MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion)...

66
Buku Saku untuk Kebebasan Beragama MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) PUTUSAN UJI MATERIIL UU PENODAAN AGAMA Tim Penulis : Siti Aminah Uli Parulian Sihombing The Indonesian Legal Resource Center (ILRC) Freedom House © 2010 Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami Pendapat Berbeda (Dissenting opinion) Putusan Uji Materiil UU Penodaan Agama, dikembangkan oleh ILRC dengan dukungan Freedom House berdasarkan perjanjian kerjasama No. S-LMAQM-09-GR-550 tanggal 27 Oktober 2010. Isi yang terkandung dalam buku merupakan tanggungjawab ILRC dan tidak mencerminkan pendapat Freedom House.

Transcript of MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion)...

Page 1: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Buku Saku untuk Kebebasan Beragama

MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion)

PUTUSAN UJI MATERIIL UU PENODAAN AGAMA

Tim Penulis :Siti Aminah

Uli Parulian Sihombing

The Indonesian Legal Resource Center (ILRC)Freedom House

© 2010

Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami Pendapat Berbeda (Dissenting opinion) Putusan Uji Materiil UU Penodaan Agama, dikembangkan oleh ILRC dengan dukungan Freedom House berdasarkan perjanjian kerjasama No. S-LMAQM-09-GR-550 tanggal 27 Oktober 2010. Isi yang terkandung dalam buku merupakan tanggungjawab ILRC dan tidak mencerminkan pendapat Freedom House.

Page 2: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri-5

MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting opinion) PUTUSAN UJI MATERIIL UU PENODAAN AGAMA

Tim PenulisSiti AminahUli Parulian Sihombing

PenerbitThe Indonesian Legal Resource Center (ILRC)Jl. Tebet Timur I No. 4, Jakarta SelatanPhone : 021-93821173, Fax : 021- 8356641Email : [email protected] : www.mitrahukum.org

Cetakan pertama © 2011

ISBN : Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang

Isi diluar tanggung jawab PercetakanDelapan Cahaya Indonesia Printing - Canting Press

Page 3: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Daftar Isi

Kata Pengantar

Bagian PertamaSekilas UU Penodaan Agama

Bagian Kedua Permohonan Uji Materiil UU Penodaan Agama

Bagian Ketiga Perbedaan Pendapat (Dissenting opinion) Pu-tusan Uji Materiil UU Penodaan Agama

Daftar Alamat

Tentang ILRC

Tentang Freedom House

v

1

11

29

51

54

58

Page 4: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami
Page 5: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Kata Pengantar

T he Indonesian Legal Resource Center (ILRC) bek-erja sama dengan Freedom House menyusun buku saku penjelasan dissenting opinion/penda-

pat berbeda dari Hakim Maria Farida dalam kasus hak uji materi Undang-Undang (UU) Nomor 1/PNPS/1965 tentang Penyalahgunaan dan/Penodaan Agama di Mahkamah Konstitusi (MK). Tujuan pe-nyusunan buku saku ini adalah untuk memudahkan mahasiswa/mahasiswi yang menjadi tenaga paralegal memahami pendapat berbeda dari Hakim Maria Far-ida dalam kasus tersebut. Selama ini, dissenting opinion putusan MK atas UU Nomor 1/PNPS/1965 terse-but mendapatkan tempat yang sangat minim di dalam pemberitaan di media massa. Sehingga pemahaman terhadap putusan UU Nomor 1/PNPS/1965 tidak

Page 6: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

vi

utuh. Padahal dissenting opinion pun merupakan satu kesatuan dengan putusan itu sendiri.

Sebenarnya dissenting opinion Hakim Maria Farida tidak sekedar menolak eksistensi UU Nomor 1/PNPS/1965 tentang Penyalahgunaan dan/Penodaan Agama, tetapi lebih jauh dari itu. Menurut Hakim Ma-ria Farida, UU Penodaan Agama telah menciptakan diskriminasi, terbukti di Departemen Agama (Depag) hanya ada perwakilan enam agama resmi saja (Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu). Kemudian, UU Penodaan Agama tersebut telah “me-maksa” kelompok penghayat untuk “menundukkan diri” terhadap agama-agama yang diakui oleh negara. Untuk itu, memang perlu “membongkar” pemikiran Hakim Maria Farida. Dissenting opinion Hakim Maria Farida diharapkan jadi tonggak sejarah dan menjadi dokumen penting untuk kebebasan beragama, toler-ansi dan pluralisme di tanah air.

Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 10 Januari 2011The Indonesian Legal Resource Center (ILRC)

Uli Parulian SihombingDirektur Eksekutif

Page 7: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Bagian Pertama

Sekilas UU Penodaan Agama

Apa yang dimaksud dengan UU No.1/Pnps /1965 ?

UU Penodaan Agama awalnya berbentuk Peneta-pan Presiden (Penpres) Nomor 1 Tahun 1965 yang dikeluarkan Soekarno pada 27 Januari 1965. Setelah Soekarno jatuh, Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) memerintahkan untuk dilakukan peninjauan kembali produk-produk legislatif negara di luar produk MPRS yang tidak sesuai dengan Un-dang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan hal tersebut dibentuk UU No 5 Tahun 1969 tentang Pernyataan Berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presi-

Page 8: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

2

den Sebagai Undang-Undang. Berdasarkan UU No 5 Tahun 1969 maka Penpres Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Peno-daan Agama ditetapkan sebagai suatu UU dan dis-ebut UU Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama sebagai suatu UU.

Apa latar belakang lahirnya UU Pencegahan/Penodaan Agama ?

Penpres ini lahir dari situasi saat dinamika sosial politik Indonesia diwarnai persaingan antar ideologi-idologi besar seperti nasionalisme, agama, dan komu-nisme. Saat itu timbul aliran-aliran atau organisasi-organisasi kebatinan/kepercayaan masyarakat yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai agama. Situasi ini dinilai menimbulkan pelanggaran hukum, memecah persatuan nasional, menyalahgunakan dan/atau mempergunakan agama, dan menodai agama. Perkembangan aliran dan organisasi kebatinan di-anggap telah berkembang ke arah membahayakan agama-agama yang ada. Hal ini tercermin dari lapo-ran Departemen Agama (Depag) yang melaporkan pada tahun 1953 terdapat lebih dari 360 kelompok kebatinan di seluruh Jawa. Kelompok-kelompok ini memainkan peran menentukan hingga pada pemilu 1955, partai-partai Islam gagal meraih suara mayori-

Page 9: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

3

Bagian Per tamaSek i las UU Pencegahan/penodaan Agama

tas.Penpres ini merupakan bagian dari gagasan Nasa-kom Presiden Soekarno untuk memobilisasi kekua-tan-kekuatan nasionalisme, agama dan komunisme demi meningkatkan kekuatan politiknya. Konfigurasi politik pada era demokrasi terpimpin yang otoriter, sentralistik dan terpusat di tangan Presiden Soeka-rno telah menyebabkan produk-produk hukum yang diciptakan pada masa tersebut juga bersifat oto-riter dan sentralistik, tidak terkecuali UU Penodaan Agama.

Apa isi UU Pencegahan/Penodaan Agama ?

UU Penodaan Agama sendiri terdiri dari empat pasal. Yaitu :

Pasal 1 berbunyi : 1. “Setiap orang dilarang dengan sen-gaja di muka umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indone-sia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu, penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu”.

Pasal 1 merupakan inti dari UU, yang melarang setiap orang yang dengan sengaja di muka umum untuk:

Page 10: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

4

menceritakan,menganjurkan atau mengusa-• hakan dukungan umum untuk melakukan penafsiran yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama yang dianut di Indone-sia;menceritakan, menganjurkan atau mengusa-• hakan dukungan umum melakukan kegia-tan-kegiatan keagamaan yang menyim-pang dari pokok-pokok ajaran agama yang dianut di Indonesia;

2. Pasal 2 ayat (1) selengkapnya berbunyi “Barang siapa melanggar ketentuan tersebut dalam Pasal 1 diberi perintah dan peringatan keras untuk menghentikan per-buatannya itu di dalam suatu keputusan bersama Men-teri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri.” Dan Pasal 2 ayat (2) “Apabila pelanggaran tersebut dalam ayat (1) dilakukan oleh Organisasi atau sesuatu aliran kepercayaan, maka Presiden Republik Indonesia dapat membubarkan Organisasi itu dan me-nyatakan Organisasi atau aliran tersebut sebagai Or-ganisasi/aliran terlarang, satu dan lain setelah Presiden mendapat pertimbangan dari Menteri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri.”

3. Pasal 3 berbunyi: “Apabila, setelah dilakukan tinda-

kan oleh Menteri Agama bersama-sama Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri atau oleh Presiden Republik Indonesia menurut ketentuan dalam pasal 2

Page 11: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

5

Bagian Per tamaSek i las UU Pencegahan/penodaan Agama

terhadap orang, Organisasi atau aliran kepercayaan, mereka masih terus melanggar ketentuan dalam pasal 1, maka orang, penganut, anggota dan/atau anggota Pengurus Organisasi yang bersangkutan dari aliran itu dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun.”

4. Pasal 4 berbunyi: “Dipidana dengan pidana penjara

selama-lamanya lima tahun barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melaku-kan perbuatan: yang pada pokoknya bersifat permusu-han, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia.” Pasal ini merupakan kriminalisasi bagi setiap orang yang dengan sengaja di muka umum men-geluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang pada pokoknya bersifat permusuhan, peny-alahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia. Ketentuan dalam Pasal 4 ini selanjutnya ditambahkan dalam KUHP menjadi Pasal 156a dibawah Bab V yang men-gatur tentang Kejahatan terhadap Ketertiban Umum.

Permasalahan apa sajakah yang timbul dari UU ini ?

Terdapat tiga permasalahan utama dari UU Penod-

Page 12: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

6

aan Agama, yaitu :1. Negara melakukan intervensi terhadap hak

kebebasan beragama/keyakinan. UU ini memberi kewenangan penuh kepada negara melalui Departemen Agama untuk : 1) menen-tukan “pokok-pokok ajaran agama” ; 2) menen-tukan mana penafsiran agama yang dianggap “menyimpang dari pokok-pokok ajaran” agama dan mana yang tidak; 3) jika diperlukan, melaku-kan penyelidikan terhadap aliran-aliran yang di-duga melakukan penyimpangan, dan menindak mereka. Dua kewenangan terakhir dilaksanakan oleh Bakor Pakem. Padahal dalam konteks hak kebebasan beragama/berkeyakinan merupakan wilayah internum dari setiap individu, yang tidak seorangpun dan siapapun-termasuk negara- yang dapat mengintervensinya.

2. Bersifat diskriminatif. Dalam penjelasan Pasal 1, memberikan pengertian mengenai “agama yang dianut di Indonesia” yaitu Islam, Kristen, Ka-tolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius). Keenam agama tersebut mendapat bantuan dan perlindungan. Sedangkan bagi agama-agama lain, misalnya : Yahudi, Zaratustrian, Shinto, dan Thao-ism tidak dilarang di Indonesia. Agama-agama tersebut mendapat jaminan penuh oleh Pasal 29 ayat 2 UUD 1945, dan agama-agama tersebut “dibiarkan adanya”, asal tidak mengganggu ke-

Page 13: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

7

Bagian Per tamaSek i las UU Pencegahan/penodaan Agama

tentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan ini atau peraturan perundangan lain. Penjelasan ini selanjutnya ditafsirkan bahwa 6 (enam) agama tersebut sebagai agama yang diakui dan menda-patkan perlindungan dari penyalahgunaan dan penodaan agama, mendapat fasilitas-fasilitas dari negara dan menjadi kerangka berpikir dalam pe-nyelenggaraan negara. Ketentuan ini merupakan bentuk pengutamaan terhadap 6 agama dan men-gakibatkan diskriminasi terhadap agama-agama selainnya.

3. Pemaksaan Agama/Keyakinan. Dalam pen-jelasan UU dinyatakan “Terhadap badan/aliran kebatinan, Pemerintah berusaha menyalurkannya kearah pandangan yang sehat dan kearah Ke-Tu-hanan Yang Maha Esa.”. Pengkategorian ini tidak terlepas dari definisi “agama” yang diajukan De-pag yaitu harus memuat unsur-unsur (1) Keper-cayaan terhadap Tuhan YME, (2) Memiliki Nabi, (3) Kitab Suci, (4) Umat, dan (5) Suatu sistem hukum bagi penganutnya. Akibat pendefinisian ini, maka kelompok kepercayaan, kebatinan atau agama adat tidak tercakup didalamnya, sehingga mereka digolongkan sebagai “belum beragama”. Selanjutnya keberadaan aliran kebatinan/keper-cayaan/agama adat diakui semenjak dicantumkan dalam GBHN 1978 yang diwadahi dalam ”Ke-percayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa”. Ke-

Page 14: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

8

beradaannya tidak merupakan agama, dan untuk pembinaannya dilakukan agar tidak mengarah pada pembentukan agama baru dan penganutnya diarahkan untuk memeluk salah satu agama yang diakui oleh negara.

4. Digunakan untuk mengkriminalkan penda-pat/ekpresi yang berbeda. Pasal-pasal yang terdapat dalam UU Penodaan Agama, khusus-nya pasal 4, dalam prakteknya digunakan secara sewenang-wenang untuk mengkriminalkan ses-eorang yang memberikan kritik, otokritik, penaf-siran maupun kebebasan berekpresi seseorang.

Apa dampak pemberlakuan UU Pencegahan/Penodaan Agama ?

Pelanggaran Hak Sipil dan Politik dan Hak 1. Ekonomi, Sosial dan BudayaPenganut kepercayaan, kebatinan atau agama lokal menjadi sasaran penyebaran ”agama-agama diakui” atau ”dikembalikan ke agama induknya”. Hal ini misalkan menimpa Agama Tolotang yang dipaksa menjadi Hindu, seperti halnya Hindu di Bali. Agama Kaharingan digabungkan atau diintegrasikan ke dalam Agama Hindu. Akibat-nya penganut kepercayaan, kebatinan dan agama adat untuk mendapatkan hak-hak dasarnya harus menundukkan diri ke dalam salah satu dari enam

Page 15: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

9

Bagian Per tamaSek i las UU Pencegahan/penodaan Agama

agama. Bagi yang tidak menundukkan diri, maka mereka kehilangan haknya untuk mendapatkan identitas seperti KTP, dan dilarang untuk me-nyatakan agamanya dalam surat-surat resmi. De-mikian halnya perkawinan yang dilangsungkan menurut keyakinan atau adat tidak dianggap sah. Sehingga selanjutnya kelahiran anak-anak diang-gap sebagai anak luar kawin, dan hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibunya saja. Hal ini membawa akibat tidak dipenuhinya hak-hak yang lain, seperti pendidikan, kesehatan, kesem-patan kerja yang sama, kesempatan menduduki jabatan-jabatan publik, maupun pemakaman se-suai agamanya.

2. Kriminalisasi Perbedaan Keyakinan dan atau PenafsiranUU Penodaan Agama digunakan pula untuk menghukum orang-orang yang menganut agama turunan dari agama-agama yang diakui. Seperti Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) karena dini-lai melakukan “kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran islam” mengalami persekusi, dan dilegitimasi dengan SKB Tiga Menteri. UU Penodaan Agama mengriminalkan para pen-ganut agama yang secara damai meyakini dan melaksanakan agama atau keyakinannya. Sepan-jang tahun 2003 – 2008, lebih dari 150 orang di-tangkap, ditahan, dan diadili berdasarkan Pasal 4

Page 16: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

10

UU Penodaan Agama (Pasal 156a KUHP). Pasal 156a digunakan oleh kelompok mayoritas untuk mengadili pemahaman/penafsiran yang berbeda dari penafsiran mayoritas. Pasal ini dijadikan alat oleh pihak yang memiliki kekuasaan untuk mem-bungkam setiap kritik, pemikiran, maupun perbe-daan pendapat yang dinilai bertentangan dengan kepentingan penguasa.

Page 17: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Bagian Kedua

Permohonan Uji MateriilUU Penodaan Agama

Siapa yang mengajukan uji materiil UU Penod-aan Agama ?

Permohonan uji materiil UU Penodaan Agama diaju-kan oleh empat individu yaitu KH Abdurahman Wa-hid (Alm), Siti Musdah Mulia, Dawam Rahardjo, dan Maman Imanul Haq, dan tujuh organisasi masyarakat sipil, yaitu: Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indo-

Page 18: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

12

nesia (YLBHI), Imparsial, Setara Institute, Demos, Elsam, Desantara, dan Perhimpunan Bantuan Hu-kum Indonesia (PBHI).

Apa latar belakang dilakukannya uji materiil UU Penodaan Agama ?

UU ini dinilai menjadi salah satu hambatan bagi ter-penuhinya jaminan kebebasan beragama/berkeyakinan di Indonesia. Di sisi lain UUD 1945 telah mengalami perubahan mendasar, yaitu dengan mengintegrasikan ketentuan-ketentuan dari instrumen-instrumen in-ternasional mengenai HAM, termasuk jaminan hak kebebasan beragama/berkeyakinan. Hal ini terdapat dalam Bab XA tentang Hak Asasi Manusia (Pasal 28 – 28 J). Untuk bidang HAM, Indonesia telah menge-sahkan UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 tahun 2000 dan telah meratifikasi dua kovenan pokok internasional yaitu Kovenan Hak Ekonomi, So-sial dan Budaya (Ekosob) dan Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik (Sipol). Secara prosedural telah terjadi perubahan kekuasaan dalam membentuk UU, yaitu UU No.10 tahun 2004 yang memberikan pand-uan penyusunan UU yang demokratis. UU Penodaan Agama merupakan UU yang lahir sebelum perubahan Konstitusi, yaitu pada era demokrasi terpimpin yang tidak demokratis. Oleh karena itu, substansi UU Pe-nodaan Agama sudah tidak sesuai dengan konstitusi

Page 19: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

13

Bagian KeduaPermohonan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

dan peraturan perundang-undangan pasca amande-men konstitusi.

Apa yang diuji dalam permohonan uji materiil ?

Uji Materiil diajukan terhadap lima norma yang terda-pat dalam Pasal 1-4 UU Penodaan Agama untuk diuji dengan sembilan norma dalam UUD 1945 yaitu :1. Pasal 1 ayat (3) : Negara Indonesia adalah Negara

Hukum2. Pasal 27 ayat (1) : Segala warga negara bersamaan

kedudukannya di dalam hukum dan pemerintah-an dan wajib menjunjung hukum dan pemerin-tahan itu dengan tidak ada kecualinya

3. Pasal 28D ayat (1) : Setiap orang berhak atas pen-gakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.

4. Pasal 28E ayat (1) : Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memi-lih pendidikan dan pengajaran, memilih peker-jaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

5. Pasal 28E ayat (2) : Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

6. Pasal 28E ayat (3) : Setiap orang berhak atas kebe-

Page 20: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

14

basan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

7. Pasal 28I ayat (1) : Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbu-dak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manu-sia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.

8. Pasal 28I ayat (2) : Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

9. Pasal 29 ayat (2) : Negara menjamin kemerdeka-an tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Alasan-alasan apa yang diajukan dalam uji ma-teril tersebut ?

Alasan-alasan yang diajukan para pemohon adalah se-bagai berikut:1. UU Pernodaan Agama bertentangan dengan

prinsip persamaan dalam hukum (equality before the law), Hak atas kebebasan beragama, meyakini

Page 21: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

15

Bagian KeduaPermohonan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

keyakinan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya dan hak untuk bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun.

2. UU Penodaan Agama khususnya Pasal 1 menun-jukkan adanya pembedaan dan/atau penguta-maan terhadap enam agama antara lain: Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu, dibandingkan dengan agama-agama atau aliran keyakinan lainnya. Hal mana merupakan bentuk kebijakan diskriminatif yang dilarang.

3. Substansi Pasal 1 yang bertentangan dengan UUD 1945, dengan sendirinya hukum proseduralnya yang terdapat dalam Pasal 2 Ayat (2), menjadi bertentangan pula. Pasal 2 ayat (2) bertentangan dengan prinsip negara hukum karena prosedur pembubaran organisasi dimaksud bertentangan dengan prinsip toleransi, keragaman, dan pe-mikiran terbuka. Proses pembubaran organisasi dan pelarangan organisasi, seharusnya dilakukan melalui proses peradilan yang adil, independen, dan terbuka, dengan mempertimbangkan hak atas kebebasan beragama, keragaman dan toler-ansi;

4. Pasal 3 yang menjatuhkan sanksi pidana selama-lamanya lima tahun kepada orang, Organisasi atau aliran kepercayaan, yang melanggar ketentuan da-lam pasal 1, dinilai membatasi kebebasan mereka yang beragama atau berkeyakinan selain keenam

Page 22: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

16

agama yang dilindungi, penghayat kepercayaan, dan kelompok atau aliran minoritas dalam kee-nam agama tersebut.

5. Pasal 4 huruf a yang kemudian ditambahkan menjadi Pasal 156 a KUHP dinilai bertentangan dengan jaminan kebebasan beragama/berkeyaki-nan. Perumusan Pasal 4 huruf a membuat pelak-sanaannya mengharuskan diambilnya satu tafsir tertentu dalam agama tertentu untuk menjadi batasan permusuhan, penyalahgunaan dan pe-nodaan terhadap agama. Berpihaknya negara/pemerintah kepada salah satu tafsir tertentu ada-lah diskriminasi terhadap aliran/tafsir lain yang hidup pula di Indonesia.

Apa yang dituntut dari uji materiil UU Penodaan Agama ?

Tuntutan yang diajukan adalah agar MK menerima dan mengabulkan seluruh permohonan pengujian UU Penodaan Agama yaitu menyatakan Pasal 1 s/d 4 UU Penodaan Agama bertentangan dengan UUD 1945 (inkonstitusional) dan menyatakan ketentuan Pasal 1- 4 UU Penodaan Agama tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dengan segala akibat hukum-nya.

Page 23: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

17

Bagian KeduaPermohonan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

Bagaimana proses persidangan uji materiil UU Penodaan Agama ?

Uji materiil UU Penodaan Agama mengacu ke-pada Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor: 06/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang. Maka berdasarkan pera-turan tersebut, proses persidangan JR UU Penodaan Agama, mendengarkan keterangan dari Presiden/ Pemerintah, DPR RI, Saksi, Ahli dan Pihak Terkait. Proses persidangan ini berlangsung selama 3 bulan dengan menghadirkan 3 orang saksi, 33 orang ahli dan 24 pihak terkait.

Apa pendapat ahli terhadap UU Penodaan Agama ?

Ahli dari pemohon menyampaikan bahwa UU Peno-daan Agama bermasalah karena diskriminatif. Akibat-nya, kaum minoritas dirampas hak kebebasan berfikir dan berkeyakinannya, bahkan menjalar kepada per-ampasan hak atas identitas, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Selain itu keterangan Ahli dari pemohon juga menegaskan permohonan pemohon bahwa kebebasan berfikir dan berkeyakinan tidak dapat dibatasi, namun ekspresi dari pemikiran dan berkeyakinan harus dibatasi agar tidak mengganggu ketertiban umum dan moral umum.

Page 24: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

18

Umumnya Ahli-Ahli yang diajukan oleh pemerintah dan pihak terkait memilliki argumen yang sebangun untuk menyatakan bahwa UU Penodaan Agama tidak diskriminatif, melindungi minoritas, sehingga masih bermanfaat dan harus dipertahankan. Namun, mer-eka tidak memiliki pendapat yang sama mengenai agama resmi atau agama yang diakui. Ada yang me-nyatakan UU penodaan agama melindungi semua agama dan bahkan kepercayaan, ada yang menyatakan bahwa hanya enam agama yang diakui dan dilindungi di Indonesia.MK sendiri mengundang empat belas ahli dengan berbagai keahlian. Seluruh ahli berpendapat bahwa UU Penodaan Agama memiliki masalah. Lima orang dengan tegas meminta dicabut, dan enam orang men-gusulkan untuk direvisi. Meskipun tidak ada Ahli dari Mahkamah Konstitusi yang dengan jelas mengatakan bahwa UU tidak bermasalah, ada dua Ahli yang ber-pendapat UU Penodaan Agama layak untuk dipertah-ankan.

Apa masalah UU Penodaan Agama menurut para ahli ?Berikut identifikasi masalah yang terdapat dalam UU Penodaan Agama menurut ahli-ahli yang dihadirkan oleh MK.

Page 25: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

19

Bagian KeduaPermohonan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

Nama Ahli MK Masalah UU No.1/PNPS/1965

Prof. Dr. Andi Hamzah

1. Pasal 1 dan 2 UU a quo sifatnya ad-ministrasi, tapi pasal 3 ada sanksi pidana 5 tahun. Kalau administrasi harusnya 1 tahun kurungan atau denda. 2. Pasal 1, 2, 3 UU a quo multitafsir, tidak memenuhi syarat nullum crimen sine lega scripta.

Dr. Eddy OS Hiariej

1. Dalam prakteknya, UU a quo selalu digunakan untuk mengadili pemikiran. Praktek itu bertentang dengan postulat hukum: cogitationis poenam nemo partitur,2. Penghayat keyakinan tidak bisa dijerat atau dihukum

Prof.Dr.Azyumardi Azra

1. Negara tidak boleh ikut campur soal tafsir 2. UU a quo tidak sesuai dengan zaman.3. Pasal yang inkonstitusional misalnya pasal 4b UU a quo. 4. UU a quo ambigu sehingga harus disempurnakan.

Page 26: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

20

Dr. Fx Mudji Sutrisno

1. Sebenarnya masyarakat kultural saling menghormati satu sama lain terhadap adanya perbedaan, namun adanya hu-kum akan meniadakan hak-hak lain atau kebebasan yang ada di dalam masyarakat tersebut. 2. Istilah menyimpang adalah istilah orang dalam (intern agama), sementara bagi orang di luar intern agama, disebut berbeda. 3. Tugas negara paling pokok adalah pada wilayah publik,menjaga ketertiban dan melindungi tiap warga Negara untuk melaksanakan hak kebebasan beragamanya.

Ulil Abshar Ab-dalla

1. Posisi negara harus netral, tidak bisa masuk soal tafsir. 2. Perbedaan tafsir bukan penodaan agama. 3. Pokok-pokok ajaran berbeda-beda.4. Istilah “pokok-pokok ajaran agama” di UU a quo ambigu. 5. Negara harus mencegah dan menang-kap orang yang melakukan kekerasan.6. UU a quo tidak melindungi minoritas.

Page 27: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

21

Bagian KeduaPermohonan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

Emha Ainun Nadjib

1. UU a quo tidak soleh, banyak mund-haratnya. 2. Tafsir tidak bisa dipaksakan. 3. Pluralisme adalah sifat Tuhan, tidak bisa dipaksakan untuk seragam. 4. Pokok-pokok ajaran beda. 5. Toleransi dan saling menyayangi.

Dr. Siti Zuhro UU a quo memberi peluang untuk dis-kriminasi & pembatasan hak memeluk agama. Juga bukti tidak dijaminnya masyarakat yang plural dan pengakuan status kelompok minoritas.

Prof.Dr.Jalaludin Rakhmat

1. UU a quo seringkali dipergunakan oleh yang berkuasa 2. UU a quo cenderung merugikan kaum minoritas

Prof. Dr. Ahmad Fedyani S.

1. Masyarakat hidup dalam masa yang berbeda dengan masa pembentukan UU a quo 2. Mengekpresikan pikiran termasuk dalam konteks agama bagian dari HAM, dan posisi manusia sebagai subyek semakin penting.

Page 28: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

22

Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra

1. UU a quo tidak sempurna karena tidak sesuai dengan UU 10/2004. 2. Norma hukum ada di penjelasan, harusnya ada di pasal. 3. Kepentingan Negara bukan menilai benar tidaknya agama, tapi menjaga ketertiban umum dan harmoni dalam masyarakat

Dr. Moeslim Ab-durrahman

1. Pokok-pokok ajaran berbeda-beda.2. Perbedaan tafsir harus dihormati.3. Seseorang di hadapan Negara harus setara, meskipun di hadapan Tuhan berbeda-beda.4. Beriman atau tidak bukan urusan Negara.

Taufik Ismail UU a quo sebagai pagar sudah usang, ayo kita perbaiki bersama-sama.

Prof. Dr. Komar-uddin Hidayat

1. Penafsiran tidak bisa dibatasi 2. Pembatasan hanya untuk manifestasi atau ekspresi guna kepentingan warga negara bukan kepentingan agama.

Page 29: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

23

Bagian KeduaPermohonan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

Djohan Effendi 1. UU a quo menjadi pengakuan 6 agama resmi dan acapkali memakan korban (Kurdi, Baha’i). 2. Tafsir adalah bagian dari kebebasan-beragama/berkeyakinan dan boleh disampaikan ke publik. 3. Masalah keyakinan adalah otoritas Tuhan YME. 4. Negara dan aparatnya tidak boleh bertindak melebihi Tuhan sendiri.

S. A. E. Nababan 1. Perbedaan dan perkembangan tafsir adalah lumrah. 2. Negara tidak perlu mengatur masalah penafsiran. 3. Depag tidak memiliki kewenangan untuk menyelidiki dan menilai pokok-pokok ajaran agama. 4. Ada ketidak jelasan Istilah (seolah-olah perbedaan tafsir itu sama dengan penodaan agama). 5. Akibat UU a quo, negara berpeluang untuk intervensi wilayah keagamaan.

Page 30: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

24

Garin Nugroho 1. UU ini tidak mendorong masyarakat berubah positif. 2. Kata-kata dalam pasal-pasal UU a quo tidak memberi kepastian hukum sehingga mengakibatkan korban. 3. Secara yuridis munculnya UU a quo hanya berlaku tepat untuk saat itu, tidak tepat untuk saat ini.

Siapa yang hadir sebagai pihak terkait ?

Selama proses persidangan, terdapat 24 (dua puluh empat) Pihak Terkait yang menyampaikan keteran-gannya. Dari 24 pihak, hanya Himpunan Penghayat Dan Kepercayaan (HPK), Badan Kerjasama Organ-isasi-Organiasi Kepercayaan (BKOK) yang hak dan/atau kewenangannya terpengaruh oleh pokok permo-honan, karena penghayat telah menjadi korban. Se-dangkan pihak terkait tidak langsung pada persidan-gan, dapat dikategorikan sebagai berikut :a. Pihak yang karena kedudukan, tugas pokok,

dan fungsinya perlu didengar keterangannya: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Perse-kutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Konfer-ensi WaliGereja Indonesia (KWI), Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN), Pari-sada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), WALU-

Page 31: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

25

Bagian KeduaPermohonan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

BI, Forum Kerukunan Umat beragama (FKUB), dan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (KOMNAS Perempuan)

b. Pihak yang perlu didengar keterangannya sebagai ad informandum, yaitu pihak yang hak dan/atau ke-wenangannya tidak secara langsung terpengaruh oleh pokok permohonan tetapi karena kepeduli-annya yang tinggi terhadap permohonan dimak-sud: Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU), Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP Muham-madiyah), Persatuan Islam (Persis), DPP Partai Persatuan Pembangunan, Yayasan Irena Center, DPP Ittihadul Muballighin, Badan Silaturrahmi Ulama Madura (BASHRA), Front Pembela Is-lam, Forum Umat Islam, Hizbut Tahrir Indone-sia (HTI), Al-Irsyad Islamiyah

Bagaimana dengan pendapat dari pihak-pihak terkait dalam uji materiil UU Penodaan Agama?

Secara substansi, pihak terkait terbagi dalam dua kel-ompok besar yaitu kelompok yang menolak permo-honan dan kelompok yang sependapat dengan pemo-hon, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut :

Page 32: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

26

Menolak Permohonan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Pimpinan Pusat (PP) Muhammadi-yah, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Ma-jelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI), Persatuan Islam (Persis), Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pemban-gunan (DPP PPP), Yayasan Irena Centre, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ittihadul Mubalighin, Badan Silaturrahmi Ulama Pesantren se-Madura (BASSRA), Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam (DPP FPI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dan Forum Umat Islam (FUI).

Page 33: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

27

Bagian KeduaPermohonan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

Sependapat Dengan Pemohon

Persekutuan Gereja-Gereja Indo-nesia (PGI), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Badan Kerjasama Organisasi Kepercayaan (BKOK), Himpunan Penghayat Kepercayaan (HPK) dan Komisi Nasional Perempuan (Komnas Perempuan)

Revisi Forum Komunikasi Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI

Page 34: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami
Page 35: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Bagian Ketiga

Perbedaan Pendapat (Dissenting Opinion) Putusan MK tentang Uji

Materiil UU Penodaan Agama

Setelah melalui proses persidangan marathon sela-ma 3 bulan, MK memutuskan menolak keseluruhan permohonan uji materiil UU Penodaan Agama. MK

http://jurnalhukum.blogspot.com/2009_02_01_archive.htm

Page 36: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

30

menarik kesimpulan bahwa dalil-dalil yang diajukan pemohon, baik dalam pengujian formil maupun materiil, tidak beralasan hukum. Namun, keputusan tersebut tidaklah bulat, Hakim Harjono memberikan alasan berbeda (concurring opinion) dan Hakim Maria Farida Indarti menyampaikan pendapat berbeda (dis-senting opinion).

Apa yang dimaksud dengan alasan berbeda (con-curring opinion) ?

Concurring opinion adalah pendapat/putusan yang ditu-lis oleh seorang hakim atau lebih yang setuju dengan pendapat mayoritas majelis hakim yang suatu perkara, namun memiliki alasan yang berbeda.

Apa alasan berbeda (concurring opinion) dari Hakim Konstitusi Harjono ?

Hakim Harjono memberikan alasan yang berbeda terhadap putusan MK. Harjono menyatakan bahwa rumusan Pasal 1 UU Penodaan Agama mengandung kelemahan. Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara melakukan revisi Pasal 1 UU Penodaan Agama. Sedangkan apabila Pasal 1 UU Penodaan

Page 37: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

31

Bagian Ke t igaPerbedaan Pendapa t Pu tusan MK Ten tang Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

Agama dicabut maka akan terdapat ke-vakum-an hu-kum yaitu ketiadaan aturan yang dapat menimbulkan akibat sosial yang luas. Meskipun akibat itu sendiri dapat diatasi dengan aturan hukum yang ada, namun untuk melakukan hal yang demikian akan memerlu-kan social cost yang tinggi. Harjono berpendapat bah-wa untuk sementara waktu UU perlu dipertahankan, sambil menunggu revisi UU Penodaan Agama selesai dilakukan.

Apa yang dimaksud dengan memberikan penda-pat berbeda berpendapat (dissenting opinion) ?

Dissenting opinion adalah pendapat/putusan yang ditulis oleh seorang hakim atau lebih yang tidak setuju dengan pendapat mayoritas majelis hakim yang suatu perkara. Umumnya ditemukan dinegara-negara yang bertradi-si common law dimana lebih dari satu hakim mengadili perkara. Tetapi sejumlah negara yang menganut tra-disi hukum konstinental telah memperbolehkan dis-senting opinion oleh hakim, terutama di pengadilan yang lebih tinggi. Di Indonesia, awalnya dissenting opinion ini diperkenalkan pada pengadilan niaga, namun kini telah diperbolehkan di pengadilan lain, termasuk da-lam uji materiil undang-undang di MK.

Page 38: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

32

Apa pendapat berbeda (dissenting opinion) Ha-kim Konstitusi Maria Farida Indrati ?

Hakim Maria Farida Indrati memberikan pendapat berbeda (dissenting opinion) dalam uji materiil UU Pe-nodaan Agama, sebagai berikut :

Dalam suatu negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), peraturan perundang-undangan mer-upakan salah satu unsur penting dalam rangka pe-nyelenggaraan pemerintahan. Dalam Konsiderans Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama (Lembaran Negara Republik IndonesiaTa-hun 1965 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2726) dinyatakan bah-wa pembentukan Penpres a quo dilakukan dalam rangka pengamanan negara dan masyarakat, cita-cita revolusi nasional dan pembangunan nasional semesta menuju ke masyarakat adil dan makmur, untuk mencegah penyalahgunaan atau penodaan agama, serta untuk pengamanan revolusi. Peneta-pan Presiden adalah salah satu jenis (bentuk) pera-turan perundang-undangan yang terbentuknya dilandasi oleh Surat Presiden Republik Indonesia Nomor 2262/HK/59 tentang Bentuk Peraturan-Peraturan Negara, bertanggal 20 Agustus 1959,

Page 39: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

33

Bagian Ke t igaPerbedaan Pendapa t Pu tusan MK Ten tang Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

yang dikirimkan oleh Presiden Soekarno kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam surat Presiden tersebut selain dinyatakan tiga peraturan negara yang secara tegas tertulis dalam Undang- Undang Dasar 1945, yaitu, Undang-Undang, Pera-turan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, dan Peraturan Pemerintah, juga menetapkan adanya beberapa peraturan negara lainnya, antara lain se-bagai berikut: “Disamping itu Pemerintah memandang perlu mengadakan beberapa Peraturan Negara lainnya, yakni: Penetapan Presiden, untuk melaksanakan Dekrit Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang tanggal 5 Juli 1959 tentang “Kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945”; Dengan diterimanya surat Presiden tersebut dibentuklah sejumlah 129 (sera-tus dua puluh sembilan) Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden yang berlangsung dari tahun 1959 sampai tahun 1966. Oleh karena Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden yang dibentuk selama kurun waktu tersebut secara substansi ban-yak yang tidak tepat maka Majelis Permusyawara-tan Rakyat Sementara kemudian memerintahkan untuk dilakukan peninjauan dengan landasan Ketetapan MPRS Nomor XIX/MPRS/1966 ten-tang Peninjauan Kembali Produk-Produk Legis-latif Negara Di Luar Produk MPRS Yang Tidak Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan

Page 40: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

34

Ketetapan MPRS Nomor XXXIX/MPRS/1968 tentang Pelaksanaan Ketetapan MPRS Nomor XIX/MPRS/1966. Berdasarkan kedua Ketetapan MPRS tersebut dibentuklah Undang-Undang No-mor 5 Tahun 1969 tentang Pernyataan Berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden Seba-gai Undang-Undang (Lembaran Negara Repub-lik Indonesia Tahun 1969 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2900).

Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969 tentang Pernyataan Berbagai Penetapan Pres-iden dan Peraturan Presiden Sebagai Undang-Un-dang tersebut dirumuskan sebagai berikut: “Terhi-tung sejak disahkannya Undang-Undang ini, menyatakan Penetapan-penetapan Presiden dan Peraturan-peraturan Presiden sebagaimana termaksud dalam Lampiran IIA dan IIB Undang-Undang ini, sebagai Undang-Undang dengan ketentuan, bahwa materi Penetapan-penetapan Presiden dan Peraturan-peraturan Presiden tersebut dita-mpung atau dijadikan bahan bagi penyusunan Undang-Undang yang baru”.

Penjelasan Pasal 2 a quo menyatakan sebagai beri-kut: “Penetapan-penetapan Presiden dan Peraturan-peraturan Presiden sebagaimana tercantum dalam Lam-

Page 41: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

35

Bagian Ke t igaPerbedaan Pendapa t Pu tusan MK Ten tang Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

piran IIA dinyatakan sebagai Undang-Undang dengan ketentuan bahwa materi Penetapan-penetapan Presiden dan Peraturan-peraturan Presiden tersebut ditampung dan dituangkan dalam Undang-Undang baru sebagai penyem-purnaan, perubahan atau penambahan dari materi yang diatur dalam Undang-Undang terdahulu”.

Selain iu, dalam Penjelasan Umum Undang-Un-dang Nomor 5 Tahun 1969 tentang Pernyataan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presi-den sebagai Undang-Undang, dirumuskan seba-gai berikut: “... 2. Penetapan-penetapan Presiden dan Peraturan-peraturan Presiden sebagaimana termaksud dalam Lampiran IIA dan IIB juga dinyatakan sebagai Undang-Undang, dengan ketentuan bahwa harus di-adakan perbaikan/penyempurnaan dalam arti, bahwa materi dari pada Penetapan-penetapan Presiden dan Peraturan-peraturan Presiden tersebut ditampung atau dijadikan bahan bagi penyusunan Undang-Undang yang baru”

Berdasarkan Pasal 2 dan Lampiran IIA Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969 tentang Pernyataan Berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presi-den Sebagai Undang-Undang, ditetapkanlah Pen-etapan Presiden Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan

Page 42: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

36

Agama sebagai suatu Undang-Undang, sehingga sejak saat itu Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama disebut Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Pe-nyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama seba-gai suatu Undang-Undang (yang biasa disebut dengan Undang-Undang Kondisional). Sebagai suatu peraturan yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang, dalam hal ini Presiden maka Peneta-pan Presiden yang kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang Nomor: 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama adalah peraturan yang sah dan mempunyai daya laku (validity) mengikat umum. Namun de-mikian, karena Undang-Undang a quo pada saat ini dimohonkan pengujiannya ke Mahkamah Konsti-tusi, maka saya mengajukan pendapat yang berbe-da (dissenting opinion) terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut.

Apabila ditinjau dari asas keberlakuannya, sejak saat pembentukannya hingga saat ini, yaitu saat dimohonkan pengujiannya ke Mahkamah Konsti-tusi, secara formal Undang-Undang a quo masih mempunyai daya laku mengikat umum. Hal terse-but dapat dikaitkan dengan Pasal I Aturan Pera-

Page 43: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

37

Bagian Ke t igaPerbedaan Pendapa t Pu tusan MK Ten tang Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

lihan Undang-Undang Dasar 1945 (Perubahan) yang menyatakan bahwa, “Segala peraturan perun-dang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”. Namun demikian, oleh karena adanya perubahan Undang-Undang Dasar 1945 yang san-gat mendasar, terutama dalam pengaturan tentang hak-hak asasi manusia, khususnya yang tertuang dalam Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, dari Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J, secara mate-rial isi atau substansi Undang-Undang a quo perlu diajukan beberapa pendapat. Sehubungan dengan permohonan pengujian terhadap Undang-Undang a quo perlu dikemukakan pasal-pasal yang langsung berkaitan, yaitu Pasal 28E, Pasal 28I, dan Pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945 yang masing-masing dirumuskan sebagai berikut:

Pasal 28E:“(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

Page 44: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

38

(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, ber-kumpul, dan mengeluarkan pendapat”.

Pasal 28I:“(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.(2) ....dst.”

Pasal 29:“(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”

Berdasarkan pasal-pasal tersebut sebenarnya Un-dang-Undang Dasar 1945 saat ini sangat member-ikan hak dan jaminan secara konstitusional, bah-kan memberikan kepada setiap orang kebebasan memeluk agama dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu, serta berhak atas kebe-basan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. Hak dan

Page 45: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

39

Bagian Ke t igaPerbedaan Pendapa t Pu tusan MK Ten tang Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

jaminan konstitusional itu dijamin pula dalam Un-dang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, dan juga Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik. Secara yuridis jaminan terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan dalam rezim hukum di Indonesia dinyatakan den-gan landasan yang sangat kuat, sehingga dengan demikian negara Republik Indonesia juga memi-liki tanggung jawab dan kewajiban konstitusional untuk menjamin terpenuhinya hak-hak tersebut, khususnya hak setiap orang terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Dalam kaitannya dengan hak atas kebebasan agama terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu aspek kebebasan internal (forum internum) dan aspek kebebasan eksternal (forum externum). Kebebasan internal (forum internum) yang menyangkut eksis-tensi spiritual yang melekat pada setiap individu adalah kebebasan yang dimiliki setiap orang untuk meyakini, berfikir, dan memilih agama atau keya-kinannya, juga kebebasan untuk mempraktekkan agama atau keyakinannya secara privat, sehingga

Page 46: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

40

kebebasan internal ini tidak dapat diintervensi oleh negara. Kebebasan eksternal (forum externum) ada-lah kebebasan seseorang untuk mengekspresikan, mengomunikasikan, atau memanifestasikan eksis-tensi spiritual yang diyakininya itu kepada publik dan membela keyakinannya Sehubungan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, yang dimohonkan pengujiannya ke Mahkamah, yaitu, Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 4, saya mengajukan pendapat sebagaimana tertuang dalam uraian di bawah ini, berdasarkan rumusan pasal-pasal beserta penjela-sannya sebagai berikut:

A. Pendapat terhadap Pasal 1:Pasal 1 Undang-Undang a quo menetapkan bah-wa, “Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu, penafsiran dan keg-iatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu”.

Apabila Pasal 1 Undang-Undang a quo dihubung-

Page 47: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

41

Bagian Ke t igaPerbedaan Pendapa t Pu tusan MK Ten tang Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

kan dengan penjelasannya maka sebenarnya yang dijamin dan dilindungi, serta mendapat bantuan-bantuan adalah hanya terbatas kepada agama yang dipeluk (dianut) oleh penduduk di Indonesia, yaitu, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khong Hu Cu (Confusius) karena dalam Pasal 1 secara jelas dirumuskan “agama yang dianut”; se-dangkan terhadap agama-agama lain, misalnya Ya-hudi, Zarasustrian, Shinto, Taoism tidak dilarang di Indonesia dengan syarat “asalkan agama-agama tersebut tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang ter-dapat dalam peraturan ini atau peraturan perundangan lain”. Selain itu dengan adanya Penjelasan Pasal 1 yang menyatakan bahwa, “Terhadap badan/aliran kebatinan, Pemerintah berusaha menyalurkannya ke arah pandangan yang sehat dan ke arah ke-Tuhanan Yang Maha Esa ...” terdapat perlakuan yang tidak sama (diskriminatif) antara agama Islam, Kristen, Kato-lik, Hindu, Buddha, serta Khong Hu Cu (Confu-sius), dan agama-agama lainnya, terutama terhadap badan/aliran kebatinan; bahkan negara/Pemerin-tah telah masuk ke dalam ranah yang menyangkut eksistensi spiritual, yang melekat pada setiap indi-vidu (dalam hal ini badan/aliran kebatinan) karena Pemerintah diberikan wewenang untuk berusaha menyalurkannya ke arah pandangan yang sehat dan ke arah ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

Page 48: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

42

B. Pendapat terhadap Pasal 2:Pasal 2 Undang-Undang a quo menetapkan bah-wa:“(1) Barangsiapa melanggar ketentuan tersebut dalam Pasal 1 diberi perintah dan peringatan keras untuk menghentikan perbuatannya itu di dalam suatu keputu-san bersama Menteri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri.(2) Apabila pelanggaran tersebut dalam ayat (1) dilaku-kan oleh organisasi atau sesuatu aliran kepercayaan, maka Presiden Republik Indonesia dapat membubarkan organ-isasi itu dan menyatakan organisasi atau aliran tersebut sebagai organisasi/aliran terlarang, satu dan lain setelah Presiden mendapat pertimbangan dari Menteri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri.”

Penjelasan Pasal 2 Undang-Undang a quo mene-tapkan bahwa, “Sesuai dengan kepribadian Indonesia, maka terhadap orang-orang ataupun penganut-penganut sesuatu aliran kepercayaan maupun anggota atau ang-gota Pengurus Organisasi yang melanggar larangan terse-but dalam Pasal 1, untuk permulaannya dirasa cukup diberi nasehat sebelumnya”. Apabila penyelewengan itu dilakukan oleh organisasi atau penganut-penganut aliran kepercayaan dan mempunyai effek yang cukup serius bagi masyarakat yang beragama, maka Presiden berwenang untuk membubarkan organisasi itu dan untuk menyata-

Page 49: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

43

Bagian Ke t igaPerbedaan Pendapa t Pu tusan MK Ten tang Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

kan sebagai organisasi atau aliran terlarang dengan aki-batakibatnya (jo Pasal 169 KUHP).”

Dari rumusan Pasal 2 Undang-Undang a quo dan Penjelasannya terdapat perbedaan dari segi adressat (subjek) norma yang dituju. Dalam Pasal 2 ayat (1) yang menjadi adressat (subjek) norma adalah “Ba-rangsiapa ...” yang di dalam ragam bahasa perun-dang-undangan biasanya dimaknai dengan setiap orang atau badan hukum (korporasi), sedangkan pada ayat (2) yang menjadi adressat (subjek) norma adalah “Organisasi atau sesuatu aliran kepercayaan”. Apabila rumusan Pasal 2 tersebut dihubungkan dengan Penjelasan pasalnya maka yang menjadi adressat (subjek) norma adalah “orang-orang ataupun penganut-penganut sesuatu aliran kepercayaan maupun anggota atau anggota Pengurus Organisasi atau aliran terlarang”.

Dengan demikian ketentuan dalam Pasal 2 Un-dang-Undang a quo sebenarnya hanya ditujukan terhadap “orang-orang ataupun penganut-penganut ses-uatu aliran kepercayaan maupun anggota atau anggota Pengurus Organisasi, atau aliran terlarang”. Permasala-hannya adalah, siapa yang dimaksudkan dengan orang-orang ataupun penganut-penganut sesuatu aliran kepercayaan maupun anggota atau anggota

Page 50: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

44

Pengurus Organisasi, atau aliran terlarang terse-but? Sehubungan dengan permasalahan ini, apak-ah negara dapat ikut campur di dalamnya dengan memberikan perintah dan peringatan keras untuk menghentikan perbuatannya itu di dalam suatu keputusan bersama Menteri Agama, Menteri/Jak-sa Agung, dan Menteri Dalam Negeri, atau pem-bubarannya oleh Presiden?

C. Pendapat terhadap Pasal 3:Pasal 3 Undang-Undang a quo menetapkan bah-wa, “Apabila, setelah dilakukan tindakan oleh Menteri Agama bersama-sama Menteri/Jaksa Agung dan Men-teri Dalam Negeri atau oleh Presiden Republik Indone-sia menurut ketentuan dalam Pasal 2 terhadap orang, organisasi atau aliran kepercayaan, mereka masih terus melanggar ketentuan dalam Pasal 1, maka orang, penga-nut, anggota dan/atau anggota Pengurus Organisasi yang bersangkutan dari aliran itu dipidana dengan pidana pen-jara selama-lamanya lima tahun”.

Penjelasan Pasal 3 Undang-Undang a quo men-etapkan bahwa, “Pemberian ancaman pidana yang dia-tur dalam pasal ini, adalah tindakan lanjutan terhadap anasir-anasir yang tetap mengabaikan peringatan tersebut, dalam Pasal 2. Oleh karena aliran kepercayaan biasanya tidak mempunyai bentuk seperti organisasi/perhimpunan,

Page 51: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

45

Bagian Ke t igaPerbedaan Pendapa t Pu tusan MK Ten tang Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

dimana mudah dibedakan siapa pengurus dan siapa ang-gotanya, maka mengenai aliran-aliran kepercayaan, hanya penganutnya yang masih terus melakukan pelanggaran da-pat dikenakan pidana, sedang pemuka aliran sendiri yang menghentikan kegiatannya tidak dapat dituntut. Mengin-gat sifat idiil dari tindak pidana dalam pasal ini, maka ancaman pidana 5 tahun dirasa sudah wajar”.

Dari rumusan Pasal 3 Undang-Undang a quo dan Penjelasannya juga terdapat perbedaan dari segi adressat (subjek) norma yang dituju. Dalam Pasal 3 yang menjadi adressat norma, yang dapat dijatuhi pidana penjara lima tahun adalah ”orang, penganut, organisasi atau aliran kepercayaan” sedangkan dalam Penjelasannya yang dapat dikenakan pidana adalah “penganut aliran kepercayaan saja”.

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3 Undang-Undang a quo dan Penjelasan-nya, memang beralasan apabila beberapa orang perorangan dan beberapa lembaga yang berg-erak dalam bidang advokasi kebebasan beragama dan berkeyakinan mempermasalahkan eksistensi Undang-Undang a quo. Saya sependapat dengan Pemohon bahwa eksistensi Undang-Undang a quo perlu ditinjau kembali, oleh karena dalam pelak-sanaannya Undang-Undang a quo seringkali men-

Page 52: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

46

imbulkan berbagai permasalahan. Walupun dalam Undang-Undang a quo tidak menyebutkan adanya enam agama yang “diakui” oleh negara, namun di dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan telah terbukti bahwa yang diberikan jaminan dan perlindungan serta bantuan-bantuan hanya kee-nam agama tersebut, hal ini terjadi misalnya dalam penerbitan Kartu Tanda Penduduk, penerbitan Kartu Kematian, atau dalam pelaksanaan dan pen-catatan perkawinan.

Dengan berdasarkan Undang-Undang a quo juga telah dilakukan pelarangan terhadap penganut agama Kong Hu Cu (termasuk larangan terhadap simbolsimbol, adat kebiasaan, budaya, bahasa China) yang berlangsung sejak jaman Orde Baru hingga saat pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Secara kelembagaan, hal ini juga terlihat bahwa sampai saat ini hanya terdapat Dirjen Bi-mas Islam, Protestan, Katolik, Hindu, dan Bud-dha di Kementerian Agama Republik Indonesia. Selain itu, dampak yang lebih kuat adalah yang dirasakan oleh para penganut agama tradisional ataupun penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang jumlahnya tidak sedikit di negara Indonesia, yang terhadap mereka tidak mu-dah bagi setiap orang ataupun negara untuk dapat

Page 53: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

47

Bagian Ke t igaPerbedaan Pendapa t Pu tusan MK Ten tang Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

langsung memahami eksistensi spiritual mereka, oleh karena biasanya eksistensi spiritual mereka dikemas dan dilaksanakan dalam bahasa-bahasa daerah setempat.

D. Pendapat terhadap Pasal 4:Pasal 4 Undang-Undang a quo menetapkan bahwa, “Pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana diadakan pasal baru yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 156aDipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barangsiapa dengan sengaja di muka umum menge-luarkan perasaan atau melakukan perbuatan: a. yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgu-naan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia;b. dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga, yang bersendikan ke-Tuhanan Yang Maha Esa”.

Terhadap rumusan dalam Pasal 4 Undang-Un-dang a quo saya berpendapat bahwa pengaturan yang memerintahkan penambahan suatu pasal ke dalam Undang-Undang lain adalah sesuatu yang tidak lazim dalam teknik penyusunan peraturan perundang-undangan. Pendapat tersebut dapat

Page 54: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

48

dikesampingkan, oleh karena pada saat terben-tuknya Undang-Undang a quo memang belum ter-dapat pedoman yang mengatur tentang hal terse-but. Walaupun rumusan dalam Pasal 156a tersebut bukanlah merupakan delik materiil, namun karena pasal tersebut ditempatkan di antara Pasal 156 dan Pasal 157 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (yang termasuk dalam “haatzaai artikelen”) maka ketentuan dalam pasal a quo dalam pelaksanaannya lebih sering diterapkan secara sewenang-wenang.

Kesimpulan:Berdasarkan uraian di atas, maka saya berpenda-pat bahwa terhadap Undang- Undang Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama terdapat beberapa permasalahan yang mendasar antara lain:

Bahwa Undang-Undang 1. a quo merupakan produk masa lampau, yang walaupun ber-dasarkan Aturan Peralihan Pasal I Undang-Undang Dasar 1945 secara formal masih mempunyai daya laku (validity), namun secara substansial mempunyai berbagai kelemahan karena adanya perubahan yang sangat men-dasar terhadap Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal-pasal yang menyangkut hak-hak asasi manusia.

Page 55: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

49

Bagian Ke t igaPerbedaan Pendapa t Pu tusan MK Ten tang Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

Bahwa dengan pembentukan Undang-Undang 2. Nomor 5 Tahun 1969 tentang Pernyataan Ber-bagai Penetapan Presiden dan Peraturan Pres-iden Sebagai Undang-Undang, yang merupa-kan perintah dari Ketetapan MPRS Nomor XIX/MPRS/1966 tentang Peninjauan Kem-bali Produk-Produk Legislatif Negara Di Luar Produk MPRS Yang Tidak Sesuai Dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan Ketetapan MPRS Nomor XXXIX/MPRS/1968 tentang Pelaksanaan Ketetapan MPRS Nomor XIX/MPRS/1966, maka pelaksanaan dari perintah kedua Ketetapan MPRS dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969 tentang Pernyataan Berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden Sebagai Undang-Undang, khususnya dalam Pasal 2 dan Penjelasannya sudah ber-langsung selama 40 (empat puluh) tahun.Bahwa dengan terjadinya berbagai permasala-3. han yang seringkali menimbulkan adanya tin-dakan yang sewenang-wenang dalam pelak-sanaan Undang-Undang a quo dan adanya pertentangan dalam ketentuan pasal-pasalnya terhadap beberapa pasal dalam Undang-Un-dang Dasar 1945, khususnya Pasal 28E, Pasal 28I, dan Pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945, saya berkesimpulan bahwa permoho-

Page 56: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

50

nan para Pemohon seharusnya dikabulkan.

Apakah dissenting opinion mengikat secara hu-kum ?Tidak, walau merupakan satu kesatuan dalam putu-san hakim, dissenting opinion tidak mengikat. Namun, perbedaan pendapat ini akan dapat digunakan seba-gai dasar untuk memacu perubahan terhadap sebuah undang-undang.

Page 57: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

DAFTAR ALAMAT

1. KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANU-SIA (KOMNAS HAM)

Jl. Latuharhary No. 4B Menteng Jakarta Pusat Telp/Fax: 021 - 3925 230021 - 3925 227 Emaik: [email protected]

2. OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA (ORI)

Jl. Ir. H. Djuanda No. 36 Jakarta Pusat Telp : +62 21 351 0071

3. GERAKAN ANTI DISKRIMINASI (GANDI) Jl. Mandala Raya 24 Tomang Jakarta 11440 T : 021-68700570 F : 021 – 5673869 Email :gandi_ancyahoo.com, [email protected], [email protected]

Page 58: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

52

4. LBH JAKARTA Jl.Diponegoro No. 74 Jakarta Telp/Fax: 021-3145518/ 021-3912377

5. INDONESIAN CONFERENCE ON RE-LIGION AND PEACE (ICRP).

Jl. Cempaka Putih Barat XXI No. 34 Jakarta 10520

Telepon: 021-42802349 / 42802350 Fax: 021-4227243 Email: [email protected] Website: www.icrp-online.org

6. ALIANSI NASIONAL BHINEKA TUNG-GAL IKA (ANBTI)

Jl.Tebet Barat Dalam Vii No.19, Jakarta Telp/Fax :021-8312771

7. BADAN KOORDINASI ORGANISASI KEPERCAYAAN (BKOK)

Jl.Wastukancana No. 33 Bandung T :022-4265318

8. HIMPUNAN PENGHAYAT KEPER-CAYAAN THD TUHAN YANG MAHA ESA (HPK)

Jl.Ir.H.Juanda No. 4 A Jakarta

Page 59: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

53

Daf ta r A lamat

9. THE INDONESIAN LEGAL RESOURCE CENTER (ILRC)

Jl.Tebet Timur I No.4, Tebet Jakarta Selatan Telp : 021-93821173, Fax : 021-8356641 Email : [email protected] Website : www.mitrahukum.org

10. HUMAN RIGHTS WORKING GROUP Jiwasraya Building Lobby Floor Jl. R.P Soeroso No 41 Gondangdia, Menteng Jakarta 10350 Email : [email protected], Telp: 021-3143015 – 021-7073350562 Fax: 021-3143058

Page 60: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Tentang ILRC

THE INDONESIAN LEGAL RESOURCE CENTER (ILRC)

MITRA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN HUKUM INDONESIA

Pada masa transisi menuju demokrasi, Indonesia menghadapi masalah tingginya tingkat korupsi, min-imnya jaminan hak azasi manusia (HAM), dan lemah-nya penegakan hukum. Dalam penegakan hukum, selain produk legislasi dan struktur aparat penegak hukum di butuhkan pula budaya hukum yang kuat di masyarakat. Namun, faktanya kesadaran hak di ting-kat masyarakat sipil masih lemah, begitu juga dengan kapasitas untuk mengakses hak tersebut.

Peran Perguruan Tinggi khususnya fakultas hukum sebagai bagian dari masyarakat sipil menjadi pent-

!

Page 61: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

55

Pro f i l I LRC

ing untuk menyediakan lulusan fakultas hukum hu-kum yang berkualitas yang akan mengambil bagian di berbagai profesi, seperti birokrasi, institusi-institusi negara, peradilan, akademisi dan organisasi-organisasi masyarakat sipil. Perguruan Tinggi mempunyai posisi yang legitimate untuk memimpin pembaharuan hukum. Di dalam hal ini, kami memandang pendidikan hu-kum mempunyai peranan penting untk membangun budaya hukum dan kesadaran hak masyarakat sipil.

Pendirian The Indonesia Legal Resource Center (ILRC) merupakan bagian keprihatinan atas pendidi-kan hukum yang tidak responsif terhadap permasalahan keadilan sosial. Pendidikan hukum cenderung mem-buat lulusan fakultas hukum menjadi profit lawyer dan mengabaikan pemasalahan keadilan sosial. Walaupun Perguruan Tinggi mempunyai instrumen/institusi un-tuk menyediakan bantuan hukum secara cuma-cuma untuk masyarakat miskin, tetapi mereka melakukan-nya untuk maksud-maksud yang berbeda. Terdapat sejumlah masalah yaitu 1) Lemahnya para-digma yang berpihak kepada masyarakat miskin, kea-dilan sosial dan HAM; 2) Komersialisasi Perguruan Tinggi dan lemahnya pendanaan maupun sumber daya manusia di Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) dan Pusat Hak Azasi Manusia (HAM) dan

Page 62: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

56

3) Ketika pendidikan hukum di masyarakat sedang berkonflik oleh karena perbedaan norma antara hu-kum yang hidup di masyarakat dan hukum negara.Karena masalah tersebut, maka ILRC bermaksud un-tuk mengambil bagian di dalam reformasi pendidikan hukum.

VisiMemajukan HAM dan keadilan sosial di dalam pen-didikan hukum

MisiMenjembatani jarak antara Perguruan Tinggi 1. dengan dinamika sosial;Mereformasi pendidikan hukum untuk mem-2. perkuat perspektif keadilan sosial;Mendorong Perguruan Tinggi dan organisasi-or-3. ganisasi masyarakat sipil untuk terlibat di dalam reformasi hukum dan keadilan sosial.

Page 63: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

57

Pro f i l I LRC

STRUKTUR DAN PERSONAL

Para Pendiri/Anggota Pengurus

Ketua : Dadang TrisasongkoSekretaris : Renata ArianingtyasBendahara : Soni SetyanaAnggota :

Profesor Mohammad Zaidun, SH, MSi1. Prof. Emiritus Drs. Soetandyo Wignyosoebroto, 2. MPAUli Parulian Sihombing3.

EKSEKUTIFDirektur : Uli Parulian SihombingPeneliti : Fultoni, Siti Aminah, Budi WidjardjoKeuangan : Evi YuliawatiAdministrasi : Herman Susilo

Page 64: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Tentang Freedom House

Freedom House is an independent watchdog orga-nization that supports the expansion of freedom around the world. Freedom House supports demo-cratic change, monitors freedom, and advocates for democracy and human rights. We support nonviolent civic initiatives in societies where freedom is denied or under threat and we stand in opposition to ideas and forces that challenge the right of all people to be free. Freedom House functions as a catalyst for freedom, democracy and the rule of law through its analysis, advocacy and action.

Analysis The foundation of Freedom • House’s work is its analysis. We evaluate the components of freedom and leverage our analytical work to strengthen our advocacy and action efforts. Freedom House’s rigor-

!

Page 65: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

59

Pro f i l F reedom House

ous research methodology has earned the organization a reputation as the leading source of information on the state of free-dom worldwide. Learn more about Freedom House publications .Advocacy Freedom House amplifies the • voices of those fighting for freedom in re-pressive societies. We press the United States, other governments, international institutions and regional bodies to adopt consistent poli-cies that advance human rights and democ-racy around the world.Action We work directly with democracy and • human rights advocates in their own coun-tries and regions. These reformers include human rights defenders, civil society lead-ers and members of the media. Freedom House’s programs provide these advocates with resources that include training, expert advice, grants and exchange opportunities.

Freedom House was created in 1941 by prominent Americans concerned about the U.S. policy of iso-lationism as Nazism threatened to engulf Europe. The organization’s name was intended to counter the Brown House, the Nazi party headquarters in Ger-many where Adolf Hitler maintained an office. Af-

Page 66: MEMAHAMI PENDAPAT BERBEDA (Dissenting Opinion) …mitrahukum.org/wp-content/uploads/2012/09/Disenting-Opinian.pdf · Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Seri 5, dengan judul Memahami

Memahami Pendapa t Berbeda (D issen t ing Op in ion)Putusan Uj i Mate r i i l UU Penodaan Agama

60

ter World War II, Freedom House turned its focus to the struggle against Communism and other threats to freedom irrespective of ideology and embraced the organization’s mission to expand freedom worldwide and strengthen human rights and civil liberties in the United States.

Freedom House is led by David Kramer, the orga-nization’s executive director. The daily work of the organization is conducted by its approximately 150 staff members in Washington, New York, its Euro-pean office in Budapest and other offices around the world.

The organization’s Board of Trustees, which includes Democrats, Republicans and Independents, is com-posed of a mix of business and labor leaders, former senior government officials, scholars and journalists who agree that the promotion of democracy and human rights abroad is vital to America’s interests abroad and to international peace.

Contact1301 Connecticut Ave. NW, Floor 6 Washington D.C. 20036. Tel. (202) 296 5101 Fax: (202) 293 2840 Email : [email protected]