Memburu Si Pembunuh Senyap -...

7
www.infoakuakultur.com Edisi No. 50/Tahun V/Maret 2019 ISSN : 2477-1147 Harga Rp. 20.000 WhatsApp Markeng 15.000 Ekor Benih Kakap dari KKP untuk Kabupaten Probolinggo Siaga AHPND Usaha Budidaya Udang Vaname di Tambak Terpal Memburu Si Pembunuh Senyap

Transcript of Memburu Si Pembunuh Senyap -...

  • www.infoakuakultur.comEdisi No. 50/Tahun V/Maret 2019

    ISSN : 2477-1147

    Harga Rp. 20.000 WhatsApp Marketing

    15.000 Ekor Benih Kakap dari KKP untuk Kabupaten Probolinggo

    Siaga AHPND

    Usaha Budidaya Udang Vaname

    di Tambak Terpal

    Memburu Si Pembunuh

    Senyap

  • www.infoakuakultur.comEdisi No. 50/Tahun V/Maret 2019

    ISSN : 2477-1147

    Harga Rp. 20.000 WhatsApp Marketing

    15.000 Ekor Benih Kakap dari KKP untuk Kabupaten Probolinggo

    Siaga AHPND

    Usaha Budidaya Udang Vaname

    di Tambak Terpal

    Memburu Si Pembunuh

    Senyap

    3Info Akuakultur | Edisi No. 50/Tahun V/Maret 2019

    Daftar Isi

    Cover : DEsaiN : Eko iNDRiyaNToFoTo : aNTo suNaRyaNTo

    BudidayaTeknologi BudidayaSudah Lengkap, Produksi Udang Merangkak .........30

    Kesehatan & Lingkungan- Pentingnya Pencegahan Penyakit Viral dan Bakteri pada Tambak Udang .................32- Good Management Practices

    dalam Budidaya Udang, Langkah Tangkal Penyebaran

    Penyakit ....................................38

    Ekonomi & BisnisGurihnya Usaha BudidayaUdang Vanamedi Tambak Terpal ..........................42

    TokohSuhendra, SE Anak Kampung Rezeki Kota .........44

    KolomPeran “Generasi Millenial” dalam Meningkatkan Perikanan Nasional ......................46

    Berita Sekilas- Pasar Ikan Muara Baru ..............48- Dinas Perikanan Pamekasan- Gelar Pelatihan Pembenihan Ikan Air Tawar ...........................48

    OrganisasiFKPA Gelar Diskusi Terkait Penyakit Udang ............................49

    InspirasiPertahanan Terbaik Menghadapi Kesulitan .................50

    Dari RedaksiEvolusi di Edisi Ke-50 .....................4

    EditorialBerdamai dengan ‘Tetangga’ .........6

    Surat Pembaca ...................................7

    Laporan Utama- Memburu Si Pembunuh Senyap ....8- Lebih Baik Mencegah, ..............14 Daripada Mati Massal ...............14

    BenihCara Aklimatisasi Penebaran Benur .........................22

    PakanMengelola Pakan Udang Anti-AHPND .................................26

    PeralatanPilah-pilih Pompa Airuntuk Tambak Udang ...................28

    8 30

    28

  • Tepat di bulan Maret 2019 ini Majalah Info Akuakultur sudah sampai ke edisi 50, artinya sudah sekitar 4 tahun majalah yang berfokus kepada perikanan budidaya ini terus memberikan informasi bermanfaat untuk seluruh stakeholders perikanan budidaya di Indonesia melaluli goresan-goresan tintanya.

    Samahalnya manusia, di usia ke 4 tahun yang sudah bisa berjalan, berlari, dan serba ingin tahu segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Majalah Info Akuakultur pun demikian, terus belajar untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik dari edisi ke edisi.

    Di edisi ke-50 ini kami jadikan momen di mana pertumbuhan dan perkembangan itu terjadi. Di mana perubahan proporsional isi dan tema, mulai edisi Maret dan seterusnya Majalah Info Akuakultur akan berfokus kepada informasi perudangan Indonesia di setiap rubrikasinya. Namun, tidak serta-merta menutup informasi seputar budidaya ikan dan lainnya, nantinya akan disesuaikan dengan kebutuhan dan isu yang berkembang.

    Tidak hanya soal proporsional isi, di era globalisasi saat ini juga menuntut segala sesuatu untuk praktis dan dinamis. Oleh sebab itu, perubahan pada Majalah Info Akuakultur juga menyentuh pada tampilan dan ukuran majalah yang sebelumnya berukuran 21cm x 28cm menjadi lebih kecil 19cm x 24cm untuk menunjang kepraktisan.

    Perubahan ini kami lakukan atas dasar masukan dan kebutuhan seluruh pembaca Majalah Info Akuakultur di Indonesia yang setia menemani hingga di usia ke-4 ini. Beri kami dukungan dan doa untuk terus menjadi jendela informasi seputar perikanan budidaya yang mecerdaskan dan bermanfaat.

    Untuk mengawali perubahan tersebut, edisi kali ini kami mengulas lengkap seputar penyakit udang acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND). Semoga informasi yang disajikan dapat memberikan manfaat.

    Selamat Membaca v

    Evolusi di Edisi Ke-50

    4 Edisi No. 50/Tahun V/Maret 2019 | Info Akuakultur

    Dari Redaksi

    Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi: Bambang Suharno

    Manager: Darmanung Siswantoro

    Redaksi : Resti SetiawatiVira Elyansyah

    Yonathan RahardjoRochim Armando

    Koordinator Liputan :Aditya Permadi

    Kontributor :Cocon

    Rochim Armando

    Artistik/Produksi : Eko Indriyanto

    Marketing : Mariyam SavitriRizky Yunandi

    Alamat Redaksi : Grand Pasar Minggu

    Jl Raya Rawa Bambu No 88APasar Minggu, Jakarta Selatan

    Telepon: 021. 782 9689

    Redaksiemail :

    [email protected] 0877 7829 6375

    Marketing email:

    [email protected] 0896 5473 3750

    Redaksi menerima artikel ilmiah populer dan artikel opini dari luar berikut foto dan ilustrasinya. Redaksi berhak menyunting naskah tanpa mengubah isi. Naskah yang

    dimuat akan mendapat imbalan.

    facebook.com/infoakuakultur

    @infoakuakultur

    www.infoakuakultur.com

    WhatsApp Marketing

    Saat sedang rapat redaksi

  • AlltechAP @AlltechAPAlltech.com

    Feeding a 100% organic mineral diet can:

    • Protection from heavy metals, PCBs and dioxins with ALLTECH Q+ program

    • Boost immunity and health status

    • Improve fertility

    • Enhance pigmentation

    • Optimize the quality and texture of meat

    • Maximize growth and FCR

    What if minerals could offer more with less?Modern aquaculture production needs a modern approach to mineral supplementation.

    The Alltech Mineral Management Program focuses on organic trace minerals that are better absorbed, stored and utilized by the animal.

    Alltech has proven that modern management of mineral nutrition can be carried out by inclusion at significantly lower levels, while also improving performance.

    We call this innovation Total Replacement Technology (TRT). Setting the new standard for aquaculture with BIOPLEX®, SEL-PLEX® and Alltech ECONOMASE®.

    Alltech Biotechnology Corporation

    16th Floor, Tower Two | Insular Life Corporate Centre | Insular Life Drive Filinvest Corporate City | Alabang 1781 Muntinlupa City | PhilippinesTel: +63 2 846 0677 | Fax: +63 2 807 1854

    PT Alltech Biotechnology Indonesia

    18 Office Park, 25th FloorJalan TB Simatupang, No. 18, Kebagusan Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520Phone: 021-22783555

  • 30 Edisi No. 50/Tahun V/Maret 2019 | Info Akuakultur

    Budidaya

    Penanggung jawab kegiatan ini Dr. Tarunamulia, ST., M.Sc mengatakan, kajian ini akan berlangsung di kawasan pertambakan yang terpilih di kecamatan Lanrisang dan kecamatan Mattiro Sompe.

    “Secara bertahap kegiatan ini kita akan prioritaskan di kelurahan Lanrisang, desa Waetuoe kecamatan Lanrisang serta desa Patobong kecamatan Mattiro Sompe,” ungkap Tarunamulia. Tim peneliti BRPBAP3 Maros yang terlibat antara lain Prof. Dr. Ir. A. Akhmad Mustafa, MP dan Hasnawi, S.Kel, M.Si.

    Dijelaskan Taruna tentang latar belakang dilakukan penelitian ini, tingkat produksi dan produktivitas hasil perikanan khususnya komoditas udang tambak di Pinrang belum

    sebesar di era tahun 1990-an. Padahal sudah banyak rekomendasi teknologi hasil penelitian yang telah disosialisasikan dan didesiminasikan baik dari lembaga pemerintah maupun swasta.

    Rekomendasi teknologi terse-but antara lain Better Management Practices (BMPs) yang diperkenalkan oleh Network of Aquaculture Centres in Asia-Pacific (NACA) pada tahun 2011. Teknologi tersebut tentang konsep un-tuk menurunkan risiko serangan penya-kit terutama virus dan mengantisipasi masalah lingkungan lainnya.

    Kemudian teknologi BMPs diadaptasikan di tingkat lapangan dengan istilah Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB). Istilah CBIB tersebut telah ditetapkan dalam Kepmen KP No. 02

    tahun 2007 dan Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya No. 65 tahun 2015.

    Tarunamulia menjelaskan, BMPs atau CBIB meliputi proses identifikasi faktor risiko hingga pada pengembangan praktek-praktek pengelolaan risiko. Hasil studi terkini menunjukkan bahwa CBIB ini hanya bisa sukses dan optimal dilaksanakan jika dipadukan dengan konsep pengelolaan lahan berbasis kluster.

    Konsep pengelolaan kluster (cluster management) telah terbukti sukses dalam memperbaiki pengelolaan akuakultur terutama pada berbagai negara yang sedang berkembang terutama di Asia.

    “Pendekatan ini memfasilitasi operasional kelompok-kelompok

    Kelompok peneliti sumber daya lahan dan lingkungan budidaya, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros tahun 2019 akan

    melakukan kajian tentang efektifitas aplikasi dan tingkat adopsi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) berbasis klaster pada tambak tradisional di kabupaten Pinrang.

    Teknologi Budidaya Sudah Lengkap,

    Produksi Udang

    MerangkakPembudidaya saat melakukan penebaran benur windu

    FOTO

    -FO

    TO: a

    BD

    ul

    Sa

    laM

    aTJ

    O

  • 31Info Akuakultur | Edisi No. 50/Tahun V/Maret 2019

    atau organisasi pembudidaya yang menggabungkan aksi kolektif para pembudidaya skala kecil untuk mengatasi berbagai tantangan kebutuhan pasar bebas, ketahanan pangan, food safety, akses teknologi dan akses perbankan,” katanya.

    “Karena itu kami ingin mengetahui dan memberi solusi sejauh mana tingkat adopsi dan efektifitas teknologi hasil penelitian yang selama ini sudah dilempar ke masyarakat pembudidaya di lapangan,” tambah Tarunamulia.

    Menurutnya, secara nasional potensi lahan untuk budidaya tambak air payau di Indonesia hingga tahun 2011 tercatat sebesar 2.963.717 ha, namun baru dapat dimanfaatkan sekitar 23% (682.857 ha) (KKP, 2011).

    Lahan yang telah dimanfaatkan tersebut juga masih memiliki variasi produksi dengan tingkat produktivitas yang rendah. Selain kondisi peman-faatan dan tingkat produktivitas lahan tambak yang rendah, hasil riset 10 tahun terakhir dari BRPBAP3 Maros, secara umum menujukkan adanya berbagai kendala teknis pengelolaan kawasan tambak di sentra-sentra produksi udang di Indonesia.

    Hal ini menurut Tarunamulia antara lain disebabkan karena pengelolaan lahan tambak dikelola secara individual dan proses bimbingan teknis budidaya yang masih bersifat parsial dan cenderung tidak terkoordinasi. Sehingga kelebihan dan kekurangan dari teknologi yang diterapkan juga hanya dapat diketahui secara individu atau oleh kelompok-kelompok petambak tertentu.

    Rangkaian penelitian selain melakukan observasi langsung untuk

    pengumpulan data kualitas lingkungan tambak kegiatan riset ini juga akan melakukan wawancara dan Focus Group Discussion (FGD) pada klaster tambak terpilih.

    FGD tersebut akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan perikanan budidaya antara lain Dinas Perikanan, Balai Budidaya dan Balai Riset, penyuluh per-ikanan, pedagang pengumpul, LSM, pengelola lingkungan, peng usaha besar (eksportir) dan kelompok pembudidaya udang/ikan.

    Menurut Penyuluh Perikanan Kabupaten Pinrang, Abdul Salam Atjo, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi CBIB bagi pembudidaya udang di Pinrang, peneliti akan memanfaatkan perpaduan konsep Theory of Planned Behaviour (TPB) dan Technology Acceptance Model (TAM).

    Kedua pendekatan tersebut, kata Tarunamulia, selama ini terbukti efektif diterapkan di dunia industri. “Hasil dari kegiatan riset ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan rekomendasi untuk mendukung sistem budidaya tambak kepadatan rendah (ekstensif/tradisional plus) yang berkelanjutan,” pungkasnya. v (Adit/Resti)Peneliti dari BRPBAP3 Maros survei pemetaan tambak

    Panen Udang Windu