MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

20
67 Al-Ah} wa> l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H A. Pendahuluan Perbedaan antar manusia berpotensi men- jadi penyebab terjadinya konflik baik perbeda- an fisik, keyakinan, pola pikir, ataupun kepen- tingan. Faktor fundamental yang mendasari terjadinya konflik dan menimbulkan perseng- ketaan di antara manusia adalah tidak ter- penuhinya kepentingan sebagaimana yang di- inginkan. Oleh karena itu, manusia dalam menyelesaikan konflik dapat menggunakan akal dan panduan Al-Qur’an yang telah di- wujudkan oleh Nabi Muhammad dalam ber- Ermi Suhasti UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta [email protected] MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI PUTUSAN NO. 181/PDT. G/2013/PA.YK Rini Fahriyani Ilham UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta [email protected] Abstract In social life is often occur a dispute relating to the rights and obligations of various reasons. In general, the dispute can usually be resolved through mediation. Mediation can be applied outside the court (litigation) or in court (litigation), as in inheritance disputes for Muslims. Inheritance disputes, including one of the absolute authority of the Religious Court, with the object of dispute in the form of property. Inheritance disputes submitted to the Religious Court and resolved through mediation one of which was verdict No. 181 / Pdt. G / 2013 / PA.Yk which is decided by the Religious Court of Yogyakarta. This paper describes the mediation process and a review of Islamic law on mediation in the heritage dispute settlement process against the verdict. Heritage disputes in the verdict occurred because some of the heirs sold the estate and there are other heirs who have not got the part. [Dalam kehidupan bermasyarakat sering kali terjadi persengketaan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban dengan berbagai alasan. Pada umumnya sengketa dapat diselesaikan melalui mediasi. Mediasi dapat diterapkan di luar pengadilan (nonlitigasi) ataupun di pengadilan (litigasi), seperti dalam sengketa kewarisan bagi orang Islam. Sengketa kewarisan termasuk salah satu kewenangan absolut Pengadilan Agama dengan objek sengketa berupa harta benda. Sengketa waris yang diajukan ke Pengadilan Agama dan diselesaikan melalui mediasi salah satunya adalah Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta. Tulisan ini mendeskripsikan proses mediasi serta tinjauan hukum Islam terhadap proses mediasi dalam penyelesaian sengketa waris terhadap putusan tersebut. Sengketa waris dalam putusan tersebut terjadi karena sebagian ahli waris telah menjual harta warisan dan masih ada ahli waris lain yang belum mendapat bagian.] Kata Kunci: Mediasi, Sengketa, Waris, PA Yogyakarta bagai bentuk berupa fasilitasi, negosiasi, ajudi- kasi, rekonsiliasi, mediasi, arbitrase dan penye- lesaian sengketa melalui pengadilan (litigasi). 1 Dalam hubungan sosial kemasyarakatan, sengketa pada umumnya terjadi menyangkut hak dan kewajiban yang digolongkan dalam permasalahan perdata. Konflik dapat diselesai- kan salah satunya dengan mediasi baik di luar pengadilan (nonlitigasi) ataupun di pengadilan (litigasi). Implementasi mediasi dalam penye- lesaian perkara perdata terutama bagi yang beragama Islam dilaksanakan oleh Pengadilan 1 Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum adat, dan Hukum Nasional, cet. ke-2 (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 120-122.

Transcript of MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

Page 1: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

67

Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

A. PendahuluanPerbedaan antar manusia berpotensi men-

jadi penyebab terjadinya konflik baik perbeda-an fisik, keyakinan, pola pikir, ataupun kepen-tingan. Faktor fundamental yang mendasariterjadinya konflik dan menimbulkan perseng-ketaan di antara manusia adalah tidak ter-penuhinya kepentingan sebagaimana yang di-inginkan. Oleh karena itu, manusia dalammenyelesaikan konflik dapat menggunakanakal dan panduan Al-Qur’an yang telah di-wujudkan oleh Nabi Muhammad dalam ber-

Ermi SuhastiUIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

[email protected]

MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS:STUDI PUTUSAN NO. 181/PDT. G/2013/PA.YK

Rini Fahriyani IlhamUIN Sunan Kalijaga [email protected]

AbstractIn social life is often occur a dispute relating to the rights and obligations of various reasons. In general,

the dispute can usually be resolved through mediation. Mediation can be applied outside the court (litigation)or in court (litigation), as in inheritance disputes for Muslims. Inheritance disputes, including one of theabsolute authority of the Religious Court, with the object of dispute in the form of property. Inheritancedisputes submitted to the Religious Court and resolved through mediation one of which was verdict No. 181/ Pdt. G / 2013 / PA.Yk which is decided by the Religious Court of Yogyakarta. This paper describes themediation process and a review of Islamic law on mediation in the heritage dispute settlement process againstthe verdict. Heritage disputes in the verdict occurred because some of the heirs sold the estate and there areother heirs who have not got the part.

[Dalam kehidupan bermasyarakat sering kali terjadi persengketaan yang berkaitan denganhak dan kewajiban dengan berbagai alasan. Pada umumnya sengketa dapat diselesaikan melaluimediasi. Mediasi dapat diterapkan di luar pengadilan (nonlitigasi) ataupun di pengadilan (litigasi),seperti dalam sengketa kewarisan bagi orang Islam. Sengketa kewarisan termasuk salah satukewenangan absolut Pengadilan Agama dengan objek sengketa berupa harta benda. Sengketawaris yang diajukan ke Pengadilan Agama dan diselesaikan melalui mediasi salah satunya adalahPutusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta. Tulisanini mendeskripsikan proses mediasi serta tinjauan hukum Islam terhadap proses mediasi dalampenyelesaian sengketa waris terhadap putusan tersebut. Sengketa waris dalam putusan tersebutterjadi karena sebagian ahli waris telah menjual harta warisan dan masih ada ahli waris lain yangbelum mendapat bagian.]

Kata Kunci: Mediasi, Sengketa, Waris, PA Yogyakarta

bagai bentuk berupa fasilitasi, negosiasi, ajudi-kasi, rekonsiliasi, mediasi, arbitrase dan penye-lesaian sengketa melalui pengadilan (litigasi).1

Dalam hubungan sosial kemasyarakatan,sengketa pada umumnya terjadi menyangkuthak dan kewajiban yang digolongkan dalampermasalahan perdata. Konflik dapat diselesai-kan salah satunya dengan mediasi baik di luarpengadilan (nonlitigasi) ataupun di pengadilan(litigasi). Implementasi mediasi dalam penye-lesaian perkara perdata terutama bagi yangberagama Islam dilaksanakan oleh Pengadilan

1 Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum adat, dan Hukum Nasional, cet. ke-2 (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.120-122.

Page 2: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

68 Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

Agama. Mediasi bisa dilakukan di awal litigasimaupun selama litigasi terhadap perkara per-ceraian, gugatan waris, gugatan harta bersama,gugatan nafkah, hadhanah, dan sebagainya.

Sengketa kewarisan yang terjadi di masya-rakat umumnya tertumpu pada pembagianharta warisan karena ada ahli waris yang tidakmendapatkan haknya, atau ada sebagian ahliwaris yang menguasai harta warisan. Sengketajuga terjadi apabila harta warisan telah dijualoleh salah satu ahli waris tanpa persetujuanahli waris lainnya, perbedaan pendapat, ada-nya benturan kepentingan dan tindakan be-berapa pihak yang mengulur pembagian wa-risan dengan motif tertentu.2 Perkara sengketawaris akan diperiksa di pengadilan melalui pro-ses ajudikasi. Sebelum itu majelis hakim harusmenawarkan penyelesaian sengketa melaluiperdamaian sesuai pasal 130 HIR dan 154 RBgagar putusan tidak batal demi hukum.3 Penye-lesaian sengketa melalui perdamaian di peng-adilan dilakukan dengan mediasi dan dibantuoleh seorang mediator baik dari kalanganhakim pengadilan maupun mediator dari luarpengadilan. Penyelesaian sengketa dengan caraditengahi oleh pihak ketiga dalam Islam disebutdengan tah }kim.

Pelaksanaan mediasi di pengadilan berpe-doman pada PERMA No. 1 Tahun 2008 yangdimaksudkan untuk memberi kepastian hu-kum, ketertiban dan kelancaran dalam prosespenyelesaian suatu sengketa perdata agar da-pat menghasilkan perdamaian.4 KemudianPERMA No. 1 Tahun 2016 diundangkan se-

bagai penyempurna PERMA sebelumnya agarpelaksanaan mediasi di pengadilan lebih op-timal dan berdayaguna, sehingga dapat me-ningkatkan keberhasilan mediasi di peng-adilan.5 Jika para pihak dapat mencapai kese-pakatan perdamaian, maka kesepakatan ter-sebut dirumuskan dalam bentuk tulisan dan di-kuatkan dalam akta perdamaian yang diterbit-kan oleh pengadilan melalui sebuah putusan.Akta perdamaian memiliki kekuatan yang samadengan putusan hakim. Kesepakatan per-damaian merupakan penyelesaian yang tuntasterhadap persengketaan, dan kesepakatan yangtelah dituangkan ke dalam akta perdamaianmerupakan suatu penyelesaian yang mengikatdan final.6

Perkara kewarisan yang masuk ke Peng-adilan Agama Yogyakarta kebanyakan berupapermohonan untuk menetapkan ahli waris.Jumlah perkara waris yang masuk dari tahun2013-2015 ada 41 perkara dengan jenis perkaragugatan waris sebanyak 11 perkara dan Per-mohonan Penetapan Pembagian Harta Pe-ninggalan (P3HP) sebanyak 30 perkara. Perkarawaris yang diputus dari tahun 2013-2015 ada31 perkara dengan jenis gugatan waris sebanyak10 perkara dan P3HP 21 perkara.7 Dari 10 dataperkara gugat waris yang diputus, 1 (satu)perkara dapat diselesaikan melalui mediasi dandapat mencapai kesepakatan damai, 1 (satu)perkara ditolak, 5 (lima) perkara dicabut dan 3(tiga) perkara gugatan dikabulkan.8 Perkaragugat waris yang telah diselesaikan oleh Peng-adilan Agama Yogyakarta melalui mediasi di-temui pada Putusan No. 181/Pdt. G/2013/

2 Ibid., hlm. 119.3 Pasal 2 ayat (3) PERMA No. 1 Tahun 2008, berbunyi,” Tidak menempuh prosedur mediasi berdasarkan peraturan ini

merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130 HIR dan atau Pasal 154 Rbg yang mengakibatkan putusanbatal demi hukum.”

4 Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat dan Hukum Nasional, hlm. 311.5 PERMA No. 1 Tahun 2016 menimbang bahwa Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008

tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan belum optimal memenuhi kebutuhan pelaksanaan Mediasi yang lebihberdayaguna dan mampu meningkatkan keberhasilan Mediasi di Pengadilan.

6 D.Y. Witanto, Hukum Acara Mediasi dalam Perkara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum dan Peradilan Agama MenurutPERMA No. 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, cet. ke-2 (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 27.

7 Observasi Perkara Kewarisan dan P3HP yang Diterima Pengadilan Agama Yogyakarta, Yogyakarta, 18 Maret 2016.8 Observasi Perkara Kewarisan yang Diputus Pengadilan Agama Yogyakarta, Yogyakarta, 18 Maret 2016.

Page 3: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

69

Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

PA.Yk tahun 2013. Perkara tersebut diselesaikanmelalui beberapa kali proses mediasi dan per-sidangan hingga para pihak dapat didamaikan.9Kesepakatan yang telah dituangkan dalam aktaperdamaian bertujuan untuk menghukum parapihak untuk dapat melaksanakan isi perdamai-an yang telah mereka buat.10

Sengketa perkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk diawali ketika harta warisan dijual olehsebagian ahli waris dan hasilnya dibagi tetapimasih ada ahli waris lain yang belum menerimabagiannya. Perkara tersebut berhasil diselesai-kan melalui mediasi karena para pihak men-jalani proses mediasi dibarengi dengan iktikadbaik serta tekad untuk dapat menyelesaikankonflik tanpa harus mengorbankan hubungankekeluargaan. Mediator dalam menyelesaikansuatu sengketa memiliki peran penting untukmenciptakan peluang damai dan menciptakankomunikasi yang efektif agar memperoleh hasilyang saling menguntungkan. Berdasarkan pe-maparan di atas terkait dengan sengketa ke-warisan yang dapat diselesaikan melalui me-diasi, perlu untuk mendeskripsikan “Mediasi danSengketa Waris: Studi Putusan tahun 2013 di Peng-adilan Agama Yogyakarta. Tulisan ini menjelas-kan proses penyelesaian sengketa waris melaluimediasi untuk memperoleh perdamaian sertapraktik mediasi prespektif hukum Islam.

B. Mediasi dalam Lembaga PeradilanPengertian mediasi menurut beberapa ahli

resolusi konflik, di antaranya Laurence Bollemenyatakan bahwa mediasi merupakan suatuproses yang dilakukan para pihak untuk men-

cari kesepakatan yang dibantu oleh mediatorsebagai pihak ketiga.11 Garry Goopaster (sic:Gary Goodpaster) mendefinisikan mediasisebagai proses negosiasi12 dalam memecahkanmasalah di mana pihak ketiga bersifat netral(imparsial) dalam membantu para pihak me-nentukan kesepakatan perjanjian yang me-muaskan.13. Definisi mediasi menurut Per-aturan Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2016menyatakan bahwa, “Mediasi adalah cara pe-nyelesaian sengketa melalui proses perunding-an untuk memperoleh kesepakatan para pihakdengan dibantu oleh mediator.”14 Beberapadefinisi mediasi yang telah disampaikan di atas,dapat disimpulkan bahwa mediasi adalah salahsatu proses penyelesaian konflik di mana parapihak yang berselisih bersama-sama berinisiatifmencari kesepakatan dengan dibantu olehpihak ketiga sebagai mediator yang bersifatnetral atau tidak memihak untuk mengako-modir kebutuhan mereka, sehingga dapat me-numbuhkan kepercayaan pihak yang berseng-keta yang akan memudahkan proses mediasi.Dengan adanya mediasi dapat membawa parapihak pada kesepakatan yang saling mengun-tungkan karena tidak ada pihak yang merasamenang atau kalah (win-win solution). Mediasidapat diterapkan dalam sengketa perdata baikdalam wilayah hukum keluarga, waris, per-bankan, kontrak, atau bisnis.

Al-Qur’an dan hadis dalam Islam mena-warkan cara penyelesaian sengketa baik me-lalui pengadilan (litigasi) melalui pembuktianfakta hukum (ajudikasi) maupun di luar peng-adilan (nonlitigasi) melalui perdamaian (s }ulh}).15

9 Wawancara dengan Bapak Drs. Muhammad Nuryadin, Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Yogyakarta,tanggal 20 Oktober 2015.

1 0 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cet. ke-9 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 95.1 1 Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, hlm. 4.1 2 Negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan bersama anatra satu

pihak dengan pihak yang lain.13 Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, hlm. 5. Menurut Wirawan mediasi

adalah proses manajemen konflik yang dilakukan para pihak yang terlibat konflik untuk bernegosiasi mencarikesepakatan bersama dengan dibantu oleh mediator. Selengkapnya lihat Wirawan, Konflik dan manajemen KonflikTeori, Aplikasi dan Penelitian (Jakarta: Salemba Humanika, 2013), hlm. 200.

1 4 Pasal 1 ayat (1).15 Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional,, hlm. 157.

Page 4: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

70 Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

S}ulh} merupakan suatu jalan untuk mengakhirisengketa yang terjadi melalui perdamaian yangdapat dilakukan di depan maupun di luar peng-adilan dengan pertimbangan bahwa s}ulh} dapatmemuaskan para pihak dan tidak ada pihakyang merasa menang atau kalah, sehingga s }ulh}dapat mengantarkan pada ketentraman hati,kepuasan dan memperkuat tali silaturami.16

Pola s }ulh } ini dapat dikembangkan menjadiberbagai alternatif peyelesaian sengketa berupamediasi, arbitrase, negosiasi, ajudikasi dan lain-lain.

Penerapan mediasi di Pengadilan berawaldari pasal 130 HIR, pasal 154 RBg dan pasal31 Rv yang mengatur tentang lembaga per-damaian (dading). Proses mediasi di pengadilandilembagakan melalui PERMA No. 2 Tahun2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan,kemudian disempurnakan dengan PERMA No.1 Tahun 2008.17 PERMA No. 1 Tahun 2008belum dapat mengoptimalkan peran mediasidi pengadilan, karena itu diundangkan lagiPERMA No. 1 Tahun 2016 tentang ProsedurMediasi di Pengadilan dengan tujuan memper-kuat dan memaksimalkan daya guna mediasidalam proses berperkara di Pengadilan.18

Alasan penginstitusionalisasian mediasi dalamlembaga peradilan yaitu, untuk mengatasi ma-salah penumpukan perkara, mediasi merupa-kan proses penyelesaian sengketa yang lebihcepat dan murah, mediasi memberikan aksesbagi para pihak untuk menemukan penyelesai-an yang memuaskan dan memenuhi rasa keadil-an, dan untuk memaksimalkan fungsi lembagaperadilan dalam menyelesaikan perkara di sam-ping penyelesaian yang bersifat ajudikatif.19

Dengan adanya sistem hukum Indonesia yangmemberikan peluang untuk melakukan upayahukum banding, kasasi atau peninjauan kem-bali, penerapan asas sederhana, cepat dan biaya

ringan terkendala dengan banyaknya perkarayang masuk, tenaga hakim yang terbatas, danminimnya fasilitas. Adanya mediasi akan mem-perkuat dan memaksimalkan fungsi lembagaperadilan dalam menyelesaikan perkara sertadapat menjadi instrumen yang efektif dalammengatasi penumpukan perkara, selain meng-gunakan sistem ajudikasi. Oleh karena itu, per-kara perdata yang masuk ke pengadilan wajibdiusahakan perdamaian sebelum dilakukanpemeriksaan dalam proses persidangan ber-dasarkan pasal 130 HIR dan pasal 154 RBg.

Proses penyelesaian sengketa dengan di-bantu oleh pihak ketiga dalam Islam dikenal de-ngan h}akam berdasarkan firman Allah berikut.

“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaanantara keduanya, maka kirimlah seorang hakamdari keluarga laki-laki dan seorang hakam darikeluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itubermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allahmemberi taufik kepada suami-istri itu.”

Ayat di atas menganjurkan adanya pihakketiga sebagai penengah atau mediator dalampenyelesaian sengketa. Keberadaan pihakketiga sangat penting dalam menjembatanipara pihak yang bersengketa. Walaupun asbaban-nuzul ayat tersebut mengenai sengketakeluarga, namun konsep h}akam dapat diapli-kasikan pada sengketa perdata lainnya yangberhubungan dengan hak-hak kemanusiaanseperti sengketa kewarisan. Keberadaan s }ulh }sebagai upaya damai dalam penyelesaian seng-keta antar sesama muslim yang bertikai sebagai-mana dijelaskan dalam firman Allah sebagaiberikut.

16 Ibid., hlm.159-160.17 Rachmadi Usman, Mediasi di Pengadilan dalam Teori dan Praktik (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 6.18 PERMA No. 1 Tahun 2016.19 Ibid.20 An-Nisâ’ (4) : 35.

20

Page 5: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

71

Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah ber-saudara karena itu damaikanlah antara keduasaudaramu dan bertakwalah kepada Allah supayakamu mendapat rahmat.”

1. Prosedur Mediasi dalam PERMA No. 1Tahun 2008Ketika para pihak hadir pada sidang per-

tama, hakim mewajibkan para pihak untukmelakukan proses mediasi dan memilih media-tor selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah harisidang.22 Hal ini dimaksudkan agar tercapaiasas sederhana, cepat dan biaya ringan dalampenyelesaian perkara. Mediator bisa berasaldari kalangan hakim pengadilan yang bukanpemeriksa perkara atau mediator dari luarseperti advokat atau akademisi hukum.23

Pentingnya pelaksanaan mediasi dalamacara pemeriksaan perkara, maka ketidak-hadiran turut tergugat tidak menghalangi pe-laksanaan mediasi, dan hakim dapat menundapersidangan untuk memberikan kesempatankepada para pihak untuk melakukan mediasi.24

Iktikad baik para pihak menjadi modal utamadalam menjalankan mediasi.25 Jika salah satupihak tidak beriktikad baik selama mediasi,maka akan menghambat pencapaian kese-pakatan, sehingga perlu ditanamkan pema-haman bahwa penyelesaian sengketa melalui

mediasi akan memberikan keuntungan bagimasing-masing pihak. Prosedur mediasi ber-dasar PERMA No. 1 Tahun 2008 terdiri daridua tahap, yaitu tahap pramediasi dan prosesmediasi yang tercantum dalam pasal 7 sampaipasal 20.

Tahap pramediasi merupakan tahap awalpenyusunan langkah dan persiapan mediatordalam mediasi. Tahap pramediasi merupakantahap yang menentukan akan terlaksana atautidaknya proses mediasi, sehingga mediatorperlu melakukan beberapa langkah. Langkah-langkah yang bisa ditempuh mediator padatahap pramediasi yaitu, membangun keper-cayaan diri, menghubungi para pihak, mem-berikan informasi awal tentang mediasi, fokuske masa depan, mengkoordinasikan para pi-hak, mewaspadai perbedaan budaya, menen-tukan kehadiran, menentukan tujuan pertemu-an dan menyepakati waktu dan tempat, danmenciptakan rasa aman bagi para pihak.26

Setelah melakukan beberapa langkah dalamtahap pramediasi, kemudian masuk dalamproses mediasi. Beberapa langkah yang di-lakukan selama proses mediasi, yaitu sambut-an pendahuluan dari mediator, presentasi danpemaparan masing-masing pihak, mengiden-tifikasi permasalahan, melakukan negosiasidan jika diperlukan dilakukan kaukus, men-ciptakan opsi-opsi, menemukan kesepemaham-an dan merumuskan kesepakatan, mencatatdan memeriksa kembali kesepakatan, dan me-nutup proses mediasi.27 Mediator juga dapat

21 Al-Hujurat (49) : 10.22 Pasal 11 ayat (1) PERMA No. 1 Tahun 2008. (1) Setelah para pihak hadir pada hari sidang pertama, hakim mewajibkan

para pihak pada hari itu juga atau paling lama 2 (dua) hari kerja berikutnya untuk berunding guna memilihmediator termasuk biaya yang mungkin timbul akibat pilihan penggunaan mediator bukan hakim.

23 Pasal 8 PERMA No. 1 Tahun 2008, menyebutkan, “Para pihak berhak memilih mediator di antara pilihan-pilihanberikut: a. Hakim bukan pemeriksa perkara pada pengadilan yang bersangkutan; b. Advokat atau akademisi hukum;c. Profesi bukan hukum yang dianggap para pihak menguasai atau berpengalaman dalam pokok sengketa; d.Hakim majelis pemeriksa perkara; e. Gabungan antara mediator yang disebut dalam butir a dan d, atau gabunganbutir b dan d, atau gabungan butir c dan d.”

24 PERMA No. 1 Tahun 2008. Pasal 7 ayat (2) Ketidakhadiran pihak turut tergugat tidak menghalangi pelaksanaanmediasi. dan (5) Hakim wajib menunda proses persidangan perkara untuk memberikan kesempatan kepada parapihak menempuh proses mediasi.

25 Pasal 12 ayat (1) PERMA No. 1 Tahun 2008. (1) Para pihakwajib menempuh proses mediasi dengan iktikad baik.26 Syahrizzal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, hlm. 37.27 Ibid., hlm. 44.

Page 6: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

72 Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

menghadirkan pihak ahli dengan persetujuanpara pihak untuk membantu memberikan pen-jelasan dan pertimbangan ketika terjadi per-bedaan pendapat dan biaya ditanggung parapihak berdasarkan kesepakatan.28

Mediasi dilakukan dalam waktu 40 (empatpuluh) hari kerja sejak ditunjuk seorangmediator untuk mendamaikan para pihak dandapat diperpanjang 14 (empat belas) hari kerjadengan kesepakatan para pihak.29 Hasil kese-pakatan dapat dirumuskan dan ditulis denganditandatangani oleh masing-masing pihak danmemberitahukannnya kepada hakim yangmemeriksa perkara untuk dikuatkan dalambentuk akta perdamaian.30 Hasil akhir dari pro-ses mediasi dapat diimplementasikan denganmenjalankan kesepakatan yang telah dibuatsesuai dengan komitmen para pihak ketikamenjalani proses mediasi jika para pihak ber-damai. Pelaksanaan kesepakatan dapat di-mintakan upaya paksa melalui pengadilan jikasalah satu pihak enggan melaksanakan kese-

pakatan yang telah dibuat. Jika selama prosesmediasi para pihak tidak dapat berdamai dantidak dapat mencapai kesepakatan, maka per-sengketaan dilanjutkan ke persidangan untukdiperiksa. Hakim dalam persidangan dalamtiap tahapan juga tetap mendorong para pihakuntuk melakukan perdamaian sebelum putus-an diucapkan. Peluang perdamaian dapat di-tempuh para pihak tidak hanya di pengadilantingkat pertama, tetapi bisa ditempuh di tingkatbanding, kasasi dan peninjauan kembali sepan-jang perkara yang diperiksa belum di putus.31

Kehendak para pihak untuk melakukan me-diasi disampaikan melalui pengadilan tingkatpertama, sehingga proses pemeriksaan dapatditunda 14 (empat belas) hari kerja sejak diberi-tahukan atau sebelum berkas dikirim.32 Pelak-sanaan mediasi pada tingkat banding, kasasidan peninjauan kembali berlangsung selama14 (empat belas) hari kerja sejak para pihakmenyempaikan kehendaknya untuk melaku-kan mediasi.33 Jika perdamaian dapat dicapai,

28 Pasal 16 ayat (1) PERMA No. 1 Tahun 2008. (1) Atas persetujuan para pihak atau kuasa hukum, mediator dapatmengundang seorang atau lebih ahli dalam bidang tertentu untuk memberikan penjelasan atau pertimbangan yangdapat membantu menyelesaikan perbedaan pendapat di antara para pihak.

29 Pasal 13 ayat (4) PERMA No. 1 Tahun 2008. (4) Atas dasar kesepakatan para pihak, jangka waktu mediasi dapatdiperpanjang paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak berakhir masa 40 (empat puluh) hari sebagaimanadimaksud dalam ayat 3.

30 Pasal 17 PERMA No. 1 Tahun 2008, menjelaskan.”(1) Jika mediasi menghasilkan kesepakatan perdamaian, parapihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditandatanganioleh para pihak dan mediator; (2) Jika dalam proses mediasi para pihak diwakili oleh kuasa hukum, para pihakwajib menyatakan secara tertulis persetujuan atas kesepakatan yang dicapai; (3) Sebelum para pihak menandatanganikesepakatan, mediator memeriksa materi kesepakatan perdamaian untuk menghindari ada kesepakatan yangbertentangan dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktikad tidak baik; (4) Parapihak wajib menghadap kembali kepada hakim pada hari sidang yang telah ditentukan untuk memberitahukankesepakatan perdamaian; (5) Para pihak dapat mengajukan kesepakatan perdamaian kepada hakim untuk dikuatkandalam bentuk akta perdamaian; (6) Jika para pihak tidak menghendaki kesepakatan perdamaian dikuatkan dalambentuk akta perdamaian, kesepakatan perdamaian harus memuat klausula pencabutan gugatan dan atau klausulayang menyatakan perkara telah selesai.”

31 Pasal 21 ayat (1) PERMA No. 1 Tahun 2008, menjelaskan (1) Para pihak, atas dasar kesepakatan mereka, dapatmenempuh upaya perdamaian terhadap perkara yang sedang dalam proses banding, kasasi, atau peninjauan kembaliatau terhadap perkara yang sedang diperiksa pada tingkat banding, kasasi, dan peninjauan kembali sepanjangperkara itu belum diputus.

32 Pasal 21 ayat (4) dan (5) PERMA No. 1 Tahun 2008. (4) Jika perkara yang bersangkutan sedang diperiksa di tingkatbanding, kasasi, dan peninjauan kembali majelis hakim pemeriksa di tingkat banding, kasasi, dan peninjauankembali wajib menunda pemeriksaan perkara yang bersangkutan selama 14 (empat belas) hari kerja sejak menerimapemberitahuan tentang kehendak para pihak menempuh perdamaian. (5) Jika berkas atau memori banding, kasasi,dan peninjauan kembali belum dikirimkan, Ketua Pengadilan Tingkat Pertama yang bersangkutan wajib menundapengiriman berkas atau memori banding, kasasi, dan peninjauan kembali untuk member! kesempatan para pihakmengupayakan perdamaian.

33 Pasal 22 ayat (1) PERMA No. 1 Tahun 2008. (1) Upaya perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)berlangsung paling lama 14 (empat betas) hari kerja sejak penyampaian kehendak tertulis para pihak diterimaKetua Pengadilan Tingkat Pertama.

Page 7: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

73

Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

maka dibuat akta perdamaian oleh pengadilantingkat pertama dan ditandatangani oleh ma-jelis banding, kasasi dan peninjauan kembaliselambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerjasejak dicatat dalam register perkara.34

2. Prosedur Mediasi dalam PERMA No. 1Tahun 2016Prosedur mediasi yang diatur dalam PERMA

No. 1 Tahun 2008 pelaksanaannya dinilaibelum optimal dalam memenuhi kedayaguna-an mediasi di lembaga peradilan, sehingga perludisempurnakan dengan PERMA No. 1 Tahun2016. PERMA No. 1 Tahun 2016 diundangkanpada 4 Februari 2016 dan merubah beberapaaturan dalam PERMA No. 1 Tahun 2008 sertapenambahan hal-hal baru menjadi IX (sembilan)BAB dan 39 pasal. Peraturan dalam PERMAyang baru berlaku di Peradilan Umum atauPeradilan Agama saja dan peradilan lainnya da-pat menerapkan jika dimungkinkan oleh per-undang-undangan. Mediasi wajib ditawarkanmajelis hakim Pengadilan Tingkat Pertamasebelum proses pemeriksaan perkara, bila tidakberarti telah melanggar aturan dalam PERMAtersebut. Jika para pihak melakukan bandingatau kasasi, maka Pengadilan Tingkat Banding

atau Mahkamah Agung memerintahkan untukmelakukan mediasi dengan putusan sela.35 PadaPERMA yang baru, peniadaan mediasi sebelumproses pemeriksaan perkara tidakmengakibatkan putusan batal demi hukumseperti yang disebutkan pada pasal 2 ayat (3)PERMA No. 1 Tahun 2008.

Perkara yang wajib dimediasi dan penge-cualiannya dirinci pada pasal 4, sedangkanketentuan jenis perkara yang disebutkan padaPERMA No. 1 Tahun 2008 hanya secara umum.Perkara pengecualian pada pasal 4 dapat di-selesaikan melalui perdamaian sukarela yangdisebut di pasal 33 dan 34.36 Mediasi tidak da-pat dilakukan jika sengketa melibatkan we-wenang pihak kementrian/lembaga/instansidan BUMN/BUMD yang menjadi pihak ber-perkara kecuali telah disetujui secara tertulisuntuk melakukan mediasi.37

Ketertutupan mediasi tidak menghalangipara pihak untuk mengikuti pertemuan me-diasi lewat alat komunikasi untuk memper-mudah pelaksanaan mediasi.38 Hal tersebutjuga menghindari para pihak yang tidak meng-hadiri kegiatan mediasi dengan alasan jarakyang jauh. Berdasarkan ketentuan tersebut,para pihak dituntut berperan aktif menghadiri

34 PERMA No. 1 Tahun 2008. Pasal 22 ayat (5) Para pihak melalui Ketua Pengadilan Tingkat Pertama dapat mengajukankesepakatan perdamaian secara tertulis kepada majelis hakim tingkat banding, kasasi, atau peninjauan kembaliuntuk dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian; ) dan (6) Akta perdamaian ditandatangani oleh majelis hakimbanding, kasasi, atau peninjauan kembali dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak dicatatdalam register induk perkara.

35 PERMA No. 1 Tahun 2016, Pasal 3 ayat menyebutkan (3) Hakim Pemeriksa Perkara yang tidak memerintahkan ParaPihak untuk menempuh Mediasi sehingga Para Pihak tidak melakukan Mediasi telah melanggar ketentuan peraturanperundang-undangan yang mengatur mengenai Mediasi di Pengadilan. (4) Dalam hal terjadi pelanggaran terhadapketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), apabila diajukan upaya hukum maka Pengadilan Tingkat Bandingatau Mahkamah Agung dengan putusan sela memerintahkan Pengadilan Tingkat Pertama untuk melakukan prosesMediasi.

36 PERMA No. 1 Tahun 2016, Pasal 4 ayat (4) (4) Berdasarkan kesepakatan Para Pihak, sengketa yang dikecualikankewajiban Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf c, dan huruf e tetap dapat diselesaikanmelalui Mediasi sukarela pada tahap pemeriksaan perkara dan tingkat upaya hukum.

37 Pasal 32 ayat (2) huruf b PERMA No. 1 Tahun 2016. (2) Mediator wajib menyatakan Mediasi tidak dapat dilaksanakandan memberitahukannya secara tertulis kepada Hakim Pemeriksa Perkara, dalam hal: b. melibatkan wewenangkementerian/lembaga/instansi di tingkat pusat/daerah dan/atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang tidakmenjadi pihak berperkara, kecuali pihak berperkara yang terkait dengan pihak-pihak tersebut telah memperolehpersetujuan tertulis dari kementerian/lembaga/instansi dan/atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah untukmengambil keputusan dalam proses Mediasi.

38 PERMA No. 1 Tahun 2016. Pasal 5 ayat (3) Pertemuan Mediasi dapat dilakukan melalui media komunikasi audiovisual jarak jauh yang memungkinkan semua pihak saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasidalam pertemuan.

Page 8: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

74 Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

pertemuan secara langsung dalam pelaksanaanmediasi.39 Ketidakhadiran para pihak hanyadapat diterima jika dibarengi dengan alasanyang sah seperti sakit, di bawah pengampuan,berada di luar negeri atau sedang menjalankantugas yang tidak dapat ditinggalkan.40 Aturantambahan dalam PERMA ini mengenai iktikadbaik para pihak dalam mengikuti proses me-diasi pasal 7 dan kuasa hukumnya dalam pasal18 serta akibat hukumnya jika para pihak tidakberiktikad baik pada pasal 22 dan 23. Pihakyang tidak beriktikad baik diwajibkan mem-bayar biaya mediasi sebagai sanksi yang diberi-kan penetapan oleh majelis hakim dalam per-sidangan. Tetapi jika para pihak sama-samamenunjukkan sikap tidak beriktikad baik se-lama proses mediasi, maka gugatan yang diaju-kan tidak dapat diterima.41

Mediator selain diperankan oleh advokatdan akademisi hukum seperti yang disebutkandalam PERMA No. 1 Tahun 2008, dapat jugadiperankan oleh pegawai pengadilan yaitupanitera, sekretaris, panitera pengganti, jurusita, juru sita pengganti, calon hakim dan pe-gawai lainnya. PERMA ini juga mengatur me-ngenai tata kelola mediasi di pengadilan untukmemaksimalkan keberadaan mediasi sebagaiupaya penyelesaian sengketa. Bagi mediator ha-kim yang berhasil mendamaikan para pihak di-

berikan nilai lebih sebagai pendorong untukmenjalankan tugas dan fungsi mediator secaraoptimal.

Ketentuan lamanya menempuh upayamediasi juga dipersingkat menjadi 30 (tiga pu-luh) hari kerja akan tetapi perpanjangan me-diasi ditambah menjadi 30 (tiga puluh) hari un-tuk memberi kesempatan pada para pihak jikabatas waktu sebelumnya belum berhasil me-rumuskan kesepakatan.42 Jika para pihak dapatberdamai, kesepakatan yang dibuat dapatdikuatkan dalam akta perdamaian dan bisajuga dengan pencabutan gugatan jika parapihak menghendaki kesepakatan tidak dican-tumkan secara tertulis. Kesepakatan damaidalam PERMA ini terbagi menjadi beberapamacam, yaitu kesepakatan damai secara me-nyeluruh dan sebagian. Kesepakatan damai se-bagian ini terjadi ketika sebagian pihak tergugatbersepakat dengan penggugat. Tetapi jikapenggugat hanya sebagian yang bersepakatdengan tergugat, maka mediasi dianggapgagal.43

C. Hukum Kewarisan IslamWaris berasal dari bahasa Arab dari akar

kata waraaa yariau mirâaan yang berarti ber-pindahnya sesuatu kepada orang lain.44 Kata

39 PERMA No. 1 Tahun 2016, Pasal 6 ayat (1) Para Pihak wajib menghadiri secara langsung pertemuan Mediasi denganatau tanpa didampingi oleh kuasa hukum.

40 PERMA No. 1 Tahun 2016, Pasal 6 ayat (4) Alasan sah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi antara lain: a.kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan hadir dalam pertemuan Mediasi berdasarkan surat keterangan dokter;b. di bawah pengampuan; c. mempunyai tempat tinggal, kediaman atau kedudukan di luar negeri; atau d. menjalankantugas negara, tuntutan profesi atau pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.

41 Pasal 23 ayat (8) PERMA No. 1 Tahun 2016. Dalam hal Para Pihak secara bersama-sama dinyatakan tidak beriktikadbaik oleh Mediator, gugatan dinyatakan tidak dapat diterima oleh Hakim Pemeriksa Perkara tanpa penghukumanBiaya Mediasi.

42 Pasal 24 ayat (2) dan (3) PERMA No. 1 Tahun 2016. (2) Proses Mediasi berlangsung paling lama 30 (tiga puluh) hariterhitung sejak penetapan perintah melakukan Mediasi. (3) Atas dasar kesepakatan Para Pihak, jangka waktu Mediasidapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak berakhir jangka waktu sebagaimana dimaksudpada ayat (2).

43 Pasal 32 PERMA No. 1 Tahun 2016. Mediator wajib menyatakan Mediasi tidak berhasil mencapai kesepakatan danmemberitahukannya secara tertulis kepada Hakim Pemeriksa Perkara, dalam hal: a. Para Pihak tidak menghasilkankesepakatan sampai batas waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari berikut perpanjangannya sebagaimana dimaksuddalam Pasal 24 ayat (2) dan ayat (3); atau b. Para Pihak dinyatakan tidak beriktikad baik sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7 ayat (2) huruf d dan huruf e.

44 Kementrian Agama RI Badan Litbang dan Diklat, Problematika Hukum Kewarisan Islam Kontemporer di Indonesia, ed.Muchit A. Karim, cet. ke-1 (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012), hlm. 113.

Page 9: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

75

Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

waris berarti orang yang mewarisi sebagai sub-jek dalam hukum kewarisan dan dapat berartipula proses.45 Subjek dalam hukum kewarisanberarti orang yang menerima harta warisan,dan proses berarti peralihan harta waris dariorang yang telah meninggal dunia kepada ahliwarisnya yang masih hidup. Hukum kewarisanIslam disebut juga dengan fara >’id } yang merupa-kan jamak dari kata fari >d}ah dari asal kata fard }unyang artinya suatu kewajiban.46 Fari >d}ah sebagaimaf’ul (objek) berarti sesuatu yang telah di-tentukan,47 yaitu bagian mengenai kewarisandalam Islam yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an dan hadis.

Hukum kewarisan Islam adalah himpunanaturan-aturan hukum yang mengatur tentangpenentuan ahli waris yang berhak menerimaharta warisan, menentukan kedudukannyadalam ahli waris serta bagian yang didapat se-cara adil dan sempurna.48 Dengan kata lain,hukum kewarisan Islam dapat diartikan se-bagai hukum yang mengatur tata cara peralih-an harta kekayaan berserta hak-hak seorangyang telah meninggal dunia sebagai pewariskepada ahli warisnya yang masih hidup ber-dasarkan ketentuan nash.

Dasar hukum kewarisan dalam Al-Qur’anterbatas hanya pada beberapa surat dan ayat,dan paling banyak terdapat dalam surat An-Nisa >’ (4). Oleh karena keterbatasan tersebut,maka hadis nabi tampil sebagai penjelas ayat-ayat tersebut dan terbukalah pintu ijtihad atasbeberapa peristiwa yang tidak ada ketentuan-nya dalam Al-Qur’an maupun hadis nabi.Dasar hukum kewarisan dalam Al-Qur’an

yang menggambarkan kewarisan secara tegasdi antaranya sebagai berikut.

“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan(mempergunakan) nama-Nya kamu saling me-minta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungansilaturrahim.”

Ayat tersebut merupakan dasar hukumkewarisan dilihat dari kata ar%âm yang berartihubungan darah atau hubungan kerabat yangmenjadi sebab kewarisan.

“Bagi seorang laki-laki ada hak bagian dari hartapeninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagiseorang wanita ada hak bagian (pula) dari hartapeninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikitatau banyak menurut bahagian yang telah ditetap-kan.”

Ayat di atas menjelaskan tentang orang-orang yang berhak mendapat waris, yaitu anaklaki-laki, anak perempuan, karib-kerabat yangmewarisi dari orangtua, kerabat dari pihak laki-laki maupun perempuan. Masing-masing ahliwaris ada yang mendapat bagian sedikit ada-pula yang banyak, tergantung bagiannya yangtelah ditentukan oleh Allah dalam ayat be-rikutnya.

45 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, hlm. 6.46 M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam dengan Kewarisan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, edisi

revisi, cet. I (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm. 19.47 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, hlm. 41.48 M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam dengan Kewarisan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hlm.

84. Bandingkan dengan pendapat Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, hlm. 6. Menurut Amir Syarifuddinbahwa hukum kewarisan Islam adalah peraturan tertulis yang berasal dari wahyu Allah dan hadis nabi mengenaihal ihwal peralihan harta orang yang telah meninggal dunia kepada orang yang masih hidup, yang diakui dandiyakini mengikat untuk seluruh orang yang beragama Islam.

49 An-Nisa >’ (4) : 1.50 An-Nisa >’ (4) : 7.

Page 10: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

76 Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagi-an pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bagian se-orang anak lelaki sama dengan bagian dua oranganak perempuan; dan jika anak itu semuanya pe-rempuan lebih dari dua, maka bagi mereka duapertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anakperempuan itu seorang saja, maka ia memperolehseparuh harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak,bagi masing-masingnya seperenam dari harta yangditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyaianak; jika orang yang meninggal tidak mempunyaianak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), makaibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggalitu mempunyai beberapa saudara, maka ibunyamendapat seperenam. (Pembagian-pembagiantersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang iabuat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Ten-tang) orangtuamu dan anak-anakmu, kamu tidakmengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat(banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapandari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Menge-tahui lagi Maha Bijaksana.”

Ayat di atas merupakan ketentuan menge-nai pembagian ahli waris di mana seorang anaklaki-laki mendapat bagian dua orang anakperempuan atau 2:1. Jika pewaris hanya me-miliki beberapa anak perempuan saja, makabagiannya 2/3 harta peninggalan. Jika anakperempuan hanya seorang, maka mendapat 1/2. Sedangkan orangtua (ibu-bapak) mendapat

1/6 jika pewaris meninggalkan anak dan bagiibu 1/3 jika pewaris tidak ada anak dan sau-dara. Tetapi jika ada saudara dan tidak adaanak, ibu mendapat 1/6 bagian dari hartawaris. Pembagian harta warisan dilaksanakansetelah ditunaikan utang dan wasiat pewaris.

“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari hartayang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika merekatidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu mem-punyai anak, maka kamu mendapat seperempatdari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhiwasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah di-bayar hutangnya. Para istri memperoleh seper-empat harta yang kamu tinggalkan jika kamu ti-dak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak,maka para istri memperoleh seperdelapan dari hartayang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiatyang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hu-tang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-lakimaupun perempuan yang tidak meninggalkanayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mem-punyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atauseorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagimasing-masing dari kedua jenis saudara itu se-perenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibuitu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalamyang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yangdibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnyadengan tidak memberi mudharat (kepada ahliwaris). (Allah menetapkan yang demikian itu se-bagai) syari’at yang benar-benar dari Allah, danAllah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.”

51 An-Nisa >’ (4) : 11.52 An-Nisa >’ (4) : 12.

Page 11: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

77

Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

Ayat di atas merinci pembagian harta wariskepada suami ½ jika tidak ada anak dan ¼ jikaada anak. Istri mendapat ¼ jika tidak ada anakdan 1/8 jika ada anak. Jika pewaris mati kala >lahatau tidak ada anak dan orangtua tetapi adaseorang saudara laki-laki dan seorang saudaraperempuan, maka sudara tersebut masing-masing mendapat 1/6. Jika pewaris mati kala >lahdan ada beberapa saudara baik laki-laki atauperempuan, maka semua mendapat 1/3 dandibagi sama rata. Pembagian harta warisandilakukan setelah ditunaikan utang dan wasiatpewaris tanpa merugikan ahli waris. Paraulama sepakat bahwa saudara yang dimaksuddalam ayat ini adalah saudara seibu.

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yangdikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebihbanyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagiorang laki-laki ada bagian dari pada apa yang me-reka usahakan, dan bagi para wanita (pun) adabagian dari apa yang mereka usahakan, danmohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segalasesuatu.”

Ayat di atas menjelaskan bahwa pem-bagian harta waris di mana laki-laki mendapatbagian 2:1 dengan perempuan atau sebagianahli waris mendapat bagian lebih banyak dariyang lain hendaknya tidak menyebabkan irihati. Pembagian tersebut dipandang adilkarena laki-laki memiliki tanggung jawab lebihbesar dibanding perempuan.

“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kala-lah). Katakanlah: “Allah memberi fatwa kepadamutentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggaldunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mem-punyai saudara perempuan, maka bagi saudaranyayang perempuan itu seperdua dari harta yang di-tinggalkannya, dan saudaranya yang laki-lakimempusakai (seluruh harta saudara perempuan),jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudaraperempuan itu dua orang, maka bagi keduanyadua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yangmeninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiridari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan,maka bagian seorang saudara laki-laki sebanyakbagian dua orang saudara perempuan.” Allah me-nerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamutidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segalasesuatu.”

Ayat di atas menjelaskan kewarisan ataspewaris yang mati kala >lah. Jika pewaris tersebuthanya memiliki seorang saudara perempuan,maka baginya ½ dari harta waris. Jika yangmati kala >lah adalah seorang perempuan danmemiliki seorang saudara laki-laki atau lebih,maka saudaranya mewarisi seluruh hartapeninggalannya. Jika pewaris mati kala >lah danmemiliki dua orang saudara perempuan ataulebih, maka mereka mendapat 2/3 dari hartawarisan. Jika pewaris memiliki dua atau lebih

53 An-Nisa >’ (4) : 32.54 An-Nisa >’ (4) : 176.

Page 12: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

78 Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

saudara laki-laki atau perempuan, maka laki-laki mendapat 2 kali bagian dari seorang pe-rempuan atau 2:1. Para ulama sepakat bahwasaudara yang dimaksud ayat ini adalah sau-dara sekandung atau saudara seayah.

Dasar hukum kewarisan Islam yang ber-sumber dari hadis nabi saw. merupakan pen-jelasan dari ayat-ayat Al-Qur’an yang masihbersifat umum atau tidak ditentukan secaraspesifik bagain ahli waris tertentu. Penjelasandari nabi terhadap ayat-ayat tersebut dalambentuk penjelasan arti, membatasi atau mem-perluas makna,55 di antaranya yaitu,1) Dari Ibnu ‘Abbas riwayat Bukhari dan

Muslim, Rasulullah bersabda “Berikanlahfara>’id} (bagian yang telah ditentukan dalamAl-Qur’an) kepada yang berhak menerima-nya dan selebihnya berikanlah kepadakeluarga laki-laki terdekat.”56 Hadis ini jugamerupakan dasar hukum kewarisan ‘as}abah}bagi laki-laki di kalangan ahlussunnah.

2) Dari Jabir riwayat Iamam Abu Daud, At-Tirmi¿i, Ibnu Majah dan Imam Ahmad: IstriSa’ad Ibn Rabi’ datang kepada Rasulullahbersama dua orang anak perempuannyadan berkata: Ya Rasullullah, ini dua oranganak perempuan Sa’ad Ibn Rabi’ yang telahgugur dalam perang Uhud. Pamannyamengambil semua harta peninggalan ayahmereka dan tidak menyisakan apapununtuk mereka. Sedangkan keduanya tidakmungkin kawin tanpa harta. Kemudianturunlah ayat-ayat tenang kewarisan, dannabi memanggil paman mereka lalu ber-sabda “Berikan 2/3 untuk dua orang anakSa’ad, 1/8 untuk jandanya dan sisanyaambillah untukmu.”57 Hadis ini juga me-rupakan dasar hukum bagi paman yangmerupakan penjabaran dari ahli wariskakek jika tidak ada.

3) Riwayat Imam Ahmad, Rasulullah ber-sabda “Tidak dapat warisan seorang anakkecil, kecuali apabila ia lahir denganbersuara (menangis atau hidup).”58

4) Aaar Zaid Ibn Tsabit, riwayat Bukhari:Warisan anak laki-laki yang mempunyaianak laki-laki sepangkat dengan anak-anak jika orang yang meninggal tidakmeninggalkan anak, yaitu yang laki-lakisama dengan laki-laki dan yang perem-puan sama dengan perempuan. Merekamenjadi ahli waris sebagaimana anak-anak menjadi ahli waris, mereka menjadihajib sebagaimana anak-anak menjadihajib, dan anak laki-laki mempunyai anaklaki-laki tidak dapat mewaris selama adaanak laki-laki (yang masih hidup). Jikaorang yang meninggal meninggalkanseorang anak perempuan dan seorangcucu laki-laki maka anak perempuan itudapat separuh dan selebihnya untuk cuculaki-laki.”59 Aaar di atas merupakan dasaradanya ahli waris pengganti bagi anakyang telah meninggal lebih dulu daripewaris.

5) Abu Daud dari Qatadah dan Hasan dari‘Amran bin Husein, seorang laki-laki da-tang kepada Rasulullah dan berkata: Cucusaya telah meninggal dunia, apa warisan-nya yang dapat saya peroleh? Rasul men-jawab “Untukmu seperenam.”60 Hadistersebut merupakan dasar hukum kewaris-an kakek yang tidak dijelaskan secara rincidalam Al-Qur’an.

Harta warisan merupakan harta pening-galan orang yang telah meninggal yang di-miliki secara penuh yang sudah dimurnikandari hak-hak orang lain di dalamnya, sehinggasecara hukum dapat dimiliki oleh ahli waris.

55 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, hlm. 44.56 M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam, hlm. 56.57 Ibid., hlm. 57.58 Ibid.59 Ibid., hlm. 58.60 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, hlm. 44.

Page 13: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

79

Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

Pemurnian harta peninggalan dilakukan de-ngan memisahkan hak-hak orang lain sepertiharta bersama, pembayaran utang dan pelak-sanaan wasiat. Pembayaran utang lebih di-dahulukan daripada wasiat dengan pertim-bangan bahwa utang merupakan kewajibanpewaris terhadap orang lain sedangkan wasiathanya merupakan anjuran kebaikan yang di-lakukan pewaris terhadap orang lain.61 Sebelumharta warisan dibagikan kepada ahli waris,maka perlulah untuk merinci harta warisandalam bentuk angka untuk memudahkan pem-bagian, menelusuri kerabat yang memiliki hu-bungan kewarisan dengan pewaris, serta me-milah ahli waris yang memenuhi persyaratandan tidak terhalang atau terhijab.62 Ketikamembagikan harta warisan, ahli waris za >wulfuru>d} didahulukan daripada ahli waris za >wularh }a >m. Jika terdapat sisa maka diserahkankepada ‘as}abah yang berhak menerimanya. Bilapewaris tidak meninggalkan ahli waris samasekali, harta warisan diserahkan kepada umatIslam. Bila dalam pembagian harta warisanditemui jumlah ahli waris lebih banyak dari padaharta warisan, maka penyelesaiannya dilakukansecara‘aul.63 Sebaliknya, jika harta warisanjumlahnya lebih banyak daripada bagian yangditerima ahli waris, maka diselesaikan dengancara radd.64

Pembagian harta warisan juga dapat di-lakukan dengan takharruj yang berarti salingkeluar. Takharruj yaitu keluarnya seseorang ataulebih dari kelompok ahli waris dengan imbalanyang lain sebagai ganti atas haknya terhadapharta waris.65 Takharruj dilakukan atas dasar

kerelaan di antara ahli waris untuk memudah-kan proses pembagian harta warisan dan halini termasuk salah satu bentuk penyesuaiandalam pelaksanaan hukum kewarisan Islam.Pembagian harta warisan di luar ketentuansyara’ ditempuh melalui kesepakatan bersamadengan adanya imbalan terhadap ahli warisyang melepaskan haknya terhadap bagiantertentu atau dikenal juga dengan tas }a >luh}.66

Cara pembagian harta warisan melaluitakharruj atau tas }a >luh } tidak banyak dikenal dikalangan ulama terdahulu karena dianggapbertentangan dengan asas ijbari. Tetapi penye-lesaian harta warisan dengan cara ini dikenaloleh ulama Hanafi yang berfikir praktis. Paraulama Hanafi mendasarkan takharruj atautas }a >luh} dengan adanya kerelaan dari ahli warisyang melepaskan haknya dan ahli waris lain-nya. Ulama Hanafi yang membenarkan caraini ini juga melihat kepada asar s }ah }abi dari AbuYusuf dari Amru bin Dinar dari Ibnu Abbasbahwa seorang janda Abdul Rahman bin Aufyang bernama Tumadir mengadakan kesepa-katan dengan ketiga janda lainnya untuk ke-luar dari kelompok ahli waris suaminya denganimbalan sebanyak 83 dirham.67 Penyelesaianmelalui takharruj dapat dilakukan untuk men-capai kemaslahatan dan menghindari kesukar-an dalam pembagian harta warisan tanpamenghindarkan diri dari ketentuan yang di-tetapkan Allah, sehingga persoalan pembagianwarisan dapat dipecahkan ketika dalam kondisitertentu untuk mencapai keadilan.

Ketentuan hukum waris Islam di Indonesiadirumuskan menjadi hukum positif dalam

61 Ibid., hlm. 277.62 Ibid., hlm. 289.63 ‘Aul terjadi karena jumlah furu dalam suatu keadaan lebih banyak dari jumlah harta warisan, sehingga harta tersebut

tidak cukup untuk memenuhi bagian yang seharusnya diterima oleh ahli waris. Pembagian harta warisan dilakukandengan menutupi kekurangan berdasarkan bagian yang seharusnya diterima masing-masing ahli waris.

64 Radd terjadi karena terdapat kelebihan setelah harta warisan dibagikan kepada zawul furud dan tidak ada ahli warisyang lain penyelesaiannya dilakukan dengan membagi kelebihan harta kepada ahli waris yang ada sesuai bagianyang seharusnya diperoleh masing-masing ahli waris.

65 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, hlm. 296.66 Ibid., hlm. 299.67 Ibid., hlm. 302.

Page 14: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

80 Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

bentuk Kompilasi Hukum Islam sebagai pe-doman bagi para hakim peradilan Agama un-tuk memutus perkara bagi orang Islam, takterkecuali perkara kewarisan. Ketentuan warisdalam KHI diambil dari ketentuan waris Islamdari beberapa mazhab dan diambil pendapat-nya yang sesuai dengan kondisi sosial masya-rakat Indonesia. Pembahasan mengenai warisdalam KHI diatur dalam buku II dari pasal 171sampai pasal 193. Perkembangan hukum fikihIndonesia dalam hal pembagian warisancenderung tidak terlalu terpaku pada ketentu-an 2:1 antara laki-laki dan perempuan.68 Seba-gaimana ketentuan KHI dalam pasal 183 yangmenyatakan bahwa “Para ahli waris dapat ber-sepakat melakukan perdamaian dalam pem-bagian harta warisan, setelah masing-masingmenyadari bagiannya.”

D. Proses Penyelesaian Sengketa Warisdalam Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk dalam Perspektif Hukum IslamSengketa waris dalam perkara No. 181/

Pdt. G/2013/PA.Yk ditempuh dengan upayamediasi di Pengadilan Agama Yogyakarta.Perkara tersebut dimediasi dengan mengacupada PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Pro-sedur Mediasi di Pengadilan. Sebelum meng-ajukan gugatan ke Pengadilan Agama Yogya-karta, para pihak telah berusaha menyelesai-kan persengketaan secara kekeluargaan, na-mun belum mencapai titik terang.69 Sengketaterjadi antara:70

a. Pihak Penggugat, ahli waris anak laki-laki,melawan

b. Tergugat 1, ahli waris anak laki-laki;c. Tergugat 2, ahli waris anak perempuan;d. Tergugat 3, ahli waris anak perempuan;e. Tergugat 4, ahli waris anak perempuan;f. Turut Tergugat 1, notaris;

g. 2 orang Turut Tergugat 2, pihak yangmembeli sebagian objek sengketa;

h. Turut Tergugat 3, pihak ketiga yangberutang;

i. Turut Tergugat 4, istri pewaris.

Pewaris dalam perkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk memiliki warisan sebidang tanahdan bangunan yang ada di atasnya seluas 445m2 yang terletak di wilayah Kecamatan Kota-gede, Kota Yogyakarta. Harta warisan tersebutsebagian telah dijual dan hasilnya menjadibagian ahli waris Tergugat 3 dan Tergugat 2 dantersisa 242 m2 yang terbagi dalam dua SertifikatHak Milik. SHM No. 3143 seluas 99 m2 menjadibagian ahli waris Tergugat 4 dan SHM No. 3141seluas 143 m2 beserta bangunan yang ada diatasnya dijual kepada Turut Tergugat 2.71

Pelaksanaan mediasi dalam perkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk dengan jenis perkara gugatwaris sama dengan pelaksanaan mediasi padaumumnya, hanya yang membedakan yaituobjek sengketa yang dimediasi. Pada perkaratersebut yang menjadi objek sengketa adalahharta warisan berupa sebidang tanah besertabangunan rumah yang ada di atasnya seluas445 m2.

Penyelesaian perkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk pada tahap pra mediasi diawaliketika sidang pertama pada tanggal 22 Mei 2013dengan dihadiri oleh pihak Penggugat, Tergugatdan Turut Tergugat kecuali Turut Tergugat 1dan 4, ditawarkan upaya mediasi oleh majelishakim. Dalam perkara tersebut, yang ditunjukoleh para pihak sebagai mediator berasal darikalangan hakim yaitu Bapak Drs. H. M. AlwiThaha, SH., MH dan dilaksanakan di ruangmediasi yang sudah difasilitasi oleh Kantor PAYogyakarta. Pelaksanaan mediasi dengan meng-gunakan jasa mediator dari kalangan hakimdiberikan waktu 3 (tiga) minggu sejak pemilih-

68 Afdol, Penerapan Hukum Waris Islam Secara Adil, cet. ke-3 (Surabaya: Airlangga University Press, 2010), hlm. 76.69 Wawancara dengan Hj. Juharni, SH., MH., Hakim Pengadilan Agama Kelas I A Yogyakarta, Yogyakarta, 19 Februari

2016.70 Putusan Perdamaian No.Perkara 0181/Pdt. G/2013/PA.Yk, Yogyakarta, diputus pada 10 Juli 2013, hlm. 1-3.71 Ibid., hlm. 3-4.

Page 15: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

81

Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

an mediator. Setelah 7 (tujuh) hari kerja penun-jukkan mediator, para pihak harus menyerah-kan fotokopi dokumen yang berkaitan denganduduk permasalahan agar dapat dipelajari olehmediator, sehingga dapat ditentukan pertemu-an selanjutnya dan masuk pada tahap pelak-sanaan mediasi.

Tahap pelaksanaan mediasi perkara No.181/Pdt. G/2013/PA.Yk dilakukan selama 7(tujuh) minggu dan dibagi menjadi beberapasesi hingga diputuskan pada tanggl 10 Juli2013. Sesi pertama berlangsung selama 16(enam belas) hari dari tanggal 22 Mei 2013sampai tanggal 12 Juni 2013.72 Pada sesi per-tama para pihak belum menemukan kese-pakatan dan meminta perpanjangan waktupada saat persidangan dengan majelis hakim.Mediasi pada sesi kedua dilakukan selama 16(enam belas) hari dari tanggal 12 Juni 2013sampai tanggal 3 Juli 2013. Pada sesi kedua inipara pihak terus bernegosiasi agar dapat me-nyelesaikan persengketaan mereka dan mulaimenyusun kepentingan masing-masing men-jadi sebuah kesepakatan. Setelah melewati ke-giatan mediasi sesi kedua, pada persidanganyang ketiga para pihak meminta waktu kepadamajelis hakim selama 6 (enam) hari. Pada sesiketiga ini para pihak merumuskan secara ter-tulis kesepakatan perdamaian dengan dibantumediator kemudian ditandatangani oleh parapihak dan mediator. Kesepatan tersebut di-tuangkan dalam akta perdamaian dan dikuat-kan dengan putusan hakim pada persidangantanggal 7 Juli 2013.73

Mediasi perkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk dilakukan para pihak langsung tanpadiikuti oleh kuasa hukumnya. Para pihakmengikuti proses mediasi dengan antusiasmeyang tinggi, dilihat dari keaktifan para pihakuntuk meminta perpanjangan waktu kepadamajelis hakim untuk menyelesaikan perseng-

ketaan secara damai. Selain itu, para pihak jugasaling menawarkan konsep untuk dirumuskanmejadi kesepakatan. Ketika merumuskan ke-sepakatan damai dalam menyelesaiakan seng-keta waris, para pihak tidak mengacu padaaturan dalam KHI, aturan kewarisan dalamIslam ataupun kewarisan adat.74 Sengketakewarisan dalam perkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk murni diselesaikan berdasarkankesepakatan para pihak.

Pelaksanaan mediasi dalam perkara No.181/Pdt. G/2013/PA.Yk dapat berjalan de-ngan baik dan lancar berkat kesadaran daniktikad baik para pihak bahwa sengketa ter-sebut beresiko akan merusak hubungan ke-luarga dan dapat memecah belah serta mereng-gangkan relasi keluarga. Sengketa juga dapatdiselesaikan karena permasalahan atas objeksengketa tidak terlalu rumit dan tergolongsederhana karena yang menjadi objek sengketajelas hanya berupa sebidang tanah dan ba-ngunan yang ada di atasnya dan berpindahkepemilikan kepada satu pihak saja. Dari hasilpenjualan sebagian harta warisan, sebagianahli waris telah menerima hasilnya dan hanyapihak Penggugat yang belum menerima bagian.Kemudian separuh dari hasil penjualan kepadapihak Turut Tergugat 2 menjadi bagian Ter-gugat 1, Turut Tergugat 4 dan Penggugat de-ngan beberapa kesepakatan. Oleh karena itu,persengketaan dapat diselesaikan secara damaidengan kompensasi yang telah disepakati dantelah dibuat menjadi undang-undang bagi parapihak sesuai pasal 1338 KUHPerdata bahwa“Semua persetujuan yang dibuat sesuai deganUndang-undang berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”75

Pelaksanaan mediasi yang maksimal akanmembantu penyelesaian sengketa tanpa harusmelalui proses litigasi yang berbelit-belit, se-hingga dengan adanya kesepakatan yang telah

7 2 Wawancara dengan Hj. Juharni, SH., MH., Hakim Pengadilan Agama Kelas I A Yogyakarta, Yogyakarta, 19 Februari 2016.73 Ibid.74 Ibid.75 Putusan Perdamaian No.Perkara 0181/Pdt. G/2013/PA.Yk, Yogyakarta, diputus pada 10 Juli 2013, hlm. 6.

Page 16: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

82 Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

disetujui oleh masing-masing pihak makaselesailah persengketaan yang terjadi. Kese-pakatan-kesepakatan yang telah dibuat parapihak dalam Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk dapat langsung dilaksanakan secarasukarela karena tidak ada permohonan ekse-kusi ke PA Yogyakarta sesudah dibuatkan aktaperdamaian dan dikuatkan dalam putusanhakim.76 Para pihak telah bersedia mengakhiripersengketaan dengan damai melalui perse-tujuan berikut.1. Almarhum pewaris selain meninggalkan ahli

waris yang terdiri dari 5 (lima) orang anakdan 1 (satu) istri, juga meninggalkan hartaberupa sebidang tanah beserta bangunanyang ada di atasnya seluas 445 m2.

2. Harta warisan yang tersebut pada poin (2)sebagian telah dijual dan hasilnya menjadibagian Tergugat 3 dan Tergugat 2.

3. Sisa harta setelah dijual yang tersebut padapoin (3) seluas 242 m2 yang terbagi dalamdua Sertifikat Hak Milik (SHM) masing-masing:3.1 SHM No. 3143 seluas 99 m2 menjadi ba-

gian ahli waris atas nama Tergugat 4.3.2 SHM No. 3141 seluas 143 m2 beserta

bangunan yang ada di atasnya.4. Harta warisan dengan SHM No. 3141 yang

tersebut pada poin 4.2 telah dijual kepadaTurut Tergugat 2 seharga Rp 200.000.000,-(dua ratus juta rupiah) yang terdiri dari:a) Uang tunai sebesar Rp 131.000.000,-

(seratus tiga puluh satu juta rupiah).b) Piutang kepada pihak ketiga dengan

jaminan SHM sebesar Rp 64.500.000,-(enam puluh empat juta lima ratusribu rupiah).

c) Untuk pajak penjualann sebesarRp 3.500.000 (tiga juta lima ratus riburupiah).

d) Bea Balik Nama (BBN) pada BadanPertanahan Nasional (BPN) sebesarRp 1.000.000,- (satu juta rupiah).

5. Dari uang tunai Rp 131.000.000,- (seratustiga puluh satu juta rupiah),Rp 120.000.000,- (seratus dua puluh jutarupiah) menjadi bagian Turut Tergugat 4dan Tergugat 1. Sedangkan sisanya, yaituRp 11.000.000,- (sebelas juta rupiah) di-tambah piutang pada pihak ketiga denganjaminan SHM sebesar Rp 64.500.000,-(enam puluh empat juta lima ratus riburupiah) menjadi bagian Penggugat.

6. Penggugat diberikan hak untuk tinggalmenempati rumah terjual pada poin (5)selama 6 (enam) bulan setelah penye-lesaian SHM atas nama pembeli (TurutTergugat 2).

7. Biaya pemisahan tanah sebesarRp 2.250.000,- (dua juta dua ratus limapuluh ribu rupiah) yang pernah diserah-kan oleh Penggugat kepada Tergugat 1dikembalikan kepada Penggugat selanjut-nya Penggugat mencabut kembali pem-blokiran pengurusan SHM yang tersebutpada poin (7).

Setelah perjanjian perdamaian tersebutditandatangani oleh para pihak dan dibacakan,maka para pihak telah menerima dan menye-tujui perdamaian tersebut. Sengketa perkara No.181/Pdt. G/2013/PA.Yk telah diselesaikandengan mediasi dan mencapai perdamaian yangdalam Islam disebut dengan s}ulh} (perdamaian)yang dilaksanakan di Pengadilan Agama Yog-yakarta. Sengketa tersebut dibantu oleh seorangh}akam (juru damai) dan disebut juga mediatorsebagai penengah antara pihak yang berseng-keta. Juru damai atau h}akam yang disebut dalamsurat An-Nisa >’ (4) : 35 adalah seorang jurudamai yang bisa berasal dari pihak keluarga laki-laki dan keluarga perempuan berkaitan dengansengketa rumah tangga. Dalam sengketakewarisan perkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk juru damai berasal dari hakim karenasengketa diajukan ke suatu lembaga peradilanyang menangani perkara tersebut.

76 Ibid.

Page 17: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

83

Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

Seorang mediator bertugas untuk meng-indentifikasi persoalan yang dipersengketakan,mengembangkan pilihan dan mempertimbang-kan solusi alternatif yang dapat ditawarkanagar dapat mencapai kesepakatan.77 Tugasserupa juga dilakukan h}akam (juru damai) yangdapat berlaku adil dan bijaksana meskipun bu-kan berasal dari keluarga para pihak. Seorangh}akam (juru damai) bisa berasal dari seoranghakim pengadilan yang lebih mengetahuiaturan hukum dan cara mencari jalan keluardari persengketaan mereka agar lebih mudahbagi para pihak untuk menyelesaikannya.

Sengketa kewarisan perkara No. 181/Pdt.G/2013/PA.Yk terjadi karena ada ahli warisyang belum menerima bagiannya. Ahli waristersebut terdiri dari 2 orang anak laki-laki, 3orang anak perempuan dan seorang istri.Berdasarkan aturan dalam hukum kewarisanIslam, ahli waris nasabiyah dan sababiyah yangmerupakan keturunan dan istri pewaris ter-golong ahli waris zawul furu >, sehingga lebihberhak menerima harta warisan dari ahli warislainnya dengan bagian yang telah ditentukan.Pelaksanaan pembagian harta warisan dalamIslam telah diatur dalam nash, surat An-Nisa >’(4) ayat 7 dan 11. Masing-masing ahli warisada yang mendapat bagian sedikit adapulayang banyak, tergantung bagiannya yang telahditentukan oleh Allah. Pembagian harta waris-an bagi masing-masing ahli waris telah ditentu-kan secara jelas dengan ketentuan laki-lakimendapat bagian 2:1 dari perempuan berikutistri mendapat ¼ jika pewaris tidak mening-galkan anak dan 1/8 jika pewaris mening-galkan anak. Penerapan aturan kewarisanIslam tersebut dalam pembagian harta warisbersifat ijbari dan disesuaikan dengan asas-asaslainnya, yaitu asas bilateral, asas individual,asas warisan terbuka setelah adanya kematian,dan asas keadilan berimbang. Tetapi dalampembagian harta warisan pada perkara No.181/Pdt. G/2013/PA.Yk justru tidak mengikutiperbandingan laki-laki mendapat 2 bagian dan

perempuan mendapat 1 bagian yang otomatisbertentangan dengan surat An-Nisa >’ (4) ayat7, 11, dan 12. Padahal ketentuan perolehanyang menjadi hak ahli waris telah ditetapkandalam nash yang bersifat mengikat dan me-maksa. Ketentuan yang telah ditetapkan Allahmemiliki dimensi keadilan yang tidak dapatdilihat manusia, sehingga asas keadilan ber-imbang erat kaitannya dengan perolehan haksesuai dengan kewajiban yang diterima olehahli waris.

Kesepakatan dibuat para pihak yang ber-sengketa sebagai ahli waris yang terdiri darilak-laki dan perempuan tersebut hingga dapatberdamai berdasarkan kesepakatan dan ke-ridhaan para pihak, dan tidak mengacu padaaturan 2:1 dalam kewarisan dalam Islam. Haltersebut terlihat dari banyaknya bagian yangdiperoleh oleh anak perempuan dan istripewaris yang tidak jauh berbeda denganbagian yang diperoleh oleh anak laki-laki yangtelah dipaparkan di atas. Tetapi dalam keadaantertentu, perolehan harta warisan dapat dibagidengan melihat segi kemanfaatan dan ke-butuhan masing-masing ahli waris. Kesepakat-an yang dibuat ahli waris dalam perkara No.181/Pdt. G/2013/PA.Yk juga mempertim-bangkan latar belakang masing-masing pihakbaik pendidikan, atau keadaan finansialnyadan kemampuan untuk mencari penghasilan.Proses penyelesaian sengketa waris dalamperkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk melaluimediasi dalam membagi harta warisan murnikesepakatan para pihak. Dalam proses mediasi,negosiasi perdamaian antar para pihak ber-langsung setelah ahli waris telah mengetahuibagian yang telah ditentukan dalam nash bahwaahli waris anak laki-laki bersama anak perem-puan mewarisi secara ‘as }abah ma’al gair. Ahliwaris laki-laki yang mendapat bagian dua kalilebih besar dari perempuan telah merelakandan menyepakati bagiannya berkurang atautidak dari yang semestinya. Perolehan masing-masing ahli waris juga tidak persis sama rata.

77 Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, hlm. 7.

Page 18: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

84 Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

Pembagian warisan seperti itu bisa disebuttakharruj atau tas}aluh meskipun tidak ada yangkeluar dari kelompok ahli waris tetapi masing-masing ahli waris mendapat imbalan perdamai-an, kerukunan dan keharmonisan dalam relasikeluarga karena telah terjadi persengketaan.Penyelesaian sengketa tersebut bukan berartipara pihak menghindari pembagian warisansesuai ketentuan syara’, akan tetapi lebih kepadamempermudah proses pembagian harta warisandengan melakukan kesepakatan.

Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Ykyang merupakan sengketa kewarisan menem-puh upaya damai melalui mediasi dalam pe-nyelesaiannya secara normatif hukum Islamtelah sesuai dengan aturan dalam hukumkewarisan Islam. Sengketa kewarisan dapatdiselesaikan dengan kesepakatan dalam mediasiasalkan tidak melanggar aturan hukum. Walau-pun terdapat kesepakatan dalam pembagianharta waris yang berarti menyalahi prinsip ijbariterhadap ketentuan yang telah ditetapkan Allah.Sebagai mediator dalam penyelesaian sengketawaris dapat bertumpu pada beberapa prinsipyaitu, keadilan, mislu haz al-unsyain (dua ban-ding satu) yang bisa diterapkan secara flexibledan prinsip kesepakatan damai. Jadi, esensi darihukum kewarisan Islam adalah keadilan, ke-damaian dan pemanfaatan harta warisan olehahli waris secara adil dan damai.

Pengadilan Agama Yogyakarta dalam me-nerapkan mediasi terhadap sengketa kewarisanperkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk ditawar-kan terlebih dahulu oleh majelis hakim padasidang pertama tanggal 22 Mei 2013 agar putus-an yang dikeluarkan tidak menjadi batal demihukum. Penerapan mediasi pada perkara ter-sebut secara yuridis mengacu pada PERMA No.1 Tahun 2008 dengan mengikuti mekanismeyang telah ditetapkan karena diterapkan pada

tahun 2013 sebelum dikeluarkan PERMA No 1Tahun 2016. Pelaksanaan mediasi dalam perkaraNo. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk diberikan waktuoleh majelis hakim selama 3 (tiga) minggu atau16 (enam belas) hari kerja pada sesi pertama.Pada sesi kedua mediasi juga dilaksanakan selama3 (tiga) minggu atau 16 (enam belas) hari kerja.Seharusnya perpanjangan maksimal 14 (empatbelas) hari saja, tetapi hal tersebut berlaku setalahberakhir masa 40 (empat puluh) hari kerja. Prosesmediasi pada sesi pertama hanya mengambilwaktu 3 (tiga) minggu dan masih tersisa 24 (duapuluh empat) hari. Dari sisa 24 (dua puluh empat)hari tersebut jika diakumulasikan dengan 14(empat belas) hari, maka menjadi 38 (tiga puluhdelapan) hari sedangkan mediasi pada sesi keduadilaksanakan selama 3 (tiga) minggu atau 16(enam belas). Perhitungan demikian tidak diaturdi dalam PERMA akan tetapi berasal dari ijtihadmajelis hakim karena kemungkinan besar mediasiakan behasil.

Pemberian waktu untuk melaksanakan me-diasi dalam perkara tersebut ditentukan ber-dasarkan kesepakatan dengan para pihak, se-lain itu majelis hakim juga melihat antusiasmepara pihak dan kemungkinan mediasi berhasillebih besar daripada gagal. Pelaksanaan me-diasi pada sesi kedua dirasa masih kurang, se-hingga para pihak meminta perpanjanganwaktu dan diberikan waktu selama satu ming-gu untuk merumuskan kesepakatan. Iktikadbaik para pihak menjadi modal utama dalammenjalankan mediasi bahkan diwajibkan.78

Dalam perkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Ykterlihat bahwa para pihak memiliki iktikad baiktersebut dari antusiasme para pihak mengikutiproses mediasi, saling memberi dan menang-gapi resume dan menandatangani hasil kese-pakatan damai. Iktikad baik penting dalampembuatan kesepakatan dan mediator wajib

78 Pasal 12 ayat 1 PERMA No. 1 Tahun 2008. (1) Untuk mendukung pelaksanaan Mediasi di Pengadilan, Mahkamah Agungmenetapkan tata kelola yang di antaranya meliputi: a. perencanaan kebijakan, pengkajian dan penelitian Mediasi diPengadilan; b. pembinaan, pemantauan dan pengawasan pelaksanaan Mediasi di Pengadilan; c. pemberian akreditasidan evaluasi lembaga sertifikasi Mediasi terakreditasi; d. penyebarluasan informasi Mediasi; dan e. pengembangankerjasama dengan organisasi, lembaga atau pihak lainnya, baik tingkat nasional, regional, maupun internasionaldalam bidang Mediasi.

Page 19: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

85

Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

memeriksa isi kesepakatan sebelum ditanda-tangani oleh masing-masing pihak untuk meng-hindari adanya kesepakatan yang berten-tangan dengan hukum.

Kesepakatan yang dibuat para pihak dalamPutusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk tidakmengacu pada ketentuan hukum manapundan tidak mengikuti ketentuan 2:1. Dalam halpembagian warisan, pasal 183 KHI membukapeluang untuk melakukan penyimpangan padapasal 176 yang mengatur bagian ahli warisantara laki-laki dan perempuan asalkan melaluijalur perdamaian. Pasal 183 KHI cenderungtidak terlalu terpaku pada ketentuan 2:1 antaralaki-laki dan perempuan yang menyatakanbahwa “Para ahli waris dapat bersepakat me-lakukan perdamaian dalam pembagian hartawarisan, setelah masing-masing menyadaribagiannya.” Selama proses mediasi, para pihaktentunya telah membicarakan bagian masing-masing yang didapat dari harta warisan. Akantetapi karena sebagian harta telah dijual, untukmempermudah pembagian maka cukup de-ngan kesepakatan yang tidak merugikan parapihak masing-masing.

Kesepakatan yang dapat dimuat dalamakta perdamaian menurut Pasal 14 ayat (2)PERMA No. 1 Tahun 2008 telah memenuhipersyaratan dalam pasal 23 ayat (3) PERMANo. 1 Tahun 2008, yaitu: sesuai kehendak parapihak; tidak bertentangan dengan hukum;tidak merugikan pihak ketiga; dapat dieksekusi;dengan iktikad baik.

Akta perdamaian dalam putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk kesepakatan-kesepakatan-nya dibuat sesuai kehendak para pihak, tidakbertentangan dengan hukum Islam atau hukumpositif. Tidak bertentangan dengan hukum Islamdalam arti aturan tentang penyelesaian pem-bagian harta waris. Tidak bertentangan denganhukum positif yang dimaksud adalah selamaproses mediasi para pihak bebas menentukanpilihan penyelesaian sengketa mereka. Sengketapada perkara tersebut juga melibatkan pihakketiga, dan kesepakatan yang dibuat tidak

merugikan pihak ketiga itu. Kesepakatan yangdibuat dapat dieksekusi karena pembagian hartawarisan telah jelas, selanjutnya tinggal meng-urus proses administrasi berpindahnya hartawarisan yang telah dibeli kepada pihak ketiga.Kesepakatan tersebut juga tidak mengandungunsur iktikad tidak baik. Proses mediasi dalamPutusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk secarayuridis dalam hukum positif telah mengikutiaturan perundang-undangan yaitu PERMA No.1 Tahun 2008 di mana pada pelaksanaan me-diasi di tahun 2013 masih mengacu pada PERMAtersebut. Hanya saja terdapat ketidaksesuaiandalam perpanjangan waktu untuk menempuhproses mediasi jika mediasi yang pertama belumberhasil. Perpanjangan waktu tersebut yangmelebihi batas waktu 14 (empat belas) hari tidakdiatur dalam PERMA No. 1 Tahun 2008. Pe-rumusan kesepakatan mengenai pembagianharta warisan dalam Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk yang tidak mengikuti ketentuan2:1, dalam proses mediasi dibenarkan secarahukum karena untuk dapat berdamai parapihak bebas merumuskan kesepakatan asalkantidak bertentangan dengan pasal 14 ayat (2)PERMA No. 1 Tahun 2008 dan dibenarkan pulamelalui pasal 183 KHI.

E. PenutupSecara garis besar proses mediasi dalam

penyelesaian sengketa waris pada Putusan No.181/Pdt. G/2013/PA.Yk telah sesuai denganaturan dalam PERMA No. 1 Tahun 2008 ten-tang Prosedur mediasi di Pengadilan dan telahmencapai perdamaian. Hanya saja perpan-jangan waktu untuk menempuh mediasi padasesi kedua selama 3 minggu atau 16 (enambelas) hari kerja bertentangan dengan pasal 13ayat (4). Seharusnya perpanjangan maksimal14 hari saja, tetapi hal tersebut berlaku setalahberakhir masa 40 (empat puluh) hari kerja. Pe-laksanaan mediasi pada sesi pertama tidakmencapai batas 40 (empat puluh) hari tersebutdari waktu 3 (tiga) minggu atau 16 (enam belas)hari masih tersisa 24 (dua puluh empat) hari.

Page 20: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS: STUDI …

86 Al-Ah }wa >l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

Dari sisa 24 (dua puluh empat) hari tersebut jikadiakumulasikan dengan 14 (empat belas) hari,maka menjadi 38 (tiga puluh delapan) hari se-dangkan mediasi pada sesi kedua dilaksanakanselama 3 (tiga) minggu atau 16 (enam belas) harikerja . Perhitungan demikian tidak diatur didalam PERMA tetapi berasal dari ijtihad majelishakim pemeriksa perkara karena kemungkinanbesar mediasi akan berhasil.

Proses mediasi dalam Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk ditinjau dari hukum Islamsesuai dengan konsep s }ulh } dalam surat Al-Hujurat (49) : 10 dan surat An-Nisa >’ (4) : 114dan 128 dan konsep h }akam dalam surat An-Nisâ’ (4) : 35. Dalam penyelesaian sengketawaris pada proses mediasi dilakukan dengantakharruj atau tas }aluh berdasarkan kerelaan dankesepakatan para pihak dan tidak mengacupada ketentuan pembagian warisan dalamhukum kewarisan Islam. Penyelesaian pem-bagian harta warisan dengan takharruj atautas }aluh dilakukan setelah ahli waris mengetahuibagiannya masing-masing di mana ahli warisanak laki-laki bersama anak perempuan me-warisi secara ‘as }abah ma’al gair.

DAFTAR PUSTAKAAbbas, Syahrizal, Mediasi dalam Hukum Syariah,

Hukum Adat, dan Hukum Nasional, cet. ke-2,Jakarta: Kencana, 2011.

Afdol, Penerapan Hukum Waris Islam Secara Adil,cet. ke-3, Surabaya: Airlangga UniversityPress, 2010.

Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, LenyWulandari (ed.), cet. ke-5, Jakarta: SinarGrafika, 2014.

Anshary, M., Hukum Kewarisan Islam IndonesiaDinamika Pemikiran dari Fiqh Klasik ke FiqhIndonesia Modern, Cet. I, Bandung: MandarMaju, 2013.

Arto, Mukti, Praktek Perkara Perdata padaPengadilan Agama, cet. ke-9, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan

Terjemahnya Special for Woman, Bandung:Syaamil Al-Qur’an, 2009.

Hutagalung, Sophar Maru, Praktik PeradilanPerdata dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,cet. ke-2, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Kau, Sofyan A. P., Metode Penelitian Hukum IslamPenuntun Praktis untuk Penulisan Skripsi danTesis, cet. I,Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2013.

Kementrian Agama RI Badan Litbang dan Diklat,Problematika Hukum Kewarisan IslamKontemporer di Indonesia, ed. Muchit A.Karim, cet. ke-1, Jakarta: PuslitbangKehidupan Keagamaan, 2012. KompilasiHukum Islam.

PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang ProsedurMediasi di Pengadilan.

PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang ProsedurMediasi di Pengadilan.

Prastowo, Andi, Metode Penelitian Kualitatif dalamPerspektif Rancangan Penelitian, cet.III,Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.

Putusan No. 181/Pdt.G/2013/PA.Yk, Yogya-karta, diputus pada 10 Juli 2013.

Ramulyo, M. Idris, Perbandingan Hukum KewarisanIslam dengan Kewarisan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, edisi revisi, cet. I,Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Syarifuddin, Amir, Hukum Kewarisan Islam, cet.ke-4, Jakarta: Kencana, 2004.

Syukur, Fatahillah A., Mediasi Yudisial di IndonesiaPeluang dan Tantangan dalam MemajukanSistem Peradilan, Bandung: CV. MandarMaju, 2012.

Usman, Rachmadi, Mediasi di Pengadilan dalamTeori dan Praktik, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik Teori,Aplikasi dan Penelitian, Jakarta: SalembaHumanika, 2009.

Witanto, D.Y., Hukum Acara Mediasi dalam PerkaraPerdata di Lingkungan Peradilan Umum danPeradilan Agama Menurut PERMA No. 1Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi diPengadilan, cet. ke-2, Bandung: Alfabeta,2012.