Melindungi Agama

2
 opini  REPUBLIKA Halaman >> Senin > 15 Februari 2010 4 Tak Kunjung Usai >> tajuk << >> suarapublika << SMAN 13 BANDUNG Reuni Kami dari panitia silaturahim alumni SMAN 13 Bandung lulusan 1990, melalui surat pembaca ini, bermaksud untuk mengundang kawan-kawan alumni untuk bersilaturahim. Insya Allah, silaturahim akan diselenggarakan pada hari Ahad, 14 Maret 2010. Acara tersebut bertempat di Hotel Preanger, Bandung, pukul 09.00 WIB sampai selesai. Besar harapan kami, pembaca Republika yang kebetulan alumni SMA 13 lulusan 1990 untuk hadir dalam acara tersebut. Untuk kepen- tingan registrasi dan pendaftaran, kawan-kawan alumni bisa menghubungi Siti Yatinawati (022-91914477 dan 0817434322) atau Rima Mulya (085220195039). Pendaftaran dan registrasi kami tunggu paling lambat akhir Februari, tepatnya 28 Februari 2010. Siti Yatinawati Jl Situ Emuh No 13 Bandung  JALAN SETIABUDI JAKA RTA Rusak Parah Saya adalah seorang siswa SMAN 3 Jakarta dan juga pengguna Jalan Setiabudi Raya. Saya ingin menyampaikan keluhan pada perbaikan jalan Setiabudi Raya. Sebelum saya menjadi siswa di SMAN 3 Jakarta, tepatnya ketika pendaftaran ulang di SMAN 3 Jakarta, saya dan ibu saya melewati Jalan Setiabudi Raya de- ngan santai karena teduh, sejuk, dan nyaman. Namun, sudah satu setengah tahun ajaran, saya dan teman-teman saya tidak lagi merasakan hal tersebut. Hal ini disebabkan perbaikan jalan yang entah siapa yang mengoordinasinya. Parahnya, pohon-pohon besar yang selama ini menghalangi cahaya matahari dan hujan sudah lenyap ditebang. Ketika melintasi Jalan Setiabudi Raya, ada rasa tidak menyenangkan dan memberatkan hati karena seperti berjalan di gurun pasir yang panas dan sangat berpolusi. Saya meminta siapa pun yang merasa mengoordinasi perbaikan jalan tersebut untuk segera memperbaikinya dan menumbuhkan kembali pohon-pohon yang sudah lenyap. Indra Dwi Prastiawan Jl Petojo Sabangan I No 26, RT 04 RW 05 Jakarta 10160 Melindungi Agama Hernawan Bagaskoro Abid mahasiswa magister Undip ...B ut my plans  for such a trip keep getting delayed. I'm chronically busy, and traveling with young chil- dren is always difficult. And, too, perhaps I am worried about what I will find there--tha t the land of my childhood will no longer match my memories. As much as the world has shrunk, with its direct flights and cell  phone coverage and CNN and Internet cafÈs, Indonesia feels more distant now than it did thirty years ago. 'I fear it's becoming a land of strangers.' --Barack Obama: The Audacity of Hope-- Pekan ini, beberapa media baik cetak maupun elektronik melansir sebuah berita tentang rencana kunjungan Presiden Amerika, Barack Obama, ke Indonesia. Berita ini tentu saja bukan sekadar kabar burung karena secara resmi telah di- umumkan oleh pihak Gedung Putih, bahwa Indonesia, bersa- ma dengan Australia, akan menjadi negara tujuan kun- jungan Obama di Asia-Pasifik. Kalau tidak ada aral melintang, kunjungan ini semakin men- gukuhkan arti penting Indone- sia di mata pemerintahan Oba- ma karena sebelum Obama ke Indonesia, sang Menteri Luar Negeri Hillary Clinton telah mendahuluinya mengunjungi Indonesia pada 2009 yang lalu. Pihak Washington belum memberikan tanggal pasti kun- jungan Obama, akan tetapi sudah mengonfirmasikan bah- wa kedatangan Presiden AS ke- 44 tersebut akan dilakukan pada paruh kedua Maret 2010. Rencananya, Obama akan ber- temu dengan Presiden Yudho- yono untuk membahas beberapa kerja sama di bidang keamanan dan kesejahteraan. Berbeda dengan kunjungan Obama ke Uni-Eropa sebelumnya, kali ini Obama turut mambawa serta Sasha dan Malia, dua orang put- rinya bersama sang 'first lady' Michelle Obama. Obama sendiri merencanakan untuk mengun- jungi bekas rumah tempat ia tinggal dulu di daerah Menteng Dalam pada periode antara 1967 hingga 1971. Dalam bukunya yang ber- judul The Audacity of Hope ... , Obama menulis tentang penga- lamannya tinggal di Indonesia dalam beberapa paragraf yang cukup panjang. Ia menulis bahwa Indonesia pada saat itu adalah negara yang dikuasai oleh jenderal-jenderal militer dan para birokrat yang korup. Soeharto yang saat itu memim- pin Indonesia disebutnya mam- pu secara makro, dengan ban- tuan AS dan dunia, untuk me- ngangkat perekonomiannya menjadi salah satu yang terbaik di Asia, walaupun bantuan AS dan dunia tersebut dikontrol sepenuhnya oleh keluarga Soeharto dan segelintir pen- gusaha, sehingga tidak pernah benar-benar 'memakmurkan' rakyat kebanyakan. Soeharto saat itu disebut 'harsly repres- sive' oleh Obama. Penangkapan dan penyiksaan terhadap para penentangnya adalah hal yang biasa, tidak ada kebebasan pers, dan pemilu hanya for- malitas. Soeharto menghadapi perbedaan pendapat dengan moncong senapan, bukan de- ngan cara-cara demokratis. Bahkan, perilaku Soeharto di- sebut Obama mirip dengan per- ilaku Saddam Hussein, walau- pun kekaleman dan ketenang- an Soeharto menyebabkan hal tersebut tak pernah menjadi perhatian dunia. Obama sangat ingin berkun- jung ke Indonesia. Ia menulis di bukunya bahwa ia rindu ber- jalan-jalan di sekeliling sawah, pemandangan pagi di belakang gunung berapi, suara muazin melantunkan azan di malam hari dan suara-suara gamelan di jalan. Ia ingin membagi ma- sa-masa indahnya di Indonesia kepada istri dan dua orang anaknya. Akan tetapi, ia takut bahwa Indonesia tak akan pernah sama lagi seperti dulu. Ia takut Indonesia akan jauh terasa lebih asing dibanding- kan 30 tahun yang lalu. Menteng yang sekarang ten- tu saja bukan Menteng yang didiami Obama dulu. Gedung- gedung megah perkantoran dan swalayan telah menjadikan Ja- karta benar-benar berbeda––- persis seperti yang ditakutkan Obama––30 tahun yang lalu. Apalagi, kalau ia mengunjun- gi bekas sekolahnya dulu di SD 01 Menteng, yang telah memi- liki fasilitas pendidikan komp- let ala metropolitan lengkap dengan perangkat komputer- nya. Tentu saja, akan sulit menemukan sawah di sana, apalagi suara gamelan. Apalagi jika Obama mendapati patung dirinya di Taman Menteng, en- tah apa yang akan dikatakan- nya. Ya, Jakarta telah berubah jauh––dalam artian positif. Tapi, beribu-ribu kilometer dari Jakarta, di pedalaman Ke- pulauan Mentawai di Sumatra Barat, di Lebong-Bengku lu, Belu-Nusa Tenggara Barat, hingga Yahukimo di Papua, In- donesia seakan berada di set- ting film karya Steven Spiel- berg, Jurassic Park. Sebuah tempat di mana waktu berjalan statis, tak bergerak ke mana- mana. Tempat di mana para makhluk raksasa bernama Dinosaurus hidup 'mesra' de- ngan alam tanpa pernah me- rasa takut diintai oleh infotain- ment. Tempat di mana Tyrano- saurus bebas 'memangsa' sau- rus-saurus kecil lainnya tanpa takut akan terjerat pelanggaran HAD (Hak Asasi Dinosaurus). Sebuah lingkungan di mana Facebook dan Twitter tak dike- nal. Tempat di mana segala ke- bijakan yang dilakukan oleh penerus Soeharto di Jakarta tak ada artinya. Tempat di mana pertumbuhan ekonomi sebesar empat koma sekian persen tak berarti apa-apa. Tempat di ma- na tak ada yang peduli dengan enam koma tujuh triliun yang digelontork an untuk sebuah bank yang saya tak yakin namanya pernah didengar di sana. Di bagian-bagian lain dari Indonesia nun jauh dari Jakarta itulah Indonesia tetaplah Indo- nesia 30 tahun yang lalu. Di sa- nalah Obama masih bisa me- lihat bentangan pegunungan di pagi hari atau sawah-sawah dan hutan yang belum dijamah kontraktor dan pengusaha pro- perti ibu kota. Di sanalah Oba- ma akan melihat cermin seja- rah Amerika pada masa Perang Saudara antara Utara dan Se- latan 150 tahun yang lalu, di mana negara-negara bagian Utara adalah surga kulit putih dan negara-negara bagian di Selatan adalah neraka bagi para budak berkulit hitam. Di mana Utara bersinonim dengan kesejahteraan, sedan- gkan Selatan identik dengan kesengsaraan. Indonesia bu- kanlah Jakarta, dan Jakarta bukanlah gambaran Indonesia. Indonesia masih tetap tempat yang sama seperti 30 tahun yang lalu. Well, Indonesia hasn't change that much Mr President . Indonesia Hasn't Changed  Setiap musim hujan kita sering merasa was-was: banjir, longsor, dan pohon tumbang. Hujan yang terus-menerus mengguyur Bogor dan Ja- karta pada Jumat dan Sabtu pekan lalu menimbulkan banjir di permu- kiman di sejumlah titik di sepanjang Sungai Ciliwung, kali yang mem- belah Jakarta. Hal itu merupakan peristiwa rutin dan kita menganggap- nya biasa saja. Seolah sudah menjadi sesuatu yang harus diterima apa adanya. Seolah di sana tak ada tanggung jawab dan tak ada jalan keluar. Pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) belum juga tuntas. Pengerukan sungai tak dilakukan dengan sebaik-baiknya. Perawatan gorong-gor ong dan saluran air masih belum optimal. Masih ada pem- biaran terhadap warga yang membangun rumah di bantaran sungai. Aktivitas pembangunan gedung dan permukiman tak diimbangi dengan perhitungan dampak arah larian air kala hujan. Pembangunan sumur resapan tak menjadi prioritas untuk digalakkan. Pengembangan taman, hutan kota, dan ruang terbuka hijau tak terlihat digencarkan. Gaung pembangunan waduk, situ, ataupun embung-embung baru di Jakarta dan wilayah hulu tak lagi terdengar. Kampanye untuk hidup bersih dan tak membuang sampah sembarangan hanya sayup-sayup. Semua itu telah menyumbang hadirnya banjir. Guyuran hujan akhir pekan lalu juga memunculkan hal baru. Se- jumlah titik di Bogor terendam air, bahkan menimbulkan korban jiwa. Hal itu pun terjadi di wilayah yang menjadi titik konservasi air, yakni Cisarua dan Mega Mendung. Di wilayah Jambu Dua, Kedung Halang, dan Tonjong juga terjadi banjir. Hal ini tentu harus lebih diwaspadai lagi. Artinya, titik-titik buangan dan penampungan air, seperti sungai, situ, cekungan, kebun, dan semacamnya tak lagi mampu mewadahi air hujan. Hal ini bukan hanya menimbulkan bencana di saat hujan, me- lainkan juga di musim kemarau nanti. Air tak lagi diserap tanah, tapi langsung dibuang ke laut. Sehingga, di saat hujan menimbulkan banjir, di saat kemarau menimbulkan kekeringan. Semua itu terjadi akibat kebijakan pemerintah yang tak memperha- tikan aspek konservasi air. Semua dibiarkan sa ja. Wilayah hulu di Bogor, Cianjur, dan Sukabumi dibiarkan berkembang secara lia r. Sudah saatnya pemerintah memperbaiki situ-situ yang sudah ada, membangun situ-situ baru, membangun hutan-hutan mini di banyak titik, memperluas hutan- hutan lindung, juga membangun waduk-waduk dengan membendung sungai. Dengan demikian, air hujan tak la ngsung lari dan menimbulkan bah. Selain itu, juga menjadi cadangan air di kala kemarau. Jika kita perhatikan, sebagian besar situ yang ada saat ini adalah situ yang dibuat pemerintah kolonial Belanda. Di sejumlah titik yang lebak dibendung sehingga air tertampung. Belanda melakukan itu karena trauma dengan banjir yang melanda Batavia setelah bukit-bukit di Bogor, Cianjur, dan Sukabumi disulap menjadi perkebunan teh. Belanda juga membangun sejumlah sungai buatan agar air tak menerjang per- mukiman. Dengan perkembangan zaman, situ-situ itu sudah tak mampu lagi menampung larian air hujan. Apalagi, perilaku para devel- oper cenderung menggunakan teknik cut and fill, memangkas bukit dan menimbun yang lebak. Kontur tanah diubah. Permukiman yang mereka bangun memang selamat dari banjir, namun wilayah sekitarnya diter- jang banjir bandang. Sudah saatnya kita bersunggu h-sungguh dalam pengembangan wilayah yang ramah lingkungan. Surahman Hidayat Anggota DPR RI Fraksi PKS A khir-akhir ini, umat beragama di Indonesia umumnya dan umat Muslim khususnya disibukkan dengan gugatan terhadap Un- dang-Undang Perlindungan Agama di Mahkamah Konsti- tusi yang diajukan oleh sebagi- an Lembaga Swadaya Masya- rakat. Penetapan Presiden No- mor 1/PNPS/1965 tentang Pen- cegahan Penyalahgunaan dan/- atau Penodaan Agama yang kemudian menjadi Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1969 itu digugat oleh mereka karena dianggap melanggar hak asasi manusia sehingga tidak kon- stitusional. Perlu disepakati tentang apa yang konstitusional dan yang tidak. Definisi yang tidak boleh ditolak bahwa setiap yang dimuat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indo- nesia 1945 adalah konstitusio- nal, baik dalam batang tubuh maupun dalam pembukaan- nya, yang tidak boleh diubah sama sekali. Turunannya kemudian bah- wa apa yang diatur dengan undang-undang atas perintah UUD 1945 adalah konstitusio- nal. Demikian halnya yang di- atur dalam undang-undang sepanjang sesuai dengan jiwa dan makna konotatif ketentu- an dalam UUD 1945. Muatan UUD Negara Re- publik Indonesia (NRI) 1945 dapat dikategorisasi kepada tiga hal. Pertama, konstitusio- nal dan final secara politis dan agama, yaitu isi pembukaan yang tidak boleh diubah, baik dengan konsensus politik mau- pun dalam keyakinan agama. 1) Bahwa kemerdekaan NKRI dicapai dan diproklamasikan melalui perjuangan kemerde- kaan sebagai ikhtiar manusia adalah  Atas Berkat Rahmat  Allah Yang Ma ha Kuasa . 2) Bahwa NRI disusun sebagai negara yang berkedaulatan rakyat (melalui permusyawa- ratan perwakilan) dengan ber- dasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dari Pancasila. Kedua, konstitusional dan final secara politis, yaitu isi Pembukaan UUD NRI 1945 yang disepakati secara politik untuk tidak akan diubah (dia- mendemen). Dengan demikian, ada lima perkara yang disepakati untuk tidak diubah. 1) Sumpah Pe- muda. 2) Proklamasi Kemer- dekaan NRI pada 17 Agustus 1945. 3) Pembukaan UUD NRI 1945. 4) Pancasila. 5) Bhinneka Tunggal Ika. 6) NKRI. Ketiga, konstitusional, tapi belum final dalam pengertian masih terbuka untuk diubah oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, yaitu yang dimuat da- lam batang tubuh UUD NRI 1945. Kita nukil satu paragraf dari pembukaan tersebut, yaitu pa- ragrap ketiga. Atas berkat rah- mat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berke- hidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Suatu korelasi logis adalah atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, rakyat dan bang- sa Indonesia berjuang menca- pai kemerdekaan Indonesia yang––Alhamdulillah––diprokl amasikan pada bulan suci Ra- madhan dan hari Jumat oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Proklamasi 17 Agustus 1945 itu dimaksudkan supaya ter- wujud suatu kehidupan ke- bangsaan yang bebas. Bebas dalam mencapai ke- inginan luhur yang diformu- lasikan dalam tujuan nasional, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahtera- an umum, mencerdaskan kehi- dupan bangsa, dan ikut melak- sanakan ketertiban dunia yang berdasarkanperdamaianabadi dan keadilan sosial. Tentu saja, juga bebas dalam mensyukuri rahmat Allah Yang Maha Kua- sa dengan pengamalan keber- agamaan yang benar dan legal. Adalah logis dan wajar apa- bila bangsa dan negara Indo- nesia sungguh-sungguh dalam menganut serta mempertahan- kan ajaran/konsepsi tentang dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dan untuk mensyukuri rahmat Allah yang dikaruni- akan kepada bangsa Indonesia. Itu adalah konstitusional serta final, baik secara politis se- hingga tidak boleh diamende- men maupun secara agama ti- dak boleh dirusak/dinodai atau digantikan. Sikap menghormati serta melindungi agama itu dila- kukan oleh Orde Lama dengan ditandatanganinya Penetapan Presiden RI Nomor 1/PNPS/- 1965 oleh Soekarno pada 27 Januari 1965. Kemudian, dilanjutkan oleh Orde Baru dengan menambah poin keputusan politik, yaitu melarang ajaran ateisme di Indonesia. Orde Reformasi ten- tu sepenuhnya mendukung. Se- bab, hakikat reformasi adalah menegaskan komitmen dengan nilai-nilai kebenaran dan me- ngoreksi hal-hal yang menyim- pang dengan kembali ke jalan yang benar. Setiap kebebasan yang me- nyimpang dari semangat ber- ketuhanan Yang Maha Esa dan mensyukuri rahmat Allah Yang Maha Kuasa adalah kebebasan yang anarkis. Kebebasan untuk menen- tang ajaran Tuhan dalam aga- ma adalah kebebasan syai- tani/iblisi yang punya watak membangkang. Sedangkan, kebebasan yang dilakukan ti- dak selaras dengan kesyuku- ran atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa adalah kebebasan syahwati yang hedonistik. Dengan demikian, upaya segelintir orang melalui LSM untuk menolak perlindungan bagi ajaran agama di Indonesia adalah lebih buruk dari ke- burukan Orde Lama dan lebih sesat dari penyimpangan Orde Baru serta di luar koridor Orde Reformasi. Maka, hanya ada satu sikap dan pilihan untuknya, yaitu menolak dengan satu kata serta mengenyahkannya jauh-jauh dari ranah kehidupan berke- bangsaan kita yang religius berketuhanan Yang Maha Esa serta mensyukuri rahmat Allah Yang Maha Kuasa. REPUBLIKA Pemimpin Redaksi:  Ikhwanul Kiram Mashuri. Wakil Pemimpin Redaksi:  Nasihin Masha. Redaktur Pelaksana: Agung Pragitya Vazza. Kepala Newsroom: Arys Hilman. Kepala RepublikaOnline:  Irfan Junaidi. Redaktur Senior: Anif Punto Utomo. Wakil RedakturPelaksana:  Elba Damhuri, Selamat Ginting, S Kumara Dewatasari. Asisten Redaktur Pelaksana: Nurul S Hamami, Subroto, Rakhmat Hadi Sucipto, M Irwan Ariefyanto, Nina Chairani Ibrahim, Bidramnanta.Staf Penerbit: PT. Republika Media Mandiri. Alamat Redaksi: Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510, Alama t Surat : PO Box 1006/JKS-Jakarta 12010. Tel: 021-780.3747 (Hunting), Fax:  021-780.0649 (Seluruh Bagian). Fax Reda ksi: 021-798.3623, E-mail: [email protected]. Bagia n Iklan:  Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510. Tel: 021-794.4693, Fax:  021-798.1169. Alamat Perwakila Iklan:  Jl. Gajahmada No. 95, Jakarta 11140. Tel: 021- HARIAN UMUM

description

Perlu disepakati tentang apa yang konstitusional dan yang tidak. Definisi yang tidak boleh ditolak bahwa setiap yang dimuat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 adalah konstitusional, baik dalam batang tubuh maupun dalam pembukaannya, yang tidak boleh diubah sama sekali.

Transcript of Melindungi Agama

Page 1: Melindungi Agama

5/17/2018 Melindungi Agama - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/melindungi-agama 1/2

 

opini REPUBLIKA

Halaman >>

Senin > 15 Februari 2010

4

Tak Kunjung Usai

>> tajuk <<

>> suarapublika <<

SMAN 13 BANDUNGReuni

Kami dari panitia silaturahim alumni SMAN 13 Bandung lulusan 1990, melalui

surat pembaca ini, bermaksud untuk mengundang kawan-kawan alumni untuk

bersilaturahim. Insya Allah, silaturahim akan diselenggarakan pada hari Ahad, 14

Maret 2010. Acara tersebut bertempat di Hotel Preanger, Bandung, pukul 09.00

WIB sampai selesai. Besar harapan kami, pembaca Republika yang kebetulan

alumni SMA 13 lulusan 1990 untuk hadir dalam acara tersebut. Untuk kepen-

tingan registrasi dan pendaftaran, kawan-kawan alumni bisa menghubungi Siti

Yatinawati (022-91914477 dan 0817434322) atau Rima Mulya

(085220195039). Pendaftaran dan registrasi kami tunggu paling lambat akhir

Februari, tepatnya 28 Februari 2010.

Siti Yatinawati

Jl Situ Emuh No 13

Bandung

 JALAN SETIABUDI JAKARTARusak Parah

Saya adalah seorang siswa SMAN 3 Jakarta dan juga pengguna Jalan

Setiabudi Raya. Saya ingin menyampaikan keluhan pada perbaikan jalan

Setiabudi Raya.

Sebelum saya menjadi siswa di SMAN 3 Jakarta, tepatnya ketika pendaftaran

ulang di SMAN 3 Jakarta, saya dan ibu saya melewati Jalan Setiabudi Raya de-

ngan santai karena teduh, sejuk, dan nyaman. Namun, sudah satu setengah

tahun ajaran, saya dan teman-teman saya tidak lagi merasakan hal tersebut. Hal

ini disebabkan perbaikan jalan yang entah siapa yang mengoordinasinya.

Parahnya, pohon-pohon besar yang selama ini menghalangi cahaya matahari dan

hujan sudah lenyap ditebang.

Ketika melintasi Jalan Setiabudi Raya, ada rasa tidak menyenangkan dan

memberatkan hati karena seperti berjalan di gurun pasir yang panas dan sangat

berpolusi. Saya meminta siapa pun yang merasa mengoordinasi perbaikan jalan

tersebut untuk segera memperbaikinya dan menumbuhkan kembali pohon-pohon

yang sudah lenyap.

Indra Dwi Prastiawan

Jl Petojo Sabangan I No 26, RT 04 RW 05

Jakarta 10160

Melindungi Agama

Hernawan Bagaskoro Abidmahasiswa magister Undip

...B ut my plans for such atrip keepg e t t i n g

delayed. I'm chronically busy,and traveling with young chil-dren is always difficult. And,too, perhaps I am worried aboutwhat I will find there--that theland of my childhood will nolonger match my memories. As

much as the world has shrunk,with its direct flights and cell phone coverage and CNN andInternet cafÈs, Indonesia feelsmore distant now than it didthirty years ago.

'I fear it's becoming a land of strangers.' --Barack Obama:The Audacity of Hope--

Pekan ini, beberapa mediabaik cetak maupun elektronikmelansir sebuah berita tentangrencana kunjungan PresidenAmerika, Barack Obama, keIndonesia. Berita ini tentu sajabukan sekadar kabar burungkarena secara resmi telah di-umumkan oleh pihak GedungPutih, bahwa Indonesia, bersa-ma dengan Australia, akanmenjadi negara tujuan kun-jungan Obama di Asia-Pasifik.Kalau tidak ada aral melintang,kunjungan ini semakin men-

gukuhkan arti penting Indone-sia di mata pemerintahan Oba-ma karena sebelum Obama keIndonesia, sang Menteri LuarNegeri Hillary Clinton telahmendahuluinya mengunjungiIndonesia pada 2009 yang lalu.

Pihak Washington belummemberikan tanggal pasti kun-jungan Obama, akan tetapisudah mengonfirmasikan bah-wa kedatangan Presiden AS ke-44 tersebut akan dilakukan

pada paruh kedua Maret 2010.Rencananya, Obama akan ber-temu dengan Presiden Yudho-yono untuk membahas beberapakerja sama di bidang keamanandan kesejahteraan. Berbedadengan kunjungan Obama keUni-Eropa sebelumnya, kali iniObama turut mambawa sertaSasha dan Malia, dua orang put-rinya bersama sang 'first lady'Michelle Obama. Obama sendirimerencanakan untuk mengun-jungi bekas rumah tempat iatinggal dulu di daerah MentengDalam pada periode antara1967 hingga 1971.

Dalam bukunya yang ber-judul The Audacity of Hope ...,Obama menulis tentang penga-lamannya tinggal di Indonesiadalam beberapa paragraf yangcukup panjang. Ia menulisbahwa Indonesia pada saat ituadalah negara yang dikuasaioleh jenderal-jenderal militerdan para birokrat yang korup.Soeharto yang saat itu memim-pin Indonesia disebutnya mam-pu secara makro, dengan ban-tuan AS dan dunia, untuk me-ngangkat perekonomiannyamenjadi salah satu yang terbaikdi Asia, walaupun bantuan ASdan dunia tersebut dikontrolsepenuhnya oleh keluargaSoeharto dan segelintir pen-gusaha, sehingga tidak pernahbenar-benar 'memakmurkan'rakyat kebanyakan. Soehartosaat itu disebut 'harsly repres-

sive' oleh Obama. Penangkapandan penyiksaan terhadap parapenentangnya adalah hal yangbiasa, tidak ada kebebasanpers, dan pemilu hanya for-malitas. Soeharto menghadapiperbedaan pendapat denganmoncong senapan, bukan de-ngan cara-cara demokratis.Bahkan, perilaku Soeharto di-sebut Obama mirip dengan per-ilaku Saddam Hussein, walau-pun kekaleman dan ketenang-

an Soeharto menyebabkan haltersebut tak pernah menjadiperhatian dunia.

Obama sangat ingin berkun-jung ke Indonesia. Ia menulisdi bukunya bahwa ia rindu ber-jalan-jalan di sekeliling sawah,pemandangan pagi di belakanggunung berapi, suara muazinmelantunkan azan di malamhari dan suara-suara gamelandi jalan. Ia ingin membagi ma-sa-masa indahnya di Indonesiakepada istri dan dua oranganaknya. Akan tetapi, ia takutbahwa Indonesia tak akanpernah sama lagi seperti dulu.

Ia takut Indonesia akan jauhterasa lebih asing dibanding-kan 30 tahun yang lalu.

Menteng yang sekarang ten-tu saja bukan Menteng yangdidiami Obama dulu. Gedung-gedung megah perkantoran danswalayan telah menjadikan Ja-karta benar-benar berbeda––-persis seperti yang ditakutkanObama––30 tahun yang lalu.Apalagi, kalau ia mengunjun-gi bekas sekolahnya dulu di SD01 Menteng, yang telah memi-liki fasilitas pendidikan komp-let ala metropolitan lengkapdengan perangkat komputer-nya. Tentu saja, akan sulitmenemukan sawah di sana,apalagi suara gamelan. Apalagijika Obama mendapati patungdirinya di Taman Menteng, en-tah apa yang akan dikatakan-nya. Ya, Jakarta telah berubah

jauh––dalam artian positif.Tapi, beribu-ribu kilometer

dari Jakarta, di pedalaman Ke-pulauan Mentawai di SumatraBarat, di Lebong-Bengkulu,Belu-Nusa Tenggara Barat,hingga Yahukimo di Papua, In-donesia seakan berada di set-ting film karya Steven Spiel-berg, Jurassic Park. Sebuahtempat di mana waktu berjalanstatis, tak bergerak ke mana-mana. Tempat di mana para

makhluk raksasa bernamaDinosaurus hidup 'mesra' de-ngan alam tanpa pernah me-rasa takut diintai oleh infotain-ment. Tempat di mana Tyrano-saurus bebas 'memangsa' sau-rus-saurus kecil lainnya tanpatakut akan terjerat pelanggaranHAD (Hak Asasi Dinosaurus).Sebuah lingkungan di manaFacebookdanTwittertak dike-nal. Tempat di mana segala ke-bijakan yang dilakukan olehpenerus Soeharto di Jakarta takada artinya. Tempat di manapertumbuhan ekonomi sebesarempat koma sekian persen tak

berarti apa-apa. Tempat di ma-na tak ada yang peduli denganenam koma tujuh triliun yangdigelontorkan untuk sebuahbank yang saya tak yakinnamanya pernah didengar disana.

Di bagian-bagian lain dariIndonesia nun jauh dari Jakartaitulah Indonesia tetaplah Indo-nesia 30 tahun yang lalu. Di sa-nalah Obama masih bisa me-lihat bentangan pegunungan dipagi hari atau sawah-sawahdan hutan yang belum dijamahkontraktor dan pengusaha pro-perti ibu kota. Di sanalah Oba-ma akan melihat cermin seja-rah Amerika pada masa PerangSaudara antara Utara dan Se-latan 150 tahun yang lalu, dimana negara-negara bagianUtara adalah surga kulit putihdan negara-negara bagian di

Selatan adalah neraka bagipara budak berkulit hitam.

Di mana Utara bersinonimdengan kesejahteraan, sedan-gkan Selatan identik dengankesengsaraan. Indonesia bu-kanlah Jakarta, dan Jakartabukanlah gambaran Indonesia.Indonesia masih tetap tempatyang sama seperti 30 tahunyang lalu. Well, Indonesiahasn't change that much MrPresident.

IndonesiaHasn't Changed 

Setiap musim hujan kita sering merasa was-was: banjir, longsor, dan

pohon tumbang. Hujan yang terus-menerus mengguyur Bogor dan Ja-

karta pada Jumat dan Sabtu pekan lalu menimbulkan banjir di permu-

kiman di sejumlah titik di sepanjang Sungai Ciliwung, kali yang mem-

belah Jakarta. Hal itu merupakan peristiwa rutin dan kita menganggap-

nya biasa saja. Seolah sudah menjadi sesuatu yang harus diterima apa

adanya. Seolah di sana tak ada tanggung jawab dan tak ada jalan

keluar.

Pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) belum juga tuntas.

Pengerukan sungai tak dilakukan dengan sebaik-baiknya. Perawatan

gorong-gorong dan saluran air masih belum optimal. Masih ada pem-

biaran terhadap warga yang membangun rumah di bantaran sungai.

Aktivitas pembangunan gedung dan permukiman tak diimbangi dengan

perhitungan dampak arah larian air kala hujan. Pembangunan sumur

resapan tak menjadi prioritas untuk digalakkan. Pengembangan taman,

hutan kota, dan ruang terbuka hijau tak terlihat digencarkan. Gaung

pembangunan waduk, situ, ataupun embung-embung baru di Jakarta

dan wilayah hulu tak lagi terdengar. Kampanye untuk hidup bersih dan

tak membuang sampah sembarangan hanya sayup-sayup. Semua itu

telah menyumbang hadirnya banjir.

Guyuran hujan akhir pekan lalu juga memunculkan hal baru. Se-

jumlah titik di Bogor terendam air, bahkan menimbulkan korban jiwa.

Hal itu pun terjadi di wilayah yang menjadi titik konservasi air, yakni

Cisarua dan Mega Mendung. Di wilayah Jambu Dua, Kedung Halang,dan Tonjong juga terjadi banjir. Hal ini tentu harus lebih diwaspadai

lagi. Artinya, titik-titik buangan dan penampungan air, seperti sungai,

situ, cekungan, kebun, dan semacamnya tak lagi mampu mewadahi air

hujan. Hal ini bukan hanya menimbulkan bencana di saat hujan, me-

lainkan juga di musim kemarau nanti. Air tak lagi diserap tanah, tapi

langsung dibuang ke laut. Sehingga, di saat hujan menimbulkan banjir,

di saat kemarau menimbulkan kekeringan.

Semua itu terjadi akibat kebijakan pemerintah yang tak memperha-

tikan aspek konservasi air. Semua dibiarkan saja. Wilayah hulu di Bogor,

Cianjur, dan Sukabumi dibiarkan berkembang secara liar. Sudah saatnya

pemerintah memperbaiki situ-situ yang sudah ada, membangun situ-situ

baru, membangun hutan-hutan mini di banyak titik, memperluas hutan-

hutan lindung, juga membangun waduk-waduk dengan membendung

sungai. Dengan demikian, air hujan tak langsung lari dan menimbulkan

bah. Selain itu, juga menjadi cadangan air di kala kemarau.

Jika kita perhatikan, sebagian besar situ yang ada saat ini adalah situ

yang dibuat pemerintah kolonial Belanda. Di sejumlah titik yang lebak

dibendung sehingga air tertampung. Belanda melakukan itu karena

trauma dengan banjir yang melanda Batavia setelah bukit-bukit di

Bogor, Cianjur, dan Sukabumi disulap menjadi perkebunan teh. Belanda

juga membangun sejumlah sungai buatan agar air tak menerjang per-

mukiman. Dengan perkembangan zaman, situ-situ itu sudah takmampu lagi menampung larian air hujan. Apalagi, perilaku para devel-oper cenderung menggunakan teknik cut and fill, memangkas bukit dan

menimbun yang lebak. Kontur tanah diubah. Permukiman yang mereka

bangun memang selamat dari banjir, namun wilayah sekitarnya diter-

jang banjir bandang.

Sudah saatnya kita bersungguh-sungguh dalam pengembangan

wilayah yang ramah lingkungan.

Surahman HidayatAnggota DPR RI Fraksi PKS

Akhir-akhirini, umatberagama diI n d o n e s i au m u m n y adan umat

Muslim khususnya disibukkandengan gugatan terhadap Un-dang-Undang PerlindunganAgama di Mahkamah Konsti-tusi yang diajukan oleh sebagi-an Lembaga Swadaya Masya-rakat. Penetapan Presiden No-mor 1/PNPS/1965 tentang Pen-cegahan Penyalahgunaan dan/-atau Penodaan Agama yangkemudian menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969itu digugat oleh mereka karenadianggap melanggar hak asasimanusia sehingga tidak kon-stitusional.

Perlu disepakati tentang apayang konstitusional dan yangtidak. Definisi yang tidak bolehditolak bahwa setiap yangdimuat dalam Undang-UndangDasar Negara Republik Indo-nesia 1945 adalah konstitusio-nal, baik dalam batang tubuhmaupun dalam pembukaan-nya, yang tidak boleh diubahsama sekali.

Turunannya kemudian bah-wa apa yang diatur denganundang-undang atas perintahUUD 1945 adalah konstitusio-nal. Demikian halnya yang di-atur dalam undang-undangsepanjang sesuai dengan jiwadan makna konotatif ketentu-an dalam UUD 1945.

Muatan UUD Negara Re-publik Indonesia (NRI) 1945

dapat dikategorisasi kepadatiga hal. Pertama, konstitusio-nal dan final secara politis danagama, yaitu isi pembukaanyang tidak boleh diubah, baikdengan konsensus politik mau-pun dalam keyakinan agama.1) Bahwa kemerdekaan NKRIdicapai dan diproklamasikanmelalui perjuangan kemerde-kaan sebagai ikhtiar manusiaadalah  Atas Berkat Rahmat Allah Yang Ma ha Kuasa. 2)Bahwa NRI disusun sebagainegara yang berkedaulatanrakyat (melalui permusyawa-ratan perwakilan) dengan ber-dasarkan atas Ketuhanan YangMaha Esa sebagai sila pertamadari Pancasila.

Kedua, konstitusional danfinal secara politis, yaitu isiPembukaan UUD NRI 1945yang disepakati secara politikuntuk tidak akan diubah (dia-mendemen).

Dengan demikian, ada limaperkara yang disepakati untuktidak diubah. 1) Sumpah Pe-muda. 2) Proklamasi Kemer-dekaan NRI pada 17 Agustus1945. 3) Pembukaan UUD NRI1945. 4) Pancasila. 5) BhinnekaTunggal Ika. 6) NKRI.

Ketiga, konstitusional, tapibelum final dalam pengertianmasih terbuka untuk diubaholeh Majelis PermusyawaratanRakyat, yaitu yang dimuat da-lam batang tubuh UUD NRI1945.

Kita nukil satu paragraf daripembukaan tersebut, yaitu pa-ragrap ketiga. Atas berkat rah-mat Allah Yang Maha Kuasadan dengan didorongkan olehkeinginan luhur supaya berke-hidupan kebangsaan yangbebas, maka rakyat Indonesiamenyatakan dengan ini

kemerdekaannya.Suatu korelasi logis adalah

atas berkat rahmat Allah YangMaha Kuasa, rakyat dan bang-sa Indonesia berjuang menca-pai kemerdekaan Indonesiayang––Alhamdulillah––diproklamasikan pada bulan suci Ra-madhan dan hari Jumat olehSoekarno-Hatta atas namabangsa Indonesia.

Proklamasi 17 Agustus 1945itu dimaksudkan supaya ter-wujud suatu kehidupan ke-bangsaan yang bebas.

Bebas dalam mencapai ke-inginan luhur yang diformu-lasikan dalam tujuan nasional,yaitu melindungi segenapbangsa Indonesia dan seluruhtumpah darah Indonesia danuntuk memajukan kesejahtera-an umum, mencerdaskan kehi-dupan bangsa, dan ikut melak-sanakan ketertiban dunia yangberdasarkan perdamaian abadidan keadilan sosial. Tentu saja,juga bebas dalam mensyukurirahmat Allah Yang Maha Kua-sa dengan pengamalan keber-agamaan yang benar dan legal.

Adalah logis dan wajar apa-bila bangsa dan negara Indo-nesia sungguh-sungguh dalammenganut serta mempertahan-kan ajaran/konsepsi tentangdasar Ketuhanan Yang MahaEsa dan untuk mensyukurirahmat Allah yang dikaruni-akan kepada bangsa Indonesia.Itu adalah konstitusional sertafinal, baik secara politis se-hingga tidak boleh diamende-men maupun secara agama ti-dak boleh dirusak/dinodai ataudigantikan.

Sikap menghormati sertamelindungi agama itu dila-kukan oleh Orde Lama denganditandatanganinya Penetapan

Presiden RI Nomor 1/PNPS/-1965 oleh Soekarno pada 27Januari 1965.

Kemudian, dilanjutkan olehOrde Baru dengan menambahpoin keputusan politik, yaitumelarang ajaran ateisme diIndonesia. Orde Reformasi ten-tu sepenuhnya mendukung. Se-bab, hakikat reformasi adalahmenegaskan komitmen dengannilai-nilai kebenaran dan me-ngoreksi hal-hal yang menyim-pang dengan kembali ke jalanyang benar.

Setiap kebebasan yang me-nyimpang dari semangat ber-ketuhanan Yang Maha Esa danmensyukuri rahmat Allah YangMaha Kuasa adalah kebebasanyang anarkis.

Kebebasan untuk menen-tang ajaran Tuhan dalam aga-ma adalah kebebasan syai-tani/iblisiyang punya watakmembangkang. Sedangkan,

kebebasan yang dilakukan ti-dak selaras dengan kesyuku-ran atas rahmat Allah YangMaha Kuasa adalah kebebasansyahwati yang hedonistik.

Dengan demikian, upayasegelintir orang melalui LSMuntuk menolak perlindunganbagi ajaran agama di Indonesiaadalah lebih buruk dari ke-burukan Orde Lama dan lebihsesat dari penyimpangan OrdeBaru serta di luar koridor OrdeReformasi.

Maka, hanya ada satu sikapdan pilihan untuknya, yaitumenolak dengan satu kata sertamengenyahkannya jauh-jauhdari ranah kehidupan berke-bangsaan kita yang religiusberketuhanan Yang Maha Esaserta mensyukuri rahmat AllahYang Maha Kuasa.

REPUBLIKAMAHAKA MEDIA

Pemimpin Redaksi: Ikhwanul Kiram Mashuri. Wakil Pemimpin Redaksi: Nasihin Masha.

Redaktur Pelaksana:Agung Pragitya Vazza. Kepala Newsroom: Arys Hilman. Kepala RepublikaOnline: Irfan Junaidi. Redaktur

Senior: Anif Punto Utomo. Wakil RedakturPelaksana: Elba Damhuri, Selamat Ginting, S Kumara Dewatasari. Asisten Redaktur

Pelaksana: Nurul S Hamami, Subroto, Rakhmat Hadi Sucipto, M Irwan Ariefyanto, Nina Chairani Ibrahim, Bidramnanta. Staf 

Redaksi: Ahmadun Y Herfanda, Alwi Shahab, Agus Yulianto Budi Utomo, Burhanuddin Bella, C Purwatiningsih, Damanhuri Zuhri,

Darmawan Sepriyossa, Djoko Suceno, Darmawan,Edi Setyoko, Eko Widiyatno,Endro Cahyono, Firkah Fansuri, Harun Husein,

Heri Purwata, Heri Ruslan, Irwan Kelana, Johar Arief, Joko Sadewo, Khoirul Azwar, Maghfiroh Yenny, Muhammad Subarkah, M

Ghufron,Natalia Endah Hapsari, M As’adi, Neni Ridarineni, Nur Hasan Murtiaji, Priyantono Oemar, Purwadi Tjitrawijata, Siwi

Tri Puji Budiwiyati, Stevy Maradona,Sunarwoto, Syahruddin El-Fikri, Taufiqurrahman Bachdari, Teguh Indra, Teguh Setiawan,

Wachidah Handasah, Yeyen Rostiyani, Yusuf Assidiq. Andri Saubani, Anjar Fahmiharto, Budi Rahardjo, Cepi Setiadi, Desi

Susilawati, Dewi Mardiani, Dian Metha Ariyanti, Didi Purwadi, Dyah Ratna Meta Novia, EH Ismail, Endro Yuwanto, Fernan

Rahadi, Ferry Kisihandi, Indah Wulanningsih, Indira Rezkisari, Irianto Pandu Wibowo, Lukmanul Hakim, M Bahrul Ilmi, M Ikhsan

Shiddieqy, Mansyur Faqih, Mohammad Akbar, M Anis Fathoni, Mohamad Amin Madani, Mohammad Syakir, Nidia Zuraya,

Palupi Annisa Auliani, Prima Restri Ludfiani, R Hiru Muhammad, Rachmat Santosa Basarah, Rahmat Budi Harto, Ratna Puspita,Reiny Dwinanda, Rosyid Nurul Hakim, Rusdy Nurdiansyah, Susie Evidia Yuvidianti, Teguh Firmansyah,Wardianto, Wulan Tunjung

Palupi, Yogi Ardhi Cahyadi, Yoebal Ganesha Rasyid,Yogie Respati, Zaky Al Hamzah. Kepala Desain: Sarjono. Kepala Perwakilan

Jawa Barat: Maman Sudiaman. KepalaPerwakilan DIY& Jawa Tengah: Indra Wisnu Wardhana. Kepala Perwakilan Jawa

Timur: Asep Nurzaman. Nian Poloan (Medan), Maspril Aries (Palembang), Ahmad Baraas (Bali), Andi Nur Aminah (Makassar).

Sekretaris Redaksi: Fachrul Ratzi.

Penerbit: PT. Republika Media Mandiri. Alamat Redaksi: Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510, Alamat Surat:

PO Box 1006/JKS-Jakarta 12010. Tel: 021-780.3747 (Hunting), Fax: 021-780.0649 (Seluruh Bagian). Fax Redaksi:

021-798.3623, E-mail: [email protected]. Bagian Iklan: Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510. Tel:

021-794.4693, Fax: 021-798.1169. Alamat Perwakilan Iklan: Jl. Gajahmada No. 95, Jakarta 11140. Tel: 021-

633.6410. Fax: 021-633.7470. Sirkulasi dan Langganan: Tel: 021-791.98441, Fax: 021-791.98442. Online:

http://www.republika.co.id. Alamat Perwakilan:Bandung: Jl. LL RE Martadinata No. 126 Tel: 022-420.7671, 420.7672,

420.7675, Fax: 022-426.2829, Yogyakarta: Jl. Perahu No. 4, Kota Baru, Tel: 0274-544.972, 566028, Fax: 0274-

541.582, Surabaya: Jl. Barata Jaya No. 51, Tel: 031-501.7409, Fax: 031-504.5072.

Direktur Utama: Erick Thohir.

Wakil Direktur Utama: Daniel Wewengkang. Direktur Operasional: Tommy Tamtomo. Direktur Keuangan: Rachmat

Yuliwinoto. GM Keuangan: Didik Irianto. GM Marketingdan Sales: Ismed Adrian. Manager Iklan: Yulianingsih. Manager

Produksi: Nurrokhim. Manager Sirkulasi: Dedik Supardiono. Manager Keuangan: Hery Setiawan.

Harga Langganan: Rp. 69.000 per bulan, harga eceran Pulau Jawa Rp 2.900. HargaEceranLuar Jawa: Rp. 3.500 per

eksemplar (tambah ongkos kirim). Rekening Bank a.n PT Republika Media Mandiri: Bank BSM, Cab. Warung Buncit,

No. Rek. 0030113448 ( Bank Mandiri, Cab. Warung Buncit, No. Rek. 1270004240642 ( Bank Lippo, Cab. Warung

Buncit, No. Rek. 727.30.028988 ( Bank BCA, Cab. Graha Inti Fauzi, No. Rek. 375.305.666.8.

Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No. 283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992,

Anggota Serikat Penerbit Surat Kabar: Anggota SPS No. 163/1993/11/A/2002.

Semua naskah yang dikirim ke Redaksi dan diterbitkan menjadi

milik HU Republika. Semua wartawan HU Republika dibekali tanda pen-

genal dan tidak menerima maupun meminta imbalan dari siapa pun.Semua isi artikel/tulisan yang berasal dari luar, sepenuhnya tanggung

 jawab penulis yang bersangkutan. (Semua isi artikel/tulisan yang

terdapat di suplemen daerah, menjadi tanggung jawab Kepala

Perwakilan Daerah bersangkutan.

H A R I A N U M U M

Page 2: Melindungi Agama

5/17/2018 Melindungi Agama - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/melindungi-agama 2/2