MEKANIS
-
Upload
imam-hartono -
Category
Documents
-
view
16 -
download
3
description
Transcript of MEKANIS
A. PRINSIP TATALAKSANA KEGAWATDARURATAN
Algoritma untuk penatalaksanaan awal pada penurunan kesadaran, apapun diagnosis
atau penyebab koma, beberapa prinsip umum manajemen dapat diaplikasikan pada
seluruh pasien dan harus diterapkan pada saat kita menjalankan pemeriksaan dan
merencanakan terapi definitif :
1. Pastikan oksigenasi
Pasien koma idealnya harus mempertahankan PaO2 lebih tinggi dari 100mmHg
dan PaCO2 antara 35 dan 40mmHg.
2. Pertahankan sirkulasi
Pertahankan tekanan darah arterial rerata (mean arterial pressure/MAP; 1/3
sistolik + 2/3 diastolik) antara 70 dan 80 mmHG dengan menggunakan obat-
obatan hipertensif dan atau hipotensif seperlunya. Secara umum, hipertensi tidak
boleh diterapi langsung kecuali tekanan diastolik di atas 120 mmHg. Pada pasien
lansia dengan riwayat hipertensi kronik, tekanan darah tidak boleh diturunkan
melebihi level dasar pasien tersebut, oleh karena hipotensi relatif dapat
menyebabkan hipoksia serebral. Pada pasien muda dan sebelumnya sehat, tekanan
sistolik di atas 70 atau 80 mmHg biasanya cukup, meskipun demikian apabila ada
peningkatan TIK maka MAP yang lebih tinggi harus di capai (misalnya di atas
65mmHg).
3. Kendalikan gula darah
Kadar glukosa harus dipertahankan secara ketat antara 80 dan 110mg/dL, bahkan
setelah episode hipoglikemia yang diterapi dengan glukosa prinsiip kehati-hatian
harus diterapkan untuk mencegah hipoglikemia ulangan. Infus glukosa dan air
(dekstrosa 5% atau 10%) sangat disarankan untuk diberikan sampai situasi stabil.
4. Turunkan tekanan intrakranial
Obat-obatan hiperosmolar harus diberikan untuk menurunkan kadar air otak
dengan menciptakan gradien osmolar antara sawar darah-otak yang utuh.
Mannitol biasa diberikan sebagai solusi 20% dengan dosis 1,5-2 g/kg secara
bolus. Mannitol juga menurunkan viskositas darah, meningkatkan perfusi serebral
dan juga dapat bertindak sebagai antioksidan. Baru-baru ini, salin hipertonik
mulai dipertimbangkan sebagai alternatif yang baik untuk mannitol. Salin
hipertonik diberikan dengan dosis 7 sampai 10g NaCl dengan konsentrasi antara
3% sampai 23,4% secara bolus,
Kortikosteroid juga diindikasikan pada pasien dengan suspek meningitis
bakterialis, dan harus diberikan bersamaan atau sebelum pemberian antibiotika
dengan dosis 10 mg setiap 6 jam.
Beberapa peneliti menyarankan penggunaan anestesi barbiturat untuk
menangani hipertensi intrakranial berat sebagai akibat dari trauma kapitis.
Pentobarbital dapat diberikan dengan dosis loading sebesar 10 mg/kg selama 30
menit diikuti dengan dosis 5mg/kg selama 60 menit untuk tiga dosis. Pasien
kemudian dipertahankan dengan dosis 1 sampai 3mg/kg untuk menjaga level
pentobarbital dalam darah antara 3 sampai 4mg/dL.
5. Hentikan kejang
Kejang berulang dengan etiologi apapun dapat menyebabkan kerusakan otak dan
harus dihentikan. Kejang umum dapat diterapi dengan lorazepam (sampai
0,1mg/kg) atau diazepam (0,1-0,3mg/kg) intravena.
6. Obati infeksi
Beragam infeksi dapat menyebabkan delirium atau koma, dan infeksi dapat
mengakserbasi coma dari sebab-sebab lainnya. Algoritme yang dapat digunakan
pada pasien koma dengan kecurigaan akibat infeksi (meningitis bakterialis).
7. Kendalikan kelainan asam basa dan elektrolit
Pada keadaan asidosis atau alkalosis metabolik, kadar pH biasanya akan kembali
ke keadaan normal dengan memperbaiki penyebabnya sesegera mungkin karena
asidosis metabolik dapat menekan fungsi jantung dan alkalosis metabolik dapat
mengganggu fungsi pernapasan. Asidosis respiratorik mendahului kegagalan
napas, sehingga harus menjadi peringatan kepada klinisi bahwa bantuan ventilator
mekanis mungkin diperlukan. Peningkatan kadar CO2 juga dapat menaikkan
tekanan intrakranial, sehingga harus di jaga dalam kadar senormal mungkin.
Alkalosis respiratorik dapat menyebabkan aritmia jantung dan menghambat upaya
penyapihan dari dukungan ventilator.
8. Kendalikan suhu tubuh
Hipertemia merupakan keadaan yang berbahaya karena meningkatkan kebutuhan
metabolisme serebral, bahkan pada tingkat yang ekstrim dapat mendenaturasi
protein selular otak. Suhu tubuh di atas 38,5°C pada pasien hipertermia harus
diturunkan dengan menggunakan antipiretik dan bila diperlukan dapat digunakan
pendinginan fisik (eq. selimut pendingin). Hipotermia signifikan (di bawah 34°C)
dapat menyebabkan pneumonia, aritmia jantung, kelainan elektrolit, hipovolemia,
asidosis metabolik, gangguan koagulasi, trombositopenia dan leukopenia.
9. Berikan tiamin
Pada pasien stupor atau koma dengan riwayat alkoholisme kronik dan atau
malnutrisi. Pada pasien-pasien seperti di atas, loading glukosa dapat
mempresipitasikan ensefalopati wernicke akut, oleh karena itu disarankan untuk
memberikan 50 sampai 100mg tiamin pada saat atau setelah pemberian glukosa.
10. Berikat antidotum spesifik (flumazenil, nalokson dsb.)
Banyak pasien datang ke unit gawat darurat dalam keadaan koma yang
disebabkan oleh overdosis obat-obatan. Salah satu diantara sekian banyak obat-
obatan sedatif, alkohol, opioid, penenang, opioid dan halusinogen. Pada saat ada
kecurigaan kuat bahwa ada zat spesifik yang telah dikonsumsi, maka beberapa
antagonis yang secara spesifik membalikkan efek obat-obatan penyebab koma
dapat berguna seperti Nalokson, Flumazenill, Fisostigmin, Fomepizol, Glukagon,
Hidroksokobalamin, Okreotid.
11. Kendalikan agitasi
Obat-obatan dengan dosis sedatif harus dihindarkan sampai dapat diperoleh
diagnosis yang jelas dan pasti bahwa permasalahan yang terjadi adalah metabolik
bukan struktural. Dosis kecil Lorazepam (0,5-1,0 mg per oral) diberikan dengan
dosis tambahan setiap 4 jam digunakan untuk mengendalikan agitasi. Apabila
ternyata tidak mencukupi, maka dapat diberikan Haloperidol 0,5-1,0mg per oral
atau intramuskular dua kali sehari, dosis tambahan setiap 4 jam. Pada pasien yang
telah mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan sedatif secara rutin, dosis yang
lebih besar dapat diperlukan oleh karena adanya toleransi silang. Penelitian
terbaru menunjukkan Valproat, Benzodiazepine, dan atau antipsikotik dapat
meredakan agitasi pada saat obat-obatan primer telah gagal. Untuk sedasi jangka
waktu sangat pendek, seperti yang diperlukan untuk melakukan CT-scan, maka
sedasi intravena dengan menggunakan Propofol atau Midazolam dapat digunakan.
B. EPILEPSI YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENSTRUASI?
kejang menstruasi adalah nyeri-nyeri di perut dan area-area pelvis yang dialami oleh
seorang wanita sebagai suatu akibat dari periode menstruasinya.
Beberapa wanita dengan kondisi neurologis mengalami peningkatan aktivitas dari
kondisi mereka pada waktu yang sama selama setiap siklus menstruasi. Sebagai contoh,
tetes kadar estrogen telah dikenaluntuk memicu migrain (sindrom neurologis Migran ),
terutama ketika wanita yang menderita migrain juga mengambil pil KB. Banyak wanita
dengan epilepsi mengalami kejang lebih dalam pola yang terkait dengan siklus
menstruasi, ini disebut "epilepsi catamenial". Pola yang berbeda-beda tampaknya ada
(seperti kejang bertepatan dengan waktu menstruasi, atau bertepatan dengan waktu
ovulasi), dan frekuensi dengan mana mereka terjadi belum kokoh. Menggunakan satu
definisi tertentu, satu kelompok ilmuwan menemukan bahwa sekitar sepertiga dari
wanita dengan epilepsi parsial keras memiliki epilepsi catamenial. Sebuah efek hormon
telah diusulkan, di mana progesteron menurun dan meningkatkan estrogen akan memicu
kejang. Baru-baru ini, penelitian telah menunjukkan bahwa dosis tinggi estrogen dapat
menyebabkan atau memperburuk kejang, sedangkan dosis tinggi progestrone dapat
bertindak sebagai obat anti epilepsi.
C. ASSESMENT KEJANG DAN JENIS-JENIS KEJANG?
Klasifikasi kejang
The International League Against Epilepsy (ILAE) membuat klasifikasi kejang epileptik
yang membagi kejang menjadi dua kelompok besar yaitu Kejang Parsial (fokal atau
lokal) dan Kejang Generalisata.
1. Kejang Parsial (Partial-onset Seizure)
Kejang Parsial bermula dari area fokus tertentu korteks serebri.
a. Kejang fokal sederhana
b. Kejang parsial kompleks
c. Kejang parsial yang menjadi umum
2. Kejang Generalisata (Generalized-onset Seizure)
Kejang Generalisata berawal dari kedua hemisfer serebri. Bisa bermula dari
talamus dan struktur subkortikal lainnya. Pada EEG ditemukan kelainan secara
serentak pada kedua hemisfer. Kejang generalisata memberikan manifetasi bilateral
pada tubuh dan ada gejala penurunan kesadaran. Kejang generalisata dapat
diklaifikasikan menjadi atonik, tonik, klonik, tonik klonik atau absence seizure.
Beberapa penyakit yang memberikan gambaran kejang generalisata antara lain :
Benign Neonatal Convulsion, Benign Myoclonic Epilepsy, Childhood Absence
Epilepsy, Juvenille Absence Epilepsy, Juvenille Myoclonic Epilepsy.
Kejang tonik adalah kekakuan kontraktur pada otot-otot, termasuk otot pernafasan.
Kejang klonik berupa gemetar yang bersifat lebih lama. Jika keduanya muncul
secara bersamaan maka disebut kejang tonik klonik (kejang Grand Mal).
3. Sebagian kejang yang lain sulit dikelompokkan pada salah satunya dimasukkan
sebagai kejang tidak terklasifikasi (Unclassified Seizure).
Penatalaksanaan Kejang
0 - 5 menit:
Yakinkan bahwa aliran udara pernafasan baik
Monitoring tanda vital, pertahankan perfusi oksigen ke jaringan, berikan oksigen
Bila keadaan pasien stabil, lakukan anamnesis terarah, pemeriksaan umum dan
neurologi secara cepat
Cari tanda-tanda trauma, kelumpuhan fokal dan tanda-tanda infeksi
5 – 10 menit:
Pemasangan akses intarvena
Pengambilan darah untuk pemeriksaan: darah rutin, glukosa, elektrolit
Pemberian diazepam 0,2 – 0,5 mg/kgbb secara intravena, atau diazepam rektal
0,5 mg/kgbb (berat badan < 10 kg = 5 mg; berat badan > 10 kg = 10 mg).
Dosis diazepam intravena atau rektal dapat diulang satu – dua kali setelah 5-10
menit..
Jika didapatkan hipoglikemia, berikan glukosa 25% 2ml/kgbb.
10 – 15 menit
Cenderung menjadi status konvulsivus
Berikan fenitoin 15 – 20 mg/kgbb intravena diencerkan dengan NaCl 0,9%
Dapat diberikan dosis ulangan fenitoin 5 – 10 mg/kgbb sampai maksimum dosis
30 mg/kgbb.
30 Menit
Berikan fenobarbital 10 mg/kgbb, dapat diberikan dosis tambahan 5-10 mg/kg
dengan interval 10 – 15 menit.
Pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan, seperti analisis gas darah, elektrolit,
gula darah. Lakukan koreksi sesuai kelainan yang ada. Awasi tanda-tanda depresi
pernafasan.
Bila kejang masih berlangsung siapkan intubasi dan kirim ke unit perawatan
intensif
Alur penanganan pada kejang
D. ASSESMENT PENURUNAN KESADARAN MUNURUT VITAMINE
Penyebab Metabolik atau Toksik pada Kasus Penurunan Kesadaran
No Penyebabmetabolikatausistemik Keterangan
1 Elektrolitimbalans Hipo- atauhipernatremia, hiperkalsemia,
gagalginjaldangagalhati.
2 Endokrin Hipoglikemia, ketoasidosisdiabetik
3 Vaskular Ensefalopatihipertensif
4 Toksik Overdosisobat, gas karbonmonoksida
(CO)
5 Nutrisi Defisiensi vitamin B12
6 Gangguanmetabolik Asidosislaktat
7 Gagal organ Uremia, hipoksemia, ensefalopatihepatik
Penyebab Struktural pada Kasus Penurunan Kesadaran
No Penyebabstruktural Keterangan
1 Vaskular Perdarahan subarakhnoid, infark batang
kortikal bilateral
2 Infeksi Abses, ensefalitis, meningitis
3 Neoplasma Primer atau metastasis
4 Trauma Hematoma, edema, kontusi hemoragik
5 Herniasi Herniasisentral, herniasi unkus, herniasi
singuli
6 Peningkatan tekanan
intrakranial
Proses desakruang