Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang A. Tantangan Dunia Pendidikan Abad 21, dimana kita saat ini hidup, ditandai dengan begitu cepatnya arus perubahan. Perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi seolah tak terbendung dan tak bertepi. Persaingan antar manusia, kelompok, negara semakin tak terkendali. Panggung politik, ekonomi, kebudayaan, keamanan, sosial tak terduga, tak dapat diprediksikan. Kata banyak orang, saat ini dunia mengalami ketidakpastian. Yang pasti adalah perubahan yang sangat cepat. Arus globalisasi melanda seluruh negeri, dari pusat ibu kota negara sampai ke pelosok dunia. Tak ada perilaku suatu kelompok orang atau negara yang tak terpantau oleh kelompok orang atau negara lain. Ini semua akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan, terutama perkembangan ilmu komunikasi. 1

Transcript of Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

Page 1: Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

A. Tantangan Dunia Pendidikan

Abad 21, dimana kita saat ini hidup, ditandai dengan begitu cepatnya arus

perubahan. Perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi seolah tak

terbendung dan tak bertepi. Persaingan antar manusia, kelompok, negara semakin tak

terkendali. Panggung politik, ekonomi, kebudayaan, keamanan, sosial tak terduga, tak

dapat diprediksikan. Kata banyak orang, saat ini dunia mengalami ketidakpastian. Yang

pasti adalah perubahan yang sangat cepat. Arus globalisasi melanda seluruh negeri, dari

pusat ibu kota negara sampai ke pelosok dunia. Tak ada perilaku suatu kelompok orang

atau negara yang tak terpantau oleh kelompok orang atau negara lain. Ini semua akibat

dari perkembangan ilmu pengetahuan, terutama perkembangan ilmu komunikasi.

Akibatnya sudah dapat kita bayangkan, siapa yang cepat, siapa yang kerja keras,

siapa yang unggul tingkat IPTEKnya, siapa yang memiliki daya imaginasi untuk

berkembang, berkreasi, berinovasi maka dialah yang akan keluar sebagai pemenang

dalam pertarungan yang semakin sengit ini. Dan kita juga sudah dapat

membanyangkan, bahwa untuk menjawab ini semua adalah melalui pendidikan. Sistem

pendidikan yang dibangun diatas fondasi yang berakar kuat dari budaya bangsanya,

kepercayaan diri yang tinggi dari warganya, kemauan kerja keras untuk mencapai

keunggulan, dan keberanian bersaing untuk bertarung dengan bangsa lain akan mampu

1

Page 2: Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

mengantarkan anak-anak bangsa untuk membangun bangsa yang unggul, mampu

bersaing, tangguh dalam mewujudakn cita-cita yang diidamkan, dan akhirnya akan

keluar sebagai bangsa pemenang. Apalagi bangsa Indonesia yang diberi keunggulan

geografi, sumber-sumber alam, SDM, dan falsafah yang telah dibangun oleh para

pendiri bangsa ini. Tetapi, untuk mewujudkan itu semua, sistem pendidikan harus

mampu mengatasi tantangan yang terurai seperti diatas, sebagai ciri dari peradaban

globalisasi. Pertanyaan yang perlu terus menerus dijawab adalah: Bagaimana negara

mampu membelajarkan bangsanya agar peka terhadap budaya mutu, kerja keras, mau

dan berani berkorban untuk kemajuan bangsanya. Dari kepekaan itu akan terbangun

budaya mau untuk bekerja keras, dan berkorban untuk kemajuan bangsanya, yang pada

gilirannya semua unsur yang terkait, baik di kalangan pemerintah, pemda dan

masyarakat dapat terjadi sinergi untuk mewujudkan perilaku keteladanan dalam

mencapai keunggulan dengan bekerja keras dan berani bersaing. Jika tidak, tentu akan

selalu menjadi bangsa yang tertinggal.

B. Peluang dalam Mewujudkan Mutu Pendidikan

Bangsa dan pemerintah Indonesia pada prinsipnya telah sangat menyadari bahaya akan

rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, sehingga sejak pemerintahan pasca orde baru

telah mengubah haluan dalam mengelola pendidikan di NKRI tercinta ini ke arah sistem

desentralisasi pendidikan. Pemerintah daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota) diberi

kewenangan yang luas untuk mengatur dan mengelola pendidikan dasar dan menengah.

Bangsa Indonesia dengan gagah berani mengambil langkah yang besar dengan

melahirkan Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2

Page 3: Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

dan Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dengan Undang-

Undang nomor 20 Tahun 2003 sebagai landasan hukum dalam pengelolaan pendidikan

nasional, maka seluruh Kabupaten/Kota berkewenangan untuk mengelola pendidikan

sesuai dengan keunggulan daerah masing-masing untuk mencapai standar nasional

pendidikan.

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta

menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa

diskriminasi (Pasal 11 ayat 1), dan wajib menjamin tersedianya dana guna

terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima

belas tahun (Pasal 11 ayat 2).

Pemerintah dan pemerintah daerah juga wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan

pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya

pendidikan yang bermutu (Pasal 41 ayat 3).

Jaminan mutu pendidikan bagi peserta didik jelas-jelas harus diberikan oleh pemerintah

dan pemerintah daerah. Untuk mewujudkannya, maka terbitlah Peraturan Pemerintah

nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang memuat kriteria

minimum tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI, yang mencakup

delapan standar yang meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,

standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar

pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian. Dengan acuan delapan standar

tersebut maka pelaksanaan pendidikan harus dikelola untuk menghasilkan lulusan yang

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

3

Page 4: Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

Sekaranglah saatnya, untuk mewujudkan peluang ini menjadi kenyataan dan untuk

mewujudkan kerja yang besar, berat dan penuh tantangan ini diperlukan komitmen kerja

keras, etos kerja yang tinggi dikalangan pengelola pendidikan baik di pusat maupun di

daerah, baik tenaga kependidikan terutama tenaga pendidik yang berada di ujung

terdepan dalam peningkatan mutu pendidikan.

C.   Guru adalah Pendidik Profesional

Begitulah, Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 menyatakan, dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah sebagai profesional, guru harus memiliki kualifikasi akademik

(S1 atau D4), kompetensi (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional) melalui

pendidikan profesi.

Inilah peluang terbesar yang dimiliki oleh para guru di Indonesia untuk menunjukan jati

dirinya dan kreativitas, inovasinya serta komitmennya bahwa dia pantas menyandang

gelar profesional. Sebagai petugas profesional, dia harus ahli, harus mahir, harus cakap

sesuai standar mutu profesi.

Sekali lagi, peluang ini sekaligus menjadi ancaman jika standar profesional tidak juga

dapat diwujudkan karena akan melawan undang-undang, dan pembangunan human

investment akan berubah menjadi capital lost untuk pembangunan bangsa secara

menyeluruh. Arti penting dan strategisnya guru sebagai jabatan profesional yang harus

memiliki kemahiran, keahlian, keterampilan, komitmen dan mampu mewujudkan tujuan

pendidikan nasional tentu tak terbantahkan, dan semua energi perlu dikerahkan untuk

4

Page 5: Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

meningkatkan mutu kompetensi, keahlian, dan komitmen guru secara sistemik, sehingga

mutu pendidikan betul-betul dapat kita wujud nyatakan.

1.2. TUJUAN

Agar mahasiswa/i dapat memahami tentang cara membagun dan meningkatkan etos kerja

dalam berbisnis.

Agar mahasiswa/i dapat menaktualisasi dan mengaplikasikan dalam kehidupan berbisnis

sehari-hari.

Dapat mengetahui dan menjalankan proses etos kerja yang baik di lapangan dan

mendapatkan hasil yang memuaskan dalam berbisnis.

5

Page 6: Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

BAB II

ISI

2.1. Pengertian Etos Kerja

Etos Kerja! Etos Kerja! merupakan perilaku seseorang, suatu kelompok komunitas,

sampai suatu organisasi, bahkan negara, dan bangsa terhadap paradigma kerja. banyak

anekdot yang kita dengar, jika mau jadi bangsa pintar, jadilah seperti bangsa Jerman; jika

mau jadi bangsa yang mencintai leluhurnya jadilah seperti bangsa China; jika mau jadi

bangsa yang rela mati untuk negaranya jadilah seperti bangsa Jepang, begitu seterusnya.

Etos kerja juga mencakup motivasi, spirit, prinsip, kode etik, aspirasi, standar, keyakinan

dari seseorang, sekelompok orang, komunitas, organisasi tentang kerja.

Secara garis besar, etos kerja merupakan perilaku positif yang lahir, sebagai buah keyakinan

fundamental dan komitmen total pada sehimpunan paradigma kerja yang integral. Banyak

pakar manajemen yang mengupas tentang etos kerja dan perannya dalam membangun

budaya kerja. Apabila etos kerja telah diyakini, dijalankan, berpola, dan mengkristal

menjadi satu dengan jiwa secara terus menerus, dan mentradisi dalam kehidupan kerja,

maka jadilah budaya kerja.

Budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai

yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong yang tercermin dari sikap, perilaku,

kepercayaan, dan cita-cita, kemudian diwujudkan dalam kerja (Supriadi, dalam ”Budaya

Kerja Organisasi Pemerintahan).

6

Page 7: Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

Proses evolusi pembentukan budaya positif untuk membangun budaya organisasi

dijelaskan oleh Gibson, dkk tahun 1997 sebagai berikut:

The Evolution of a Positive Culture

Etos kerja merupakan sikap terhadap kerja, sehingga dalam diri seseorang atau sekelompok

orang dan organisasi menyikapi paradigma kerja menjadi berbeda, ada yang positif, ada

yang negatif, ada yang tinggi ada yang rendah, sehingga timbullah contoh etos kerja tinggi,

etos kerja rendah, dan seterusnya.

Panji Anoraga dan Sri Suryanti (1995) mengidentifikasi dua kutub seseorang atau

sekelompok masyarakat memiliki etos kerja sebagai berikut:

a.   Etos kerja tinggi

Individu atau kelompok masyarakat memiliki etos kerja tinggi jika menunjukan

tanda-tanda sebagai berikut:

1. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.

2. Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang sangat luhur bagi eksistensi

manusia.

3. Kerja dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia.

4. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang

penting dalam mewujudkan cita-cita.

5. Kerja dilakukan sebagai ibadah.

7

Page 8: Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

b. Etos kerja yang rendah

Sedangkan bagi individu atau masyarakat yang memiliki etos kerja yang rendah, akan

menunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu:

a. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia.

b. Kerja dipandang sebagai penghambat dalam memperoleh kesenangan.

c. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan.

d. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.

Bisa dibayangkan, suatu organisasi yang diisi oleh individu atau sekumpulan individu

dengan etos kerja rendah, maka produktivitas kerja akan menurun, kondisi kerja tak

kondusif, tingkat kehadiran yang rendah, yang benyak terjadi adalah keluhan, dan tuntutan,

bukan memberikan andil untuk peningkatan kinerja organisasi. Tentu kita tidak

menginginkan hal seperti itu terjadi di kalangan pendidik dan tenaga kependidikan kita.

Sebagai pembanding, hal senada juga diutarakan oleh Douglas McGregor yang memberi

label X bagi manusia yang berperilaku negatif, dan label Y bagi manusia yang brperilaku

positif, yang terkenal dengan teori X dan teori Y.

Teori X mengasumsikan sebagai berikut:

1. Karyawan cenderung bermalas-malasan dalam bekerja.

2. Karyawan yang tak menyukai kerja harus dikontrol, diatur, dan dikenai sanksi.

3. Karyawan akan menghindari tanggung jawabnya.

4. Karyawan akan menempatkan keamanan diatas faktor lain.

Teori Y mengasumsikan sebagai berikut:

1.      Karyawan memandang pekerjaan sebagai suatu yang wajar.

8

Page 9: Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

2.     Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengontrolan diri sendiri, dan punya komitmen.

3.     Berkemampuan melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif.

Tentu sebagai pendidik dan tenaga kependidikan perlu introspeksi dan meningkatkan

kesadaran, serta komitmen pribadi untuk selalu meningkatkan etos kerja lebih baik atau lebih

tinggi lagi.

2.2. Bagaimana membangun Etos Kerja

1. Mencermati nilai-nilai etos kerja berbagai bangsa.

Studi sosiologi dan manajemen yang dilakukan oleh para peneliti sampai pada

kesimpulan yang mengaitkan etos kerja manusia dengan keberhasilannya, bahwa keberhasilan

di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh sikap, perilaku dan nilai-nilai yang diadopsi

individu-individu di dalam komunitas atau konteks sosialnya. Melalui pengamatan terhadap

karakteristik masyarakat pada bangsa-bangsa yang dipandang unggul kemudian menyusun

daftar tentang ciri etos kerja yang penting (Kusmayanto Kadiman, Menristek RI, 2005).

Sebagai ilustrasi, etos kerja Bushido dinilai sebagai faktor penting dibalik kesuksesan

ekonomi Jepang di kancah dunia. Etos kerja Bushido ini mencuatkan tujuh prinsip, yaitu:

a. Gi Keputusan yang benar diambil dengan sikap yang benar, berdasarkan kebenaran. Jika

harus mati demi keputusan itu matilah dengan gagah, sebab kematian yang demikian itu

adalah kematian yang terhormat.

b. Yu Berani dan bersikap ksatria.

c. Jin Murah hati, mencintai dan bersikap baik terhadap semua.

9

Page 10: Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

d. Re Bersikap santun, bertindak benar.

e. Makoto Bersikap tulus, sungguh-sungguh dan tanpa pamrih.

f. Melyo Menjaga kehormatan, martabat dan kemuliaan.

g. Chugo Mengabdi dan loyal

Demikian juga, keunggulan bangsa Jerman, menurut para sosiolog, terkait erat dengan etos

kerja Protestan, yang mengedepankan enam prinsip, yakni:

a.       Bertindak rasional

b.      Berdisiplin tinggi

c.       Bekerja keras

d.      Berorientasi pada kekayaan material

e.       Hemat, bersahaja, tidak mengumbar kesenangan

Islam juga memberikan perhatian dan penekanan yang kuat kepada etos kerja

(work ethics), bahkan Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai kerja (Azzumadi

Azra, 2004). Semua pekerjaan yang halal dan jujur adalah baik, apapun bentuknya, tidak

memandang status pekerjaan, tetapi pada ketakwaan. Sesuai dengan firman Allah dalam

surat Al-Kahfi ayat 30, ”Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang

mengerjakan pekerjaan baik”, dan hal ini juga sejalan dengan sabda Rasulullah yang

berbunyi, ”Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bekerja (Al Hadits).”

Dalam bekerja, Islam mengajarkan pentingnya semangat kebersamaan (jamaah), dan tolong

menolong (ta’awun). Islam tidak menyukai semangat kompetensi yang tidak sehat atau

rivalitas yang tak terkendali.

10

Page 11: Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

Seorang muslim yang baik memegang prinsip bahwa kewajiban agama dan moral untuk

membantu rekan-rekan sekerja untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Sikap seperti ini

memunculkan semangat kasih sayang, kerja sama, tolong menolong, pengorbanan dan

persaudaraan. Menurut Islam, kehidupan di dunia ini hanya merupakan tahap sementara

dalam menuju kehidupan di akhirat yang abadi, karenanya seorang muslim harus

menggunakan setiap kehidupan di dunia untuk mendapatkan kehidupan di akhirat.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an surat Al Qashash ayat 77, ”Dan carilah pada

apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagian) negeri akhirat, dan janganlah

kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang

lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kepadamu, dan janganlah kamu berbuat

kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat

kerusakan. Dengan ayat tersebut, manusia selalu diingatkan oleh Allah untuk selalu kerja

keras, berbuat baik, mencari ridhaNya, dan tidak membuat kerusakan di muka bumi.

Bagaimana dengan etos kerja bangsa Indonesia? Banyak ungkapan yang sering kita dengar

dari berbagai perbincangan, seperti ”budaya loyo”, ”budaya instan”, bahkan Muchtar Lubis

dalam bukunya ’Manusia Indonesia’ mengemukakan karakteristik etos kerja yang dimiliki

bangsa Indonesia, antara lain munafik, tidak bertanggung jawab, feodal, percaya pada

tahayul, lemah wataknya.

Mudah-mudahan pengamatan demikian bukan untuk membuat judgement akhir terhadap

bangsa kita, tetapi perlu kita sikapi sebagai teguran untuk diperbaiki, dan kita juga perlu

melihat hal-hal positif dari etos kerja. Bangsa Indonesia yang telah mampu melahirkan

peninggalan sejarah, seperti Borobudur, dan lain-lain. Membangun candi Borobudur dan

lain-lain pada adab ke-8 yang belum memiliki teknologi secanggih sekarang, patut diacungi

11

Page 12: Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

jempol, dan itu pasti mempersyaratkan etos kerja yang bercirikan disiplin, kerja sama, loyal,

terampil, rasional, kerja keras, dan seterusnya.

Kebesaran negara Sriwijaya, Majapahit, Tarumanagara, Ternate, Mataram dan lain-lain,

pasti bercirikan etos kerja yang sarat dengan nilai yang sangat tinggi. Slogan-slogan seperti

Bhineka Tunggal Ika, Trilogi Pendidikan yang menjadi simbol nilai-nilai pengelolaan

pendidikan juga sangat sarat dengan nilai luhur, yang jika kita amalkan pasti mampu

mengantarkan anak bangsa menjadi bangsa yang unggul, berbudi pekerti, pekerja keras,

disiplin, kreatif, dan berdaya saing.

Bukankah sampai sekarang masih kita miliki nilai-nilai yang mengkristal dalam sanubari

masyarakat dan bangsa Indonesia, seperti : gotong royong (kebersamaan); paguyuban

(persatuan); ringan sama dijinjing, berat sama dipikul (empati, tolong-menolong); sedikit-

sedikit lama-lama jadi bukit (perjuangan, hemat, pantang menyerah, kerja keras); Tiada

rotan akarpun jadi (Tak mudah menyerah, kreatif); sedumuk batok, senyari bumi, (loyalitas,

integritas, nasionalisme).

Jadi, Bangsa Indonesiapun bukan bangsa sembarangan, bangsa yang berbudaya, bangsa

yang tidak mudah menyerah, bangsa yang unggul. Sekarang, kebanggaan ini perlu

diwujudnyatakan dalam tindakan nyata, mari kita jadi pendidik dan tenaga kependidikan

yang pantas diteladani oleh anak-anak bangsa.

Memahami, menguasai bidang garapan, dan menjalani tugas secara konsekuen. Jika standar

isi dan standar kompetensi lulusan peserta didik telah diterbitkan, maka sebagai pendidik

yang profesional harus mahir, ahli, kompeten, terampil menjalankan tugas untuk

mewujudkan tujuan pendidikan dengan komitmen yang tinggi.

12

Page 13: Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

Bangunlah nilai-nilai etos kerja di komunitas sekolah dan keluarga dengan belajar dari

tokoh, atau sejarah panjang bangsa sendiri dan bangsa-bangsa yang unggul sebagai

benchmarking.

Disisi lain, kita perlu mencermati nilai-nilai yang dikemukakan oleh para pakar etos

kerja, antara lain yang dikemukakan oleh Jansen H. Sinamo yang mengemukakan: ”Delapan

Etos Kerja”, sebagai berikut:

1.      Kerja adalah rahmat

2.      Kerja adalah amanah

3.      Kerja adalah panggilan (bekerja tuntas, penuh integritas)

4.      Kerja adalah aktualisasi (kerja keras penuh semangat)

5.      Kerja adalah ibadah

6.      Kerja adalah seni (bekerja cerdas, penuh kreativitas)

7.      Kerja adalah kehormatan (bekerja tekun penuh keunggulan)

8.      kerja adalah pelayanan (bekerja paripurna, penuh kerendahan hati).

Sifat-sifat yang mencerminkan etos kerja yang baik ialah:

Aktif Ceria Dinamis Disiplin

Efektif Efisien Energik Fokus

Gesit Ikhlas Interaktif Jeli

Jujur Keraja Keras Kerja tim Konsisten

Kreatif Lapang dada Membagi Menghargai

Menghibur Optimis Peka Rajin

13

Page 14: Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

Ramah Sabar Semangat Tanggung Jawab

Tekun Teliti Tepat waktu Teratur

Terkendali Toleransi Total Ulet

Bayangkan! Jika pendidik dan tenaga kependidikan kita memiliki sifat-sifat 36 butir seperti

diatas, alangkah bahagianya anak-anak kita, dan alangkah mujurnya menjadi anak-anak

Indonesia, alangkahnya unggulnya anak-anak Indonesia, alangkah hebatnya anak-anak

Indonesia. Itu semua sangat tergantung kepada PTK yang ada di Indonesia pada saat ini dan

mendatang.

Dan itu pasti terwujud, jika mau.

Selanjutnya terserah kita. Semoga!!! Terima kasih dan salam hormat buat anda semua.

BAB III

14

Page 15: Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Etos kerja merupakan sikap terhadap kerja, sehingga dalam diri seseorang atau sekelompok

orang dan organisasi menyikapi paradigma kerja menjadi berbeda, ada yang positif, ada

yang negatif, ada yang tinggi ada yang rendah, sehingga timbullah contoh etos kerja tinggi,

etos kerja rendah, dan seterusnya.

Jika pendidik dan tenaga kependidikan kita memiliki sifat-sifat 36 butir seperti diatas,

alangkah bahagianya anak-anak kita, dan alangkah mujurnya menjadi anak-anak Indonesia,

alangkahnya unggulnya anak-anak Indonesia, alangkah hebatnya anak-anak Indonesia. Itu

semua sangat tergantung kepada PTK yang ada di Indonesia pada saat ini dan mendatang.

Dan itu pasti terwujud, jika mau.

3.2. Kritik dan Saran

Diharapkan dengan adanya makalah Kewirausahaan ini dapat memberikan pengetahuan

tentang cara dan tindakan dalam mengembangkan ilmu berbisnis menjadi lebih baik.

Apabila ada kekurangan atau kurang mengerti bagi pembaca diharapkan kritik dan saran

nya.

Daftar Pustaka

15

Page 16: Membangun Etos Kerja Dikalangan Pendidik Dan Tenaga Kependid

Azra, Azzumardi. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta.

Biro Hukum dan Organisasi, Setjen Depdiknas. 2003. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003

tentang Sistim Pendidikan Nasional. Jakarta.

Biro Hukum dan Organisasi, Setjen Depdiknas. 2005. Undang-Undang nomor 14 tahun 2005

tentang Guru dan Dosen. Jakarta.

Biro Hukum dan Organisasi, Setjen Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah nomor 19 tentang

Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

BPKP. 2004. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budaya Kerja. Jakarta.

Kusmayanto. 2005. Etos kerja untuk siapa?. Jakarta.

Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

16