untukmembuat peraturan yangmelarang bentuk kampanyedengan melibatkan banyakorang terutama bagi wilayahdengan status zona merah,dan menggantinya secaravirtual (online). Namun untukwilayah dengan zona hijau,mendukung untuk melakukankampanye normal secaraterbatas dan tetapmenerapkan protokolkesehatan secara berkala.

f) Mendukung Pemerintah danpihak penyelenggara Pilkada

Page 10: MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDA PELAKSANAAN ...

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 152

untuk gencar melakukansosialisasi secara berkala danrutin kepada masyarakat luastentang pengetahuan seputarPilkada di masa PandemiCovid-19 baik dalam tahappersiapan, hingga tahappemungutan di bilik suara.

g) Mengajak seluruh elemenmasyarakat Indonesiaterutama masyarakat Jawatimur yang datang dariberbagai latarbelakang, untuksama-sama menyatukansemangat dan membantunmindset positif dalammenyambut keputusanpelaksanaan Pilkada dengantetap patuh terhadap protokolkesehatan.

Gambar 2. ProsesPenandatanganan Deklarasi

Sumber: Kumparan, 2020

Pada dasarnya, 21 organisasidari berbagai latar belakang yangtergabung dalam Aliansi RakyatDemokrasi di atas adalahmewujudkan suatu komitmen dankepedulian yang kuat terhadap nasibPilkada di masa Pandemi pada 9Desember nanti.

Aliansi Rakyat Demokrasitersebut tetap memberikan perhatiandan prioritas utama kepadakeselamatan masyarakat secarakeseluruhan, serta secara tidaklangsung juga mengajak masyarakatuntuk menjaga pola hidup sehat diwilayahnya masing-masing. Tidak

hanya itu, mereka juga secara tidaklangsung memberikan tuntutankepada para pelaku politik untukbijak dalam berkompetisi sesuaidengan prosedur dan kode etik.Agar tidak melakukan segala carahanya untuk meraih kemenangansemata.

Analisis Terhadap Fakta diLapangan

Gambar 3. Data Sebaran Covid-19Per 16 Juni 2020

Sumber : Tribunnews, 2020

Dikutip dari (Kurniandari,2020) bahwa jumlah penambahankasus positif Covid-19 di Indonesiamasih terus melonjak, denganmenempatkan Jawa Timur sebagaiyang terbanyak (dari total 34Provinsi). Walaupun terdapat jumlahkesembuhan yang terjadi, namunangka nya masih sangat timpangjika dibandingkan dengan angkakasus penambahan (positif). Secaratidak langsung, data tersebut jugaberpotensi memunculkanpertanyaan besar bagi publik danpara pemerhati kebijakanpemerintah. Yakni tentang sejauhmana Indonesia mampu dan siapdalam prosesi pelaksanaan Pilkada2020 pada 9 Desember mendatang?mengingat masih maraknyapenyebaran terjadi di berbagaidaerah.

Andaikan pemerintah beserta

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 152

untuk gencar melakukansosialisasi secara berkala danrutin kepada masyarakat luastentang pengetahuan seputarPilkada di masa PandemiCovid-19 baik dalam tahappersiapan, hingga tahappemungutan di bilik suara.

g) Mengajak seluruh elemenmasyarakat Indonesiaterutama masyarakat Jawatimur yang datang dariberbagai latarbelakang, untuksama-sama menyatukansemangat dan membantunmindset positif dalammenyambut keputusanpelaksanaan Pilkada dengantetap patuh terhadap protokolkesehatan.

Gambar 2. ProsesPenandatanganan Deklarasi

Sumber: Kumparan, 2020

Pada dasarnya, 21 organisasidari berbagai latar belakang yangtergabung dalam Aliansi RakyatDemokrasi di atas adalahmewujudkan suatu komitmen dankepedulian yang kuat terhadap nasibPilkada di masa Pandemi pada 9Desember nanti.

Aliansi Rakyat Demokrasitersebut tetap memberikan perhatiandan prioritas utama kepadakeselamatan masyarakat secarakeseluruhan, serta secara tidaklangsung juga mengajak masyarakatuntuk menjaga pola hidup sehat diwilayahnya masing-masing. Tidak

hanya itu, mereka juga secara tidaklangsung memberikan tuntutankepada para pelaku politik untukbijak dalam berkompetisi sesuaidengan prosedur dan kode etik.Agar tidak melakukan segala carahanya untuk meraih kemenangansemata.

Analisis Terhadap Fakta diLapangan

Gambar 3. Data Sebaran Covid-19Per 16 Juni 2020

Sumber : Tribunnews, 2020

Dikutip dari (Kurniandari,2020) bahwa jumlah penambahankasus positif Covid-19 di Indonesiamasih terus melonjak, denganmenempatkan Jawa Timur sebagaiyang terbanyak (dari total 34Provinsi). Walaupun terdapat jumlahkesembuhan yang terjadi, namunangka nya masih sangat timpangjika dibandingkan dengan angkakasus penambahan (positif). Secaratidak langsung, data tersebut jugaberpotensi memunculkanpertanyaan besar bagi publik danpara pemerhati kebijakanpemerintah. Yakni tentang sejauhmana Indonesia mampu dan siapdalam prosesi pelaksanaan Pilkada2020 pada 9 Desember mendatang?mengingat masih maraknyapenyebaran terjadi di berbagaidaerah.

Andaikan pemerintah beserta

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 152

untuk gencar melakukansosialisasi secara berkala danrutin kepada masyarakat luastentang pengetahuan seputarPilkada di masa PandemiCovid-19 baik dalam tahappersiapan, hingga tahappemungutan di bilik suara.

g) Mengajak seluruh elemenmasyarakat Indonesiaterutama masyarakat Jawatimur yang datang dariberbagai latarbelakang, untuksama-sama menyatukansemangat dan membantunmindset positif dalammenyambut keputusanpelaksanaan Pilkada dengantetap patuh terhadap protokolkesehatan.

Gambar 2. ProsesPenandatanganan Deklarasi

Sumber: Kumparan, 2020

Pada dasarnya, 21 organisasidari berbagai latar belakang yangtergabung dalam Aliansi RakyatDemokrasi di atas adalahmewujudkan suatu komitmen dankepedulian yang kuat terhadap nasibPilkada di masa Pandemi pada 9Desember nanti.

Aliansi Rakyat Demokrasitersebut tetap memberikan perhatiandan prioritas utama kepadakeselamatan masyarakat secarakeseluruhan, serta secara tidaklangsung juga mengajak masyarakatuntuk menjaga pola hidup sehat diwilayahnya masing-masing. Tidak

hanya itu, mereka juga secara tidaklangsung memberikan tuntutankepada para pelaku politik untukbijak dalam berkompetisi sesuaidengan prosedur dan kode etik.Agar tidak melakukan segala carahanya untuk meraih kemenangansemata.

Analisis Terhadap Fakta diLapangan

Gambar 3. Data Sebaran Covid-19Per 16 Juni 2020

Sumber : Tribunnews, 2020

Dikutip dari (Kurniandari,2020) bahwa jumlah penambahankasus positif Covid-19 di Indonesiamasih terus melonjak, denganmenempatkan Jawa Timur sebagaiyang terbanyak (dari total 34Provinsi). Walaupun terdapat jumlahkesembuhan yang terjadi, namunangka nya masih sangat timpangjika dibandingkan dengan angkakasus penambahan (positif). Secaratidak langsung, data tersebut jugaberpotensi memunculkanpertanyaan besar bagi publik danpara pemerhati kebijakanpemerintah. Yakni tentang sejauhmana Indonesia mampu dan siapdalam prosesi pelaksanaan Pilkada2020 pada 9 Desember mendatang?mengingat masih maraknyapenyebaran terjadi di berbagaidaerah.

Andaikan pemerintah beserta

Page 11: MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDA PELAKSANAAN ...

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 153

lembaga penyelenggara telahmengaku siap dan berkomitmensecara serius untuk memaksimalkantahapan persiapan danmenggencarkan sosialisasi hinggatahap pemungutan suara, maka satuhal yang tidak boleh untuk dilupakanadalah terkait dengan bagaimanakesadaran maupun tingkatkedisiplinan masyarakat. Ketikatingkat kedisiplinan masyarakatrendah, apalagi sosialisasi yangdilakukan juga minim maka hal inibenar-benar akan memicu persoalanbaru.

Selanjutnya juga munculpertanyaan tentang sejauh manakesiapan publik untuk memahamiteknis Pilkada 2020 mendatang,dimana mekanisme nya telahberubah. Singkatnya, parameter inijuga mampu menjadi gambaran jelasbagi pihak berwenang (pemerintah &lembaga pemilu) untuk lebihmenitikberatkan kompleks nyapermasalahan kepada orientasikepentingan bersama sehinggalangkah yang diambil nantinya tidakakan mengecewakan banyak pihak,bahkan tergolong merugikan.

Dinamika persoalan yangmuncul akibat Covid-19 saat inimenjadi persoalan universal danmendasar, di sisi lain pemerintahbeserta lembaga terkait bersikukuhuntuk tetap memulai kontestasiPilkada 2020 pada 9 Desembermendatang.

Selama ini, Indonesiamemang belum pernah mengalamimasa-masa pelaksanaan Pilkadadalam ancaman wabah yang secarasifat berpotensi tinggi dalammempengaruhi kesehatan manusiabahkan kematian. Fakta tentangCovid-19 hingga hari ini terusmengalami perkembangan kasus.Sehingga bisa dikatakan bahwapemerintah dan masyarakat juga

dilematis serta di sisi lain jugaberjuang total untuk tidak kehilanganhak-hak politiknya di tahun 2020 ini.

Hal di atas sebenarnyasejalan dengan pendapat dariBeetham (2002) yang mengatakanbahwa konsep dasar dari demokrasiadalah political equality, denganprinsip keadilan dan kesetaraanharus melekat pada masing-masingrakyat secara individu, sehinggarakyat mampu untuk menjalankanperan dan fungsinya dalamdemokrasi (Apriani et al., 2020).Permasalahannya adalah, wabahakibat Covid-19 yang memaksapemerintah dan masyarakat untukberfikir ulang serta mempersiapkanskema baru dalam melaksanakanpesta demokrasi ke depan, sesuaidengan dinamika lapangan tentunya.

Berbagai macam analisis bisasaja diterapkan, untuk mengukurtentang sejauh mana persiapan dankesiapan masing-masing elemendalam Pilkada nantinya. AnalisisSWOT juga memiliki relevansi yangkuat, jika diaplikasikan dengankasus yang tejadi di Indonesia saatini. Kesederhanaan konsep darianalisis SWOT, akan mampumemberikan gambaran sekaliguspemetaan bagi pemerintah pusatdan daerah dengan kalkulasimasing-masing. Baik dari segikekuatan, kelemahan, peluang, danancaman, merupakan serangkaianpermasalahan yang muncul dariinternal serta eksternal yang hanyamampu untuk dianalisis.

Ketika pemerintah mampuuntuk melakukan analisis secaratajam, maka secara otomatis tingkatresiko yang dikhawatirkan daripelaksanaan Pilkada di tengahancaman wabah Covid-19 juga akanmenurun. Kemudian, adanyakeputusan hukum berupa PerppuNo.02 Tahun 2020 tentang

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 153

lembaga penyelenggara telahmengaku siap dan berkomitmensecara serius untuk memaksimalkantahapan persiapan danmenggencarkan sosialisasi hinggatahap pemungutan suara, maka satuhal yang tidak boleh untuk dilupakanadalah terkait dengan bagaimanakesadaran maupun tingkatkedisiplinan masyarakat. Ketikatingkat kedisiplinan masyarakatrendah, apalagi sosialisasi yangdilakukan juga minim maka hal inibenar-benar akan memicu persoalanbaru.

Selanjutnya juga munculpertanyaan tentang sejauh manakesiapan publik untuk memahamiteknis Pilkada 2020 mendatang,dimana mekanisme nya telahberubah. Singkatnya, parameter inijuga mampu menjadi gambaran jelasbagi pihak berwenang (pemerintah &lembaga pemilu) untuk lebihmenitikberatkan kompleks nyapermasalahan kepada orientasikepentingan bersama sehinggalangkah yang diambil nantinya tidakakan mengecewakan banyak pihak,bahkan tergolong merugikan.

Dinamika persoalan yangmuncul akibat Covid-19 saat inimenjadi persoalan universal danmendasar, di sisi lain pemerintahbeserta lembaga terkait bersikukuhuntuk tetap memulai kontestasiPilkada 2020 pada 9 Desembermendatang.

Selama ini, Indonesiamemang belum pernah mengalamimasa-masa pelaksanaan Pilkadadalam ancaman wabah yang secarasifat berpotensi tinggi dalammempengaruhi kesehatan manusiabahkan kematian. Fakta tentangCovid-19 hingga hari ini terusmengalami perkembangan kasus.Sehingga bisa dikatakan bahwapemerintah dan masyarakat juga

dilematis serta di sisi lain jugaberjuang total untuk tidak kehilanganhak-hak politiknya di tahun 2020 ini.

Hal di atas sebenarnyasejalan dengan pendapat dariBeetham (2002) yang mengatakanbahwa konsep dasar dari demokrasiadalah political equality, denganprinsip keadilan dan kesetaraanharus melekat pada masing-masingrakyat secara individu, sehinggarakyat mampu untuk menjalankanperan dan fungsinya dalamdemokrasi (Apriani et al., 2020).Permasalahannya adalah, wabahakibat Covid-19 yang memaksapemerintah dan masyarakat untukberfikir ulang serta mempersiapkanskema baru dalam melaksanakanpesta demokrasi ke depan, sesuaidengan dinamika lapangan tentunya.

Berbagai macam analisis bisasaja diterapkan, untuk mengukurtentang sejauh mana persiapan dankesiapan masing-masing elemendalam Pilkada nantinya. AnalisisSWOT juga memiliki relevansi yangkuat, jika diaplikasikan dengankasus yang tejadi di Indonesia saatini. Kesederhanaan konsep darianalisis SWOT, akan mampumemberikan gambaran sekaliguspemetaan bagi pemerintah pusatdan daerah dengan kalkulasimasing-masing. Baik dari segikekuatan, kelemahan, peluang, danancaman, merupakan serangkaianpermasalahan yang muncul dariinternal serta eksternal yang hanyamampu untuk dianalisis.

Ketika pemerintah mampuuntuk melakukan analisis secaratajam, maka secara otomatis tingkatresiko yang dikhawatirkan daripelaksanaan Pilkada di tengahancaman wabah Covid-19 juga akanmenurun. Kemudian, adanyakeputusan hukum berupa PerppuNo.02 Tahun 2020 tentang

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 153

lembaga penyelenggara telahmengaku siap dan berkomitmensecara serius untuk memaksimalkantahapan persiapan danmenggencarkan sosialisasi hinggatahap pemungutan suara, maka satuhal yang tidak boleh untuk dilupakanadalah terkait dengan bagaimanakesadaran maupun tingkatkedisiplinan masyarakat. Ketikatingkat kedisiplinan masyarakatrendah, apalagi sosialisasi yangdilakukan juga minim maka hal inibenar-benar akan memicu persoalanbaru.

Selanjutnya juga munculpertanyaan tentang sejauh manakesiapan publik untuk memahamiteknis Pilkada 2020 mendatang,dimana mekanisme nya telahberubah. Singkatnya, parameter inijuga mampu menjadi gambaran jelasbagi pihak berwenang (pemerintah &lembaga pemilu) untuk lebihmenitikberatkan kompleks nyapermasalahan kepada orientasikepentingan bersama sehinggalangkah yang diambil nantinya tidakakan mengecewakan banyak pihak,bahkan tergolong merugikan.

Dinamika persoalan yangmuncul akibat Covid-19 saat inimenjadi persoalan universal danmendasar, di sisi lain pemerintahbeserta lembaga terkait bersikukuhuntuk tetap memulai kontestasiPilkada 2020 pada 9 Desembermendatang.

Selama ini, Indonesiamemang belum pernah mengalamimasa-masa pelaksanaan Pilkadadalam ancaman wabah yang secarasifat berpotensi tinggi dalammempengaruhi kesehatan manusiabahkan kematian. Fakta tentangCovid-19 hingga hari ini terusmengalami perkembangan kasus.Sehingga bisa dikatakan bahwapemerintah dan masyarakat juga

dilematis serta di sisi lain jugaberjuang total untuk tidak kehilanganhak-hak politiknya di tahun 2020 ini.

Hal di atas sebenarnyasejalan dengan pendapat dariBeetham (2002) yang mengatakanbahwa konsep dasar dari demokrasiadalah political equality, denganprinsip keadilan dan kesetaraanharus melekat pada masing-masingrakyat secara individu, sehinggarakyat mampu untuk menjalankanperan dan fungsinya dalamdemokrasi (Apriani et al., 2020).Permasalahannya adalah, wabahakibat Covid-19 yang memaksapemerintah dan masyarakat untukberfikir ulang serta mempersiapkanskema baru dalam melaksanakanpesta demokrasi ke depan, sesuaidengan dinamika lapangan tentunya.

Berbagai macam analisis bisasaja diterapkan, untuk mengukurtentang sejauh mana persiapan dankesiapan masing-masing elemendalam Pilkada nantinya. AnalisisSWOT juga memiliki relevansi yangkuat, jika diaplikasikan dengankasus yang tejadi di Indonesia saatini. Kesederhanaan konsep darianalisis SWOT, akan mampumemberikan gambaran sekaliguspemetaan bagi pemerintah pusatdan daerah dengan kalkulasimasing-masing. Baik dari segikekuatan, kelemahan, peluang, danancaman, merupakan serangkaianpermasalahan yang muncul dariinternal serta eksternal yang hanyamampu untuk dianalisis.

Ketika pemerintah mampuuntuk melakukan analisis secaratajam, maka secara otomatis tingkatresiko yang dikhawatirkan daripelaksanaan Pilkada di tengahancaman wabah Covid-19 juga akanmenurun. Kemudian, adanyakeputusan hukum berupa PerppuNo.02 Tahun 2020 tentang

Page 12: MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDA PELAKSANAAN ...

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 154

pelaksanaan Pilkada di 9 Desembersejatinya memang harus mampuuntuk memecahkan problematika dilapangan. Di tengah wabah Covid-19 ini, pilihan untuk mengupayakankeselamatan rakyat banyak sebagaiprioritas adalah bagian dari tugasfundamental pemerintah dalampenyelenggaraan negara dengansebaik-baiknya.

KESIMPULAN DAN SARANPemahaman tentang bahaya

Covid-19 di tengah arus Pilkadaadalah kewajiban bagi pemerintahdan rakyat untuk sama-samamenyadari secara total. Namun tidakhanya sebatas itu, bahwa Pilkadajuga menjadi bagian penting untukmampu menuai hasil maksimaltanpa merugikan orang banyakwalaupun terdapat berbagai macamhambatan yang menyertai. Kualitasdari pelaksanaan Pilkada tentunyamenjadi penting untuk dijunjungtinggi, dengan memenuhi prinsipideal dan legal. Pemerintah danmasyarakat tentu memiliki carapandang yang tidak mungkinselamanya bisa sama, dikarenakanbanyaknya faktor pengaruh. Selainitu, dinamika keadaan yang munculakibat Covid-19 juga turut mewarnaikompleksitas permasalahan saat ini.

Pro kontra yang timbul akibatCovid-19, pada akhirnya menjadipolemik baru dan memunculkanoutput hukum berupa Perppu No.02Tahun 2020 yang manadimaksudkan untuk menjembataniantara hak dan kewajiban secaraseimbang. Opini yang bernada pro,tentu menginginkan terciptanyakualitas demokrasi yang baik melaluimekanisme dan prosedur tertentuwalaupun di tengah ancamanwabah. Kemudian, opini yangbernada kontra adalah bagian darikekhawatiran dan kepedulian

terhadap pemerintah danmasyarakat di tingkat daerah. Padaesensi nya, kontra terhadappelaksanaan Pilkada 2020 adalahsesuatu yang juga rasional.Sehingga jika ditarik kesimpulan,keduanya tidak memiliki perbedaantentang arah dan tujuan yangdiinginkan untuk kepentingan orangbanyak. Pemerintah, masyarakat,penyelenggara, aktor dan pelakupolitik adalah keseluruhan pihakyang sama-sama terhambat. Akantetapi dari kesemuanya, tentu pihakpemerintah adalah otoritas palingbesar yang mampu untukmenampung segala aspirasi sertamenciptakan jalan keluar baru untukmenghadapi tantangan Pilkada ditahun ini.

Pemerintah Indonesiasebaiknya mulai menjalinkomunikasi dan konsolidasi denganpemerintah daerah, besertainstrumen penyelenggara Pilkadasecara lebih intens. Selain itu,perlunya sosialisasi bagi wargamasyarakat di seluruh daerah jugamenjadi vital untuk diagendakansecara khusus, mengingat Pilkada ditahun 2020 ini juga berada dalamsituasi darurat akibat bencanawabah Covid-19. Artinya opini publikyang saat ini berseteru, harusdijadikan dasar untuk menentukanlangkah susulan ke depan. Selainitu, keputusan maupun kebijakansusulan yang dibuat harus lahmenjembatani kepentingan orangbanyak tanpa menitikberatkan padakecenderungan terhadap salah satukelompok masyarakat.

DAFTAR PUSTAKAJurnal IlmiahAkbar, I. (2017). Pilkada Serentak Dan

Geliat Dinamika Politik DanPemerintahan Lokal Indonesia.CosmoGov, 2(1), 95.https://doi.org/10.24198/cosmogov.

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 154

pelaksanaan Pilkada di 9 Desembersejatinya memang harus mampuuntuk memecahkan problematika dilapangan. Di tengah wabah Covid-19 ini, pilihan untuk mengupayakankeselamatan rakyat banyak sebagaiprioritas adalah bagian dari tugasfundamental pemerintah dalampenyelenggaraan negara dengansebaik-baiknya.

KESIMPULAN DAN SARANPemahaman tentang bahaya

Covid-19 di tengah arus Pilkadaadalah kewajiban bagi pemerintahdan rakyat untuk sama-samamenyadari secara total. Namun tidakhanya sebatas itu, bahwa Pilkadajuga menjadi bagian penting untukmampu menuai hasil maksimaltanpa merugikan orang banyakwalaupun terdapat berbagai macamhambatan yang menyertai. Kualitasdari pelaksanaan Pilkada tentunyamenjadi penting untuk dijunjungtinggi, dengan memenuhi prinsipideal dan legal. Pemerintah danmasyarakat tentu memiliki carapandang yang tidak mungkinselamanya bisa sama, dikarenakanbanyaknya faktor pengaruh. Selainitu, dinamika keadaan yang munculakibat Covid-19 juga turut mewarnaikompleksitas permasalahan saat ini.

Pro kontra yang timbul akibatCovid-19, pada akhirnya menjadipolemik baru dan memunculkanoutput hukum berupa Perppu No.02Tahun 2020 yang manadimaksudkan untuk menjembataniantara hak dan kewajiban secaraseimbang. Opini yang bernada pro,tentu menginginkan terciptanyakualitas demokrasi yang baik melaluimekanisme dan prosedur tertentuwalaupun di tengah ancamanwabah. Kemudian, opini yangbernada kontra adalah bagian darikekhawatiran dan kepedulian

terhadap pemerintah danmasyarakat di tingkat daerah. Padaesensi nya, kontra terhadappelaksanaan Pilkada 2020 adalahsesuatu yang juga rasional.Sehingga jika ditarik kesimpulan,keduanya tidak memiliki perbedaantentang arah dan tujuan yangdiinginkan untuk kepentingan orangbanyak. Pemerintah, masyarakat,penyelenggara, aktor dan pelakupolitik adalah keseluruhan pihakyang sama-sama terhambat. Akantetapi dari kesemuanya, tentu pihakpemerintah adalah otoritas palingbesar yang mampu untukmenampung segala aspirasi sertamenciptakan jalan keluar baru untukmenghadapi tantangan Pilkada ditahun ini.

Pemerintah Indonesiasebaiknya mulai menjalinkomunikasi dan konsolidasi denganpemerintah daerah, besertainstrumen penyelenggara Pilkadasecara lebih intens. Selain itu,perlunya sosialisasi bagi wargamasyarakat di seluruh daerah jugamenjadi vital untuk diagendakansecara khusus, mengingat Pilkada ditahun 2020 ini juga berada dalamsituasi darurat akibat bencanawabah Covid-19. Artinya opini publikyang saat ini berseteru, harusdijadikan dasar untuk menentukanlangkah susulan ke depan. Selainitu, keputusan maupun kebijakansusulan yang dibuat harus lahmenjembatani kepentingan orangbanyak tanpa menitikberatkan padakecenderungan terhadap salah satukelompok masyarakat.

DAFTAR PUSTAKAJurnal IlmiahAkbar, I. (2017). Pilkada Serentak Dan

Geliat Dinamika Politik DanPemerintahan Lokal Indonesia.CosmoGov, 2(1), 95.https://doi.org/10.24198/cosmogov.

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 154

pelaksanaan Pilkada di 9 Desembersejatinya memang harus mampuuntuk memecahkan problematika dilapangan. Di tengah wabah Covid-19 ini, pilihan untuk mengupayakankeselamatan rakyat banyak sebagaiprioritas adalah bagian dari tugasfundamental pemerintah dalampenyelenggaraan negara dengansebaik-baiknya.

KESIMPULAN DAN SARANPemahaman tentang bahaya

Covid-19 di tengah arus Pilkadaadalah kewajiban bagi pemerintahdan rakyat untuk sama-samamenyadari secara total. Namun tidakhanya sebatas itu, bahwa Pilkadajuga menjadi bagian penting untukmampu menuai hasil maksimaltanpa merugikan orang banyakwalaupun terdapat berbagai macamhambatan yang menyertai. Kualitasdari pelaksanaan Pilkada tentunyamenjadi penting untuk dijunjungtinggi, dengan memenuhi prinsipideal dan legal. Pemerintah danmasyarakat tentu memiliki carapandang yang tidak mungkinselamanya bisa sama, dikarenakanbanyaknya faktor pengaruh. Selainitu, dinamika keadaan yang munculakibat Covid-19 juga turut mewarnaikompleksitas permasalahan saat ini.

Pro kontra yang timbul akibatCovid-19, pada akhirnya menjadipolemik baru dan memunculkanoutput hukum berupa Perppu No.02Tahun 2020 yang manadimaksudkan untuk menjembataniantara hak dan kewajiban secaraseimbang. Opini yang bernada pro,tentu menginginkan terciptanyakualitas demokrasi yang baik melaluimekanisme dan prosedur tertentuwalaupun di tengah ancamanwabah. Kemudian, opini yangbernada kontra adalah bagian darikekhawatiran dan kepedulian

terhadap pemerintah danmasyarakat di tingkat daerah. Padaesensi nya, kontra terhadappelaksanaan Pilkada 2020 adalahsesuatu yang juga rasional.Sehingga jika ditarik kesimpulan,keduanya tidak memiliki perbedaantentang arah dan tujuan yangdiinginkan untuk kepentingan orangbanyak. Pemerintah, masyarakat,penyelenggara, aktor dan pelakupolitik adalah keseluruhan pihakyang sama-sama terhambat. Akantetapi dari kesemuanya, tentu pihakpemerintah adalah otoritas palingbesar yang mampu untukmenampung segala aspirasi sertamenciptakan jalan keluar baru untukmenghadapi tantangan Pilkada ditahun ini.

Pemerintah Indonesiasebaiknya mulai menjalinkomunikasi dan konsolidasi denganpemerintah daerah, besertainstrumen penyelenggara Pilkadasecara lebih intens. Selain itu,perlunya sosialisasi bagi wargamasyarakat di seluruh daerah jugamenjadi vital untuk diagendakansecara khusus, mengingat Pilkada ditahun 2020 ini juga berada dalamsituasi darurat akibat bencanawabah Covid-19. Artinya opini publikyang saat ini berseteru, harusdijadikan dasar untuk menentukanlangkah susulan ke depan. Selainitu, keputusan maupun kebijakansusulan yang dibuat harus lahmenjembatani kepentingan orangbanyak tanpa menitikberatkan padakecenderungan terhadap salah satukelompok masyarakat.

DAFTAR PUSTAKAJurnal IlmiahAkbar, I. (2017). Pilkada Serentak Dan

Geliat Dinamika Politik DanPemerintahan Lokal Indonesia.CosmoGov, 2(1), 95.https://doi.org/10.24198/cosmogov.

Page 13: MENAKAR PERBEDAAN OPINI DALAM AGENDA PELAKSANAAN ...

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 155

v2i1.11852Apriani, K. D., Made, N., & Amanda, R.

(2020). Tahapan Pemilu 2019 diTengah Ancaman Bencana Alam :Studi Kasus Erupsi Gunung Agung.JURNAL BALI MEMBANGUNBALI, 1(April).

Arifulloh, A. (2015). PelaksanaanPilkada Serentak YangDemokratis, Damai DanBermartabat. Jurnal PembaharuanHukum, II(2), 301–311.

Bachri, B. S. (2010). MeyakinkanValiditas Data Melalui TriangulasiPada Penelitian Kualitatif.Teknologi Pendidikan, 10, 46–62.

Saputra, I., & Asih, N. W. (2017).Kepemimpinan perempuan danpilkada serentak. Aristo, 5(1), 141–162.https://doi.org/10.24269/ARS.V5I1.424

Supriyadi, S. (2017). Community ofPractitioners: Solusi AlternatifBerbagi Pengetahuan antarPustakawan. Lentera Pustaka:Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan,Informasi Dan Kearsipan, 2(2), 83.https://doi.org/10.14710/lenpust.v2i2.13476

Buletin IlmiahHabibi, A. (2020). Upaya

Menyelamatkan Pemilihan UmumDi Tahun 2020. Adalah: BuletinHukum Dan Keadilan, 4, 167–172.

Hasibuan, R. P. P. M. (2020).Urgensitas Perppu Pilkada Di KalaWabah Pandemi Covid-19.ADALAH: Buletin Hukum DanKeadilan, 4, 121–128.

Media OnlineEda, F. W. (2020). Komite I DPD

Kembali Tolak Pilkada Serentak 9Desember 2020, Ini AlasannyaArtikel ini telah tayang diserambinews.com dengan judulKomite I DPD Kembali TolakPilkada Serentak 9 Desember2020, Ini Alasannya,https://aceh.tribunnews.com/2020/06/10/komite-i.https://aceh.tribunnews.com/2020/

06/10/komite-i-dpd-kembali-tolak-pilkada-serentak-9-desember-2020-ini-alasannya

Farisa, F. C. (2020a). KPU Akan GelarSimulasi Pilkada di Tengah PandemiCovid-19.https://nasional.kompas.com/read/2020/06/12/22572791/kpu-akan-gelar-simulasi-pilkada-di-tengah-pandemi-covid-19?page=all

Farisa, F. C. (2020b). Masyarakat GalangPetisi Penundaan Pilkada di TengahPandemi Covid-19.https://nasional.kompas.com/read/2020/05/28/05000041/masyarakat-galang-petisi-penundaan-pilkada-di-tengah-pandemi-covid-19?page=all

Firmansyah, R. (2020). Perludem SebutPilkada Serentak di Tengah PandemiTerlalu Dipaksakan.https://prfmnews.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-13396213/perludem-sebut-pilkada-serentak-di-tengah-pandemi-terlalu-dipaksakan?page=2

Kumparan. (2020). PERNYATAAN SIKAPALIANSI RAKYAT DEMOKRASI JAWATIMUR 2020.https://kumparan.com/banyuwangi_connect/pernyataan-sikap-aliansi-rakyat-demokrasi-jawa-timur-2020-1tddqd8Gw5A

Kurniandari, R. (2020). UPDATE SebaranVirus Corona di Indonesia Selasa(16/6/2020): Lagi, Jatim Catat KasusBaru Terbanyak Artikel ini telah tayangdi Tribunternate.com dengan judulUPDATE Sebaran Virus Corona diIndonesia Selasa (16/6/2020): Lagi,Jatim Catat Kasus Baru Terban.https://ternate.tribunnews.com/2020/06/16/update-sebaran-virus-corona-di-indonesia-selasa-1662020-lagi-jatim-catat-kasus-baru-terbanyak

Merdeka. (2020). Pilkada SerentakDisepakati Digelar 9 Desember2020.https://www.merdeka.com/politik/pilkada-serentak-disepakati-digelar-9-desember-2020.html

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 155

v2i1.11852Apriani, K. D., Made, N., & Amanda, R.

(2020). Tahapan Pemilu 2019 diTengah Ancaman Bencana Alam :Studi Kasus Erupsi Gunung Agung.JURNAL BALI MEMBANGUNBALI, 1(April).

Arifulloh, A. (2015). PelaksanaanPilkada Serentak YangDemokratis, Damai DanBermartabat. Jurnal PembaharuanHukum, II(2), 301–311.

Bachri, B. S. (2010). MeyakinkanValiditas Data Melalui TriangulasiPada Penelitian Kualitatif.Teknologi Pendidikan, 10, 46–62.

Saputra, I., & Asih, N. W. (2017).Kepemimpinan perempuan danpilkada serentak. Aristo, 5(1), 141–162.https://doi.org/10.24269/ARS.V5I1.424

Supriyadi, S. (2017). Community ofPractitioners: Solusi AlternatifBerbagi Pengetahuan antarPustakawan. Lentera Pustaka:Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan,Informasi Dan Kearsipan, 2(2), 83.https://doi.org/10.14710/lenpust.v2i2.13476

Buletin IlmiahHabibi, A. (2020). Upaya

Menyelamatkan Pemilihan UmumDi Tahun 2020. Adalah: BuletinHukum Dan Keadilan, 4, 167–172.

Hasibuan, R. P. P. M. (2020).Urgensitas Perppu Pilkada Di KalaWabah Pandemi Covid-19.ADALAH: Buletin Hukum DanKeadilan, 4, 121–128.

Media OnlineEda, F. W. (2020). Komite I DPD

Kembali Tolak Pilkada Serentak 9Desember 2020, Ini AlasannyaArtikel ini telah tayang diserambinews.com dengan judulKomite I DPD Kembali TolakPilkada Serentak 9 Desember2020, Ini Alasannya,https://aceh.tribunnews.com/2020/06/10/komite-i.https://aceh.tribunnews.com/2020/

06/10/komite-i-dpd-kembali-tolak-pilkada-serentak-9-desember-2020-ini-alasannya

Farisa, F. C. (2020a). KPU Akan GelarSimulasi Pilkada di Tengah PandemiCovid-19.https://nasional.kompas.com/read/2020/06/12/22572791/kpu-akan-gelar-simulasi-pilkada-di-tengah-pandemi-covid-19?page=all

Farisa, F. C. (2020b). Masyarakat GalangPetisi Penundaan Pilkada di TengahPandemi Covid-19.https://nasional.kompas.com/read/2020/05/28/05000041/masyarakat-galang-petisi-penundaan-pilkada-di-tengah-pandemi-covid-19?page=all

Firmansyah, R. (2020). Perludem SebutPilkada Serentak di Tengah PandemiTerlalu Dipaksakan.https://prfmnews.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-13396213/perludem-sebut-pilkada-serentak-di-tengah-pandemi-terlalu-dipaksakan?page=2

Kumparan. (2020). PERNYATAAN SIKAPALIANSI RAKYAT DEMOKRASI JAWATIMUR 2020.https://kumparan.com/banyuwangi_connect/pernyataan-sikap-aliansi-rakyat-demokrasi-jawa-timur-2020-1tddqd8Gw5A

Kurniandari, R. (2020). UPDATE SebaranVirus Corona di Indonesia Selasa(16/6/2020): Lagi, Jatim Catat KasusBaru Terbanyak Artikel ini telah tayangdi Tribunternate.com dengan judulUPDATE Sebaran Virus Corona diIndonesia Selasa (16/6/2020): Lagi,Jatim Catat Kasus Baru Terban.https://ternate.tribunnews.com/2020/06/16/update-sebaran-virus-corona-di-indonesia-selasa-1662020-lagi-jatim-catat-kasus-baru-terbanyak

Merdeka. (2020). Pilkada SerentakDisepakati Digelar 9 Desember2020.https://www.merdeka.com/politik/pilkada-serentak-disepakati-digelar-9-desember-2020.html

JURNAL ILMIAH MUQODDIMAHJurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2020 155

v2i1.11852Apriani, K. D., Made, N., & Amanda, R.

(2020). Tahapan Pemilu 2019 diTengah Ancaman Bencana Alam :Studi Kasus Erupsi Gunung Agung.JURNAL BALI MEMBANGUNBALI, 1(April).

Arifulloh, A. (2015). PelaksanaanPilkada Serentak YangDemokratis, Damai DanBermartabat. Jurnal PembaharuanHukum, II(2), 301–311.

Bachri, B. S. (2010). MeyakinkanValiditas Data Melalui TriangulasiPada Penelitian Kualitatif.Teknologi Pendidikan, 10, 46–62.

Saputra, I., & Asih, N. W. (2017).Kepemimpinan perempuan danpilkada serentak. Aristo, 5(1), 141–162.https://doi.org/10.24269/ARS.V5I1.424

Supriyadi, S. (2017). Community ofPractitioners: Solusi AlternatifBerbagi Pengetahuan antarPustakawan. Lentera Pustaka:Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan,Informasi Dan Kearsipan, 2(2), 83.https://doi.org/10.14710/lenpust.v2i2.13476

Buletin IlmiahHabibi, A. (2020). Upaya

Menyelamatkan Pemilihan UmumDi Tahun 2020. Adalah: BuletinHukum Dan Keadilan, 4, 167–172.

Hasibuan, R. P. P. M. (2020).Urgensitas Perppu Pilkada Di KalaWabah Pandemi Covid-19.ADALAH: Buletin Hukum DanKeadilan, 4, 121–128.

Media OnlineEda, F. W. (2020). Komite I DPD

Kembali Tolak Pilkada Serentak 9Desember 2020, Ini AlasannyaArtikel ini telah tayang diserambinews.com dengan judulKomite I DPD Kembali TolakPilkada Serentak 9 Desember2020, Ini Alasannya,https://aceh.tribunnews.com/2020/06/10/komite-i.https://aceh.tribunnews.com/2020/

06/10/komite-i-dpd-kembali-tolak-pilkada-serentak-9-desember-2020-ini-alasannya

Farisa, F. C. (2020a). KPU Akan GelarSimulasi Pilkada di Tengah PandemiCovid-19.https://nasional.kompas.com/read/2020/06/12/22572791/kpu-akan-gelar-simulasi-pilkada-di-tengah-pandemi-covid-19?page=all

Farisa, F. C. (2020b). Masyarakat GalangPetisi Penundaan Pilkada di TengahPandemi Covid-19.https://nasional.kompas.com/read/2020/05/28/05000041/masyarakat-galang-petisi-penundaan-pilkada-di-tengah-pandemi-covid-19?page=all

Firmansyah, R. (2020). Perludem SebutPilkada Serentak di Tengah PandemiTerlalu Dipaksakan.https://prfmnews.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-13396213/perludem-sebut-pilkada-serentak-di-tengah-pandemi-terlalu-dipaksakan?page=2

Kumparan. (2020). PERNYATAAN SIKAPALIANSI RAKYAT DEMOKRASI JAWATIMUR 2020.https://kumparan.com/banyuwangi_connect/pernyataan-sikap-aliansi-rakyat-demokrasi-jawa-timur-2020-1tddqd8Gw5A

Kurniandari, R. (2020). UPDATE SebaranVirus Corona di Indonesia Selasa(16/6/2020): Lagi, Jatim Catat KasusBaru Terbanyak Artikel ini telah tayangdi Tribunternate.com dengan judulUPDATE Sebaran Virus Corona diIndonesia Selasa (16/6/2020): Lagi,Jatim Catat Kasus Baru Terban.https://ternate.tribunnews.com/2020/06/16/update-sebaran-virus-corona-di-indonesia-selasa-1662020-lagi-jatim-catat-kasus-baru-terbanyak

Merdeka. (2020). Pilkada SerentakDisepakati Digelar 9 Desember2020.https://www.merdeka.com/politik/pilkada-serentak-disepakati-digelar-9-desember-2020.html