mekanika batuan
-
Upload
lia-fitria-rahmatillah -
Category
Documents
-
view
83 -
download
0
description
Transcript of mekanika batuan
I. SIFAT ELASTISITAS BATUAN TERHADAP METODE SEISMIC
Lapisan batuan bawah permukaan bumi memiliki sifat variatif yang dipengaruhi
oleh sifat elastisitas batuan. Salah satu metode geofisika yang digunakan untuk
mengetahui sifat elastisitas batuan adalah metode seismic, karena dalam perambatan
gelombang seismic sangat bergantung pada sifat elsatisitas batuan. Gelombang seismic
disebut gelombang elastic, karena menyebabkan deformasi pada bahan yang dilaluinya.
Dalam mempelajari gelombang seismic harus memahami mekanisme dan
evaluasi informasi dari gelombang tersebut melalui prinsip-prinsip dasar fisika yang
berkaitan dengan karakteristik gelombang seismic. karakteristik tersebut berkaitan
dengan cara pembangkitan gelombang, mekanisme penjalaran gelombang, pemantulan,
pembiasan, dan penghamburan gelombang. Teori elastisitas erat hubungannya dengan
karakteristik gelombang elastic, diantaranya yaitu:
Tegangan
Tegangan merupakan suatu vector yang didefinisikan sebagai perbandingan gaya
dengan luas, secara matematis yaitu:
Tegangan normal merupakan tegangan yang searah dengan gaya normal, yaitu:
Tegangan geser merupakan tegangan yang tegak lurus terhadap gaya normal, yaitu:
Regangan
Regangan merupakan perbandingan perubahan panjang dengan panjang mula-
mula yang dinyatakan sebagai turunan parsial dengan beranggapan bahwa X1 dan X2
tidak berubah pada saat X1 mengalami perubahan.
Dalam analisa regangan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Tensor Rotasi
Tensor rotasi didefinisikan sebagai perpindahan komponen akibat elemen
terterntu yang mengalami rotasi terhadap sumbu tertentu tanpa deformasi dan
menghasilakn sudut rotasi.
b. Regangan Geser
Regangan normal merupakan proses terjadinya deformasi pada arah horizontal.
Regangan geser atau disebut tensor regangan merupakan bidang yang mengalami rotasi
yang tegak lurus terhadap suatu sumbu.
c. Dilatasi
Adanya regangan geser mnyebabkan volume benda berubah yang menghasilkan
besaran θ yang disebut dilatasi.
Hukum Hooke
Hokum hooke menyatakan bahwa tegangan dan regangan memiliki hubungan
sifat elastic yang linear, yaitu:
Tegangan = konstanta x regangan
Konstanta tersebut terdiri dari λ dan μ yang disebut parameter elastic lame atau konstanta
lame.
Penurunan Persamaan Gelombang Seismik
Dalam penjalaran gelombang seismic gaya dalam seperti gaya gravitasi dapat
diabaikan, demikian juga uanutk perpindahan yang kecil d/dt dapat diganti dengan δ/ δt.
Pada gambar diatas terlihat perangkat tegangan (streses) yang bekerja pada arah
X1, persamaannya yaitu:
Melalui hubungan persamaan Hukum Hooke, untuk padatan yang isotropis
komponen stress dapat diganti dalam uangkapan perpindahan (displacement).
Untuk perpindahan dalam arah X1, X2, dan X3 dapat ditulis sebagai:
Persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk vector dengan asumsi:
Maka dapat dituliskan:
Suatu persamaan gelombang yang mendefinisikan penjalaran dilatasi cubical dengan
kecepatan:
Perumusan diatas menjadi bukti bahwa gelombang tekan (compressional waves)
yang bergerak dengan kecepatan α dapat menjalar pada sebarang padatan isotropis. Jika
persamaan diatas di operasikan dengan operator curl, maka persamaannya menjadi:
Persamaan diatas merupakan persamaan gelombang yang merepresentasikan
penjalaran rotasional murni yang menjalar dengna kecepatan β.
Persamaan diatas menjadi bukti adanya penjalaran gelobang transversal atau rotasional
pada padatan elastic isotropis. Gelombang yang mejalar dengan kecepatan lebih besar (α)
disebut gelombang compresional dilatasional, irotasional, atau gelombang P (primary).
Sedangkan gelombang kedua dengan kecepatan lebih rendah (β) disebut gelombang
distorsional, rotasional, shear, atau gelombang S (secondary). Hubungan parameter
elastic dengan kecepatan penjalaran gelombang adalah:
a. Modulus Kekakuan (Rigidity Modulus)
Modulus kekakuan adalah perbandingan komponen tegangan geser dengan
regangan geser yang bersesuaian.
b. Poison’s Ratio
Poison;s ratio merupakan perbandingan regangan longitudinal dengan regangan
normal.
c. Konstanta Lame
d. Modulus Young
Modulus young didefinisikan sebagai perbandingan tegangan normal dengan
kontraksi lateral yang disebabkannya.
e. Modulus Bulk
Modulus bulk merupakan perbandingan tekanan aksila dengna deformasi volume
yang dihasilkan.
II. SIFAT MEKANIKA BATUAN
Mekanika batuan didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat dan perilaku
batuan yang memperoleh gaya atau tekanan.
Sifat Batuan
a. Heterogen : mencakup jenis mineral pembentuk batuan yang berbeda, memiliki
ukuran dan bentuk partikel atau butir, serta penyebaran void yang berbeda di dalam
batuan.
b. Diskontinu : pada dasarnya masa batuan di alam diskontinu yang dipengaruhi oleh
adanya bidang-bidang lemah seperti crack, joint, fault, fissure dan lainnya, dimana
kerapatan, perluasan, dan orientasi dari bidang-bidang lemah tersebut diskontinu.
c. Anisotropy : diasumsikan bahwa suatu batuan memiliki nilai ekivalen untuk
mempermudahkan perhitungan dalam mekanika batuan yang didukung oleh adanya
sifat batuan berupa hetorogen, diskontinu, dan isotrop.
Ciri – Ciri Mekanika Batuan
a. Batuan dapat diasumsikan memiliki sifat kontinu apabila berukuran besar, solid, dan
massa batuan yang kuat atau keras.
b. Secara alamiah dan peninjauan lingkungan geologi, maka batuan dianggap diskontinu
yang memiliki kekar, fissure, schistosity, crack,cavities, dan diskontinuitas lainnya.
c. Secara mekanika, batuan merupakan sistem “multiple body”.
d. Analisis mekanika batuan diindentifikasikan pada bidang dan runag.
e. Mekanika batuan menggunakan teori elastisitas,teori plastisitaas, dan mempelajari
batuan, sistem struktur batuan secara eksperimen.
Sifat Mekanika Batuan
Sifat mekanika batuan terdiri dari kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas,
poison’s ratio yang pada keadaan tertentu batuan mengalami deformasi akibat adanya
faktor-faktor pendukung seperti gaya, tegasan, dan tarikan yang mempengaruhi karakter
suatu material.
III. RINGKASAN MATERI KULIAH DR. ALDRIN TOHARI (LIPI)
Likuifaksi
Sladen, at al (1995), mendefinisikan likuifaksi sebagai fenomena yang
mengidentifikasikan bahwa massa tanah kehilangan sebagian besar tahanan geser akibat
beban dinamik atau siklik, sehingga mengalir seperti cairan hingga tegangan geser yang
bekerja sebanding dengan berkurangnya tahanan geser.
Faktor Utama Pengontrol Likuifaksi Tanah
a. Intensitas dan Durasi Gempa Bumi
Kecepatan dan durasi gempa bumi yang mengindikasikan regangan geser (shear
strain) yang menghasilakn kontraksi partikel tanah dan tekanan air pori sehingga
terjadi likuifaksi.
Intensitas tinggi dan durasi lama, sehingga meningkatkan potensi likifaksi.
Akselerasi ag>0.1 gdan Ml>5.0 (Ishihara, 1985).
b. Muka Air Tanah
Kondisi muka air tanah dekat permukaan (< 4.0 m).
Fluktuasi pada muka air tanah mempengaruhi adanya likuifaksi.
c. Jenis Tanah
Ishihara mengungkapkan bahwa deposit pasir halus hingga medium dan pasir
yang mengandung partikel halus dengan plastisitas rendah, dan likuifaksi
terkadang terjadi pada pasir kerikilan.
Criteria tanah yang rentan terhadap likuifaksi memiliki persen partikel halus pada
0.005 mm < 15%, batas cair < 35%, dan kadar air tanah > 0.9 batas cair.
d. Kepadatan Relative
Tanah dengan kepadatan relative lepas dan tidak berkohesi akan rentan terhadap
likuifaksi.
Tanah non plastis lepas akan kontraktif selama goncangan sehingga
menyebabkan pembentukan tekanan air pori ekses.
e. Gradasi Ukuran Partikel
Tanah non plastis yang tergradasi uniform rentan terhadap likuifaksi
dibandingkan tanah tergradasi sangat baik, karena tanah yang tergradasi sangat baik
mengandung partikel halus yang mengisi rongga kosong diantara partikel besar,
sehingga cenderung mengurangi resiko selama goncangan yang menghasilkan
tekanan air pori lebih kecil.
f. Lingkungan pengendapan
Lingkungan yang rentan terhadap potensi liukuifaksi berupa endapan tanah asli
yang terbentuk pada lingkungan deposisi danau, sungai, dan laut.
g. Tekanan Keliling (confining pressure)
Kerentanan likuifaksi berkurang pada kondisi tekanan keliling yang bersar,
mencakup: muka iar tanah dalam, lapisana tanah yang dalam, dan beban pada
permukaan tanah.
h. Bentuk Partikel
Tanah yang mengandung partikel bulat rentan terhadap likuifaksi, karena
cenderung mudah mengalami pemadatan, sedangkan partikel menyudut tidak.
i. Umur dan sementasi
Deposit tanah berumur muda lebih rentan terhadap likuifaksi dibandingkan
deposit tua. Partikel tanah yang mengalami kompresi menjadi lebih stabil dan
pembentukan sementasi antar partikel dapat meningkatkan ketahanan terhadap
likuifaksi.
j. Lingkungan Terdahulu
Deposit tua yang sering mengalami goncangan akan kurang rentan tehadap
likuifaksi walapun memiliki kepadatan yang sama dengan deposit muda, (Finn, et al,
1970 ; Seed, at al 1975).
Syarat Terjadinya Likuifaksi
Adapun karakteristik untuk terjadinya likuifaksi meliputi:
a. Tanah berjenis lanau atau pasir lepas yang berumur Holocene.
b. Air tanah dangkal dengan kedalaman mata air tanah < 12 m.
c. Gempa bumi kuat berskala MMI > VI dengan durasi getaran lama lebih dari 1 menit.
Metode Investigasi Lapangan Bahaya Likuifaksi
Dalam menginvestigasi bahaya likuifaksi dapat menggunakan metode SPT
(standard Penetration Test) dan CPT (Cone Penetrating Test) dengan kedalaman
investigasi potensi likuifaksi sebesar 15 m dari permukaan tanah.
Kelebihan dan Keterbatasan Metode CPT Vs SPT
Adapun kelebihan metode CPT dibandingkan metode SPT meliputi data atau
profil tahanan tanah terhadap penetrasi yang menjauh mengindikasikan interpretasi
stratigrafi lapisan tanah dan dapat dilakukan pengujian yang lebih cepat serta ekonomis
dibandingkan pemboran dan uji laboratorium.
Adapun keterbatasan metode CPT yaitu tidak adanya sampel untuk uji
laboratorium, hanya memberikan perilaku jenis tanah bukan actual, dan kedalaman
pengujian dibatasi oleh lapisan tanah kerikilan.
Rasio Tegangan Siklik (CSR)
Dalam metode Seed dan Idriss (1970) mengungkapkan bahwa:
Dimana τav merupakan tegangan geser siklik akibat gempa bumi rata-rata, σvo adalah
tegangan vertical efektif sebelum gempa bumi, a max merupakan percepatana tanah
maksimum, g addalah percepatan gravitasi, dan rd merupakan faktor pengurangan
tegangan terhadap kedalaman, dengan nilai faktor pengurangannya adalah:
Evaluasi Penurunan Total Akibat Gempa Pada Lapisan Jenuh Air
Penurunan pada setiap lapisan tanah jenuh air (Ssat) dihasilkan dari perkalian
antara regangan volumetric (ɛv) dengan ketebalan setiap lapisan tanah (z):
S (sat) = (ɛv/100). dZ
Penurunan lapisan tanah jenuh air total akibat gempa (Stotal) adalah:
Stotal = ∑dasar
d
Ssat
Analisi Kerentanan Likuifaksi
Iwasaki dkk (1982), mengusulkan formula untuk mengkaji efek likuifaksi
terhadap infrastruktur yang memasukan faktor keamanan, yaitu:
Mitigasi dari Likuifaksi
Menghindari daerah yang rentan terhadap likuifaksi.
Mengontruksikan bahan bangunan tahan terhadap likifaksi,
Melakukan Ground Improvement, yaitu meningkatkan kepadatan dan kekuatan tanah
dengan menginjeksikan semen, kompaksi, dan mengontrol air pori tanah (vertical
drainage).