Membangun jati diri bangsa indonesia
-
Upload
mashud94jkt -
Category
Education
-
view
1.152 -
download
22
description
Transcript of Membangun jati diri bangsa indonesia
BAB 3
MEMBANGUN JATI DIRI
KEINDONESIAAN
A. MENGANALISIS TUMBUHNYA RUH KEBANGSAAN DAN
NASIONALISME
1. POLITIK ETIS
Politik Etis adalah kebijakan baru yang di buat oleh Ratu Wilhelmina selaku
Ratu Belanda untuk meningkat kan kesejahteraan yang pernah mengalami
penurunan pada abad ke 20. Semua itu di picu oleh berubahnya sistem
administrasi tradisional menjadi administrasi modern yang mana pemerintahan
mengambil alih sistem pemimpin pribumi ke sistem birokrasi kolonial untuk
mengambil posisi penting dari pemimpin daerah ke tangan Belanda. Namun
mendapatkan kritikan yang menyatakan bahawa pemerintahannya telah
mengeksploitasi wilayah jajahan untuk membangun negeri mereka dan
memperoleh keuntungan yang besar.
Awal abad 20, era Politik Etis di pimpin oleh Menteri Jajahan Alexander
W.F. Indenburg yang kemudian menjadi Gubernur Jendral Hindia Belanda ( 1909-
1916 ). Politik Etis memiliki 3 program yaitu, irigasi, edukasi, dan trasmigrasi
yang membawa pengaruh besar terhadap perubahan arah kebijakan politik Negeri
Belanda atas Negara jajahannya. Serta munculnya symbol baru yaitu “kemajuan”.
Zaman kemajuan ditandai dengan bergeraknya kaum wanita yang di pelopori R.A
Kartini yang merupakan inspirasi bagi kaum etis pada saat itu.
Semangat era etis adalah kemajuan menuju moderanitas dengan adanya
pendidikan gaya barat yang membuka peluangbagi mobilitas social masyarakat di
tanah Hindia/Indonesia. Pengaruhnya, muncul sekelompok kecil intelektual
bumiputra (“priyayi baru”) atas kesadaran bahwa rakyat bumiputra harus mampu
bersaing dengan bangsa lain untuk mencapai kemajuan. Para kaum muda
terpelajar inilah yang kemudian membentuk kesadaran “nasional” sebagai
bumiputra di Hindia, dan bergerak bersama “bangsa-bangsa” lain dalam garis
waktu yang tidak terhingga menuju moderanitas. Pemerintah colonial Belanda
juga membentuk Volksraad (Dewan Rakyat) yang sejumlah tokoh Indonesia
bergabung di dalalmnya.
2. PERS MEMBAWA KEMAJUAN
Awal abad ke 20, para priyayi baru menuangkan gagasannya melalui pers (media
cetak) mengenai isu-isu perubahan yang di populerkan yaitu terkait dengan
peningkatan status social rakyat bumiputra dan peningkatan kehidupan di bidang
siosial, ekonomi, budaya dan politik. Pada dekade itu ditandai dengan jumlah
penerbitan surat kabar berbahas melayu yang mengalami peningkatan. Orang-orang
pertama yang aktif dalam dunia pers saat itu adalah orang Indo seperti H.C.O.
Clockener Brousson dari Bintang Hindia, E.F Wigger dari Bintang Baru, dan G.
Francis dari Pemberitaan Betawi. Penertib Tionghoa yang menjadikan pertumbuhan
surat kabar berkembang pesat. R. Tirtodanudja dan R. Mohammad Jusuf. Keduanya
adalah redaktur sinar Djawa, yang dituliskan Honh Thaji Kwee Khaij Khee.
Ketua majalah bulanan insulinde adalah Dja Endar Muda, seorang wartawan
keturunan Tapanuli yang telah menerbitkan surat kabar Pertja Barat dan majalah
bulanan berbahasa Batak, Tapian Nauli. Majalah itulah yang pertama
memperkenalkan slogan “kemajuan” dan “Zaman Maju” .
Majalah itu tidak saja memuat artikel tentang bangsa Hindia Belanda, akan tetapi
juga memuat tentang berita Asia dan Eropa.
Beberapa surat kabar yang kemudian membawa kemajuan bagi kalangan peribumi
yaitu Medan Prijaji (1909-1917) dan juga terbitan wanita pertama yang terbit berkala yaitu
Poetri Hindia (1908-1913). Editornya adalah R.M. Tirtoadisurya memuat tentang tulisannya,
bahwa untuk memperbaiki status dagang “pedagang bangsa islam”, perlu ada organisasi yang
anggota-anggotanya terdiri atas para pedagang sehingga “orang kecil tidak bias dikalahkan
karena mereka bersatu”. Ia di kenal sebagai pendiri sarekat dagang islamijah atau lebih di
kenal dengan SDI ( syarekat dagang islam).
Pada perkembangannya SDI mengubah dirinya menjadi SI (Syarekat Islam) dengan
pemimpin HJ. Samanhudin. Sementara itu anak-anak muda berpendidikan barat di Padang
menerbitkan majalah perempuan Soeara Perempuan (1918) dengan semboyan Vrijheid yang
berarti kemerdekaan bagi anak perempuan untuk ikut dalam kemajuan tanpa hamabatan adat
yang mengekang. Pers Bumiputra mempunyai fungsi untuk mobilisasi pergerakan nasional
pada saat itu. Sinar Djawa memuat tentang perlunya rakyat kecil untuk terus menunutut ilmu
setinggi mungkin. Memuat dua hal penting, yaitu tentang “bangsawan usul” ( keluarga raja-
raja) dan “bangsawan pikiran” ( memiliki gelar).
Surat kabar yang paling mendapat perhatian pemerintah colonial saat itu adalah De
Express yang memuat berita-berita propaganda ide-ide radikal dan kritis terhadap system
pemerintah colonial. Puncaknya didirikan Comite tot Herdenking van Nederlands
Honderdjarige Vrijheid yang di sebut Komite Boemipoetera (1913). Tujuannya untuk
mengumpulkan dana dari rakyat untuk mendukung perayaan kemerdekaan Belanda dan
mengkritik tindakan pemerintahan colonial yang merayakan kemerdekaannya di tanah
jajahan dengan mencari dana dukungan dari rakyat.
Kritik tajam yang terdapat di brosur yang berjudul Als Ik Eens Nederlans Was.
Pemerintahan kolonil menilai tulisan itu dengan menghasut rakyat untuk melawan
pemerintah. Seorang jurnalis bumiputra yang gigih memperjuangkan kebebasan pers di kenal
denga nama Semaun. Ia mengkritik beberapa kebijakan colonial melalui Sinar Hindia.
Kritikannya mengenaia Haatzaai Artiklen, yang menurutnya sebagai saranan untuk
membungkam rakyat dan melindungu kekuasaan colonial dan kapitalis asing.
1. Modernisme dan Reformasi Islam
#Modernisme Islam
Semangat modernisme itu berlandaskan pada pencarian nilai-nilai yang
mengarah pada kemajuan dan pengetahuan. Modernisme di artikan sebagai cara
berpikir dengan peradaban barat, dengan merujuk upaya mengejar
ketertinggalan mendasar etnik kepada agama Islam.
#Reformasi Islam
Gerakan reformasi Islam telah di rintis sumatera barat pada abat ke 19
yang berlanjut ke Jawa dan berbagai daerah lainnya. Pada abad ke 19 gerakan
itu menekankan pada, gerakan salafi melawan kaum adat pada abad ke 20
menekankan pada pencarian etnik modernitas, untuk melawan tradisionalisme
dan kemunduran umat Islam. Pada awal abad ke 20 terdapat empat ulama muda
dari daerah Minangkabau, yaitu :
1. Syeikh Muhammad Taher Jamaluddin ( 1900)
2. Syeikh Muhammad Jamil Jambek (1903)
3. Haji. Abdul Karim Amrullah (1906)
4. Haji. Abdullah Achmad ( 1899)
Mereka ber-empat menyebarkan Gerakan pembaharuan dengan
menggunakan majalah al-imam, untuk keluar dari Minangkabau. Di samping itu
al-imam memuat ajaran agama dan peristiwa penting di dunia.
Hj. Abdullah Achmad yang mendirikan majalah al-munir pada tahun 1909
untuk menyebarkan agama Islam yang di anggap sesungguhnya. Haji. Abdul
Kamrim Amrullah mulai menumbuhkan kesadaran akan perlunya perubahan
metode pengajaran dan system pendidikan tradisional menjadi lebih modern.
Sementara itu berdiri pula sekolah dinniyah di padang pada tahun 1915.
#Organisasi Awal Pergerakan
Budi Utomo lahir dari inspirasi yang dikemukakan oleh Ngabehi Wahidin
Soedirohusodo, seorang dokter Jawa dan termasuk priayi, dalam tahun 1906-
1907. Di saat itu beliau sedang melakukan kampanye di kalangan priayi di
Pulau Jawa. pada akhir tahun 1907, Wahidin bertemu Soetomo, Goenawan
Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Pertemuan tersebut
membahas tentang nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu dianggap bodoh
dan tidak bermartabat oleh bangsa lain (Belanda), serta bagaimana cara
memperbaiki keadaan yang amat buruk dan tidak adil itu. Para pejabat pangreh
praja (sekarang pamong praja) kebanyakan hanya memikirkan kepentingan
sendiri dan jabatan. Dalam praktik mereka pun tampak menindas rakyat dan
bangsa sendiri, misalnya dengan menarik pajak sebanyak-banyaknya untuk
menyenangkan hati atasan dan para penguasa Belanda.
Para pemuda mahasiswa itu juga menyadari bahwa mereka membutuhkan
sebuah organisasi untuk mewadahi mereka, seperti halnya golongan-golongan
lain yang mendirikan perkumpulan hanya untuk golongan mereka seperti Tiong
Hoa Hwee Koan untuk orang Tionghoa dan Indische Bond untuk orang Indo-
Belanda. Pemerintah Hindia Belanda jelas juga tidak bisa diharapkan mau
menolong dan memperbaiki nasib rakyat kecil kaum pribumi, bahkan
sebaliknya, merekalah yang selama ini menyengsarakan kaum pribumi dengan
mengeluarkan peraturan-peraturan yang sangat merugikan rakyat kecil.
Para pemuda itu akhirnya berkesimpulan bahwa merekalah yang harus
mengambil prakarsa menolong rakyatnya sendiri. Pada waktu itulah muncul
gagasan Soetomo untuk mendirikan sebuah perkumpulan yang akan
mempersatukan semua orang Jawa, Sunda, dan Madura yang diharapkan bisa
dan bersedia memikirkan serta memperbaiki nasib bangsanya. Perkumpulan ini
tidak bersifat eksklusif tetapi terbuka untuk siapa saja tanpa melihat kedudukan,
kekayaan, atau pendidikannya.
Pada awalnya, para pemuda itu berjuang untuk penduduk yang tinggal di
Pulau Jawa dan Madura, yang untuk mudahnya disebut saja suku bangsaJawa.
Mereka mengakui bahwa mereka belum mengetahui nasib, aspirasi, dan
keinginan suku-suku bangsa lain di luar Pulau Jawa, terutama Sumatera,
Sulawesi, dan Maluku. Apa yang diketahui adalah bahwa Belanda menguasai
suatu wilayah yang disebut Hindia (Timur) Belanda (Nederlandsch Oost-Indie),
tetapi sejarah penjajahan dan nasib suku-suku bangsa yang ada di wilayah itu
bermacam-macam, begitu pula kebudayaannya. Dengan demikian, sekali lagi
pada awalnya Budi Utomo memang memusatkan perhatiannya pada penduduk
yang mendiami Pulau Jawa dan Madura saja karena, menurut anggapan para
pemuda itu, penduduk Pulau Jawa dan Madura terikat oleh kebudayaan yang
sama. Pertemuan tersebut berhasil mendorong didirikannya organisasi. Pada
hari Rabu, 20 Mei 1908 di Btaviatepatnya di salah satu ruang belajar STOVIA,
Soetomo menjelaskan gagasannya. Dia menyatakan bahwa hari depan bangsa
dan Tanah Air ada di tangan mereka. Maka lahirlah Boedi Oetomo. Dan
kemudian Soetomo ditunjuk sebagai ketuanya.
Tanggal berdirinya Boedi Oetomo hingga saat ini diperingati oleh bangsa
Indonesia sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Pada awal berdirinya hingga
bulan Oktober 1908, Boedi Oetomo merupakan organisasi pelajar dengan
pelajar STOVIA sebagai anggota intinya. Tujuan Boedi Oetomo dituliskan
secara samar-samar, yaitu "kemajuan bagi hindia". Ruang geraknya masih
terbatas di Jawa dan Madura dengan tidak membedakan keturunan,jenis
kelamin dan agama. Hingga menjelang kongres pertama terdapat 8 cabang
Boedi Oetomo yaitu Batavia, Bogor, Bandung, Yogyakarta I, Yogyakarta II,
Magelang, Surabaya dan Probolinggo.
Setelah cita-cita Boedi Oetomo mendapat dukungan yang luas dari
kalangan cendekiawan Jawa, kaum pelajar mulai menyingkir dari barisan
depan. Karena para pemuda juga menyadari bahwa tugas mereka sebagai
mahasiswa kedokteran masih banyak, di samping harus berorganisasi. Oleh
karena itu, sebagian dari mereka menginginkan "kaum tua"-lah yang harus
memimpin Budi Utomo, sedangkan para pemuda sendiri akan menjadi motor
yang akan menggerakkan organisasi itu. ketika kongres Boedi Oetomo
berlangsung di Yogyakarta, kongres tersebut mengangkat Tirtokusumo, Bupati
Karanganyar, sebagai ketua baru dan Yogyakarta sebagai pusatnya. Namun,
dalamperkembangannya Tirtokusumo sebagai ketua yang baru lebih cenderung
memperhatikan reaksi dari pemerintah kolonial daripada reaksi penduduk
pribumi.
Setelah persetujuan dari pemerintah kolonial sebagai badan hukum
diberikan, diharapkan organisasi Boedi Oetomo akan lebih melancarkan
kegiatannya secara luas. Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya, Boedi
Oetomo segera menjadi lamban. Hal itu disebabkan adanya kesulitan keuangan
dan banyak Bupati yang sebelumnya menjadi anggota Boedi Oetomo,
mendirikan organisasi sendiri.
Perkembangan selanjutnya merupakan periode yang paling lamban bagi
Boedi Oetomo. Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah bulanan
Goerge Desa dan beberapa petisi kepada pemerintah agar meningkatkan mutu
sekolah menengah pertama. Pemerintah kolonial yang mengawasi
perkembangan boedi Oetomo sejak berdirinya dengan penuh perhatian akhirnya
pengaruh Boedi Oetomo terhadap kaum pribumi tidak begitu besar.
Ketika Perang Dunia terjadi pada tahun 1914, ada usaha untuk
mengembalikan usaha kekuatan Boedi Oetomo. Adanya bahaya intervensi
pihak asing ke wilayah Indonesia menjadi alasan bagi bagi Boedi Oetomo untuk
mengjukan usul tentang perlunya wajib militer bagi kaum pribumi. kemudian
dikirim misi ke Belanda oleh komite Indie Weerbaar ( Hindia yang
berketahanan ). periode tahun 1916-1917 merupakan masa yang sangat amat
berhasil bagi Boedi Oetomo. Dwidjosewoyo sebagai wakil Boedi Oetomo
dalam misi tersebut berhasil melakukan pendekatan dengan pemimpin-
pemimpin Belanda.Namun, usulan tentang wajib militer gagal. sebagai
gantinya, dikeluarkan undang-undang tentang pembentukan volksraad(Dewan
Rakyat) yang disahkan pada Bulan Desember 1916.
Saat terjadi krisis pada Bulan November 1918 di Negeri Belanda, mereka
menuntut perubahan bagi volksraad dan kebijakan pemerintah kolonial pada
umumnya. Oleh karena itu, pada tahun 1919 dibentuk suatu komisi untuk
mengadakan penyelidikan perlunya perbaikan ketatanegaraan. Akhirnya Boedi
Oetomo menyadari tentang perlunya suatu gerakan politik dan menggalang
dukungan massa sehingga unsur-unsur radikal dalam tubuh Boedi Oetomo pun
mulai besar pengaruhnya. akan tetapi, segera setelah itu kebijakanplitik yang
;lebih kerasdilakukan oleh Gubernur Jendral Mr. D.Fock dan anggaran
pendidikan dikurangi secara drastis. Akibatnya, terjadi perpecahan antara
golongan moderat dan radikal di dalam Boedi Oetomo. Pada tahun 1924, Dr.
Soetomoyang merasa tidak puas dengan Boedi Oetomo mendirikan
Indonesische Studie Club di Surabayayang kemudian berkembang menjadi
Persatuan Bangsa Indonesia(PBI).
Sebab utama pembentukan Indonesische Studie Club adalah Dr.
Soetomo dan juga pemimpin Nasionalislainnya menganggap asas "Kebangsaan
Jawa" dan Boedi Oetomo tidak sesuai lagi. Karena Boedi Oetomo tidak pernah
mendapatkan dukungan massa, kedudukannya secara politik kurang begitu
penting. Namun, satu hal yang penting adalah dari dal;am Boedi Oetomo telah
muncl benih semangat nasional yang pertama.
SAREKAT ISLAM
Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan
perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji
Samanhudi di Solo pada tahun 1911, dengan tujuan awal untuk menghimpun
para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing
dengan pedagang-pedagang besar timur. Pada saat itu, pedagang-pedagang
tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih
tinggi dari pada penduduk Indonesia lainnya. Kebijakan yang sengaja
diciptakan oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut kemudian menimbulkan
perubahan sosial karena timbulnya kesadaran di antara kaum pribumi.
SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam
dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H.
Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan
yang berpengaruh.Setahun kemudian, pada bulan November 1912, nama SDI
diubah menjadi Sarekat Islam (SI) dengan ketuanya Haji Oemar Said
Tjokroaminoto . Hal ini dilakukan agar keanggotaannya lebih luas, bukan hanya
dari kalangan pedagang.
Permasalahan utama yang menjadi inti perlawanan Sarekat Islam
ditunjukkan terhadap setiap bentuk penindasan dan kesombongan
rasial.Berbeda dengan Boedi Oetomo, keanggotaan Sarekat Islam bersifat
terbuka sehingga berhasil menyentuh lapisan masyarakat bawah yang sejak
berabad-abad paling banyak menderita. Jika ditinjau dari anggaran dasarnya,
dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:Mengembangkan jiwa
dagang.Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang
usaha.Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya
derajat bumiputra.Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai
agama Islam.Hidup menurut perintah agama.
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk masyarakat Jawa dan
Madura saja. Tujuan SI adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan
tolong-menolong di antara muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat.
Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan masyarakat muslim. Pada waktu
SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg
menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam
anggaran dasarnya tidak terlihat adanya unsur politik, tapi dalam kegiatannya SI
menaruh perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang
ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial.
Artinya SI memiliki jumlah anggota yang banyak sehingga menimbulkan
kekhawatiran pemerintah Belanda.
SI merupakan organisasi pertama di Indonesia yang antara tahun 1917
dan 1920 pengaruhnya sangat terasa dalam perkembangan politik Indonesia.
Coraknya yang demokratis dan kesiapannya untuk berjuang secara radikal
mendekatkan beberapa cabang SI beserta pemimpinnya kepada ajaran Marxis.
Penggunaan teori Marxis untuk perjuangan melawan imperialisme dipelopori
oleh SI cabang Semarang yang dipimpin oleh Semaun dan Darsono.
Masuknya ajaran-ajaran marxis menimbulkan krisis dalam tubuh SI
antara pendukung paham Islam dan penganut ajaran Marxis. Perdebatan seru
terjadi antara H.A. Agus Salim-Abdul Muis pada satu pihak dengan Semaun-
Tan Malaka pada lain pihak. Pada tahun 1921, melalui kebijakan " Disiplin
Partai" golongan kiri dalam tubuh SI dapat disingkirkan . Kebijakan "Disiplin
Partai" melarang anggota SI memiliki anggota ganda dalam organisasi
pergerakan nasional. Mereka terdepak dan menamakan dirinya Sarekat Rakyat
(SR).
Aktivitas SI yang lebih mengutamakan politik tidak disetujui oleh
sebagian anggotanya. Mereka menginginkan SI lebih banyak memperhatikan
masalah-masalah keagamaan. Dalam kondisi itu, SI memutuskan untuik bekerja
sama dengan pemerintahan kolonial dan berganti nama menjadi Partai Sarekat
Islam. Sehubungan dengan semakin luasnyasemangat persatuan setelah Sumpah
Pemuda, nama tersebut diubah menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII)
pad tahun 1930 dengan ketuanya Haji Agus Salim.
INDISCHE PARTIJ
Indische Partij berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912.
organisasi ini juga dimaksudkan sebagai pengganti organisasi Indische Bond,
sebagai organisasi kaum Indo dan Eropa di Indonesia yang didirikan pada tahun
1898. Ketiga tokoh pendiri Indische Partij dikenal sebagai tiga serangkai, yaitu
E.F.E Douwes Dekker(Danudirja Setiabudhi), Cipto Mangunkusumo dan
Suwardi Suryadiningrat( Ki Hajar Dewantara). Indische Partij, yang
berdasarkan golongan Indo yang makmur, merupakan partai pertama yang
menuntut kemerdekaan Indonesia.
Partai ini berusaha didaftarkan status badan hukumnya pada pemerintah
kolonial Hindia Belanda tetapi ditolak pada tanggal 11 Maret 1913, penolakan
dikeluarkan oleh Gubernur Jendral Idenburg sebagai wakil pemerintah Belanda
di negara jajahan. Alasan penolakkannya adalah karena organisasi ini dianggap
oleh pemerintah kolonial saat itu dapat membangkitkan rasa nasionalisme
rakyat dan bergerak dalam sebuah kesatuan untuk menentang pemerintah
kolonial Belanda.
Pada tahun 1913 partai ini dilarang karena tuntutan kemerdekaan itu, dan
sebagian besar anggotanya berkumpul lagi dalam Serikat Insulinde dan Comite
Boemi Poetra.
PERHIMPUNAN INDONESIA
Pada September 1922, saat pergantian ketua antara Dr.Soetomo dan
Herman Kartawisastra. organisasi ini berubah nama menjadi Indonesische
Vereeniging. Saat itu istilah "Indonesier" dan kata sifat "Indonesich" sudah
tenar digunakan oleh para pemrakarsa Politik etis. Para anggota Indonesische
juga memutuskan untuk menerbitkan kembali majalah Hindia Poetra dengan
Mohammad Hatta sebagai pengasuhnya. Majalah ini terbit dwi bulanan, dengan
16 halaman dan biaya langganan seharga 2,5 gulden setahun. Penerbitan
kembali Hindia Poetra ini menjadi sarana untuk menyebarkan ide-ide
antikolonial. Dalam 2 edisi pertama, Hatta menyumbangkan tulisan kritik
mengenai praktek sewa tanah industri gula Hindia Belanda yang merugikan
petani.
Saat Iwa Koesoemasoemantri menjadi ketua pada 1923, Indonesische
mulai menyebarkan ide non-kooperasi yang mempunyai arti berjuang demi
kemerdekaan tanpa bekerjasama dengan Belanda. Tahun 1924, saat M. Nazir
Datuk Pamoentjak menjadi ketua, nama majalah Hindia Poetra berubah menjadi
Indonesia Merdeka. Tahun 1925 saat Soekiman Wirjosandjojo nama organisasi
ini resmi berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
Hatta menjadi Voorzitter (Ketua) PI terlama yaitu sejak awal tahun 1926
hingga 1930, sebelumnya setiap ketua hanya menjabat selama setahun.
Perhimpunan Indonesia kemudian menggalakkan secara terencana propaganda
tentang Perhimpunan Indonesia ke luar negeri Belanda.
Tokoh-tokoh lain yang menjadi anggota organisasi ini antara lain:
Achmad Soebardjo, Soekiman Wirjosandjojo, Arnold Mononutu, Prof Mr
Sunario Sastrowardoyo, Sastromoeljono, Abdul Madjid, Sutan Sjahrir, Sutomo,
Ali Sastroamidjojo, dll.
PARTAI KOMUNIS INDONESIA
Partai ini didirikan atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet
pada 1914, dengan nama Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV)
atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda). Keanggotaan awal ISDV pada
dasarnya terdiri atas 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, yaitu SDAP
(Partai Buruh Sosial Demokratis) dan SDP (Partai Sosial Demokratis), yang
aktif di Hindia Belanda
Pada Oktober 101 SM ISDV mulai aktif dalam penerbitan dalam bahasa
Belanda, "Het Vrije Woord" (Kata yang Merdeka). Editornya adalah Adolf
Baars.
Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan
Indonesia. Pada saat itu, ISDV mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari
semuanya itu hanya tiga orang yang merupakan warga pribumi Indonesia.
Namun demikian, partai ini dengan cepat berkembang menjadi radikal dan anti
kapitalis. Di bawah pimpinan Sneevliet partai ini merasa tidak puas dengan
kepemimpinan SDAP di Belanda, dan yang menjauhkan diri dari ISDV. Pada
1917, kelompok reformis dari ISDV memisahkan diri dan membentuk partainya
sendiri, yaitu Partai Demokrat Sosial Hindia.
Pada 1917 ISDV mengeluarkan penerbitannya sendiri dalam bahasa
Melayu, "Soeara Merdeka".
Di bawah kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin bahwa Revolusi Oktober
seperti yang terjadi di Rusia harus diikuti Indonesia. Kelompok ini berhasil
mendapatkan pengikut di antara tentara-tentara dan pelaut Belanda yang
ditempatkan di Hindia Belanda. Dibentuklah "Pengawal Merah" dan dalam
waktu tiga bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang. Pada akhir 1917,
para tentara dan pelaut itu memberontak di Surabaya, sebuah pangkalan
angkatan laut utama di Indonesia saat itu, dan membentuk sebuah dewan soviet.
Para penguasa kolonial menindas dewan-dewan soviet di Surabaya dan ISDV.
Para pemimpin ISDV dikirim kembali ke Belanda, termasuk Sneevliet. Para
pemimpin pemberontakan di kalangan militer Belanda dijatuhi hukuman
penjara hingga 40 tahun.
ISDV terus melakukan kegiatannya, meskipun dengan cara bergerak di
bawah tanah. Organisasi ini kemudian menerbitkan sebuah terbitan yang lain,
Soeara Ra’jat. Setelah sejumlah kader Belanda dikeluarkan dengan paksa,
ditambah dengan pekerjaan di kalangan Sarekat Islam, keanggotaan organisasi
ini pun mulai berubah dari mayoritas warga Belanda menjadi mayoritas orang
Indonesia.
Pembentukan Partai Komunis
Pada awalnya PKI adalah gerakan yang berasimilasi ke dalam Sarekat
Islam. Keadaan yang semakin parah dimana ada perselisihan antara para
anggotanya, terutama di Semarang dan Yogyakarta membuat Sarekat Islam
melaksanakan disiplin partai. Yakni melarang anggotanya mendapat gelar
ganda di kancah perjuangan pergerakan indonesia. Keputusan tersebut tentu saja
membuat para anggota yang beraliran komunis kesal dan keluar dari partai dan
membentuk partai baru yang disebut ISDV. Pada Kongres ISDV di Semarang
(Mei 1920), nama organisasi ini diubah menjadi Perserikatan Komunis di
Hindia. Semaoen diangkat sebagai ketua partai.
PKH adalah partai komunis pertama di Asia yang menjadi bagian dari
Komunis Internasional. Henk Sneevliet 1920. mewakili partai ini pada
kongresnya kedua Komunis Internasional pada
Pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi
Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pemberontakan 1926
Pada November 1926 PKI memimpin pemberontakan melawan
pemerintahan kolonial di Jawa Barat dan Sumatra Barat. PKI mengumumkan
terbentuknya sebuah republik. Pemberontakan ini dihancurkan dengan brutal
oleh penguasa kolonial. Ribuan orang dibunuh dan sekitar 13.000 orang
ditahan. Sejumlah 1.308 orang, umumnya kader-kader partai, dikirim ke Boven
Digul, sebuah kamp tahanan di Papua . Beberapa orang meninggal di dalam
tahanan. Banyak aktivis politik non-komunis yang juga menjadi sasaran
pemerintahan kolonial, dengan alasan menindas pemberontakan kaum komunis.
Pada 1927 PKI dinyatakan terlarang oleh pemerintahan Belanda. Karena itu,
PKI kemudian bergerak di bawah tanah.
Rencana pemberontakan itu sendiri sudah dirancang sejak lama. Yakni di
dalam perundingan rahasia aktivis PKI di Prambanan. Rencana itu ditolak tegas
oleh Tan Malaka, salah satu tokoh utama PKI yang mempunyai banyak massa
terutama di Sumatra. Penolakan tersebut membuat Tan Malaka di cap sebagai
pengikut Leon Trotsky yang juga sebagai tokoh sentral perjuangan Revolusi
Rusia. Walau begitu, beberapa aksi PKI justru terjadi setelah pemberontakan di
Jawa terjadi. Semisal Pemberontakan Silungkang di Sumatra.
Pada masa awal pelarangan ini, PKI berusaha untuk tidak menonjolkan
diri, terutama karena banyak dari pemimpinnya yang dipenjarakan. Pada 1935
pemimpin PKI Moeso kembali dari pembuangan di Moskwa, Uni Soviet, untuk
menata kembali PKI dalam gerakannya di bawh tanah. Namun Moeso hanya
tinggal sebentar di Indonesia. Kini PKI bergerak dalam berbagai front, seperti
misalnya Gerindo dan serikat-serikat buruh. Di Belanda, PKI mulai bergerak di
antara mahasiswa-mahasiswa Indonesia di kalangan organisasi nasionalis,
Perhimpoenan Indonesia , yang tak lama kemudian berada di dalam kontrol PKI
.
Peristiwa Madiun 1948
Pada 8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948 pihak Republik Indonesia dan
pendudukan BelandaPerundingan Renville. Hasil kesepakatan perundingan
Renville dianggap menguntungkan posisi Belanda. Sebaliknya,RI menjadi
pihak yang dirugikan dengan semakin sempit wilayah yang dimiliki.Oleh
karena itu, kabinet Amir Syarifuddin diaggap merugikan bangsa, kabinet
tersebut dijatuhkan pada 23 Januari 1948. Ia terpaksa menyerahkan mandatnya
kepada presiden dan digantikan kabinet Hatta.
Selanjutnya Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat
(FDR) pada 28 Juni 1948. Kelompok politik ini berusaha menempatkan diri
sebagai oposisi terhadap pemerintahan dibawah kabinet Hatta. FDR bergabung
dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) merencanakan suatu perebutan
kekuasaan.
Beberapa aksi yang dijalankan kelompok ini diantaranya dengan
melancarkan propaganda antipemerintah, mengadakan demonstrasi-
demonstrasi, pemogokan, menculik dan membunuh lawan-lawan politik, serta
menggerakkan kerusuhan dibeberapa tempat.
Sejalan dengan peristiwa itu, datanglah Muso seorang tokoh komunis
yang sejak lama berada di Moskow, Uni Soviet. Ia menggabungkan diri dengan
Amir Syarifuddin untuk menentang pemerintah, bahkan ia berhasil mengambil
alih pucuk pimpinan PKI. Setelah itu, ia dan kawan-kawannya meningkatkan
aksi teror, mengadu domba kesatuan-kesatuan TNI dan menjelek-jelekan
kepemimpinan Soekarno-Hatta.
Puncak aksi PKI adalah pemberotakan terhadap RI pada 18 September
1948 di Madiun, Jawa Timur.T ujuan pemberontakan itu adalah meruntuhkan
negara RI dan menggantinya dengan negara komunis. Dalam aksi ini beberapa
pejabat, perwira TNI, pimpinan partai, alim ulama dan rakyat yang dianggap
musuh dibunuh dengan kejam. Tindakan kekejaman ini membuat rakyat marah
dan mengutuk PKI.
Tokoh-tokoh pejuang dan pasukan TNI memang sedang menghadapi
Belanda, tetapi pemerintah RI mampu bertindak cepat. Panglima Besar
Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel
Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan
pemberontakan PKI. Pada 30 September 1948, Madiun dapat diduduki kembali
oleh TNI dan polisi. Dalam operasi ini Muso berhasil ditembak mati sedangkan
Amir Syarifuddin dan tokoh-tokoh lainnya ditangkap dan dijatuhi hukuman
mati.Bangkit kembali
Pada 1950, PKI memulai kembali kegiatan penerbitannya, dengan organ-
organ utamanya yaitu Harian RakjatBintang Merah. Pada 1950-an, PKI
mengambil posisi sebagai partai nasionalis di bawah pimpinan D.N. Aidit, dan
mendukung kebijakan-kebijakan anti kolonialis dan anti Barat yang diambil
oleh Presiden Soekarno. Aidit dan kelompok di sekitarnya, termasuk pemimpin-
pemimpin muda seperti Sudisman, Lukman, Njoto dan Sakirman, menguasai
pimpinan partai pada 1951. Pada saat itu, tak satupun di antara mereka yang
berusia lebih dari 30 tahun. Di bawah Aidit, PKI berkembang dengan sangat
cepat, dari sekitar 3.000-5.000 anggota pada 1950, menjadi 165 000 pada 1954
dan bahkan 1,5 juta pada 1959.Pada Agustus 1951, PKI memimpin serangkaian
pemogokan militan, yang diikuti oleh tindakan-tindakan tegas terhadap PKI di
Medan dan Jakarta. Akibatnya, para pemimpin PKI kembali bergerak di bawah
tanah untuk sementara waktu.
PARTAI NASIONAL INDONESIA
Partai Nasional Indonesia (PNI) dibentuk di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927
dengan tokoh-tokohnya Ir.Soekarno, Iskaq, Budiarto, Cipto Mangunkusumo,
Tilaar, Soedjadi, Sunaryo. Dalam pengurus dasar PNI, Ir.Soekarno ditunjuk
sebagai ketua, Iskaq sebagai sekertaris/bendahara, dan Dr.Samsi sebagai
komisaris. Sementara itu, dalam perekrutan anggota disebutkan bahwa mantan
PKI tidak diperkenankan menjadi anggota PNI, juga pegawai negeri yang
memungkinkan berperan sebagai mata-mata pemerintah kolonial.
Dalam anggaran dasarnya dinyatakan bahwa tujuan PNI adalah bekerja
untuk kemerdekaan Indonesia. Tujuan tersebut hendak dicapai dengan asas
"Percaya Pada Diri Sendiri". Artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi
danm sosial dengan kekuatan dan kebiasaan sendiri. Sifatnya yang non-
kooperatif diwujudkan antara lain dengan tidak ikut dalam dewan-dewan yang
dibentuk oleh pemerintah kolonial.
Cabang-cabang pertama PNI didirikan di Bandung, Surabaya, dan
Batavia. Menyusul kemudian dalam tahun 1928 berdiri beberapa cabang
lainnya, seperti di Jogjakarta,Semarang, Pekalongan, Palembang, Makasar dan
Manado. Akhirnya, jumlah anggota PNI meningkat secara drastis. Kenaikan
tersebut merupakan hasil dari propaganda yang sanmgat aktif dilakukan. Jelas
sekali bahwa popularitas rapat-rapat umum yang diselenggarakan oleh PNI itu
disebabkan oleh pengaruh Ir.Soekarno dengan pidato-pidatonya yang sangat
menarik perhatian rakyat.
Ada dua macam cara dilakukan oleh PNI untuk memperkuat diri dan
pengaruhnya di dalam masyarakat.
1) Usaha ke dalam, yaitu usaha-usaha terhadap lingkungan sendiri,
antara lain mengadakan kursus-kursus, mendirikan sekolah-sekolah
dan bank-bank.
2) Usaha ke l;uar dengan memperkuat opini publik terhadap tujuan
PNI, antara lain melalui rapat-rapat umum dan menerbitkan surat
kabar Banteng Priangan di Bandung dan Persatuan Indonesia di
Batavia.
Kegian PNI yang cepat dapat menarik masa yang sangat mencemaskan
pemerintah kolonial Belanda. Gubernur Jendral yang berkuasa pada waktu itu
dalam pembukaan sidang Volskraad pada tanggal 15 Mei 1928 mengharapkan
kesadaran rakyat terhadap Nasionalisme yang ekstrem. Dikemukakan juga
bahwa sikap non-kooperatif yang dijalnkan oleh PNI bersifat bermusuhan
terhadap pemerintah. Meskipun ada peringatan halus tersebut, cabang-cabang
PNI malah bermunculan di berbagai wilayah Indonesia.
Propraganda PNI menimbulkan zaman baru dalam pikiran dan perasaan
orang Indonesia. Dalam melaksanakan kegiatannya, PNI juga banyak dibantu
oleh tokoh-tokoh mantan Perhimpunan Indonesia. Apabila dibandingkan
dengan jumlah anggota Serekat Islam , jumlah anggota PNI jauh lebih kecil.
Akan tetapi, pengaruh Ir.Soekarno sebagai pemimpin PNI dan pemimpin
Indonesia telah meluas dan meresap di kalangan masyarakat Indonesia.
Sukses yang diciptai oleh PNI tidak lepas dari paham yang dianutnya,
yaitu marhaenime. kata marhaen menurut Soekarno adalah nama seorang petani
kecil yang di jumpainya dan menurutnya mewakili kelas sosial yang rendah
(dapat dibandingkan dengan sebagai golongan proletar).
Tindakan progresip PNI dilakukan dengan melakukan rapat-rapat umum
yang selalu dibanjiri massa. hal itu tidak lepas dari peran Ir. Soekarno sebagai
orator ulung. oleh karena itu, pemerintah kolonial mengangap tindakan PNI
sebagai hasutan terhadap rakyat, bahkan di anggap sebagai serangan kaum
komunis kedua setelah pemberontakan PKI tahun 1926. Kemajuan yang dicapai
oleh PNI juga telah menghawatirkan orang-orang reaksioner belanda di
Indonesia. mereka kemudian membentuk Vanderlandsche Club pada tahun
1929. organisasi itu kemudian mendesak kepada pemerintah kolonial agar
menganbil tindakan yang tegas terhadap PNI.
Peningkatan kegiatan rapat-rapat umum di cabang-cabang sejak bulan
Mei 1929 menimbulkan suasana yang tegang. Pemerintah kolonial Belanda
lebih banyak melakukan pengawasan secara tegas terhadap kegiatan-kegiatan
PNI yang dianggap membahayakan keamanan dan ketertiban. Akhirnya,
pemerintah Hindia Belanda beanggapan bahwa tiba saatnya untuk melakukan
tindakan terhadap PNI. Bahkan, Gubernur Jendral de Graeff telah mendapatkan
tekanan dari golongan konservatif Belanda yang tergabung dalam
Vanderlandsche Club untuk bertindak tegas karena mereka berkeyakinan bahwa
PNI melanjutkan teka-teki PKI.
Pemerintah Hindia Belanda kemudian melakukan penangkapan-
penangkapan dan penggeledahan-penggeledahan di banyak tempat. Pada
tanggal 29 Desember 1929, Ir.Soekarno(ketua PNI), R.Gatot
Mangkupraja(sekertaris II PB PNI ), Maskoen Sumadireja(sekertaris II
pengurus PNI cabang Bnadung), dan Supriadinata(anggota PNI cabang
Bandung) ditangkap oleh polisi Jogjakarta.Empat tokoh PNI ditangkap tersebut
kemudian diajukan ke pengadilan di Bandung.
Sidang pengadilan itu dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1930. Dalam
sidang tersebut, Ir.Soekarno membacakan pidato pembelaan berjudul Indonesia
Menggugat. Dalam pidato pembelaannya itu, Ir.Soekarno menandaskan "kini
telah jelas bahwa pergerakan nasional di Indonesia bukanlah bikinan kaum
intelektual dan kaun komunis saja, tetapi merupakan reaksi umum yang wajar
dari rakyat jajhan yang dalam batinnya telah merdeka. revolusi industrinya
adalah revolusi zaman sekarang, sekarang bukan revolusinya sekelompok
kelompok kecil kaum intelektual, tetapi revolusinya bagian terbesar rakyat
Dunia yang terbelakang dan diperbodoh ". Pada tanggal 22 Desember 1930,
para pemimpin PNI tersebut dijatuhi hukuman penjara di Suka Miskin,
Bandung.
# Pertanyaan
1. Apa yang menyebabkan Ratu Wilhelmina mengubah kebijakan lama
menjadi kebijakan baru untuk rakyat Hindia Belanda?
2. Apa yang menyebabkan colonial Belanda membentuk Volksraad ?
3. Kemajuan apa saja yang dihasilkan oleh Dja Endar Muda di bidang
media cetak?
4. Apa makna dari semboyan Vrijheid?
5. Bagaimana isi dari kritikan yang terdapat di brosur Als Iks Eens
Nederlander Was ?
6. Dalam kritikannya mengenai haatzaai artiklen, bagaimana Semaun
menggambarkan Pemerintahan Kolonial Belanda pada saat itu?
7. Apa yang melatarbelakangi semangat modernisme Islam ?
8. Siapa yang mempelopori Gerakan reformasi Islam ?
9. Bagaimana caranya menyebarkan gerakan pembaharuan Islam ?