Membentuk manusia bertakwa

4
1. Membentuk manusia bertakwa, yaitu manusia yang patuh dan takwa kepada Allah dalam menjalankan ibadah dengan menekankan pembinaan kepribadian muslim yakni pembinaan akhlakul karimah; 2. Melahirkan para agamawan yang berilmu. Bukan para ilmuwan dalam bidang agama, artinya yang menjadi titik tekan PAI di PTN adalah pelaksanaan agama di kalangan calon para intelektual yang ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku mahasiswa ke arah kesempurnaan akhlak; 3. Tercapainya keimanan dan ketakwaan pada mahasiswa serta tercapainya kemampuan menjadikan ajaran agama sebagai landasan penggalian dan pengembangan disiplin ilmu yang ditekuninya. Oleh sebab itu, materi yang disajikan harus relevan dengan perkembangan pemikiran dunia mereka; 4. Menumbuhsuburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam pelbagai kehidupan peserta didik yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah, taat pada perintah Allah dan Rasul-Nya. 5. Dari beberapa uraian di atas, jelaslah bahwa keberadaan Mata Kuliah PAI di Perguruan Tinggi adalah sangat penting, yang mana bertujuan membina kepribadian mahasiswa secara utuh dengan harapan bahwa kelak akan menjadi ilmuwan yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, dan mampu mengabdikan ilmunya untuk kesejahteraan umat manusia. DEFINISI IJTIHAD Ijtihad adalah sumber ajaran Islam setelah Al-Quran dan Hadits. Ijtihad berasal dari kata ijtahada , artinya mencurahkan tenaga, memeras pikiran, berusaha keras, bekerja semaksimal mungkin. Secara terminologis, Ijtihad adalah berpikir keras untuk menghasilkan pendapat hukum atas suatu masalah yang tidak secara jelas disebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Pelakunya disebut Mujtahid d i bawahnya adalah Muttabi’ dan Muqallid 1. Muttabi’ artinya mengikuti fatwa atau ijma’ secara kritis, yakni berusaha memikirkan, menimbang-nimbang, dan membandingkannya dengan fatwa lain, lalu memilih mana yang dianggap paling benar. Pekerjaan Muttabi’ disebut Ittiba’. 2. Muqallid artinya mengikuti sebuah fatwa apa adanya sebagai hal yang wajib ditaati atau diikuti, dengan tidak menggunakan pertimbangan rasio dan tidak berusaha mengetahui sumber fatwa itu dikeluarkan. Pekerjaan Muqallid disebutTaklid. Pekerjaan demikian tercela dalam ajaran Islam karena Islam mengajarkan penggunaan potensi akal seoptimal mungkin.

description

Membentuk manusia bertakwa

Transcript of Membentuk manusia bertakwa

1. Membentuk manusia bertakwa, yaitu manusia yang patuh dan takwa kepada Allah dalam menjalankan ibadah dengan menekankan pembinaan kepribadian muslim yakni pembinaan akhlakul karimah;2. Melahirkan para agamawan yang berilmu. Bukan para ilmuwan dalam bidang agama, artinya yang menjadi titik tekan PAI di PTN adalah pelaksanaan agama di kalangan calon para intelektual yang ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku mahasiswa ke arah kesempurnaan akhlak;3. Tercapainya keimanan dan ketakwaan pada mahasiswa serta tercapainya kemampuan menjadikan ajaran agama sebagai landasan penggalian dan pengembangan disiplin ilmu yang ditekuninya. Oleh sebab itu, materi yang disajikan harus relevan dengan perkembangan pemikiran dunia mereka;4. Menumbuhsuburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam pelbagai kehidupan peserta didik yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah, taat pada perintah Allah dan Rasul-Nya. 5. Dari beberapa uraian di atas, jelaslah bahwa keberadaan Mata Kuliah PAI di Perguruan Tinggi adalah sangat penting, yang mana bertujuan membina kepribadian mahasiswa secara utuh dengan harapan bahwa kelak akan menjadi ilmuwan yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, dan mampu mengabdikan ilmunya untuk kesejahteraan umat manusia.

DEFINISI IJTIHADIjtihad adalah sumber ajaran Islam setelah Al-Quran dan Hadits.Ijtihad berasal dari kataijtahada, artinya mencurahkan tenaga, memeras pikiran, berusaha keras, bekerja semaksimal mungkin. Secara terminologis, Ijtihad adalah berpikir keras untuk menghasilkan pendapat hukum atas suatu masalah yang tidak secara jelas disebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Pelakunya disebutMujtahid di bawahnya adalahMuttabidanMuqallid1. Muttabiartinya mengikuti fatwa atau ijma secara kritis, yakni berusaha memikirkan, menimbang-nimbang, dan membandingkannya dengan fatwa lain, lalu memilih mana yang dianggap paling benar. Pekerjaan Muttabi disebutIttiba.2. Muqallidartinya mengikuti sebuah fatwa apa adanya sebagai hal yang wajib ditaati atau diikuti, dengan tidak menggunakan pertimbangan rasio dan tidak berusaha mengetahui sumber fatwa itu dikeluarkan. PekerjaanMuqalliddisebutTaklid. Pekerjaan demikian tercela dalam ajaran Islam karena Islam mengajarkan penggunaan potensi akal seoptimal mungkin.

MENGAPA HARUS ADA IJTIHADSebagaimana diakui oleh Nabi dalam hadits Mua'ad bin Jabal di atas, bahwa ada kemungkinan Quran dan hadits tidak menyebut secara langsung sejumlah kasus hukum dan solusinya. Dalam konteks ini maka pintu ijtihad terbuka bagi mereka yang memiliki pemahaman ilmu agama yang diperlukan. Tujuannya: untuk memberi solusi hukum bagi masyarakat Islam di setiap zaman dan generasi yang berbeda.

SYARAT-SYARAT IJTIHAD & ORANG YANG DAPAT MENJADI MUJTAHIDPara ulama sepakat bahwa ijtihad boleh dilakukan oleh ahlinya yang memenuhi persyaratan keilmuan seorang mujtahid. Beberapa persyaratan keilmuan seorang mujtahid yang tersebut dalam kitab-kitab ushul adalah sebagai berikut:

1. Islam, berakal sehat, dewasa (baligh).2. Menguasai nash (teks) Al-Quran yang berkaitan dengan hukum yang sering disebut ayat ahkam. Jumlahnya sekitar 500 ayat.3. Mengetahui hadits-hadits yang terkait dengan hukum .4. Mengetahui masalah hukum yang sudah menjadi ijmak (kesepakatan) ulama dan yang masih terjadi khilaf/ikhtilaf (perbedaan) di antara fuqoha (ulama fiqih). Tujuannya agar tidak mengeluarkan fatwa yang bertentangan dengan ijmak atau mengaku ijmak pada hukum yang bukan ijmak atau mengeluarkan pendapat baru yang belum terjadi.5. Mengetahui qiyas karena qiyah adalah rujukan ijtihad dan awal dari pendapat. Dari qiyas muncul produk hukum. Orang yang tidak mengetahui qiyas tidak memungkinkan melakukan pengambilan hukum (instinbt al-hukmi).6. Harus menguasai bahasa Arab dan konteks pembicaraannya sehingga dapat membedakan antara hukum-hukum yang pemahamannya harus merujuk pada bahasa, seperti kalam sharih (teks eksplisit) dan teks faktual (dzahirul kalam), ringkasan (mujmal) dan detail, umum dan khusus, pengertian hakikat dan majaz (kiasan).7. Mengetahui nasikh dan mansukh baik yang terdapat dalam Quran maupun hadits sehingg tidak membuat produk hukum berdasar pada nash (teks) yang sudah dimansukh.8. Mengetahui keadaan perawi hadits dalam segi kekuatan dan kelemahannya. Membedakan hadits sahih dari yang dhaif atau maudhu', yang maqbul (diterima) dari yang mardud (tertolak).9. Memiliki kecerdasan dan kemampuan dalam bidang pengembilan hukum yang dihasilkan dari pembelajaran dan pendalaman dalam masalah dan studi hukum syariah.10. Adil. Dalam arti bukan fasiq. Fasiq adalah orang yang pernah melakukandosa besaratau terus-menerus melakukan dosa kecil.

Al-Haditsialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan, taqrir, dan sebagainya.

Bentuk-bentuk Hadis:Dari segi sampai tidaknya kepada Nabi, Hadis dibagi menjadi tiga:1. Hadis Marfu: yaitu hadis yang periwayatannya sampai kepada nabi2. Hadis Mauquf: yaitu hadis yang periwayatannya hanya sampai pada sahabat3. Hadis Maqtu: yaitu hadis yang periwayatannya hanya sampai pada Tabiin.Berdasarkan pengertiannya, maka yang termasuk kategori hadis yang dapat digunakan sebagai sumber ajaran Islam adalah Hadis Marfu. Sedangkan Hadis Mauquf hanya menempati tingkatan Khabar dan Hadis Maqtu hanya merupakan Atsar.

Ditinjau dari segi isinya, Hadis dibagi menjadi tiga:1. Hadis qauly: hadis yang isinya berupa perkataan atau ucapan Nabi2. Hadis fily: hadis yang isinya berupa pebuatan Nabi yang dideskripsikan oleh sahabat3. Hadis taqriry: hadis yang isinya berupa ketetapan tindakan NabiDiantara ketiga bentuk hadis tersebut hadis qauly menempati kedudukan tertinggi, baru kemudian dibawahnya hadis fily. Hadis taqriry merupakan bentuk hadis yang terlemah.

Unsur-Unsur dalam Hadis: Sanad: yaitu mata rantai periwayatan yang menghubungkan antara penulis hadis dengan generasi di atasnya hingga sampai kepada Nabi Matan: yaitu redaksi atau bunyi dari sebuah hadis Rawi: yaitu para periwayat hadis yang terdapat dalam rangkaian sanad

Kedudukan Hadis:Hadis adalah sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Quran. Artinya Hadis menjadi dasar dan dalil bagi aturan-aturan (baik dalam masalah aqidah, hukum, maupun etika) dalam ajaran.Pengertian IbadahMenurut bahasa >> Menyembah, mengabdi, bakti dan menghambakan diriMenurut istilah >> Melakukan suatu pekerjaan tertentu yang sesuai dengan ajaran agama dan tidak mengharapkan suatu imbalan apapun selain mengharap ridha Allah SWT semata.

Ibadah ada 2 macam1. Ibadah mahdah, yaitu pekerjaan ibadah yang lengsung berhubungan dengan Allah SWT.2. Ibadah gair mahdah, yaitu pekerjaan ibadah yang membutuhkan keterlibatan orang lain.

Apa contohnya ?Ibadah mahdoh Sholat, PuasaIbadah gair mahdoh Zakat, Infaq , sadaqah

Tasawuf adalah proses pendekatan diri pada Allah dengan cara mensucikan hati sesuci - sucinya. Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk.Jadi kaitan / hubungan tasawuf dengan akhlak yaitu bahwa orang yang suci hatinya akan tercermin dalam air muka dan perilakunya yang baik. Selain itu, Akhlak dan tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia. Sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertikal antara manusia dengan tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.

contoh contoh akhlak tersebut 1. Akhlak terhadap Allah Subhannahu wa Ta'ala.a. Al-Hubb, yaitu mencintai Allah Subhannahu wa Ta'ala melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan mempergunakan firman-Nya dalam Al-Quran sebagai pedoman hidup dan kehidupan; Kecintaan kita kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala diwujudkan dengan cara melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.b. Al-Raja, yaitu mengharapkan karunia dan berusaha memperoleh keridhaan Allah.c. Tawakal berserah diri kepada Allah.

2. Akhlak terhadap Manusia.a. Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad Shallallahu'Alaihi Wasallam).b. Akhlak terhadap Orang Tua (birrul walidain)c. Akhlak terhadap Diri Sendiri.d. Akhlak terhadap Keluarga.e. Akhlak terhadap Tetangga.f. Akhlak terhadap Masyarakat.g. Akhlak terhadap Lingkungan Hidup.