Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

29
MEMAHAMI KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH AIK-III (Ke-Muhammadiyahan) Profesor Dr Ishomuddin, M.Si

description

Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

Transcript of Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

Page 1: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

MEMAHAMI KEPRIBADIAN

MUHAMMADIYAH

AIK-III (Ke-Muhammadiyahan)

Profesor Dr Ishomuddin, M.Si

Page 2: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5
Page 3: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

Kepribadian Muhammadiyah mengandung empat pokok pikiran:

1.Hakekat Muhammadiyah2.Dasar amal usaha Muhammadiyah3. Pedoman amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah4. Sifat Muhammadiyah

Page 4: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5
Page 5: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5
Page 6: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5
Page 7: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5
Page 8: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5
Page 9: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5
Page 10: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5
Page 11: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5
Page 12: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

6.Amar makruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik.

7.Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam.

8.Kerjasama dengan golongan Islam maupun juga dalam usaha mensyiarkan dan mengamalkan ajaran Islam serta membela kepentingannya.

9.Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memlihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah.

10.Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.

Page 13: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5
Page 14: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5
Page 15: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

Dalam perjalanan Muhammadiyah dari masa ke masa telah beberapa kali ditetapkan Khittah Perjuangan. Khittah Perjuangan itu antara lain adalah seperti dikemukakan dibawah ini:

Langkah Muhammadiyah 1938-1940, berisi 12 langkah sebagai berikut:1.Memperdalam masuknya iman2.Memperluas faham agama3.Membuahkan budi pekerti4.Menuntun amalan intiqad5.Menguatkan persatuan6.Menegakkan keadilan7.Melakukan kebijaksanaan8.Menguatkan majelis tanwir9.Mengadakan komperensi bagian10.Memusyawaratkan putusan11.Mengawaskan gerakan jalan12.Menyambungkan gerakan luar

Page 16: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

Langkah Muhammadiyah 1956-1959 (Khittah Palembang) berisi sebagai berikut:

1.Menjiwai pribadi para anggota terutama para pemimpin Muhammadiyah dengan: a. Memperdalam dan mempertebal tauhid b. Menyempurnakan ibadah khusus’ dan tawadu’ c. Mempertinggi akhlak d. Memperkuat ilmu pengetahuan e. Menggerakkan Muhammadiyah dengan penuh keyakinan dan rasa tanggung jawab, hanya mengharapkan keridhaan Allah dan kebahagiaan umat.

2. Melaksanakan uswatun hasanah3. Mengutuhkan organisasi dan merapikan administrasi.

Page 17: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

4. Memperbanyak dan mempertinggi mutu amal5. Mempertinggi mutu anggota dan membentuk

kader6. Mempererat ukhuwah7. Menuntun penghidupan.

Page 18: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

Khittah Perjuangan Muhammadiyah (Keputusan Sidang Tanwir di Ponorogo 1969), terdiri dari dua pokok pikiran, pertama, Pola dasar Perjuangan dan, Kedua, Program Dasar Perjuangan.

Pola Dasar Perjuangan berisi:

1.Muhammadiyah berjuang untuk mencapai/ mewujudkan suatu cita-cita dan keyakinan hidup, yang bersumber ajaran Islam.2.Dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya sebagaimana yang dituntunkan oleh Muhammad Rasulullah adalah satu-satunya jalan untuk mencapai cita-cita dan keyakinan hidup tersebut.3.Dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar seperti yang dimaksud harus dilakukan melalui 2 (dua) saluran / bidang secara stimulan: a. Saluran politik kenegaraan (politik praktis) b. Saluran masyarakat.

Page 19: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

4. Untuk melakukan perjuangan dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar seperti yang dimaksud di atas, dibuat alatnya masing-masing yang berupa organisasi.

a. Untuk saluran / bidang politik kenegaraan (politik

praktis) dengan organisasi politik (partai). b. Untuk saluran / bidang masyarakat dengan

organisasi non partai.

5. Muhammadiyah sebagai organisasi memilih dan menempuh diri sebagai “Gerakan Dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar dalam Bidang Masyarakat”. Sedangkan untuk alat perjuangan dalam bidang politik kenegaraan (politik praktis), Muhammadiyah membentuk satu Partai Politik di luar organisasi Muhammadiyah.

6. Muhammadiyah harus menyadari bahwa partai tersebut adalah merupakan objeknya dan wajib membinanya.

Page 20: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

7. Masing-masing berdiri dan berjalan sendiri-sendiri menurut caranya sendiri-sendiri, tetapi dengan saling pengertian dan menuju tujuan yang satu.

8. Pada prinsipnya tidak dibenarkan adanya perangkapan jabatan, terutama jabatan pimpinan antara keduanya, demi tertibnya pembagian pekerjaan (spesialisasi).

Page 21: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5
Page 22: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

Khittah perjuangan Muhammadiyah (Keputusan Muktamar ke 39 di Ujung Pandang tahun 1971) berisi 4 pokok pikiran :

1.Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam beramal dalam bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari suatu partai politik atau organisasi apapun.

2.Setiap anggota Muhammadiyah, sesuai dengan hak asasinya, dapat memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Ketentuan-ketentuan lain yang berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah.

Page 23: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

3. Untuk lebih memantapkan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam setelah Pemilu Tahun 1971, Muhammadiyah melakukan amar makruf nahi munkar secara konstruktif dan positif terhadap Partai Muslimin Indonesia seperti halnya terhadap partai-partai politik dan organisasi-organisasi lainnya.

4. Untuk lebih meningkatkan partisipasi Muhammadiyah dalam pelaksanaan pembangunan nasional, mengamanatkan kepada pimpinan pusat Muhammadiyah untuk menggariskan kebijaksanaan dan mengambil langlah-langkah dalam pembangunan ekonomi, sosial dan mental spirituil.

Page 24: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

Khittah Perjuangan Muhammadiyah (Keputusan Muktamar ke 40 di Surabaya tahun 1978) berisi 5 pokok pikiran, yaitu, pertama, menegaskan tentang Hakekat Muhammadiyah, kedua, Muhammadiyah dan masyarakat, ketiga, Muhammadiyah dan politik, keempat, Muhammadiyah dan ukhuwah Islamiyah dan, kelima, Dasar program, Muhammadiyah. Tentang hubungan Muhammadiyah dan politik, dijelaskan sebagai berikut:

Dalam bidang politik, Muhammadiyah berusaha sesuai dengan khittahnya; dengan dakwah amar makruf nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoretis konsepsional dan secara konkret riil, bahwa ajaran Islam mampu mengatur masyarakat dalam negara Republik Indonesia yang ber-pancasila dan Undang-Undang dasar 1945 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, bahagia, materiil dan spiritual yang diiridhai Allah. Dalam melaksanakan usaha itu, Muhammadiyah tetap berpegang teguh kepada kepribadiannya.

Page 25: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

Usaha Muhammadiyah dalam bidang politik tersebut merupakan bagian gerakannya dalam masyarakat, dan dilaksanakan berdasar landasan dan peraturan yang berlaku dalam Muhammadiyah. Dalam hubungan ini Muktamar Muhammadiyah ke 38 telah menegaskan bahwa:

1.Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam yang beramal dengan segala bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari sesuatu partai politik atau organisasi apapun.

2.Setiap Anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam persyarikatan Muhammadiyah.

Page 26: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

Khittah Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (keputusan Sidang Tanwir 2002), menegaskan agar dalam berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara senantiasa mendasarkan pada Khittah Perjuangan sebagai berikut:

1.Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan negara amerupakan salah satu aspek dari ajaran islam dalam urusan keduniaan yang harus selalu dimotivasi, dijiwai dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama dan moral yang positif dari seluruh warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan politik untuk tegaknya kehidupan berbangsa dan bernegara.2.Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun kehidupan bernegara dan berbangsa, baik melalui perjuangan politik maupun melalui pengembangan masyarakat, pada dasarnya merupakan wahan yang mutlak diperlukan untuk membangun kehidupan di mana nilai-nilai Ilahiyah melandasi dan tumbuh subur bersmaan dengan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, perdamaian, ketertiban, kebersamaan dan keadaban untuk terwujudnya, “Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur”.

Page 27: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

3. Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya masyarakat madani (civil society) yang kuat sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan kenegaraan sebagai proses dan hasil fungsi politik pemerintahan akan ditempuh sesuai prinsip-prinsip perjuangan kelompok kepentingan yang efektif dalam kehidupan negara yang demokratis.

4. Muhammadiyah mendorong secara kritis atau perjuangan politik yang bersifat praktis atau berorientasi pada kekuasaan (riil politics) untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan lembaga-lembaga formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya sistem politik yang demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara. Dalam hal ini perjuangan politik yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan politik hendaknya benar-benar menegedepankan kepentingan rakyat dan tegaknya nilai-nilai utama sebagaimana yang menjadi semangat dasar dan tujuan didirikannya negara Republik Indonesia yang diproklamasikan tahun 1945.

Page 28: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

5. Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud dari dakwah amar makruf nahi munkar dengan jalan mempengaruhi proses dan kebijakan negara agar tetap berjalan sesuai dengan konstitusi dan cita-cita luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan perekat bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat menuju kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban.

6. Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan kekuatan-kekuatan politik atau organisasi manapun. Muhammadiyah senantiasa mengembangkan sikap positif dalam memandang perjuangan politik dan lemjalankan fungsi kritik sesuai dengan prinsip amar makruf nahi munkar demi tegaknya sistem politik kenegaraan yang demokratis dan berkeadaban.

Page 29: Memahami Kepribadian Muhammadiyah AIK III S5

7. Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota persyarikatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani masing-masing. Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggungjawab sebagai warga negara yang dilaksanakan secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan Muhammadiyah, demi kemaslahatan bangsa dan negara.

8. Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif dalam politik untuk benar-benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara sungguh-sungguh dengan mengedepankan tanggung jawab (amanah), akhlak mulia, keteladanan (uswah hasanah) dan perdamaian (islah). Aktivitas politik tersebut harus sejalan dengan upaya memperjuangkan misi Persyarikatan dalam melaksanakan dakwah amar makruf nahi munkar.