Membangun Tanpa Utang Dan Pajak

6
Nama : Irsan Maulana Nim : 1203467 Prodi : Pendidikan ekonomi Membangun Tanpa Utang dan Pajak Di tahun 2015 ini,indonesia memasuki usia 70 tahun sebagai negara yang merdeka sejak founding fathers memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1945. Yang menjadi pertanyaanya bagaimana Indonesia di usia 70 tahun ini ? Apakah cita cita founding fathers yang tertuang dalam UUD 1945 Bahwa negara bertujuan mensejehatrakan kehidupan bangsa telah terpenuhi atau sebalik nya indonesia tidak memiliki perbedaan setalah menjadi negara merdeka dengan sebelum merdeka.maka dalam tulisan ini kita mencoba menganalisis bagaimana kondisi Indonesia saat ini,variable yang menjadi unit anlisis dalam tulisan ini ialah APBN,mengapa APBN? Karena APBN merupakan salah satu alat pemerintah untuk mengelola Indonesia ,dalam APBN semua sektor pembangunan baik infrastruktur dan pembangunan manusia seluruh Indonesia telah di akomodasi setiap tahun di dalam APBN.jika kita melihat dan menganalisis APBN setiap tahun nya kita akan menemukan dua variable yang tertera dalam APBN yang menjadi fondasi keberlangsungan APBN sebagai alat mengelola negara di bandingkan variable lainnya,Dua variable tersebut ialah pajak dan utang mengapa dua variable ini penting karena pajak merupakan pemasukan negara terbesar dalam

description

....

Transcript of Membangun Tanpa Utang Dan Pajak

Nama : Irsan MaulanaNim: 1203467Prodi: Pendidikan ekonomi

Membangun Tanpa Utang dan Pajak

Di tahun 2015 ini,indonesia memasuki usia 70 tahun sebagai negara yang merdeka sejak founding fathers memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1945. Yang menjadi pertanyaanya bagaimana Indonesia di usia 70 tahun ini ? Apakah cita cita founding fathers yang tertuang dalam UUD 1945 Bahwa negara bertujuan mensejehatrakan kehidupan bangsa telah terpenuhi atau sebalik nya indonesia tidak memiliki perbedaan setalah menjadi negara merdeka dengan sebelum merdeka.maka dalam tulisan ini kita mencoba menganalisis bagaimana kondisi Indonesia saat ini,variable yang menjadi unit anlisis dalam tulisan ini ialah APBN,mengapa APBN? Karena APBN merupakan salah satu alat pemerintah untuk mengelola Indonesia ,dalam APBN semua sektor pembangunan baik infrastruktur dan pembangunan manusia seluruh Indonesia telah di akomodasi setiap tahun di dalam APBN.jika kita melihat dan menganalisis APBN setiap tahun nya kita akan menemukan dua variable yang tertera dalam APBN yang menjadi fondasi keberlangsungan APBN sebagai alat mengelola negara di bandingkan variable lainnya,Dua variable tersebut ialah pajak dan utang mengapa dua variable ini penting karena pajak merupakan pemasukan negara terbesar dalam APBN dan utang sebagai variable penyelamat defitisit APBN. Secara angka APBN setiap tahun nya terus meningkat,tetapi peningkatan tersebut di barengi dengan peningkatan utang Indonesia baik dalam negeri maupun luar negeri. Walaupun secara angka matematis dua variable ini menjadi andalan pemerintah,tetapi bila kita ingin memahami dua variable ini secara mendalam dan dari sudut yang berbeda kita akan melihat Indonesia belum mampu mensejahterakan kehidupan bangsa,mengapa demikian? Pajak adalah pemasukan negara yang bersumber dari masyarakat,bila pemasukan negara mau di tingkatkan setiap tahunnya secara tidak langsung negara harus menambah atau meningkatkan jumlah pajak bagi masyarakat bukan nya ini bertolah belakang dengan tujuan negara yang harus hadir untuk mensejahterahkan masyarakat nya bukan membebani masyarakat untuk membayar pajak,yang kedua ialah utang,variable ini merupakan beban negara setiap tahun nya itu terlihat dari jumlah utang yang harus di bayar itu lebih besar dari jumlah anggaran pendididikan manusia Indonesia. Jika melihat dari penjelasan tersebut menyedihkan bukan? Indonesia belum memenuhi tujuan founding fathers untuk mensejahterjan bangsa,yang menjadi pertanyaan selanjut nya jika dua variable ini menjadi beban masyarakay,apakah negara mampu membangun Indonesia Tanpa Utang dan Pajak?.Menyusun APBN Tanpa pajak dan UtangUntuk menjawab mampu atau tidak membangun Indonesia tanpa utang dan pajak,kita mengunakan ekonomi islam untuk menjawab nya,mengapa ekonomi islam? Karena kejangalan yang dijelaskan diatas merupakan sebuah konsekuensi Indonesia menganut ekonomi kapitalisme karena dalam ekonomi islam cara pandang terhadap unit unit yang tertera dalam APBN berberbeda sebelum melihat dimana perbedaan tersebut penulis akan menjelasakan bagaimana pajak dan utang dalam pandangan ekonomi islam.Secara normative,islam melarang negara memungut pajak dari rakyatnya ,kecuali dalam keadaan-keadaan tertentu.ini didasarkan suatu alasan,bahwa pajak dianggap kedzaliman penguasa terhadap rakyatnya.padahal kedzaliman adalah sesuatu yang diharamkan di dalam islam.Dalam sebuah hadist dituturkan,bahwasanya rasulullah sawa bersabda :barang siapa yang mengambil hak orang lain,walaupun hanya sejengkat tanah,maka nanti akan di kalungkan tujuh lapis bumi (H.r Bukhari dan muslim)Ekonomi islam memiliki lembaga keuangan yang disebut dengan Baitul Mal yang memiliki fungsi untuk mengelola harta harta milik umum,pemasukan pemasukan ini diupayakan harus cukup untuk membiayai sejumlah pengeluran yang wajib di tunaikan baitul mal.jika harta di baitul mal cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran wajib negara,dalam kondisi semacam ini,negara tidak akan mengenakan pungutan pajak kepada kaum muslim.Selanjutnya pandangan islam terhadap utang negara,ekonomi islam memboleh kan adanya utang negara ketika negara membutuhan dana untuk membiayai sejumlah urusan,jika tidak di tangguhkan akan menyebabkan terjadinya mudarat bagi umat islam,sementara baitul mal tidak mampu atau berseia maka negara boleh melakukan pinjaman (utang) kepada negara lain.Dari penjelasan kedua variable tersebut bisa disimpulkan bahwa dalam ekonomi islam tidak menggunakan dua variable tersebut,jika variable tersebut tidak di gunakan lalu bagaimana postur APBN dalam ekonomi islam,apakah postur tersebut mampu untuk mensejahterakan bangsa?Sumber-sumber penerimaan dalam APBN Islam sangat berbeda dengan APBN konvesional. Sebab, sumber penerimaan APBN Islam sama sekali tidak mengandalkan sektor pajak dan utang, sebagaimana APBN konvensional. Sumber penerimaan negara untuk APBN Islam ada tiga:1. Dari sektor kepemilikan individu. Misal: sedekah, hibah, zakat dsb. Khusus untuk zakat tidak boleh bercampur dengan harta yang lain.2. Dari sektor kepemilikan umum. Misal: pertambangan, minyak bumi, gas, kehutanan dsb.3. Dari sektor kepemilikan negara. Misal: jizyah, kharaj, ghanimah, fai, usyur dsb.Dari ketiga sumber penerimaan negara tersebut selanjutnya dapat dikelompokkan lagi ke dalam seksi-seksi. Misal: dari kepemilikan individu dibagi ke dalam seksi zakat uang dan perdagangan; seksi zakat pertanian dan buah-buahan; seksi zakat ternak unta, sapi dan kambing. Dari kepemilikan umum: seksi minyak dan gas; seksi listrik; seksi pertambangan; seksi sungai; laut, perairan dan mata air; seksi hutan dan padang rumput; seksi tempat khusus. Dari kepemilikan negara: seksi ghanimah; seksi kharaj; seksi tanah; seksi jizyah; seksi fai; seksi dharibah (pajak).Untuk fakta sekarang ini, sumber penerimaan terbesar yang dapat diandalkan negara seperti Indonesia ini adalah dari sektor kepemilikan umum seperti pertambangan, minyak dan gas, kehutanan, kelautan dsb. Di dalam Islam, tugas negara hanyalah sebatas mengelolanya kemudian mengembalikan hasilnya kepada rakyat sebagai pemilik asalnya, sesuai ketentuan yang sudah digariskan oleh syariah. Dengan demikian Islam melarang kepemilikan umum tersebut dikuasai oleh individu atau swasta, apalagi swasta asing, sebagaimana yang menimpa Indonesia saat ini.Apabila sumber penerimaannya sudah mencukupi, negara tidak perlu memungut pajak (dharibah) dari rakyatnya. Pemungutan pajak hanya dilakukan apabila anggaran negara dalam kondisi defisit. Pemungutan pajak tersebut hanya bersifat sementara (temporal) dan hanya dibebankan atas warga negara yang mampu saja.Dalam hal pos pengeluaran APBN Islam, syariah Islam juga telah memberikan ketentuan yang jelas, yang dapat dijadikan pegangan oleh Khalifah untuk mengalokasikan pengeluarannya. Ada 6 kaidah utama dalam pengalokasian anggaran belanja APBN Islam, yaitu:1. Khusus untuk harta di dalam Kas APBN Islam yang berasal dari zakat, maka pos pengeluarannya wajib hanya diperuntukkan bagi 8 ashnaf sebagaimana yang telah ditunjukkan dalam al-Quran.2. Pos pembelanjaan wajib dan bersifat tetap dari APBN Islam untuk keperluan jihad dan menutup kebutuhan orang-orang fakir dan miskin.3. Pos pembelanjaan wajib dan bersifat tetap dari APBN Islam untuk memberikan gaji (kompensasi) atas jasa yang telah dicurahkan untuk kepentingan negara, yaitu: pegawai negeri, hakim, tentara, dsb.4. Pos pembelanjaan untuk pembangunan sarana kemaslahatan rakyat yang bersifat wajib, dalam arti jika sarana tersebut tidak ada, maka akan menimbulkan kemadaaratan bagi rakyat. Contoh: pembangunan jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit, masjid, air bersih dsb.5. Pos pembelanjaan wajib yang bersifat kondisional, yaitu untuk menanggulangi musibah atau bencana alam yang menimpa rakyat. Contoh: paceklik, gempa bumi, banjir, angin topan, tanah longsor dsb.6. Pos pembelanjaan untuk pembangunan sarana kemaslahatan rakyat yang bersifat tidak wajib, dalam arti sarana tersebut hanya bersifat penambahan dari sarana-sarana yang sudah ada. Jika sarana tambahan tersebut tidak ada, tidak akan menimbulkan kemadaratan bagi rakyatnya

Dari konsep penerimaan APBN dan Alokasi dalam ekonomi islam bisa kita lihat bahwa Indonesia mampu untuk membangun tanpa pajak dan hutang dengan memaxsimalkan pemasukan negara.