MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN
-
Upload
evi-muhammad-sholeh -
Category
Documents
-
view
155 -
download
0
Transcript of MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN
MEMPEKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN
ANAK DI BAWAH UMUR
Latar Belakang:
Dalam kehidupan masyarakat yang umumnya di pedesaan
sangat rentan sekali dengan hal – hal yang sifatnya merampas
hak – hak sebagaimana anak pada umumnya. Disebabkan oleh
faktor – faktor yang tidak mendukung dalam rangka
pertumbuhan anak yang masih di bawah umur. Mungkin kita
semua pasti sepakat, apa lagi kalau kita hidupnya di pedesaan.
Bahwasanya mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai
petani. Berketepatan dengan masyarakat pedesaan, saya sendiri
berasal dari daerah pedesaan yang lumayan terpencil dan ujuga
sangat jauh dari akses fasilitas yang memadai seperti di daerah –
daerah yang sudah mulaiberkembang seperti daerah lain. Maka
dari itu kalau kita ingin mengetahui bagaimana? Dan apa saja
yang sangat dominan untuk melatar belakangi kasus – kasus
yang menyangkut Hak Asasi Manusia (HAM) untuk anak yang
masih di bawah umur. Kasus ini tidak mungkin terjadi kalau tidak
ada sebab musababnya. Sebab – musabab terjadinya
perampasan hak – hak anak di bawah umur adalah diantaranya
masalah ekonomi, kemiskinan, pendidian yang minim, serta tidak
ada kepedulian terhadap anak.
Kita lihat terlebih dahulu tentang ekonomi. Umumya
masyarakat di desa pendapatan yang didapat tidak menentu.
Dan hasil dari bercocok tanam pun tidak bisa mencukupi
kebutuhan sehari – hari, karena tidak adanya penyukuhan –
penyuluhan tentang bertani atau bercocok tanam yang baik.
Maka meskipun mereka petani, tetapi tidak ada ajminan untuk
hidup lebih layak dengan bertani. Yang kedua adalah faktor
kemiskinan. Hal ini sudah menjadi tradisi bahwa orang yang
1
hidupnya di daerah yang terpencil tidak asing lagi dengan
kemiskinan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa penyebab
kemiskinan selalu berkaitan dengan masalah ekonomi dan
pendidikan. Dari ekonomi, semisal pendapatan masyarakat
bagus, maka tidak ada kemiskinan. Dan pendidikan, jika
masyarakat di pedesaan menganggap pendidikan itu
berpengaruh pada kehidupannya, maka hidupnya akan lebih baik
dari sebelumnnya.
Yang ketiga adalah pendidikan. Umumnya orang pedesaan
mkurang peduli dengan pendidikan karena pemahaman orang
pedesaan lebih cenderung dan menganggap dengan bersekolah
tidak akan membantu kebutuhan ekonomi. Maka dari itu,
pendidikan masih sangat minim didapatkan. Dan keempat,
kurang psdulinya terhadap anak. Karena terlalu sibuk dengan
kehidupan dan kebutuhan sehari – hari dan hal ni sangat
memperburuk keadaan si anak yang masih membutuhkan kasih
sayang yan gutuh dari orang tuanya.
Fokus Kajian
Pada dasarnya, anak adalah titipan dari Allah. Maka tidak
sepatutnya kita memperlakukan anak – anak yang masih di awah
umur untuk dipekerjakan dan diperdagangkan sehingga
membuat anak – anak kehilangan hak – haknya sebagai anak
normal sepert biasanya. Dan berimbas kepada masa depan si
anak. Mungkin kita semua sama – sama tahu dan tidak harus
menyalahkan orang tua begitu saja karena semua yang terjadi
itu saling berkaitan satu sama lainnya. Dimanapun tidak ada
orang tua yang tidak sayangkepada anaknya dan tidak peduli
tehadap anaknya. Tetapi lingkungan di pedesaan sangat berbeda
dengan lingkungan perkotaan. Di desa, anak dengan orang tua
sangat jarang sekali berkomunikasi dan cenderung anak merasa
kurang kasih sayang orang tua. Karena aorang tuanya sangat
2
sibuk dengan tuntutan ekonomi yagn serba kekurangan. Dan
untuk pendidikan anak pun juga terkorbankan dengan keadaan
ekonomi yang tidak menentu. Dalam Hak Asasi Manusia (HAM),
hak untuk hidup layak, hak untuk ekonomi yang bisa memenuhi
kebutuhan hidup dan hak untuk mendapatkan pendidikan baik
formal maupun non formal bisa tecapai. Semua berhak
mendapatkan hak – haknya yang notabene kita semua sebagai
masyarakat sipil.
Banyaknya permasalahan yang dihadapi masyarakat yang ada di
derah pedesaanmemicu tehadap banyaknya kasus
mempekerjakan paksa anak di bawah umur. Dan tidak jarang
juga yang mempunyai anak perempuan harus diperdagangkan
bisa dibilang menjual anak gadisnya yang masih di bawah umur,
karen abisa membantu orang tua yang terkena himpitan
ekonomi. Dan diharapkan dengan mempekerjakan anaknya bisa
mengurangi beban hidp yang harus dihadapi. Tapi dengan tidak
sadar, hal tersebut sangat merugikan orang tua juga anak sendiri
juga negara. Dan paling kasihan terampasnya hak – hak anak.
Pada umumnya pada usia anak – anak, mereka tidak lepas dar
kasih sayang orang tua, bermain dengan teman – temannya, dan
bersekolah agar mendapatkan ilmu pengertian dan bisa merubah
kehidupan yang layak dari nsebelumnya.
Landasan Teori
Menurut Teaching Human Rights yang diterbitkan oleh
Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB), hak asasi manusia (HAM)
adalah hak – hak yang melekat pada setiap manusia, yang
tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Hak
hidup, misalnya, adalah klaim untuk memperoleh dan melakukan
segala sesuatu yang dapat membuat seseorang tetap hidup.
Tanpa hak tersebut eksistensinya sebagai manusia akan hilang.
3
Senada dengan pengertian diatas adalah pernyataan awal
hak asasi manusia (HAM) yang dikemukakan oleh John Locke.
Menurutnya, hak asasi manusia adalah hak – hak yan gdiberikan
Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat
kodrati. Karena sifatnya yang demikian, maka tidak ada
kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabut hak asasi
setiap manusia. HAM adalah hak dasar setiap manusia yang
dibawa sejak lahir sebagai anugeah Tuhan YME; bukan
pemberian manusia atau lembaga kekuasaan.
Hak asasi manusia ini tertuang dala UU Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia. Menurut UU ini, hak asasi
manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Teori hukum kodrati adalah teori yang menyatakan bahwa
di dalam masyarakat manusia ada hak – hak dasar manusia yang
tidak dapat dilanggat oleh negara dan tidak diserahkan kepada
negara. Menurut teori ini, hak dasar ini bahkan harus dilindungi
oleh negara dan menjadi batasan bagi kekuasaan negara yang
mutlak. Hak – hak tersebut terdiri atas hak atas kehidupan, hak
atas kemerdekaan, dan hak atas milik pribadi.
Hak – hak dasar persamaan dan kebebasan adalah teori
yang mengatkan bahwa semua manusia dilahirkan sama dan
merdeka. Manusia dianugerahi beberapa hak yang tidak tepisah
– pisah, diantaranya hak kebebasan dan tuntutan kesenangan.
Teori ini banyak dipengaruhi oleh Locke sekaligus menandai
perkembangan HAM kemudian.
Pada 1789, lahir Deklarasi Perancis. Deklarasi ini memuat
aturan – aturan hukum yang menjamin hak asasi manusia dalam
proses hukum, seperti larangan penangkapan dan penahanan
seseorang secara sewenang – wenang tanpa alasan yang sah
4
atau penahanan tanpa surat perintah yang dikeluarkan oleh
lembaga hukum yang berwenang. Prinsip Presumption of
innocent adalah bahwa orang – orang yang ditangkap dianggap
tidak bersalah sampai ada keputusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap menyatakan ia bersalah. Prinsip ini
kemudian dipertegas oleh prinsip – prinsip HAM lain, seperti
kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan beragama,
perlindungan hak milik, dan hak – hak dasar lainnya.
5
Pembahasan
Hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang pokok
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
pemerintah dan martabat manusia. Maka dari itu, dalam
pengertian HAM di sini masih jauh dari apa yang terkandung
dalam hak – hak yang semestinya. Bahwa anak juga termasuk
makhluk yang wajib dilindungi dari segi apapun, bahkan wajib
dihormati dan dijunjung tinggi harkat dan martabatnya. Seorang
makhluk Tuhan yang notabene masih anak – anak , yang masih
butuh pengarahan – pengarahan biar lebih baik dari kondisi –
kondisi yang sudah dihadapi oleh orang tuanya.
Kita telah mensurvey dari kehidupan yang berada di
lingkungan pedesaan. Ternyata untuk kehidupan anak di
pedesaan 70% mengalami perampasan dari hak – hak sebagai
anak yang masih di bawah umur, yang disebabkan oleh berbagai
faktor yang mendasari terjadinya perampasan hak – hak anak
sebagaimana mestinya. Kita sering menjumpai ha yang masih
belum didapatkan oleh anak yang ada di pedesaan, yaitu hak
untu mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya yang
berupa perhatian, pengertian, dan perlakuan baik tehadap anak,
dan pendidikan yang layak, baik formal maupun nonformal.
Karena tidak adanya keseriusan orang tua dan pemerintah
setempat dan terpaksa anak tersebut tidak bisa bersekolah dan
harus membantu orang tuanya untuk bekerja untuk memnuhi
kebutuhan sehari – hari. Karena memang tekena himpitan
ekonomi yang serba kekurangan. Dan tidak semestinya beban
tersebut diberikaan juga kepada anak di bawah umur.
Yang ketiga hak atas hidup yang lebih layak, ekonomi bisa
tecukupi, fasilitas menunjang dan bisa menikmati masa kanak –
kanak dengan indah. Tetapi dalam realita hidup para orang tua
6
dan lingkungan yang ada masih jauh dari pikiran – pikiran yang
positif. Bahkan yang sering dilakukan orang tua yang masih buta
akan pendidikan lebih mementingkan bekerja daripada
menyekolahkan anak. Bukannya orang tua tidak sayang kepada
anaknya, tetapi cara dan pemikiran orang tua di pedesaan yang
masih belum bisa keluar dari masalah – masalah yang dihadapi,
juga belum adanya penyuluhan – penyuluhan yang rutin
terhadap masyarakat dari pemerintah setempat membuat
keadaan semakin memburuk. Dalam kasus yang kita ketahui
untuk mempekerjakan anak dengan paksa lebih cenderung
tehadap anak laki – laki. Karena fisiknya yanglebih kuat dari anak
perempuan. Tetapi bukan berarti anak perempuan lebih untung
daripada anaklaki –laki. Sebaliknya lebih memprihatinkan
dikarenakan nilai investasi yang lebih besar dari anak laki – laki.
Maka dari itu, terjadilah perdagangan anak di bawah umur.
Kenapa anak perempuan lebih menjanjikan dan sangat
menguntungkan bagi orang tua? Karena anak perempuan bisa
dijual dan dipekerjakan di tempat lokalisasi yang ada di kota –
kota besar. Tidak bisa dipungkiri anak perempuan yang ada di
desa lebioh mudah dipekerjakan di tempat – tempat hiburan
karena dari orang tua anak tersebut yang tidak peduli terhadap
masa depan anaknya lebih mendukung anak bekerja daripada
bersekolah, karena mendapatkan hasil yang lebih banyak dan
menopang hidup untuk lebih baik secara ekonomi. Karena itu,
antara ekonomi, kemiskinan, pendidikan,pemerintah dan moral
saling berimplikasi satu sama lain. Berhubungan dengan kasus
yang berkembang kita melihat lagi sejauh mana hak – hak mesti
didapat oleh masyarakat, karena biar bagaimanapun hak asasi
manusia (HAM) yang seutuhnya masih sulit didapatkan
Menurut Duham, terdapat lima jenis hak asasi yang dimiliki oleh
setiapindividu; hak personel (hak jaminan kebutuhan pribadi);
hak legal (hak jaminan perlindungna hukum); hak sipil dan
7
politik; hak subsistensi (hak jaminan adanya sumberdaya untuk
menunjang kehidupan, dan hak ekonomi, sosial, dan budaya.
8
Menurut pasal 3-21 DUHAM, hak personal, hak legal, hak sipil,
dan politik meliputi:
1. Hak untuk hidup, kebebasan, dan keamanan pribadi,
2. Hak bebas dari perbudakan dan penghambaan.
3. Hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun
hukuman yangkejam, tak berprikemanusiaan ataupun
merendahkan derajat kemanusiaan.
4. Hak untu memperoleh pengakuan hukum dimana saja
secara pribadi,
5. Hak untuk pengampunan hukum secara efektif,
6. Hak bebas dari penangkapan, penahanan, dan
pembuangan yang sewenang – wenang;
7. Hak untuk peradilan yang independen dan tidak memihak;
8. Hak untuk praduga tak bersalah samapi bukti bersalah;
9. Hak bebas dari campur tangan yang sewenang – wenang
terhadap kekuasaan pribadi, keluarga, tempat tinggal,
maupun surat – surat;
10. Hak bebas dari serangan – serangan terhadap
kehormatan dan nama baik;
11. Hak atas perlindungna hukum terhadap serangan
semacam itu;
12. Hak bergerak;
13. Hak memperoleh suaka;
14. Hak atas satu kebangsaan;
15. Hak untuk menikah dan membentuk keluarga;
16. Hak untuk mempunyai hak milik;
17. Hak bebas berpikir, berkesadaran, dan beragama;
18. Hak bebas berpikir dan menyatakan pendapat;
19. Hak untuk berhimpun dan berserikat, dan;
20. Hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan
dan hak atas akses yang samaterhadap pelayanan
masyarakat.
9
10
Adapun hak ekonomi, sosial, dan budaya meliputi:
1. Hak atas jaminan sosial;
2. Hak untuk bekerja;
3. Hak atas upah yangsama untuk pekerjaan yang sama;
4. Hak untuk bergabung ke dalam serikat – serikat buruh;
5. Haka atas istirahat dan waktu senggang;
6. Hak atas standar hidup yang pantas di bidang kesehatan
dan kesejahteraan;
7. Hak atas pendidikan, dan;
8. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan yang
berkebudayaan dari masyarakat.
Setelah Deklarasi Universal HAM 1928
Secara garis besar, perkembangan pemikiran tentang HAM
pasca Perang Dunia II dibagi menjadi empat kurun generasi:
Generasi pertama, Menurut generasi ini pengertian HAM
hanya berpusat pada bidang hukum dan politik. Dampak Perang
Dunia II sangat mewarnai pemikiran generasi ini, di mana
totaliterisme dan munculnya keinginan negara – negara yang
baru merdeka untuk menciptakan tertib hukum yang baru sangat
kuat. Seperangkat hukum yang disepakati sangat sarat dengan
hak – hak yuridis, seperti hak untuk hidup, hak untuk tidak
menjadi budak, hak untuk tidak disiksa dan ditahan, hak
kesamaan dan keadilan dalam proses hukum, hak praduga tak
bersalah, dan sebagainya. Selain dari hak – hak tersebut, hak
nasionalitas, hak pemelikian, hak pemikiran, hak beragama, hak
pendidikan, hak pekerjaan dan kehidupan budaya juga mewarnai
pemikiran HAM generasi pertama ini.
Generasi kedua. Pada era ini pemikiran HAM tidak saja
menuntut hak yuridis seperti yang dikampanyekan generasi
pertma, tetapi juga menyerukan hak – hak sosial, ekonomi,
11
politik, dan budaya. Pada generasi kedua ini lahir dua konvensi
HAM Intenasional di bidang ekonomi, sosial, dan budaya, serta
konvensi bidang sipil dan hak – hak politik sipil (International
covenant on economic, social, and cultural rights dan
International covenant on civil and political rights). Kedua
konvensi tersebut disepakati dalam sidang umum PBB 1966.
Generasi ketiga. Genersi ini menyerukan wacana
kesatuan HAM antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik, dan
hukum dalam satu bagian integral yang dikenal dengan istilah
hak – hak melaksanakan pembangunan (the rights of
development), sebagaimana dinyatakan oleh Komisi Keadilan
Intenasional (Intenational Comission of Justicei). Pada era
generasi ketiga ini peranan negara tampak begitu dominan.
Generasi keempat. Di era ini ditandai oleh lahirnya
pemikiran kritis HAM. Pemikiran HAM generasi keempat
dipelopori oleh negara – negara di kawasan Asia yang pada
tahun 1983 melahirkan deklarasi HAM yang dikenal Declaration
of The Basic Duties of Asia People and Government. Lebih maju
dari generasi sebelumnya, deklarasi ini tidak saja mencakup
tuntutan struktural, teapi juga menyerukan teciptanya tatanan
sosial yang lebih berkeadilan. Tidak hanya masalah hak asasi,
Deklarasi HAM Asia ini juga berbicara tentang masalah kewajiban
asasi yang harus dilakukan oleh setiap negara. Secara positif
deklarasi ini mengukuhkan keharusan imperatif setiap negara
untuk memenuhi hak asasi manusia bukan saja urusan orang
perorangan, teta[pi juga merupakan tugas dan tanggung jawab
negara.
Dalam pengertian Islam tehadap HAM. Islam sendiri adalah
agama yang mengajarkan keadilan bagi manusia tanpa pandang
bulu. Sebagai agama kemanusiaan Islam meletakkan manusia
pada posisi yang sangat mulia. Dalam Al – Qur’an disebutkan
bahwa manusia adalah makhluk paling sempurna dan harus
12
dimuliakan. Bersandar dari pandangan kitab suci ini, pelindungan
dan penghormatana terhadap hak asasi manusia adlah tuntutan
dari ajaran Islam itu sendiri yang wajib dilaksanakan oleh
pemeluknya. Dalam Islam, seperti yang diungkapkan oleh Abu
A’la Al – Maududi, HAM adalah hak kodrati yang dianugerahkan
oleh Allah SWT kepada setiap manusia dan tidak dapat dicabut
atau dikurangi oleh kekuasaan atau badan apapun. Hak – hak
yang diberikan Allah tersebut bersifat permanen dan kekal.
Menurut kalangan ulama Islam, tedapat dua konsep
tentang hak dalam Islam: Hak manusia (haq al – insan) dan hak
Allah. Satu dan lainnya saling berkaitan dan saling melandasi.
Hak Allah melandasi hak manusia, demikian sebaliknya,
sehingga dalam praktiknya tidak bisa dipisahkan satu dari
lainnya. Misalnya, dalam melaksanakan hak Allah berupa ibadah
sholat, seorang muslim memiliki kewajiban untuk mewujudkan
pesan moral ibdah sholat dalm kehidupan sosialnya. Ucapan
mengagungkan nama Allah (takbir) di awal sholat dan salam
(kesejahteaan) di akhir sholat adalah tuntunan bagi setiap
muslim untuk menebar keselamatan bagi orang sekelilingnya
atas dasar keagungan Allah. Dengan ungkapan lain, hak Tuhan
dan hak manusia dalam Islam tekandung dalam ajaran ibadah
sehari – hari. Islam tidak memisahkan antara hak Allah dan hak
manusia.
Sedangkan hak manusia, seperti hak kepemilikan, setiap
manusia berhak mengelola harta yang dimilikinya. Namun
demikian, Islam menekankan bahwa pada setiap hak manusia
terdapat hak Allah; meskipun seseorang berhak memanfaatkan
harta yang dimilikinya, tetapi ia tidak boleh menggunakan
hartanya untuk hal yang bertentangan dengan ajran Allah.
Keadilan sebagai inti ajaran, Islam menekankan bahwa hak
kepemilikan harus memiliki nilai sosial. Harta kekayaan dalam
Islam harus berorientasi bagi kesejahteraan umat manusia. Hal
13
ini didasari atas pandangan teologis bahwa hanya Allah-lah satu
– satunya pemilik absolut dari harta yang ada di tangan manusia.
Kewajiban mengeluarkan zakat bagi setiap muslim yang mampu
merupakan contoh lain dari ajaran Islam tentang kepedulian
sosial yang harus dijalankan oleh pemeluk Islam.
Wacana HAM bukanlah sesuatu yang baru dalam Islam.
Para ahli Islam mengatakan wacana HAM dalam Islam jauh lebih
awal dibanding dengan konsep HAM yang muncul di barat.
Menurut mereka, Islam datang dengan membawa pesan
universal HAM. Menurut Maududi, ajaran tentang HAM yang
tekandung dalam piagam Magna harta tercipta 600 tahun
setelah kedatangan Islam di negeri Arabaia.
Terdapat tiga bentuk HAM dalam Islam. Pertama, hak dasar
(daruri), saesuatu dianggap dasar apabila hak tesebut dilanggar,
bukan hanya membuat manusia sengsara, tetapi juga kehilangan
eksistensinya, bahkan hilang harkat kemanusiaannya. Contoh
sederhana hak ini diantaranya adalah hak untuk hidup, hak atas
keamanan, dan hak untuk memiliki harta benda. Kedua,
sekunder, yakni hak – hak yang a[abila tidak dipenuhiv akan
mengakibatkan hilangnya hak – hakdasar sebagai manusia.
Misalnya, jiika seseorang kehilangan haknya untuk men dapat
sandang pangan yang layak, maka akan berakibat pada
hilangnya hak untuk hidup. Ketiga, tesier, yakni hak yang
tingkatnanya lebih rendah dibanding dua hak sebelumnya.
Konsep Islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber
utama ajaran Islam, yakni Qur’an dan Hadits. Sedangkan
implementasi HAM dapat dijumpai pada praktik kehidupan sehari
– hari Nabi Muhammad SAW, yang dikenal sebagai sunnah
(tradisi) Nabi Muhammad SAW. Tonggak sejarah peradaban Islam
sebagai agama HAMadalah lahirnya deklarasi Nabi Muhammad di
Madinah yang bisas dikenal dengan Piagam Madinah.
14
Terdapat dua prinsip pokok HAZM dala Piagam Madinah.
Pertama, semua pemeluk Islam adalah satu umat walaupun
mereka berbeda suku bangsa. Kedua, hubungan antara
komunitas muslim dan non-muslim didasarkan pada prinsip –
prinsip: (1) berinteraksi secara baik dengan sesama tetangga, (2)
saling membantu dalam menghadapi musuh bersama; (3)
membela mereka yang teraniaya; (4) saling menasihati; (5)
menghormati kebebasan beragama. Pandangan inklusif
kemanusiaan Piagam Madinah kemudian menjadi semangat
deklarasi HAM di Kairo, deklarasi ini dikenal dengan nama
Deklarasi Kairo yang lahir pada 5 Agustus 1990.
Disemangati oleh pesan inklusif Piagam Madinah, lahirnya
Deklarasi Kairo mengandung ketentuan HAM sebagai berikut: (1)
Hak persamaan dan kebebasan; (2)Hak hidup; (3) Hak
perlindungan diri; (4) Hak kehormatan pribadi; (5) Hak
berkeluarga; (6) Hak kesetaraan wanita dengan pria; (7) Hak
anak dari orang tua; (8) Hak mendapatkan pendidikan; (9) Hak
kebebasan beragama; (10) Hak kebebasan mencari suaka; (11)
Hak memperoleh pekerjaan; (12) Hak memperoleh perlakuan
sama; (13) Hak kepemilikan, dan (14) Hak tahanan dan
narapidana.
Islam dan Gender
Dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa
gender adalah suat konsep kultural yang berkembang di
masyarakat yang berupaya membuat perbedaan peran, perilaku,
mentalitas, dan karakter emosional antara laki – laki dan
permepuan. Perbedaan tersebut sudah lama melekat dalam
pandangan umum masyarakat sehingga melahirkan anggapan
bahwa perbedaan peran tersebut sebagai sesuatu yang bersifat
kodrati dan menimbulkan ketimpangan pola hubungan dan peran
sosial antara laki – laki dan perempuan. Konsep budaya yang
15
telah dianggap sebagai sesuatu yang kodrati tesebut dapat
dilihat pada anggapan umum, misalnya bahwa perempuan
identik dengan urusan rumah tangga semata, sedangkan laki –
laki sebaliknya, identik dengan pengelola dan penanggung jawab
urusan ekonomi.
Ketimpangan ini terjadi karena adanya aturan, tradisi, dan
hubungan timal balik yang menentukan batas antara feminitas
dan masklinitas sehingga mengakibatkan adanya pembagian
peran, dan kekuasaan antara laki – laki dan perempuan. Dalam
kehidupan sosial misalnya, berkembang anggapan baha
kedudukan laki – laki lebih tinggi daripada perempuan, karena
laki – laki dianggap lebih cerdas, kuat, dan tidak emosaional.
Semua anggapan superioritas laki – laki tidak lain merupakan
produk budaya belaka. Produk atau konstruk budaya tentang
gender tersebut telah melahirkan ketidak adilan gender.
Ketidakadilan gender dapat dilihat dalam berbagai bentuk:
1. Marginalisasi perempuan, yakni pengucilan perempuan
dari kepemilikan akses, fasilitas dan kesempatan
sebagaimana yang dimiliki laki – laki. Misalnya,
kesempatan perempuan untuk meneruskan sekolah ke
jenjang lebih tinggi cenderung lebih kecil ketimbang laki –
laki. Di sektor pekerjaan, marginalisasi ini biasanya
ditemukan dalam bentuk pengucilan perempuan dari jenis
pekerjaan tertentu; peminggiran perempuan kepada jenis
pekerjaan yang tidak stabil, berupah rendah, dan kurang
mengandung ketrampilan; pemusatan perempuan pada
jenis pekerjaan tertentu (feminisasi pekerjaan), dan
pembedaan upah perempuan.
2. Penempatan perempuan pada posisi tersubordinasi, yakni
menempatkan perempuan pada prioritas yang lebih rendah
dari laki – laki. Kasus iseperti ini kerap terjadi dalam hal
16
pekerjaan, sehingga perempuan sulit memperoleh
kesempatan mendapatkan posisi sejajar dengan laki –laki.
3. Stereotipisasi perempuan, yakni pencitraan atas
perempuan yang berkonotasi negatif. Dalam banyak kasus
pelecehan seksual, misalnya perempuan sering kali
dijadikan penyebab karena pencitraan mereka yang suka
bersolek dan penggoda.
4. Kekerasan tehadap perempuan. Kekerasan ini timbul
akibat anggapan umum bahwa laki – laki pemegang
supremasi dan domiansi atas semua sektor kehidupan.
5. Beban kerja yang tidak propsional. Pandangan bahwa
perempuan sebagai makhluk Tuhan kelas dua yang
dibentuk oleh dominasi laki –laki pada akhirya
memarginalkan peran perempuan yang seharusnya
diperlakukan oleh manusia yang memiliki kesamaan hak
dan kewajiban. Pandangan ini tidak saja meminggirkan
peran perempuan tetapi juga ketidakadilan beban kerja
atas perempuan: selain menjalani fungsi reproduksi seperti
hamil, melahirkan, dan menyusui, perempuan juga
dibebani pekerjaan domestik lainnya seperti memasak,
mengurus keluarga, dan sebagainya.
Dalam hal pembahasan kasus ini, penulis sengaja
mengangkat tentang gender, karena kasus perdagangan anak
kebanyakan anak perempuan dikarenakan nilai investasi yang
lebih menjanjikan. Dalam pandangan dari segi gender terhadap
perempuan dengan laki – laki sangat banyak persamaan dengan
kasus yang berkembang saat ini mulai dari penjualan anak di
bawah umur, prostitusi, pelecehan seksual maupun pelanggaran
– pelanggran HAM lainnya, perempuan lah yang sering tekena
dampaknya atau menjadi korban.
17
Islam dan Hak Anak
Dalam Islam, anak bukan hanya merupakan anugerah, tetapi
juga amanat yang harus dijaga dan dicukupi kebutuhannya oleh
orang tua. Anak sebagai anugerah karena dengan adanya anak
tujuan berkeluarga sebagai penyambung generasi akan tecapai,
kebanggan orang tua ketika anak mencapai suatu harapan atau
cita – cita yang luhur, orang tua pun akan mendapat kemuliaan
dari anak. Dan harapan orang tua ketika sudah udzur dan tak
dapat lagi bekerja, anaklah yang harus mengganti posisi orang
tua. Serta harapan ketika orang tua telah meninggal dengan
harapan lantunan do’a anak untuk orang tuanya.
Tetapi anak juga amanat, yang harus senantiasa dijaga
keselamatannya, kehormatannya juga hak – haknya. Karena ada
hak – hak bagi anak yang harus dipenuhi oleh orang tuanya.
Semisal sandang, pangan maupun biaya lainnya harus dipenuhi
orang tua selama anak belum dirasa dapat mencari nafkahnya
sendiri. Begitupun tetntang pendidikan. Dimana sebagai manusia
anak pun mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang
layak, maka sebagai orang tua, tidak sepatutnya merampas hak
belajar anak karena belajar adalah kebutuhan primer setelah
sandang pangan dan papan bagi si anak dengan memaksanya
untuk bekerja pada waktu – waktu yang efektif untuk belajar
sebagai pada jam – jam sekolah, bahkan dengan menyuruhnya
berhenti bersekolah.
Dan selanjutnya, setiap anak di muka bumi ini kita yakin suka
akan permainan, petualangan dsb. Karena dengan bermain anak
dapat mengisi waktunya dengan gembira dan bahagia bersama
teman – teman sebayanya. Dan sebagai orang tua, tidak boleh
merenggut hak tesebut karena alasan bekerja.
Oleh karena itulah Islam sebagai agama yang mengajarkan
tentang menyayangi anak, melarang orang tua untuk
18
mempekerjakan anak diluar kemampuan, dan mewajibkan beban
biaya untuk pendidikan anak kepada kedua orang tuanya.
Pengaruh tebesar dalam menanggulangi/mengurangi perilaku
mempekerjakan dan pedagangan anak di bawah umur adalah
dar pemerintah. Untuk menunjang masalah ekonomi dalam
kehidupan masyarakat. Hal yang paling bagus yang harus
diberikan adalah penyuluhan dalam hal pertanian dan
pendidikan. Karena mayoritas penduduk di daerah pedesaan
adalah petani, dan seharusnya dari Dinas Pertanian ataupun
pihak terkait meneliti tanaman apa yang sesuai dan berpotensi
di daerah tertentu sehingga penduduk setempat dapat
memperoleh hasil panen yang lebih baik dan pangsa pasar yang
lebih tinggi, sehingga tingkat ekonomi penduduk akan lebih baik
dan dapat menyekolahkan anaknya dan tidak lagi merampas hak
anak untuk belajar dan bermain, serta bagi anak perempuan
tidak lagi harus bekerja di kota yang menyebabkan ia terjerumus
dalam perdagangan anak dan bahkan prostitusi.
Dan berikutnya adalah pendidikan. Pendidikan baik kepada
orang tua maupun si anak karena kebanyakan anak di bawah
umur yang dipekerjakan adalah karena orang tuanya pun buta
akan pendidikan juga tidak mengerti akan pentingnya
pendidikan. Wajib belajar 9 tahun yang telah dicanangkan
pemerintah haruslah lebih digiatkan lagi, dan untuk keluarga
yang kurang mampu program bantuan orang tua asuh sangatlah
tepat untuk membantu menyekolahkan anaknya.
Tapi masyarakat pedesaan umumnya masih enggan untuk
mendorong anaknya untuk mealnjutkan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi. Sebaliknya mereka lebih suka jika
anaknya membantu pekerjaan di sawah ataupun ladang
meskipun pemerintah sudah mencanangkan program BOS
(Bantuan Operasional Sekolah) namun para orang tua masih
enggan membiarkan anaknya pergi ke sekolah. Hal ini
19
disebabkan karena kurangnya wawasan orang tua akan
pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya maupun
keluarga. Juga kurangnya penyuluhan oleh pemerintah setempat
akan pentingnya pendidikan bagi anak usia sekolah. Inilah
kendala yang harus dihadapi oleh masyarakat yang berada di
pedesaan yang terpencil juga jauh dari akses informasi.
Di pedesaan juga masih sangat kental sekali dengan kultur
budaya yang sudah ada sejak jaman terdahulu. Tapi yang sangat
disayangkan budaya yang tidak bagus pun berimplikasi dengan
pola kehidupan masyarakat. Umumnya masyarakat awam sangat
sulit diberi pengertian dan arahan yang sifatnya membantu,
tetapi justru mereka anggap mempersulit dan mengatur hidup
masyarakat tersebut.
Pada intinya, anaklah yang menjadi korbandari
ketidakpahaman orang tua. Kalau tidak ada pengarahan dan
penyuluhan yang serius dari pemerintah untuk ksus ini, rasanya
sangat sulit untuk bangsa ini untuk mengurangi kasus tentang
mempekerjakan anak di bawah umur dan perdagangan anak di
bawah umur, apalagi untuk menghentikannya maupun misi
pengentasan kemiskinan yang sudah menjadi tradisi di
masyarakat pedesaan.
Karena tidak meratanya sistem pembangunan di negara ini
dan atas semua jaminan akan hak asasi manusia (HAM) sebagai
masyarakat sipil. Dan berimbas kepada generasi penerus yang
buta akan pendidikan akan menghambat lajunya pembangunan
di Indonesia. Dan akan terus belangsung tradisi mempekerjakan
dan perdagangan anak di bawah umur.
20
Kesimpulan
Dengan merebaknya kasus yang beredar tentang
perdagangan manusia khususnya anak di bawah umur, dapat
kita simpulkan bahwa kehidupan anak – anak di daerah
pedesaan masih jauh dari rasa kenyamanan dan kelayakan
sebagaimana kehidupan anak – anak pada umumnya. Hal
tersebut dikarenakan berbagai faktor yang ada pada kehidupan
masyarakat pedesaan, diantaranya tingkat ekonomi yang
memprihatinkan sehingga merelakan anaknya untuk bekerja
keluar kota atau merantau tanpa ada dasar pengetahuan yang
cukup, sehingga mungkin mereka tejebak pada praktek
pedagangan manusia yang melanggar hak – hak mereka sebagai
manusia yang wajib dilindungi dan dihormati. Khususnya anak
perempuan yang lebih rentan lagi karena anggapan nilai jualnya
yang lebih tinggi.
Dan juga fakta yang berbicara bahwa kebanyakan anak usia
sekolah di daerah pedesaan yang tidak melanjutkan sekolah dan
lebih memilih bekerja untuk membantu ekonomi keluarga
meskipun tak jarang yang merasa tepaksa. Kita dapat simpulkan
kurangnya kesadaran si anak akan pentingnya pendidikan untuk
masa depannya, dan kurangnyan wawasan orang tua bahwa
anak mereka mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan
yang layak. Juga kurangnya pengertian agama yang telah
mewajibkan belajar mulai dari kandungan sampai akhir hayat.
Kesemua itu tentunya pun tidak lepas dari pengaruh sosial
budaya masyarakat setempat yang tidak mungkindapat
dipecahkan hanya dengan menyalahkan orang tua dan keadaan.
Teapi memang harus mendapat perhatian khusus dari
pemerintah setempat dan tokoh masyarakat. Diharapkan
pemerintah dan tokoh masyarakat bekerja sama untuk
menanggulangi perampasan hak asasi anak dengan memaksa
bekerja sehingga menyita waktu mereka belajar. Serta
21
mangurangi kebiasaan merantau bagi keluarga yang miskin
sehingga memberikan ruang pada praktik perdagangan manusia
dan anak di bawah umur.
Pemerintah setempat dan tokoh masyarakat diharapkan
memberikan penyuluhan dan pengertian kepada masyarakat
akan HAM dan wawasan tentang pentingnya pendidikan untuk
masa depan, dan menanggulangi faktor penyebab tejadinya
perampasan hak anak dan perdagangan manusia, khususnya
anak perempuan. Faktor tersebut diantaranya ekonomi harus
dibenahi agar kehidupan masyarakat lebih baik. Kedua,
pendidikan, pendidikan adalah hak bagi anak – anak bangsa.
Dengan pendidikan anak – anak akan mendapatkan ilmu untuk
merubah kehidupannya, dan bisa memajukan desa tempat
kelahirannya. Yang ketiga, moral dan pola pikir masyarakat
pedesaan yang masih sangat sederhana, dengan mengadakan
penyuluhan dan pengajian – pengajian umum diharapkan dapat
merubah mindset atau pola pikir masyarakat akan hak – hak
asasi yang melekat pada anak mereka sehingga mereka akan
lebih mendorong anaknya untuk bersekolah dari pada bekerja.
Semua itu akan terwujud jika pemerintah dan tokoh
masyarakat dan juga masyarakat itu sendiri mau sadar dan
bekerja sama untuk memperbaiki kehidupan sehingga tidak akan
ada lagi anak yang terampas hak – haknya sebagai anak – anak.
Juga tidak ada lagi anak perempuan yang menjadi korban
perdangan manusia maupun praktik prostitusi demi membantu
ekonomi keluarga. Karena semua itu sangatlah merugikan anaki
itu sendiri, keluarga dan negara. Anak – anak haruslah
melewatkan waktunya sebagaimana anak – anak pada
umumnya, dengan bahagia.
Hak anak atas orang tua seperti yang disabdakan Nabi SAW
diantaranya ada tiga: (1) Memberikan nama yang bagus; (2)
22
Memberikan pendidikan yang layak, dan (3) Menikahkannya
ketika dewasa.
23
Daftar Rujukan
Al – Maududi, Abu A’la, 1998. Hak Asasi Manusia dalam Islam,
Jakarta:YAPI.
Ash – Shiddiqy, Teungku Muhammad Hasbi, 1999. Islam dan
HAM, Semarang: PT Pustaka Rizki Utama.
Bahar, Safroedin, 2002. Konteks Kenegaraan Hak Asasi Manusia,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Faqih, Mansour, dkk., 2003. Menegakkan Keadilan dan
Kemanusiaan: Pegangan untuk membangun Geakan HAM,
Yogyakarta: Insist Press.
Hussein, Syeikh Syaukat, 1996. Hak Asasi Manusia dalam Islam,
Jakarta: Gema Insani Press.
__________, 1999. Al – Qur’an dan Hak – hak Asasi Manusia,
Yogyakarta: PT Duta Bhakti Prima Yasa.
Nasution, Harun, dan Bahtiar Efendi, 1987. Hak Asasi Manusia
dalam Islam, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Jakarta, 2003. Pengantar Kajian
Gender, Jakarta
Sudjana, Eggi, 2002. HAM dalam Prespektif Islam: Mencari
Universalitas HAM bagi Tatanan Modernitas yang Hakiki,
Jakarta: Nuansa Madani.
Thayib, Anshari, et al, 1997. HAM dsn Pluralisme Agama,
Surabaya: Pusat Kajian Strategis dan Kebijakan.
24