Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

110
JEJARING KERJA PENYULUH AGAMA KATOLIK Lusius Sinurat, S.S., M.Hum

Transcript of Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 1: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

JEJARING KERJA PENYULUH AGAMA KATOLIK

Lusius Sinurat, S.S., M.Hum

Page 2: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

2Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 3: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Pentingnya Jejaring

3Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 4: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

SISTEM

AT

IKA

1. Latarbelakang

2. Deskripsi Topik

3. Manfaat Topik Bagi Peserta

4. Tujuan Pembelajaran

5. Materi Pokok Dan Sub-Materi Pokok

a. Materi Pokok

b. Sub-Materi pokok

4Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 5: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

1. LATARBELAKANG

5Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 6: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Kemampuan menata ulang jejaring kerja personal dan organisasi demi efektivitas

pengelolaan program penyuluhan

melalui:

Konsep dasar jejaring kerja (metaphoric)

Konsep jejaring sosial

(analitic)

Penataan ulang jejaring kerja

strategis (Social network analysis

tools)

2. DESKRIPSI TOPIK

6Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 7: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Kemampuan peserta

Kemampuan peserta

Mengembangkan kegiatan jejaring kerja

(partnership)

Demi meningkatkan kemampuan

kepemimpinannya dalam tugas penyuluhan

Sehingga diharapkan dapat mewujudkan

arah dan tujuan penyuluhan dengan

tepat.

3. MANFAAT TOPIK BAGI PESERTA

7Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 8: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Peserta diharapkan mampu menata ulang jejaring kerja personal dan organisasi untuk efektivitas pengelolaan program.

Indikator Hasil Belajar setelah mengikuti pembelajaran ini:

• Peserta mampu Menjelaskan berbagai konsep jejaring kerja dan implikasi strategis lingkungan kerja berbasis jejaring;

• Peserta mampu Menggunakan social network analysis untuk mengungkap dan memetakan jejaring kerja;

• Peserta mampu Menata ulang jejaring kerja personal dan organisasi secara strategis

4. TUJUAN PEMBELAJARAN

8Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 9: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Dalam rangka mencapai kompetensi dasar yang diharapkan, isi bahan ajar ini diuraikan ke dalam beberapa bagian pembahasan yang satu dengan lainnya saling terkait dan mendukung.

Penguraian ke dalam beberapa pokok bahasan tersebut juga dalam rangka proses pengkajian dapat dilakukan secara bertahap (gradual) sehingga dapat lebih membantu dalam proses belajar-mengajar.

5. MATERI POKOK DAN SUB-MATERI POKOK

9Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 10: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

FO

KU

S PEM

BA

HA

SAN

Konsep Dasar Jejaring Kerja (Metaphoric)

Konsep Jejaring kerja

Lingkungan Kerja Strategis

Konsep Jejaring Sosial (Analitic)

Social Network Analysis tools

Penataan Ulang Jejaring Kerja

10Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 11: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Supaya dapat memahami seluruh isi bahan ajar ini dengan baik, peserta Diklat daharapkan dapat membacanya secara bertahap. Hal tersebut untuk mengurangi kesenjangan terhadap substansi dalam bahan ajar ini.

Peserta Diklat disarankan melakukan curah pendapat dengan sesama peserta Diklat, karena metode pembelajaran tersebut dapat mempercepat pemahaman tentang isi bahan ajar.

Catatan

11Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 12: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

12Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 13: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Kegiatan

penting dalam

berorganisasi

yang

memudahkan

setiap individu

di dalamnya

untuk mencapai

tujuan bersama

secara efektif

dan efisien

melalui

koordinasi dan

kolaborasi antar

bagian dalam

satu organisasi

atau dengan

organisasi lain

Je

jarin

g K

erj

a a

da

lah

Konsep Dasar Jejaring Kerja

(Metaphoric)

13Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 14: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

berasal dari

kata partner:

pasangan,

jodoh, sekutu,

company.

Sedangkan

partnership

berarti

persekutuan

atau

perkongsian

Kemitraan

= suatu bentuk persekutuan antara dua

pihak atau lebih yang

membentuk satu ikatan

kerjasama di suatu

bidang usaha tertentu

atau tujuan tertentu

sehingga dapat

memperoleh hasil yang lebih baik.

Secara

eti

mo

logis

....

14Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 15: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Membangun jejaring kerja (kemitraan)

pada hakekatnya

adalah sebuah proses:

Membangun

komunikasi

atau hubungan,

Berbagi ide,

informasi dan

sumber daya...

Atas dasar saling

percaya (trust)

dan saling

menguntungkan

diantara pihak-

pihak yang

bermitra...

yang dituangkan

dalam bentuk nota

kesepahaman atau

kesepakatan

guna mencapai

kesuksesan bersama

yang lebih besar.

15Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 16: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Jadi, membangun Jejaring Kerja

(kemitraan) dapat dilakukan jika

pihak-pihak yang bermitra

memenuhi persyaratan berikut:

Ada 2 atau lebih pihak lembaga/ organisasi

Punya kesamaan visi dalam mencapai tujuan lembaga/ organisasi

Ada kesepakatan/ kesepahaman

Saling percaya & membutuhkan

Komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

16Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 17: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Tujuan Membangun Jejaring

Kerja (Kemitraan)

Ada beberapa tujuan

yang ingin dicapai

oleh suatu organisasi

dalam membangun

Jejaring Kerja

(kemitraan), yakni:

1. Meningkatkan

partisipasi

masyarakat

2. Peningkatan mutu

dan relevansi

KEM

ITR

AA

N

17Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 18: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Masyarakat bukan saja anggota binaan, tetapi

juga dinas/ departemen terkait, ormas,

organisasi profesi, lembaga pendidikan, dunia

usaha dan industri, tokoh masyarakat dan

stake holder lainnya.

1. MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT

Salah satu tujuan membangun Jejaring Kerja

adalah membangun kesadaran masyarakat

terhadap eksistensi organisasi tersebut,

menumbuhkan minat dan meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pengembangan

oranisasi itu.

18Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 19: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Membangun Jejaring Kerja sangat penting

guna merancang program yang inovatif,

meningkatkan mutu layanan dan relevansi

program dengan kebutuhan pasar.

2. PENINGKATAN MUTU DAN RELEVANSI

Dinamika perubahan/perkembangan masyarakat sangat tinggi. Komunitas penyuluh, jika ingin tetap eksis harus mampu bersaing dengan kompetitor lain. Untuk itu, organisasi dituntut untuk terus melakukan inovasi, peningkatan mutu dan relevansi program yang dibuatnya sesuai kebutuhan pasar.

19Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 20: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Prinsip dalam Membangun

Jejaring Kerja (Kemitraan)

1. Kesamaan visi-

misi;

2. Kepercayaan

(trust);

3. Saling

menguntungkan;

4. Efisiensi dan

efektivitas;

5. Komunikasi timbal

balik;

6. Komitmen yang

kuat;ke

mitra

an

20Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 21: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

1. KESAMAAN VISI – MISI

Kemitraan hendaknya dibangun atas dasar kesamaan visi dan

misi dan tujuan organisasi.

Kesamaan dalam visi dan misi menjadi motivasi dan perekat

pola kemitraan.

Kenyataannya, dua atau lebih lembaga dapat bersinergi untuk

mencapai tujuan yang sama.

21Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 22: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

2. KEPERCAYAAN (TRUST)

Kepercayaan adalah modal dasar membangun jejaring

dan kemitraan.

Untuk dapat dipercaya maka komunikasi yang dibangun harus dilandasi itikad/niat yang baik dan

menjunjung tinggi kejujuran.

22Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 23: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

3. SALING MENGUNTUNGKAN

Asas saling menguntungkan merupakan fondasi yang kuat dalam membangun kemitraan.

Jika dalam bermitra ada salah satu pihak yang merasa dirugikan, merasa tidak mendapat manfaat lebih, maka akan menggangu keharmonisan dalam bekerja sama.

Antara pihak yang bermitra harus saling memberi kontribusi sesuai peran masing-masing dan merasa diuntungkan.

23Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 24: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

4. EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS

Dengan mensinergikan beberapa sumber untuk mencapai tujuan

yang sama diharapkan mampu meningkatkan efisiensi waktu, biaya

dan tanaga. Efisiensi tersebut akan meningkatkan kualitas proses dan

produk yang dicapai.

Tingkat efektifitas pencapaian tujuan menjadi lebih tinggi jika proses

kerja kita melibatkan mitra kerja. Dengan kemitraan dapat dicapai

kesepakatan-kesepakatan dari pihak yang bermitra tentang siapa

melakukan apa sehingga pencapaian tujuan menjadi lebih efektif.

24Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 25: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

5. KOMUNIKASI TIMBAL BALIK

Komunikasi timbal balik atas dasar saling menghargai

satu sama lain merupakan fondamen dalam

membangun kerjasama.

Tanpa komunikasi timbal balik maka akan terjadi

dominasi satu terhadap yang lainnya yang dapat

merusak hubungan yang sudah dibangun.

25Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 26: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

6. KOMITMEN YANG KUAT

Jejaring kerja akan terbangun dengan kuat dan

permanen jika ada komitmen satu sama lain terhadap

kesepakatan-kesepakatan yang dibuat bersama.

26Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 27: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

27Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 28: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Tak Sekedar Bertukar

Kartu Nama Dan

Berkenalan

Pendengar Yang Baik

72 Jam Menjalin

Komunikasi

Sabar, Aktif Dan Proaktif

Lebih Cerdas Dan

Komunikasi Yang

Sinambung

Menjadi Anggota

Komunitas Tertentu

Peduli Lingkungan

Membangun Citra Diri

Masuk Ke Lingkungan Organisasi

Profesi

A. STRATEGI

28Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 29: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

1. MEMBANGUN JEJARING KERJA BUKAN SEKEDAR

BERTUKAR KARTU NAMA DAN BERKENALAN

Jika sebagian besar orang merasa kurang

berhasil membangun Jejaring Kerja

(networking) itu disebabkan karena mereka

hanya berkenalan atau bertukar kartu

nama.

Sedangkan membangun kekuatan

networking hanya bisa dikerjakan dengan

cara yang terorganisasi.

29Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 30: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

2. MENJADI PENDENGARYANG BAIK

Pada umumnya, orang-orang lebih senang

membicarakan tentang diri mereka sendiri, tetapi bila

kita mampu menunjukkan ketertarikan terhadap apa

yang mereka pikirkan/katakan secara tulus maka kita

akan mendapatkan banyak keuntungan.

Keuntungan menjadi pendengar yang baik adalah:

1) mendapatkan informasi sebanyak- banyaknya dalam

kesempatan pertemuan singkat tersebut. Informasi

lebih banyak tentang diri pribadi mereka sangat

penting guna memberikan perlakuan yang paling

tepat, di sisi lain mereka juga pasti terkesan pada diri

kita.

2) menciptakan tujuan - dengan menjadi pendengar yang

baik kita akan mampu memvisualisasikan siapa saja

yang harus kita dekati. Sehingga tak perlu membuang

waktu dengan mengikuti perkumpulan yang tidak

berhubungan dengan target yang ingin kita capai.

30Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 31: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

3. MENGUPAYAKAN DALAM 72 JAM MENJALIN

KOMUNIKASI DENGAN CALON BINAAN

Langkah yang bisa kita lakukan adalah

mengirimkan e-mail, medsos, menelpon seraya mengungkapkan kebahagiaan kita mendapatkan kesempatan bertemu mereka, atau menanyakan kabar anak-anak, usaha, maupun hobi yang sedang mereka kerjakan.

Cara lain adalah mengirimkan sesuatu dan menyampaikan kesan mendalam sekaligus keinginan untuk bertemu mereka suatu saat nanti, dan lain sebagainya.

Ciptakan berbagai langkah menciptakan jalinan komunikasi, karena hal itu akan membuat mereka lebih mengingat kita. Sehingga apabila suatu ketika kita menghubungi atau bertemu lagi, mereka akan dengan mudah mengingat dan menjalin keakraban de.ngan kita

31Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 32: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

4. BERSIKAP SABAR TETAPI AKTIF DAN PROAKTIF

DALAM MEMBERI PENYULUHAN

Memberi Penyuluhan bisa dilakukan

dalam berbagai cara, entah dalam

bentuk pelayanan maupun dalam bentuk

kontribusi kepada perorangan maupun

kelompok.

Milikilah nilai tersendiri bagi orang lain,

dengan menciptakan kerjasama yang

memberikan kemudahan dan berbagai

nilai yang menguntungkan mereka.

32Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 33: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

5. BERSIKAP LEBIH CERDAS DAN SELALU MENYAMPAIKAN

INFORMASIYANG AKURAT DAN APA ADANYA

Caranya adalah dengan terus

belajar banyak hal setiap ada

kesempatan: banyak membaca,

mengikuti seminar, worksop,

kompetisi, expo, dsb)

Kita akan lebih dikenal

dibandingkan orang lain karena

kelebihan ilmu pengetahuan yang

kita miliki.

33Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 34: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

6. KESINAMBUNGAN KOMUNIKAS

Kita harus selalu meluangkan waktu untuk melakukan komunikasi guna mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang sudah terbangun.

Salah satu alasannya karena tak ada jalan pintas dalam mengembangkan dan mempertahankan networking kecuali kesinambungan komunikasi.

Kesinambungan komunikasi sudah dapat memperluas networking. Tak heran bila orang biasapun memiliki sekurang-kurangnya 250 orang yang cukup dekat dalam kehidupannya.

Berdasarkan sebuah penelitian, sebagian besar orang tidak akan pernah menyadari sedang memerlukan orang lain sebelum berkomunikasi dengan orang yang bersangkutan selama 8-10 kali.

Jangan pula berkeinginan untuk menunda menjalin komunikasi dengan orang lain, karena selain tak mendapatkan hubungan baru kita juga akan kehilangan semangat baru.

34Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 35: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

7. MENJADI ANGGOTA KOMUNITAS TERTENTU

Silahkan bergabung dengan

anggota Legio Maria, Paduan

Suara, WKRI, Pria Roh Kudus, dst.

Tujuannya tak lain adalah untuk

menambah relasi dan memperlus

wawasan.

35Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 36: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

8. PEDULI LINGKUNGAN

Perlu memiliki rasa tanggung jawab

(peduli) terhadap kehidupan masyarakat

di lingkungan sekitarnya.

Ada banyak cara untuk mewujudkannya

seperti donor darah, menjaga kebersihan dan kesehatan leingkungan melalui kerja

bakti dan penghijauan, pemberi beasiswa

bagi masyarakat sekitar yang tidak

mampu, ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat.

36Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 37: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

9. MEMBANGUN CITRA DIRI SEBAGAI WIRAUSAHA

Membangun citra diri sebagai

wirausaha dapat dilakukan dengan

cara:

meningkatkan kemampuan

berkomunikasi,

komitmen atas prinsip dan janji,

professional,

peduli terhadap karyawan, dan

menjaga penampilan.

37Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 38: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

10. MASUK KE LINGKUNGAN ORGANISASI PROFESI

Masuk menjadi anggota komunitas

organisasi profesi tertentu dapat

menambah teman bisnis, menambah

wawasan dan pengalaman, misalnya

komunitas guru-guru agama katolik, katekis katolik, PGRI, dst.

Dalam pengelolaan lembaga kursus perlu

diciptakan jejaring mitra yang fokus dan

benar-benar mendukung efektifitas program.

38Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 39: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

PEMETAAN

MENGGALI DAN MENGUMPULKAN

INFORMASI

MENGANALISIS INFORMASI

PENJAJAGAN KERJASAMA

PENYUSUNAN RENCANA

KERJASAMA

MEMBUAT KESEPAKATAN

PENANDATANGANAN AKAD KERJASAMA

(MOU)

PELAKSANAAN KEGIATAN

MONITORING DAN EVALUASI

PERBAIKAN

PERENCANAAN SELANJUTNYA

B. Langkah2 Membangun Jejaring Kerja

39Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 40: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

1. PEMETAAN

Setiap organisasi perlu melakukan pemetaan tentang organisasi, terutama di lingkungan:

Pemerintah

Gereja

Tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda

Termasuk Organisasi kemasyarakatan dan sosial yang memiliki kesamaan visi, misi dan tujuan.

dll.

40Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 41: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

2. MENGGALI DAN MENGUMPULKAN INFORMASI

Setelah dilakukan pemetaan maka langkah selanjutnya

adalah menggali informasi tentang tujuan organisasi,

ruang lingkup pekerjaan (bidang garapan), visi misi dsb.

Informasi ini berguna untuk menjajagi kemungkinan

membangun jaringan dan kemitraan.

Pengumpulan informasi dapat dilakukan dengan pendekatan personal, informal dan formal.

41Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 42: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

3. MENGANALISIS INFORMASI

Berdasarkan data dan informasi yang terkumpul

selanjutnya kita menganalisis dan menetapkan mana

pihak-pihak yang perlu ditindaklanjuti untuk penjajagan

kerjasama yang relevan dengan permasalahan dan

kebutuhan yang dihadapi.

42Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 43: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

4. PENJAJAGAN KERJASAMA

Menindak lanjuti hasil analisis data dan informasi, perlu

dilakukanpenjajagan lebih mendalam dan intens dengan

pihak-pihak yang memungkinkan diajak kerjasama.

Penjajagan dapat dilakukan dengan cara melakukan

audiensi atau presentasi tentang profil perusahaan/

organisasi dan penawaran program-program yang bisa dikerjasamakan baik secara formal maupun non formal

43Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 44: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

5. PENYUSUNAN RENCANA KERJASAMA

Jika beberapa pihak sepakat untuk bekerjasama maka

langkah selanjutnya adalah penyusunan rencana kerja

sama.

Dalam perencanaan harus melibatkan pihak-pihak yang

akan bermitra sehingga semua aspirasi dan kepentingan

setiap pihak dapat terwakili.

44Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 45: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

6. MEMBUAT KESEPAKATAN

Pihak-pihak yang ingin bermitra perlu untuk merumuskan

peran dan tanggung jawab masing-masing pihak pada

kegiatan yang akan dilakukan bersama, dan

Dituangkan dalam nota kesepahaman atau sering disebut

memorandum of understanding (MOU).

45Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 46: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

7. PENANDATANGANAN AKAD KERJASAMA (MOU)

Nota kesepahaman yang sudah dirumuskan

selanjutnya ditandatangani oleh pihak-pihak

yang bermitra.

Nota ini biasa disebut MOU (Memorandum Of

Understanding).

46Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 47: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

8. PELAKSANAAN KEGIATAN

Tahap ini merupakan tahap implementasi dari rencana

kerjasama yang sudah disusun bersama dalam rangka

mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggungjawab dan

peran masing-masing pihak yang bermitra.

47Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 48: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

9. MONITORING DAN EVALUASI

Selama pelaksanaan kerjasama perlu dilakukan monitoring dan evaluasi.

Tujuan monitoring adalah memantau perkembangan pelaksanaan

kegiatan sehingga dapat dicegah terjadinya penyimpangan (deviasi)

dari tujuan yang ingin dicapai. Disamping itu juga segala permasalahan

yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan dapat dicarikan solusinya.

Hasil monitoring dapat dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi. Perlu

dilakukan evaluasi bersama antar pihak yang bermitra untuk mengetahui

kegiatan mana yang belum bisa berjalan sesuai rencana dan mana

yang sudah, tujuan mana yang sudah tercapai dan mana yang belum,

masalah/ kelemahan apa yang menghambat pencapaian tujuan dan

penyebabnya.

48Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 49: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

10.PERBAIKAN

Hasil evaluasi oleh pihak-pihak yang bermitra akan

dipakai sebagai dasar dalam melakukan perbaikan dan

pengambilan keputusan selanjutnya: apakah kerjasama

akan dilanjutkan pada tahun berikutnya atau tidak.

49Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 50: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

11.PERENCANAAN SELANJUTNYA.

Jika pihak-pihak yang bermitra memandang penting untuk melanjutkan

kerjasama, maka mereka perlu merencanakan kembali kegiatan yang

akan dilaksanakan pada tahu berikutnya.

Perencanaan selanjutnya perlu mempertimbangkan hasil evaluasi dan

refleksi sebelumnya.

Disamping itu, mungkin dipandang perlu untuk memperpanjang akad

kerjasama dengan atau tanpa perubahan nota kesepahaman.

50Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 51: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

SOA

L 1) Apa yang Kelompok Anda ketahui tentang Jejaring Kerja?

Jelaskan berdasarkan pengalaman Anda!

2) Jelaskan mengapa Penyuluh perlu membangun Jejaring

Kerja dengan berbagai pihak ! Jelaskan tujuan

membangun Jejaring Kerja bagi Penyuluh Agama Katolik!

3) Jelaskan prinsip, strategi dan pendekatan dalam

membangun Jejaring Kerja !

4) Jelaskan Jejaring Kerja yang sudah Anda lakukan sebagai

Penyuluh Agama Katolik di Kabupaten/Kota: nama

Penyuluh, Program/Topik Penyuluhan, Dengan siapa

bermitra, bagaimana bentuk/pola kemitraannya dan apa

peran masing-masing pihak yang bermitra !

5) Jelaskan bagaimana langkah-langkah yang Anda

lakukan dalam membangun jaringan kemitraan !

LATIHAN KELOMPOKPETUNJUK: Jawablah soal di bawah ini menurut pendapat

kelompok Anda, secara jelas dan singkat!

51Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 52: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

52Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 53: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 53

Page 54: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Analisa jaringan kerja merupakan suatu perpaduan

pemikiran yang logis, digambarkan dengan suatu

jaringan yang berisi lintasan-lintasan kegiatan dan

memungkinkan pengolahan secara analitis.

Analisa jaringan kerja memungkinkan suatu perencanaan yang efektif dari suatu rangkaian yang mempunyai interaktivitas.

Metode manajemen banyak bermanfaat terutama dalam hal perencanaan, penjadwalan, dan pengawasan pembangunan proyek, bermanfaat dalam pengambilan keputusan (decision making) serta kegiatan- kegiatan operasional lainnya.

Penerapan metode manajemen di segala bidang kegiatan pada kenyataannya prosedurnya tidaklah begitu kompleks, hal mana dapat dianalisa secara sistematis dan sederhana dengan menggunakan analisa jaringan kerja.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 54

Page 55: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Analisa Jaringan Kerja (AJK) ialah suatu sistem

kontrol proyek dengan cara menguraikan pekerjaan

menjadi komponen-komponen bernama kegiatan

(activity).

A. Hakekat Analisis Jaringan Kerja

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 55

Page 56: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

AJK disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga

memungkinkan proyek dapat dilaksanakan dan diselesaikan secara ekonomis, dalam waktu

yang singkat, serta jumlah tenaga kerja yang minim.

AJK dengan demikian adalah suatu teknik manajemen yang bermanfaat dalam

mendisain, merencanakan, dan menganalisis suatu

sistem.

AJK membantu para ahli analisis

dalam mengetahui dan mengidentifikasi

keterkaitan yang terdapat

pada sub sistem yang ada.

Agar dalam menganalisis jaringan kerja tersebut dapat

berjalan dengan baik dan terencana hingga

menghasilkan suatu teknik manajemen yang bermanfaat

memerlukan pendekatan sistem.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 56

Page 57: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

ANALISIS JARINGAN

KERJA

ANALISIS JARINGAN

KERJA

PENDEKATAN SISTEM

PENDEKATAN SISTEM

KONSEP SISTEM

KONSEP SISTEM

SistemSistem

Pendekatan sistem

menggunakan cara

berpikir dengan

mempergunakan konsep sistem.

Konsep sistem adalah

sekelompok unit yang

bekerja sama secara

keseluruhan berdasarkan

suatu tujuan bersama atau

seperangkat unit yang

terorganisir.

AJK berhubungan dengan pendekatan sistem

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 57

Page 58: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Pendekatan sistem akan sangat berguna bagi

pembuatan rancangan penyuluhan, terutama

saat si penyuluh merencakan proses penyuluhan

yang logis dan sistematis.

Dengan pendekatan sistem ini, AJK akan memiliki:

a. Tujuan yang jelas

b. Persyaratan yang jelas dan

c. Tahapan yang jelas.

Pendekatan Sistem

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 58

Page 59: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

•Analisis jaringan kerja merupakan model yang kompleks yaitu mencakup informasi kegiatan, informasi sumber daya yang dibangun dalam diagram jaringan kerja (network diagram).

MODEL HARUS LENGKAP.

•Tentunya diagram jaringan kerja proyek penyuluhan berlaku untuk proyek itu sendiri, tidak untuk proyek pembangunan jembatan.

MODEL HARUS COCOK.

•Analisis jaringan kerja harus menggunakan asumsi, karena ketepatan asumsi sangat mempengaruhi keberhasilan analisis jaringan kerja.

ASUMSI YANG DIPAKAI TEPAT.

•Sikap pelaksanaan proyek diharapkan dan tentunya dianggap menjadi pendukung penyelenggaraan proyek

SIKAP PELAKSANAAN.

Berikut adalah persyaratan yang harus

dipenuhi saat penerapan AJK:

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 59

Page 60: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

1. Pembuatan

Dimana tujuan akhir dari tahap pembuatan ini

adalah terciptanya suatu model yang dapat

dipakai sebagai patokan selama

penyelenggaraan proyek.

Di dalam pembuatan ini juga masih memiliki

tahapan-tahapan lagi yaitu : inventarisasi

kegiatan, hubungan antar kegiatan, menyusun

diagram jaringan kerja, data kegiatan, analisa

waktu dan sumber daya, batasan dan leveling.

AJK Memiliki Tahapan Penerapan sbb :

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 60

Page 61: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

2. Pemakaian Bila pembuatan telah selesai maka model yang telah

jadi tersebut dipakai pada proses pelaksanaan tiap kegiatan sesuai dengan kegiatan yang ada dalam diagram jaringan kerja.

Terdapat beberapa alternatif cara pelaporan berdasarkan kuantitas dalam bentuk satuan pekerjaan/kegiatan atau dalam bentuk relatif atau persentase; dan berdasarkan jangka waktunya serta kumulatif atau periodik.

3. Perbaikan Perbaikan dilakukan karena tidak tepatnya asumsi

yang dipakai pada saat pembuatan.

Tahap perbaikan dibatasi pada kegiatan yang tidak sesuai dengan usaha pencapaian keberhasilan proyek. Dan selanjutnya pada tahap dilakukan revisi.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 61

Page 62: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Salah satu prosedur yang telah dikembangkan berdasarkan jaringan kerja untuk mengatasi permasalahan pengelolaan suatu proyek adalah PERT (Program Evaluation & Review Technigue) dan CPM (Critical Path Method)

B. Teknik-teknik Jaringan Kerja

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 62

Page 63: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

PERTTeknik ini adalah suatu metode yang bertujuan untuk semaksimal mungkin

1. mengurangi adanya penundaan kegiatan (proyek, produksi, dan teknik) maupun rintangan dan perbedaan-perbedaan;

2. mengkoordinasikan dan menyelaraskan berbagai bagian sebagai suatu keseluruhan pekerjaan dan mempercepat seleksinya proyek-proyek.

Tujuan dari PERT adalah pencapaian suatu taraf tertentu dimana waktu merupakan dasar penting dari PERT dalam penyelesaian kegiatan- kegiatan bagi suatu proyek.

1. Program Evaluation & Review Technigue

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 63

Page 64: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

CPMSuatu metode perencanaan dan pengendalian

proyek-proyek yang merupakan sistem yang paling

banyak digunakan di antara semua sistem yang

memakai prinsip pembentukan jaringan.

Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu

proyek dianggap diketahui dengan pasti,

demikian pula hubungan antara sumber yang

digunakan dan waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan proyek.

Jadi, CPM merupakan analisa jaringan kerja yang

berusaha mengoptimalkan biaya total proyek

melalui pengurangan waktu penyelesaian total

proyek yang bersangkutan.

2. Critical Path Method

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 64

Page 65: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

PERT adalah suatu metode analisis yang dirancang untuk

membantu dalam penjadwalan dan pengendalian proyek-

proyek yang kompleks, yang menuntut bahwa masalah utama

yang dibahas yaitu masalah teknik untuk menentukan jadwal

kegiatan beserta anggaran biayanya sehingga dapat diselesaikan

secara tepat waktu dan biaya,

Sedangkan...

CPM adalah suatu metode yang dirancang untuk

mengoptimalkan biaya proyek di mana dapat ditentukan kapan

pertukaran biaya dan waktu harus dilakukan untuk memenuhi

jadwal penyelesaian proyek dengan biaya seminimal mungkin” .

3. Hubungan PERT dan CPM

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 65

Page 66: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

PERSAMAAN- Keduanya sama-sama: |1. Digunakan untuk menangani proyek-proyek. | 2. Memerlukan prasyarat di dalam melaksanakan kegiatan. | 3. Melakukan pendataan waktu setiap operasi sehingga dapat menggunakan waktu semaksimum mungkin dan pembiayaan. | 4. Sama-sama membentuk lintasan dari kegiatan.

C. Persamaan dan Perbedaan PERT dan CPM

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 66

Page 67: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Pada prinsipnya yang menyangkut perbedaan PERT dan CPM adalah

sebagai berikut :

1. PERT digunakan pada perencanaan dan pengendalian proyek

yang belum pernah dikerjakan, sedangkan CPM digunakan

untuk menjadwalkan dan mengendalikan aktivitas yang sudah

pernah dikerjakan sehingga data, waktu dan biaya setiap unsur

kegiatan telah diketahui oleh evaluator.

2. Pada PERT digunakan tiga jenis waktu pengerjaan yaitu yang

tercepat, terlama serta terlayak, sedangkan pada CPM hanya

memiliki satu jenis informasi waktu pengerjaan yaitu waktu yang

paling tepat dan layak untuk menyelesaikan suatu proyek.

3. Pada PERT yang ditekankan tepat waktu, sebab dengan

penyingkatan waktu maka biaya proyek turut mengecil,

sedangkan pada CPM menekankan tepat biaya.

4. Dalam PERT anak panah menunjukkan tata urutan (hubungan

presidentil), sedangkan pada CPM tanda panah adalah

kegiatan.

Perbedaan

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 67

Page 68: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

1. Untuk mengkoordinir semua unsur (element)

proyek kedalam suatu rencana utama (master

plan) dengan menciptakan suatu model kerja

untuk melengkapi proyek sehingga diperoleh

data:

1. Waktu terbaik untuk pelaksanaan kegiatan,

2. Pengurangan/ penekanan ongkos/biaya,

3. Pengurangan resiko.

D. Tujuan Teknik Analisis Jaringan Kerja

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 68

Page 69: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

2. Mempelajari alternatif-alternatif yang

terdapat didalam dan diluar proyek.

3. Untuk mendapatkan atau

mengembangkan jadwal yang optimum.

4. Penggunaan sumber-sumber secara

efektif dan efisien.

5. Alat komunikasi antar pimpinan.

6. Pengawasan pembangunan proyek.

7. Memudahkan revisi atau perbaikan

terhadap penyimpangan yang terjadi.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 69

Page 70: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

1. Melengkapi rancangan,

2. Memperbaiki metode perencanaan dan pengawasan,

3. Memperbaiki komunikasi dan pengambilan keputusan,

4. Mempertinggi effektivitas manajemen dalam

menyelesaikan proyek,

5. Untuk penghematan biaya, waktu dan mempertinggi

daya guna (effisiensi) kerja - baik manusia maupun

peralatan, dan

6. Menjamin ketepatan selesainya suatu proyek.

E. Manfaat Analisis Jaringan Kerja

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 70

Page 71: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Panduan Dalam Menggambar Jaringan Kerja :

1. Buatlah anak panah dengan garis penuh dari kiri ke

kanan, & garis putus-putus untuk Dummy.

2. Keterangan kegiatan ditulis diatas anak panah,

sedangkan kurun waktu dibawahnya.

3. Hindarkan sejauh mungkin garis menyilang.

4. Peristiwa dilukiskan sebagai lingkaran, dengan nomor

bersangkutan jika mungkin berada didalamnya.

5. Nomor peristiwa sebelah kanan lebih besar dari sebelah

kiri

F. Menggambar Jaringan Kerja

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 71

Page 72: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Setelah jaringan kerja dapat digambarkan, kemudian diestimasikan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masing-masing aktivitas, dan menganalisis seluruh diagram network untuk menentukan waktu terjadinya masing-masing event.

G. Penentuan Waktu

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 72

Page 73: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Jalur kritis adalah jalur yang memiliki rangkaian komponen

kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan

kurun waktu penyelesaian yang tercepat.

Pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila

pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan

proyek secara keseluruhan Selain lintasan kritis, terdapat lintasan-

lintasan lain yang mempunyai jangka waktu yang lebih pendek

daripada lintasan kritis.

Dengan demikian, maka lintasan yang tidak kritis ini mempunyai

jangka waktu untuk bisa terlambat, yang disebut float/slack.

Float/slack memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan

elastisitas pada sebuah jaringan kerja, dan ini dipakai pada waktu

penggunaan network dalam praktek, atau digunakan pada waktu

mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga

kerja.

Dalam mengestimasi dan menganalisis waktu ini, akan terdapat satu atau

beberapa lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada jaringan kerja tersebut

yang menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek. Lintasan ini disebut

lintasan kritis (critical path).

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 73

Page 74: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Total float/slack

Total float/slack

• Jumlah waktu di mana waktu penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaian proyek secara keseluruhan

Free float/slack

Free float/slack

• Jumlah waktu di mana penyelesaian suatu aktivitas dapat diukur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari dimulainya aktivitas yang lain atau saat paling cepat terjadinya event lain pada network.

Float terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 74

Page 75: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Latihan Kelompok

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 75

Page 76: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

1. Pilih dan tentukan jenis topik penyuluhan agama katolik dan

silahkan kembangkan topik tsb dalam hubungannya analisa

Jaringan Kerja.

2. Untuk mengembangkan kemitraan antara pemerintah dan

gereja, silahkan Anda jelaskan hubungan antar keduanya dan

siapa saja yang memiliki kewajiban dan peran di dalamnya?

3. Sebutkan cara dan langkah-langkah yang menurut kelompok

Anda paling tepat untuk mengembangkan tekni penyuluh

agama katolik ! Apakah cara/model yang anda pilih (lih. No. 3)

dapat diterapkan di Kabupaten /Kota tempat Anda menyuluh?

Jelaskan !

* Masing-masing kelompok menulis hasil diskusinya dan selanjutnya akan diplenokan.

Tugas Kelompok

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 76

Page 77: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Lusius Sinurat, S.S., M.Hum

JEJARING KERJA PENYULUH AGAMA KATOLIK

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 77

Page 78: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 78

Page 79: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

SOA

L 1) Apa yang Anda ketahui tentang Jejaring Kerja? Jelaskan

pendapat Anda!

2) Jelaskan mengapa Penyuluh perlu membangun Jejaring

Kerja dengan berbagai pihak !

3) Jelaskan tujuan membangun Jejaring Kerja bagi Penyuluh !

4) Jelaskan prinsip-prinsip dalam membangun Jejaring Kerja !

5) Jelaskan strategi atau pendekatan dalam membangun

Jejaring Kerja menurut pendapat Anda.

6) Jelaskan Jejaring Kerja yang sudah Anda lakukan sebagai

Penyuluh Agama Katolik di Kabupaten/Kota: nama

Penyuluh, Program/Topik Penyuluhan, Dengan siapa

bermitra, bagaimana bentuk/pola kemitraannya dan apa

peran masing-masing pihak yang bermitra !

7) Jelaskan bagaimana langkah-langkah yang Anda

lakukan dalam membangun jaringan kemitraan !

LATIHAN KELOMPOKPETUNJUK:

Jawablah soal di bawah ini menurut pendapat saudara secara jelas dan singkat!

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 79

Page 80: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Mengapa membangun Jejaring Kerja menjadi sangat penting bagi

seorang penyuluh, baik secara individu maupun organisasi?

Kenyataannya penyuluh tak akan eksis tanpa membangun Jejaring Kerja. Hal ini disebabkan oleh......

Page 81: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

1. SUMBER DAYA PENYULUH

TERBATASLusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 81

Page 82: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Masih banyak Penyuluh yang memiliki

keterbatasan sumber daya: kualifikasi dan

kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, fasilitas atau sarana-

prasarana dan keuangan (permodalan).

Keterbatasan ini mengakibatkan rendahnya mutu

pelayanan Penyuluh.

Untuk itu, Penyuluh perlu menjalin kemitraan

(sharing) sumber daya dengan berbagai pihak

untuk meningkatkan mutu layanan.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 82

Page 83: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

2. TERSEDIANYA BERBAGAI

POTENSI MASYARAKAT

YANG DAPAT DISINERGIKAN

DENGAN PENYULUHLusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 83

Page 84: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

• Penyuluh tidak bisa melulu mengandalkan campur tangan pemerintah,

• Tetapi ia juga harus mampu mengakses semua sumber-sumber di masyarakat sesuai dengan spirit/jiwa penyuluh itu sendiri yakni keswadayaan/ kemandirian.

Di masyarakat tersedia berbagai sumber daya yang cukup potensial

tetapi belum diberdayakan secara optimal oleh Penyuluh.

•Penyuluh bisa memiliki tingkat kemandirian (independency) yang tinggi apabila mampu memberdayakan segenap sumber daya di masyarakat melalui pola kemitraan.

Kedepan Penyuluh diarahkan menjadi sebuah lembaga

yang dikelola secara professional.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 84

Page 85: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

3. TINGGINYA KESENJANGAN

KOMPETENSI PENYULUH

DENGAN KEBUTUHAN

PASAR KEBUTUHANLusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 85

Page 86: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Sebagian besar penyuluh adalah lulusan STP yang sepanjang masa

pendidikan kurang memiliki akses yang luas dengan bidang

lain diluar bidang agama. Sementara

sebagian kecil adalah lulusan

universitas umum (non-agama).

Kenyataan ini menyebabkan kesenjangan

kompetensi yang semakin lebar antara Sarjana

Agama dan Sarjana Umum.

Di sisi lain, ada juga lulusan STFT yang

justru merebut pangsa kerja alumni

STP, sehingga banyak alumni STP

yang kalah bersaing dengan alumni STFT,

alias pasukkan ekkes.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 86

Page 87: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

4. ADANYA TREND

KEBUTUHAN PASAR YANG

SELALU MENGIKUTI

PERUBAHAN MASYARAKATLusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 87

Page 88: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Kebutuhan pasar kerja dari waktu-kewaktu terus berkembang

mengikuti perkembangan

masyarakat.

Informasi kecenderungan (trend) kebutuhan pasar kerja

menjadi sangat berharga bagi

Penyuluh dalam rangka pengembangan

program penyuluhan yang inovatif dan

“diminati” di pasar.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 88

Page 89: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

5. MASIH BANYAK PENYULUH

YANG JUMLAH PESERTA

DIDIKNYA TERUS MENURUN

DARI WAKTU KE WAKTU Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 89

Page 90: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Tingkat persaingan antar Penyuluh Agama Katolik dan berbagai kegiatan keagamaan

lain yang sangat menarik (di mall atau

hotel) menggiring keduanya pada

“perebutan” anggota.

Untuk meningkatkan jumlah peserta binaan

Penyuluh pun harus mampu membangun

jaringan dengan struktur hirarki di

atasnya, Gereja-gereja Paroki, sekolah-

sekolah, perkantoran , perusahaan, dst.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 90

Page 91: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 91

Page 92: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Pemda

Dinas Agama

Organisasi

Dinas instansi Terkait

Akademisi

Kepolisian

Legislatif

Lembaga Sertifikasi

Penyelenggara

Program Kursus

Perbaikan Mutu

Pelayanan Memuask

an

Image Positif bagi

Penyuluh

Meningkatnya

Dukungan

Siklus Jejaring Kerja

PENYULUH

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 92

Page 93: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

1. Penyuluh sebagai penyelenggara kursus /

pelatihan / kelas penyuluhan memiliki

kekuatan sekaligus juga kelemahan.

Penjelasan Bagan:

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 93

Page 94: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

SDM SARANA

PROGRAMOUTPUT

1. Sumber daya manusia (SDM),

2. Fasilitas atau sarana -prasarana yang dimiliki,

3. Program penyuluhan yang diselenggarakan dan

4. Lulusan (out put) yang dihasilkan.

Kekuatan dan kelemahan Penyuluh

ditentukan oleh empat hal pokok yaitu:

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 94

Page 95: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Setelah mengetahui peta kekuatan dan

kelemahan internal kelembagaannya

Penyuluh dapat menentukan langkah atau

strategi untuk peningkatan kinerja Penyuluh,

salah satunya dengan pendekatan PLC (Program

Life Cycle).

Penyuluh harus mampu memetakan dimana letak

kekuatan dan kelemahan terkait dengan empat hal

tersebut diatas.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 95

Page 96: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

1) Penyuluh menyelenggarakan sebuah kursus

Penyuluhan.

2) Terhadap sistem pengelolaan Penyuluh perlu dilakukan

perbaikan mutu secara berkelanjutan yang didasarkan

pada hasil monitoring dan evaluasi. Jika perbaikan

mutu terus dilakukan maka akan tercipta pelayanan

kursus yang memuaskan bagi masyarakat binaan.

3) Kepuasan pelanggan dengan sendirinya akan

membangun image positif di masyarakat terhadap

eksistensi Penyuluh.

4) Image positif yang sudah terbentuk akan meningkatkan

minat masyarakat untuk mengikuti penyuluhan.

5) Jumlah peserta binaan yang semakin meningkat

menunjukkan daya dukung masyarakat juga semakin

meningkat, begitu seterusnya.

2. Peningkatan mutu internalPenyuluh dengan pendekatan PLC terdiri dari 5 langkah utama yang pada

hakekatnya merupakan suatu tahapan kegiatan/aktivitas yang terus

berkelanjutan sebagai sebuah siklus.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 96

Page 97: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Di satu sisi, Penyuluh secara internal

memiliki keterbatasan-keterbatasan

yang menjadi tantangan baginya:

bagaimana penyuluh mengatasinya?

Di sisi lain, begitu banyak sumber daya

potensial di masyarakat yang belum

diberdayakan secara optimal untuk

pengembangan Penyuluh kedepan dan

menjadi tantangan: bagaimana penyuluh

memberdayakannya?

3. Peningkatan mutu Penyuluh secara eksternalHal ini dapat dilakukan dengan strategi kemitraan yaitu membangun

Jejaring Kerja dengan pihak-pihak eksternal atas dasar saling percaya

dan saling membutuhkan.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 97

Page 98: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Semakin banyak program Penyuluh yang terkoneksi dengan sumber-sumber eksternal berarti semakit kuat Jejaring Kerja Penyuluh.

Semakin kuat Jejaring Kerja berarti semakin kuat pula eksistensi dan kredibilitas Penyuluh di masyarakat.

1. Pemda, Legislatif, etc,

2. Dinas pendidikan, Dinas/instansi terkait

lainnya (disnakertrans, dinkes, dinas pariwisata

dan budaya, dinas pertanian dan peternakan,

dinas perindustrian dan perdagangan, etc),

3. Dunia usaha dan industri,

4. Lembaga keuangan seperti Perbankan,

Koperasi,

5. Organisasi kemasyarakatan (termasuk asosiasi

profesi, lembaga persekolah (Seminari) ,

Akademisi, Lembaga Sertifikasi (LSK dan LSP),

Dst.

Adapun Pihak-pihak eksternal yang memungkinkan

untuk dijadikan mitra kerja antara lain:

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 98

Page 99: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 99

Page 100: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

1. Meningkatkan partisipasi masyarakat

Masyarakat di sini memiliki arti

luas, tidak hanya pelanggan

(peserta binaan) tetapi juga

masyarakat secara umum.

Salah satu tujuan membangun Jejaring Kerja

(kemitraan) adalah membangun kesadaran

masyarakat terhadap eksistensi Penyuluh,

menumbuhkan minat dan meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pengembangan Penyuluh.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 100

Page 101: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

2. Peningkatan Mutu Dan Relevansi

Untuk itu, membangun Jejaring Kerja

(kemitraan) diperlukan guna merancang

program kursus yang inovatif,

meningkatkan mutu layanan dan

relevansi program dengan kebutuhan

pasar.

Dinamika perubahan/ perkembangan masyarakat

sangat tinggi. Lembaga kursus jika ingin tetap eksis

harus mampu bersaing dengan kompetitor lain.

Untuk itu, Penyuluh dituntut untuk terus melakukan

inovasi, peningkatan mutu dan relevansi program

kursus sesuai kebutuhan pasar.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 101

Page 102: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

3. Mensinergikan Program

a. Setiap perusahaan besar baik milik pemerintah atau swasta

sudah pasti memiliki program corporate Social Responcibility

(CSR) yang bisa disnergikan.

b. Sekolah-sekolah yang belum memiliki guru agama Katolik bisa

bermitra dengan Penyuluh.

c. Disnakertrans menyediakan bursa kerja khusus yang bisa

diakases Penyuluh untuk binaannya yang membutuhkan

pekerjaan.

d. Pemerintah melalui dinas pendidikan dan P2PNFI dan

BPPNFI memiliki anggaran bantuan sosial untuk masyarakat

tidak mampu yang bisa diakses Penyuluh.

Aberbagai program dari berbagai pihak yang

sebetulnya bisa disinergikan dengan program

kerja Penyuluh, jika terbangun komunikasi

dua arah yang baik satu sama lain.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 102

Page 103: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

4. Meningkatkan Daya Serap Lulusan STP

Sebagai Penyuluhan Agama Katolik

Untuk itu, salah satu tujuan membangun

Jejaring Kerja adalah peningkatan

kualitas pengentahuan daniman

kekatolikan dari setiap binaan yang telah

ia luluskan.

Banyak penyuluh yang masih beranggapan bahwa

setelah binaannya lulus (katekumen, mislnya),

maka selesailah sudah tanggungjawabnya.

Paradigma ini perlu dirubah, sebab tanggung jawab

penyuluh juga mencakup penanganan pasca

penyuluhan.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 103

Page 104: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

5. Sosialisasi, Promosi Dan Publikasi

Dengan semakin dikenal secara luas,

diharapkan si Penyuluh akan semakin

diminati sebagai penyuluh agama

katolik di gereja dan masyarakat di

sekitar tempat tinggalnya

Membangun Jejaring Kerja (kemitraan) dilakukan dalam upaya sosialisasi, promosi dan publikasi program Penyuluhan, sehingga Penyuluh semakin dikenal oleh masyarakat luas, terutama di kalangan masyarakat Katolik.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 104

Page 105: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

6. Peningkatan Akses

Kemitraan dengan berbagai pihak terus

dibangun baik dengan pemerintah

sebagai pengambil kebijakan, dengan

masyarakat selaku konsumen/pelanggan

maupun dengan dudi selaku pengguna

lulusan.

Melalui Jejaring Kerjasama yang semakin baik dan meluas, maka secara otomotatis akan memperluas akses lembaga (akses informasi, teknologi, modal, pasar, praktek kerja industri/magang).

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 105

Page 106: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Sebab, image positif pun

menyangkut kredibilitas

lembaga kursus dimata

masyarakat dan mitra kerja.

7. Pencitraan Publik

Membangun image positif adalah salah satu tujuan kemitraan. Image yang positif (seperti professional, unggul, kompeten) biar bagaimanapun dapat dibangun melalui program kemitraan.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 106

Page 107: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

KAPASITAS menyangkut optimalisasi

pelaksanaan fungsi penyuluh;

KAPABILITAS menyangkut kemampuan

penyuluh itu sendiri untuk memproses

input menjadi output yang siap pakai.

8. Penguatan Kapasitas & Kapabilitas Lembaga

Membangun jaringan kemitraan juga

sangat penting dalam upaya

peningkatan kapasitas dan kapabilitas

Penyuluh.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 107

Page 108: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Menurut kelompok Anda, pihak mana saja yang berpotensi menjadi jaringan kerja (mitra) Penyuluh Agama Katolik, dan bagaimana pola kemitraan yang paling tepat menurut kelompokmu?

Clue: Ada 3 unsur penting yang harus diperhatikan untuk

menjawab pertanyaan di atas, yakni: (1) Pola Kemitraan Lembaga, (2) Organisasi yang Relevan, dan (3) Peran Lembaga

Contoh Jawaban: Pola Kemitraan Lembaga : Pengembangan organisasi Organisasi yang Relevan : Asosiasi profesi Peran Lembaga : Peningkatan kompetensi pendidik

dan tenaga kependidikan melalui pembinaan organisasi mitra.

TUGAS KELOMPOK

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 108

Page 109: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Andrew H, Kekuatan Networking, http://pembelajar.com Tanggal 27 januari 2009.

Asep ST. Sujana. (2005). Paradigma Baru dalam Manajemen Ritel

Modern.Yogyakarta Graha Ilmu

Mastuhu. (2003). Menata Ulang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Safira Insania

Sudjatmoko. Agung. (2009). Pandua Lengkap Wirausaha. Cara Cerdas Mejadi

Pengusaha. Jakarta: Visimedia

Wahyudi. Hari. (2010). Beauty Preneurship. Entrepreneur Muda dalam Industtri

Beauty, Fashion & Lifestyle, Jakarta: PPM

Aminah, S., dan Husni. (2007). “Kajian Pengembangan Kerangka Kerja Kolaborasi

Evaluasi dengan Pendekatan Collaborative Business Process Management.”

http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1712/1493 (diakses 26

Oktober 2011)

Dijk, J.A.G.M.. van (2003). Outline of a Multilevel Theory of the Network Society, In

press.

DAFTAR PUSTAKA

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik 109

Page 110: Membangun Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Email : [email protected]

Facebook : Lusius Sinurat

Fanpage : https://web.facebook.com/lusius.sinurat

Twitter : @luciusinurat

Instagram : @lusiussinurat