Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

51
Menakar Komitmen Kerakyatan Calon, Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon, Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin PDFaid.com #1 pdf solutions online

Transcript of Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Page 1: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

PDFaid.com#1 pdf solutions online

Page 2: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

Page 3: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

Judul :Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014

Penulis :Adha Nadjemuddin

Editor :Amran Amier

Foto Sampul :Basri MarzukiAchun

Layout :Moh. Fitrah

Cetakan PertamaJuli 2013

ISBN :978-602-17676-6-5

@ Hak Cipta dan hak intelektual dilindungi Undang-Undang

Diterbitkan Oleh :Mars PublisherDicetak Oleh :Dardhanellas Offset Printing Palu

BUKU ini dibuat di tengah hiruk pikuk PilkadaDonggala 2013 dan menjemput Pemilu 2014. Ulasan didalamnya adalah hasil elaborasi empiris dan pengetahuansaya selama menjadi wartawan yang meliput kegiatanpolitik di Sulawesi Tengah khususnya Donggala. Tidak adakepentingan partai politik, calon bupati ataupun calonlegislatif yang membonceng di dalamnya. Kecuali,kepentingan masyarakat, Donggala dan Sulawesi Tengah.Harapan saya pemikiran yang tertuang dalam buku inidapat membantu pencerahan proses demokrasi di daerahtercinta ini.

Buku ini juga tidak bermaksud menjatuhkan apalagimembunuh karakter dari salah satu pasangan calon bupati,calon anggota DPRD kabupaten/provinsi/DPR RI atau DPD.Bagaimana pun mereka yang membulatkan tekadbertarung dalam pesta demokrasi rakyat yang kelakdihelat, merupakan aset daerah yang harus dirawat.

Sebagian nafas dan nasib daerah ini ke depantermasuk masyarakatnya berada dalam genggamanmereka. Siapa pemenang di pangung politik merebutjabatan bupati dan anggota DPRD/DPR RI dan DPD,masyarakatlah yang menentukan. Jangan kitamenyalahkan orang lain jika kelak kita keliru memilihpemimpin daerah kita, karena itulah keputusan kita.

Jika sekiranya dalam buku ini terdapat hal-hal yangtidak mengenakkan suasana batin pembaca, yakinlah itutanda Anda sedang diperhadapkan pada pembelajaran

Dari Penulis

I

Page 4: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

untuk saling menghargai perbedaan dalam berdemokrasi.Bukan karena persamaan pandangan yang membuat hidupini dewasa, justru perbedaan pandangan itulah yangmengantar kita menjadi dewasa.

Bunga yang indah di taman bukan karena bungawarnanya seragam, justru ragam warna itulah yangmembuat bunga menarik di pandang mata. Tidak akanindah manusia, jika Tuhan menciptakannya dalam saturupa yang sama.

Demikian halnya dalam buku ini. Saya yakin akanlahir perbedaan cara pandang dalam memaknai demokrasi(pilkada/pemilu). Perbedaan cara pandangan itulah bagiandari demokrasi. Catatan dalam buku ini sama sekali tidakbermaksud menggurui apalagi mendikte masyarakat. Niatsaya hanya untuk berbagi, agar Sulawesi Tengah bisa majusejajar dengan daerah yang lebih maju di kawasan timurIndonesia khususnya dalam kehidupan berdemokrasi.Harapan saya tonggak kemajuan daerah itu salah satunyadipelopori dari Kabupaten Donggala.

Pada bagian akhir buku ini saya juga menyajikanbeberapa pokok pikiran tentang strategi membangunDonggala ke depan berbasis potensi lokal. Strategi inibagian tidak terpisahkan dalam membangun SulawesiTengah ke depan.

Buku ini jauh dari kesempurnaan karena saya tulishanya sebulan. Semoga catatan yang tersaji dalam bukuini bermanfaat untuk merawat Kabupaten Donggala kinidan mendatang. Siapa lagi yang merawat kabupaten tertuadi Sulawesi Tengah itu jika bukan masyarakat Donggalasendiri.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada parapihak yang sudah membantu terbitnya buku ini, baik dalampenguatan judul, isi, edit, desain sampul maupun yangmembantu dalam pencetakannya.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepadaibunda saya tercinta Marmin dan almarhum ayahanda sayaNadjemuddin. Jasa keduanya tak satupun yang bisamenandingi. Juga kepada istri saya, Widyawati Mardjuni,kedua anak saya Moh Fitrah dan Shavira Nurulita. Merekasudah banyak mengorbankan waktu menunggu saya pulangke rumah hingga kadang larut malam.

Terima kasih saya persembahkan kepada to Maoge,Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola karena sudahmemberikan dorongan dan membantu terbitnya buku ini.Terima kasih kepada Kepala Perwakilan Ombudsman RIPerwakilan Sulawesi Tengah H. Sofyan Farid Lembah, SH,MH. Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Donggala,Mahfud Masuara, SH. Kepada pakar politik Dr. Darwis, M.Sidan Dr. Aminuddin Kasim, SH, MH. Kedua akademisi dariUntad ini adalah guru saya dalam bidang politik danhukum. Demikian halnya Bapak Amran Amier, senior sayadi dunia kewartawanan sudah berkenan mengedit isi dalambuku ini.

Terima kasih kepada Lembaga Kantor Berita Nasional(LKBN) Antara, tempat saya bekerja karena sudahmemberikan kesempatan, dukungan dan pengetahuan.

Palu, 1 Juni 2013

Adha Nadjemuddin

IIIII

Page 5: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

SEBAGAI jurnalis, mengedit naskah tentu menjadiperkara yang menyenangkan bagi saya. Karena itu, sayasangat bergembira sekaligus bangga, ketika penulis bukuini, Adha Nadjemuddin meminta saya mengedit buku inimelalui surat elektronik (surel). Bergembira karena sayadapat mengerjakan sesuatu yang menyenangkan. Banggakarena saya dipilih Adha, salah satu jurnalis berkualitasdi Sulawesi Tengah saat ini. Adha tentu tak sembarangansaja memilih orang untuk menyunting bukunya.

Sebagai jurnalis, Adha yang saya kenal adalah jurnalisyang produktif. Banyak karya jurnalistik yang telah ia tulis.Ia tak sekadar menulis berita keras (hardnews), tapimenulis secara mendalam (indepth reporting). Latarbelakang sebagai aktivis pers mahasiswa serta spektrumpenugasan yang luas, baik dari sudut geografis maupunsektoral, membuat Adha memiliki wawasan danpengetahuan yang luas.

Menulis tentang Kabupaten Donggala tentu bukan halyang sulit dan rumit bagi Adha. Selain ia adalah “PutraDaerah”, ia juga pernah bertugas berbilang tahun sebagaijurnalis di Donggala. Dua hal ini tentu lebih dari sekadarcukup untuk menulis tentang kampung halamannya.Sebagai jurnalis, bolehlah Adha disebut sebagai saksisejarah untuk beberapa momentum perubahan salah satukabupaten tertua di Sulawesi Tengah ini.

Topik yang ditulis Adha di buku ini kontekstual denganagenda demokrasi elektoral di Donggala. Momentumnya

Catatan Dari Editor

pas dan pantas.Pas dan pantas tak hanya diukur dari sisi waktu

penyelenggaraan kegiatan elektoral, tapi juga dilihat darisisi membangun kesadaran berpolitik yang cerdas padamasyarakat. Buku ini hadir untuk memberikan pencerahan,membangun kesadaran serta mengetuk kepedulian padamasyarakat, demokrasi elektoral bukan sekadar pestademokrasi. Demokrasi elektoral bukan sekadar kampanye,memberikan suara lalu diam membisu.

Membangun kesadaran elektoral bermakna sikap danpilihan elektoral masyarakat penting dan berpengaruhnyata terhadap kehidupan mereka kini dan mendatang.Di titik ini sikap kritis dan evaluatif warga menjadi halyang utama. Setiap kontestan, baik untuk Pemilu KepalaDaerah maupun Pemilu Legislatif, harus diterima secarakritis dan evaluatif. Rekam jejak kontestan menjadiindikator penilaian kritis dan evaluatif itu.

Melalui buku ini, Adha mengajak masyarakatDonggala menjadikan momentum penyelenggaraan PemiluKepala Daerah tahun 2013 serta Pemilu Legislatif 2014sebagai titik tumpu (milestone) menuju terciptanyaDonggala yang maju dan masyarakatnya sejahtera. Di titikini, masyarakat harus sadar, mereka bukanlah obyek dariperistiwa elektoral, tapi pelaku utama yang menentukanmasa depannya melalui sikap elektoral yang kritis danevaluatif.

Akhirnya, di buku ini, Adha tak sekadar membangunkesadaran berpolitik secara cerdas bagi masyarakat ditanah kelahirannya, ia juga hendak membuktikan, sebagaijurnalis, adalah tugasnya untuk menggugat danmempertanyakan segala hal yang berkaitan dengankepentingan publik. Itulah esensi jurnalisme.

Amran Amier

VIV

Page 6: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

Halaman SampulDari PenulisCatatan Dari EditorDaftar IsiPangantar Ketua KPU DonggalaEpilog : Donggala BangkitPrawacana : Dr. Darwis. M.Si

- Pernak Pernik Donggala- Donggala dan Jiwaku- Pertalian Dua Kepentingan- Kontrak Politik atau Pakta

Integritas, Sama Saja- Waspadai Janji Politik- Pemekaran Pantai Barat,

Komoditas Politik Menjanjikan- Donggala Juga Butuh Jokowi- Rekam Jejak Calon Bupati- Demokrasi Bohong-bohongan- Apa Kabar Pemilih Pemula- Yang Mendesak, Yang Penting- Bangun Donggala Dari Desa- Kilas Balik Pilkada Donggala

Tentang PenulisDaftar Bacaan

DAFTAR ISI

IIVVIVIIIV

11015

1924

2739324447516371

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . .

Pengantar KPU Donggala

Sebagai penyelenggara Pemilukada 2013 dansebagian tahapan Pemilu legislatif 2014 di KabupatenDonggala, saya menyambut gembira hadirnya buku ini.Kegembiraan itu karena dipengaruhi dua hal. Pertama,kehadiran buku ini menunjukkan kepedulian masyarakatmedia (wartawan) terhadap pelaksanaan pesta demokrasiyang jujur, adil, partisipatif dan dapat dipercaya.Kepedulian itu diharapkan juga tertular kepada semuakomponen masyarakat sehingga pelaksanaan Pemilukadamaupun Pemilu legislatif 2014 nanti terlaksana ataskesadaran politik kita bersama. Kedua, saya gembirakarena buku ini ditulis bukan untuk politik pencitraan darisalah satu calon bupati atau partai politik tertentu, tetapibuku ini diharapkan dapat membangunkan kesadaran kitabersama betapa pentingnya proses demokrasi yang sehatdan berwibawa.

Seperti halnya kegelisahan Adha yang tertuang dalambuku ini, itu juga menjadi bagian dari kegelisahan kami.Betapa pentingnya kita membangun kesadaran pemilihdalam menentukan pilihan politiknya secara sadar. Bukankarena memilih atas keterpaksaan atau karena bujukanmateri, bujukan kekuasaan, atau karena bujukankedekatan keluarga, tetapi benar-benar lahir ataskesadaran politik kita. Tidak kalah pentingnya, bagaimanakita membangun kesadaran bersama bukan hanya padalevel pemilih tetapi juga kedewasaan politik bagi merekayang hendak dipilih oleh rakyat. Kedewasaan berpolitik

VIIVI

Oleh: Mahfud Masuara, SH

Page 7: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

sangat penting sehingga kemenangan yang diraih kelakadalah kemenangan yang terhormat, bukan dengan carazalim.

Sebagai penyelenggara, kami juga berharap,kehadiran buku ini dapat memantik semangat kelompokmasyarakat lain untuk menulis lebih banyak tentang hirukpikuk demokrasi di daerah kita. Demokrasi yang kita laluidalam Pemilukada/Pemilu hanyalah salah satu instrumendemokrasi memilih pemimpin lokal. Paling penting daridemokrasi adalah buah dari demokrasi yakni memilihpemimpin yang berpihak pada kepentingan rakyat. Itulahsubstansi demokrasi yang ingin kita wujudkan. Dengan katalain, penyelenggaraan pesta demokrasi, bukan hanyasekedar berhasil dari sisi proseduralnya namun harusmasuk pada sisi substansi dari demokrasi itu sendiri. Untukitu, mari kita mengajak saudara kita yang belum terdaftarsebagai pemilih untuk mendaftarkan diri secara sukarela.Mengajak saudara kita bergandengan tangan menuju ketempat pemungutan suara pada Pemilukada Donggala 4September 2013 dan Pemilu legislatif 9 April 2014.

Banyak hal menarik dikemukakan penulis dalam bukuini untuk kita respons bersama. Antara lain strategimembangun Donggala agar bisa menjadi kabupatenterdepan yang maju di Sulawesi Tengah. Keinginan penulismenjadikan Donggala sebagai kabupaten terdepan, jugakeinginan kita bersama. Sebagai kabupaten tertua diSulawesi Tengah, sudah sepantasnya Donggala hadirdengan dinamika kemajuannya. Donggala harusdiperhitungkan sebagai salah satu daerah strategis karenaletak geografisnya secara maritim merupakan pintugerbang Sulawesi Tengah yang berhadapan langsungdengan Kalimantan. ***

JUJUR saja, sejak memasuki tahun 2013 hinggapertengahan tahun, geliat kehidupan politik masyarakatDonggala terus meningkat. Inilah tahun-tahun politiksesungguhnya yang dirasakan langsung hingga datangnyatahun 2014, bukan saja oleh para elite politik dari partaipolitik dan birokrasi belaka, melainkan respons masyarakatyang terlihat di hampir setiap sudut desa yang terus dijejalitumbuhnya baliho-baliho pencitraan para calon penguasakabupaten.

Masyarakat kini mulai mengenal satu persatu wajahterpampang lengkap dengan ciri khas serta slogan tertulis,yang pada intinya memberi informasi dan harapan selangittentang sang calon penguasa. Kunjungan-kunjungan sangcalon juga memberi warna tersendiri. Yang dahulunya taktampak, kini satu persatu mendatangi hingga sampaipelosok desa dengan tak kenal lelah lengkap dengan janjiserta sedikit bingkisan. Dari kain kafan hingga perbaikansarana prasarana desa, utamanya masjid dan gereja.

Inilah tahun-tahun keberuntungan orang-orangpenting di desa, termasuk para tim sukses yang dibentukdengan semangat pantang menyerah dan tidak pernahkenal lelah serta tidak pernah tidak sukses di setiapperhelatan pemilihan kepala desa, pemilihan kepaladaerah hingga pemilihan umum. Bila tahun-tahunsebelumnya “sebuah proposal” menjadi momok parapenguasa, justru di tahun-tahun ini dianjurkandiperbanyak produk berbagai proposal mulai dari sunatan

Epilog : Donggala BangkitOleh: H.Sofyan Farid Lembah,SH

IXVIII

Page 8: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

massal, operasi bibir sumbing gratis, lomba domino,pertandingan olah raga, hingga konser musik dangdut dankegiatan apa saja harus dibuat, meski tidak punyahubungan sama sekali dengan urusan politik.

Inilah pesta demokrasi ala masyarakat kita. Semuasudah mafhum, tak perlu kegiatan berat-berat berupadiskusi politik, bedah visi-misi, pelatihan, sosialisasi dandesiminasi pendidikan politik. Kalaupun ada survei ataujajak pendapat, itupun masih diragukan validitasnyakarena memang sebuah pesanan. Itu urusan partai politikbukan urusan penting sang calon penguasa. Hingga biladicermati tidak nampak perbedaan isu radikal promosiprogram setiap calon, semua dalam genre yang sama danhanya sedikit improvisasinya. Bisa diartikan siapapun yangterpilih kelak akan sama bentuk lagu, jenis musik hinggalirik yang diperjuangkan. Soal hasil itu adalah misterikekuasaan.

Adha Najemuddin, adalah salah seorang jurnalismuda kreatif asal Pantai Barat yang tergelitik melihatfenomena di atas. Beliau adalah pemuda yang gemas dansekaligus cemas melihat tanda-tanda zaman yang akandihadapi masyarakat Donggala ke depan, termasukmenyangkut kinerja pemerintah daerahnya. Jika bisa adaforum yang dimungkinkan, pasti jurnalis muda ini akanberteriak keras sekeras-kerasnya membangunkan pesertaforum lewat sebuah kalimat sederhana, “WAHAISAUDARAKU, BANGUN, BANGUNLAH HARI SUDAH SIANG!!”.

***

Sofyan Lembahadalah Pekerja Sosial asal Tavaili yang kini menjadi

Kepala Perwakilan Sulawesi Tengah di Ombudsman RepublikIndonesia yang terus mendorong perubahan perbaikan

kualitas Pelayanan Publik di Sulawesi Tengah.

ERA Reformasi yang diiringi dengan liberalisasi politikbeberapa tahun terakhir ini, menyentuh secara dinamistatanan demokrasi lokal. Demokrasi lokal merupakanintegritas sistem politik nasional dalam kerangka NegaraKesatuan Republik Indonesia. Demokrasi lokal yangbersentuhan langsung dengan politisasi masyarakat daerahdalam rangka meningkatkan partisipasi politik masyarakatpada aras lokal merupakan tatanan pencerahan danpendewasaan politik yang lebih cerdas dan elegan.

Harapan terbitnya reformasi politik yang demikianvulgar dan dinamis tanpa kendali, dewasa ini dimanfaatkanpara elite politik lokal untuk membajak demokrasi.Padahal, reformasi merupakan antitesis dari rezim OrdeBaru yang otoritarian yang memberlakukan politik kroni,dan pembatasan ruang rakyat dalam lingkup politik lokal,tidak memberikan efek dan dampak positif dalampembangunan politik di daerah. Malah, justrumemunculkan “aktor politik” yang oportunistis dan kutuloncat.

Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) merupakan hasilreformasi politik dewasa ini, sejak diberlakukan secaraefektif pada tahun 2005 hingga kini tidak memberikanpencerahan politik secara signifikan. Malah, dalam banyakpraktik Pilkada menimbulkan kekerasan politik dan konfliksosial antar pendukung elit. Elit tidak mampumengendalikan pendukungnya untuk taat dari ketentuanyang berlaku. Demokrasi lokal seperti inilah justru

PrawacanaOleh : Dr. Darwis, M.Si

XIX

Page 9: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

memproduksi elit politik amoralitas di kancah politik baikPilkada maupun Pemilihan Legislatif (Pileg).

Deskripsi dinamika politik ini bagian dari dinamikapolitik lokal di Kabupaten Donggala yang tengahmengalami intensitas politik yang demikian, kurangmemberikan pendidikan politik yang lebih menyentuhlangsung kemaslahatan rakyat di pedesaan.

Buku Adha Najemuddin, “Menakar KomitmenKerakyatan Calon Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu2014”, cukup menarik dan lugas serta gamblang dalammenuturkan narasi empiris. Starting point, ingindisampaikan penulis adalah politik (Pilkada dan Pemilu)jangan dijadikan arena mencari kerja (job seeker), yangmenggiring rakyat menjadi mental pragmatisme. Dalampolitik, diperlukan landasan moralitas dan idealisme,bukan semata-mata “politik” yang lebih mengedepankan“kepentingan” kelompok atau golongan, tetapi hendaknyaberdiri di atas pondasi kepentingan bangsa dan negara.

Buku ini merupakan langkah awal menyingkap tabirbahwa para elite politik lokal menjadikan Pilkada danmomentum Pemilu 2014 sebagai ajang politik pragmatismedan politik transaksional. Mestinya, elit politik lebihmengedepankan ideologisasi meningkatkan kesejahteraanrakyat, meningkatkan taraf hidup rakyat, dan membangunkebersamaan dalam membangun Kabupaten Donggala kinidan esok. Namun kenyataannya, elit politik lebihmementingkan melakukan mobilisasi massa, pencitraanpolitik, memberikan janji-janji politik, dan berkumpulmembicarakan strategi pemenangan.

Oleh karena itu, untuk terhindar dari praktik politikpragmatisme dan politik transaksional itu, penulismenawarkan beberapa poin solutif, yaitu diperlukantransparansi jejak rekam elite politik, tidak mengumbarjanji, tapi hendaknya lebih realistis menawarkan programpembangunan sesuai kebutuhan masyarakat setempat, dan

harus dilakukan uji publik semua calon Bupati dan WakilBupati, serta para Calon Anggota Legislatif (Caleg). Disinilah dibutuhkan terobosan politik Partai Politik untuklebih selektif dan mengutamakan pendekatan moralitas,panutan ketokohan, kharisma, dan basis kerakyatan didaerah asalnya dalam melakukan rekrutmen politik.

Adha Nadjemuddin, seorang jurnalis muda yangberbakat, sesungguhnya melalui coretan sederhana inilebih mencurahkan kegelisahannya sebagai sosok pemudakawasan Pantai Barat di Kabupaten Donggala agar supayapraktik politik yang dilakoni elit politik lokal dalam duapolitical event yang akan berlangsung tidak terjadi “politikdagang sapi” dan “kartel politik”, yang pada akhirnyadapat mendegradasi kualitas demokrasi lokal.

Kedua model praktik ini adalah politik NiccoloMachiavellianisme, yang menghalalkan cara untukmemperoleh dan merebut kekuasaan politik. Politik jangandijadikan sebagai keyakinan, demi “kepentingan”sebagaimana dikatakan Prof. Harold Lasswell, “Who Gets,What, When and How, tetapi jadikanlah politik sebagaiseni untuk memperjuangkan kemaslahatan kehidupanrakyat yang lebih baik dan layak (Good life for People).

***

Dr. Darwis, M.SiDirektur Eksekutif Pusat Pengkajian Kebijakan dan

Otonomi Daerah

XIIIXII

Page 10: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

SEBAGAIMANA dilansir dari buku Donggala dalamangka 2011, Donggala dikenal sebagai salah satu kabupatentertua di Sulawesi Tengah berdasarkan peraturanpemerintah Nomor 33 tahun 1952. Terhitung tanggal 12Agustus 1952, Sulawesi Tengah dibagi menjadi duakabupaten. Pertama, Donggala dengan wilayah Palu,Donggala, Parigi dan Tolitoli. Kedua, Kabupaten Posodengan wilayah Poso, Bungku/Mori dan Luwuk.

Sejak terbentuk menjadi kabupaten, Donggala sudahmelahirkan banyak daerah kabupaten baru. Bahkankabupaten yang dilahirkan itu, sudah melahirkan lagikabupaten. Ibarat manusia, Donggala sudah punya anakcucu.

Donggala sudah memekarkan Tolitoli (1953), KotaPalu (1978), Parigi Moutong (2002). Tolitoli sendiri sudahmemekarkan Buol. Sebentar lagi, Parigi Moutong juga akanmemekarkan Kabupaten Tomini, Tinombo Moutong (TTM).

Pernak-PernikDonggala

Donggala juga masih buruk dari rata-ratalama sekolah yakni 7,54 tahun.

Donggala di urutan ke dua terendahrata-rata lama sekolah setelah ParigiMoutong yakni 7,16 tahun. ProvinsiSulawesi Tengah sendiri sudah 8,03

tahun. Rata-rata lama sekolahtertinggi di Kota Palu

yakni sebesar 10,98 tahun.

1

Page 11: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

Tahun 2008, Donggala memekarkan lagi Kabupaten Sigi.Sigi menjadi anak paling muda. Tinggal Pantai Barat sajayang belum mekar. Entah apa nanti namanya, KabupatenPantai Barat, Kabupaten Donggala Utara atau tetapKabupaten Donggala sepanjang hayat, itu belum bisadipastikan. Para pihak sedang berjuang untuk pemekaranKabupaten Donggala.

Kabupaten Donggala terbagi 16 kecamatan dan 168desa dengan luas wilayah 5.275.69 kilometer bujursangkar. Kecamatan Riopakava paling luas yakni 872,16kilometer bujur sangkar. Banawa merupakan kecamatanterkecil yang hanya memiliki luas 74,64 kilometer. Sudahkecil, tapi penduduknya padat karena letaknya sebagaiibu kota kabupaten. Jarak tempuh darat ke ibu kotakabupaten paling jauh di ke Kecamatan Sojol Utara bagianutara Donggala yakni 267 kilometer. Daerah ini berbatasandengan Kabupaten Tolitoli. Terjauh kedua, di KecamatanRiovakava bagian selatan Donggala sejauh 205 kilometer.Dari ujung utara ke ujung selatan bentangan jaraknya 472kilometer.

Donggala berbatasan dengan Kabupaten Tolitoli disebelah Utara, Provinsi Sulawesi Barat dan Kabupaten Sigiserta Kota Palu di sebelah selatan. Selat Makassar danwilayah Provinsi Sulawesi Barat di sebelah barat,Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong di sebelahtimur. Sementara di tenga-tengah kabupaten ini ada ibukota provinsi. Jika masyarakat Donggala dari utara keselatan, harus melintasi ibu kota provinsi dulu. Di sinilahletak keunikan sekaligus yang membingungkan dariKabupaten Donggala. Mungkin hanya satu-satunya daerahdi Indonesia yang seperti ini.

Donggala punya dua musim, panas dan hujan. Musimpanas terjadi antara April – September, sedangkan musimhujan terjadi Oktober – Maret. Curah hujan tertinggi yangtercatat pada Stasiun Mutiara Palu Tahun 2009 terjadi pada

bulan Agustus. Sedangkan curah hujan terendah terjadiFebruari. Belakangan ini periodesasi musim kadang-kadangtidak menentu lagi. Mestinya sudah masuk musim panas,tapi hujan masih sering mengguyur. Petani dan pelaut pundibuat bingung perubahan musim tersebut.

Administrasi pemerintahan Kabupaten Donggalaterdiri dari 16 Kecamatan dan 168 desa. Kecamatan yangmemiliki jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan BanawaSelatan, 15 desa. Sedangkan jumlah desa paling sedikitadalah Kecamatan Sojol Utara, hanya empat desa.Donggala kini didiami sekitar 300 ribu jiwa penduduk.

Masih menurut BPS, dari sektor pendidikan,masyarakat Donggala yang berpendidikan strata satu,magister dan doktor sebanyak 1.177 orang laki-laki dan921 orang perempuan. Mungkin sekarang sudah lebihbanyak karena tiap tahun banyak putera-puteri Donggalayang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi baik didalam maupun di luar daerah. Sementara yangberpendidikan Diploma I, II dan III sebanyak 2.336 laki-laki dan 3.222 perempuan. Jika data BPS ini diakumulasimaka jumlah masyarakat Donggala yang mengenyampendidikan sampai perguruan tinggi sebanyak 7.656 or-ang atau sekitar 25 persen dari sekitar 300 ribu penduduk.Dari sisi pengembangan sumber daya manusia, Donggalamasih punya pekerjaan rumah yang cukup berat, sebabsekitar 75 persen penduduknya lulusan SMA/SMP/SD. Satuhal yang penting bahwa tidak sedikit warga Donggala yangsudah memiliki strata pendidikan tinggi bahkan profesor,hanya saja terdaftar sebagai penduduk Kota Palu.

Kondisi itu pula kemungkinannya ikut berpengaruhpada rendahnya indeks pembangunan manusia (IPM)Donggala hanya 70,32 poin. Lebih rendah dari IPM provinsiyakni 71,62 poin. Capaian IPM tertinggi 2011 berada diKota Palu yaitu sebesar 76,92 poin. Sedangkan terendahberada di Kabupaten Sigi yaitu sebesar 68,16 poin. Kota

2 3

Page 12: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

12,74 persen, sedangkan pertumbuhan terendah beradadi Kabupaten Tolitoli 7,58 persen. Kabupaten Morowalidan Kota Palu memiliki pertumbuhan ekonomi di ataspertumbuhan ekonomi provinsi Sulawesi Tengah.

Dari urutan kemiskinan penduduk, Donggala beradadi urutan enam dari 11 kabupaten/kota yakni 18,03 persendari jumlah penduduk. Artinya Donggala juga berada diposisi tengah. Masih ada lima kabupaten yang lebih banyakpersentase penduduk miskinnya dan lima kabupaten lebihsedikit penduduk miskinnya. Penduduk miskin terendahdi Kota Palu hanya 9,24 persen, sementara tertinggi diKabupaten Tojo Unauna yakni 22,37 persen.

Dari sisi ketenagakerjaan, pencari kerja di Donggalamasih mencapai 12.735 orang. Jumlah ini meningkat tajamhampir empat kali lipat dibanding 2009 hanya 34.038 or-ang. Data ini menunjukkan besarnya ancamanpengangguran di Donggala. Jika tidak diurus baik-baik,bisa menjadi bom waktu bagi Donggala. Jumlah pendudukterus bertambah, lapangan usaha sempit, tanah-tanahkebun semakin terbatas, peluang pegawai negeri semakinterbatas, pengangguran dimana-mana. Potensi kerusuhansosial besar. Konsentrasi kerja pemerintah daerah akhirnyaterganggu. Sedangkan tidak diganggu saja, belum tentukerjanya bagus. Apalagi kalau sudah terganggu, bisamenjadi masalah besar. Untung saja Donggala masihbanyak prestasi yang diraih. Misalnya, dalam bidangpengelolaan keuangan daerah masih meraih WTP (wajartanpa pengecualian) dan meraih sertifikat Adipura.

Sementara itu jumlah pegawai di Donggala sebanyak5.808 orang. Ini sudah berkurang sekitar 2.000 orang darisebelum Sigi menjadi kabupaten. Sebagian pegawai daridaerah itu sudah dikembalikan ke daerah asalnya.Gemuknya jumlah pegawai itu cukup menyedot anggaranbelanja daerah. Pada 2012, anggaran yang tersedot untukbelanja pegawai mencapai Rp356,6 miliar. Sementara

54

Palu dan Kabupaten Banggai memiliki nilai IPM di atasIPM Provinsi Sulawesi Tengah. Usia Kota Palu dan Banggaijauh lebih mudah dari Donggala, tetapi IPM daerah itulebih baik dari Donggala.

Pantas saja kondisi IPM kita belum membaik karenapada 2011 angka melek huruf Kabupaten Donggala masih94,69 persen. Donggala di urutan kedua terendah setelahParigi Moutong 93,96 persen. Sedangkan melek hurufProvinsi Sulawesi Tengah sudah berada pada kisaran 96,12persen. Capaian angka melek huruf tertinggi di Kota Paluyaitu sebesar 99,31 persen. Donggala juga masih burukdari rata-rata lama sekolah yakni 7,54 tahun. Donggala diurutan ke dua terendah rata-rata lama sekolah setelahParigi Moutong yakni 7,16 tahun. Provinsi Sulawesi Tengahsendiri sudah 8,03 tahun. Rata-rata lama sekolah tertinggidi Kota Palu yakni sebesar 10,98 tahun.

Kondisi itu juga mungkin karena pengaruh dariketersediaan layanan pendidikan. Di Donggala barutersedia 12 Sekolah Menengah Umum (SMU) dan tujuhSekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sedangkan untukSekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) terdapat 64sekolah yang terdiri dari SLTP/MTs Negeri sebanyak 59buah dan SLTP/MTs swasta sebanyak lima buah. Jumlahsekolah dasar jauh lebih banyak yakni 337 unit sekolahyang terdiri dari 294 unit sekolah negeri dan 43 unit sekolahswasta.

Sementara itu jika kita mengacu pada data BadanPerencanaan Pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah tahun2011, laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Donggalahanya 8,47 persen. Pertumbuhan ini lebih rendah daripertumbuhan ekonomi provinsi yakni 9,16 persen. Jikadibanding dengan 11 kabupaten/kota di Sulawesi Tengah,pertumbuhan ekonomi Donggala berada di tengah-tengahdari 11 kabupaten/kota. Capaian laju pertumbuhanekonomi 2011 tertinggi berada di Kabupaten Morowali

Page 13: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

kemampuan belanja daerahnya hanya Rp517,5 miliar. Itubaru anggaran untuk gaji, belum lagi biaya perjalanandinas, pembelian kendaraan dinas, rumah dinas, uangmakan dan minum pegawai. Mungkin jauh lebih banyak.Jauh lebih banyak biaya untuk mengurus pegawai daripada untuk rakyat. Itu tidak mengapa jika pelayanannyabagus. Tapi kalau pegawainya malas, jam sembilan pagibaru sampai di kantor karena umumnya tinggal di Palu.Kasihan, tinggal berapa jam untuk kerja. Belum lagi kalaudi kantor lebih banyak bacerita daripada kerja. Semogasaja tidak.

Dari sudut pandang sejarah, Donggala memilikibentangan sejarah panjang dari kerajaan sampai padapemerintahan saat ini. Terlalu banyak jika mau diuraisemuanya dalam buku ini. Sejak terbentuk menjadikabupaten (1951), Donggala sudah dipimpin 17 bupatisecara bergantian termasuk penjabat sementara. Mulaidari Bupati Intje Naim Dg. Mamangun (1951-1954) sampaipada Habir Ponulele (2008-2013). Sejarah Donggala itumenjadi pelajaran berharga untuk menata Donggala kedepan. Setiap periode kepemimpinan kepala daerah itumemiliki ragam dinamika yang melingkupinya, mulai dariorde lama, orde baru, era reformasi, dan entah era apalaginanti.

Adapun nama-nama bupati dan penjabat BupatiDonggala selama ini adalah sebagai berikut;

Intje Naim Dg. MamangunRadjawali Mohamad PusadanBidinD.M. LamakarateH.R. TicoaluAbd. Azis Lamadjido, SHDrs. Galib Lasahido

76

Dr. Jan Mohamad KalebSaleh Sandagang, SHDrs. H. Ramli NoorKol. Inf. B. PaliudjuDrs. H. Syahbuddin LabadjoH. N. Bidja, S.SosH. Adam Ardjad LamaraunaDrs. H. Habir Ponulele, M.MDrs. H. Kasmudin H. M.SiDrs. H. Habir Ponulele, M.M

***

Postur Anggaran

HAL yang patut dipuji dari Pemerintah KabupatenDonggala adalah mampu mengelola pertanggungjawabankeuangannya secara baik berdasarkan standar akuntansikeuangan pemerintah daerah. Kemampuan itulah sehinggamengantarkan Donggala sebagai kabupaten yang meraihpendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BadanPemeriksa Keuangan (BPK) RI dua kali berturut-turun 2011-2012. Dari perspektif tugas dan tanggungjawab WTPtersebut bukan barang mewah atau langka tetapi itu sudahharus menjadi target bagi pemerintah dalampertanggungjawaban keuangannya. Justru menjadimasalah jika tidak meraih WTP, karena itu sudah standaryang diberikan oleh pengawas keuangan.

Pertanyaan penting dari realisasi keuangan tersebutadalah apakah asas manfaat keuangan itu sudah berpihakpada rakyat atau belum. Bukan soal WTP atau tidak, sebabitu hanyalah penilaian atas kepatutan pemerintah daerahdalam mengelola keuangannya. Artinya jika uang yangdibelanjakan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dantidak melanggar ketentuan maka dianggap wajar. Untuk

. . . . . . . . . . . . . 1951-1954. . . . . . . . . . . 1954-1958

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1958-1960. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1960-1964

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1964-1966. . . . . . . . . . . . . . 1967-1978

. . . . . . . . . . . . . . Carateker 1979

. . . . . . . . . . . . . . 1979-1984 . . . . . . . . . . . . . Carateker 1984

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1984-1989 . . . . . . . . . . . . . . . . . 1989-1994

. . . . . . . . . . . . 1994-1999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1999-2004

. . . . . . . . . . . . 2004-2006.(pelaksana tugas 2006-208)

. . . . . (pelaksana tugas 2008) . . . . . . . . . . . 2008-2013

Page 14: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

Rp404 miliar atau sekitar 77 persen. Dalam kurun waktutiga tahun berturut-turut uang yang dibelanjakan untukinvestasi di masyarakat hanya berkisar 22 dan 23 persendari total belanja daerah. Berdasarkan postur APBDtersebut, apakah sudah berpihak kepada rakyat? Belum.Inilah salah satu tantangan berat bupati/wakil bupati dananggota DPRD Donggala terpilih ke depan. Kita akanmenanti sejauhmana kerja serius mereka. Oleh sebab itu,setiap tahun rakyat juga harus mengetahui untuk apa uangdaerah dibelanjakan.

Bagaimana dengan pendapatan asli daerah (PAD)?Untuk kondisi saat ini bagi saya, PAD belum menjadimasalah serius karena subsidi pemerintah pusat melaluidana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK)belum dihentikan pengucurannya. Justru menjadi masalahjika PAD tinggi sementara pendapatan ekonomi masyarakatterseok-seok. Jika pemerintah memperkuat ekonomimasyarakat maka akan berbanding lurus denganpendapatan daerah. Secara umum PAD Donggala kurunwaktu tiga tahun (2010, 2011, 2012) mengalamipeningkatan dari Rp23 miliar menjadi Rp36,1 miliar. Itulahpostur anggaran publik di Donggala.

***

9

apa WTP, jika belanja keuangan lebih gemuk untukoperasional pemerintah dibanding untuk kepentinganmasyarakat.

Postur realisasi belanja Donggala 2012 misalnya,sangat gemuk pada belanja operasi. Dari Rp673,3 miliarrealisasi belanja, sebanyak Rp517,5 miliar diantaranyaatau hampir 77 persen masuk dalam belanja operasipemerintah. Belanja operasi tersebut terdiri dari belanjapegawai (Rp356,6 miliar), belanja barang dan jasa(Rp128,9 miliar), belanja hibah, belanja bantuan sosialdan belanja bantuan keuangan. Sementara belanja modalhanya Rp152,1 miliar atau hanya 22 persen dari totalbelanja pemerintah daerah. Belanja modal terdiri daribelanja tanah, belanja peralatan mesin, belanja gedungdan bangunan, belanja jalan, irigasi dan jaringan sertabelanja aset tetap. Upaya pemerintah daerah untukmenekan biaya operasi juga belum serius, buktinya belanjaoperasi 2012 justru naik sebesar Rp18,1 miliar atau sekitar3,64 persen dari tahun 2011.

Jika melihat alokasi belanja modal tersebut hampirsetara dengan belanja barang dan jasa. Artinya, belanjabarang dan jasa pemerintah daerah terlampau gemuksementara belanja untuk publik masih tertatih-tatih. Salahsatu tugas Bupati Donggala terpilih ke depan adalahmenekan belanja operasi sebesar mungkin sehinggabelanja modal bisa dinaikkan. Belanja modal sangat urgenbagi daerah karena belanja tersebut akan dibelanjakanuntuk kepentingan investasi dan bersentuhan denganmasyarakat.

Setidaknya dalam tiga tahun anggaran (2010, 2011,2012), belanja modal pemerintah Donggala masihtertekan.

Dari Rp528 miliar realisasi belanja pemerintah, hanyahanya Rp121,7 miliar atau sekitar 22,9 persen untukbelanja modal. Sementara belanja operasional mencapai

8

Page 15: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

Paling sial, jika jalanan dilintasi mobil tronton memuatkayu log sehingga separuh dari rumah penduduk tidakkelihatan tertutup debu. Kalau mobil besar ini melintas,satu kampung berdebu.

Masih tertanam di ingatan saya, kami diperintahkanguru berbaris di pinggir jalan saat menyambut pejabatdaerah datang ke kampung kami. Kami berbaris denganbendera merah putih terbuat dari kertas di tangan. Sayamasih ingat seorang guru, menitipkan pertanyaan kepadamurid, saat seorang pejabat di Dinas Pendidikan danKebudayaan berkunjung ke sekolah kami. Masih terbayang,suatu ketika saya tampil membacakan puisi pada acarapekan olahraga antar dusun (Pordus) di kampung kami.Saya masih ingat pernah tampil menghafal pidato padaMaulid Nabi di tengah-tengah masyarakat di desa.

Masih segar di ingatan saya, kami belajarmenggunakan pelita minyak tanah. Keesokan harinyahidung kami belepotan hitam akibat asap pelita. Belumsemua rumah dialiri listrik yang bisa membantu kamibelajar. Hanya ada satu dua orang yang memiliki mesingenerator. Dari generator itulah dialirkan ke rumah-rumah.Menyala pukul 18.00 Wita, padam pukul 10.00 Wita. Jarangmenyala hingga pukul 00.00 Wita, kecuali menjelangmalam lebaran. Jika ada kegiatan malam hari, sepertipesta pernikahan, lampu petromaks menjadi andalan. Dulubelum ada siaran televisi yang mampu menjangkaukampung kami. Kami belum mengenal berita-beritakorupsi, kolusi dan nepotisme.

Untuk dunia olah raga, kami paling populer denganpetinju Indonesia Ellyas Pical, petinju profesional pertamaIndonesia yang menjadi juara dunia. Untuk dunia selebriti,kami hanya mengenal Raja Dangdut Rhoma Irama melaluifilm-filmnya yang nge-top pada eranya. Laga Ellyas Picaldi ring tinju dan film asmara Rhoma Irama itu masihdigandakan menggunakan kaset pita. Itulah teknologi

10 11

Donggaladan

Jiwaku

Begitu dalam duka sahabat kami yangtidak sempat mengenyam pendidikan

SMP karena terkendala biaya dan jauhnyaakses pendidikan. Waktu itu sekolah SMP

dan MTs hanya ada di ibu kotakecamatan. Betapa belum adilnyadistribusi pendidikan ketika itu.

Akibatnya banyak masyakarat yang tidakbisa terpenuhi haknya untuk bersekolah.

TANAH Dampelas, bagian dari Donggala, adalah tanahtumpah darah dan awal dari sejarah peradaban hidupku.Di sana, ari-ari saya ditanam. Di sana, saya dibesarkanbersama dua adik saya. Di sana, kami menghirup udara,meneguk air, tumbuh dan berkembang menjadi remaja.Di sana, kakek kami lahir hingga berkalang tanah. Di sana,orang tua kami bercengkerama dengan alam, berharaprezeki dari alam dengan membajak sawah dan berkebun.Di tanah kelahiranku itu, saya mengenal baca tulis. Pagisekolah di SD Negeri Rerang, sorenya belajar di MadrasahIbtidaiyah (MI) Alkhairaat.

Ingatan saya masih segar tentang kampung kami.Saban pagi, kami pergi ke sekolah dengan berjalan di jalantak beraspal. Jika musim hujan, kami menenteng sepatudan dipasang setelah tiba di sekolah. Jika musim kemarau,kami bermandikan debu. Dinding sekolah kami yangsebagian masih terbuat dari pitate dilumuri debu jalanan.

Page 16: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

termasuk beruntung, karena orang tua mampumenyekolahkan saya.

Masih terkesan di mata saya, kami bolak balik darikampung ke sekolah lanjutan pertama dengan mengayuhsepeda sejauh 17 kilometer. Belum hilang di ingatan sayaseorang sahabat pulang dari sekolah jatuh dari jembatandi Desa Sioyong hingga membuat matanya nyaris buta.Saya pun terjatuh karena jalan yang kami lalui banyakberlubang. Luka itu hingga kini masih berbekas. Begitudalam duka sahabat kami yang tidak sempat mengenyampendidikan SMP karena terkendala biaya dan jauhnya aksespendidikan. Waktu itu sekolah SMP dan MTs hanya ada diibu kota kecamatan. Betapa belum adilnya distribusipendidikan ketika itu. Akibatnya banyak masyakarat yangtidak bisa terpenuhi haknya untuk bersekolah. Kondisi itusungguh jauh dengan kondisi sekarang. Di desa kami duluhanya ada sekolah dasar, sekarang sudah ada SMP danSMA.

Dari sepenggal kisah tersebut, cukup menjadi alasansaya untuk berbagi kepada keluarga dan masyarakatDonggala khususnya di wilayah pantai barat. Berbagitentang gagasan pentingnya kita merespons banyak hal,khususnya terkait dengan kepedulian kita memajukanKabupaten Donggala. Salah satu momentum politik yangmembuat saya terdorong untuk menyikapinya adalahpemilihan kepala daerah (Pilkada) Donggala yang akanberlangsung 4 September 2013.

Setidaknya dua alasan pokok dan penting kenapa kitaperlu serius terhadap Pilkada kali ini.

Pertama, Pilkada tahun ini adalah momentum pal-ing menentukan wajah Donggala lima tahun mendatang.Hitam-putih atau maju mundurnya Donggala ke depan,tergantung pilihan kita. Waktu dua-tiga menit di bilik suara

13

elektronik paling modern di kampung kami. Tahun 1980,hanya ada tiga pemilik televisi hitam putih di kampung.Untuk menyaksikan film, biasanya kami membayar Rp100per orang. Jika filmnya baru, harganya biasa naik sampaiRp250 per orang. Kami menonton layaknya di sebuahbioskop.

Masih segar di ingatan saya, bagaimana kami bermaindi pematang sawah saat orang tua kami membajak sawahdengan mengandalkan tenaga sapi. Belum ada traktortangan (handtractor) seperti sekarang. Jika musim bajaksawah tiba, saya melihat karib kerabat orang tua kamibergotong royong membangun irigasi. Mereka bergotongroyong menancapkan bambu-bambu di sungai, lalumenumpukkan karung-karung berisi pasir di sela-selabambu itu. Cara ini digunakan untuk menghalau air agarmasuk ke pematang sawah. Kegiatan itu bertahun-tahunmereka lakukan karena ketiadaan irigasi.

Begitulah sekilas potret kehidupan di kampung kamiera 1970-1980. Memasuki era 1990, sedikit sudahmengalami kemajuan. Transportasi dari kampung kami kePalu sudah mulai lancar. Jika era 1970, angkutan umumyang dikenal hanya Hardtop, era 1990 sudah ada angkutanmini bus. Perjalanan dari kampung kami ke Palu, ibu kotaDonggala sudah bisa ditempuh lebih cepat. Jarak tempuhsekitar 160 kilometer bisa ditempuh tujuh hingga delapanjam dengan angkutan mini bus. Berangkat pukul 08.00WITA tiba di Palu pukul 15.00 WITA.

Anak-anak di kampung sebagian besar sudahbersekolah di ibu kota kecamatan. Malah sudah ada yangsekolah di Palu dan Jawa mengikuti keluarga. Setelahtamat sekolah dasar, saya melanjutkan sekolah diMadrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri cabang Palu di Sabang.Dari sekitar 30 orang seusia saya tamat SD, hanya sekitar10 orang melanjutkan pendidikan di SMP. Selebihnya sudahterjun ke kebun dan sawah membantu orang tua. Saya

12

Page 17: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

sangat menentukan nasib daerah kita. Jika kita kelirudalam menentukan pilihan dan sikap politik, maka kitaakan menyesal selama lima tahun. Kita harus menunggulima tahun lagi untuk memulihkan kondisi itu. Oleh sebabitu, partisipasi politik aktif dari masyarakat sangatdibutuhkan. Pilkada tidak boleh hanya dipandang sebagaicara untuk memilih kepala daerah secara formalseremonial, tetapi juga harus dipahami sebagai mediauntuk pendidikan demokrasi. Media untuk belajarmenghargai perbedaan dan menyalurkan pendapat secaraetik. Siap atau tidak, mau atau tidak mau, kita harusmenjalani pesta demokrasi (pilkada) itu karena sudahmenjadi ketentuan negara.

Apakah nanti kita memilih calon pemimpin yangterbaik dari yang baik, atau yang baik dari yang terburukitu soal lain. Satu hal yang pasti, kita mau memilih karenakita tidak ingin kembali ke sejarah kelam daerah kita yangserba tertinggal. Donggala harus lebih maju danberdampak pada membaiknya kesejahteraanmasyarakatnya.

Kedua, Pilkada Donggala dilaksanakan bertepatandengan tahun politik menjelang Pemilu 2014. Pilkada danPemilu adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kedua-duanya menentukan wajah Donggala lima tahunmendatang. Jika sikap politik yang kita tempuh berbedasaat Pilkada dan Pemilu, maka kita menabrakkan duakepentingan yang sama. Yakni kepentingan membangunDonggala agar menjadi daerah terdepan di SulawesiTengah.

***

Lihat saja, gejala pemimpin di negeri kita.Setelah ia berhenti menjadi

pejabat, tanahnya dimana-mana. Mobilnyagonta-ganti. Rumahnya bertebaran kendati

itu rumah dinas sekalipun dibeli denganharga murah. Dibeli dengan mengorbankannama orang lain. Kita tentunya tidak ingin

mantan bupati Donggala ke depan,bersenang-senang dari hasil korupsinya,

sementara rakyat terus terhimpitdengan berbagai masalahnya.

Pertalian DuaKepentingan

SEBELUM membedah calon bupati/wakil bupatimaupun calon anggota DPR/DPRD yang akan kita pilihnanti, ada baiknya kita membedah diri kita sendiri. Kitamembedah tentang apa kebutuhan kita secara umum,yakni tentang kebutuhan bersama di lingkungan kita,kebutuhan bersama di desa kita, kebutuhan bersama dikecamatan kita. Kebutuhan yang kira-kira akan kita nikmatibersama dan memberi keuntungan secara bersama pulauntuk kepentingan jangka panjang. Tentunya kebutuhankita adalah mencakup kebutuhan sekarang dan kebutuhanmendatang. Bukan kita membedah kebutuhan pribadi, lalumenjadikan itu sebagai agenda kepentingan pribadi untukmengeruk untung dari Pilkada. Saya yakin dan pecayaterhadap karakter masyarakat Donggala, tidak mudahdibeli oleh calon bupati hanya untuk kepentingan sesaat.

Jika kepentingan pribadi menjadi acuan kita untukmemilih calon pemimpin di daerah, maka bisa dipastikan

14 15

Page 18: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

ingin mantan bupati Donggala ke depan, bersenang-senangdari hasil korupsinya, sementara rakyat terus terhimpitdengan berbagai masalahnya.

Biasanya, pendekatan paling ampuh dan taktisdilakukan politisi untuk kepentingan politiknya adalahmemberikan sesuatu untuk kepentingan sesaat. Hanyauntuk kepentingan saat itu. Supaya dibilang peduli,diberikanlah sesuatu barang dan janji. Jarang kitamenjumpai politisi atau calon bupati yang memberikansesuatu untuk kepentingan jangka panjang. Inilah yangkita butuhkan dari seorang calon kepala daerah atau calonlegislatif, yakni memberikan keuntungan jangka panjangmelalui pendekatan program kerja, bukan pendekatanuang atau pendekatan baliho.

Pertanyaan berikutnya, apakah program yangditawarkan itu cocok untuk kepentingan jangka panjangkita atau tidak. Atau program itu sekadar penyenang hatimasyarakat saja. Ini juga harus dijawab dengan logika.Bukan dengan belas kasihan.

Untuk menentukan kebutuhan jangka panjang kita,perlu cara atau strategi tersendiri. Misalnya, denganmelakukan inventarisasi kebutuhan kita dari masing-masing lingkungan, desa dan kecamatan. Apa kebutuhankita yang sesungguhnya dan mendesak. Kebutuhan itulahyang ditawarkan kepada calon bupati/wakil bupati atauCaleg.

Contoh, Desa A di Kecamatan B, berdasarkanidentifikasi di sektor pertanian ternyata Desa Amembutuhkan pembangunan irigasi, perluasan perkebunandan pertanian, pembukaan jalan ke kantong produksi,perbaikan mutu pertanian; persediaan pupuk yang cukup,murah dan penyediaan bibit unggul, atau penguatan modalusaha pertanian. Maka kebutuhan itulah yang disodorkankepada calon bupati/calon anggota legislatif.

Demikian halnya pada sektor kesejahteraan rakyat.

17

cita-cita demokrasi yang sedang kita bangun rusak dantidak memberi makna untuk kesejahteraan bersamamelainkan untuk kepentingan pribadi. Jadilah kita anggotamasyarakat pragmatis, yakni individu yang hanyamementingkan dirinya sendiri untuk kepentingan sesaat.Sementara hakikat demokrasi adalah dari rakyat, olehrakyat dan untuk rakyat.

Contoh, jika kita memilih seseorang karena uangnya,atau karena dia sudah membagi-bagikan bahan makananpokok, lalu menjadikan itu alasan utama untuk memilihyang bersangkutan, maka jadilah kita individu masyarakatyang pragmatis. Bagi saya, tidak salah jika kita menerimasesuatu pembagian dari calon bupati/wakil bupati ataucalon anggota legislatif (Caleg). Tapi, itu bukan alasanutama untuk membuat kita jatuh hati padanya. Sayasangat meyakini, pemberian sesuatu karena adakepentingan politik maka imbalan yang diharap pun adalahimbalan politik. Kondisinya akan jauh berbeda jikaseseorang royal membagikan hartanya tanpa kepentinganpolitik. Ini dua hal yang berbeda.

Kita sering mendengar orang berkata, semakinbanyak uang yang dihabiskan seorang calon pejabat untukpemenangannya, maka ia pun akan mencari uangsebanyak-banyaknya sebagai pengganti atas uang yangsudah ia keluarkan. Inilah yang sering menjadipembicaraan masyarakat luas. Secara logika, seseorangyang menjadi pejabat tidak akan mungkin ia mau berhentimenjadi pejabat dalam kondisi miskin. Kalau pun ada itupejabat langka dan fenomenal.

Lihat saja, gejala pemimpin di negeri kita. Setelahia berhenti menjadi pejabat, tanahnya dimana-mana.Mobilnya gonta-ganti. Rumahnya bertebaran kendati iturumah dinas sekalipun dibeli dengan harga murah. Dibelidengan mengorbankan nama orang lain. Bahkan tidakjarang pejabat kita menambah istri. Kita tentunya tidak

16

Page 19: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

Desa B Kecamatan C, membutuhkan pembangunan gedungsekolah, penambahan guru, tenaga medis, danpembangunan Puskesmas. Maka, kebutuhan itu harusmenjadi tawaran masyarakat kepada calon kepala daerah/anggota legislatif. Tapi ada baiknya itu tidak sekadartawaran, tetapi kita juga perlu mencari tahu bagaimanalangkah-langkah yang akan dilakukan calon agar keinginanitu bisa terwujud. Jadi, bukan sekadar janji bahwa calonitu mengiyakan keinginan masyarakat. Harus jelas kapanbisa dilaksanakan dan bagaimana caranya. Sehingga,masyarakat punya pegangan. Bila perlu masyarakatmelibatkan diri dalam perencanaan, pelaksanaan,pengawasan dan evaluasi. Jika konsep analisa kebutuhanitu sudah siap, pemerintah desa tidak perlu lagi buangwaktu lama, buang tenaga dan pikiran hanya untuk bikinMusyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).Rencana itu saja yang dimatangkan lalu diajukan kepemerintah dan minta anggota DPR/DPRD, wartawan ataulembaga swadaya masyarakat (LSM) mengawalnya.

Itulah pertalian dua kepentingan yakni kepentinganmasyarakat dan kepentingan pemerintah. Kepentinganmasyarakat dipenuhi, dan keinginan pemerintah di lainpihak juga berjalan yakni keinginan untukmensejahterakan rakyatnya. Pertalian dua kepentingantersebut tidak akan bisa bertemu dalam satu ruas jikamasing-masing berjalan sendiri. DPRD-nya berjalansendiri, Bupatinya juga keinginannnya lain, masyarakatpun begitu. Keinginan masyarakat juga lain. Jika demikiankondisinya, sudah dipastikan cita-cita membangunkesejahteraan tidak akan bisa diwujudkan. Jadilah cita-cita itu hanya sebatas janji politik. Hanya sebatas penghiasdemokrasi dan sebagainya.

***

Banyak janji politik yang disampaikancalon pemimpin biasanya hanya

sekadar penarik simpati agarmasyarakat mau memilihnya, namunkadang janji politik itu tak kunjungterealisasi. Supaya calon pemimpin

memiliki beban politik maka dibuatlahkontrak politik.

Kontrak PolitikAtau Pakta Integritas

Sama Saja

KETIKA Jokowi (Joko Widodo) mencalonkan dirimenjadi Gubernur DKI Jakarta pada 2012, iamenandatangani kontrak politik dengan warga bantaranWaduk Pluit di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara.Kontrak politik itu ditandatangi 15 September 2012,menjelang pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua.Kontrak politik itu intinya tiga poin. Pertama, jika Jokowiterpilih menjadi gubernur maka ia akan melibatkan wargaMuara Baru dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW). Kedua, Jokowi akan melindungi dan memenuhihak-hak warga kota. Ketiga, Jokowi harus terbuka dalampenyebarluasan informasi kepada warga kota.

Kontrak politik adalah perjanjian antara dua pihakyang berkaitan dengan kehidupan bernegara dankekuasaan. Biasanya antara calon kepala daerah/calonanggota DPRD dengan masyarakat pemilih. Istilah kontrakpolitik mulai populer setelah reformasi. Dulu pada era

18 19

Page 20: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

melalui proses sumpah atas nama Allah saat dilantik.Masyarakat Donggala perlu menempuh jalan baru

untuk mempercepat pembagunan di daerahnya salahsatunya dengan mengajukan kontrak politik kepada calonpemimpin. Agar kontrak politik itu tidak menimbulkanpersepsi yang macam-macam, maka kontrak politiknyaharus dibuat secara detail. Kontraknya harus jelas dandapat diukur sehingga bisa dievaluasi secara terukur pula.Apakah kontrak politik itu sudah dilaksanakan atau tidak,ada bukti-bukti fisik yang bisa diukur.

Misalnya, warga Desa Talaga, Kecamatan Damsol,ingin membangun Rumah Adat Dampelas terapung di tepiDanau Talaga dan siswa miskin dari desa itu diberikanbeasiswa sebanyak 10 orang setiap tahunnya. Contoh lain,warga Desa Rerang, Kecamatan Damsol, ingin membangunirigasi atau dermaga pelabuhan pendaratan ikan. Makakontrak politiknya harus berisi secara detil tentangpembangunan irigasi atau tempat pendaratan ikan. Adapuncontoh kontrak politiknya adalah sebagai berikut;

Kontrak Perjanjian Calon Bupatidengan Warga Desa Talaga

---------------------------------------

Pada hari ini, Senin, tanggal 10 Juni tahun 2013 bertempatdi Desa Talaga, Kecamatan Damsol. Bahwa kami yangbertanda tangan di bawah ini Adha Nadjemuddin, calonbupati Donggala Periode 2013-2018.

Kami berjanji di hadapan masyarakat Talaga, jika kamiterpilih menjadi bupati Donggala dan wakil bupatiDonggala maka kami akan;

1. Membangun rumah adat Dampelas di tepi Danau Talagaseluas 10 x 10 meter dalam waktu tiga tahun dan

21

orde baru tidak ada istilah kontrak politik. Yang ada adalahjanji politik dari calon penguasa. Kontrak politiksebetulnya komitmen calon pejabat atau penguasa secaratertulis yang ditandatangani bersama masyarakat melaluiwakilnya.

Kontrak politik sebetulnya lahir karena adanya krisiskepercayaan masyarakat terhadap calon pemimpinnya.Banyak janji politik yang disampaikan calon pemimpinbiasanya hanya sekadar penarik simpati agar masyarakatmau memilihnya, namun kadang janji politik itu takkunjung terealisasi. Supaya calon pemimpin memilikibeban politik maka dibuatlah kontrak politik. Olehbebebapa pakar hukum mengatakan kontrak politik tidakbisa ditegakkan di ranah hukum karena klausul dalamkontrak perjanjian itu terlalu abstrak atau terlalu umum.Sedangkan kontrak hukum haruslah rinci. Kontrak politikhanya bersifat menekan. Artinya, dengan adanya kontrakpolitik itu penguasa terpilih memiliki beban politik yangharus ia laksanakan.

Belakangan ini muncul lagi istilah Pakta Integritas diranah politik. Pakta integritas atau dalam bahasa InggrisIntegrity Pact adalah surat pernyataan yang berisi ikraruntuk mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi, dannepotisme dalam Pengadaan Barang/Jasa. Jadi PaktaIntegritas bukan untuk ranah politik. Pakta integritasataupun kontrak politik yang dimunculkan oleh calonpemimpin adalah manifestasi untuk mengembalikankepercayaan yang sudah mulai luntur di tengahmasyarakat.

Terlepas apapun namanya, kontrak politik atau paktaintegritas tetap penting. Setidak-tidaknya menjadi bebankerja politik bagi calon pemimpin terpilih. Apalagi jikakontrak politik itu diberikan embel-embel sumpah atasnama Allah. Beban pemimpin terpilih akan semakin berat.Selain ia sudah menandatangani kontrak politik, ia juga

20

Page 21: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

APBD itu juga sulit direaliasikan pemerintah daerah.Kecuali kontrak politik jangka panjang. Kontrak politikjangka panjang bisa diperpanjang kepada setiappergantian calon bupati. Kontrak politik jangka panjangadalah terkait dengan rencana pembangunan jangkapanjang 10 - 15 tahun yang tidak bisa dianggarkan dalamAPBD lima tahun. Contoh, masyarakat di Wilayah PantaiBarat ingin agar pemerintah membangun kawasanpertumbuhan ekonomi baru. Terkait dengan programjangka panjang tersebut saya membahasnya secaraterpisah dalam buku ini.

***

pembangunannya dimulai tahun kedua kepemimpinankami.

2. Membangun jalan permanen dari jalan trans Sulawesike lokasi umah adat tersebut.

3. Memberikan beasiswa berupa uang tunai sebanyakRp500 ribu per siswa per tahun kepada 10 orang siswamiskin dari Desa Talaga.

4. Pemberian beasiswa tersebut akan diberikan tahun kedua kepemimpinan kami sampai berakhirnya masa jabatankami.

5. Jika kami tidak melaksanakan pembangunan rumah adattersebut dalam waktu tiga tahun, dan tidak memberikanbeasiswa miskin seperti pada poin 1, 2 dan 3 di atas makakami bersedia mundur atau dituntut mundur olehmasyarakat Desa Talaga dan DPRD Donggala.

Demikian janji politik ini kami buat sebagai bentukkomitmen politik kami dalam membangun kabupatenDonggala.

Talaga, 10 Juni 2013TertandaAdha Nadjemuddin

Menentukan isi kontrak politik harus mendapatpersetujuan bersama seluruh komponen masyarakatkarena kontrak politik berisi kepentingan umum danmemberi dampak luas kepada masyarakat. Kontrak politiksebaiknya dirumuskan berdasarkan analisis kebutuhanutama masyarakat. Sebab jika semua masyarakat memintakontrak politik yang tidak bisa dijangkau oleh pembiayaan

22 23

Page 22: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

dari masyarakat. Sebaik apapun janji yang dijanjikan calonbupati, tergantung sejauh mana kita mencermati janjiitu. Apakah janji tersebut masuk akal atau tidak,tergantung kemampuan masyarakat menganalisanya.Misalnya, jika seorang bupati berjanji akan memberikanalokasi anggaran setiap desa satu miliar per tahun. Jikadi Kabupaten Donggala terdapat 200 desa makapemerintah harus menyiapkan Rp200 miliar per tahun.Jika APBD Donggala hanya Rp400 miliar, maka janjitersebut dipastikan tidak masuk akal. Bagaimana mungkindesa mau dibiayai Rp200 miliar per tahun sementarakemampuan APBD-nya hanya Rp400 miliar. Bagaimanadengan belanja lain-lain, seperti belanja pegawai, belanjabarang dan jasa. Artinya, janji tersebut tidak masuk akal.Makanya itulah pentingnya kenapa APBD perlu diketahuirakyat, agar rakyat tidak gampang dibodohi.

Demikian halnya jika seorang bupati berjanji akanmengangkat putera daerah kecamatan A menjadi pegawainegeri sipil. Maka bisa dipastikan, intervensi bupati dalampenerimaan pegawai akan terjadi. Artinya, penerimaanpegawai tidak murni lagi karena ada campur tanganpejabat. Ini lebih berbahaya karena akan merugikanmasyarakat luas. Masyarakat yang tidak memilikikedekatan dengan pejabat pasti susah masuk pegawai.Diskriminasi terhadap rakyat pun terjadi. Oleh sebab itubiarkanlah calon bupati berjanji tergantung sejauh manarakyat menganalisis masuk akal atau tidaknya janji itu.

Bagaimana jika calon bupati/calon wakil bupatiberjanji akan membangun, memajukan pertanian danperkebunan masyarakat. Jika janji ini menurut masyarakatsangat menyentuh kepentingannya, maka perlu dicaritahu, bagaimana cara atau strategi apa yang dilakukancalon bupati bersangkutan untuk bisa merealisasikanjanjinya itu. Tahun ke berapa kira-kira janji itu bisadirealisasikan. Jangan karena janji itu menyentuh

25

POLITIK meraih simpati tidak pernah lepas dari janji.Tidak sah rasanya pesta politik jika tidak ada janji politik.Janji membangun ini dan itu. Janji akan memperjuangkanitu dan ini. Janji mensejahterakan rakyat. Janji pendidikangratis. Janji kesehatan gratis. Janji bangun masjid. Janjibangun jalan. Janji memasukkan warga menjadi pegawainegeri sipil. Masih banyak lagi macam janji-janji politikyang akan dan telah dilontarkan calon bupati/wakil bupatiatau Calon Anggota Legislatif (Caleg) maupun janji timsukses.

Demi kepentingan politik, gen keluarga pun mulaidicari. Jika dulunya dicuek, sekarang dicari. Dulu ditengokpun tidak, sekarang jauh di pelosok desa pun dicari. Sayakhawatir begitu menjadi pejabat, semua janji dankeluarga dilupakan atau pura-pura lupa.

Janji politik untuk pencitraan diri bagi seorang calonbupati adalah hal wajar. Tujuannya agar mendapat simpati

Maka bisa dipastikan, intervensibupati dalam penerimaan pegawaiakan terjadi. Artinya, penerimaan

pegawai tidak murni lagi karena adacampur tangan pejabat. Ini lebih

berbahaya karena akan merugikanmasyarakat luas. Masyarakat yangtidak memiliki kedekatan dengan

pejabat pasti susah masuk pegawai.Diskriminasi terhadap rakyat pun

terjadi.

WaspadaiJanji Politik

24

Page 23: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

kepentingan kita, lalu dibiarkan janji itu menggelindingtanpa dikritisi. Itulah pentingnya jika masyarakat kritissehingga calon pemimpin tidak seenaknya mengumbarjanji politik.

Bagaimana jika ada calon bupati berjanji akanmembagi-bagikan bibit sawit gratis. Bibit kakao gratis.Bibit durian gratis. Atau bibit palawija secara gratis.Sebagai petani, tentu sudah terbayang di benak kita. Jikaitu sawit berapa lama dia panen. Dimana lahannya. Siapayang membangun pabriknya. Bagaimana teknik perawatandan sebagainya. Dengan demikian, terhadap janji politikcalon bupati, masyarakatlah yang pandai-pandaimenyaring janji politik tersebut. Masyarakat haruswaspada. Itu kuncinya.

***

Satu hal penting, Pantai Barat janganlagi sekadar gombal politik, sekadar

janji politik, sekadar orasi di panggungkampanye atau sekadar jalan mencarisimpati. Masyarakat yang cerdas, pastiakan bisa memilih dan memilah, mana

sekadar janji, mana yang sungguh-sungguh. Oleh sebab itu butuh cara

untuk menganalisa janji politikpemekaran Pantai Barat.

Pemekaran Pantai Barat,Komoditas Politik

Menjanjikan

SEMUA pasangan Calon Bupati/Wakil Bupati, jugaCalon Anggota Legislatif (Caleg) mempunyai strategi untukmerebut simpati masyarakat. Demikian halnya partaipolitik. Mereka berharap dengan strategi dan isu yangdigelindingkan masyarakat bisa jatuh hati. PemekaranDonggala menjadi kabupaten dan kota, yakni DaerahOtonom Baru (DOB) Pantai Barat dan Kota Donggala pastimenjadi isu strategis.

Wacana Kabupaten Pantai Barat diembuskan di PantaiBarat, pembentukan Kota Donggala diembuskan di Banawadan sekitarnya. Dua-duanya pasti dan telah menjadikomoditas politik menarik dan menjanjikan. Apalagidengan masuknya beberapa tokoh penggagas rencanapembentukan Kabupaten Pantai Barat ke dalam daftarcalon bupati/wakil bupati maupun Caleg. Isu politik PantaiBarat dan Kota Donggala akan sulit dielakkan.

Sekitar tahun 2002 sampai 2003, saya termasuk salah

26 27

Page 24: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

Sebentar lagi Pantai Barat akan menjadi konsumsi politikmenjelang Pilkada dan Pemilu 2014. Salahkah? Tentu tidak.Bahkan semakin baik karena nanti akan tercipta pendapatyang utuh tentang Pantai Barat. Pendapat tentangkabupaten yang ideal, kabupaten yang menjanjikan,kabupaten masa depan.

Satu hal penting, Pantai Barat jangan lagi sekadargombal politik, sekadar janji politik, sekadar orasi dipanggung kampanye atau sekadar jalan mencari simpati.Masyarakat yang cerdas, pasti akan bisa memilih danmemilah, mana sekadar janji, mana yang sungguh-sungguh. Oleh sebab itu butuh cara untuk menganalisajanji politik pemekaran Pantai Barat.

Tidak sekadar janji tapi harus ada desain solusi untukbisa memastikan bahwa Pantai Barat bisa diwujudkan.Bagaimana caranya? Target tahun berapa? Apa garansinya?dan sebagainya. Apakah nanti namanya Kabupaten PantaiBarat, Kabupaten Donggala Utara atau Kabupaten BontoMariri, itu hanya soal nama. Intinya, bagaimana substansipelayanan kemasyarakatan lebih dekat dan nyaman bisadiwujudkan.

Sebagai warga Pantai Barat, saya juga ikut gelisahdengan letak geografis Pantai Barat. Bayangkan, untukmengurus administrasi ke pusat pemerintahan di Banawa,kita harus melintasi Kota Palu. Hanya untuk ke ibu kotakabupaten, kita harus melewati satu daerah. Ini aneh.Mungkin hanya ada di Sulawesi Tengah. Itu baru dari letakgeorafisnya. Belum lagi soal pelayanan kesejahteraanrakyat, khususnya kesehatan.

Pantai Barat tidak punya rumah sakit yangrepsentatif. Orang dari Sojol paling ujung, misalnya,mungkin lebih dekat kalau ke Tolitoli dibanding ke Paluapalagi Banawa. Pasien sempat meninggal di jalan barusampai ke rumah sakit. Korban kecelakaan lalu lintas yangtidak bisa tertangani di puskesmas, sempat kehabisan

29

seorang yang sering terlibat dalam rencana pembentukanKabupaten Pantai Barat. Saya bahkan masuk dalam salahseorang Tim Perumus. Beberapa kali kami menggelarpertemuan berpindah-pindah tempat. Biasa di kediamanMantan Sekretaris Kota Palu Maulidin Labalo, biasa jugadi rumah mantan Kepala Dinas Pendidikan Sulawesi TengahIndra B Wumbu. Beberapa kali di kediaman Kepala BagianHumas Kota Kota Palu Kasman Lassa, ketika itu.

Pelbagai gagasan dan strategi politik kami bahas agarPantai Barat cepat terbentuk menjadi DOB berpisahdengan induknya, Donggala. Bahkan mobilisasi massadengan mengepung Gedung DPRD Donggala (di JalanHasanuddin Kota Palu, ketika itu) juga sudah dilakukan.Para demonstran untuk Pantai Barat sudah mengeluarkanenerginya berorasi hingga tenggorakan mereka kering. Uratleher mereka tegang. Tapi semua gagasan dan strategi itubelum mempan. Hanya bagus dikonsep. Tapi kita tetapbersyukur dan memberi apresiasi karena banyak tokohyang peduli dengan Pantai Barat. Masih banyak yang pedulidengan nasib rakyat Pantai Barat. Masih ada orang mauberkorban untuk Pantai Barat. Itu lebih baik dari padatidak sama sekali. Harus diakui dan dihargai. Kelak parapejuang Pantai Barat itu akan masuk dalam daftar sejarahPantai Barat.

Perjuangan Pantai Barat belum berakhir. Pantai Barathanyalah sukses yang tertunda. Pantai Barat kalahselangkah dengan Sigi. Sigi sudah terwujud menjadikabupaten pada 24 Juni 2008 setelah DPR RI menjatuhkanpalu sidang penetapan Rancangan Undang-UndangPembentukan Kabupaten Sigi. Sigi kemudian resmimenjadi daerah otonom tanggal 21 Juli 2008 melaluipengesahan Undang-Undang Nomor 27 tahun 2008 tentangPembentukan Kabupaten Sigi di Provinsi Sulawesi Tengah.

Cita-cita Sigi menjadi kabupaten terkabulkan,sementara Pantai Barat masih asyik dengan wacananya.

28

Page 25: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

perguruan tinggi, maupun dukungan anggaran. MungkinPantai Barat lebih layak menjadi daerah otonom daridaerah lain yang sudah otonom di Sulawesi Tengah. Tapikarena tidak mendapat dukungan penuh. Pantai Barattetap menjadi seperti sekarang. Kabupaten mimpi.

Solusi tentang Kabupaten Pantai Barat dapatditempuh melalui dua skema. Skema pertama, Banawadan sekitarnya menjadi Kota Donggala berkedudukan diBanawa. Sementara Kabupaten Donggala beribukota diPantai Barat. Skema kedua, sebagian wilayah Pantai Baratmembentuk wilayah sendiri. Misalnya, KabupatenDonggala Utara, terdiri dari lima kecamatan, Sojol Utara,Sojol, Dampelas, Balaesang dan Balaesang Tanjung. Inilebih baik karena pelayanan bisa lebih dekat, dibandingibu kota Donggala dipindah ke Pantai Barat tetapiibukotanya berkedudukan tidak jauh dari Kota Palu. Inijuga percuma, karena pelayanan khususnya masyarakakatdari Sojol tetap saja jauh dari pusat pemerintahan. Apapunitu, Pantai Barat selalu menjadi komoditas politik yangmenjanjikan.

***

darah baru sampai ke rumah sakit. Untung di daerah PantaiBarat itu masih banyak orang-orang tua yang arif. Bisamenghentikan tetesan darah dari luka hanya dengan doaatau jampi-jampi.

Masih banyak orang tua arif di Pantai Barat yangmasih percaya dengan obat-obat tradisional yang bisamenghentikan aliran darah di luka. Itu masih lebih baikkarena luka luar. Bagaimana kalau masyarakat stroke.Tidak mungkin ditolong dengan jampi-jampi. Korban strokeharus ditolong dengan medis. Ini baru satu sisi kesusahanPantai Barat. Masih banyak yang lain. Terlalu banyak makanruang jika diulas semua dalam tulisan ini.

Melihat kondisi ini, Kabupaten Pantai Barat menjadikeharusan. Menjadi tugas bersama untukmemperjuangkannya. Bukan hanya tugas calon bupati,calon anggota legislatif. Satu hal yang tidak terlupakanbahwa pembentukan daerah otonom adalah keputusanpolitik. Perjuangannya juga harus dengan politik.Walaupun pemerintah daerah sampai lumpuhmemperjuangkan Pantai Barat, jika tidak mendapatdukungan politik dari DPR RI, itu akan sia-sia. Oleh sebabitu diperlukan keterlibatan calon anggota DPR RI. Harusada spesial kontrak politik kepada calon anggota legislatifpusat. Kontribusi mereka untuk Pantai Barat harus nyata.Bukan sekadar janji atau gombal politik. Bukan hanyamengirimkan baliho ucapan hari raya Idul Fitri setiaptahun. Kita tidak butuh baliho ucapan. Kita butuhkomitmen politik dari mereka untuk Pantai Barat.

Memang, pembentukan daerah otonom tidaksemudah menyalakan pelita. Butuh syarat-syarat sesuaiketentuan undang-undang. Jumlah penduduk, luaswilayah, potensi daerah, kabupaten induk tidak bolehmati. Itu harus dipenuhi. Caranya harus dengan komitmenyang kuat, kemauan politik legislatif, dukunganmasyarakat, dukungan pemerintah provinsi, dukungan

30 31

Page 26: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

inilah sehingga pemilih kadang tidak mau pusing lagi. Cuek.Siapa kau, siapa saya. Dari pada bingung pilih saja temandekat. Padahal belum tentu teman dekat memilikikemampuan untuk menjadi bupati atau wakil rakyat.Kondisilah yang dapat menjebak pemilih, sehingga hanyaasal pilih. Bahkan ada yang tidak mau memilih karenaalasan tidak tahu. Ini keputusan politik yang lebih baikkarena ia menentukan sikap atas kesadaran politiknyauntuk tidak memilih karena tidak tahu siapa yang harusdia pilih. Dibanding, misalnya, ia memilih calon yang iatidak kenal. Mana tahu calon itu ternyata memiliki cacathukum, cacat moral, cacat sumber daya manusia dansebagainya. Jika itu yang terjadi celakalah masyarakatkarena memilih atas ketidaktahuannya. Ibarat memilihdalam ruang gelap, tidak jelas apakah yang dipilih itubagus atau tidak.

Lalu bagaimana masyarakat bisa mengetahui rekamjejak seorang calon bupati atau Caleg? Di sinilah peranpenting dari tim sukses seorang calon. Calon atau timsukses harus rajin menyosialisasikan diri ke masyarakat.Melalui diskusi, berdialog atau melalui pernak pernikbrosur tentang rekam jejak seorang calon. Ini hanya cara.Tetapi tawaran saya, dialog dengan cara bertatap mukalangsung dengan masyarakat adalah cara yang palingefektif dan mendidik. Dengan cara itu masyarakat bisamengetahui lebih dekat tentang visi calon yangbersangkutan, mengetahui identitas calon, mengetahuijalan pikirannya, mengetahui sikap dan karakter melaluigerak tubuh seorang calon.

Cara itu akan jauh berbeda dengan baliho ataukalender atau alat peraga kampanye lainnya. Baliho yangsudah melalui sentuhan teknologi komputer bisadirekayasa. Wajah yang berbatu-batu bisa diubah menjadimulus. Rambut putih bisa diubah jadi hitam. Yang munculke permukaan bukan wajah sesungguhnya. Tapi sudah

33

Mana tahu calon itu ternyata memilikicacat hukum, cacat moral, cacat

sumber daya manusia dan sebagainya.Jika itu yang terjadi celakalah

masyarakat karena memilih atasketidaktahuannya. Ibarat memilih

dalam ruang gelap, tidak jelas apakahyang dipilih itu bagus atau tidak.

Rekam Jejak Calon,Itu Penting

BANYAK hal sebetulnya menjadi hambatan pemilihuntuk menentukan sikap politiknya. Salah satunya kurangmengetahui rekam jejak (track record) seorang calonpemimpin yang akan dipilih. Untuk calon bupati/wakilbupati masih lebih mudah karena hanya sedikit yang maudipilih. Untuk Pilkada Donggala 2013 paling banyak enampasang calon. Beda halnya dengan Pemilu. Banyak CalonAnggota Legislatif (Caleg) yang bisa dipilih.

Satu daerah pemilihan tingkat kabupaten dengan 12partai politik peserta Pemilu 2014, jumlah Caleg tidakkurang dari 50 orang. Belum termasuk Caleg Provinsi, CalegDPR RI dan Caleg Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.Dengan banyaknya daftar politisi itu tidak mungkinsemuanya bisa diketahui satu persatu. Habis waktu hanyauntuk mereka. Belum lagi soal partainya. Apakah partaiitu sudah cocok untuk kondisi Indonesia kini atau belum.

Akibat ketidaktahuan masyarakat terhadap calon

32

Page 27: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

masyarakat, itu juga tugas partai politik pengusung. Partaipolitik memiliki tanggungjawab besar dalam memberikanpendidikan politik yang mencerdaskan. Partai tidak bolehlepas tangan hanya sekadar mengantar seseorang calonbupati ke kursi pencalonan, atau sekadar memasang nama-nama daftar Calon Anggota Legilatif. Tapi partai harusmengantar calon sampai ke tujuan akhir. Tujuan akhirbukan sebatas merebut jabatan, tetapi lebih jauh kedepan, yakni mewujudkan cita-cita politik seorang calon.

Partai politik pengusung harus mampumenerjemahkan program kerja bupati terpilih. Kegagalanseorang pemimpin itu juga kegagalan partai politik. Disinilah pentingnya penyatuan dua kekuatan legislatif(DPRD) dan eksekutif (bupati). Artinya bupati yangdidukung dengan kekuatan legislatif akan lebih mudahmewujudkan cita-cita perjuangannya dibanding bupatiyang tidak mendapat dukungan penuh legislatif. Olehsebab itu, memilih bupati harus didukung dengan kekuatanlegislatif. Bila tidak berjalan linier, keinginan masyarakatjuga akan sulit dipenuhi oleh bupati terpilih karena yangberkuasa di DPRD ingin berjalan sendiri, bupati terpilihjuga punya keinginan lain. Tidak bisa ketemu. Dampaknyarakyat menjadi korban.

Tanggungjawab partai politik yang lain juga harusbertanggung jawab secara moral dalam mencegahpendukungnya untuk tidak berbuat kekacauan jika calonyang ia usung kalah. Ketika calon yang dia usung kalah,partai harus tampil di depan mencegah terjadinyapengrusakan. Bukan sebaliknya, partai yang mengomporipendukung membakar Kantor KPU. Inilah fenomena politikburam di negeri kita belakangan ini. Ada partai atau calonpemimpin yang tidak siap kalah. Hanya siap menang. Inibukan mental seorang pemimpin. Banyak calon yang hanyajago berpidato tentang demokrasi, tentang perbedaanpilihan, tetapi tidak siap kalah. Ini calon pemimpin aneh

melalui polesan teknologi desain dan cetak (grafika).Baliho atau alat peraga cetak lainnya hanya sekadar wadahuntuk memperkenalkan nama, memperkenalkan identitas,mempublikasikan wajah meskipun itu sudah lewat prosespolesan. Bukan berarti baliho tidak penting.

Fenomena politik sekarang lebih cenderung perangbaliho dibanding perang gagasan atau perang programkerja. Lebih asyik perang kalender dibanding menemuilangsung masyarakat dengan berdiskusi atau salingberbagi. Baliho dan kalender bisa saja mengecoh pemilihkarena kita tidak tahu siapa sesungguhnya sosok yangterpampang di baliho itu. Baliho memang cara baik jikadibarengi dengan sosialisasi langsung ke masyarakat.Baliho atau alat peraga cetak lainnya hanyalah pernakpernik politik. Hanya simbol-simbol yang tidak bisa diajakberdiskusi.

Rekam jejak calon penting karena di sana kita akanmelihat bagaimana karir politik atau karir birokrasi seorangcalon. Kita akan tahu seberapa bagus mutu calon itu.Seberapa luas pengetahuannya tentang tugas danfungsinya jika menjadi bupati/wakil bupati atau menjadiAnggota DPRD. Kita akan tahu bagaimana pengalamanorganisasinya. Kita akan tahu dari mana asal usul dansebaran keluarganya. Dari sana kita bisa melihatbagaimana komitmen keagamaan seorang calon. Darisanalah kita bisa mengambil keputusan bahwa si A atau siC yang pantas dipilih. Masyarakat tidak sekadar meraba-raba lagi. Tidak sekadar menerka-nerka, tapi mengetahuibetul bahwa calon yang ia pilih memiliki kemampuanmanajerial kepemimpinan yang mumpuni. Memilikikomitmen yang kuat untuk menjalankan tugas danfungsinya. Calon yang dia pilih adalah calon pemimpinpekerja keras dan sebagainya. Masyarakat tidak lagimemilih kucing dalam karung.

Bagaimana calon bisa dikenal lebih dalam oleh

34 35

Page 28: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

batas dukungan minimal. Lewat jalur inilah orang yangsedikit modal bisa maju menjadi calon pemimpin di daerahsendiri. Itupun tidak semuanya gratis. Karena tidak semuamasyarakat mau menyerahkan kartu tanda penduduksebagai bukti mendukung secara gratis. Akhirnya ada yangnekat pakai calo. Seratus kartu tanda penduduk terkumpuldibayar sekian. Makin banyak yang terkumpul makinbanyak bonusnya. Tidak peduli apakah itu diketahui olehpemilik KTP-nya atau tidak. Itu urusan nanti. Semoga sajacalon independen/perseorangan yang menjadi calonbupati di Donggala 2013 tidak menggunakan cara-caratidak baik itu.

Seorang kawan menyarankan saya agar menuliskanjuga rekam jejak calon bupati Donggala dalam tulisan ini.Saya tidak bisa menyanggupinya, karena saya khawatirbisa menimbulkan persepsi subjektif yang bisa membuatsalah satu calon diuntungkan sementara yang laindirugikan. Lagi pula saat buku ini saya susun, belum semuapasangan calon bupati ditetapkan KPU.

Ada lagi cara lain untuk mengetahui rekam jejakseorang calon. Misalnya, jika calon itu pernah menjabatkepala dinas, pernah menjabat organisasi kemasyarakatan,pernah menjadi anggota DPRD, apalagi kalau sudah pernahmenjabat bupati di daerah lain. Selama yang bersangkutanmemegang jabatan tersebut, adakah program-programspektakuler yang pernah dibuat. Atau programnya biasa-biasa saja, tidak memberi dampak besar terhadapkepentingan masyarakat. Dia menjalankan program hanyasekadar menggugurkan kewajiban. Selama ia menjabat,adakah sesuatu kepentingan besar masyarakat yang iaperjuangkan. Atau jangan-jangan saat dia memegangjabatan itu hanya bekerja untuk kepentingan proyek,mengeruk untung dari proyek itu. Jika itu yang terjadicelakalah kita memilih pemimpin yang tidakmengedepankan kepentingan masyarakat.

37

bin ajaib.Ada lagi yang lebih celaka dan bisa membawa petaka,

yakni setoran sejumlah uang dari calon bupati/wakilbupati kepada partai politik pengusung. Uang menjadiukuran. Kalau ada uang, kita usung. Kalau tidak, nantidulu. Hampir tidak ada lagi partai yang sekadar memuatorang tanpa biaya. Tidak ada partai yang mau lari kosong.Kecuali itu kadernya sendiri. Tidak semua partai begitu,tapi ada juga partai yang sudah menentukan tarif.Misalnya, satu kursi Rp500 juta atau Rp200 juta. Alasannyamacam-macam. Untuk ongkos politik, mahar, biayaoperasional, biaya lobi, biaya kampanye, dan sebagainya.Itu baru setoran ke partai. Tentu mungkin ada juga uangucapan terima kasih kepada ketua partainya.

Kondisi itu semua membuat ongkos politik menjadimahal. Seorang calon bupati harus menyiapkan banyakuang. Maka siapa yang tidak punya uang, biar pun pandai,punya gagasan bagus, kredibilitasnya tidak diragukan lagi,tapi kalau tidak punya uang jangan mimpi menjadi bupati,wali kota atau gubernur. Sebaliknya, bila ada uang. Adapenyokong dana, biar pun hanya kemampuan biasa-biasasaja bisa mencalonkan diri menjadi pejabat. Inilah wajahdemokrasi kita hari ini. Demokrasi semakin mahal,sementara substansinya masih jauh dari harapan. Kapankondisi ini bisa menjadi baik. Jawabnya, ada di tanganrakyat. Rakyat sebagai pemegang kedaulatan harus beranimengubah wajah demokrasi kita di negeri ini. Dialah rakyatyang sesungguhnya. Rakyat anti suap, rakyat anti korupsi,rakyat anti kemapanan, rakyat yang selalu merindukanperubahan. Oleh sebab itu kita butuh rakyat yang terdidiksecara politik, mandiri dalam mengambil keputusan danberani mengatakan tidak jika itu salah. Hidup rakyat!

Tidaklah heran karena mahalnya ongkos politik itu,sehingga muncul istilah calon independen atau calonperseorangan. Calon ini didukung oleh masyarakat dengan

36

Page 29: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

Demikian halnya dalam mengukur kekayaan seorangcalon. Seorang mantan pejabat, misalnya, dia memilikibanyak harta. Sementara yang bersangkutan tidak memilikibisnis di luar. Suaminya atau istrinya hanya pegawai biasa.Apalagi jika suami atau istrinya tidak memiliki pekerjaan.Tidak ada harta warisan dari orang tua yang banyak.Banyak simpanan uang di bank dan sebagainya. Lalu tiba-tiba dia memiliki banyak harta. Padahal di sisi lain gajinyabisa diukur. Kebutuhan rumah tangganya bisa ditaksir.Anaknya banyak. Ada yang sekolah di luar negeri atau disekolah di tempat yang mewah. Belum lagi kalau diamemiliki istri simpanan. Beternak mobil dan rumah. Darimana dia mendapatkan harta sebanyak itu? Entalah.

Itulah sebabnya kita penting mengetahui jejak-jejakseorang calon. Sehingga tidak asal menjatuhkan pilihan.Bukan berarti kita sewot, iri, gila urusan orang lain, tetapiini terkait dengan jabatan publik yang akan diemban yangbersangkutan. Jika yang bersangkutan bukan pejabatpublik, kita tidak perlu pusing. Itu urusan dia. Diamembangun istana, membeli rumah mewah di Jakarta,beternak mobil, menambah istri sekalipun, itu urusan yangbersangkutan karena dia bukan pejabat publik yang rentandengan urusan keuangan rakyat. Dia bukan orang pentingyang bersentuhan dengan kebijakan orang banyak.

***

Jujur, komitmen, kreatif/inovatif danmemiliki jaringan yang luas tidak cukupmenjadi modal seorang pemimpin jika ia

tidak memiliki keberanian dalammengambil keputusan. Tidak berani

melakukan terobosan baru. Tidak beraniberkorban untuk kepentingan rakyat. Tidak

berani mempertaruhkan jabatannyauntuk kepentingan rakyat. Tidak berani

bertindak atas nama kebenaran.

DonggalaJuga Butuh

Semangat Jokowi

JIKA saya ditanya, sosok calon pemimpin seperti apayang dibutuhkan Donggala lima tahun mendatang.Jawabnya, masyarakat Donggala butuh sosok sepertiGubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi). Mungkinterlalu ideal dan sulit mencari sosok sekaliber Jokowi,tapi paling tidak mendekati kriteria yang dimiliki Jokowi.

Pengamatan saya dari berbagai referensi bacaan,setidaknya Jokowi memiliki lima kriteria yang perluditransfer ke calon bupati Donggala maupun calonlegislatif. Tentu saja, pilihan kita berbeda soal kriteriacalon pemimpin ini. Lima kriteria calon tersebut sebagaiberikut;

1. JujurJujur dalam kamus bahasa Indonesia artinya lurus

hati, tidak berbohong, dan tidak curang. Mencaripemimpin yang jujur bukanlah hal yang mudah. Pemimpin

38 39

Page 30: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

komitmen membangun rakyat dari keterisolasian, dankomitmen untuk tidak melakukan tindak pidana korupsi,kolusi dan nepotisme. Bupati yang memiliki komitmentidak mudah diintervensi oleh siapapun. Apalagi jikaintervensi datangnya dari pengusaha. Bupati harusmemiliki otoritas untuk memperjuangkan kepentinganmasyarakatnya. Bukan kepentingan kelompok sebagiankecil orang yang ingin menambang uang dari jabatantersebut.

3. Kreatif dan InovatifKreatif dalam kamus bahasa Indonesia artinya

memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untukmenciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta:pekerjaan yang -- menghendaki kecerdasan dan imajinasi.Sementara inovasi adalah pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru; pembaharuan: Penemuan baru yangberbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenalsebelumnya (gagasan, metode, atau alat).

Tidak sedikit orang yang memiliki ambisi menjadipemimpin di negeri ini. Tetapi hanya ingin menjadipemimpin tidak cukup, jika tidak memiliki daya cipta ataupembaharuan. Pemimpin tidak sekadar memerintah,tetapi bagaimana ia bisa menciptakan sesuatu yang barudan bermanfaat bagi orang banyak. Donggala butuhpemimpin yang kreatif mencari anggaran dari pusatmengingat luasnya Kabupaten Donggala yang harusdibiayai.

Donggala butuh pemimpin kreatif mencari investor,karena banyak sumber daya alam yang belum bisa dikelolamaksimal karena keterbatasan dana. Tidak ada modal yangmampu menggerakkan masyarakat sehingga sumber dayaalam yang tersedia tidak bisa digerakkan untukkesejahteraan rakyat. Donggala butuh pemimpin yangkreatif membangun sumber daya manusa karena tiap tahun

41

jujur itu semakin langka. Tidak semua calon pemimpinmengantongi kriteria ini. Sederhananya, jika pemimpintidak jujur, maka pasti ia akan membohongi rakyat yangia pimpin. Ia tidak akan jujur terhadap anggaran. Tidakjujur terhadap aturan. Tidak jujur dalam menjalankanamanah. Dengan demikian maka pemerintahannya tidakakan mampu mengemban amanah pemerintahan yangtransparan dan akuntabel. Oleh sebab itu kita butuhpemimpin yang jujur. Jujur terhadap masyarakat maupunjujur terhadap dirinya sendiri.

Donggala butuh pemimpin yang jujur melaporkanharta kekayaannya terhadap negara. Ia jujur terhadapsumber-sumber harta yang ia peroleh sebelumnya.Pemimpin yang jujur tidak akan pernah menyembunyikandari mana harta yang ia peroleh. Untuk ukuran pegawainegeri sipil yang memiliki gaji terbatas, misalnya, tidakmungkin menjadi milyuner, jika ia tidak memiliki bisnis diluar kerjanya. Tidak mungkin ia menjadi kaya, jika tidakmenerima suap. Seorang bupati tidak akan menjadimilyuner jika hanya mengharap gaji. Tunjangan seorangbupati hanya berkisar tujuh juta rupiah per bulan. Jikakriteria jujur ini terpenuhi maka bisa dipastikan calonpemimpin itu juga bersih dari korupsi, kolusi dannepotisme (KKN). Jika ia calon pemimpin yang jujur makaia pasti akan menjadi pemimpin yang berakhlak terpujidan patuh terhadap penciptanya.

2. KomitmenKomitmen artinya perjanjian (keterikatan) untuk

melakukan sesuatu atau kontrak. Kriteria yang satu initidak kalah pentingnya dengan kejujuran. Kita butuhpemimpin yang memiliki komitmen tinggi. Komitmenterhadap janji politiknya. Komitmen membangun daerah,komitmen memperjuangkan kepentingan rakyat,komitmen mengangkat masyarakat dari kemiskinan,

40

Page 31: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

banyak putera-puteri Donggala yang tidak bisa mendapatpekerjaan karena minimnya sumber daya manusia.

Donggala butuh pemimpin yang kreatif menggerakkanaparatur pemerintah sehingga bekerja sebagaimana fungsidan tugasnya. Lihat saja, Jokowi dan Ahok. Gubernur danwakil gubernur fenomenal di Indonesia yang beranimelakukan inovasi dalam pengangkatan kepala dinas.Mereka melelang jabatan kepala dinas. Siapa yangbersedia sepanjang tidak melanggar ketentuan,tandatangani kontrak kinerja. Bagi yang tidak mampumundur. Donggala tidak butuh pemimpin yang hanyapandai di belakang meja. Hanya perintah sana, perintahsini tanpa memberikan solusi. Donggala sebagai kabupatentertua di Sulawesi Tengah dalam lima tahun mendatangbutuh loncatan program sehingga mengalami kemajuanyang pesat. Kemajuan Donggala tidak boleh hanyadiserahkan pada kemauan alam, tetapi perlu sentuhankebijakan yang progresif.

4. Memiliki Jaringan LuasJaringan (networking) dibutuhkan karena Donggala

masih membutuhkan pembangunan di berbagai sektor. Disektor keuangan misalnya, membangun Donggala tidakcukup hanya mengandalkan APBD-nya. Perlu dukunganAPBN, APBD provinsi dan swasta. Hanya bupati yangmemiliki pengalaman dan jaringan luas bisa melakukanitu. Donggala juga harus tersebar di seantero duniasehingga dikenal luas. Perjuangan untuk itu butuh jaringanyang luas dari bupati dan segenap anggota DPRD-nya.

5. Berani dan tegasJujur, komitmen, kreatif/inovatif dan memiliki

jaringan yang luas tidak cukup menjadi modal seorangpemimpin jika ia tidak memiliki keberanian dalammengambil keputusan. Tidak berani melakukan terobosan

baru. Tidak berani berkorban untuk kepentingan rakyat.Tidak berani mempertaruhkan jabatannya untukkepentingan rakyat. Tidak berani bertindak atas namakebenaran. Tidak berani mengganti kepala dinas yangmalas. Tidak berani bertindak jika daerahnya dirampasoleh pemodal untuk kepentingan pribadi. Oleh sebab itu,Donggala ke depan butuh pemimpin berani dan tegas.

Lima kriteria calon bupati/wakil bupati atau anggotaDPRD tersebut di atas sudah cukup bagi saya dijadikanpegangan dalam menjatuhkan pilihan di Pilkada Donggala4 September 2013 juga Pemilu 9 April 2014. Lima kriteriaini ada pada Gubernur DKI Jakarta Jokowi. Donggala butuhfigur seperti Jokowi.

***

42 43

Page 32: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

dia berteriak demokrasi, menyerukan penghormatan atasperbedaan, tapi dalam praktiknya, di dalam, dia justruyang tidak mengamalkannya. Lain di bibir lain di hati.

Kekhawatiran ini menghinggapi saya dalam PilkadaDonggala 2013 dan Pemilu 2104. Saya khawatir kelak adacalon yang tidak puas lalu melancarkan serangan denganberbagai cara. Kalau begitu, jadilah demokrasi kita,demokrasi bohong-bohongan. Demokrasi lain di bibir laindi hati.

Masih teringat cerita dulu, karena perbedaan pilihancalon kepala desa, hubungan sosial di desa itu jadirenggang. Saling tidak tegur sapa. Ketemu di jalan salingcuek. Padahal kebun-kebun mereka di kampung, masihberdampingan. Semua itu terjadi karena kita memahamidemokrasi sebatas merebut kekuasan. Sebatas hanya jalanmemilih calon pemimpin. Belum dipahami sebagai jalanuntuk membangun kesejahteraan bersama. Itu dulu.Sekarang saya berkeyakinan masyarakat sudah beranjakdewasa. Meskipun masih ada yang berpikiran seperti dulu,itu ciri masyarakat yang belum maju.

Dalam banyak kasus, biasanya bukan karenamasyarakatnya yang tidak dewasa, tapi calonpemimpinnya yang kadang egois, tidak mau mengalah.Padahal dia seorang tokoh. Masyarakat akhirnya ikutterbawa arus. Supaya dibilang pengikut setia, mereka punrela menjadi pemimpin 'perang'. Nyawa pun maudipertaruhkan hanya untuk kepentingan politik. Masihbagus kalau keputusannya itu benar, langkah-langkahpenyelesaian rasional, tidak menimbulkan ekses negatif.Kalau tidak, celakalah kita.

Untuk meminimalisir konflik politik Pilkada danPemilu, biasanya lembaga penyelenggara Pemilu (KPU danBawaslu) mengajak calon bupati menandatangani paktaintegritas. Berbagai seruan Pilkada/Pemilu damai punbertebaran di mana-mana. Walau pun sudah ada upaya

45

Masih teringat cerita dulu, karenaperbedaan pilihan calon kepala desa,

hubungan sosial di desa itu jadi renggang.Saling tidak tegur sapa. Ketemu di jalan

saling cuek. Padahal kebun-kebun merekadi kampung, masih berdampingan. Semua

itu terjadi karena kita memahamidemokrasi sebatas merebut kekuasan.

Sebatas hanya jalan memilih calonpemimpin. Belum dipahami sebagai jalan

untuk membangun kesejahteraan bersama.

DemokrasiBohong-bohongan

PARA penyeru perdamaian pasti memimpikan suasanadamai. Suasana tentram, aman dan nyaman. Para penyerudemokrasi pasti ingin kehidupan demokrasi yang sehat.Kehidupan yang saling menghargai dan menghormatiperbedaan. Kecuali provokator yang selalu bahagia jikaterjadi kekacauan. Terjadi ketidakpastian dalam banyakhal.

Apa hubungan perdamaian dan provokator denganPilkada dan Pemilu? Banyak peristiwa di beberapa daerahyang menjadi cerita buram dari sejarah Pilkada. Mulaidari yang tampak nyata di permukaan hingga yang taktampak nyata. Mulai dari pembakaran fasilitas publikkarena tidak puas, tidak tegur sapa, melancarkan serangandi media massa, kelemahan lawan politik dicari-cari,hingga pada renggangnya hubungan keluarga. Bahkan adayang satu rumah tidak saling tegur sapa karena perbedaanpilihan. Inilah wajah demokrasi bohong-bohongan. Di luar,

44

Page 33: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

seperti itu, kadang masih terjadi kekacauan di momenpesta demokrasi itu. Akibatnya, ongkos yang dikeluarkanuntuk menanggulangi dampaknya akan lebih banyak. Sudahdikuras APBD untuk membiayai Pilkada, beban pembiayaanterhadap kerusakan fasilitas publik pun tergerus. Belumlagi dampak sosial berupa gangguan keamanan dandisharmoni. Sementara masih banyak kebutuhan lain yangmenunggu suntikan anggaran. Pilkada akhirnya berbuahpetaka.

Kekacauan pesta demokrasi memang tidak selaluberdiri sendiri. Banyak sumbu-sumbu penyebab terjadinyakekacauan. Mulai dari tidak jujurnya wasit pemilu,banyaknya intervensi dari penguasa, keberpihakanpemerintah kepada salah satu calon peserta pemilu,kampanye hitam yang menyerang calon lain, minimnyapengawasan, dan kurangnya pemahaman terhadap aturandan sebagainya. Pemantik kekacauan itu mestinya tidakada. Semua harus menjalankan tugas dan fungsinya secarabenar. Semakin banyak masyarakat yang terlibatmengawasi pilkada/pemilu semakin baik hasilnya. Disinilah pentingnya peran kita.

Kita tidak ingin menambah catatan buram sejarahPilkada di negeri ini. Ini harus dibangun dari para calonbupati, para tim sukses, penyelenggara pemilu,pemerintah dan masyarakat. Harus ada kesepakatanbersama untuk mewujudkan demokrasi yang sehat.Kesepakatan memilih calon pemimpin dengan jalan damai.Kita harus mewujudkan substansi demokrasi yakni untukkesejahteraan bersama. Bukan sekadar demokrasi mencarikekuasaan, demokarasi mencari pemimpin, demokrasi ditempat pemungutan suara. Itu hanya jalan demokrasi.

***

Begitu bahayanya. Pemilu bukan lagidipahami sebagai proses atau jalan mencaripemimpin yang berkualitas, tapi dipahami

sebagai satu momentum untukmendapatkan keuntungan sesaat. Masa

depan kualitas pemilu di Indonesia tidakterlepas dari proses pendidikan politik

terhadap generasi baru. Baik pendidikanpolitik yang dilalui, baik pula hasilnya.Begitu sebaliknya, kalau sudah burukawalnya maka tugas berat kita semua

untuk memperbaikinya.

Apa KabarPemilih Pemula

SUATU hari, saya mewawancarai Pakar Politik Uni-versitas Tadulako Dr. Darwis M.Si tentang pemilih pemula.Darwis adalah salah seorang putera daerah Donggala dariSojol. Sejak kuliah strata satu (S1) di Makassar hinggadoktor di Universitas Gadja Madah, Yogyakarta, semuanyadi bidang ilmu politik. Karir akademisnyaberkesinambungan. Anak muda ini pantas disebut pakarpolitik. Saya kagum dengan beberapa analisisnya tentangpotensi dan ancaman bagi pemilih pemula.

Siapa pemilih pemula itu? Mereka adalah warga yangberusia 18 tahun atau sudah menikah. Saya belummenemukan data berapa banyak jumlah pemilih pemuladi Donggala dan Sulawesi Tengah. Yang pasti pemilihpemula adalah massa yang mengambang karena belumbersentuhan dengan ideologi partai tertentu atau calonbupati tertentu. Karena mengambang itulah sehingga

46 47

Page 34: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

pendidikan politik terhadap generasi baru. Baik pendidikanpolitik yang dilalui, baik pula hasilnya. Begitu sebaliknya,kalau sudah buruk awalnya maka tugas berat kita semuauntuk memperbaikinya.

Pemilih pemula adalah potensi baru yang diharapkanbisa membawa perbaikan demokrasi di tanah air. Pemilihpemula perlu disentuh dengan pemahaman yang baiktentang memilih seseorang calon pemimpin dan partaipolitik. Pemilih pemula harus diberikan akses yang luasuntuk mengetahui siapa sesungguhnya yang menjadipilihannya. Dia harus memilih calon pemimpin tepat,misalnya, calon yang tidak memiliki rekam jejak buruk dimasyarakat. Calon yang tidak pernah dipenjara karenakorupsi, calon yang tidak pernah dipenjara karenamembunuh, calon yang tidak melakukan kekerasan dalamrumah tangga, calon pemimpin yang tidak suka menyuapdemi kepentingannya. Dengan demikian, pemilih pemulasebagai ujung tombak harapan bangsa bisa menggunakanhak pilihnya dengan cerdas.

Tugas siapa memberikan pendidikan politik? Tentusaja ini tugas partai politik, penyelenggara pemilu danmasyarakat terdidik secara politik seperti dosen dan guru.Partai politik sebagai pemilik aset pemilih pemula memilikitanggungjawab besar dalam merawat pemilih pemula.Partai jangan hanya sibuk mengurus kampanye lalumengabaikan pendidikan politik yang mencerdaskan bagipemilih pemula. Untuk apa dia ikut memilih, apa fungsidan hakikat pemilu, kepada siapa dia harus menitipkanamanah dan sebagainya. Metode pendidikannya pun harusdua arah. Berikan ruang kepada pemilih pemula untukbertanya atas hal-hal yang ingin ia tahu.

Dalam beberapa kesempatan, saya pernahmendengar seorang politisi muda merawat pemilih pemuladengan pendekatan preman. Ia mendekatkan diri kepemilih pemula dengan menyajikan hiburan band dan

49

menjadi rebutan semua partai politik dan calon bupati.Menurut Darwis, biasanya massa mengambang itu

gampang terpengaruh sehingga cara-cara yang dilakukanuntuk mempengaruhi mereka pun dengan cara instan.Contoh dengan cara diberikan uang atau berikan hiburanartis. Pemilih pemula atau pemilih baru belum mengenalbanyak tentang liku-liku dunia politik. Masih lugu. Karenakeluguan itulah sehingga pemilih pemula perlu diberikanpemahaman yang mendidik tentang politik. "Pendidikanpolitik yang mencerdaskan dan bukan dengan pendidikanpolitik uang," kata Darwis.

Pemahaman politik yang dimaksud bukan sekadarbagaimana cara mencoblos, melipat dan memasukkankertas suara di kotak, tapi lebih jauh yakni tentangsubstansi dari politik itu sendiri. Harapan kita, pemilihpemula mau datang ke tempat pemungutan suara bukankarena bujukan uang atau karena dimobilisasi, tetapidatang karena kesadarannya. Dia datang karena siapa yangdia pilih, diyakini bisa memperjuangkan kepentinganmasyarakat. "Dia mau memilih si A, misalnya, karena iamelihat perjuangan si A itu bagus untuk dirinya danmasyarakat," kata Darwis.

Sebagai pemula, biasanya pengalaman pertama yangmereka peroleh akan terbawa terus menerus. Artinya, jikasejak awal pemilih pemula sudah terbiasa terlibat dalampolitik uang, politik belas kasihan karena sudah menerimasesuatu pemberian dari sang calon, maka ini akan terbawasecara terus menerus dari pemilu ke pemilu. Seakan-akansetiap ada pemilihan bupati atau pemilu identik denganbagi-bagi uang, bagi-bagi kebutuhan pokok, bagi-bagibaliho dan sebagainya. Begitu bahayanya. Pemilu bukanlagi dipahami sebagai proses atau jalan mencari pemimpinyang berkualitas, tapi dipahami sebagai satu momentumuntuk mendapatkan keuntungan sesaat. Masa depankualitas pemilu di Indonesia tidak terlepas dari proses

48

Page 35: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

menghamburkan minuman keras. Ada pesta pora denganminuman keras dengan penyanyi seksi. Lewat pestaminuman keras itulah ia kemudian bisa dikenal denganpemilih pemula. Biar lebih akrab, ia juga kadangmenyuplai minuman keras dalam waktu tertentu. Bagimereka yang sudah termakan dengan pendekatan itukemudian simpati dengan calon politisi yang bersangkutan.Politisi itu kemudian dipuja sebagai calon pemimpin yangpeduli dengan generasi muda. Ini masalah serius yangkadang masih dijumpai di masyarakat. Cara ini dianggapampuh dalam membangun hubungan dengan pemilihpemula. Tidak heran, jika calon dari kalangan agamis(ustadz) bisa kalah dari cara-cara preman. Ini ironis dalamnegara yang sedang belajar berdemokrasi.

***

Dari kondisi geografis ini maka salah satuyang mendesak dibangun di Donggala

adalah membangun kawasan bisnis baruberbasis agrobisnis-maritim.

Yang Mendesak,Yang Penting

UNTUK membangun Donggala menjadi daerah yangmaju diperlukan program yang berkesinambungan dansinergi dengan visi-misi pemerintah provinsi dan programnasional. Jika keinginan pemerintah provinsi danpemerintah pusat mengepakkan sayap ke zona barat, makaDonggala juga harus mengarahkan kemudinya ke zonabarat. Bukan ke zona utara atau selatan. Kapan tujuanberbeda, tidak akan pernah ketemu. Bahkan sampaikiamat pun tidak pernah tercapai. Begitu halnya denganpembangunan di daerah. Jika provinsi ingin maju dansejajar dengan provinsi lainnya yang lebih maju di kawasantimur Indonesia, maka kabupaten juga harus mengejartarget yang sama. Bagaimana caranya, itu tergantung daricara cerdas masing-masing bupati.

Seandainya saya memilih di Donggala pada Pilkada 4September 2013 dan Pemilu 2014 maka saya mengajukanrencana program kepada calon bupati. Program yang bisa

50 51

Page 36: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

Sekarang tidak sedikit orang Donggala yang sudahmeraih sukses di sana. Bahkan ada yang menjabat kepaladesa hingga wali kota. Orang-orang Donggala yang terdidiksudah mulai merangsek ke partai politik. Beberapa wargaDonggala sudah menjadi pengurus partai politik diKalimantan. Sedikit lagi, orang-orang berdarah Donggalasudah menjadi pemimpin di sana. Kini sudah ada yangmenjadi pemimpin dalam komunitas perusahaan. Menjadimandor di perkebunan sawit, memimpin preman dipelabuhan dan sebagainya. Ini potensi yang perlu disikapi,perlu digarap secara serius.

Donggala bagian utara (Pantai Barat) merupakandaerah transit. Daerah ini terhubung dengan Tolitoli danParigi Moutong. Juga terhubung dengan Manado danGorontalo. Letak geografis ini sangat potensial untukmendukung Donggala bagian Pantai Barat menjadi transbisnis. Pebisnis dari Parigi Moutong, Gorontalo dan Manadoyang memiliki jaringan bisnis ke Kalimantan lebih efektifdan efesien jika melewati pantai barat dibanding kePantoloan. Persoalannya sekarang, bagaimana mungkinpara pelaku bisnis dari Tomini, Tinombo, Moutong,Gorontalo, Bolaang Mongondo dan Manado mau melintasdi Pantai Barat jika tidak ada infrastruktur pelabuhan disana. Jalan yang sempit. Tidak ada fasilitas pergudangan.Tidak ada hotel/penginapan yang repsentatif. Tidak adapusat pelayanan pemerintahan dan sebagainya. Darikondisi geografis ini maka salah satu yang mendesakdibangun di Donggala (Pantai Barat) adalah membangunkawasan bisnis baru berbasis agrobisnis-maritim.

Pembangunannya harus dilakukan secara terencana,melalui studi kelayakan dan obeservasi, sistematis,berkelanjutan dan melibatkan berbagai pihak terutamapemerintah pusat dan swasta. Tugas bupati terpilih adalahbagaimana meyakinkan pemerintah pusat dan swasta agarterpanggil membantu Pemerintah Donggala merealisasikan

53

menjadi titik awal sejarah peradaban baru di daerah ini.Peletakkan sejarah itu akan difokuskan pada dua titikpenting yakni ujung Donggala bagian selatan dan Donggaladi bagian utara. Ini menjadi pilihan karena dua titik iniberada di daerah perbatasan dua provinsi dan kabupaten.Sebelum membahas program itu ada baiknya kitamemetakan Kabupaten Donggala dalam kerangka geografisdan demografis.

Secara geografis Kabupaten Donggala berada padaposisi strategis. Daerah ini secara umum, dari utara (PantaiBarat) berbatasan dengan Tolitoli, sampai ke selatan(Banawa), berbatasan dengan Sulawesi Barat, berhadapandengan maritim, Selat Makassar. Masyarakat Donggala jugabisa dibilang sebagai masyarakat maritim. Hampirsetengah dari jumlah desanya berada di pesisir. Posisinyaberhadapan dengan Kalimantan, daerah yang selama inimenjadi incaran dunia investasi.

Sejarah orang-orang tua kami dulu, mereka lebihbanyak menjalin hubungan bisnis dengan Kalimantansecara konvensional. Masyarakat Donggala lebih akrabberbisnis ke Kalimantan dari pada ke Palu. Orang-orangtua kami sejak awal sudah berdagang sapi ke Kalimantan.Menjual pasir dengan perahu layar ke Kalimantan. Menjualkelapa biji sampai membawa beras bahkan masyarakatkita berani berbisnis berisiko tinggi dan terlarang yaknimenjual kayu hitam (eboni). Kultur masyarakat yang sudahterbangun sejak dulu ini adalah sejarah yang tidak bisadilupakan. Orang gampang membaca sejarah, menulissejarah, tapi tidak semua orang mampu membuat sejarah.Pendahulu kita sudah membuat sejarah peradaban bisnisdengan Kalimantan. Kondisi itu terus berlanjut sampaisekarang. Masyarakat Donggala, khususnya pria, lebihmemilih ke Kalimantan mengadu nasib mencari kerjadibanding ke Palu. Kalimantan memang memiliki dayapikat yang luar biasa.

52

Page 37: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

pembangunan kawasan bisnis ekonomi baru itu.Kenapa pusat kawasan bisnis berbasis agrobisnis-

maritim yang perlu dibangun? Alasannya jelas, potensipaling besar untuk jalur perdagangan dan distribusiproduksi hasil pertanian dan perkebunan di Donggalawilayah utara adalah Kalimantan. Bahkan jalur ini jugamasuk jalur perdagangan internasional. Kita perlumembangun pelabuhan untuk memperpendek jarak danmempercepat distribusi barang. Petani di Pantai Barattidak perlu lagi melalui Kota Palu, lalu ke Kalimantan.Hasil-hasil produksi pertanian tidak sempat busuk sudahsampai ke Kalimantan. Kalau melintas lewat Palu lagi,ada rentang waktu yang dilalui sehingga hasil-hasilpertanian seperti sayur mayur dan buah-buahan membusukbaru sampai ke Kalimantan. Selain itu ongkosnya jugabesar.

Jika ada pelabuhan di Pantai Barat, jalan di perlebar,jalan baru yang terhubung ke Parigi Moutong ditambah.Jalan poros Tambu-Kasimbar diperlebar. Praktis akanmemancing geliat ekonomi di sekitarnya. Pelaku bisnisdari Teluk Tomini, Parigi Moutong, Gorontalo dan Manadoakan melirik ini sebagai potensi baru. Ada jalan bisnisbaru. Ada peluang baru membangun penginapan/hotel,membangun rumah makan, membangun rumah tokoh danusaha-usaha produktif lainnya. Masyarakat akantermotivasi bekerja, memanfaatkan lahan-lahan tidurkarena akses pasarnya sudah dekat. Kelak akan terciptapusat pertumbuhan ekonomi baru, sehingga ekonomi tidakhanya berputar di ibu kota provinsi semata, tetapi sudahterdistribusi ke daerah sekitarnya.

Seingat saya, sudah banyak hasil penelitiankerjasama pemerintah daerah dengan perguruan tinggiterkait pusat pertumbuhan ekonomi baru, tapi kenapatidak pernah direalisasikan. Padahal sudah banyakanggaran yang dikeluarkan untuk membiayai penelitian

itu.Memang untuk membangun pusat pertumbuhan

kawasan bisnis baru tidak semudah menyalakan komporgas. Perlu studi, survei, komitmen dan dukungan politikoleh semua pihak termasuk dukungan masyarakat. Tetapiitu bukan menjadi hambatan. Jika tidak dimulai sekarangkapan lagi. Sementara pertumbuhan penduduk tidak bisadibendung. Kebutuhan masyarakat terus meningkat dariwaktu ke waktu. Di mana pusat kawasan bisnis baru itumau dibangun, itu urusan nanti. Tergantung hasil studinya,kelayakannya, daya dukung tempatnya, efesiensi danefektivitasnya. Jika misalnya itu dibangun di Desa Tambu.Maka kita butuh keikhlasan Masyarakat Tambu untukmembebaskan lahannya. Menjaga keamanan danmendukung kebijakan pemerintah daerah. Tapi ini hanyapikiran saya. Hanya cita-cita saya, yang ingin Donggalakumaju dan memimpin pertumbuhan ekonomi di SulawesiTengah. Mungkin calon bupati atau Calon Anggota Legislatif(Caleg) mempunyai cita-cita lain. Saya juga belum pernahmendengar atau berdiskusi dengan para calon bupati itu.

Masih secara geografis. Donggala juga memilikibentangan pantai yang panjang. Karakter wilayah inimerupakan potensi besar bagi masyarakat untuk terjundalam pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan.Banyak masyarakat kita yang berprofesi sebagai nelayan.Tapi tidak sungguh-sungguh. Pekerjaan nelayan hanyasampingan. Bukan pekerjaan serius. Sambil menunggumusim panjat kelapa, musim panen kakao, musim tanamsawah, maka laut menjadi pelarian. Sekadar mengail agartidak keluar uang membeli ikan. Jadilah masyarakat kitamenjadi nelayan tradisional, sehingga belum melirikpotensi perikanan dan kelautan sebagai industri yangmenjanjikan. Kenapa? Pemerintah selama ini hanyamemberikan bantuan katinting. Bantuan ala kadarnya saja.Seberapa mampu perahu mesin katinting menjangkau

54 55

Page 38: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

khususnya tidak masuk dalam Zona Cagar Alam.Keuntungan ini tidak membatasi ruang gerak nelayan untukmenangkap dan memanfaatkan potensi kelautan.

Apalagi yang penting? Pantai Barat potensi kakaonyabesar. Sawahnya luas. Masih banyak hutan yang belumdigarap. Banyak pohon kelapanya. Lalu kenapa masyarakatmasih mengeluh? Karena harga kakao tidak stabil, hargakopra selalu melorot. Masyarakat tidak boleh sembarangmembabat hutan. Kayu yang hanya untuk dipakai bangunrumah pun dicurigai. Padahal tidak sedikit penjahat hutanberdasi berkeliaran di negeri ini berkedok investasiperkebunan.

Kenapa harga kopra selalu melorot. Karena tidak adapabrik pengolahan minyak kelapa. Produksi kopranyahanya dijual kepada pedagang pengumpul. Hanya jadigadaian kepada mandor-mandor kopra di kampung. Tidakada industri hilir yang siap menangkap itu. Sabut kelapahanya jadi sampah. Tidak ada perusahaan daerah yangmau memanfaatkan itu sebagai potensi industri hilir untukalas kasur, untuk mebel atau untuk dindinding kedap suara.Kreativitas pemerintah masih rendah untuk menemukanteknologi baru.

Padahal Pantai Barat gudangnya kelapa. Produksikelapa pada tahun 2010 mencapai 47.482 ton. Kalaudiuangkan dengan estimasi harga Rp1000 per kilogramberarti ada uang yang beredar di kantong rakyat sebanyakRp47 miliar per tahun dari kelapa. Itu baru dari buahnya.Belum sabut dan tempurungnya.

Begitu juga dengan kakao kita cenderung lesu.Produksi kakao dari waktu ke waktu terus merosot tajam.Coba lihat data statistik Donggala Dalam Angka 2011.Produksi tanaman kakao tahun 2010 hanya 14.414 ton.Dibanding tahun 2009 lebih banyak yakni 22.161 ton.Produksi turun sekitar 7.747 ton. Artinya, jika harga kakaorata-rata Rp20 ribu per kilogram, maka petani kakao kita

57

potensi ikan. Paling jauh mungkin 10 kilometer. Sementarapotensi ikan besar ada di laut lepas. Butuh kapal besar.Bukan katinting.

Kenapa potensi laut dan perikanan belum menjadiandalan utama? Ya itu tadi, karena nelayan kita tidakdidukung peralatan memadai. Belum ada investasiperikanan besar yang berdiri di sana. Belum ada tempatpendaratan ikan. Belum ada tempat pengawetan ikan.Belum ada pabrik es. Listrik pun kadang-kadang. Kadangmenyala, lebih banyak padamnya. Kondisi ini tidakmendukung.

Sebagai masyarakat maritim, jika tidak segeradisikapi secara serius akan terancam oleh derasnyakapitalisasi alat tangkap yang datang dari luar mengambilpotensi perikanan di Donggala. Masyarakat akhirnya hanyamenjadi penonton. Hanya menjadi masyarakat pendengartentang cerita menggiurkan hasil tangkapan ikan olehteknologi modern. Masyarakat nelayan kita terusterpinggirkan. Padahal salah satu ciri masyarakat maritimadalah masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi dan sukaterhadap tantangan.

Masyarakat nelayan kita terlambat menyesuaikandengan gelombang modernisasi alat tangkap. Penetrasinelayan kita lambat terhadap teknologi alat tangkapkarena tidak ada keseriusan pemerintah. Pengadaan kapalnelayan, malah dikorupsi. Pemerintah lebih sukamembangun wisma puluhan miliar dari pada membelikapal nelayan. Untung belakangan ini ada program dariKementerian Kelautan dan Perikanan bantuan kapal hibah20 gross ton. Tapi belum memadai karena tidak semuanelayan bisa tertampung. Kebijakan pemerintah untukmembantu nelayan dengan kapal motor dilakukan saatpotensi perikanan sudah digasak oleh orang luar.

Peluang untuk memanfaatkan potensi perikanan dankelautan sangat besar karena zona laut di pantai barat

56

Page 39: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

kehilangan pendapatan sekitar Rp154 miliar. Jumlah yangtidak sedikit.

Bisa dibayangkan kalau kita lebih serius menguruskakao. Jika tadinya produksi kakao hanya 22 ribu ton pertahun, bisa naik menjadi dua kali lipat yakni 44 ribu tonper tahun. Kalau diuangkan dengan estimasi harga Rp20ribu per kilogram berarti ada uang yang beredar dimasyarakat sebanyak Rp880 miliar. Jumlah yang lebihbanyak dari APBD Donggala dalam setahun.

Kebijakan pembangunan di daerah tampaknya belumberorientasi pada sektor agraris. Keadaan agraris kadangmasih diabaikan, sementara lebih dari separuh jumlahpenduduk di Sulawesi Tengah hidup dari sektor agraris.Kalau ekonomi masyarakat kita kuat, pemerintah tidakperlu pusing dengan bantuan langsung tunai. Pemerintahtidak perlu pusing dengan pendidikan gratis. Pemerintahtidak perlu keluarkan anggaran untuk rehab rumah ibadah,karena ekonomi masyarakat kita sudah kuat. Tapi kalauekonomi masyarakat lemah, wajar kalau masyarakat kitakemudian berharap uluran tangan pemerintah.

Bupati Donggala dan Anggota DPRD terpilihsebetulnya tidak perlu terlalu pusing dengan programmacam-macam yang sulit dijangkau. Studi banding sana-sini. Hanya bikin habis uang APBD. Perkuat saja perkebunankakao, kelapa dalam, kopi, peternakan dan sebagainya.Perbaiki akses pasarnya, jaga mutunya. Sudah jelas disana ada potensi pendapatan. Tidak perlu pusing cari in-vestor mau kelola tambang. Justru itu hanya merusaklingkungan.

Orientasi pemerintah kita sekarang cenderungmengelola sumber daya alam secara eksploitatif.Menghambur Izin Usaha Pertambangan (IUP). Sudah banyakgunung yang dicukur investor dengan menjual materialnyake Kalimantan sampai ke Papua. Padahal yang untung besarhanya investor, masyarakat tetap susah. Pemerintah

daerah hanya mendapat retribusi dari pemuatanmaterialnya. Investor mandi uang, rakyat mandi debu.Rumah rakyat disapu banjir karena lingkungan rusaksementara investornya berpesta pora di hotel-hotelmewah. Jika bencana terjadi, ongkos yang dikeluarkanuntuk membiayai kerusakan dan risiko sosial lebih banyakdibanding pendapatan daerah.

Pemanfaatan sumber daya alam secara eksploitatifsudah harus dihentikan. Lebih arif jika pemerintah kedepan memperkuat potensi kearifan lokal di sektorpertanian. Jangan lagi masyarakat kita diiming-imingiprogram yang sulit dijangkau. Misalnya dengan perkabunansawit. Sejarah masyarakat agraris di Donggala tidak fa-miliar dengan sawit. Masyarakat lebih familiar dengankebun kakao, kelapa dalam, kopi, melaut, beternak danmenggarap sawah. Ini mestinya yang perlu diperkuat.

Masalahnya, bagaimana perkebunan kakao kita maukuat kalau hama penggerek buah dan batang saja tidakpernah musnah. Pestisida mahal. Usia kakao sudah tua.Program Gerakan Nasional (Gernas) perbaikan mutu kakaotidak merata. Itu pun orientasinya lebih dominan proyekdari pada pemberdayaan. Rencana program tidaktransparan. Banyak masyarakat tidak tahu apa maunyapemerintah. Rencana bangun pabrik kakao hanya habisdiomongan. Hanya habis di forum-forum diskusi. Hanyaramai di pemberitaan media massa. Hanya rajinmengunjungi pameran investasi sampai ke luar negeri.Sudah banyak kebun kakao masyarakat yang rusak, pabrikkakao tak kunjug dibangun. Tidak ada upaya seriuspercepatan menangkap kebutuhan masyarakat. Uang APBDlebih banyak diserap ke program-program koordinasi,perjalanan dinas, makan minum, dari pada belanja modal.Kenapa tidak dimaksimalkan saja untuk bantu petanikakao, petani kelapa, petani kopi. Apakah karenamengurus petani itu tidak ada uang perjalanan dinasnya

58 59

Page 40: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

berbagai pihak seperti perguruan tinggi. Hasil-hasilpenelitian perguruan tinggi belum diimplementasikan,hanya sebatas program penelitian saja. Program orientasiproyek. Padahal setiap tahun anggaran yang dikucurkancukup banyak. Pemerintah provinsi misalnya, tahunanggaran 2013, Pemerintah Sulawesi Tengah mendapatalokasi anggaran lebih dari Rp30 miliar yang bersumberdari dana dekonsentrasi sebesar Rp7,6 miliar dan tugaspembantuan Rp27,2 miliar.

Awal tahun 2012, saya menyempatkan diriberkunjung ke Pesantren Pewunu, Marawola, KabupatenSigi. Pesantren Alkhairaat Kabeloa yang dirintis almarhumKH Zakir Hubaib tahun 1989 itu mengelola peternakansapi berbasis pesantren. Di atas lahan tandus seluas 14hektare, Zakir Hubaib merintis peternakan sapi yangdimodali oleh Kementerian Daerah Tertinggal secarabertahap sejak 2008. Kementerian meluncurkan modalawal Rp1 miliar. Modal inilah yang dikembangkanpesantren bersama masyarakat di daerah itu. Pengelolaanpeternakan itu disulap sedemikian rupa sehinggaterbangunlah kandang, bak penampungan air dan tempatpenampungan tahi sapi. Tahi sapi itu dimanfaatkan untukpupuk kandang dan gas. Pupuk kandang dipakai untukmenyuburkan kebun, sementara gas digunakan masyarakatmemasak. Dulu masyarakat pakai pupuk olahan pabrikuntuk kebun, sekarang sudah pakai pupuk olahan sendiri.Dulu masyarakat sekitarnya memasak pakai kayu api,sekarang sudah pakai gas. Pesantren membangunkerjasama masyarakat dengan cara bagi hasil. Induk sapiyang melahirkan anak pertama diberikan kepadamasyarakat peternak. Anak kedua baru diberikan kepesantren. Kalau anaknya dua, satu untuk pesantren, satuuntuk masyarakat.

Begitulah kira-kira contoh mengelola peternakanmodern dan itu sudah dibuktikan oleh masyarakat

61

sehingga kita tidak mau serius mengurus. Entahlah.Bagaimana dengan peternakan. Ini juga tidak kalah

besar potensinya dengan pertanian dan perkebunan.Sektor peternakan kita masih didukung dengan areal yangluas. Suatu hari saya terlibat diskusi dengan Dekan FakultasPeternakan Untad, Prof. Dr. Kaharuddin Kasim, MSi. Beliauputera kelahiran Sabang, Kecamatan Damsol. Kami diskusi,mengkaji bagaimana prospek peternakan. Sederhanajawaban profesor itu. "Harga daging itu tidak adasejarahnya turun. Malah cenderung naik. Semakin banyakpenduduk, semakin tinggi konsumsi daging. Harga dagingjuga akan semakin mahal," kata Kaharuddin.

Betul kata Pak Profesor. Sekarang harga seekor sapi,berkisar tujuh juta sampai delapan juta. Lima tahun laluharganya mungkin hanya empat sampai lima juta. Luarbiasa kenaikannya. Begitu juga dengan kambing. Hargasekarang berkisar dua juta rupiah per ekor sampai tigajuta per ekor. Ternak lainnya juga berharga seperti kerbau,kuda, domba, babi, dan unggas.

Populasi sapi tahun 2010 sebanyak 30.422 ekor,kambing 22.941 ekor, kerbau 55 ekor, kuda 85 ekor, domba170 ekor dan babi 5.405 ekor. Potensi ayam juga lumayan.Jenisnya juga beragam ada ayam ras broiler, ayam raspetelur, ayam buras dan itik. Itu semua potensi peternakanyang nilainya tinggi. Tidak sedikit putera-puteri bangsaini pendidikannya dibiayai dari peternakan. Termasuk saya.Dulu waktu paceklik kakao di kampung, orang tua sayamenjual sapi untuk bantu biaya pendidikan.

Kita kembali ke Pak Profesor Kaharuddin. Sebagaipakar, Kaharuddin tentu fasih bicara peternakan.Kaharuddin menilai, kita belum menjadikan peternakansebagai unggulan daerah. Masyarakat kita beternak hanyaala kadarnya. Masyarakat kita belum serius beternak.Penyebabnya banyak faktor. Antara lain belum ada pro-gram yang serius dan bersinergi dengan melibatkan

60

Page 41: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

pesantren. Jika yang lain bisa kenapa kita tidak. Banyakorang pandai di bidang peternakan yang belum difungsikanpemeritah. Pemerintah tidak boleh berjalan sendiri, perlumenggandeng pihak lain. Jangan karena ada nilai proyeklalu pemerintah tidak terbuka dengan masyarakat.Masyarakat perlu dilibatkan.

***

Jika saja, pemerintah menyisihkan satumiliar rupiah per tahun dari APBD selama

ibu kota pindah ke Banawa, maka kitasudah punya modal Rp13 miliar untuk

lembaga penjamin keuangan daerah. Inibukan modal sedikit untuk menggerakkan

usaha kecil di desa.

Bangun DonggalaDari Desa

SEJAK ibu kota Kabupaten Donggala pindah dari Paluke Banawa, 28 Juli 1999, saat itu juga perhatian dankucuran anggaran daerah dicurahkan ke Banawa. Mulaidari pembebasan lahan untuk pembangunan perkantoran,pembangunan fisik gedung perkantoran, pembukaan jalanlingkar, perbaikan infrastruktur dalam kota, pembangunantaman dengan menimbun laut, pembangunan tempatpendaratan ikan, pembangunan rumah sakit,pembangunan rumah jabatan dan perumahan pegawaihingga mobilisasi pegawai negeri sipil setiap hari dari Paluke Banawa.

Pembiayaan pemindahan ibu kota kabupaten ituwajib hukumnya sesuai perintah Undang-Undang Nomor71 Tahun 1999 tentang Pemindahan Ibu Kota Donggala dariPalu ke Banawa. Beleid itu memerintahkan, pembiayaanyang diperlukan untuk pemindahan ibu kota daerah

62 63

Page 42: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

paradigma pembangunannya. Pembangunan harusdiarahkan ke daerah-daerah tertinggal. Tidak sajatertinggal karena infrastrukturnya tetapi juga sumber dayamanusia dan kesehatannya. Ini penting bukan saja karenamau mengejar perbaikan indeks pembangunan MillenniumDevelopment Goals (MDGs), tapi juga untuk memperkuatDonggala sebagai daerah strategis menyambut kebangkitanekonomi yang didukung letak geografis Donggala yangberhadapan dengan maritim dan potensi sumber dayaalamnya.

Penguatan Donggala tersebut sekaligus persiapanDonggala sebagai daerah penyangga kebutuhan konsumsiKota Palu yang setiap tahun mengalami kemajuansignifikan. Kita menanti kejutan baru dari pemimpinDonggala yang baru agar daerah ini mengalami kemajuan,pertumbuhan, keadilan dan pemerataan pembangunan.Pemerataan bermakna pelaksanaan pembangunan tidakhanya di ibu kota kabupaten, tapi juga di daerah-daerahterpencil sekalipun.

***

KINI, mari sejenak kita berkunjung ke KecamatanBalaesang Tanjung. Kenapa? Karena di daerah ini padaJuli-Agustus 2012, terjadi tragedi kemanusiaan yangmenewaskan warga karena konflik tambang emas. Kilauanemas yang terpendam dalam perut bumi Balaesang Tanjungmembawa petaka, air mata, darah, dan nyawa.

Tragedi Balaesang Tanjung menjadi contoh ceritaburam anak negeri akibat salah urus. Mereka marah karenapemerintah daerah dinilai abai terhadap aspirasi wargayang menuntut pencabutan izin perusahaan tambang yangberencana melakukan eksplorasi emas di daerah itu.Bukannya masyarakat menjadi sejahtera karena potensiyang dimiliki daerah itu malah memendam duka. Duka

65

dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah Kabupaten Donggala dan pelaksanaannya dilakukansecara bertahap sesuai dengan kemampuan keuangandaerah.

13 tahun sudah ibu kota Donggala dipindahkan keBanawa. Tidak sedikit anggaran yang tersedot untukpembangunan ibu kota Donggala itu. Jalan lingkarmisalnya, menghabiskan anggaran Rp50 miliar.Pembangunan mes pemda di Jalan Diponegoro Rp34,6miliar. Pembangunan Gedung DPRD dan Gedung SekretariatBupati juga puluhan miliar. Belum lagi jalan-jalan yangterhubung dari kantor satu dengan kantor lainnya diGunung Bale. Sudah cukup banyak.

Perhatian selama ini di Banawa membuahkan hasil.Donggala meraih sertifikat Adipura dari pemerintah pusat.Sertifikat itu menasbihkan Donggala sebagai daerah bersihdengan daya dukung lingkungan yang memadai. Banawayang dulunya kusut dan kusam kini cerah dan terangbenderang, meski listriknya masih byar pet. Namun, inimemang bukan perkara Donggala semata, tapi juga daerahlain di Sulawesi Tengah.

Sulawesi Tengah memang masih mengalami krisisenergi listrik. Namun, sebentar lagi Sulawesi Tengah akanterang benderang dengan masuknya aliran listrik PLTASulewana, Poso ke sistem jaringan listrik Palu. Jaringankelistrikan Palu sendiri telah telah terkoneksi ke beberapadaerah termasuk Donggala. Jika janji PLN tidak meleset,pasokan listrik berlebih. Tidak ada lagi alasan klasik bagipemerintah, Sulawesi Tengah terhambat maju karenabelum didukung ketersediaan listrik.

Saat ini, penggelontoran anggaran untukmempercantik wajah ibu kota Donggala boleh dikurangi.Pembiayaan selama 13 tahun melalui APBD itu sudahcukup. Ke depan saatnya pemimpin daerah terpilihbersama segenap anggota DPRD yang baru mengubah

64

Page 43: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

yang sangat mendalam akibat meninggalnya warga danpotensi alam mereka hendak dieksploitasi. Duka merekaitu masuk dalam catatan sejarah hitam perjalananDonggala.

Kenapa kita ke Balaesang Tanjung? Karena di sanaada sejarah nusantara yang pernah bersinggungan dengansejarah panjang bangsa Indonesia. Di sana ada KerajaanBalaesang yang berjasa dalam memerdekan negeri ini.Mereka mengorbankan jiwa dan raga untuk sebuahkemerdekaan. Bulu nyawa saya sempat merinding setelahmembaca Balaesang dalam Angka 2011 yang diterbitkanBPS.

Di sana diceritakan bagaimana Kerajaan Balaesangberhasil melucuti senjata-senjata tentara Portugis hinggaakhirnya kapal yang mereka tumpangi kandas dantenggelam di sebuah karang. Masyarakat mengenalnyakarang tersebut dengan nama Pasik Parumbian di PerairanSelat Makassar. Beberapa buah meriam kuno yangdigunakan menghabisi nyawa rakyat Indonesia menjadisaksi bisu perjuangan orang tua dulu. Meriam yang kinisudah menjadi besi tua itu tergeletak diam di Desa Ranodan Desa Ketong. Itu saksi sejarah yang tidak bisadilupakan bangsa ini.

Sejarah itu mestinya menjadi penyemangat bagipemerintah daerah untuk memperhatikan pembangunanBalaesang Tanjung. Itu hanya sebagian kecil dari ceritamasa lampau Balaesang. Masih banyak lagi yang belumtergali dan terpublikasi seperti perjuangan pendahulumereka melawan penjajah Belanda. Jika kini masyarakatBalaesang Tanjung belum menikmati kesejahteraan danbebas dari belengggu keterisolasian, dimanakah nuranipemerintah?

Kenapa kita ke Balaesang Tanjung? SebelumBalaesang Tanjung mekar menjadi Kecamatan BalaesangTanjung, kondisi jalan menuju daerah itu sama saja ketika

masih satu kecamatan dengan Balaesang induk. Jalannyamasih memprihatinkan. Padahal di sana banyak potensiyang bisa membantu perbaikan ekonomi masyarakatnya.Mulai dari sektor perkebunan, wisata dan perikanankelautan. Di sana ada Danau Rano yang menyimpankeindahan. Di sana ada teluk dan pantai yang menjulurke laut lepas. Bahkan bisa menjadi pintu gerbangperdagangan antarpulau. Wilayah ini juga memiliki sejarahkerajaan sebagai bagian kekayaan budaya di tanah airkhususnya Donggala.

Pada satu kesempatan, saya bertemu dengan seorangwarga Balaesang Tanjung di Palu. Ia sedih karena jalanmenuju kampungnya belum diaspal. Banyak sungai yangbelum dibangunkan jembatan. Kalau musim hujan merekatakut menyeberang ke Balaesang induk karena sungai-sungai yang dilintasi, ganas dengan banjirnya. Bisadibayangkan, jika itu berlangsung berhari-hari. Pada saatbersamaan ada warga yang hendak dirujuk ke rumah sakitdi Kota Palu karena Puskesmas di sana tidak mampumenanganinya. Mau tidak mau harus menunggu banjirsurut. Harus menunggu genangan air di jalan raya kering.Ironis bukan?

Kondisi itu menjadi alasan kuat untuk memfokuskanpembangunan Donggala ke daerah-daerah terbelakang.Masih banyak daerah yang menjerit karena susah aksesjalannya. Susah sumber air bersihnya. Susah irigasinya.Lumpuh sumber daya manusianya dan sebagainya.Pemerintah tidak perlu mengedepankan pembangunangedung megah. Untuk apa gedung megah dengan anggaranpuluhan miliar sementara rakyat sengsara. Bukan gedungmegah di ibu kota yang membuat rakyat sejahtera, bukanmobil mewah pejabat yang membuat masyarakat kenyang.

Paradigma pembangunan Donggala setidaknya limatahun mendatang harus dibangun dari desa. Sebut saja,program Membangun Desa Mengepung Kota. Hal ini sejalan

66 67

Page 44: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

Lembaga Perkreditan Rakyat di Donggala menurutBPS nol persen. Artinya tidak ada lembaga perkreditan didesa yang bisa membantu masyarakat dalam membantupermodalan. Koperasi hanya 22. Itu pun mungkin tinggalnamanya saja. Aktivitasnya sudah megap-megap. Matihidup. Jangan salahkan jika rendahnya fasilitas penjaminkeuangan di desa dijadikan peluang oleh para rentenirmeraup untung dari desa karena tidak ada lembagakeuangan yang bisa menjadi sandaran masyarakat dikampung.

Membangun desa tidak saja membanguninfrastrukturnya, tetapi juga memperkuat lembagakeuangannya. Ini masalah klasik. Masyarakat kita akhirnyabergantung pada rentenir. Pinjaman bunga tinggi. Tidakada keinginan serius pemerintah untuk membangunlembaga penjamin keuangan rakyat. Pemerintah lebih sukabikin pelatihan di mana-mana tapi tidak dimodali. Selesaipelatihan , selesai urusan. Panitia buat laporanpertanggungjawaban, sementara yang dilatih silahkan carimodal sendiri. Jika saja, pemerintah menyisihkan satumiliar rupiah per tahun dari APBD selama ibu kota pindahke Banawa, maka kita sudah punya modal Rp13 miliaruntuk lembaga penjamin keuangan daerah. Ini bukanmodal sedikit untuk menggerakkan usaha kecil di desa.Ini juga karena rendahnya dorongan dari DPRD. Kuranginisiatif mendorong pemerintah untuk berinovasi.

Padahal dalam setahun anggota DPRD dua kali turunreses ke daerah pemilihan masing-masing. Dua kali setahunmenyerap aspirasi masyarakat. Yang direspons hanyamasalah-masalah besar yang mengandung nilai proyekfisik. Kurang peduli dengan hal-hal kecil. DPRD hanya asyikbermain di ranah politik. Padahal DPRD tidak lagi sepertizaman order baru dulu, mendengar apa kata penguasa.Bahkan cenderung hanya sebagai penghias demokrasi diIndonesia. DPRD sekarang sudah sejajar dengan esksekutif

69

dengan visi Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah agarSulawesi Tengah sejajar dengan daerah yang lebih majudi Indonesia.

Membangun Desa Mengepung Kota, bagi sayamendesak. Angka kemiskinan Donggala masih mencapai18,03 persen (BPS Sulteng, 2011). Sebarannya banyak dipedesaan. Kondisi kemiskinan di Donggala jika dibandingdengan Kabupaten Sigi yang dimekarkan Donggala lebihburuk karena angka kemiskinannya hanya 14,03 persen.Angka kemiskinan di Donggala masih lebih tinggi dibandingBanggai 11,25 persen. Masih lebih baik Tolitoli 15,03persen. Bahkan masih jauh lebih baik Buol 17,40 persen.Tiga daerah perbandingan itu merupakan daerah yangdihasilkan Donggala. Bukan alasan Donggala karena lelahmelahirkan sehingga ia sendiri tidak terurus.

Begitu juga dengan kondisi ketersediaan infrastrukturpendidikan, kesehatan, dan perekonomian Donggala jugamasih perlu sentuhan serius. Sarana kesehatan sepertiPuskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Poskesdes danPolindes Donggala baru 85,33 persen. Masih ada sekitar15 persen desa belum memiliki sarana kesehatan.

Masyarakat hidup dari sektor Pertanian yangpersentasenya di Sulawesi Tengah sebanyak 71,26 persen.Jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat dari totalpanjang jalan di Donggala baru 90,67 persen yang bisadilalui. Kondisi pasar dengan bangunan permanen/semipermanen masih ada 36 persen lagi yang belum memilikibangunan permanen. Padahal ini pusat transaksi ekonomimasyarakat di desa. Di sisi lain, entah mengapa,pemerintah justru bernafsu membangun gedung megah.Lihat saja, Mes Pemda yang dibangun dengan anggaranRp30 miliar lebih. Sementara untuk satu unit pasartradisional di kampung mungkin tidak sampai satu miliar.Bagaimana ekonomi mau baik, kalau fasilitas ekonominyasaja tidak dibangun.

68

Page 45: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

dengan tiga fungsi utama yakni legislasi (membuat undang-undang, hak atas anggaran dan pengawasan. Saya khawatirada calon anggota legislatif yang tidak mengerti apa fungsidan tugas DPRD. Kalau ada, ini bisa membawa petaka.

Di lain sisi masyarakat juga perlu dikoreksi. Perludiintervensi cara pandangnya oleh kaum cerdik pandaidan pemerintah. Masih ada sebagian masyarakat kita yangbelum terdidik mengelola uang. Diberi pinjaman bukanuntuk mengembangkan usaha, tapi dipakai beli kendaraan,bersenang-senang. Mungkin juga dipakai kawin lagi. Inimasalah yang harus dijawab oleh calon bupati dan calonanggota DPRD Donggala ke depan.

Di sinilah kita membutuhkan calon bupati dan calonanggota DPRD yang respons terhadap kebutuhanmasyarakat desa. Saatnya kita tanya kepada para calonpemimpin itu, seperti apa bentuk komitmen dan programmereka untuk membangun desa. Di sinilah pentingnyakedaulatan rakyat untuk memilih calon pemimpin yangpeduli dan peka dengan kondisi masyarakatnya, calonpemimpin yang punya gagasan, calon pemimpin yangpunya keberanian mengambil keputusan membela rakyat.Jika masyarakat salah memilih, jangan kita salahkanPilkada dan Pemilu, karena kita sendiri masih suka menjadimasyarakat yang dipimpin oleh pemimpin yang tidakberpihak pada rakyat. Salah menentukan pilihan bukanberarti salah calon pemimpin memberi janji, tapi salahkita mencerna janji.

***

Warna-warni politik di Donggala sudahcukup menjadi pelajaran pendidikan politikbagi masyarakatnya. Saatnya membangundemokrasi di kabupaten tertua di SulawesiTengah itu dengan sehat tanpa noda, tanpa

darah, tanpa air mata.

Kilas BalikDemokrasi Donggala

PEMILU Kepala Daerah (Pilkada) 2008 dan Pemilu 2009lancar dihelat di Donggala. Hasilnya sudah dituai dan dapatdiukur berdasarkan angka-angka statistik Donggala yangtersaji di berbagai media. Pemilu 2009 maupun Pilkadatidak mungkin diulang lagi, yang memungkinkan adalahmemperbaiki kualitasnya pada pemilu berikutnya. Kualitastersebut tidak saja pada proses, tapi juga hasilnya. Kitaakan berusaha sebaik mungkin agar kualitas pemilumendatang lebih baik, sehingga baik pula hasilnya untukrakyat. Di sinilah peran penting rakyat sebagai pemegangkedaulatan di negeri ini.

Jika kita menoleh ke belakang pascareformasi, PartaiGolkar masih memegang peranan penting di Donggala,walau terjadi penurunan perolehan kursi. Pemilu 1999misalnya, Golkar masih mempertahankan 21 kursi, hinggaakhirnya berhasil mengantarkan Ketua DPD partaiberlambang pohon beringin itu, Adam Ardjad Lamarauna

70 71

Page 46: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

nasional, tetapi di Donggala, Demokrat belum mampumelambung Partai Golkar. Demokrat masih berada diurutan kedua dengan perolehan lima kursi. Setelah Sigimekar, Demokrat tinggal empat kursi. Meski hanya selisihsatu kursi dengan Golkar, tetapi persentase perolehansuara sah Demokrat jauh tertinggal. Golkar 14,8 persen,sementara Demokrat hanya 7,4 persen.

Kontribusi perolehan suara kursi Demokrat diDonggala untuk provinsi juga di urutan kedua. Dari jumlahperolehan suara, Demokrat jauh tertinggal dari Golkar,yakni 20.945 untuk Demokrat dan 48.817 untuk Golkar.Demokrat Donggala hanya mampu memperoleh satu kursiuntuk provinsi. Komposisi Golkar dan Demokrat di Provinsihampir sama dengan Donggala. Ketua DPRD dan WakilKetua I masing-masing dari Golkar dan Demokrat.

Selain dua partai tersebut, partai yang patutdiperhitungkan di tingkat provinsi adalah Partai DemokrasiIndonesia Perjuangan (PDIP), Partai Amanat Nasional(PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), masing-masingmengemas empat kursi. Sementara Hanura dan PDS,masing-masing tiga kursi. PPP yang pada Pemilusebelumnya cukup baik, justru pada Pemilu 2009 anjloksehingga hanya mampu memperoleh dua kursi, samadengan Gerindra, PKPI dan PKPB.

Sementara di Kabupaten Donggala, setelah Golkardan Demokrat, kekuatan politik menengah pada Pemilu2008 masing-masing diraih oleh PPP, Gerindra, dan PKS.Ketiganya masing-masing meraih tiga kursi. Tetapi daripersentase, PPP masih unggul yakni 6,9 persen. SementaraGerinda dan PKS masing-masing hanya 5,2 persen dan 5,1persen. Pemilu 2009, PPP merosot dibading Pemilu 2004yang mencapai empat kursi atau 6,8 persen.

Sementara itu PDIP pada Pemilu 2009 hanya mampumeraih dua kursi atau 6,2 persen. Partai berlambangmoncong banteng putih itu justru jauh merosot dari Pemilu

73

sebagai bupati dalam pemilihan di DPRD. Perolehan kursiitu terus merosot pada Pemilu 2004 hanya 17 kursi. Danpada puncak keterpurukannya terjadi pada Pemilu 2009yakni tujuh kursi.

Pada Pemilu 2009, kekuatan Golkar salah satunyamasih ditopang dari Kabupaten Sigi. Setelah di Sigi menjadiKabupaten, kursi Golkar tersisa lima kursi. Kondisi inimenunjukkan tidak ada dominasi perolehan kursi di DPRDDonggala. Dari sisi ketokohan, mereka yang melenggangke DPRD Donggala masih didominasi tokoh-tokoh lama yangsebelumnya pernah menjabat anggota DPRD, seperti BudiLuhur (kini menjadi Ketua DPRD Sigi), Harsin Gotian danAhmad Mardjanu.

Perolehan kursi Golkar di Donggala ternyata jugaberdampak buruk terhadap perolehan kursi Golkar di DPRDProvinsi. Jika beberapa pemilu sebelumnya GolkarDonggala berkontribusi sampai empat kursi di DPRDProvinsi. Pada Pemilu 2009 hanya mampu berkontribusidua kursi. Total kursi Golkar di DPRD Provinsi 2009 hanyasembilan kursi. Padahal pada Pemilu 1999, Golkarmenguasai nyaris separuh kursi di DPRD Sulteng dengan23 kursi. Pemilu 2004, Golkar mulai redup denganmengemas 17 kursi hingga akhirnya saat ini tinggalsembilan kursi. Sokongan kursi Golkar di provinsi umumnyadari Donggala, Banggai/Banggai Kepulauan dan TojoUnauna/Poso/Morowali. Sementara dari Kota Palu sendirihanya meraih satu kursi.

Partai Demokrat tampaknya membayang-bayangiPartai Golkar. Pada Pemilu 2004, Demokrat di Donggalabelum memberi andil kursi. Perolehan suara yang mampudiraih hanya 2,76 persen, jauh di bawah PDIP yakni 7,25persen atau lima kursi. Demokrat juga masih di bawahtekanan PPP yakni 6,81 persen atau empat kursi. BenderaDemokrat baru bisa berkibar pada Pemilu 2009. MeskipunDemokrat keluar sebagai pemenang Pemilu 2009 secara

72

Page 47: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

2004 yang memperoleh lima kursi atau 7,25 persen.Kemorosotan suara itu mengakibatkan perolehan kursi PDIPsama dengan Hanura, PAN dan PKB masing-masing duakursi.

Adapun komposisi fraksi di DPRD Donggalapascapemekaran Sigi dari 30 anggota DPRD adalah limadari fraksi Golkar, empat orang fraksi Partai Demokrat,tiga orang fraksi Gerindra, tiga orang fraksi PPP, enamorang fraksi PKS, empat orang fraksi Donggala Berjuangdan lima orang dari fraksi Donggala Harapan.

***

KEDEKATAN emosi saya dengan hiruk pikuk pestaDemokrasi di Donggala berawal tahun 2002. Ketika ituSurat Kabar Harian Radar Sulteng tempat saya bekerja,menempatkan saya di Kabupaten Donggala. Setahun lebihsaya beradaptasi dengan lingkungan pemerintahanDonggala di bawah kepemimpinan Bupati Nabi Bidjatermasuk di lingkungan DPRD di bawah pimpinan RidwanYalidjama. Dari lingkungan tempat tugas itulah sayadiperkenalkan banyak tentang Donggala dari kacamatabirokrasi maupun politik. Dari situ pula saya mengenallebih dekat sejumlah tokoh politik dan birokrat diDonggala, seperti almarhum Adam Adrjad Lamarauna,Ridwan Yalidjama, Nabi Bidja, Budi Luhur, Kasmudin danbeberapa pejabat lainnya.

Setahun tugas di Donggala (2003), tidak terasa tensipolitik mulai meninggi menjelang peralihan kepemimpinandari Nabi Bidja ke Adam Ardjad Lamarauna. Tingginya tensipolitik ini bahkan menyeruak hingga ke pedesaan. Padahal,ketika itu, penentu siapa bupati untuk satu periode hanyadi tangan 45 Anggota DPRD Donggala.

Menjelang Pemilihan Bupati Donggala, 7 Januari2004, gesekan politik kian memanas. Isu yang tak pernah

terdengar sebelumnya muncul ke permukaan. Adam Ardjadbahkan ikut kena batunya. Mantan Bupati Donggala itudisebut tidak lulus SMA, meski mantan kepala sekolah SMANegeri 1 Palu Mohammad Hado dan Polres Palu sudahmengeluarkan keterangan, Adam Ardjad kehilangan ijazahdan pernah mengikuti ujian akhir nasional pada 29 Mei1961. Beberapa karib kerabat Adam Ardjad yang pernahkuliah di Universitas Gadjamadah seperti Ma'ruf Bantilanjuga bercerita bahwa dirinya pernah kuliah bersama AdamArdjad di Yogyakarta. Meskipun sudah ada penjelasanseperti itu, gelombang penolakan terhadap Adam Ardjadtetap datang silih berganti. Bahkan kedatangan MenteriDalam Negeri Hari Sabarno pada 7 Maret 2004 untukmelantik Adam Ardjad - Habir Ponulele dijemput denganunjuk rasa.

Meski serangan terhadap Adam Ardjad Lamaraunabegitu kencang, politik keterwakilan di DPRD akhirnyamenjatuhkan pilihan kepada Adam Ardjad bersamapasangannya Habir Ponulele sebagai bupati dan wakilbupati periode 2004-2009. Adam Ardjad/Habirmengumpulkan 22 suara dari 44 pemilih sementarasaingannya Nabi Bidja/Ali Hanafi Ponulele meraih 20 suara.Dua suara dinyatakan cacat.

Adam Ardjad sebagai Ketua DPD Golkar Donggalaketika itu mengantongi modal 21 suara dari Partai Golkar.Adam Ardjad/Habir Ponulele sendiri diusung Fraksi PartaiGolkar dan Fraksi Malino (Fraksi Gabungan), lima suara.Di atas kertas Adam Ardjad/Habir unggul 26 suara.Sementara Nabi Bidja dan Ali Hanafi diusung oleh FraksiPDIP (tujuh suara), Fraksi Persatuan Pembangunan danBintang Keadilan (FPPBK), enam suara. Sementara FraksiTNI/Polri memilih abstain atau tak mengusung calon.Hasilnya, Adam Ardjad/Habir hanya meraih 22 sura, NabiBidja/Ali hanya 20 suara. Kemenangan Ardjad/Habirakhirnya disambut sorak oleh para pendukungnya.

74 75

Page 48: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla, juga ikut melayatjenazah almarhum di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo(RSCM) Jakarta.

Demikian halnya kerabat dan kawan-kawan almarhumyang berada di Jakarta langsung mendatangi hotel tempatmenginap sekaligus tempat dia ditemukan meninggal.Mereka, antara lain, Anggota DPD dari Sulteng IhsanLoulembah, juga petinggi DPP Partai Golkar BurhanudinNapitupulu, Yamin Tawari, Tajuddin Noersaid, Sofhian Mile,Aulia Rachman, Malkan Amin, Idrus Marham dan lain-lain.Kepergian Adam Ardjad praktis diganti oleh Wakil BupatiHabir Ponulele hingga berakhirnya masa jabatan pasanganbupati ini akhir 2008.

Saya sengaja menyajikan proses terpilihnya AdamArdjad/Habir Ponulele dalam panggung sejarahperpolitikan di Donggala karena pasangan bupati itu adalahdipilih terakhir kalinya oleh DPRD. Dapat dikatakan, modelpemilihan kepala daerah kali itu sedang mengalami transisidemokrasi dari sentralisasi kekuasaan ke eradesentralisasi. Penentuan kepala daerah tidak lagidipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah pusat seperti padaera orde baru sebelumnya. Model demokrasi penentuankepala daerah sedang beranjak dari model pemilihan DPRDke pemilihan langsung (Pilkada). Berbagai dinamika politikyang dilalui Kabupaten Donggala telah menjadi bagian daricatatan sejarah perpolitikan di Sulawesi Tengah.

Periode selanjutnya 2008-2013, pemilihan Bupatisudah melalui pemilihan langsung oleh rakyat lewat mo-mentum Pilkada. Pilkada Donggala bukanlah daerahpertama di Sulawesi Tengah yang menyelenggarakansistem pemilihan langsung. Tiga daerah sebelumnyahampir dalam waktu yang bersamaan pada 2004melaksanakan pilkada pertama yakni Tolitoli, Tojo Una-Una dan Banggai. Dari Pilkada inilah sekaligus menjadipintu masuk yang terbuka lebar bagi masyarakat Indone-

77

Penjagaan di kediaman Adam Ardjad di Jalan Sis Aljufrielangsung diperketat. Satuan Polisi Pamong Prajadiperintahkan berjaga.

Keberhasilan Adam Ardjad/Habir dalam merebutkursi bupati dan wakil bupati Donggala belum sempurnadigapai. Adam Ardjad/Habir seyogyanya dilantik 8 Maret2004 ternyata ditunda oleh Hari Sabarno melalui kawatDirjen Otonomi Daerah Depdagri No.131.52/312/Otdatanggal 5 Maret 2004 yang ditujukan kepada GubernurSulteng Aminuddin Ponulele. Kawat itu menginstruksikanpenundaan pelantikan bupati/wakil bupati terpilih ArdjadLamaruna dan Habir Ponulele. Namun radiogram itu tidakmenyebutkan alasan penundaan.

Gelombang unjukrasa pendukung Adam Ardjad/HabirPonulele pun tak terbendung. Sekitar seribu orang dariberbagai desa mengepung kantor Gubernur SulawesiTengah mempertanyakan pembatalan pelantikan AdamArdjad/Habir. Massa pengunjuk rasa yang datangbergelombang dengan menumpang belasan bus dan trukitu mengusung puluhan spanduk. Mereka mengecamtindakan Mendagri Hari Sabarno membatalkan pelantikanSenin, 8 Maret 2013. Pengunjukrasa bahkan membawaboneka kertas Dirjen Otda Depdagri Oentarto SindungMawardi. Boneka itu diarak massa, lalu dibakar di halamankantor Gubernur Sulteng. Sekalipun melibatkan ribuanmassa dan tanpa pengamanan polisi, aksi unjuk rasamasyarakat Donggala itu berlangsung tertib. Walau punbadai terus menghunjam Adam Ardjad dan Habir, keduanyatetap dilantik menjadi bupati Donggala yang ke-14.

Di tengah perjalanan kepemimpinannya, ternyatatakdir ilahi berkehendak lain. Adam Ardjad meninggaldunia pada 16 November 2006 di sebuah hotel di Jakarta.Ia terkena serangan jantung. Kepergian Bupati Donggalaitu meninggalkan duka mendalam bagi rakyatnya danpengurus Partai Golkar. Wakil Presiden sekaligus Ketua

76

Page 49: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

sia untuk menjadi calon kepala daerah. Pilkada tersebutsekaligus meretas pengaruh klan atau kelompokkekerabatan yang besar, dalam penguasaan panggungpolitik di daerah. Meskipun klan masih memberi pengaruhnamun tidak menghalangi peluang bagi masyarakat luasuntuk mencalonkan diri menjadi bupati sepanjang memilikimodal politik dan modal ekonomi.

Cerita Pilkada Donggala 16 Oktober 2008 lain lagi.Pilkada yang dimenangkan Habir Ponulele-Aly Lasamaulu(Halal) tersebut juga menyimpan sejarah politik yang tidakkalah menariknya. Kemungkinan Pilkada Donggala pertamaitu dalam sejarah Pilkada di Indonesia yang diikuti calonpaling banyak. KPU Donggala pada 9 September 2008secara resmi menetapkan tujuh pasangan calon bupatiyang berhak mengikuti putaran pilkada.

Mereka adalah Abubakar Aljufri-Taufik M Burhan(AKTA) dan pasangan Datu Wajar Lamarauna-Usman Kulase(TULUS) dari calon perseorangan. Sementara daripasangan yang diusung partai politik adalah HabirPonulele-Aly Lasamaulu (HALAL) dari Partai Golkar, SyafrunAbdullah-Arus Abdul Karim (SYAFAR) dari PDIP dan PPNUI,Kasman Lassa-Ahmad Ariefianto (KASMARAN) diusung olehPKS, PKPI dan PBR, Mauliddin Labalo-Abdurachman (MADU)diusung PDK, PDS dan partai nonkursi, serta pasanganSuardin Suebo-Timuddin Bouwo (SANTUN) diusung PKB,PAN dan beberapa partai nonkursi.

Penetapan pasangan calon bupati tersebut cukup alotkarena pasangan calon yang diusung PPP dan PBB tidakmemenuhi syarat karena terkendala ijazah. Dua partaiitu kemudian mengajukan penggantinya yakni Nabi Bidja-Rasyid Thalib (NAR). Namun tetap tidak lolos karenadukungan PBB dianggap tidak sah karena hanya diajukanoleh Wakil Ketua DPC dan Wakil Sekretaris. Selain itu bataswaktu perbaikan berkas pun sudah melewati batas waktu.Bakal calon Nabi Bidja-Rasyid Thalib pun terlempar.

Gong pemungutan dan penghitungan suara PilkadaDonggala pun ditabuh 16 Oktober 2008. Hasilnya KPUmenetapkan pasangan Habir-Aly menang. Namunbelakangan digugat dari pasangan calon lain karenamasyarakat Sigi yang sudah menjadi daerah otonom barumasih ikut memilih di Donggala. Masuknya Sigi tersebutmenjadi pintu lahirnya gelombang unjukrasa dari pasangancalon bupati yang lain yakni pasangan Kasman Lassa-Arif(Kasmaran). Namun perjuangan mereka sia-sia karena KPUmemutuskan masyarakat Sigi tetap menjadi pemilih diDonggala.

Ini juga menjadi bagian menarik dari catatan sejarahPilkada di Donggala. Masih ikutnya masyarakat Sigi menjadipemilih di Donggala karena usia Sigi sendiri belummelewati 18 bulan. Berdasarkan surat KPU Sulawesi TengahKPU No. 2371/15/VII/2008 dinyatakan bahwa Sigi bolehmengikuti Pilkada Donggala. Adapun isi surat tersebutantara lain menyatakan bahwa pengisian anggota DPRDprovinsi/kabupaten/kota tidak dilakukan bagi provinsi/kabupaten/kota yang dibentuk 18 bulan sebelum pemiluberikutnya. Selain itu, sesuai rapat dengar pendapatantara KPU dengan Komisi II DPR tanggal 8 Juli 2008, bahwaterhadap pemekaran 12 kab/kota yang disahkan DPR pada24 Juni 2008 tidak dilakukan pembuatan daerah pemilihan.Ini berarti di kabupaten/kota pemekaran tidak dilakukanpemilu 2009.

Selain itu pengisian jabatan bupati/walikota defenitifselambat-lambatnya dua tahun. Dengan demikian,pengisian keanggotaan DPRD dilakukan setelah pemilu2009 dengan mengacu pada hasil pemilu 2009. Atas dasaritulah maka masyarakat yang mendiami 14 kecamatan diwilayah Kabupaten Sigi masih mengikuti pemilu bupatidan wakil bupati Donggala pada Oktober 2008.

Tanggal 28 Oktober 2008, KPU Donggala akhirnyamenetapkan Habir Ponulele-Aly Lasamaulu sebagai bupati

78 79

Page 50: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

dan wakil bupati periode 2009-2013. Rapat pleno yangdipimpin Ketua KPU Donggala M. Rifai, pasangan HALALmemperoleh 83.463 (35 persen). Sementara pesainganterdekatnya Kasman Lassa-Arif mendulang suara sekitar16 persen. Penetapan Habir-Aly tersebut masih dibayang-bayangi aksi unjuk rasa oleh sekelompok masyarakat yangmenyebut diri sebagai Aliansi Masyarakat Banawa danPantai Barat (AMBARA). Di dalam ruangan KPUD rapatpleno, di luar gedung ratusan orang berunjuk rasa karenatidak puas. Bahkan peristiwa itu menimbulkan korbanakibat bentrok. PPK Kulawi ketika itu tersinggung atastuduhan pengunjukrasa yang mengatakan KPU Donggalasampai tingkat bawah telah melakukan pembohonganpublik. Karena ketersinggungan itu sempat terjadikekacuan. seorang warga yang hendak melerai bahkanterkena pukulan hingga luka di kepala. Perjalanan PilkadaDonggala 2008 ternyata tidak berjalan mulus. Prosesdemokrasi menyimpan noda, darah dan air mata.

Warna-warni politik di Donggala sudah cukup menjadipelajaran pendidikan politik bagi masyarakatnya. Saatnyamembangun demokrasi di kabupaten tertua di SulawesiTengah itu dengan sehat tanpa noda, tanpa darah, tanpaair mata. Dari beberapa pesta demokrasi yang digelar,mulai pilkada kabupaten, pilkada provinsi, pemilulegislatif dan pemilihan presiden, partisipasi politikmasyarakat Donggala cenderung menurun. Kemungkinanbanyak faktor mempengaruhinya. Bukan semata-matakarena masyarakat jenuh tetapi bisa jadi juga karenakesadaran politik masyarakat itu sendiri untuk tidakmemilih karena dianggap memilih atau tidak sama saja,tidak memberi perubahan.

Persentase pemilih yang menggunakan hak pilihnyasejak tahun 2008 sampai Pilgub 2011 menurun sekitar limapersen. Jumlah Pemilih Pilkada Donggala 2008 sebanyak305.513, namun yang menggunakan hak pilihnya hanya

80

241.728 atau sekitar 79 persen. Pemilih Pemilu legislatif2009 sebanyak 316.322 orang dan yang menggunakan hakpilihnya hanya 241.765 atau 76 persen, Jumlah PemilihPemilu Presiden 2009 sebanyak 329.615 dan yangmenggunakan hak pilihnya hanya 241.728 atau 73 persen,Jumlah Pemilih Pilgub 2011 sebanyak 178.739, dan yangmenggunakan hak pilihnya hanya 133.059 atau 74 persen.

***

81

Page 51: Menakar Komitmen Kerakyatan Calon Dalam Pilkada Dan Pemilu2

Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014 Adha Nadjemuddin Menakar Komitmen Kerakyatan Calon,

Dalam Pilkada Donggala dan Pemilu 2014Adha Nadjemuddin

TENTANG PENULISPenulis lahir di Desa Rerang,Kecamatan Dampelas, Donggala, 23November 1976. Sejak menyelesai-kan kuliah di Sekolah Tinggi AgamaIslam Negeri (STAIN) DatokaramaPalu tahun 1998, penulis sudah aktifdi dunia kewartawanan. Sekarangbekerja di Kantor Berita NasionalANTARA. Penulis salah seorangpendiri Lembaga Penerbitan dan PersKampus STAIN Datokarama Palu.

Lembaga tersebut hingga 2013 masih eksis.

Penulis pernah bekerja di hampir semua jenis media, televisi,surat kabar, online, radio dan kantor berita Indonesia. Pernahmenjadi kontributor RCTI di Tolitoli, pernah menjadi presenterRadarTV, NuansaTV, Pemimpin Redaksi di Radio Alkhairaat, Ra-dio Ramayana Palu, Radio Cendekia Tolitoli, Radio Bittara Tolitoli.Selama di Tolitoli pernah mendirikan televis lokal PT. MaleoCendekia Televisi Tolitoli, 2006. Penulis terpaksa menutup usahatersebut karena tidak ada investor yang berminat di bidangpenyiaran lokal.

Penulis pernah bekerja di beberapa surat kabar lokal maupunnasional. Pernah menjadi wartawan Harian Radar Sulteng dankontributor Harian Pelita Jakarta. Penulis juga pernah menjadipemimpin Redaksi Harian Metro Tolis.

Selain di dunia jurnalis, penulis juga pernah menjadi dosen diSTAIN Datokarama Palu dan Konsultan Manajemen ProgramPercepatan Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah TertinggalKementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI.

Penulis juga aktif di berbagai organisasi kepemudaan seperti WakilKetua Gerakan Pemuda Ansor Sulteng, Ketua Ikatan PelajarNahdlatul Ulama (IPNU) Donggala, Ikatan Mahasiswa DDI,Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Wakil Ketua KNPISulawesi Tengah. Dan semasa mahasiswa pernah menjabat KetuaSenat Fakultas Ushuluddin. Beberapa buku yang pernah ditulisbaik yang tercetak maupun dalam bentuk E-book, diantaranyaRekam Jejak Parlemen Tolitoli, Jejak-Jejak Pariwisata Sulteng,Balada Politik Ridwan Yalidjama dan Jalan Terjal NU Tolitoli. Saatini sedang menyelesaikan beberapa judul buku.

Daftar Bacaan

- Adha Nadjemuddin, E-book, Balada Politik Ridwan Yalidjama,Januari 2010.

- BPS Donggala, Donggala Dalam Angka 2011.- Darlis, Tempo Interaktif, Bupati Donggala Tewas di Hotel Mulia,

Kamis, 16 November 2006.- Darlis, Tempo Interaktif, Mahkamah Konstitusi Tolak Gugatan

Pilkada Donggala, Senin, 24 November 2008.- Fery El Shirinja, Radar Sulteng, Aktivitas mantan Cabup/Cawabup

setelah Gagal Menangkan Pilkada Donggala, 09-11-2008.- gatra.com, Demonstran Masih Duduki Gedung DPRD Donggala, 29

Juli 2005- JB. Priyono (Kepala BPS Sulteng), Memahami Data Kemsikinan dan

upaya solusinya, Public Exposes 49 tahun Sulawesi Tengah,Pressroom Kantor Gubernur, 8 April 2013.

- Jafar G Bua, Tuntut Bupati Tak Dilantik, Warga Donggala HadangMendagri, Detiknews, Senin, 01/03/2004.

- Jafar G Bua, Diduga Pakai Ijazah Palsu, Warga Donggala TolakBupati Terpilih, Detiknews, Jumat, 30/01/2004.

- Jafar G Bua, blog, Damai Dirajut dengan Melae.- Jafar G Bua, Catatan Sepanjang jalan, Ribuan Masyarakat

Donggala Kepung Kantor Bupati dan DPRD, Thursday, July28, 2005.

- Pemerintah Kabupaten Donggala, Pidato Pengantar NotaKeuangan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun2012.

- Pemerintah Kabupaten Donggala, Nota Keuangan tentangPertanggungjawaban Pelaksanaan APBD KabupatenDonggala Tahun Anggaran 2012.

- Prof. Dr. rer. pol Patta Tope, SE, Capaian Pembangunan ProvinsiSulawesi Tengah Tahun 2012, Public Exposes 49 tahunSulawesi Tengah, Pressroom Kantor Gubernur, 8 April 2013

- Ruslan Sangadji, Blog, Penetapan Pilkada Donggala Ricuh,Wednesday, October 29, 2008.

- rstmopm, posorukun.blogspot.com, 2008_09_01_ archive.html- Yardin Hasan, blogspot Catatan Sepanjang Perjalanan.