Mekanisme Pembiayaan Perkotaan

download Mekanisme Pembiayaan Perkotaan

If you can't read please download the document

description

Disampaikan oleh Dirjen Perimbangan Keuangan, Depkeu pada lokakarya Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perkotaan Nasional (KSPPN) tanggal 18 Desember 2013 di Jakarta

Transcript of Mekanisme Pembiayaan Perkotaan

  • 1

    Bahan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan:

    LOKAKARYA NASIONALKEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN NASIONAL

    (KSPPN)

    Jakarta, 18 Desember 2013

    DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

  • OUTLINEI. LATAR BELAKANG (KONDISI PERKOTAAN)

    KONDISI APBD SECARA NASIONAL

    II. MEKANISME PEMBIAYAAN PERKOTAAN (APBN KE APBD) DANA TRANSFER KE DAERAH

    HIBAH DAERAH

    PINJAMAN DAERAH

    OBLIGASI DAERAH

    III. MEKANISME PEMBIAYAAN LAINNYA PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP (PPP)

    INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT FUND (IDF)

  • KONDISI APBD NASIONAL

  • 0

    50.000

    100.000

    150.000

    200.000

    250.000

    300.000

    350.000

    400.000

    450.000

    2009 2010 2011 2012 2013

    PAD 62.751 71.852 90.393 112.720 140.302

    Dana Perimbangan 284.979 292.281 327.368 380.601 432.697

    Lain-Lain Pend. Daerah yg Sah 19.538 22.205 42.132 58.262 79.866

    Mili

    ar R

    up

    iah

    TREN PENDAPATAN DAERAH 2009 - 2013

    Sumber pendapatan daerah terdiri dari tiga jenis, yaitu: PAD yang berasal dari potensi daerah, Dana Perimbangan yang berasal dari pusat dan pendapatan lainnya.

    Dalam kurun waktu 5 tahun (2009-2013) total pendapatan daerah hampir mencapai dua kali lipat, dimana hal tersebut menunjukkan semakin besarnya dana yang dikelola oleh pemda.

    4

  • Data berdasarkan Perda APBD* Data Konsolidasi non reciprocal account

    Proporsi terbesar belanja

    daerah adalah belanja

    pegawai, dengan proporsi

    diatas 40% (untuk provinsi di

    kisaran 20% dan untuk

    Kab/Kota di kisaran 50%)

    namun kecenderungannya

    menurun.

    Proporsi belanja modal relatif

    kecil, meskipun mengalami

    peningkatan di tahun 2012 dan

    2013.

    5

    STRUKTUR BELANJA APBD

    Jenis Belanja Daerah (dalam miliar rupiah)

    2009 2010 2011 2012 2013

    Belanja Pegawai 180,439 198,562 229,081 261,153 296,540Belanja Barang dan Jasa 79,600 82,007 104,221 122,225 148,012

    Belanja Modal 114,598 96,179 113,523 137,438 175,578Belanja Lain-Lain 40,594 50,110 48,449 71,071 86,953

    Total 415,232 426,857 495,274 591,887 707,083

  • TREND SILPA TAHUN BERKENAAN

    71.602

    59.81462.088

    80.446

    99.240

    68.883

    52.19956.574

    78.312

    96.990

    40.000

    50.000

    60.000

    70.000

    80.000

    90.000

    100.000

    110.000

    2008 2009 2010 2011 2012

    Mili

    ar R

    up

    iah

    Dana Pemda di perbankan SiLPA tahun Berkenaan

    6

    SiLPA merupakan dana yang belum tergunakan di tahun sebelumnya, dimana penggunaannyadianggarkan pada tahun berikutnya dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan daerah.

    SiLPA yang semakin meningkat mengindikasikan semakin besarnya dana pemda yang tidak terserapdalam belanja daerah.

    * 2012 merupakan data perkiraan

  • Tren dana pemda di perbankan per bulannyamengalami fluktuasi dan mempunyai trenyang hampir sama pada setiap tahunnya.Terjadi pola peningkatan sampai denganbulan juni lalu mulai menurun sampaidengan bulan agustus disebabkan mulaidilakukannya proses pembayaran olehpemdaPosisi pada akhir Desember 2012menunjukkan jumlah dana pemda yang idledi bank umum mencapai Rp99,2 triliundengan peningkatan di tahun 2013

    Bentuk dana pemda di Perbankan terdiri dari Simpanan Berjangka, Giro dan Tabungan.

    Giro lebih banyak digunakan untuk transaksi sehari-hari Pemda (bagian terbesar dana Pemda di Bank)

    Dari Grafik disamping terlihat bahwabesaran dana dalam bentuk Simpanan Berjangka mengalami tren yg meningkatsecara signifikan

    0

    20.000

    40.000

    60.000

    80.000

    100.000

    120.000

    2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

    Mili

    ar R

    up

    iah

    Simpanan Berjangka Giro Tabungan

    4.000

    54.000

    104.000

    154.000

    204.000

    254.000

    Jan feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

    Mili

    ar R

    up

    iah

    2009 2010 2011 2012 2013

    PERGERAKAN DANA IDLE PEMDA SECARA BULANAN

  • MEKANISME PEMBIAYAAN PERKOTAAN (APBN KE APBD)

  • Melalui BA K/L

    BELANJAPUSAT

    TRANSFERDAERAH

    Mendanaikewenangan

    di luar 6 Urusan

    Mendanaikewenangan 6

    Urusan

    PENDAPATAN

    BELANJA

    PEMBIAYAAN

    APBN

    Dana Vertikaldi Daerah

    Hibah dan Dana Darurat

    Pinjaman

    Dana Perimbangan Dana Otsus Pendanaan Lainnya

    Dana DekonsentrasiDana Tgs Pembantuan

    PNPM dan Jamkesmas

    Subsidi dan Bantuan

    MASUK APBD

    Mendanaikewenangan

    Daerah(Desentralisasi)

    MelaluiBA BUN

    PEMERINTAH PUSAT DAERAH

    ALUR PENDANAAN MENURUT PRINSIP MONEY FOLLOWS FUNCTION

  • DANA PERIMBANGAN

    Dana Bagi Hasil (DBH)

    Dana Alokasi Umum (DAU)

    Dana Alokasi Khusus (DAK)

    Dana Otsus PAPUA

    Dana Otsus ACEH

    Dana Infras Otsus Papua

    Tamb Penghasilan Guru

    DANA OTSUS

    DANA PENYESUAIAN

    DBH PBB

    DBH PPh

    Kehutanan

    Pertamb um

    Perikanan

    Migas

    DBH Cukai HT

    DBH Pajak

    DBH SDADana Otsus PAPUA BRT

    Panas Bumi

    Dana Insentif Daerah (DID)

    TRANSFER KE DAERAH

    Tunjangan Profesi Guru

    Bantuan Op Sek (BOS)

    Dana Infras Otsus PaBarat

    JENIS DANA DARI APBN KE APBD

    HIBAH DAERAH

    PINJAMAN DAERAH

    Above the Line: Belanja Transfer dan Hibah pada APBN dan Pendapatan pada APBD

    Below the Line: Pembiayaan pada APBN dan APBD

  • DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)

  • DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) Dana Yang Bersumber Dari Pendapatan APBN Dialokasikan Kepada Daerah Tertentu Untuk Membantu Mendanai Kegiatan Khusus Yang Merupakan Urusan Daerah Sesuai Prioritas Nasional

    Tujuan DAK:

    membantu daerah tertentu untuk mendanai kebutuhan sarana dan prasaranapelayanan dasar masyarakat, dan untuk mendorong percepatan pembangunandaerah dan pencapaian sasaran prioritas nasional.

  • DISTRIBUSI DAK TA. 2013 2014

    6%

    84%

    10%

    DISTRIBUSI ALOKASI DAK TA 2013 dan 2014

    Provinsi

    Kabupaten

    Kota

    DAERAH 2013 2014

    PROVINSI 1,833.38 1,897.68

    KOTA 3,287.16 3,466.60

    KABUPATEN 26,576.60 27,635.72

    TOTAL 31,697.14 33,000.00

    (Dalam Miliar Rupiah)

  • DISTRIBUSI DAK PER SEKTOR

    NO BIDANG DAK 2013 2014

    ALOKASI (Miliar Rupiah)

    (%) ALOKASI (Miliar Rupiah)

    (%)

    1 Pendidikan 11,090.77 34.99 10,041.30 30.432 Kesehatan 3,101.55 9.78 3,129.90 9.483 Infrastruktur Jalan 5,373.52 16.95 6,105.76 18.504 Infrastruktur Irigasi 1,614.06 5.09 2,288.96 6.945 Infrastruktur Air Minum 609.91 1.92 885.32 2.686 Infrastruktur Sanitasi 569.46 1.80 829.26 2.517 Prasarana Pemerintahan Daerah 481.28 1.52 499.74 1.518 Kelautan dan Perikanan 1,812.30 5.72 1,851.91 5.619 Pertanian 2,542.31 8.02 2,579.56 7.82

    10 Lingkungan Hidup 530.55 1.67 548.1 1.6611 Keluarga Berencana 442.87 1.70 462.91 1.4012 Kehutanan 539.42 1.70 558.46 1.6913 Sarana Perdagangan 694.7 2.19 730.99 2.2214 Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal 717 2.26 754.74 2.2915 Energi Perdesaan 432.49 1.36 467.94 1.4216 Perumahan dan Permukiman 205.04 0.65 234.8 0.7117 Keselamatan Transportasi Darat 221.01 0.70 235.94 0.7118 Transportasi Perdesaan 260.77 0.82 301.34 0.9119 Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan 458.14 1.45 493.07 1.49

    Total 31,697.14 33,000.00

  • HIBAH DAERAH

  • 16

    DASAR HUKUM PP 2/2012 tentang Hibah Daerah; PMK 188/2012 tentang Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

    Daerah

    PRINSIP HIBAH DAERAH Hibah diberikan untuk mendanai penyelenggaraan urusan yang menjadi

    kewenangan Pemerintah Daerah dalam kerangka hubungan keuanganantara Pemerintah dan Pemerintah Daerah

    Diprioritaskan untuk penyelenggaraan Pelayanan Publik Mekanisme APBN dan APBD Mempertimbangkan Kapasitas Fiskal Daerah Melalui penandatanganan Perjanjian Hibah antara Menteri Keuangan cq.

    Dirjen Perimbangan Keuangan dengan Kepala Daerah Hibah kepada Pemerintah Daerah yang bersumber dari luar negeri

    dilakukan melalui Pemerintah

    HIBAH DAERAH [PP 2/2012]

  • MEKANISME HIBAH DAERAH (OUTPUT-BASED)

    K/L TEKNIS[Executing

    Agency]

    KEMENKEU[KPA-HPD]

    PEMDA[Implementing

    Agency]

    Pelaksanaan kegiatan

    Pengusulan kegiatan dan rincian daerah penerima hibahRekomendasi penyaluran hibah

    Monev & Verifikasi Teknis

    Perjanjian HibahPenyaluran Dana Hibah dari

    RKUN ke RKUD

  • NO

    KEGIATAN SUMBERWAKTU

    PELAKSANAANNILAI HIBAH

    DAERAH PENERIMA

    TARGET OUTPUT

    1 MASS RAPID TRANSIT (MRT)

    Pinjaman JICA 2009 - 2014 Rp 5,6 T 1 Pemprov Terbangunnya prasaranaMRT untuk koridor lebakbulus-dukuh atas

    2 HIBAH AIR MINUM Hibah AusAID 2012 2015 Rp 569,85 M(proses)

    100 Pemda Terpasangnya 300.000 Sambungan Rumah (SR) Air Minum bagi MBR

    3 HIBAH SEKTOR IRIGASI PinjamanWorld Bank

    2012 2016 Rp 575 M 101 Kab/Kota

    14 Provinsi

    Desain Irigasi, fisik irigasi dan pelatihan kelompok petani

    4 Development of Seulawah Agam Geothermal in NAD Province

    Hibah dariPemerintahJerman (KfW)

    2012 2014 Rp 61,2 M 1 Pemda Terlaksananya pengeboranwilayah kerja panas bumi

    5 HIBAH AIR LIMBAH Hibah AusAID 2012 2015 Rp 45 M 4 Pemda Terpasangnya 9000 Sambungan Rumah (SR) Pengelolaan Air Limbah bagiMBR

    6 HIBAH SANITASI Hibah AusAID 2012 - 2015 Rp 209 M(proses)

    39 Pemda Pembangunan sarana persampahan dan air limbah

    7 HIBAH SEKTOR JALAN Hibah AusAID 2012 - 2015 Rp 122 M(proses)

    1 Pemda Pemiliharaan Rutin, Pemeliharaan Berkala, Rehabilitasi dan PeningkatanJalan, Rekonstruksi

    PROGRAM DAN OUTPUT: HIBAH TA 2012 - 2014

  • PINJAMAN & OBLIGASI DAERAH

    DASAR HUKUM

    1. UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA

    2. UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

    3. UNDANG-UNDANG NO. 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

    4. PERATURAN PEMERINTAH NO. 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH

    5. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 111/PMK.07/2012 TENTANG TATACARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

    6. PERATURAN PASAR MODAL

  • SUMBER PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH

    PEMERINTAHDAERAH

    PEMERINTAH PUSAT

    MASYARAKAT DALAM BENTUK

    OBLIGASI DAERAH

    PEMERINTAH DAERAH LAIN

    LEMBAGA KEUANGAN

    BANK

    LEMBAGA KEUANGAN

    BUKAN BANK

    - Penerusan Pinjaman Luar Negeri- Penerusan Pinjaman Dalam Negeri- Pusat Investasi Pemerintah

    Berbadan hukumIndonesia danberkedudukan diwilayah NKRI

    Lembaga Pembiayaanberbadan hukumIndonesia & berkedudukan diwilayah NKRI

    Berbentuk Obligasi Daerah Orang pribadi atau badan yang melakukan

    Investasi di Pasar Modal

  • JENIS DAN PENGGUNAAN PINJAMAN DAERAH

    21

    Jangka waktu paling lama satu tahun

    Kewajiban pembayaran kembali harus dilunasi dalam tahun anggaran berkenaan

    Hanya dipergunakan untuk menutup kekurangan arus kasJANGKA PENDEK

    Jangka waktu lebih dari satu tahun

    Kewajiban pembayaran kembali harus dilunasi dalam kurun waktu tidak melebihisisa masa jabatan kepala daerah

    Untuk membiayai pelayanan publik yang tidak menghasilkan penerimaan

    JANGKA MENENGAH

    Jangka waktu lebih dari satu tahun

    Kewajiban pembayaran kembali harus dilunasi pada tahun anggaran berikutnyasesuai persyaratan perjanjian pinjaman

    Digunakan untuk membiayai kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalamrangka penyediaan pelayanan publik yang:

    Menghasilkan penerimaan langsung berupa pendapatan bagi APBD yang berkaitan dengan pembangunan prasarana dan sarana tersebut;

    Menghasilkan penerimaan tidak langsung berupa penghematan terhadapbelanja APBD yang seharusnya dikeluarkan apabila Kegiatan tersebut tidakdilaksanakan; dan/atau

    Memberikan manfaat ekonomi dan sosial

    JANGKA PANJANG

  • PENGENDALIAN DEFISIT APBD

    Jumlah Kumulatif Defisit Max 3% PDB

    Peraturan perundanganUU 17/2003, UU 33/2004, UU 32/2004,PP 23/2003, PP 58/2005

    Pendapatan

    Belanja

    Defisit

    APBD

    =

    Pendapatan

    Belanja

    Defisit

    APBN

    =

    Prinsip Dasar APBD disusun sesuai kebutuhan

    penyelenggaran pemerintahan dankemampuan pendapatan daerah

    APBD suatu daerah dapat defisit dalam rangkameningkatkan kualitas pelayanan dankesejahteraan masyarakat

    Prinsip pengelolaan fiskal yang hati-hati danberkesinambungan menghendaki adanyakeseimbangan fiskal

    Menteri Keuangan

    Batas Maksimal Defisit APBD & Batas Maksimal KumulatifPinjaman Daerah

    PMK 125/2013

    22

  • KETENTUAN UMUM

    Pemerintah daerah dapat menerbitkan Obligasi Daerah sepanjang memenuhi persyaratanpinjaman.

    Obligasi Daerah merupakan efek berupa surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah daerahdan tidak dijamin oleh pemerintah pusat.

    Penerbitan Obligasi Daerah wajib dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam PP 30 Tahun2011 dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

    Penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat dilakukan di pasar modal domestik dan dalam matauang Rupiah.

    Kegiatan harus sesuai dengan dokumen perencanaan daerah, dapat berupa kegiatan baruatau pengembangan kegiatan yang sudah ada, dan pembiayaan dapat sebagian atausepenuhnya

    Penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan investasiprasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan publik yang menghasilkanpenerimaan bagi APBD yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan/atausarana tersebut.

    OBLIGASI DAERAH

  • Jumlah sisa pinjaman daerah + jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% darijumlah Penerimaan Umum APBD tahun sebelumnya

    Memenuhi rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman (DSCR) yang ditetapkan oleh Pemerintah

    Mendapat persetujuan DPRD

    Audit terakhir Laporan Keuangan Pemerintah Daerah mendapat opini Wajar DenganPengecualian (WDP) atau Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

    Kumulatif Pinjaman 75% PU APBD(t-1)

    [PAD + DAU + (DBH DBH DR)] BW

    Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain 2,5DSCR =

    OBLIGASI DAERAH: PERSYARATAN UMUM

  • Bagi Pemerintah Daerah

    Percepatan pembangunan daerah tanpa tergantung pada dana rutin APBD.

    Alternatif Pembiayaan bagi pembangunan Daerah.

    Mendorong penerapan prinsip-prinsip keterbukaan dan tata kelola yang baik.

    Memperoleh sumber pembiyaan yang lebih murah

    Bagi Masyarakat Daerah

    Memperoleh manfaat atas fasilitas yg dibangun dari pembiayaan obligasi daerah.

    Turut serta dalam pembangunan

    Bagi Investor

    Alternatif investasi selain SUN dan Obligasi Korporasi.

    Memfasilitasi masyarakat untuk membiayai pembangunan daerah.

    Bagi Pasar Modal

    Diversifikasi instrumen yang diperdagangkan di pasar modal.

    Bagi Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal

    Peluang memberikan jasa profesi.

    MANFAAT PENERBITAN OBLIGASI DAERAH

  • KAPASITAS FISKAL DAERAH(HUBUNGAN DENGAN HIBAH DAN PINJAMAN DAERAH)

  • DEFINISI:Kapasitas Fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum APBD (tidak termasuk dana alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu) untuk membiayai tugas pemerintahan setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah penduduk miskin

    PENGGUNAAN: Pemberian /penerusan hibah kepada pemerintah daerah mempertimbangkan kapasitas fiskal daerah

    Penilaian atas usulan pinjaman pemerintah daerah oleh Menteri Keuangan

    PROVINSI

    KATEGORI JUMLAH

    SANGAT TINGGI 3

    TINGGI 6

    SEDANG 6

    RENDAH 18

    33

    KABUPATEN KOTA

    KATEGORI JUMLAH

    SANGAT TINGGI 52

    TINGGI 68

    SEDANG 102

    RENDAH 266

    488

    KATEGORI KAFIS TAHUN 2013

    Catatan: 3 Kabupaten/Kota yang tidak dikategorikan (Belum Menyampaikan Laporan Realisasi APBD per Akhir November) Kategori Kafis untuk Daerah Otonom Baru (DOB) (yang disahkan di tahun 2012 dan 2013) mengikuti kategori Kafis

    daerah induknya.

  • MEKANISME PEMBIAYAAN LAINNYA

  • PEMERINTAH PUSAT

    A P B N

    Hibah

    Pinjaman

    Penyertaan Modal

    Subsidi

    PELANGGAN: Rumah Tangga (MBR, Non MBR) Industri

    PEMDA (PJPK)

    B U M D

    A P B D

    Hibah

    Pinjaman

    Penyertaan Modal

    Subsidi

    SEKTOR SWASTA

    PERJANJIAN HIBAH / PINJAMANPERJANJIAN KERJASAMA (BOO/BOT/BOOT)

    Public-Private Partnership

    Konstruksi

    Operasional/pelayanan

    PERBANKANPinjaman

    SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA

    Subsidi bunga

    Subsidi bunga

    Subsidi

    tarif

    Public-Private Partnership: Joint Venture

  • INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT FUND (IDF )UNTUK MEMPERKUAT DESENTRALISASI FISKAL

    Kurangnya penyediaaninfrastuktur mengakibatkanrendahnya pertumbuhanekonomi.

    Infrastuktur merupakan prioritasnasional (RPJPN 2005 2025)

    Pendanaan menjadi salah satukendala penyediaaninfrastruktur.

    Terdapat gap antara kebutuhandan realisasi pembangunaninfrastuktur yang cukup besar

    Diperlukan

    ALTERNATIF PENDANAAN untuk percepatan

    pembangunan infrastukturdaerah

    InfrastructureDevelopment Fund (IDF)

    Pontensi untuk MemperkuatKebijakan Desentralisasi Fiskal

    di Indonesia

    Mendorong PercepatanPembangunan Infrastrukturdi Daerah

    Adanya Kendali PemerintahTerhadap Pola expenditure diPemda melalui PerjanjianPinjaman

    Tidak Membebani APBN karena berupa Pinjamanbukan Belanja Transfer keDaerah

  • Mendorong PercepatanPembangunan Infrastruktur Daerah dengan pinjamanberfasilitas(InfrastrukturDevelopment Fund)

    Menyiapkan pinjaman dengan Tingkat Bunga yang rendah

    Menyiapkan pinjaman dengan Tenor lebih fleksibel dan relatif panjang

    Menyiapkan Prosedur pinjaman yang lebih sederhana dan jelas

    Menyiapkan tambahan fasilitas guna mendorong kerja sama antar daerah dalam peyediaan infrastruktur

    Menyiapkan fasilitas tambahan berupa pemberian Grace Period

    Pemberian Fasilitas Pinjaman melalui :

    INFRASTRUKTUR DEVELOPMENT FUND

  • KARAKTERISTIK : Bertujuan mendorong pembangunan

    infrastruktur Daerah dengan pinjaman

    yang mudah, cepat, dan bunga

    kompetitif.

    Struktur Permodalan lebih kuat dengan

    share dari APBN, APBD dan Bank

    BUMD/BPD.

    Sebagai pemegang saham, maka

    ownership Pemda lebih kuat.

    Adanya share risiko pemberian pinjaman

    antara Pemerintah Pusat dan

    Pemerintah Daerah.

    Sebagai lembaga mandiri, operasional

    selanjutnya tidak membebani APBN dan

    APBD.

    Mempunyai akses pendanaan yang

    lebih mudah ke pasar modal karena IDF

    diperlakukan sebagai corporate, tidak

    terikat birokrasi Pemerintah.

    Risiko default pinjaman minimize

    dengan mekanisme jaminan riil cash

    flow pemerintah daerah.

    IDF(SOE)

    SHARE APBN

    SHARE APBD

    SHARE BANK BUMN

    SHARE BPD

    INFRASTRUKTUR DAERAH

    INFRASTRUKTUR DEVELOPMENT FUND(LONG TERM)

    OBLIGASI IDFDANA PIHAK LAIN

  • 33

    TERIMA KASIH