Membaca Rupa Wajah Kebudayaan

24
1 Membaca RUPAWAJAH Kebudayaan

Transcript of Membaca Rupa Wajah Kebudayaan

1

Membaca

RUPAWAJAH

Kebudayaan

2

SIDI RANA MENGGALA

3

MEMBANGUN RUPA WAJAH KEBUDAYAAN

Pengantar

Kebudayaan sebagai tindakan yang diberi makna oleh manusia, entah ia orang biasa

maupun “orang terpelajar” akan selalu menampilkan “wajah-wajah”-nya bagi sesama

(Mudji Sutrisno)

Anak-anak bermain dengan ayam jantan mereka, sebuah tradisi turun-menurun.

Sebenarnya itu bukan sabung ayam nyata karena ayam jantan tidak memakai pisau di

kaki mereka (Dokumentasi oleh Ario Wibisono)

4

KONTEN

PENGANTAR

BUDAYA DAN KEBUDAYAAN 5

UNSUR KEBUDAYAAN 7

SIFAT HAKEKAT KEBUDAYAAN 8

FUNGSI KEBUDAYAAN 8

PENTINGNYA STRATEGI KEBUDAYAAN 9

MULTIKULTURALISME 11

JENIS MULTIKULTURALISME 15

PERMASALAHAN MULTIKULTURALISME 17

BUDAYA INDONESIA DAN GLOBALISASI 18

DAMPAK GLOBALISASI 20

GLOBALISASI DAN TANTANGAN 22

KESIMPULAN 24

5

Budaya dan Kebudayaan

Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan dan

juga orang akan selalu merurusan dengan hasil-hasil kebudayaan.

Clifford Geertz memakai bingkai deskripsi lengkap menyeluruh untuk membaca

kebudayaan sebagai system nilai dan system makna yang dipakai oleh pelakunya

dalam memaknai hidup dan mengartikannya, yang kesemuanya dideskripsikan dalam

system simbol. Kebudayaan dapat dilihat sebagai system makna dan pemahaman arti

dalam sebuah a system of beliefs dan laku hidup yang dilakukan anggota-anggotanya

untuk terus menghayati hidup dalam survival dan menuju good life individual maupun

kolektif.

Kebudayaan bukan lagi sebatas sebuah konsep ataupun teori semata, melainkan

sebagai keseharian laku dan perihidup yang dimaknai hingga bacaan budaya menjadi

bacaan rakyat dan sehari-hari yang dimaknai sebagai berharga.

Dua orang antropolog terkemuka, yaitu Meliville J. Herskovits dan Bronislow

Malinowski, mengemukakan bahwa Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang

terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh

masyarakat itu.pengertian kebudayaan meliputi bidang yang luasnya seolah-olah tidak

ada batasanya.

Kata "kebudayaan" berasal dari (bahasa sansekerta ) budayyah yang merupakan

bentuk jamak dari kata"buddhi" yang berarti budi atau akal.Kebudayaan diartikan

sebagai "hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal".

Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan

kebudayaan berasal dari kata latin colere. Artinya mengolah atau mengerjakan ,yaitu

mengolah tanah atau bertani .Dari asal arti tersebut,yaitu colere kemudian culture,

diartikan sebagi segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah

alam.

6

Untuk membedakan pengertian istilah budaya dan kebudayaan, Djoko

Widaghdo(1994), memberikan pembedaan pengertian budaya dan kebudayaan,

dengan mengartikan budaya sebagai daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa,

sedangkan kebudayaan diartikan sebagai hasil dari cipta, karsa,dan rasa tersebut

Pengertian kebudayaan oleh para ahli;

1. E.B. Tylor, 1871, kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup

pengetahuan, kepercayaan, kesenian moral, hukum, adat istiadat dan

kemampun kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh

manusia sebagai anggota masyarakat.

Dengan kata lain, kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau

dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.Kebudayaan terdiri dari

segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif.Artinya,

mencakup segala cara-cara atau pola-pola pikir, merasakan dan bertindak.

2. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai

semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan

tekhnologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material

culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya.

Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-

nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan

dalam arti luas.Sedangkan cipta adalah kemampuan mental,kemampuan-

kemampuan berpikir orang-orang yang hidup bermasyarakatdan yang antara

lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan.

3. Menurut Soekmono kebudayaan adalah hasil usaha manusia baik berupa

benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan alam penghidupan.

4. Menurut Ki Hajar Dewantara kebudayaan adalah buah budimanusia terhadap

dua pengaruh kuat yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan

hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam

7

hidup dan penghidupanya guns mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan

adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide

atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-

hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Unsur Kebudayaan

Kebudayaan terdiri dari unsur-unsur kecil maupun unsur kecil yang merupakan bagian

dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan .

Finishing Blows. Photo by Mieke Suharini

8

Foto ini menggambarkan seorang pematung yang sedang memberikan sentuhan

terakhir terhadap karya yang sedang dikerjakan.

Melville J. Herskovits mengajukan empat unsur pokok kebudayaan yaitu:

1. Alat-alat tekhnologi

2. Sistem ekonomi

3. Keluarga

4. Kekuasaan politik

Sifat Hakikat Kebudayaan

Walupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang berbeda satu dan yang

lainya, setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku umum bagi semua

kebudayaan di mana pun juga.

Adapun sifat hakikat dari kebudayaan tersebut adalah sabagai berikut

1. Kebudayaan terwujud atau tersalurkan lewat prilaku manusia

2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi

tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang

bersangkutan.

3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwijudkan tingkah lakunya.

4. Kebudayaan mencangkup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-

kawajiban,tindakan-tindakan yang di terima diterima dan ditolak ,tindakan-

tindakan yang dilarang dan tindakan tindakan yang di izinkan.

Fungsi Kebudayaan

Kebudayaan memiliki fungsi yacam kekuatan sangat besar bagi manusia dan

masyarakat berbagai macam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-

anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainya didalam

masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya.selain itu manusia dan

masyarakatmemrlukan pula kepuasan,baik bidang spiritual maupun bidang

materiil.kebutuhan – kebutuhan tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan

yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.

9

Tujuan Kebudayaan

1. Memenuhi kebutuhan menusia spiritual dan material.

2. Mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,

berbuat dan menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.

3. Kebudayaan merupakan suktur normatif artinya kebudayaan itu suatu garis

pokok tentang prilaku yang menetapkan peraturan tentang apa yang harus

dilakukan dan dilarang.

Wujud Kebudayaan

1. Mentifact adalah kebudayaan yang bersifat abstrak dan tidak tampak (prilaku

pikiran dan kepercayaan)

2. Sosiofact adalah kebudayaan yang menetapkan manusia sebagaii anggota

masyarakat .contoh; norma dan adat istiadat.

3. Artefact yakni kebudayaan material, contoh: kursi, meja dalam hal ini semua

yang tampak.

Pentingnya Strategi Kebudayaan yang Berdasar pada Nilai (Mudji, hlm. 69)

1. Kebudayaan sebagai Dimensi Esensial Manusia

Kebudayaan itu khas manusia karena makhluk lain atau binatang tidak punya

kualitas ini, mereka sekedar hidup berdasarkan naluri

2. Pentingnya Pijakan Nilai Hakiki

Kebudayaan yang sejati mestilah mengabdi manusia, mengembangkannya

menjadi semakin manusiawi sebagai pribadi dengan mencapai kepenuhan

dirinya

3. Kebudayaan sebagai Forma Spiritual

Keragaman sejarah budaya dan peradaban manusia dibahasakan dalam

beberapa ungkapan sebagai nilai suci, nilai indah, nilai andil & pengorbanan

4. Kebudayaan Modern dan nilai-nilainya

Pemahamannya disini adalah menggunakan nilai-nilai kekristenisasi dalam

pembentukan nilai kebudayaan modern dari sisi aplikasinya

5. Krisis Kebudayaan dan krisis Nilai-nilai

10

Perkembangan ekonomi, politk, sosial dalam nilai materialnya dilaksanakan

tanpa uasahaa penemuan kembali nilai-nilai spiritual

6. Akibat atau Konsekuensi dari Krisis Nilai

Krisis nilai mengoyak dan menggeser pokok kehidupan secara langsung yang

beraturan dengan kebudayaan, yakni pendidikan dan kehidupan sosial

7. Kembali ke Strategi Kebudayaan yang Menempatkan Manusia pada Kursi

Pertama

Penempatan kembali manusia sebagai titik sentral dengan nilai pada dirinya

sendiri

Back Home. Photo by Tommi Zaqin

Kita mengenal adanya tradisi mudik pada saat Idul Fitri. Foto ini diambil dengan sangat

apik yang menggambarkan kebahagian sebuah keluarga untuk kembali berkumpul

dengan keluarga lainnya di kampung halaman. Hal ini merupakan sebuah nilai yang

holistic dan dijalankan lintas generasi

11

Multikulturalisme

Akar kata dari multikulturalismme adalah kebudayaan, secara etimologis multikultural

terdiri dari kata multi (banyak), kultur (budaya) dan isme (paham). Secara hakiki, dalam

kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam

komunitasnya dengan kebudayaanya masing-masing yang unik.

Dengan demikian, setiap individu merasa dihargai sekaligus merasa bertanggung

jawabuntuk hidup bersama komunitasnya karena dasar dari multikultur adalah

pengakuan akan mertabat manusia yang hidup dalam komunitas dengan kebudayaan

masing-masing.

The Duel. Photo by Alex Hanoko

Pencak silat adalah salah satu kesenian bela diri yang berkembang di Indonesia dan

mewakili keberagaman kebudayaan yang disatukan dalam seni tari dalam Pencak Silat.

12

Menurut Mudji, multikulturalisme yang ideal adalah mensyaratkan keragaman dan

kemajemukan local genius atau local culture atau lokalitas dengan rumusan lisan atau

tulisan kebenarannya bertemu dan punya hak untuk membuat kontrak dari konsesus

mana yang disepakati untuk menyatukan kebersamaan dalam identitas multikultur itu

sendiri

Multikulturalisme adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan

seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan-kebijakan

kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan tarhadap adanya

keberagaman,dan berbagai macam budaya (multikultural)yang ada dalam kehidupan

masyarakat menyankut nilai-nilai,sistem budaya, kebiasaan dan politik yang mereka

anut.

Multikultural sebagai sesuatu yang telah terjadi sejak lama bagi masyarakat dan bangsa

Indonesia. Dalam perkembangannya mengandung benih-benih sikap primordial, tetapi

apabila multikultural dikelola dengan tepat dan benar bukanlah kendala dalam proses

pembentukan masyarakat madani. Bahkan keadaan tersebut sebenarnya merupakan

kekayaan bangsa yang potensial. Oleh karena itu, persoalannya di masa depan tidak

terletak pada kondisi primordial-pluralistik sendiri tetapi pada para pengelola bangsa ini

bersama seluruh rakyatnya. Dengan demikian akan terbentuk “masyarakat madani”

sebagai masyarakat warga sadar politik yang bebas berpartisipasi, berkomitmen,

bertindak secara bijaksana untuk membangun negara.

Sejarah peradaban bangsa-bangsa besar adalah sejarah mengelola multikultural yang

dimilikinya dengan kebijakan dan implementasi yang tepat sesuai karakter bangsanya.

Sebaliknya sejarah kehancuran bangsa-bangsa yang besar adalah sejarah kegagalan

dalam mengelola multikulturalitas kebangsaan-nya. Semakin tinggi tingkat

heterogenitas sebuah bangsa, semakin tinggi pula tingkat tantangan yang dimiliki.

Meski demikian tingkat keberhasilan menjadi bangsa besar semakin terbuka seiring

keberhasilannya mengatasi problem-problem yang muncul dari heterogenitas itu.

13

Proses reformasi yang telah berlangsung pada hakekatnya menuntut pula kontribusi

pendidikan dalam menghasilkan manusia yang berkualitas, berbudi luhur dan menjadi

manusia Indonesia yang seutuhnya (mencintai kultur bangsanya). Oleh karena itu

kebijakan dan implementasi pendidikan yang berbasis multikultural sebagai faktor

penting yang perlu diperhatikan dalam membangun bangsa dan negara Indonesia di

masa kini dan yang akan datang. Menurut Mudji, bilamana kita melihat sejarah bangsa

Indonesia dalam perspektif multikulturalisme, maka kita dapat melihat bahwa

kemerdekaan berhasil dapat diraih karena kaum literati dan tercerahkan mulai

mengatur hidup bersama, tidak dengan kebijaksanaan etnik masing-masing melainkan

memperhatikan etika multikulturalisme di dalamnya.

Pemahaman dan akselarasi pendidikan yang berbasis multikultural menjadi sangat

penting untuk dihayati bagi generasi muda. Terutama untuk diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari. Pemahaman dari awal mengenai multikultural setidaknya akan

mempengaruhi perkembangan generasi muda Indonesia di masa yang akan datang.

Oleh karena itu proses pendidikan yang berbasis multikultural, tidak saja berlangsung di

sekolah namun juga luar sekolah (masyarakat) dan keluarga. Dengan demikian

diharapkan akan terjadi kerukunan antara suku/etnik yang berbeda-beda dan secara

bersama-sama membangun bangsa dan negara yang tercinta Indonesia.

14

Asmat - Papua. Photo by Rose Kampoong

Siapa yang tidak kenal dengan suku Asmat yang ada di Papua. Suku Asmat terkenal

dengan kerajinan patungnya yang telah melegenda diseluruh dunia.

Dalam pengertian lain Multikulturalisme adalah kearifan untuk melihat keanekaragaman

budaya sebagai realitas fundamental dalam kehidupan bermasyarakat Kearifan itu akan

muncul, jika seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan

melihat keadaan realitas yang plural sebagai satu kesatuan dalam kehidupan

bermasyarakat.

Adapun beberapa pengertian menurut para ahli yakni sebagai berikut:

15

Menurut Reed multikulturalisme digambarkan sebagai sebuah mosaic, sehingga

masyarakat dilihat sebagai sebuah kesatuan hidup manusia yang mempunyai

kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut.

Menurut Parsudi Suparlan akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan yaitu

kebudayaan yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan

manusia.

Passing Down. Photo by Rudolf Wungkana

Dalam foto ini terlihat seorang kakek yang mewariskan pengetahuan tentang keris

kepada cucunya. Keris menjadi ciri khas mayoritas penduduk di Jawa dan Bali.

Jenis-jenis Multikulturalisme

Seorang tokoh bernama Parekh (1997:183-185) membedakan lima macam

multikulturalisme (Azra, 2007, meringkas uraian Parekh):

16

Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat dimana berbagai

kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi

yang hanya minimal satu sama lain.

Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan

yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan

kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-

undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan

memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan

mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas

tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa

negara Eropa.

Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural dimana kelompok-kelompok

kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya

dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang

secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk

mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan

kelompok dominan; mereka menantang kelompok dominan dan berusaha

menciptakan suatu masyarakat dimana semua kelompok bisa eksis sebagai

mitra sejajar.

Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural dimana

kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan

kultural otonom; tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan

dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.

Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama

sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi

terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam

percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan

kultural masing-masing.

17

The Music of Love.

Gambar ini diambil di Desa Tenganan, Bali (2010). Tenganan adalah Bali Aga yang

paling terkenal (Bali asli) desa dan terletak dekat dengan Candi Dasa di Bali Timur.

Seorang pria sedang bermain musik bambu untuk menghibur anak cacat yang bukan

anaknya, tapi dia mencintai anak ini suka dia mencintai anaknya sendiri. (Foto dan

keterangan oleh Ario Wibisono)

Permasalahan Multikulturalisme

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam dunia multicultural adalah hak-hak

moral yang dimiliki oleh kaum minoritas, dimana hak kebudayaan dan kemanusiaannya

sering ditindas oleh hak kaum mayoritas. Ciri watak minoritas adalah, tinggal dalam

18

teritori bersama dengan warga bangsa lain di Negara yang sama, secara

kelembanggaan sudah terasuk dan terdaftar penuh sebagai warga Negara, have

societal cultures: serta kebangsaan yang kokoh berkonsensus damai untuk hidup

berdampingan. Salah satu kelebihan dari kaum minoritas menurut Will Kymlica, adalah

mereka memiliki ikatan batin yang kuat dengan sesamanya.

Budaya Indonesia dan Globalisasi

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat dunia yang tidak mengenal batas

wilayah dan menghubungkan antara masyarakat di suatu negara dengan masyarakat di

negara lain di seluruh dunia. Globalisasi berangkat dari suatu gagasan untuk

menyatukan tatanan antar bangsa yang diharapkan menjadi sebuah kesepakatan

bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia.

Sebagai proses yang berkesinambungan, globalisasi mampu mengurangi kendala

dimensi ruang dan waktu sehingga interaksi dan komunikasi antar bangsa bisa

dilakukan dengan cepat dan tepat sasaran. Dengan dukungan teknologi informasi dan

komunikasi, globalisasi merambah semua sektor kehidupan dan memberi pengaruh

yang signifikan pada tatanan masyarakat dunia.

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia juga mengalami dampak

dari pesatnya pengaruh globalisasi. Sebagaimana yang terjadi di negara lain,

globalisasi memberi pengaruh yang positif dan negatif terhadap tatanan kehidupan

masyarakat Indonesia. Pengaruh globalisasi terhadap budaya nasional meliputi

berbagai sektor kehidupan seperti budaya dalam bidang politik, ekonomi, ideologi,

sosial dan lain- lain secara cepat maupun lambat mempengaruhi prinsip dan identitas

kebudayaan nasional Indonesia.

Kesadaran akan pentingnya memperhatikan kebudayaan nampaknya semakin

meningkat. Hal ini jelas tidak bertentangan dengan titik berat bidang kesadaran akan

adanya rongrongan dari luar (globalisasi). Sebaliknya, justru kesadaran akan

pentingnya pendekatan budaya, mengingatkan kita bahwa bagaimanapun jalan yang

19

ditempuh, tetaplah manusia sebagai tujuan dan subyek globalisasi. Hendaknya

manusia tidak dikorbankan untuk mencapai tujuan lain selain dirinya.

Kendati ada sinar-sinar cerah yang menggembirakan, cukup memprihatinkan juga

bahwa lalu pendekatan kebudayaan diartikan semata-mata sebagai kesenian.

Sedangkan kita sudah cukup paham bahwa kesenian dan kebudayaan yang

kebanyakan diperlihatkan melalui pendekatan visualisasi simbol-simbol seni dan

budaya tersebut. Sepertihalnya dunia hiburan, film-film, sinetron dan tontonan televisi

yang itu semua produk globalisasi. Pada dasarnya, kebudayaan adalah keseluruhan

hidup, proses dan aktivitas manusia dalam keberadaannya dimuka bumi ini. Jika

membicarakan bangsa ini, maka arti kebudayaan adalah penjelmaan kelakuan

sekelompok manusia berpokok pada pola sikap budi manusia yang berdasarkan

pemandangan hidup dunia serta melahirkan mentalitas dan cara berfikir kebudayaan.

Lain dari pembicaraan kesadaran akan kebudayaan yang ada di Indonesia, hal yang

paling utama yang harus disadari adalah mengenai globalisasi. Keberadaan globalisasi

di tengah-tengah budaya yang belum jelas adalah satu keniscayaan. Berbicara

mengenai globalisasi berarti membicarakan dunia dalam konstalasi politk, ekonomi,

social-budaya. Bangsa ini disatu sisi memiliki kebudayaan, sisi lain budaya globalisasi

cukup erat kaitannya dengan perubahan kebudayaan tersebut.

Banyak tanggapan dari budayawan Indonesia. Tanggapan-tanggapan itu tentunya

berhubungan dengan pesan yang dapat diambil dari seminar itu. Salah seorang

budayawan yang menyatakan harapannya agar seminar ini berhasil mendefinisikan

dengan baik berbagai kesempatan dan ancaman yang akan melanda manusia pada era

globalisasi. Selain itu, peserta seminar hendaknya mencari jalan praktis dalam

meningkatkan kemampuan seni dan budaya pribumi, agar mampu berdiri kokoh di

dalam tatanan baru dunia. Salah seorang peneliti Iran yang aktif dalam bidang budaya

tradisional, meyakini bahwa dalam era globalisasi ini bangsa-bangsa harus

memproduksi karya-karya budaya yang sesuai dengan tuntutan pasar dunia. Dalam hal

ini sudah waktunya para budayawan Indonesia harus menggali dan menemukan

20

keistimewaan-keistimewaan budaya yang terkandung dalam nilai-nilai ideologi

pancasila, lalu memperkenalkannya kepada seluruh masyarakat Indonesia khususnya

dan masyarakat bangsa-bangsa lain umumnya.

Dampak Globalisasi Terhadap Seni dan Budaya

Globalisasi memberi pengaruh negatif pada budaya nasional Indonesia. Pada bidang

politik, globalisasi yang didukung faham demokasi dan liberalisme lambat laun mengikis

nilai-nilai budaya luhur dalam ideologi Pancasila. Pada bidang ekonomi, budaya cinta

produk dalam negeri yang digalakkan sejak Orde Baru sudah terkikis dengan maraknya

produk luar negeri (misalnya Coca Cola, Pizza Hut, Apple, dan Dolce and Gabbana).

Pada bidang sosial, sebagian besar mayarakat Indonesia, terutama generasi muda,

mulai lupa dengan identitas diri bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan begitu mudahnya

mereka meniru budaya dan gaya hidup negara lain, misalnya K-Pop, Rap, Hip-Hop,

Punk, Harajuku, Capoeira, dan lain-lain.

Punk as Culture

21

Punk modern menghadiri festival pemberontakan di Kuta Bali. (Foto oleh Christopher

Furlong)

Proses globalisasi yang seimbang dengan kehidupan manusia dan sepanjang sejarah

manusia, memang selalu terdapat upaya manusia untuk mendekatkan diri antara satu

sama lain dan mencari titik persamaan. Tetapi, di sepanjang 30 tahun terakhir, negara-

negara Barat berusaha memaksa masyarakat dunia untuk menerima nilai-nilai Barat

secara mutlak. Hal itu sangat berbahaya dan jika terus berkelanjutan, proses ini akan

menyebabkan hegemoni Barat dan Amerika terhadap negara-negara lain.

Selanjutnya, globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya

dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha

menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat

melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, dalam proses ini, negara-

negara Dunia Ketiga harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara

struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini,

berbagai bangsa Dunia Ketiga haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat

dan menambah pengalaman mereka.

Globalisasi mungkin saja mendatangkan musibah kepada seni dan kebudayaan kita,

karena ia sama seperti badai taufan yang mungkin mencabut akar budaya. Tetapi dari

sudut pandang yang lain, globalisasi bisa memberikan kesempatan istimewa untuk

bangsa-bangsa yang kaya dengan budaya. Seni kita akan tersebar ke luar batas

negara dan memberikan pengaruh kepada dunia. Sejarah menyaksikan bahwa pada

berbagai era kegemilangan, seni dan kebudayaan Indonesia menemukan identitasnya.

Tapi kerena masuknya budaya globalisasi, kebudayaan kita terreduksi oleh arus

budaya yang lebih besar. Masalah inilah yang mungkin terjadi hari ini. Karena itu,

bangsa Indonesia yang percaya kepada kekuatan akar budaya tidak perlu takut pada

pengaruh asing. Kita harus berusaha untuk memahami bagaimana seni dan

kebudayaan bisa menjadi benteng pertahanan identitas dan tradisi kita selanjutnya.

22

Dera si gadis Dayak, Kalimantan Tengah (Foto: Jean Claude)

Potret wajah gadis pedalaman yang hidup dalam era globalisasi

Globalisasi dan Tantangan Masa Depan Budaya Indonesia

Melihat budaya Indonesia dalam arus globalisasi, sedikit dan banyaknya pasti

mengalami perubahan. Untuk mempertahankan identitas keindonesian, perlu kiranya

kita memikirkan kembali konsepsi kebudayaan Indonesia. Sekedar sebuah refleksi,

budaya Indonesia seharusnya dapat ditentukan bagaimana ciri khas pola laku, fikir dan

moraliras bangsa ini semestinya. Untuk memenuhi hal tersebut, maka diperlukan

pengkajian ulang kebudayaan yang identik dengan masyarakat dan realitas social di

Negara ini.

Agar tercipta apa yang dinamakan ‘melek budaya’, kita mestinya mengupayakan

rekosntruksi kebudayaan Indonesia dengan menimbang beberapa hal; Pertama,

meneliti dengan seksama gagasan-gagasan para pemikir kebudayaan Indonesia sejak

sebelum kemerdekaan. Kedua, meneliti politik kebudayaan setiap rezim pemerintahan

23

yang berkuasa di Indonesia, sejak semula kemerdekaan, Orde lama, Orde baru dan

zaman reformasi yang meliputi konsepsi kebudayaan apa, konstruk kebudayaan seperti

apa, oleh siapa, strategi kebudayaan macam apa saja yang digunakan, rancang

proyeksi kebudayaan Indonesia yang bagaimana, sehingga sekarang kita perlu

merekonstruksi. Ketiga, meneliti secara seksama nilai-nilai asli yang ada di masyarakat

dan perubahan-perubahan pada masyarakat. Keempat, posisi Indonesia di tengah-

tengah kepungan arus besar globalisasi dan ragam kuasa kebudayaan dunia.[8]

New era of Culture (Dragonfly, 2014)

Kehidupan malam adalah istilah kolektif untuk hiburan yang tersedia dan umumnya

lebih populer dari larut malam ke dalam dini pagi hari. Ini mungkin termasuk pub, bar,

klub malam, pesta, musik, konser, kabaret, teater, bioskop, pertunjukan, dan beberapa

restoran.

24

Kesimpulan

Kebudayaan adalah seperangkat sistem makna yang dimiliki komunitas untuk

mengartikan hidup yang diungkapkan melalui system simbolik. Dalam sistem makna ini

memuat pandangan hidup, pandangan dunia yang diacu untuk menjadi dasar kelakuan

sehari-hari anggota-anggotanya. Kebudayaan merupakan tata acuan nilai-nilai hiduo

perjalanan bermartabat bagi anak-anak dari rahimnya, baik sebagai individu maupun

komunitas. Anyaman, rajutan tata nilai agar hidup bersama dari individu-individu itu

bermartabat sebaai manusia membuat jalan budaya menjadi jalan peradaban.

Anak-anak Berlari di tengah Sawah (Foto Ario: Budiono)

Ketika mereka bermimpi menjadi bagian dari perubahan sosial di tanah air