MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE SIZE, DAN LIKUIDITAS ... fileperusahaan dalam jangka pendek ataupun...
Transcript of MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE SIZE, DAN LIKUIDITAS ... fileperusahaan dalam jangka pendek ataupun...
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SIZE, DAN LIKUIDITAS
PERUSAHAAN TERHADAP PEMICU PERINGKAT OBLIGASI
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2014).
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh:
ADIB FAIZAL HELMI
B200120339
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SIZE, DAN LIKUIDITAS
PERUSAHAAN TERHADAP PEMICU PERINGKAT OBLIGASI
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2014).
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
ADIB FAIZAL HELMI
NIM : B 200 120 339
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
(Dr. Fatchan Achyani, S.E.,M.Si)
ii
HALAMAN PENGESAHAN
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SIZE, DAN LIKUIDITAS
PERUSAHAAN TERHADAP PEMICU PERINGKAT OBLIGASI
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2014).
Yang ditulis oleh :
ADIB FAIZAL HELMI
B 200120339
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Sabtu, 8 Maret 2017
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji :
1. Dr. Fatchan Achyani, S.E., M.Si. ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dra. Rina Trisnawati, S.E., M.Si, Ak. Phd ( )
(Anggota Dewan Penguji 1)
3. Drs. Yuli Tri Cahyono, M.M., Ak. ( )
(Anggota Dewan Penguji 2)
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Dr. Triyono, S.E., M.Si)
1
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SIZE, DAN LIKUIDITAS
PERUSAHAAN TERHADAP PEMICU PERINGKAT OBLIGASI
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Tahun 2011-2014)
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mekanisme corporate
governace, size, likuiditas perusahaan terhadap pemicu peringkat obligasi.
Mekanisme corporate governance di proksi dengan kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris
independen, dan komite audit. size di proksi dengan lognatural total aset, dan
likuiditas di proksi dengan current ratio. Penelitian ini menggunakan data dari 32
perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI selama kurun waktu tahun 2011-
2014. Metode pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling dan
kemudian di analisis menggunakan regresi linier berganda, uji asumsi klasik, uji
F, uji t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, size, likuiditas berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit
tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Kata kunci : likuiditas, mekanisme corporate governace, peringkat obligasi,
size.
ABSTRACT
The aimed of this study is to know the relationship of
coorporategovernance mechanism, size, licuidity of company to trigger of bond
rating. Corporate governance mechanism in the proxywith the managerial
ownership, institutional ownership, amount of the broad of commissioner,
proportion of independent commissioner, and audit commite. Size in proxywith
log natural total asset, and licudity in the proxywith the current ratio.This study
usied data from 32 Manufacture Company listed on BEI since 2011-2014.
Collecting data used purposive sampling metoth and analized by double linear
regretion, classical assumption test, F test and T test.The results show that the
managerial ownership, institutional ownership, size, and licuidity have influential
on earning bond ratings.The amount of broad commissioner, Proportion of
independent commisioner, audit comitee has no effect on bond rating.
Keywords : licuidity, corporate governance mecanism, bond rating, size.
.
2
1. PENDAHULUAN
Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu
perusahaan dibutuhkan banyak dana. Melalui pembenahan struktur modal inilah
yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja untuk
meningkatkan daya saing suatu perusahaan. Sumber pendanaan dapat berasal dari
pinjaman kreditor atau bank, dan investasi dari para pemilik modal atau investor.
Saham dan obligasi adalah sumber dana yang dapat diperoleh untuk perusahaan.
Obligasi adalah surat tanda bukti utang yang dikeluarkan oleh perusahaan
kepada pemegangnya dengan imbalan bunga sejumlah tertentu. Dalam setiap
obligasi tertera nilai nominal obligasi serta tingkat bunga obligasi. Penerbit
obligasi seperti perusahaan, akan membayar bunga kepada pembeli obligasi
secara periodik.
Penerbitan obligasi dilakukan oleh perusahaan yang membutuhkan dana,
baik untuk ekspansi bisnisnya ataupun untuk memenuhi kebutuhan keuangan
perusahaan dalam jangka pendek ataupun jangka panjang (Revelino et al., 2008
dalam Prasetiyo 2010.
Peringkat obligasi merupakan salah satu informasi yang digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan untuk memutuskan apakah obligasi tersebut layak
untuk dijadikan investasi serta mengetahui tingkat risikonya. Zuhrohtun dan
Baridwan (2005) dalam Prasetiyo (2010). Peringkat obligasi menyatakan skala
risiko atau tingkat keamanan suatu obligasi yang diterbitkan.
Faktor penentu utama dari peringkat utang atau obligasi adalah kondisi
keuangan perusahaan, namun demikian praktek dari corporategovernance juga
dapat membantu menjelaskan perbedaan peringkat utang antar perusahaan yang
tidak tertangkap dikondisi keuangan masing-masing perusahaan. Sistem
corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham
dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas investasinya
dengan benar.
Beberapa penelitian mengenai faktor faktor yang berpengaruh pada
peringkat obligasi telah dilakukan. Namun hasil penelitian tersebut masih belum
konsisten. Untuk itu penelitian ini tertarik untuk meneliti kembali variabel-
3
variabel tersebut dengan judul penelitian “MEKANISME CORPORATE
GOVERNANCE, SIZE, DAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN TERHADAP
PEMICU PERINGKAT OBLIGASI” (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2014).
2. METODE PENELITIAN
2.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Desain penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan melakukan uji
hipotesis. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011 sampai 2014. Pada
penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan metode Purposive
Sampling yaitu sampel atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria
pemilihan sampel yang ditentukan. Perusahaan manufaktur yang memnuhi
kriteria sebanyak 8 perusahaan.
2.2 Peringkat obligasi (Variabel Dependen)
Peringkat obligasi merupakan pernyataan dari lembaga pemeringkat sekaligus
sumber informasi yang mampu menjadi suatu pertimbangan keputusan bagi pihak
peminjam mengenai resiko obligasi yang akan diedarkan. Dapat diartikan bahwa
peringkat adalah salah satu cara alat ukur resiko kegagalan dimana peminjam
akan mengalami ketidaksanggupan dalam membayar kewajiban keuangannya
(Foster 1986 dalam Raharja dan Sari 2008). Dengan hal ini investor mampu
mempertimbangkan pula obligasi layak dibeli atau tidak.
2.3 Kepemilikan Manajerial (Variabel Independen)
Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan
baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris disebut sebagai
kepemilikan manajerial (manajerial ownership). Adanya kepemilikan saham oleh
pihak manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-
kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial
juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan
direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial (KM) adalah
4
persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh jumlah
modal saham perusahaan yang dikelola.
2.4 Kepemilikan Institusional (Variabel Independen)
Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi
keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan
institusi lainnya pada akhir tahun. Adanya kepemilikan institusional di suatu
perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap
kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan
yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja
manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat
bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan. Variabel ini merupakan
besarnya saham yang dimiliki oleh institusi dibagi dengan total saham yang
beredar. Pengukuran kepemilikan institusional (KI) didasarkan pada penelitian
Utami (2012) yaitu saham yang dimiliki oleh investor institusional.
2.5 Ukuran Dewan Komisaris (Variabel Independen)
Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab
secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada
direksi serta memastikan bahwa perusahaan melakukan good corporate
governance (KNKG, 2006 dalam Utami, 2012). Ukuran dewan komisaris di sini
lebih cenderung pada jumlah anggota dewan komisaris dalam perusahaan. Ukuran
dewan komisaris dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan jumlah
anggota dewan komisaris di sebuah perusahaan.
2.6 Proporsi Komisaris Independen (Variabel Independen)
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi
dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham
pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak
semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan
Governance, 2004 dalam Prasetiyo, 2010). Proporsi dewan komisaris independen
diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang
berasal dari luar perusahaan dari seluruh anggota dewan komisaris perusahaan.
5
Proporsi dewan komisaris di sini diukur dengan menggunakan presentase anggota
dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh anggota dewan
komisaris perusahaan.
2.7 Komite Audit (Variabel Independen)
Komite audit adalah suatu badan yang dibentuk di dalam perusahaan klien
yang bertugas untuk memelihara independensi akuntan pemeriksa terhadap
manajemen (Rasyid danKostaman, 2013). Komite audit diukur dari jumlah
anggota komite audit yang ada dalam perusahaan.
2.8 Size/Ukuran Perusahaan (Variabel Independen)
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan
rata–rata total aktiva. Jadi ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya
asset yang dimiliki oleh perusahaan. Suatu proksi size yang digunakan dalam
penelitian ini berdasarkan pada total aktiva karena lebih mencerminkan kekayaan
perusahaan secara menyeluruh. Skala pengukurannya menggunakan skala rasio.
Log of total asset ini didapat dari laporan neraca masing-masing perusahaan.
2.9 Likuiditas (Variabel Independen)
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban
jangka pendek perusahaan. Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur
likuiditas adalah Current Ratio. Rasio lancar (current ratio) yaitu kemampuan
aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan
aktiva lancar yang dimiliki. Rumus rasio lancar adalah aktiva lancar dibagi
kewajiban lancar. Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek
3.10 Metode Analisis Data
Analisis Regresi Linear Berganda
Metode regresi linier berganda bertujuan untuk menguji pengaruhdua atau
lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukur atau
rasio suatu persamaan linier. Metode regresi linier berganda dalam penelitian ini
menguji pengaruh mekanisme corporate governance, size dan likuiditas
6
perusahaan terhadap peringkat obligasi. Secara matematis, model regresi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
OBL = α + α1KM + α2KI + α3UDK + α4PDKI + α5KA + α6logSIZE
+ α7LKD + ε
Keterangan
OBL =Obligasi
KM = Kepemilikan Manajerial
K I = Kepemilikan Institusional
UDK =Ukuran Dewan Komisaris
PDKI = Proporsi Dewan Komisaris Independen
KA = Komite Audit
SIZE = Ukuran Perusahaan
LKD = Likuiditas
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Uji Asumsi Klasik
Masalah yang umum terjadi dalam model regresi linier berganda yaitu uji
multikolineritas, uji normalitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas. Maka,
dilakukan uji asumsi klasik mengenai keberadaan masalah tersebut.
3.1.1 Uji Normalitas
Hasil Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,966 dimana nilai signifikansinya lebih
besar dari 0,05 yaitu 0,497. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan model regresi
dalam penelitian memiliki sebaran data normal.
3.1.2 Uji Multikolinearitas
Nilai VIF pada hasil uji multikolinearitas model regresi untuk semua variabel
independennya kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 atau 10%. Dengan
demikian, dapat dibuktikan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala
multikolinearitas.
7
3.1.3 Uji Heterokedastisitas
Pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji scatterplot.
Berdasarkan hasil uji scatterplot di tunjukkan bahwa lingkaran-lingkaran kecil
yang menunjukkan variasi variabel independen tidak membentuk suatu objek
tertentu, namun menyebar secara merata, sehingga dapat dikatakan bahwa semua
variabel pada model persamaan regresi tersebut bebas dari masalah
heteroskedastisitas.
3.2 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan hipotesis pertama variable kepemilikan manajemen memiliki
nilai thitung (3,025) lebihbesardari pada ttabel (2,040) atau dapat dilihat dari nilai
signifikansi 0,006< α = 0,05. Hal ini berarti H1diterima, sehingga kepemilikan
manajerial berpengaruh terhadap peringkat obligasi.Hasil ini bisa dijelaskan
bahwa, semakin besar kepemilikan manajerial dapat mengontrol hutang
perusahaan yang berasal dari obligasi, karena manajer menghendaki perusahaan
senantiasa memiliki keuangan yang baik, sehingga tetap dapat memenuhi
kewajiban jangka panjangnya, apabila perusahaan senantiasa dapat memenuhi
kewajiban jangka panjang, maka perusahaan akan mendapat peringkat obligasi
yang dapat dipercaya, apabila dikemudian hari perusahaan menghendaki modal
dalam bentuk pengeluaran obligasi, pihak yang berkaitan akan percaya, sehingga
perusahaan tetap bisa menjalankan operasinya dan manajer menunjukan kinerja
terbaiknya.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh penelitian
Damayanti dan Fitriyah (2013) menunjukkan bahwa adanya kepemilikan
manajerial mempengaruhi peringkat obligasi perusahaan.
Berdasarkan hipotesis kedua dapat diketahui hasil uji t untuk variabel
kepemilikan institusional memiliki nilai thitung (-2,489) lebih besar dari pada ttabel (-
2,040) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,020< α = 0,05. Hal ini berarti
H2diterima, sehingga kepemilikan institusi berpengaruh terhadap peringkat
obligasi. Hal ini dimungkinkan karena monitoring terhadap agen yang dijalankan
pihak institusi telah optimal dan efektif, sehingga agen dalam mengambil
keputusan masalah pendanaan akan berfikir jauh tentang akibatnya kedepan, tidak
8
hanya untuk kepentingan sendiri, tetapi juga mempertimbangkan kelangsungan
hidup perusahaan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Bhoraj dan Sengupta
(2003) yang membuktikan bahwa kepemilikan institusi mempunyai hubungan
yang signifikan positif terhadap peringkat obligasi.
Berdasarkan hipotesis ketiga variabel ukuran dewan komisaris memiliki nilai
thitung (-1,203) lebih kecil dari pada ttabel (2,040) atau dapat dilihat dari nilai
signifikansi 0,241> α = 0,05. Hal ini berarti H3ditolak, sehingga ukuran dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.Hasil ini dapat dijelaskan
bahwa ukuran dewan komisaris yang relatif besar tidak selalu memberikan
manfaat bagi bondholders karena ada kemungkinan terjadi bahwa semakin besar
ukuran dewan komisaris pada suatu perusahaan, semakin sulit pula dalam
pengambilan keputusan. Para anggota dewan komisaris sendiri mungkin dapat
melakukan tindakan free-ridingyang hanya dapat menguntungkan kepentingan
pribadi mereka sendiri (Setyaningrum, 2005).
Hasil ini sesuai dengan penelitian Utami (2012)yang menyatakan bahwa
ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi, namun
hasil ini bertentangan dengan penelitian Prasetiyo (2010) membuktikan bahwa
ukuran dewan komisaris berpengaruh secara signifikan positif terhadap peringkat
obligasi.
Berdasarkan hipotesis keempat dapat diketahui hasil uji t untuk variabel
proporsi dewan komisaris independen memiliki nilai thitung (0,341) lebih kecil dari
pada ttabel(2,040) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,736> α = 0,05. Hal ini
berarti H4ditolak, sehingga proporsi dewan komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa ketentuan minimum sebesar 30%
dari jumlah anggota dewan komisaris yang dikeluarkan oleh Bapepam mungkin
belum cukup tinggi untuk membuat komisaris independen mendominasi dalam
hal kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris. Komposisi dewan komisaris
yang masih rendah, sehingga secara kolektif komisaris independen tidak memiliki
power untuk mempengaruhi segala keputusan yang dibuat oleh dewan komisaris.
9
Apabila komisaris independen mempunyai mayoritas suara yang lebih dari 50%,
dimungkinkan komisaris independen akan lebih efektif di dalam kegiatan
pengawasan dalam perusahaan. Bahkan mungkin komisaris independen yang
diangkat oleh perusahaan tidak berkompeten pada bidang akuntansi atau
keuangan.
Hasil Penelitian ini sejalandengan hasil penelitian Utami (2012)yang
menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap peringkat obligasi, namun hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian
Bhojraj dan Sengupta (2003) menunjukkan bahwa persentase proporsi komisaris
independen berhubungan positif dengan peringkat obligasi.
Berdasarkan hipotesis kelima dapat diketahui hasil uji t untuk variabel komite
audit memiliki nilai thitung (0,666) lebih kecil dari pada ttabel (2,040) atau dapat
dilihat dari nilai signifikansi 0,512> α = 0,05. Hal ini berarti H5ditolak, sehingga
komite audit tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwaKeberadaan komite audit oleh
perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak
dimaksudkan untuk menegakkan good corporate governance dalam perusahaan.
Hal ini didukung oleh sebuah survey yang dilakukan olehThe Indonesian Institute
for Corporate Governance terhadap 52 perusahaan publik, dimana sekitar 65%
perusahaan publik menyatakan menerapkan corporate governance karena
memang regulasi mengharuskannya (Surya dan Yustiavandana, 2008), sehingga
seandainya komite audit disajikan dalam laporan perusahaan dalam bentuk
voulentary, ada kemungkinan bahwa perusahaan tidak menyajikan jumlah komite
auditnya, sehingga ada tidak komite audit tidak mempengaruhi peringkat obligasi.
Hasil Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Utami (2012) yang
menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi,
namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Rasyid dan Kostaman
(2013) menunjukkan bahwa jumlah komite audit berpengaruh signifikan terhadap
peringkat obligasi.
Berdasarkan hipotesis keenam dapat diketahui hasil uji t untuk variabel
sizememiliki nilai thitung (3,168) lebihbesardari pada ttabel (2,040) atau dapat dilihat
10
dari nilai signifikansi 0,004< α = 0,05. Hal ini berarti H6diterima, sehingga size
berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwasemakin besar perusahaan, potensi
mendiversikan risiko nonsistematik juga semakin besar sehingga membuat risiko
obligasi perusahaan tersebut menurun. Dengan begitu rasio ukuran perusahaan
dapat memberikan sinyal kepada investor bahwa semakin besarnya ukuran
perusahaan akan berpengaruh terhadap semakin tingginya peringkat obligasi,
semakin kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh pada semakin rendahnya
peringkat obligasi.
Hasil Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari, Palupi, dan Lestari
(2015) yang menyatakan bahwa size berpengaruh terhadap peringkat obligasi,
namun hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian Sejati (2010) menyatakan
bahwa size perusahaan yang diproksikan dengan total assets tidak mempengaruhi
prediksi peringkat obligasi.
Berdasarkan hipotesis ketujuh dapat diketahui hasil uji t untuk variabel
likuiditas memiliki nilai thitung (2,280) lebihbesardari pada ttabel (2,040) atau dapat
dilihat dari nilai signifikansi 0,032< α = 0,05. Hal ini berarti H7diterima,
sehingga likuiditas berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwakenaikan dari nilai likuiditas
memengaruhi probabilitas kenaikan peringkat obligasi perusahaan, dikarena
semakin tinggi likuiditas perusahaan makakemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin baik. Peminjam (lender)
menggunakan asset paling likuid sebagai sumber pembayaran utama dan bunga
sekuritas dalam asset financed (Joseph, 2002).
Hasil Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Adrian (2011) yang
menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap peringkat obligasi, namun
hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian Estiyanti dan Yasa (2012)
menyatakan bahwa variabel likuiditas tidak berpengaruh untuk menentukan
peringkat obligasi.
11
4. PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Ukuran dewan
komisaris, Proporsi dewan komisaris independen, Komite audit tidak berpengaruh
terhadap peringkat obligasi. Sedangkan Kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, ukuran perusahaan, dan likuiditas berpengaruh terhadap peringkat
obligasi.
4.2 Keterbatasan penelitian
1. Periode yang digunakan dalam penelitian ini relatif singkat yaitu hanya 4
tahun sehingga kemungkinan kurang menunjukkan kondisi/ pola yang
sesungguhnya.
2. Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan metode pemilihan
sampel purposive sampling, sehingga perusahaan yang tidak sesuai dengan
kriteria akan dikeluarkan dari sampel penelitian, hal ini menyebabkan
jumlah sampel penelitian yang terbatas.
3. Sampel penelitian ini perusahaan manufaktur secara keseluruhan, tidak
mengelompokan sesuai dengan sub sektor, sehingga kemungkinan adanya
bias industri yang mempengaruhi hasil penelitian.
4.3 Saran
Dengan melihat hasil yang diperoleh, maka ditemukan beberapa saran yang
mungkin berguna, diantaranya sebagai berikut:
1. Diharapkan menambah periode pengamatan penelitian yang lebih lama
agar dapat menunjukkan kondisi/ pola yang sesungguhnya
2. Untuk penelitian berikutnya diharapkanmenggunakan metode pemilihan
sampel lain, sehingga sampel lebih banyak dan hasilnya akan lebih
tergeneralisasi.
3. Untuk penelitian berikutnya, diharapkan mengelompokan sesuai dengan
sub sektor industri, supaya mengurangi adanya bias data.
12
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Nicko. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat
Obligasi Pada Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia. Skripsi :
Universitas Diponegoro, Semarang
Amalia, Ninik. 2013. Pemeringkatan Obligasi Pt Pefindo : Berdasarkan
Informasi Keuangan. Jurnal. Universitas Negeri Semarang
Antonia, Edgina. 2008. Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial Dan Proporsi
Komite Audit Independen Terhadap Manajemen Lab. Universitas
Diponegoro, Semarang
Azriya, 2013. Analisis Pengaruh Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi terhadap
Peringkat Obligasi.Universitas Islam Sultan Agung, Semarang
Bhojraj, Sanjeev dan Partha Sengupta. 2003. Effect of Corporate Governance on
Bond Ratings and Yields: The Role of Institutional Investors and Outside
Directors. Journal of Business 76(3): 455-475
Damayanti, Eka Wahyu dan Fitriyah. Pengaruh Corporate Governance Dan
Rasio Akuntansi Terhadap Peringkat Obligasi. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim, Malang
Endah, Erni. Pengaruh Ukuran Perusahaan (Firm Size), Profitabilitas, Likuiditas,
Produktivitas, Dan Leverage Terhadap Peringkat Obligasi. Universitas
Negeri Surabaya
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
____________. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Halmn. 225. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
___________. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Cetakan ke IV. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Ibrahim, Hadiasman. 2008. Pengaruh Tingkat Suku Bunga,Peringkat Obligasi,
Ukuran Perusahaan dan Der Terhadap Yield To Maturity Obligasi
Korporasi Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006.Universitas
Diponegoro, Semarang
Mafudhoh,Ratih Umroh. 2014. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat
Obligasi. Univeresitas Diponegoro,Semarang
Magreta dan Poppy Nurmayanti. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Prediksi Peringkat Obligasi Ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non
Akuntansi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.11 No.3 Desember 2009,Hlm
143-15 : Universitas Riau
Maharti, Enny Dwi dan Daljono. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Peringkat Obligasi. Universitas Diponegoro, Semarang
Merckling, Jensen. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior,Agency Costs
and Ownership Structure. Harvard Business School
Pakarinti, Adia. 2012. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Instistusional, Kualitas Auditor, Profitabilitas, Likuiditas Dan Leverage
Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Diponegoro. Semarang
13
Pranata, Stevani. 2011. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance
Terhadap Peringkat Obligasi. Skripsi: Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Prasetyo, Adhi. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan
Profitabilitas Perusahaan Terhadap Peringkat Obligasi. Universitas
Diponegoro. Semarang
Putri, Grace. 2010. Analisis Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi
dalamMemprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur. Journal
Ilmu Administrasi dan Organisasi
Rasyid, Rosmita dan Ervina Joice Kostaman. 2013. Analisis Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance Dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap
Peringkat Obligasi. Jurnal Akuntansi UKRIDA, Vol No.1 April 2013
Rahman, Anang Aulia. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Universitas Diponegoro, Semarang
Sari, Etika, Dyah Palupi, Titi Ayem Lestari. 2015. Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Prediksi Obligasi (Studi Empiris Pada Emiten BUMN yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014). Jurnal.
Universitas Gunadarma
Sari, Maylia Pramono. 2007. Kemampuan Rasio Keuangan Sebagai Alat Untuk
Memprediksi Peringkat Obligasi (PT Pefindo). Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Vol. 14 No. 2 September 2007, Hlm 172-182 : Universitas Negeri
Semarang
Sari, Ni Made Sri Kristina dan Ida Bagus Badjra. 2016. Pengaruh Likuiditas,
Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Jaminan Terhadap Peringkat Obligasi
Pada Sektor Keuangan. E-Jurnal Manajemen Unud Vol. 5 No. 8.
Universitas Udayana, Bali
Setyapurnama, Yudi Santara., dan Vianey Norpratiwi. 2007. Pengaruh Corporate
Governance Terhadap Peringkat Obligasi dan Yield Obligasi. Artikel
Sihombing, Hengki Junius dan Eka Nuraini Rachmawati. 2015. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan
Akuntansi I Vol.24 No. 1
Ujiyantho, Muh. Arif dan Bambang Agus Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”.Simposium
Nasional Akuntansi X. Makassar. 26-28 Juli
Utami, Ayu Gandar. 2012. Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Peringkat Obligasi. Universitas Negeri Semarang.
Widowati, Dewi. Yeterina Nugrahanti, Ari Budi Kristanto. 2013. Analisis Faktor
Keuangan Dan Non Keuangan Yang Berpengaruh Pada Prediksi
Peringkat Obligasi Di Indonesia (Studi Pada Perusahaan Non Keuangan
Yang Terdaftar Di Bei Dan Di Daftar Peringkat PT Pefindo 2009-2011).
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Wirawan, Gerianta. Pemeringkatan Obligasi Perdana Sebagai Pemicu
Manajemen Laba: Bukti Empiris Dari Pasar Modal Indonesia. Universitas
Jendral Sudirman, Purwakarta
www.idx.co.id
14
Yasa, Estianti. 2012. Pengaruh Faktor Keuangan Dan Non Keuangan Pada
Peringkat Obligasi Di Bursa Efek Indonesia.. Universitas Udayana
Zarkasyi, Moh. Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance: Pada Badan
Usaha Manufaktur, perbankan dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung:
Alfabeta
Zuhrotun dan Baridwan. 2005. “Pengaruh Pengumuman Peringkat Terhadap
Kinerja Obligasi”. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. 15-16
September