Melindungi Agama
-
Upload
alif-fikri -
Category
Documents
-
view
63 -
download
0
description
Transcript of Melindungi Agama
5/17/2018 Melindungi Agama - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/melindungi-agama 1/2
opini REPUBLIKA
Halaman >>
Senin > 15 Februari 2010
4
Tak Kunjung Usai
>> tajuk <<
>> suarapublika <<
SMAN 13 BANDUNGReuni
Kami dari panitia silaturahim alumni SMAN 13 Bandung lulusan 1990, melalui
surat pembaca ini, bermaksud untuk mengundang kawan-kawan alumni untuk
bersilaturahim. Insya Allah, silaturahim akan diselenggarakan pada hari Ahad, 14
Maret 2010. Acara tersebut bertempat di Hotel Preanger, Bandung, pukul 09.00
WIB sampai selesai. Besar harapan kami, pembaca Republika yang kebetulan
alumni SMA 13 lulusan 1990 untuk hadir dalam acara tersebut. Untuk kepen-
tingan registrasi dan pendaftaran, kawan-kawan alumni bisa menghubungi Siti
Yatinawati (022-91914477 dan 0817434322) atau Rima Mulya
(085220195039). Pendaftaran dan registrasi kami tunggu paling lambat akhir
Februari, tepatnya 28 Februari 2010.
Siti Yatinawati
Jl Situ Emuh No 13
Bandung
JALAN SETIABUDI JAKARTARusak Parah
Saya adalah seorang siswa SMAN 3 Jakarta dan juga pengguna Jalan
Setiabudi Raya. Saya ingin menyampaikan keluhan pada perbaikan jalan
Setiabudi Raya.
Sebelum saya menjadi siswa di SMAN 3 Jakarta, tepatnya ketika pendaftaran
ulang di SMAN 3 Jakarta, saya dan ibu saya melewati Jalan Setiabudi Raya de-
ngan santai karena teduh, sejuk, dan nyaman. Namun, sudah satu setengah
tahun ajaran, saya dan teman-teman saya tidak lagi merasakan hal tersebut. Hal
ini disebabkan perbaikan jalan yang entah siapa yang mengoordinasinya.
Parahnya, pohon-pohon besar yang selama ini menghalangi cahaya matahari dan
hujan sudah lenyap ditebang.
Ketika melintasi Jalan Setiabudi Raya, ada rasa tidak menyenangkan dan
memberatkan hati karena seperti berjalan di gurun pasir yang panas dan sangat
berpolusi. Saya meminta siapa pun yang merasa mengoordinasi perbaikan jalan
tersebut untuk segera memperbaikinya dan menumbuhkan kembali pohon-pohon
yang sudah lenyap.
Indra Dwi Prastiawan
Jl Petojo Sabangan I No 26, RT 04 RW 05
Jakarta 10160
Melindungi Agama
Hernawan Bagaskoro Abidmahasiswa magister Undip
...B ut my plans for such atrip keepg e t t i n g
delayed. I'm chronically busy,and traveling with young chil-dren is always difficult. And,too, perhaps I am worried aboutwhat I will find there--that theland of my childhood will nolonger match my memories. As
much as the world has shrunk,with its direct flights and cell phone coverage and CNN andInternet cafÈs, Indonesia feelsmore distant now than it didthirty years ago.
'I fear it's becoming a land of strangers.' --Barack Obama:The Audacity of Hope--
Pekan ini, beberapa mediabaik cetak maupun elektronikmelansir sebuah berita tentangrencana kunjungan PresidenAmerika, Barack Obama, keIndonesia. Berita ini tentu sajabukan sekadar kabar burungkarena secara resmi telah di-umumkan oleh pihak GedungPutih, bahwa Indonesia, bersa-ma dengan Australia, akanmenjadi negara tujuan kun-jungan Obama di Asia-Pasifik.Kalau tidak ada aral melintang,kunjungan ini semakin men-
gukuhkan arti penting Indone-sia di mata pemerintahan Oba-ma karena sebelum Obama keIndonesia, sang Menteri LuarNegeri Hillary Clinton telahmendahuluinya mengunjungiIndonesia pada 2009 yang lalu.
Pihak Washington belummemberikan tanggal pasti kun-jungan Obama, akan tetapisudah mengonfirmasikan bah-wa kedatangan Presiden AS ke-44 tersebut akan dilakukan
pada paruh kedua Maret 2010.Rencananya, Obama akan ber-temu dengan Presiden Yudho-yono untuk membahas beberapakerja sama di bidang keamanandan kesejahteraan. Berbedadengan kunjungan Obama keUni-Eropa sebelumnya, kali iniObama turut mambawa sertaSasha dan Malia, dua orang put-rinya bersama sang 'first lady'Michelle Obama. Obama sendirimerencanakan untuk mengun-jungi bekas rumah tempat iatinggal dulu di daerah MentengDalam pada periode antara1967 hingga 1971.
Dalam bukunya yang ber-judul The Audacity of Hope ...,Obama menulis tentang penga-lamannya tinggal di Indonesiadalam beberapa paragraf yangcukup panjang. Ia menulisbahwa Indonesia pada saat ituadalah negara yang dikuasaioleh jenderal-jenderal militerdan para birokrat yang korup.Soeharto yang saat itu memim-pin Indonesia disebutnya mam-pu secara makro, dengan ban-tuan AS dan dunia, untuk me-ngangkat perekonomiannyamenjadi salah satu yang terbaikdi Asia, walaupun bantuan ASdan dunia tersebut dikontrolsepenuhnya oleh keluargaSoeharto dan segelintir pen-gusaha, sehingga tidak pernahbenar-benar 'memakmurkan'rakyat kebanyakan. Soehartosaat itu disebut 'harsly repres-
sive' oleh Obama. Penangkapandan penyiksaan terhadap parapenentangnya adalah hal yangbiasa, tidak ada kebebasanpers, dan pemilu hanya for-malitas. Soeharto menghadapiperbedaan pendapat denganmoncong senapan, bukan de-ngan cara-cara demokratis.Bahkan, perilaku Soeharto di-sebut Obama mirip dengan per-ilaku Saddam Hussein, walau-pun kekaleman dan ketenang-
an Soeharto menyebabkan haltersebut tak pernah menjadiperhatian dunia.
Obama sangat ingin berkun-jung ke Indonesia. Ia menulisdi bukunya bahwa ia rindu ber-jalan-jalan di sekeliling sawah,pemandangan pagi di belakanggunung berapi, suara muazinmelantunkan azan di malamhari dan suara-suara gamelandi jalan. Ia ingin membagi ma-sa-masa indahnya di Indonesiakepada istri dan dua oranganaknya. Akan tetapi, ia takutbahwa Indonesia tak akanpernah sama lagi seperti dulu.
Ia takut Indonesia akan jauhterasa lebih asing dibanding-kan 30 tahun yang lalu.
Menteng yang sekarang ten-tu saja bukan Menteng yangdidiami Obama dulu. Gedung-gedung megah perkantoran danswalayan telah menjadikan Ja-karta benar-benar berbeda––-persis seperti yang ditakutkanObama––30 tahun yang lalu.Apalagi, kalau ia mengunjun-gi bekas sekolahnya dulu di SD01 Menteng, yang telah memi-liki fasilitas pendidikan komp-let ala metropolitan lengkapdengan perangkat komputer-nya. Tentu saja, akan sulitmenemukan sawah di sana,apalagi suara gamelan. Apalagijika Obama mendapati patungdirinya di Taman Menteng, en-tah apa yang akan dikatakan-nya. Ya, Jakarta telah berubah
jauh––dalam artian positif.Tapi, beribu-ribu kilometer
dari Jakarta, di pedalaman Ke-pulauan Mentawai di SumatraBarat, di Lebong-Bengkulu,Belu-Nusa Tenggara Barat,hingga Yahukimo di Papua, In-donesia seakan berada di set-ting film karya Steven Spiel-berg, Jurassic Park. Sebuahtempat di mana waktu berjalanstatis, tak bergerak ke mana-mana. Tempat di mana para
makhluk raksasa bernamaDinosaurus hidup 'mesra' de-ngan alam tanpa pernah me-rasa takut diintai oleh infotain-ment. Tempat di mana Tyrano-saurus bebas 'memangsa' sau-rus-saurus kecil lainnya tanpatakut akan terjerat pelanggaranHAD (Hak Asasi Dinosaurus).Sebuah lingkungan di manaFacebookdanTwittertak dike-nal. Tempat di mana segala ke-bijakan yang dilakukan olehpenerus Soeharto di Jakarta takada artinya. Tempat di manapertumbuhan ekonomi sebesarempat koma sekian persen tak
berarti apa-apa. Tempat di ma-na tak ada yang peduli denganenam koma tujuh triliun yangdigelontorkan untuk sebuahbank yang saya tak yakinnamanya pernah didengar disana.
Di bagian-bagian lain dariIndonesia nun jauh dari Jakartaitulah Indonesia tetaplah Indo-nesia 30 tahun yang lalu. Di sa-nalah Obama masih bisa me-lihat bentangan pegunungan dipagi hari atau sawah-sawahdan hutan yang belum dijamahkontraktor dan pengusaha pro-perti ibu kota. Di sanalah Oba-ma akan melihat cermin seja-rah Amerika pada masa PerangSaudara antara Utara dan Se-latan 150 tahun yang lalu, dimana negara-negara bagianUtara adalah surga kulit putihdan negara-negara bagian di
Selatan adalah neraka bagipara budak berkulit hitam.
Di mana Utara bersinonimdengan kesejahteraan, sedan-gkan Selatan identik dengankesengsaraan. Indonesia bu-kanlah Jakarta, dan Jakartabukanlah gambaran Indonesia.Indonesia masih tetap tempatyang sama seperti 30 tahunyang lalu. Well, Indonesiahasn't change that much MrPresident.
IndonesiaHasn't Changed
Setiap musim hujan kita sering merasa was-was: banjir, longsor, dan
pohon tumbang. Hujan yang terus-menerus mengguyur Bogor dan Ja-
karta pada Jumat dan Sabtu pekan lalu menimbulkan banjir di permu-
kiman di sejumlah titik di sepanjang Sungai Ciliwung, kali yang mem-
belah Jakarta. Hal itu merupakan peristiwa rutin dan kita menganggap-
nya biasa saja. Seolah sudah menjadi sesuatu yang harus diterima apa
adanya. Seolah di sana tak ada tanggung jawab dan tak ada jalan
keluar.
Pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) belum juga tuntas.
Pengerukan sungai tak dilakukan dengan sebaik-baiknya. Perawatan
gorong-gorong dan saluran air masih belum optimal. Masih ada pem-
biaran terhadap warga yang membangun rumah di bantaran sungai.
Aktivitas pembangunan gedung dan permukiman tak diimbangi dengan
perhitungan dampak arah larian air kala hujan. Pembangunan sumur
resapan tak menjadi prioritas untuk digalakkan. Pengembangan taman,
hutan kota, dan ruang terbuka hijau tak terlihat digencarkan. Gaung
pembangunan waduk, situ, ataupun embung-embung baru di Jakarta
dan wilayah hulu tak lagi terdengar. Kampanye untuk hidup bersih dan
tak membuang sampah sembarangan hanya sayup-sayup. Semua itu
telah menyumbang hadirnya banjir.
Guyuran hujan akhir pekan lalu juga memunculkan hal baru. Se-
jumlah titik di Bogor terendam air, bahkan menimbulkan korban jiwa.
Hal itu pun terjadi di wilayah yang menjadi titik konservasi air, yakni
Cisarua dan Mega Mendung. Di wilayah Jambu Dua, Kedung Halang,dan Tonjong juga terjadi banjir. Hal ini tentu harus lebih diwaspadai
lagi. Artinya, titik-titik buangan dan penampungan air, seperti sungai,
situ, cekungan, kebun, dan semacamnya tak lagi mampu mewadahi air
hujan. Hal ini bukan hanya menimbulkan bencana di saat hujan, me-
lainkan juga di musim kemarau nanti. Air tak lagi diserap tanah, tapi
langsung dibuang ke laut. Sehingga, di saat hujan menimbulkan banjir,
di saat kemarau menimbulkan kekeringan.
Semua itu terjadi akibat kebijakan pemerintah yang tak memperha-
tikan aspek konservasi air. Semua dibiarkan saja. Wilayah hulu di Bogor,
Cianjur, dan Sukabumi dibiarkan berkembang secara liar. Sudah saatnya
pemerintah memperbaiki situ-situ yang sudah ada, membangun situ-situ
baru, membangun hutan-hutan mini di banyak titik, memperluas hutan-
hutan lindung, juga membangun waduk-waduk dengan membendung
sungai. Dengan demikian, air hujan tak langsung lari dan menimbulkan
bah. Selain itu, juga menjadi cadangan air di kala kemarau.
Jika kita perhatikan, sebagian besar situ yang ada saat ini adalah situ
yang dibuat pemerintah kolonial Belanda. Di sejumlah titik yang lebak
dibendung sehingga air tertampung. Belanda melakukan itu karena
trauma dengan banjir yang melanda Batavia setelah bukit-bukit di
Bogor, Cianjur, dan Sukabumi disulap menjadi perkebunan teh. Belanda
juga membangun sejumlah sungai buatan agar air tak menerjang per-
mukiman. Dengan perkembangan zaman, situ-situ itu sudah takmampu lagi menampung larian air hujan. Apalagi, perilaku para devel-oper cenderung menggunakan teknik cut and fill, memangkas bukit dan
menimbun yang lebak. Kontur tanah diubah. Permukiman yang mereka
bangun memang selamat dari banjir, namun wilayah sekitarnya diter-
jang banjir bandang.
Sudah saatnya kita bersungguh-sungguh dalam pengembangan
wilayah yang ramah lingkungan.
Surahman HidayatAnggota DPR RI Fraksi PKS
Akhir-akhirini, umatberagama diI n d o n e s i au m u m n y adan umat
Muslim khususnya disibukkandengan gugatan terhadap Un-dang-Undang PerlindunganAgama di Mahkamah Konsti-tusi yang diajukan oleh sebagi-an Lembaga Swadaya Masya-rakat. Penetapan Presiden No-mor 1/PNPS/1965 tentang Pen-cegahan Penyalahgunaan dan/-atau Penodaan Agama yangkemudian menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969itu digugat oleh mereka karenadianggap melanggar hak asasimanusia sehingga tidak kon-stitusional.
Perlu disepakati tentang apayang konstitusional dan yangtidak. Definisi yang tidak bolehditolak bahwa setiap yangdimuat dalam Undang-UndangDasar Negara Republik Indo-nesia 1945 adalah konstitusio-nal, baik dalam batang tubuhmaupun dalam pembukaan-nya, yang tidak boleh diubahsama sekali.
Turunannya kemudian bah-wa apa yang diatur denganundang-undang atas perintahUUD 1945 adalah konstitusio-nal. Demikian halnya yang di-atur dalam undang-undangsepanjang sesuai dengan jiwadan makna konotatif ketentu-an dalam UUD 1945.
Muatan UUD Negara Re-publik Indonesia (NRI) 1945
dapat dikategorisasi kepadatiga hal. Pertama, konstitusio-nal dan final secara politis danagama, yaitu isi pembukaanyang tidak boleh diubah, baikdengan konsensus politik mau-pun dalam keyakinan agama.1) Bahwa kemerdekaan NKRIdicapai dan diproklamasikanmelalui perjuangan kemerde-kaan sebagai ikhtiar manusiaadalah Atas Berkat Rahmat Allah Yang Ma ha Kuasa. 2)Bahwa NRI disusun sebagainegara yang berkedaulatanrakyat (melalui permusyawa-ratan perwakilan) dengan ber-dasarkan atas Ketuhanan YangMaha Esa sebagai sila pertamadari Pancasila.
Kedua, konstitusional danfinal secara politis, yaitu isiPembukaan UUD NRI 1945yang disepakati secara politikuntuk tidak akan diubah (dia-mendemen).
Dengan demikian, ada limaperkara yang disepakati untuktidak diubah. 1) Sumpah Pe-muda. 2) Proklamasi Kemer-dekaan NRI pada 17 Agustus1945. 3) Pembukaan UUD NRI1945. 4) Pancasila. 5) BhinnekaTunggal Ika. 6) NKRI.
Ketiga, konstitusional, tapibelum final dalam pengertianmasih terbuka untuk diubaholeh Majelis PermusyawaratanRakyat, yaitu yang dimuat da-lam batang tubuh UUD NRI1945.
Kita nukil satu paragraf daripembukaan tersebut, yaitu pa-ragrap ketiga. Atas berkat rah-mat Allah Yang Maha Kuasadan dengan didorongkan olehkeinginan luhur supaya berke-hidupan kebangsaan yangbebas, maka rakyat Indonesiamenyatakan dengan ini
kemerdekaannya.Suatu korelasi logis adalah
atas berkat rahmat Allah YangMaha Kuasa, rakyat dan bang-sa Indonesia berjuang menca-pai kemerdekaan Indonesiayang––Alhamdulillah––diproklamasikan pada bulan suci Ra-madhan dan hari Jumat olehSoekarno-Hatta atas namabangsa Indonesia.
Proklamasi 17 Agustus 1945itu dimaksudkan supaya ter-wujud suatu kehidupan ke-bangsaan yang bebas.
Bebas dalam mencapai ke-inginan luhur yang diformu-lasikan dalam tujuan nasional,yaitu melindungi segenapbangsa Indonesia dan seluruhtumpah darah Indonesia danuntuk memajukan kesejahtera-an umum, mencerdaskan kehi-dupan bangsa, dan ikut melak-sanakan ketertiban dunia yangberdasarkan perdamaian abadidan keadilan sosial. Tentu saja,juga bebas dalam mensyukurirahmat Allah Yang Maha Kua-sa dengan pengamalan keber-agamaan yang benar dan legal.
Adalah logis dan wajar apa-bila bangsa dan negara Indo-nesia sungguh-sungguh dalammenganut serta mempertahan-kan ajaran/konsepsi tentangdasar Ketuhanan Yang MahaEsa dan untuk mensyukurirahmat Allah yang dikaruni-akan kepada bangsa Indonesia.Itu adalah konstitusional sertafinal, baik secara politis se-hingga tidak boleh diamende-men maupun secara agama ti-dak boleh dirusak/dinodai ataudigantikan.
Sikap menghormati sertamelindungi agama itu dila-kukan oleh Orde Lama denganditandatanganinya Penetapan
Presiden RI Nomor 1/PNPS/-1965 oleh Soekarno pada 27Januari 1965.
Kemudian, dilanjutkan olehOrde Baru dengan menambahpoin keputusan politik, yaitumelarang ajaran ateisme diIndonesia. Orde Reformasi ten-tu sepenuhnya mendukung. Se-bab, hakikat reformasi adalahmenegaskan komitmen dengannilai-nilai kebenaran dan me-ngoreksi hal-hal yang menyim-pang dengan kembali ke jalanyang benar.
Setiap kebebasan yang me-nyimpang dari semangat ber-ketuhanan Yang Maha Esa danmensyukuri rahmat Allah YangMaha Kuasa adalah kebebasanyang anarkis.
Kebebasan untuk menen-tang ajaran Tuhan dalam aga-ma adalah kebebasan syai-tani/iblisiyang punya watakmembangkang. Sedangkan,
kebebasan yang dilakukan ti-dak selaras dengan kesyuku-ran atas rahmat Allah YangMaha Kuasa adalah kebebasansyahwati yang hedonistik.
Dengan demikian, upayasegelintir orang melalui LSMuntuk menolak perlindunganbagi ajaran agama di Indonesiaadalah lebih buruk dari ke-burukan Orde Lama dan lebihsesat dari penyimpangan OrdeBaru serta di luar koridor OrdeReformasi.
Maka, hanya ada satu sikapdan pilihan untuknya, yaitumenolak dengan satu kata sertamengenyahkannya jauh-jauhdari ranah kehidupan berke-bangsaan kita yang religiusberketuhanan Yang Maha Esaserta mensyukuri rahmat AllahYang Maha Kuasa.
REPUBLIKAMAHAKA MEDIA
Pemimpin Redaksi: Ikhwanul Kiram Mashuri. Wakil Pemimpin Redaksi: Nasihin Masha.
Redaktur Pelaksana:Agung Pragitya Vazza. Kepala Newsroom: Arys Hilman. Kepala RepublikaOnline: Irfan Junaidi. Redaktur
Senior: Anif Punto Utomo. Wakil RedakturPelaksana: Elba Damhuri, Selamat Ginting, S Kumara Dewatasari. Asisten Redaktur
Pelaksana: Nurul S Hamami, Subroto, Rakhmat Hadi Sucipto, M Irwan Ariefyanto, Nina Chairani Ibrahim, Bidramnanta. Staf
Redaksi: Ahmadun Y Herfanda, Alwi Shahab, Agus Yulianto Budi Utomo, Burhanuddin Bella, C Purwatiningsih, Damanhuri Zuhri,
Darmawan Sepriyossa, Djoko Suceno, Darmawan,Edi Setyoko, Eko Widiyatno,Endro Cahyono, Firkah Fansuri, Harun Husein,
Heri Purwata, Heri Ruslan, Irwan Kelana, Johar Arief, Joko Sadewo, Khoirul Azwar, Maghfiroh Yenny, Muhammad Subarkah, M
Ghufron,Natalia Endah Hapsari, M As’adi, Neni Ridarineni, Nur Hasan Murtiaji, Priyantono Oemar, Purwadi Tjitrawijata, Siwi
Tri Puji Budiwiyati, Stevy Maradona,Sunarwoto, Syahruddin El-Fikri, Taufiqurrahman Bachdari, Teguh Indra, Teguh Setiawan,
Wachidah Handasah, Yeyen Rostiyani, Yusuf Assidiq. Andri Saubani, Anjar Fahmiharto, Budi Rahardjo, Cepi Setiadi, Desi
Susilawati, Dewi Mardiani, Dian Metha Ariyanti, Didi Purwadi, Dyah Ratna Meta Novia, EH Ismail, Endro Yuwanto, Fernan
Rahadi, Ferry Kisihandi, Indah Wulanningsih, Indira Rezkisari, Irianto Pandu Wibowo, Lukmanul Hakim, M Bahrul Ilmi, M Ikhsan
Shiddieqy, Mansyur Faqih, Mohammad Akbar, M Anis Fathoni, Mohamad Amin Madani, Mohammad Syakir, Nidia Zuraya,
Palupi Annisa Auliani, Prima Restri Ludfiani, R Hiru Muhammad, Rachmat Santosa Basarah, Rahmat Budi Harto, Ratna Puspita,Reiny Dwinanda, Rosyid Nurul Hakim, Rusdy Nurdiansyah, Susie Evidia Yuvidianti, Teguh Firmansyah,Wardianto, Wulan Tunjung
Palupi, Yogi Ardhi Cahyadi, Yoebal Ganesha Rasyid,Yogie Respati, Zaky Al Hamzah. Kepala Desain: Sarjono. Kepala Perwakilan
Jawa Barat: Maman Sudiaman. KepalaPerwakilan DIY& Jawa Tengah: Indra Wisnu Wardhana. Kepala Perwakilan Jawa
Timur: Asep Nurzaman. Nian Poloan (Medan), Maspril Aries (Palembang), Ahmad Baraas (Bali), Andi Nur Aminah (Makassar).
Sekretaris Redaksi: Fachrul Ratzi.
Penerbit: PT. Republika Media Mandiri. Alamat Redaksi: Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510, Alamat Surat:
PO Box 1006/JKS-Jakarta 12010. Tel: 021-780.3747 (Hunting), Fax: 021-780.0649 (Seluruh Bagian). Fax Redaksi:
021-798.3623, E-mail: [email protected]. Bagian Iklan: Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510. Tel:
021-794.4693, Fax: 021-798.1169. Alamat Perwakilan Iklan: Jl. Gajahmada No. 95, Jakarta 11140. Tel: 021-
633.6410. Fax: 021-633.7470. Sirkulasi dan Langganan: Tel: 021-791.98441, Fax: 021-791.98442. Online:
http://www.republika.co.id. Alamat Perwakilan:Bandung: Jl. LL RE Martadinata No. 126 Tel: 022-420.7671, 420.7672,
420.7675, Fax: 022-426.2829, Yogyakarta: Jl. Perahu No. 4, Kota Baru, Tel: 0274-544.972, 566028, Fax: 0274-
541.582, Surabaya: Jl. Barata Jaya No. 51, Tel: 031-501.7409, Fax: 031-504.5072.
Direktur Utama: Erick Thohir.
Wakil Direktur Utama: Daniel Wewengkang. Direktur Operasional: Tommy Tamtomo. Direktur Keuangan: Rachmat
Yuliwinoto. GM Keuangan: Didik Irianto. GM Marketingdan Sales: Ismed Adrian. Manager Iklan: Yulianingsih. Manager
Produksi: Nurrokhim. Manager Sirkulasi: Dedik Supardiono. Manager Keuangan: Hery Setiawan.
Harga Langganan: Rp. 69.000 per bulan, harga eceran Pulau Jawa Rp 2.900. HargaEceranLuar Jawa: Rp. 3.500 per
eksemplar (tambah ongkos kirim). Rekening Bank a.n PT Republika Media Mandiri: Bank BSM, Cab. Warung Buncit,
No. Rek. 0030113448 ( Bank Mandiri, Cab. Warung Buncit, No. Rek. 1270004240642 ( Bank Lippo, Cab. Warung
Buncit, No. Rek. 727.30.028988 ( Bank BCA, Cab. Graha Inti Fauzi, No. Rek. 375.305.666.8.
Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No. 283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992,
Anggota Serikat Penerbit Surat Kabar: Anggota SPS No. 163/1993/11/A/2002.
Semua naskah yang dikirim ke Redaksi dan diterbitkan menjadi
milik HU Republika. Semua wartawan HU Republika dibekali tanda pen-
genal dan tidak menerima maupun meminta imbalan dari siapa pun.Semua isi artikel/tulisan yang berasal dari luar, sepenuhnya tanggung
jawab penulis yang bersangkutan. (Semua isi artikel/tulisan yang
terdapat di suplemen daerah, menjadi tanggung jawab Kepala
Perwakilan Daerah bersangkutan.
H A R I A N U M U M
5/17/2018 Melindungi Agama - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/melindungi-agama 2/2