MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE SIZE, DAN LIKUIDITAS ... fileperusahaan dalam jangka pendek ataupun...

18
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SIZE, DAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN TERHADAP PEMICU PERINGKAT OBLIGASI (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2014). Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh: ADIB FAIZAL HELMI B200120339 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Transcript of MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE SIZE, DAN LIKUIDITAS ... fileperusahaan dalam jangka pendek ataupun...

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SIZE, DAN LIKUIDITAS

PERUSAHAAN TERHADAP PEMICU PERINGKAT OBLIGASI

(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2014).

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:

ADIB FAIZAL HELMI

B200120339

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

i

HALAMAN PERSETUJUAN

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SIZE, DAN LIKUIDITAS

PERUSAHAAN TERHADAP PEMICU PERINGKAT OBLIGASI

(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2014).

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

ADIB FAIZAL HELMI

NIM : B 200 120 339

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

(Dr. Fatchan Achyani, S.E.,M.Si)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SIZE, DAN LIKUIDITAS

PERUSAHAAN TERHADAP PEMICU PERINGKAT OBLIGASI

(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2014).

Yang ditulis oleh :

ADIB FAIZAL HELMI

B 200120339

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Sabtu, 8 Maret 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji :

1. Dr. Fatchan Achyani, S.E., M.Si. ( )

(Ketua Dewan Penguji)

2. Dra. Rina Trisnawati, S.E., M.Si, Ak. Phd ( )

(Anggota Dewan Penguji 1)

3. Drs. Yuli Tri Cahyono, M.M., Ak. ( )

(Anggota Dewan Penguji 2)

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

(Dr. Triyono, S.E., M.Si)

iii

1

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SIZE, DAN LIKUIDITAS

PERUSAHAAN TERHADAP PEMICU PERINGKAT OBLIGASI

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

Tahun 2011-2014)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mekanisme corporate

governace, size, likuiditas perusahaan terhadap pemicu peringkat obligasi.

Mekanisme corporate governance di proksi dengan kepemilikan manajerial,

kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris

independen, dan komite audit. size di proksi dengan lognatural total aset, dan

likuiditas di proksi dengan current ratio. Penelitian ini menggunakan data dari 32

perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI selama kurun waktu tahun 2011-

2014. Metode pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling dan

kemudian di analisis menggunakan regresi linier berganda, uji asumsi klasik, uji

F, uji t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial,

kepemilikan institusional, size, likuiditas berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit

tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Kata kunci : likuiditas, mekanisme corporate governace, peringkat obligasi,

size.

ABSTRACT

The aimed of this study is to know the relationship of

coorporategovernance mechanism, size, licuidity of company to trigger of bond

rating. Corporate governance mechanism in the proxywith the managerial

ownership, institutional ownership, amount of the broad of commissioner,

proportion of independent commissioner, and audit commite. Size in proxywith

log natural total asset, and licudity in the proxywith the current ratio.This study

usied data from 32 Manufacture Company listed on BEI since 2011-2014.

Collecting data used purposive sampling metoth and analized by double linear

regretion, classical assumption test, F test and T test.The results show that the

managerial ownership, institutional ownership, size, and licuidity have influential

on earning bond ratings.The amount of broad commissioner, Proportion of

independent commisioner, audit comitee has no effect on bond rating.

Keywords : licuidity, corporate governance mecanism, bond rating, size.

.

2

1. PENDAHULUAN

Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu

perusahaan dibutuhkan banyak dana. Melalui pembenahan struktur modal inilah

yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja untuk

meningkatkan daya saing suatu perusahaan. Sumber pendanaan dapat berasal dari

pinjaman kreditor atau bank, dan investasi dari para pemilik modal atau investor.

Saham dan obligasi adalah sumber dana yang dapat diperoleh untuk perusahaan.

Obligasi adalah surat tanda bukti utang yang dikeluarkan oleh perusahaan

kepada pemegangnya dengan imbalan bunga sejumlah tertentu. Dalam setiap

obligasi tertera nilai nominal obligasi serta tingkat bunga obligasi. Penerbit

obligasi seperti perusahaan, akan membayar bunga kepada pembeli obligasi

secara periodik.

Penerbitan obligasi dilakukan oleh perusahaan yang membutuhkan dana,

baik untuk ekspansi bisnisnya ataupun untuk memenuhi kebutuhan keuangan

perusahaan dalam jangka pendek ataupun jangka panjang (Revelino et al., 2008

dalam Prasetiyo 2010.

Peringkat obligasi merupakan salah satu informasi yang digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan untuk memutuskan apakah obligasi tersebut layak

untuk dijadikan investasi serta mengetahui tingkat risikonya. Zuhrohtun dan

Baridwan (2005) dalam Prasetiyo (2010). Peringkat obligasi menyatakan skala

risiko atau tingkat keamanan suatu obligasi yang diterbitkan.

Faktor penentu utama dari peringkat utang atau obligasi adalah kondisi

keuangan perusahaan, namun demikian praktek dari corporategovernance juga

dapat membantu menjelaskan perbedaan peringkat utang antar perusahaan yang

tidak tertangkap dikondisi keuangan masing-masing perusahaan. Sistem

corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham

dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas investasinya

dengan benar.

Beberapa penelitian mengenai faktor faktor yang berpengaruh pada

peringkat obligasi telah dilakukan. Namun hasil penelitian tersebut masih belum

konsisten. Untuk itu penelitian ini tertarik untuk meneliti kembali variabel-

3

variabel tersebut dengan judul penelitian “MEKANISME CORPORATE

GOVERNANCE, SIZE, DAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN TERHADAP

PEMICU PERINGKAT OBLIGASI” (Studi Empiris pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2014).

2. METODE PENELITIAN

2.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Desain penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan melakukan uji

hipotesis. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011 sampai 2014. Pada

penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan metode Purposive

Sampling yaitu sampel atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria

pemilihan sampel yang ditentukan. Perusahaan manufaktur yang memnuhi

kriteria sebanyak 8 perusahaan.

2.2 Peringkat obligasi (Variabel Dependen)

Peringkat obligasi merupakan pernyataan dari lembaga pemeringkat sekaligus

sumber informasi yang mampu menjadi suatu pertimbangan keputusan bagi pihak

peminjam mengenai resiko obligasi yang akan diedarkan. Dapat diartikan bahwa

peringkat adalah salah satu cara alat ukur resiko kegagalan dimana peminjam

akan mengalami ketidaksanggupan dalam membayar kewajiban keuangannya

(Foster 1986 dalam Raharja dan Sari 2008). Dengan hal ini investor mampu

mempertimbangkan pula obligasi layak dibeli atau tidak.

2.3 Kepemilikan Manajerial (Variabel Independen)

Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan

baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris disebut sebagai

kepemilikan manajerial (manajerial ownership). Adanya kepemilikan saham oleh

pihak manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-

kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial

juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan

direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial (KM) adalah

4

persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh jumlah

modal saham perusahaan yang dikelola.

2.4 Kepemilikan Institusional (Variabel Independen)

Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi

keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan

institusi lainnya pada akhir tahun. Adanya kepemilikan institusional di suatu

perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap

kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan

yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja

manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat

bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan. Variabel ini merupakan

besarnya saham yang dimiliki oleh institusi dibagi dengan total saham yang

beredar. Pengukuran kepemilikan institusional (KI) didasarkan pada penelitian

Utami (2012) yaitu saham yang dimiliki oleh investor institusional.

2.5 Ukuran Dewan Komisaris (Variabel Independen)

Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab

secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada

direksi serta memastikan bahwa perusahaan melakukan good corporate

governance (KNKG, 2006 dalam Utami, 2012). Ukuran dewan komisaris di sini

lebih cenderung pada jumlah anggota dewan komisaris dalam perusahaan. Ukuran

dewan komisaris dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan jumlah

anggota dewan komisaris di sebuah perusahaan.

2.6 Proporsi Komisaris Independen (Variabel Independen)

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi

dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham

pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat

mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak

semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan

Governance, 2004 dalam Prasetiyo, 2010). Proporsi dewan komisaris independen

diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang

berasal dari luar perusahaan dari seluruh anggota dewan komisaris perusahaan.

5

Proporsi dewan komisaris di sini diukur dengan menggunakan presentase anggota

dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh anggota dewan

komisaris perusahaan.

2.7 Komite Audit (Variabel Independen)

Komite audit adalah suatu badan yang dibentuk di dalam perusahaan klien

yang bertugas untuk memelihara independensi akuntan pemeriksa terhadap

manajemen (Rasyid danKostaman, 2013). Komite audit diukur dari jumlah

anggota komite audit yang ada dalam perusahaan.

2.8 Size/Ukuran Perusahaan (Variabel Independen)

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang

ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan

rata–rata total aktiva. Jadi ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya

asset yang dimiliki oleh perusahaan. Suatu proksi size yang digunakan dalam

penelitian ini berdasarkan pada total aktiva karena lebih mencerminkan kekayaan

perusahaan secara menyeluruh. Skala pengukurannya menggunakan skala rasio.

Log of total asset ini didapat dari laporan neraca masing-masing perusahaan.

2.9 Likuiditas (Variabel Independen)

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban

jangka pendek perusahaan. Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur

likuiditas adalah Current Ratio. Rasio lancar (current ratio) yaitu kemampuan

aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan

aktiva lancar yang dimiliki. Rumus rasio lancar adalah aktiva lancar dibagi

kewajiban lancar. Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar

kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek

3.10 Metode Analisis Data

Analisis Regresi Linear Berganda

Metode regresi linier berganda bertujuan untuk menguji pengaruhdua atau

lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukur atau

rasio suatu persamaan linier. Metode regresi linier berganda dalam penelitian ini

menguji pengaruh mekanisme corporate governance, size dan likuiditas

6

perusahaan terhadap peringkat obligasi. Secara matematis, model regresi dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

OBL = α + α1KM + α2KI + α3UDK + α4PDKI + α5KA + α6logSIZE

+ α7LKD + ε

Keterangan

OBL =Obligasi

KM = Kepemilikan Manajerial

K I = Kepemilikan Institusional

UDK =Ukuran Dewan Komisaris

PDKI = Proporsi Dewan Komisaris Independen

KA = Komite Audit

SIZE = Ukuran Perusahaan

LKD = Likuiditas

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Uji Asumsi Klasik

Masalah yang umum terjadi dalam model regresi linier berganda yaitu uji

multikolineritas, uji normalitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas. Maka,

dilakukan uji asumsi klasik mengenai keberadaan masalah tersebut.

3.1.1 Uji Normalitas

Hasil Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,966 dimana nilai signifikansinya lebih

besar dari 0,05 yaitu 0,497. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan model regresi

dalam penelitian memiliki sebaran data normal.

3.1.2 Uji Multikolinearitas

Nilai VIF pada hasil uji multikolinearitas model regresi untuk semua variabel

independennya kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 atau 10%. Dengan

demikian, dapat dibuktikan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala

multikolinearitas.

7

3.1.3 Uji Heterokedastisitas

Pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji scatterplot.

Berdasarkan hasil uji scatterplot di tunjukkan bahwa lingkaran-lingkaran kecil

yang menunjukkan variasi variabel independen tidak membentuk suatu objek

tertentu, namun menyebar secara merata, sehingga dapat dikatakan bahwa semua

variabel pada model persamaan regresi tersebut bebas dari masalah

heteroskedastisitas.

3.2 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hipotesis pertama variable kepemilikan manajemen memiliki

nilai thitung (3,025) lebihbesardari pada ttabel (2,040) atau dapat dilihat dari nilai

signifikansi 0,006< α = 0,05. Hal ini berarti H1diterima, sehingga kepemilikan

manajerial berpengaruh terhadap peringkat obligasi.Hasil ini bisa dijelaskan

bahwa, semakin besar kepemilikan manajerial dapat mengontrol hutang

perusahaan yang berasal dari obligasi, karena manajer menghendaki perusahaan

senantiasa memiliki keuangan yang baik, sehingga tetap dapat memenuhi

kewajiban jangka panjangnya, apabila perusahaan senantiasa dapat memenuhi

kewajiban jangka panjang, maka perusahaan akan mendapat peringkat obligasi

yang dapat dipercaya, apabila dikemudian hari perusahaan menghendaki modal

dalam bentuk pengeluaran obligasi, pihak yang berkaitan akan percaya, sehingga

perusahaan tetap bisa menjalankan operasinya dan manajer menunjukan kinerja

terbaiknya.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh penelitian

Damayanti dan Fitriyah (2013) menunjukkan bahwa adanya kepemilikan

manajerial mempengaruhi peringkat obligasi perusahaan.

Berdasarkan hipotesis kedua dapat diketahui hasil uji t untuk variabel

kepemilikan institusional memiliki nilai thitung (-2,489) lebih besar dari pada ttabel (-

2,040) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,020< α = 0,05. Hal ini berarti

H2diterima, sehingga kepemilikan institusi berpengaruh terhadap peringkat

obligasi. Hal ini dimungkinkan karena monitoring terhadap agen yang dijalankan

pihak institusi telah optimal dan efektif, sehingga agen dalam mengambil

keputusan masalah pendanaan akan berfikir jauh tentang akibatnya kedepan, tidak

8

hanya untuk kepentingan sendiri, tetapi juga mempertimbangkan kelangsungan

hidup perusahaan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Bhoraj dan Sengupta

(2003) yang membuktikan bahwa kepemilikan institusi mempunyai hubungan

yang signifikan positif terhadap peringkat obligasi.

Berdasarkan hipotesis ketiga variabel ukuran dewan komisaris memiliki nilai

thitung (-1,203) lebih kecil dari pada ttabel (2,040) atau dapat dilihat dari nilai

signifikansi 0,241> α = 0,05. Hal ini berarti H3ditolak, sehingga ukuran dewan

komisaris tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.Hasil ini dapat dijelaskan

bahwa ukuran dewan komisaris yang relatif besar tidak selalu memberikan

manfaat bagi bondholders karena ada kemungkinan terjadi bahwa semakin besar

ukuran dewan komisaris pada suatu perusahaan, semakin sulit pula dalam

pengambilan keputusan. Para anggota dewan komisaris sendiri mungkin dapat

melakukan tindakan free-ridingyang hanya dapat menguntungkan kepentingan

pribadi mereka sendiri (Setyaningrum, 2005).

Hasil ini sesuai dengan penelitian Utami (2012)yang menyatakan bahwa

ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi, namun

hasil ini bertentangan dengan penelitian Prasetiyo (2010) membuktikan bahwa

ukuran dewan komisaris berpengaruh secara signifikan positif terhadap peringkat

obligasi.

Berdasarkan hipotesis keempat dapat diketahui hasil uji t untuk variabel

proporsi dewan komisaris independen memiliki nilai thitung (0,341) lebih kecil dari

pada ttabel(2,040) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,736> α = 0,05. Hal ini

berarti H4ditolak, sehingga proporsi dewan komisaris independen tidak

berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa ketentuan minimum sebesar 30%

dari jumlah anggota dewan komisaris yang dikeluarkan oleh Bapepam mungkin

belum cukup tinggi untuk membuat komisaris independen mendominasi dalam

hal kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris. Komposisi dewan komisaris

yang masih rendah, sehingga secara kolektif komisaris independen tidak memiliki

power untuk mempengaruhi segala keputusan yang dibuat oleh dewan komisaris.

9

Apabila komisaris independen mempunyai mayoritas suara yang lebih dari 50%,

dimungkinkan komisaris independen akan lebih efektif di dalam kegiatan

pengawasan dalam perusahaan. Bahkan mungkin komisaris independen yang

diangkat oleh perusahaan tidak berkompeten pada bidang akuntansi atau

keuangan.

Hasil Penelitian ini sejalandengan hasil penelitian Utami (2012)yang

menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh

terhadap peringkat obligasi, namun hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian

Bhojraj dan Sengupta (2003) menunjukkan bahwa persentase proporsi komisaris

independen berhubungan positif dengan peringkat obligasi.

Berdasarkan hipotesis kelima dapat diketahui hasil uji t untuk variabel komite

audit memiliki nilai thitung (0,666) lebih kecil dari pada ttabel (2,040) atau dapat

dilihat dari nilai signifikansi 0,512> α = 0,05. Hal ini berarti H5ditolak, sehingga

komite audit tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwaKeberadaan komite audit oleh

perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak

dimaksudkan untuk menegakkan good corporate governance dalam perusahaan.

Hal ini didukung oleh sebuah survey yang dilakukan olehThe Indonesian Institute

for Corporate Governance terhadap 52 perusahaan publik, dimana sekitar 65%

perusahaan publik menyatakan menerapkan corporate governance karena

memang regulasi mengharuskannya (Surya dan Yustiavandana, 2008), sehingga

seandainya komite audit disajikan dalam laporan perusahaan dalam bentuk

voulentary, ada kemungkinan bahwa perusahaan tidak menyajikan jumlah komite

auditnya, sehingga ada tidak komite audit tidak mempengaruhi peringkat obligasi.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Utami (2012) yang

menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi,

namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Rasyid dan Kostaman

(2013) menunjukkan bahwa jumlah komite audit berpengaruh signifikan terhadap

peringkat obligasi.

Berdasarkan hipotesis keenam dapat diketahui hasil uji t untuk variabel

sizememiliki nilai thitung (3,168) lebihbesardari pada ttabel (2,040) atau dapat dilihat

10

dari nilai signifikansi 0,004< α = 0,05. Hal ini berarti H6diterima, sehingga size

berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwasemakin besar perusahaan, potensi

mendiversikan risiko nonsistematik juga semakin besar sehingga membuat risiko

obligasi perusahaan tersebut menurun. Dengan begitu rasio ukuran perusahaan

dapat memberikan sinyal kepada investor bahwa semakin besarnya ukuran

perusahaan akan berpengaruh terhadap semakin tingginya peringkat obligasi,

semakin kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh pada semakin rendahnya

peringkat obligasi.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari, Palupi, dan Lestari

(2015) yang menyatakan bahwa size berpengaruh terhadap peringkat obligasi,

namun hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian Sejati (2010) menyatakan

bahwa size perusahaan yang diproksikan dengan total assets tidak mempengaruhi

prediksi peringkat obligasi.

Berdasarkan hipotesis ketujuh dapat diketahui hasil uji t untuk variabel

likuiditas memiliki nilai thitung (2,280) lebihbesardari pada ttabel (2,040) atau dapat

dilihat dari nilai signifikansi 0,032< α = 0,05. Hal ini berarti H7diterima,

sehingga likuiditas berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwakenaikan dari nilai likuiditas

memengaruhi probabilitas kenaikan peringkat obligasi perusahaan, dikarena

semakin tinggi likuiditas perusahaan makakemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin baik. Peminjam (lender)

menggunakan asset paling likuid sebagai sumber pembayaran utama dan bunga

sekuritas dalam asset financed (Joseph, 2002).

Hasil Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Adrian (2011) yang

menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap peringkat obligasi, namun

hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian Estiyanti dan Yasa (2012)

menyatakan bahwa variabel likuiditas tidak berpengaruh untuk menentukan

peringkat obligasi.

11

4. PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Ukuran dewan

komisaris, Proporsi dewan komisaris independen, Komite audit tidak berpengaruh

terhadap peringkat obligasi. Sedangkan Kepemilikan manajerial, kepemilikan

institusional, ukuran perusahaan, dan likuiditas berpengaruh terhadap peringkat

obligasi.

4.2 Keterbatasan penelitian

1. Periode yang digunakan dalam penelitian ini relatif singkat yaitu hanya 4

tahun sehingga kemungkinan kurang menunjukkan kondisi/ pola yang

sesungguhnya.

2. Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan metode pemilihan

sampel purposive sampling, sehingga perusahaan yang tidak sesuai dengan

kriteria akan dikeluarkan dari sampel penelitian, hal ini menyebabkan

jumlah sampel penelitian yang terbatas.

3. Sampel penelitian ini perusahaan manufaktur secara keseluruhan, tidak

mengelompokan sesuai dengan sub sektor, sehingga kemungkinan adanya

bias industri yang mempengaruhi hasil penelitian.

4.3 Saran

Dengan melihat hasil yang diperoleh, maka ditemukan beberapa saran yang

mungkin berguna, diantaranya sebagai berikut:

1. Diharapkan menambah periode pengamatan penelitian yang lebih lama

agar dapat menunjukkan kondisi/ pola yang sesungguhnya

2. Untuk penelitian berikutnya diharapkanmenggunakan metode pemilihan

sampel lain, sehingga sampel lebih banyak dan hasilnya akan lebih

tergeneralisasi.

3. Untuk penelitian berikutnya, diharapkan mengelompokan sesuai dengan

sub sektor industri, supaya mengurangi adanya bias data.

12

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Nicko. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat

Obligasi Pada Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia. Skripsi :

Universitas Diponegoro, Semarang

Amalia, Ninik. 2013. Pemeringkatan Obligasi Pt Pefindo : Berdasarkan

Informasi Keuangan. Jurnal. Universitas Negeri Semarang

Antonia, Edgina. 2008. Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan

Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial Dan Proporsi

Komite Audit Independen Terhadap Manajemen Lab. Universitas

Diponegoro, Semarang

Azriya, 2013. Analisis Pengaruh Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi terhadap

Peringkat Obligasi.Universitas Islam Sultan Agung, Semarang

Bhojraj, Sanjeev dan Partha Sengupta. 2003. Effect of Corporate Governance on

Bond Ratings and Yields: The Role of Institutional Investors and Outside

Directors. Journal of Business 76(3): 455-475

Damayanti, Eka Wahyu dan Fitriyah. Pengaruh Corporate Governance Dan

Rasio Akuntansi Terhadap Peringkat Obligasi. Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim, Malang

Endah, Erni. Pengaruh Ukuran Perusahaan (Firm Size), Profitabilitas, Likuiditas,

Produktivitas, Dan Leverage Terhadap Peringkat Obligasi. Universitas

Negeri Surabaya

Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

____________. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Halmn. 225. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

___________. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Cetakan ke IV. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Ibrahim, Hadiasman. 2008. Pengaruh Tingkat Suku Bunga,Peringkat Obligasi,

Ukuran Perusahaan dan Der Terhadap Yield To Maturity Obligasi

Korporasi Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006.Universitas

Diponegoro, Semarang

Mafudhoh,Ratih Umroh. 2014. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat

Obligasi. Univeresitas Diponegoro,Semarang

Magreta dan Poppy Nurmayanti. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Prediksi Peringkat Obligasi Ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non

Akuntansi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.11 No.3 Desember 2009,Hlm

143-15 : Universitas Riau

Maharti, Enny Dwi dan Daljono. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Peringkat Obligasi. Universitas Diponegoro, Semarang

Merckling, Jensen. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior,Agency Costs

and Ownership Structure. Harvard Business School

Pakarinti, Adia. 2012. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan

Instistusional, Kualitas Auditor, Profitabilitas, Likuiditas Dan Leverage

Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Diponegoro. Semarang

13

Pranata, Stevani. 2011. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance

Terhadap Peringkat Obligasi. Skripsi: Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Prasetyo, Adhi. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan

Profitabilitas Perusahaan Terhadap Peringkat Obligasi. Universitas

Diponegoro. Semarang

Putri, Grace. 2010. Analisis Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi

dalamMemprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur. Journal

Ilmu Administrasi dan Organisasi

Rasyid, Rosmita dan Ervina Joice Kostaman. 2013. Analisis Pengaruh Mekanisme

Corporate Governance Dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap

Peringkat Obligasi. Jurnal Akuntansi UKRIDA, Vol No.1 April 2013

Rahman, Anang Aulia. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia. Universitas Diponegoro, Semarang

Sari, Etika, Dyah Palupi, Titi Ayem Lestari. 2015. Faktor-Faktor yang

mempengaruhi Prediksi Obligasi (Studi Empiris Pada Emiten BUMN yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014). Jurnal.

Universitas Gunadarma

Sari, Maylia Pramono. 2007. Kemampuan Rasio Keuangan Sebagai Alat Untuk

Memprediksi Peringkat Obligasi (PT Pefindo). Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Vol. 14 No. 2 September 2007, Hlm 172-182 : Universitas Negeri

Semarang

Sari, Ni Made Sri Kristina dan Ida Bagus Badjra. 2016. Pengaruh Likuiditas,

Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Jaminan Terhadap Peringkat Obligasi

Pada Sektor Keuangan. E-Jurnal Manajemen Unud Vol. 5 No. 8.

Universitas Udayana, Bali

Setyapurnama, Yudi Santara., dan Vianey Norpratiwi. 2007. Pengaruh Corporate

Governance Terhadap Peringkat Obligasi dan Yield Obligasi. Artikel

Sihombing, Hengki Junius dan Eka Nuraini Rachmawati. 2015. Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan

Akuntansi I Vol.24 No. 1

Ujiyantho, Muh. Arif dan Bambang Agus Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate

Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”.Simposium

Nasional Akuntansi X. Makassar. 26-28 Juli

Utami, Ayu Gandar. 2012. Mekanisme Corporate Governance Terhadap

Peringkat Obligasi. Universitas Negeri Semarang.

Widowati, Dewi. Yeterina Nugrahanti, Ari Budi Kristanto. 2013. Analisis Faktor

Keuangan Dan Non Keuangan Yang Berpengaruh Pada Prediksi

Peringkat Obligasi Di Indonesia (Studi Pada Perusahaan Non Keuangan

Yang Terdaftar Di Bei Dan Di Daftar Peringkat PT Pefindo 2009-2011).

Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Wirawan, Gerianta. Pemeringkatan Obligasi Perdana Sebagai Pemicu

Manajemen Laba: Bukti Empiris Dari Pasar Modal Indonesia. Universitas

Jendral Sudirman, Purwakarta

www.idx.co.id

14

Yasa, Estianti. 2012. Pengaruh Faktor Keuangan Dan Non Keuangan Pada

Peringkat Obligasi Di Bursa Efek Indonesia.. Universitas Udayana

Zarkasyi, Moh. Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance: Pada Badan

Usaha Manufaktur, perbankan dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung:

Alfabeta

Zuhrotun dan Baridwan. 2005. “Pengaruh Pengumuman Peringkat Terhadap

Kinerja Obligasi”. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. 15-16

September