Membantu Matapencaharian Dalam Pemulihan Pascabencana

7
Membantu Matapencaharian dalam Pemulihan Pascabencana 1.1. Konsep Pemulihan Matapencaharian Pendekatan Matapencaharian berkelanjutan Matapencaharian berkelanjutan/sustainable livelihood dicapai melalui akses terhadap beragam sumberdaya yang diperlukan matapencaharian (alam, ekonomi, manusia dan modal sosial) yang dikombinasikan dalam rangka pencapaian strategi matapencaharian yang berbeda (intensifikasi pertanian, diversifikasi matapencaharian dan migrasi). Inti dari kerangka kerja ini adalah analisis mengenai kisaran organisasi formal dan informal serta faktor-faktor institusional yang mempengaruhi hasil dari pendekatan matapencaharian berkelanjutan. Landasan dari matapencaharian berkelanjutan yang tahan bencana terletak pada pengembangan basis aset penting dari setiap kelompok masyarakat, yaitu sumberdaya keuangan, infrastruktur matapencaharian, jejaring sosial, sumberdaya alam (tanah, air , dan hutan) dan struktur pemerintahan untuk mengangkat komunitas keluar dari jerat kemiskinan dan mengurangi risiko bencana. Pada setiap tahapan, kegiatan untuk menciptakan masyarakat tangguh bencana selalu mengambil preseden, tujuannya adalah untuk menjangkau beragam status sosial hingga tingkatan terendah dan termarjinalkan/berisiko dan memperhatikan isu-isu mengenai gender, ketidakadilan, dan konflik sosial lainnya. (Duryog Nivaran dan Practical Action 2005) Pemulihan Perikehidupan yang Berfokus pada Kemiskinan Pengentasan kemiskinan sebagai alat untuk mengurangi kemiskinan akan menunjukkan bahwa pemerintah akan mengikutsertakan Pengurangan Risiko Bencana/PRB dalam berbagai rencana dan kebijakan yang dihasilkan dari departemen-departemen yang berurusan dengan perencanaan nasional, keuangan, dan badan perencanaan di tingkat provinsi dan akan mengawasi

Transcript of Membantu Matapencaharian Dalam Pemulihan Pascabencana

Page 1: Membantu Matapencaharian Dalam Pemulihan Pascabencana

Membantu Matapencaharian dalam Pemulihan Pascabencana

1.1. Konsep Pemulihan Matapencaharian

Pendekatan Matapencaharian berkelanjutan

Matapencaharian berkelanjutan/sustainable livelihood dicapai melalui

akses terhadap beragam sumberdaya yang diperlukan matapencaharian (alam,

ekonomi, manusia dan modal sosial) yang dikombinasikan dalam rangka

pencapaian strategi matapencaharian yang berbeda (intensifikasi pertanian,

diversifikasi matapencaharian dan migrasi). Inti dari kerangka kerja ini adalah

analisis mengenai kisaran organisasi formal dan informal serta faktor-faktor

institusional yang mempengaruhi hasil dari pendekatan matapencaharian

berkelanjutan. Landasan dari matapencaharian berkelanjutan yang tahan

bencana terletak pada pengembangan basis aset penting dari setiap kelompok

masyarakat, yaitu sumberdaya keuangan, infrastruktur matapencaharian,

jejaring sosial, sumberdaya alam (tanah, air , dan hutan) dan struktur

pemerintahan untuk mengangkat komunitas keluar dari jerat kemiskinan dan

mengurangi risiko bencana. Pada setiap tahapan, kegiatan untuk menciptakan

masyarakat tangguh bencana selalu mengambil preseden, tujuannya adalah

untuk menjangkau beragam status sosial hingga tingkatan terendah dan

termarjinalkan/berisiko dan memperhatikan isu-isu mengenai gender,

ketidakadilan, dan konflik sosial lainnya. (Duryog Nivaran dan Practical Action

2005)

Pemulihan Perikehidupan yang Berfokus pada Kemiskinan

Pengentasan kemiskinan sebagai alat untuk mengurangi kemiskinan akan

menunjukkan bahwa pemerintah akan mengikutsertakan Pengurangan Risiko

Bencana/PRB dalam berbagai rencana dan kebijakan yang dihasilkan dari

departemen-departemen yang berurusan dengan perencanaan nasional,

keuangan, dan badan perencanaan di tingkat provinsi dan akan mengawasi “

Page 2: Membantu Matapencaharian Dalam Pemulihan Pascabencana

level of mainstreaming” dengan melibatkan indikator-indikator yang relevan. Ini

berarti bahwa pengentasan kemiskinan, pembangunan pedesaan; pembangunan

infrastruktur, dan dokumen-dokumen perencanaan fisik, policy paper, dan

strategi implementasi akan mengikutsertakan PRB didalamnya (termasuk aspek

lingkungan dan ekologi). Pada dasarnya rencana-rencana ini harus tahan

bencana; mengikutsertakan pengurangan risiko merupakan fondasi penting yang

membentuk landasan dari rencana/kebijakan. Rencana-rencana harus

bermaksud mengurangi risiko -secara ekonomi, sosial, dan geografis- lebih

penting lagi tidak menciptakan kondisi-kondisi untuk terbentuknya risiko lain

(Nivaran Duryog, 2009).

1.2. Prinsip-Prinsip Pemulihan Matapencaharian Berkelanjutan

Inti dari pendekatan matapencaharian adalah suatu susunan prinsip-

prinsip yang menggarisbawahi praktik terbaik dalam setiap intervensi

pembangunan. Prinsip-prinsip berikut menggarisbawahi pendekatan

matapencaharian berkelanjutan yang dilakukan oleh Departement For

International Development(DFID) dan lembaga lainnya

(a). Berintikan masyarakat/people centered; fokus kepada prioritas-prioritas

masyarakat miskin, memahami perbedaan antar kelompok masyarakat

dan bekerja bersama mereka dengan suatu cara yang sesuai bagi strategi

matapencaharian mereka, lingkungan sosial dan kemampuan untuk

menyesuaikan diri pada level praktis, ini berarti bahwa pendekatan :

Dimulai dengan analisis mengenai matapencaharian masyarakat

dan bagaimana semua itu berubah seiring waktu;

Melibatkan masyarakat secara penuh dan menghargai pendapat

mereka;

Fokus kepada dampak dari beragam kebijakan dan kesepakatan

institusional mengenai masyarakat/rumahtangga juga terhadap

dimensi-dimensi kemiskinan yang mereka definisikan;

Page 3: Membantu Matapencaharian Dalam Pemulihan Pascabencana

Memberikan penekanan pada pentingnya mempengaruhi

kebijakan dan kesepakatan institusional ini sehingga kebijakan

dan peraturan ini berpikah pada masyarakat miskin (langkah

kuncinya adalah partisipasi politk masyarakat miskin);

Bekerja untuk membantu masyarakat mencapai tujuan

matapencaharian mereka.

(b). Responsif dan partisipatif; mendengarkan dan bertindak terhadap

prioritas-prioritas matapencaharian yang diidentifikasi oleh masyarakat

miskin.

(c). Multi-level; bekerja pada berbagai tingkatan untuk mengurangi

kemiskinan-menjamin realitas di tingkat mikro sampai kepada pembuat

kebijakan-kebijakan dan menciptakan kondisi lingkungan berdaya, juga

struktur di tingkat makro mendukung masyarakat untuk bangkit dengan

kekuatannya sendiri.

(d). Dilaksanakan dalam kerjasama; dengan sektor publik dan swasta.

(e). Berkelanjutan; menyeimbangkan perekonomian, institusional, sosial, dan

kelestarian lingkungan.

(f). Dinamis; mengenali kebiasaan dinamis dari strategi-strategi

matapencaharian dan merespon secara fleksibel terhadap situasi yang

berubah-ubah di masyarakat.

(g). Dibangun atas kekuatan; bekerja untuk membangun kapasitas

masyarakat miskin -kemampuan, pengetahuan, dan sumberdaya-

daripada hanya memperhatikan kebutuhan mereka.

(h). Menyeluruh; memahami realita kompleks dari matapencaharian

masyarakat miskin daripada hanya melakukan pendekatan secara

sektoral atau teknis. Kerangka kerja matapencaharian membantu

mengorganisasi beragam faktor yang membatasi atau mendorong

masyarakat dan menunjukkan bagaimana semua ini berhubungan satu

dengan lainnya. Tidak dimaksudkan untuk sebagai model eksak dari

Page 4: Membantu Matapencaharian Dalam Pemulihan Pascabencana

realitas di dunia, juga tidak berarti menyarankan para pemangku

kepentingan mengadopsi pendekatan sistemik bagi penyelesaian

masalah. Tetapi, mengaspirasi untuk menyiapkan cara berfikir mengenai

matapencaharian yang dapat ditata dan membantu meningkatkan

efektifitas pembangunan.

Tidak sektoral dan bisa diaplikasikan di seluruh wilayah geografis

dan kelompok sosial.

Mengenali beragam pengaruh pada masyarakat, dan berusaha

memahami hubungan antara beragam pengaruh ini dan dampak

kolektifnya terhadap matapencaharian.

Mengenali beragam aktor yang terlibat (mulai dari sektor swasta

hingga menteri di level pusat, dari organisasi berbasis komunitas

hingga pemerintahan otonomi daerah yang baru dibentuk).

Memahami beragam strategi matapencaharian yang diadopsi oleh

masyarakat untuk mengamankan matapencaharian mereka.

Berusaha mencapai hasil matapencaharian yang beragam,

menentukan dan dinegosiasikan oleh masyarakat itu sendiri.

1.3. Kerusakan dan Pengkajian

Penilaian untuk mendukung pemulihan matapencaharian harus

menyertakan empat aspek (China, 2008).

(1) Pengkajian kerusakan; pemulihan berkelanjutan dan rencana-rencana

rekonstruksi juga pendekatan-pendekatan implementasi dalam respon

terhadap bencana dipandu oleh pengetahuan tertentu mengenai

kerusakan, baik yang dapat dihitung maupun yang tidak dapat dihitung.

Hasil estimasi kerusakan memberikan landasan untuk proyeksi kebutuhan

keuangan bagi pembangunan kembali dan menentukan prioritas serta

fokus. Oleh karena itu, pengkajian kerusakan yang akurat dan rencana

Page 5: Membantu Matapencaharian Dalam Pemulihan Pascabencana

tindak yang komprehensif dalam konteks kebutuhan keuangan minimum,

kapasitas yang diperlukan, dan prioritas memiliki korelasi yang kuat.

(2) Pengkajian risiko; partisipasi dari masyarakat terdampak dalam

pengkajian risiko adalah penting. Karena berfungsi sebagai proses

pengajaran bagi komunitas untuk mengetahui bahaya yang mengintai

mereka dan potensi risiko di lingkungan mereka.

(3) Pemetaan kapasitas; pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi

menyempurnakan prosedur-prosedur baru, mengenalkan alat-alat baru,

dan diperlukan untuk bekerja dengan tim multi-disiplin. Efisiensi dan

efektifitas dari operasi-operasi terdahulu tergantung kepada kompetensi

dan kemampuan lembaga-lembaga yang potensial untuk melaksanakan

pekerjaan tersebut. Temuan dari kegiatan pemetaan membantu

menentukan kisaran kebutuhan pelatihan teknis, dan alokasi sumberdaya

yang sesuai untuk capacity building.

(4) Pengkajian kerentanan; biasa dilakukan untuk menciptakan suatu

pemahaman mengenai kerentanan sosial dan ekonomi dalam konteks

siapa, kenapa, apa, dan bagaimana.

Bagaimana memastikan usaha-usaha rekonstruksi mampu mencapai

sasaran sektor sosial dan ekonomi yang paling memerlukan bantuan?

Faktor-faktor sosio-kultural disertakan dalam semua metodologi

pengkajian.

Representasi seimbang dan partisipasi dari komunitas etnis minoritas

dalam perencanaan dan implementasi.

Penggunaan metodologi dan materi yang sensitif terhadap budaya;

bahasa, pendekatan, pilihan materi.

Memastikan semua lembaga sensitif terhadap gender, budaya dan isu-isu

HAM dari komunitas spesifik.

Page 6: Membantu Matapencaharian Dalam Pemulihan Pascabencana

Point-point yang menjadi perhatian penting dalam pengkajian

matapencaharian terhadap korban bencana menurut ALNAP

Analisis baseline penting dilakukan dalam memahami kenapa masyarakat

berada dalam kondisi rentan, risiko yang mereka hadapi dan bagaimana

mereka menanggulanginya.

Pengkajian kebutuhan harus dikoordinasikan, lebih disukai nila multi-

lembaga, dan didasarkan pada metodologi yang tepat dengan

menggunakan bukti-bukti empiris.

Pengkajian harus mempertimbangkan kelompok-kelompok yang memiliki

kebutuhan khusus, dan harus menarik perhatian terhadap mereka.

Dampak dari harga makanan yang melambung tinggi terhadap

matapencaharian masih terus dianggap remeh.

Malnutrisi akut bisa menjadi salah-satu indikator yang dapat diandalkan

mengenai tarap dari suatu krisis, apabila tidak dipahami dengan benar,

bisa memberikan informasi salah kepada bantuan kemanusiaan. (Collins

2001)

Referensi Beck Tony. Learning Lessons from Disaster Recovery: The Case of Bangladesh. http://wwwwds.

worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2005/05/05/000012009_200505 05121919/Rendered/PDF/321970HMU0110bangladesh.pdf,: World Bank, 2005.

China People's Republic of. Beijing. Workshop Synthesis on International Workshop on Post Earthquake Reconstruction Experiences. United Nation in China and the Ministry of Commerce of People'sRepublic of China, 2008. http://www.un.org.cn/public/resource/1ebcf0e9980429f519eeec9727152b9d.pdf, October 11, 2009 Accessed.

Hedlund Kerren. “Slow-onset Disasters: Drought and Food and Livelihoods Insecurity – Learning from Previous Relief and Recovery Responses.” 2007. http://irp.onlinesolutionsltd.net/outfile.php?id=317&href=http://irp.onlinesolutionsltd.net/assets/submissions/200909010615_general_drought_livelihood.pdf ,2009 October 10 accessed .

Nivaran Duryog. “Disaster Risk and Poverty in South Asia, A Contribution to the 2009 ISDR Global Assessment Report on Disaster Risk Reduction, .” DURYOG NIVARAN, 27 March 2009.

Nivaran Duryog and Practical Action. “Disaster Resistant Sustainable Livelihoods-A Framework for South Asia.” 2005.

Page 7: Membantu Matapencaharian Dalam Pemulihan Pascabencana

“Reducing Disaster Risk: A challenge for development. A Global Report.” UNDP, BCPR , 2004. “What are livelihoods approaches?” ELDIS. http://www.eldis.org/go/topics/dossiers/livelihoodsconnect/ what-are-livelihoods-approaches October 10, 2009, accessed