MEKANNISME PERLEKATAN

5
E. MEKANNISME PERLEKATAN Sifat dasar yang dimiliki oleh porselen yang memungkinkan terbentuknya restorasi PFM adalah adanya ikatan antara porselen dan logam. Tanpa ikatan ini , porselen akan cepat rusak didalam mulut karna rapuh. Sehingga ikatan yang baik antara porselen dan logam alah sangat di perlukan. Beberapa faktor yang mengontrol perikatan metal-keramik adalah: pembentukan ikatan kimia yang kuat, mekanik interlocking antara dua bahan, dan tegangan sisa. Teori ikatan logam-keramik dahulunya dibagi menjadi dua kelompok: 1. Ikatan kimia melalui permukaan logam-porselen. Antara permukaan porselen dan metal terdapat pelekat berupa lapisan oksida yang penting untuk menghasilkan ikatan yang baik. Pada base metal melalui choramic oxide sedangkan pada nobel metal melalui tin oxide dan iridium oxside. 2. Penguncian mekanis antara porselen dan logam. Antara permukaan porselin dan metal terdapat nodul-nodul. (Manapalllil, 2003) Walaupun ikatan kimia umumnya dianggap berperan pada perlekatan logam-porselen, bukti yang ada menunjukan bahwa untuk sebagian sistem kecil, mekanis interlocking memberikan ikatan utama. Pembentukan oksida pada permukaan logam berperan pada pembentukan ikatan yang kuat. Logam mulia yang tahan terhadap oksidasi harus di tambahkan elemen-elemen yang mudah teroksidasi seperti irdium dan timah. Logam paduan dasar mengandung unsur-unsur seperti nikel, krom dan berilium yang mudah membentuk oksida selama degassing sehingga harus diperhatikan untuk menghindari pembentukan oksida yang terlalu tebal.

Transcript of MEKANNISME PERLEKATAN

Page 1: MEKANNISME PERLEKATAN

E. MEKANNISME PERLEKATAN

Sifat dasar yang dimiliki oleh porselen yang memungkinkan terbentuknya restorasi PFM

adalah adanya ikatan antara porselen dan logam. Tanpa ikatan ini , porselen akan cepat rusak

didalam mulut karna rapuh. Sehingga ikatan yang baik antara porselen dan logam alah sangat

di perlukan. Beberapa faktor yang mengontrol perikatan metal-keramik adalah: pembentukan

ikatan kimia yang kuat, mekanik interlocking antara dua bahan, dan tegangan sisa.

Teori ikatan logam-keramik dahulunya dibagi menjadi dua kelompok:

1. Ikatan kimia melalui permukaan logam-porselen.

Antara permukaan porselen dan metal terdapat pelekat berupa lapisan oksida yang penting

untuk menghasilkan ikatan yang baik. Pada base metal melalui choramic oxide sedangkan

pada nobel metal melalui tin oxide dan iridium oxside.

2. Penguncian mekanis antara porselen dan logam.

Antara permukaan porselin dan metal terdapat nodul-nodul.

(Manapalllil, 2003)

Walaupun ikatan kimia umumnya dianggap berperan pada perlekatan logam-porselen,

bukti yang ada menunjukan bahwa untuk sebagian sistem kecil, mekanis interlocking

memberikan ikatan utama.

Pembentukan oksida pada permukaan logam berperan pada pembentukan ikatan yang

kuat. Logam mulia yang tahan terhadap oksidasi harus di tambahkan elemen-elemen yang

mudah teroksidasi seperti irdium dan timah. Logam paduan dasar mengandung unsur-

unsur seperti nikel, krom dan berilium yang mudah membentuk oksida selama degassing

sehingga harus diperhatikan untuk menghindari pembentukan oksida yang terlalu tebal.

Secara teoritis dan praktis, kekasaran, atau topography dari permukaan keramik-metal

mempunyai peranan penting dalam perikatan. Ceramik menembus kepermukaan logam

kasar sehingga dapat terjadi mekanik interlocking dengan logam yang meningkatkan

perikatan. Perluasan daerah dengan permukaan kasar juga menyediakan lebih banyak

ruang untuk terbentuknya ikatan kimia. Namun permukaan kasar juga dapat mengurangi

perikatan jika keramik tidak menembus sampai permukaan dan terdapat ronggapada

permukaan.

Page 2: MEKANNISME PERLEKATAN

C. ENIS-JENIS PFM

1. High noble alloy

Terdiri dari 60% logam mulia (merupakan kombinasi dari emas, paladium dan perak)

dengan berat emas minimal 40%. High noble alloy mengandung sejumlah timah, indium

dan besi yang biasanya digunakan untuk pembentukan lapisan oksida agar bisa berikatan

kimia dengan porselin. High noble alloy biasanya berwarna kuning atau putih, memiliki

kekakuan yang rendah. High noble alloy di bagi menjadi tiga bagian :

a. Gold Platinum alloy

Gold Platinum alloy dapat digunakan untuk casting penuh serta logam-keramik

restorasi. Lebih rentan terhadap kendur, mereka harus terbatas pada jembatan rentang

pendek. Komposisi dari Gold Platinum alloy adalah Emas 85%; Platinum 12%; Seng

1%; perak untuk menyesuaikan sifat ekspansi (dalam beberapa merek).

b. Gold-Palladium alloy

Dapat digunakan untuk casting penuh atau logam-keramik restorasi. Gold-Paladium

memiliki suhu leleh tinggi. Komposisi dari gold-paladium mengurangi kecenderungan

casting meleleh selama pembakaran porselen. Gold-palladium biasanya mengandung

indium, timah atau galium untuk pembentuk lapisan oksida. Komposisinya adalah

Emas 52%; Palladium 38%; indium 8,5%; Perak untuk menyesuaikan sifat ekspansi

(dalam beberapa merek).

c. Gold-copper-silver-palladium alloy

Gold-copper-silver-palladium alloy memiliki titik lebur yang rendah dan tidak

digunakan untuk aplikasi logam-keramik. Gold-copper-silver-palladium alloy

mengandung perak yang dapat menyebabkan penampilan hijau di porselen dan

tembaga yang cenderung penyebab melelehnya selama pemrosesan porselen.

Komposisinya adalah Emas 72%; Tembaga 10%; Perak 14%; Palladium 3%.

2. Noble alloy mengandung setidaknya 25% berat logam mulia. Terdiri dari emas,

paladium atau perak. Noble alloy adalah kelompok yang paling beragam. Noble alloy

Page 3: MEKANNISME PERLEKATAN

memiliki kekuatan, daya tahan serta kekerasan yang relatif tinggi. Noble alloy

berwarna kuning atau berwarna putih.

a. Gold-copper-silver-palladium alloy

Gold-copper-silver-palladium alloy termasuk dalam kategori mulia tinggi. Gold-

copper-silver-palladium alloy memiliki titik leleh yang cukup rendah. Gold-copper-

silver-palladium alloy lebih sering digunakan untuk restorasi cor penuh ketimbang

aplikasi PFM. Komposisinya adalah emas 45%; Tembaga 15%; Perak 25%;

Palladium 5%.

b. Palladium-copper-gallium alloy

Palladium-copper-gallium alloy mengandung tembaga dan kadang-kadang cenderung

kendur selama pembakaran porselen. Galium ditambahkan untuk mengurangi suhu

leleh dari Palladium-copper-gallium alloysecara keseluruhan. Komposisinya adalah

Palladium 79%; Tembaga 7%; Gallium 6%.

c. Palladium-Silver and Silver-Palladium alloy

Palladium-Silver and Silver-Palladium alloy lebih rentan terhadap korosi. Di sisi

lain, mereka memiliki resistensi yang tinggi terhadap kendur selama pembakaran

porselen dan sangat kaku, sehingga baik untuk bentang panjang.Palladium-Silver and

Silver-Palladium juga lebih castable, lebih mudah untuk solder dan mudah untuk

bekerja dengan dari paduan logam dasar.Komposisinya meliputi Palladium 61%;

perak 24%, Timah (dalam beberapa formula). Komposisi pendukung adalah Perak

66%; Palladium 23%.

3. Base metal alloy

Telah ada sejak tahun 1970-an. Base metal alloy mengandung logam mulia kurang

dari 25%, tetapi dalam kenyataannya sebagian besar tidak mengandung logam mulia

sama sekali. Base metal alloy dapat digunakan untuk casting penuh atau restorasi PFM

serta untuk kerangka gigi tiruan sebagian. Base metal alloy jauh lebih keras, kuat. Base

metal alloy memiliki ketahanan yang sangat baik.

Nikel dan Berilium merupakan unsur yang paling umum digunakan untuk logam

dasar ini dapat menyebabkan reaksi alergi ketika kontak dengan gingiva. Karena banyak

perempuan (dan sekarang laki-laki) telah peka terhadap logam ini dengan mengenakan

perhiasan menusuk kulit murah, mahkota dan jembatan yang terbuat dari paduan ini telah

Page 4: MEKANNISME PERLEKATAN

diketahui menyebabkan perubahan warna gingiva, pembengkakan dan kemerahan pada

individu. Namun reaksi alergi hanya berefek pada gusi tidak untuk sistemik atau

menyeluruh. Reaksi alergi tampaknya terbatas untuk peralatan tetap (mahkota

dan jembatan). Logam nikel jarang dapat menyebabkan dermatitis apabila hanya

digunakan untuk kerangka gigi tiruan lepasan sebagian. Asupan nikel dan berilium yang

sangat tinggi bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Base metal alloy dibagi menjadi

dua bagian, yaitu :

a. Nickel-chromium alloy

60% adalah nikel 0,1 % karbon sebagai pengeras. Cobalt-chromium alloy biasanya

digunakan sebagai kerangka gigi tiruan sebagian lepasan.

b. Cobalt-kromium alloy

Cobalt-chromium alloy dapat digunakan untuk fabrikasi Kerangka PFM. Masalah

utama adalah sulitnya bekerja dengan cobalt-chromium terutama pada titik leleh

yang tinggi yang menyebabkan harusnya menggunakan peralatan yang khusus.

Kekerasannya yang rendah menyulitkan kita pada saat memoles.

(Anusavice, 2003)