membaca cepat (2)

2
IPB Mengaku di Posisi Dilematis Soal Susu Formula Terkait masalah susu yang terpapar bakteri Enterobacter Sakazakii, Institut Pertainian Bogor (ITB), akhirnya buka suara, Kamis (17/2). Namun, tetap IPB tidak menyebutkan jenis-jenis atau merek susu formula yang tercemar sesuai keputusan Mahkamah Agung (MA). Herry Suhardiyanto, rektor IPB dalam rilis melalui bagian humas IPB atau disebut Porhumasi IPB mengatakan, IPB saat ini berada dalam situasi yang sulit. “Di satu sisi, kami harus menjunjung tinggi etika akademik, di sisi lain juga harus patuh hukum. “Saya berharap akan ada jalan keluar yang berdasarkan hukum agar kami tidak perlu melanggar etika karena mengumumkan merek susu formula yang sampelnya dulu pernah mengandung E. Sakazakii,” katanya. Namun, lanjut Herry, untuk keberpihakan kepada kepentingan masyarakat, jangan ragukan konsen IPB. “IPB tetap concern, karena salah satu tridharma perguruan tinggi adalah pengabdian kepada masyarakat. IPB juga mempunyai sejarah panjang dalam hal pengabdian kepada masyarakat. “Menurutnya, IPB sangta memegang teguh komitmen untuk selalu berpihak kepada kepentingan masyarakat luas, sebagai bagian tridharma perguruan tinggi. Dia juga kembali menjelaskan, untuk masalah kandunagan E. Shakazakii pada susu formula ini, IPB telah proaktif melakukan kegiatan riset lanjutan. “Tentunya dengan tetap berpedoman norma akademik yang mencakup riset bidang patologi dan keamanan pangan.” Menurut Herry, seandainya pihaknya harus mengumumkan 5 sampel yang mengandung E. Sakazakii dari 22 sampel yang diteliti pada tahun 2006, akan terjadi ketidakadilan antara merek susu formula yang diambil sampelnya yaitu 22 sampel dan merek susu formula lainnya yang tidak diambil sebagai sampel. Hal itu, lanjutnya, karena memang yang dilakuakan Dr. Sri Estuningsih bukan penelitian pengawasan sebagaimana kewenangan BPOM, melainkan penelitian isolasi yang bertujuan mempelajari tentang virulensi dan resiko yang ditimbulkan oleh bakteri E. Sakazakii. Masih dalam rilisnya yang dikeluarkan per tanggal 16 Februari, tapi baru diterima kalangan wartawan pada tanggal 17 Februari, pihak IPB menjawab lebih jauh, terkait putusan MA yang mewajibkan para tergugat untuk mempublikasikan nama produsen susu formual yang mengandung E. Sakazakii. IPB menjelaskan sebenarnya penelitian tersebut telah dipresentasikan Dr. Sri Estuningsih, sebagai peneliti pada seminar-seminar penelitian IPB pada tahun 2007. Selain itu juga dipresentasikan dalam, kapasitasnya sebagai narasumber pada rapat penentuan standar mutu pangan di BPOM pada 2006. Disebutkan juga penelitian yang sama juga telah dilakukan Dr. Sri Estuningsih pada tahun 2003-2004 dan hasilnya telah

description

membaca cepat adalah salah satu teknik dala memahami suatu bacaan dengan teknik teknik tertentu. salah satunya adalah dengan emmbaca cepat melalui teknik skimming dan skanning

Transcript of membaca cepat (2)

Page 1: membaca cepat (2)

IPB Mengaku di Posisi Dilematis Soal Susu Formula

Terkait masalah susu yang terpapar bakteri Enterobacter Sakazakii, Institut Pertainian Bogor (ITB), akhirnya buka suara, Kamis (17/2). Namun, tetap IPB tidak menyebutkan jenis-jenis atau merek susu formula yang tercemar sesuai keputusan Mahkamah Agung (MA). Herry Suhardiyanto, rektor IPB dalam rilis melalui bagian humas IPB atau disebut Porhumasi IPB mengatakan, IPB saat ini berada dalam situasi yang sulit. “Di satu sisi, kami harus menjunjung tinggi etika akademik, di sisi lain juga harus patuh hukum. “Saya berharap akan ada jalan keluar yang berdasarkan hukum agar kami tidak perlu melanggar etika karena mengumumkan merek susu formula yang sampelnya dulu pernah mengandung E. Sakazakii,” katanya.

Namun, lanjut Herry, untuk keberpihakan kepada kepentingan masyarakat, jangan ragukan konsen IPB. “IPB tetap concern, karena salah satu tridharma perguruan tinggi adalah pengabdian kepada masyarakat. IPB juga mempunyai sejarah panjang dalam hal pengabdian kepada masyarakat. “Menurutnya, IPB sangta memegang teguh komitmen untuk selalu berpihak kepada kepentingan masyarakat luas, sebagai bagian tridharma perguruan tinggi.

Dia juga kembali menjelaskan, untuk masalah kandunagan E. Shakazakii pada susu formula ini, IPB telah proaktif melakukan kegiatan riset lanjutan. “Tentunya dengan tetap berpedoman norma akademik yang mencakup riset bidang patologi dan keamanan pangan.” Menurut Herry, seandainya pihaknya harus mengumumkan 5 sampel yang mengandung E. Sakazakii dari 22 sampel yang diteliti pada tahun 2006, akan terjadi ketidakadilan antara merek susu formula yang diambil sampelnya yaitu 22 sampel dan merek susu formula lainnya yang tidak diambil sebagai sampel. Hal itu, lanjutnya, karena memang yang dilakuakan Dr. Sri Estuningsih bukan penelitian pengawasan sebagaimana kewenangan BPOM, melainkan penelitian isolasi yang bertujuan mempelajari tentang virulensi dan resiko yang ditimbulkan oleh bakteri E. Sakazakii.

Masih dalam rilisnya yang dikeluarkan per tanggal 16 Februari, tapi baru diterima kalangan wartawan pada tanggal 17 Februari, pihak IPB menjawab lebih jauh, terkait putusan MA yang mewajibkan para tergugat untuk mempublikasikan nama produsen susu formual yang mengandung E. Sakazakii. IPB menjelaskan sebenarnya penelitian tersebut telah dipresentasikan Dr. Sri Estuningsih, sebagai peneliti pada seminar-seminar penelitian IPB pada tahun 2007. Selain itu juga dipresentasikan dalam, kapasitasnya sebagai narasumber pada rapat penentuan standar mutu pangan di BPOM pada 2006.

Disebutkan juga penelitian yang sama juga telah dilakukan Dr. Sri Estuningsih pada tahun 2003-2004 dan hasilnya telah dipublikasikan pada jurnal internasional seperti journal of food protection vol 69 pada 2006 dan International of Food Microbiology vol 116 pada 2007 dan vol 136 pada 2009. “Penelitian dalam rangka pengawasan keamanan pangan untuk menggungkap merek susu formula yang aman atau tidak, bukanlah kewenangan IPB. Melainkan hal tersebut merupakan kewenagan BPOM sebagai bagian dari penegakan hukum dan aturan mengenai keamanan pangan yang beredar di pasaran,” kata Herry.

Herry juga kembali menegaskan, bahwa penelitian yang dilakukan oleh Dr. Sri Estunigsih pada tahun 2006 masih merupakan tahap awal dari rangkaian penelitian untuk memperoleh informasi lebih lengkap tentang virulensi dari risiko yan ditimbulkannya. Sehingga juga dapat diketahui pula cara pencegahannya. Alhasil, katanya, penelitian IPB tentang isolasi Enterobacter Sakazakii telah menjadi rujukan penting dalam pengembangan standar mutu susu formula dan makanan bayi di Indonesia. Standar mutu susu formula dan makanan untuk bayi itu ditetapkan pemerintah pada bulan Oktober 2008 atau beberapa bulan sejak hasil penelitian IPB itu dipublikasikan.

Page 2: membaca cepat (2)

IPB juga mengajak masyarakat untuk mempercayai hasil penelitian sejak tahun 2008 tersebut, yang menunjukkan bahwa tidak ditemukannya kontaminan E. Sakazakii pada semua sampel susu formula. Sebelumnya dalm penelitiannya, Sri Estuningsih menyatakan telah berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri E. Sakazakii. “kami juga mempelajari sifat virulensinya yang merupakan kelebihan bidang patologi dengan mengujicobakannya pada mancit atau anak tikus,” jelas Sri Estuningsih.