Median Dosis Efektif
-
Upload
yogi-pratama -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Embed Size (px)
Transcript of Median Dosis Efektif

7/22/2019 Median Dosis Efektif
http://slidepdf.com/reader/full/median-dosis-efektif 1/12

7/22/2019 Median Dosis Efektif
http://slidepdf.com/reader/full/median-dosis-efektif 2/12
Kesimpulan Sifat interaksi dari paracetamol yang dikombinasi dengan morfin
adalah saling berkesinambungan dan menguntungkan.
LATAR BELAKANG
Paracetamol (acetaminophen) umum digunakan secara tunggal ataupun
dikombinasi dengan analgesik tradional untuk mengobati nyeri ringan hinggasedang
pada pasien post operatif. Lokasi primer dari kerja paracetamol masih belum jelas.
Beberapa sttudi memiliki teori bahwa paracetamol bekerja secara sentral di otak
dibandingkan pada pareifer (ujung serabut saraf). Efek sentral diasumsikan dimediasi
melalui aktivasi jalur serotonergik descendens melalui inhibisi siklooksigenase
(COX). Penemuan terbaru menjelaskan bahwa mungkin ada keterlibatan dari COX2,
COX3dan COX4 juga. Mekanisme sentral lain yang dikemukakan termasuk inhibisi
dari L-arginine-nitric oxide (NO) melalui N-methyl-D-aspartate (NMDA) dan zat P
atau efek dari metabolisme aktif paracetamol (p-aminophenol) pada reseptor
cannaboid. Efek perifernya dapat dijelaskan melalui penurunan sintesis prostacylin.
Morfin berikatan dengan reseptor opioid neuronesin di otak, serabut spinal,
dan traktus gastrointestinal. Respetor ini dimediasi melalui inhibisi langsung
transmisi dari ujung dorsal serabut spinal dan dari interaksi dengan reseptor opioid.
Mekanisme ini menghasilkan hiperpolarisasi dari interneuron dan depresi
pengeluaran transmiter yang diasosiasikan dengan transmisi nyeri itu sendiri. Sebagai
tambahan, morfin berinteraksi dengan reseptor opioid yang terletak di supraspinal dan
kemudian mengaktivasi sistem supraspinal.
Multimodalitas analgesia, digunakan pada manajemen nyeri akut post
operatif, termasuk administrasi dua agen analgesik yang bekerja via mekanisme
berbeda melalui jalur tunggal atau multipel untuk menyediakan feke analgesik yang
superior dengan efek samping yang ekuivalen atau menurun. Beberapa studi

7/22/2019 Median Dosis Efektif
http://slidepdf.com/reader/full/median-dosis-efektif 3/12
menunjukkan bahwa dengan mengkombinasi morfin dengan beberapa analgesik akan
memproduksi efek samping yang berbeda. Sinergi antara morfin dan NSAIDs telah
didemonstasikan pada hewan, dimanainteraksi antara morfin dengan nefopam atau
tramadol telah menunjukkan adiksi. Di sisi lain, studi klinis telah mendeskripsikan
efek sinergis morfin yang signifikan dengan paracetamol. Namun, sulit untuk
menentukan sifat alami dari interaksi ini sebab studi tersebut menggunakan fixed dose
dari paracetamol.
ED50 dari parasetamol postoperatif tunggal atau kombinasi dengan morfin
belum dipaparkan. Sebagai tambahan, belum ada studi yang mendeskripsikan sifat
interaksi dari paracetamol dan morfin.Berdasarkan hal tersebut, tujuan studi kali ini
adalah untuk mendefiniskan median dosis analgesik efektif (ED50S) dari
paracetamol, morfin, da kombinasinya. Serta untuk mengevaluasi sifat interaksinya
dengan menggunakan metode Dixon dan Mood-up-and-down dan analisis
isobolografi.
METODE
Persetujuan komisi etik penelitian diambil dari Procare Riaya Hospital .
Informed consent tertulis diambil dari 90 pasien yang mengikuti studi ini. Pasien
yang sedang menjalani operasi dan dikelompokkan kepada nyeri sedang (seperti
hernia inguinalis, appendektomi, varicocelektomi, fistulotomi ani, tumor payudara,
atau operasi ortopedik minor). Kriteria eksklusi adalah: (i) kontraindikasi apapun dari
penggunaan parasetamol atau morfin, (ii) kehamilan, (iii) usia kurang dari 18 tahun,
(iv) berat badan, 65kg (v) penggunaan anestesi regional intraoperatif., (vi) pemberian
analgesik intraoperatif selain fentanyl, (vii) nyeri post-operatif, 3 pada numeric rating
scale (NRS) (dengan 0, tanpa nyeri hingga 10, nyeri hebat) pada saat waktu datang ke
post-anaesthesia care unit (PACU).

7/22/2019 Median Dosis Efektif
http://slidepdf.com/reader/full/median-dosis-efektif 4/12
Sebelum operasi, pasien diinstruksikan mengenai bagaimana menggunakan
NRS. Seluruh pasien memperoleh anestesi general yang terdiri dari propofol,
sevoflurane, dan cisastracurium.
Dalam ruang operasi, monitoring rutin digunakan dengan sensor monitor
BISW
standar pada kening pasien sebelum anestesi general diinduksi pada selruh
pasien. Pasien mendapatkan midazolam IV (2-3mg), glikopirolat (0.2mg), dan
preoksigenasi pada rata-rata 10 liter permenit melalui semi-closed absorber system.
Setelah preoksigenasi maksimal dicapai (tidal oksigen, 90%), anestesi general
dimulai dengan menggunakan propofol (2mg/kg) dan cisastracurium (0.2mg kg).
Dosis tunggal fentanyl (2mg/kg) dimasukkan sebelum insisi bedah. Intubasi trakea
dilakukan menggunaan tube 7.0-7.5. Ventilasi mekanik dimulai untuk mengatur
normocapnia selama operasi. Anestesi diatur dengan unfus propofol (50-150
mg/kg/menit) dan sevofluran (0.5-2.5%) pada oksigen untuk mengatur variasi
hemodinamik didalam 25% nilai preoperatif dan BIS score diantara 40-50%.
Segera setelah masuk ke PACU, intensitas nyeri dihitung menggunakan NRS.
Setelahnya, penilaian nyeri dilakukan setiap 5 menit atau ketika pasien komplain.
Segera setelah skor nyeri mencapai 3/10 (disimbolkan sebagai To), pasien yang
memperoleh analgesia diikutkan sesuai protokol setelah diacak secara prospektif
kepada satu dari tiga grup menggunakan komputer dan amplop tertutup. Seluruh
peralatan dikaburkan. Penilaian nyeri diselesaikan oleh investigator yang tidak tahu
mengenai obat yang diberikan.
Morfin (morfin sulfat, 10mg) diberikan dalam bentuk bolus (dicairkan ke
1mg/ml) dan paracetamol (Perfalgan 1g:100ml) diberikan dalam infus lambat(dilarutkan pada 250ml larutan salin ketika dibutuhkan). Pada To, pasien pada grup
paracetamol mendapatkan paracetamol pada kantung 250ml sebagai infus salin
berkelanjutan selama 15 menit dan saline 10ml sebagai bolus. Pasien pada grup
morfin (Grup M) mendapatkan morfin iv sebagai bolus dalam syringe 10ml dan salin

7/22/2019 Median Dosis Efektif
http://slidepdf.com/reader/full/median-dosis-efektif 5/12
250mg dan dilanjutkan sebagai infus selama lebih dari 15 menit. Pasien dalam grup
morfin-parasetamol (Grup P+M) mendapatkan paracetamol pada kotak 250ml
sebagai infus berkelanjutan lebih dari 15 menit, dan morfin IV sebagai bolus pada
syringe 10ml. Dosis paracetamol, morfin, atau keduanya yang diterima oleh pasien
dihitung menggunakan respon dari pasien sebelumnya dalam grup yang sama,
menggunakan teknik alokasi sequential up-and-down. Pada grup P, pasien pertama
yang mendapatkan 1.5 g, dan dosis intervalnya 1mg. Pada grup P+M, pasien pertama
yang menerima paracetamol 1.5mg dan morfin 3mg Pengaturan dosis interval ini
adalah 0.25g untuk paracetamol dan 0.5mg untuk morfin. Efisiensi dari obat diukur
menggunakan NS, 45 menit setelah pemberian obat. Hasilnya diharapkan:
- Efektif: NRS 3 atau lebih rendah dari 10 pada T45. Hasil reduksi: 0.5mg
paracetamol pada grup P, 1mg morfin pada grup M, dan 0.25mg paraetamol
dan 0.5 mg morfin pada grup P+M untuk pasien selanjutnya.
- Tidak efektif: NRS 3 dari 10 di T45. Nilai hasil sama dengan pasien diatas.
Pada menit ke 45, peserta yang melapor bahwa mereka memiliki analgesia yang
tidak efektif akan diberikan rescue analgesik dan titrasi morfin yang telah dimulai
berdasarkan protokol PACu. Maka dari itu, protokol analgesia postoperatif 24 jam
tidak memasukkan dosis paracetamol lain.
Sebagai tambahan dari pengukuran NRS. Denjut jantung, tekanan arteri,
saturasi oksigen, diukur dengan oksimetri (Sp02), dan efek samping paracetamol
( skin rash, malaise, penurunan tekanan darah) dan efek samping morfin: retensi urin,
nausea, muntah, gatal, pusing, sedasi (menggunakan skala four-point sederhana,
sesuai dengan kebijakan rumah sakit kami, dimana 0, pasien bangun. 1, meresponhanya dengan stimulus verbal, 2, merespon hanya pada stimulasi fisik, 3, tidak
merespon), kekakuan thoraks (didefinisikan melalui kesulitan bernapas normal
dengan observasi visual dan SpO2 90%) diambil pada menit ke 15, 30, 45, dan 60
setelah pemasangan infus dan setiap 30 menit setelah dikeluarkan dari PACU.

7/22/2019 Median Dosis Efektif
http://slidepdf.com/reader/full/median-dosis-efektif 6/12
ANALISIS STATISTIK
Jumlah subjek yang dibutuhkan sesuai dengan metode Dixon and Mood dan
rekomendasi dari National institue of Environmental Health Sciences telah dihitung.
Angka teoritikal dari pasien pergrup meningkat menjadi 30 sebab angka awalnya
terlalu jauh dari ED50. Kami awalnya mengkalkulasi median dan 95% confidene
interval (CI) ED50. Efisiensi analgesik pada 50% pasien untuk paracetamol, morfin,
dan kombinasi keduanya menggunakan Dixon and Mood up-and-down technique.
Singkatnya, dosis pertama dberikan pada pasien pertama, dan dosis berikutnya
diberikan sesuai dengan peraturan berikutL jika subjek merespon secara positif
(NRS≤3), dosis diturunkan satu tingkat untuk subjek berikutnya, dan sebaliknya, jika
subjek mer espon negatif (NRS≥3), maka dosis dinaikkan satu tingkat.
Karena adanya potensi toksisitas dari paracetamol, kami membatasi dosis
maksimal ke 2.5g. Pada beberapa pasien yang mengalami kekurangan analgesik
dengan 2.5g paracetamol (gagal), kami mengkalkulasi angka mediannya
mempertimbangkan ED50 yang lebih tinggi dikalkulasi berdasarkan sukses dan
kegagalan dan dengan mempertimbangkan CI yang lebih lebar: (i) batasan pertama
dihitung berdasarkan kesuksesan yang telah diobservasi; (ii) batsan kedua dikalkulasi
dengan mengatur peningkatan dosis ke 0.5 pada tiap kegagalan diatas 2g, lalu
menentukan kemungkinan skenario terburuk. Misalnya, dosis berikutnya jika 2.5g
gagal adalah 3g, lalu ditingkatkan menjadi 3.5g jika gagal lain, hingga sukses.
Seluruh dosis ini tetap dianggap gagal. Kami lalu menggunakan isobolografik untuk
menentukan interaksi antara morfin dan paracetamol. Analisis isobolografi adalah
metode grafis yang memungkingkan penentuan jika dua dua obat yang
dikombinasikan bersifat saling melengkapi, infra-adiktid, atau sinergis pada grafik,
garis yang berhimpit dengan ED50 dari setiap obat menentukan adiktivitas. 95%
confidence contour yang berhimpit dengan 85% CI pada tiap aksis juga tergambar.

7/22/2019 Median Dosis Efektif
http://slidepdf.com/reader/full/median-dosis-efektif 7/12

7/22/2019 Median Dosis Efektif
http://slidepdf.com/reader/full/median-dosis-efektif 8/12
Analisis isobolografik kami mendemonstrasikan bahwa parasetamol dan morfin
saling melengkapi jika dikombinasi.
Dosis paracetamol terbatas dikarenakan toksisitasnya. Kami tidak dapat
memberi lebih dari 2.5g. Oleh sebab itu, kami memodifikasi up-and-down technique
yang pada akhirnya mengestimasi ED50 dengan dua batasan. Batas pertama dihitung
berdasarkan skenario terburuk (seluruh dosis yang dianggap gagal diatas 2.5g).
Onset dari paracetamol dan morfin telah dipertanyakan; namun, kami telah
menunjukkan bahwa morfin dan paracetamol iv memiliki onset yang lambat sebelum
efek puncaknya. Sifat molekul keduanya yang hidrofobik dapat menjelaskan
mengapa efek maksimalnya terjadi 30-60 menit setelah injeksi. Oleh sebab itu, kami
memilih waktu 45 menit sebagai testing interval time . Disisi lain, meskipun
paracetamol memiliki potensi yang lebih rendah dibanding morfin untuk nyeri post
operatif, ini tidak mengimplikasi adanya efek yang lemah dari paracetamol. Kedua
obat menunjukkan efek yang sepadan (kedua obat mampu menurunkan skor nyeri
NRS3).
Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa ED50 dari morfin adalah 5mg,
yang konsisten dengan studi kami. Dosis 1g paracetamol telah direkomendasikan
untuk manajemen nyeri akut pasca operasi. Morfin telah diperlihatkan efektif dalam
menurunkan nyeri akut, menunda waktu rescue analgesia dan menurunkan konsumsi
analgesik padda hari ke4-6 pasca operasi. Juga telah didemonstrasikan bahwa efek
analgesik pada dosis yang lebih tinggi, dosis awal paracetamol 2-3g, lebih superior
dari dosis yang disarankan, yaki 1g. Studi kami menemukan bahwa ED50
paracetamol adalah 2.1g yang lebih tinggi dari dosis rekomendasi 1g pada nyeri postoperasi sedang. Namun, kami tidak menyarankan ED50 sebagai dosis klinis yang
digunakan; Tetapi telah dilaporkan perbandingan dengan morfin untuk mendapatkan
gambaran analisis isobolografi. Berdasarkan observasi kami, kami menyimpulkan

7/22/2019 Median Dosis Efektif
http://slidepdf.com/reader/full/median-dosis-efektif 9/12
bahwa paracetamol tidak perlu diberikan secara tunggal untuk menjamin analgesia
post operatif pada kebanyakan pasien, meskipun angka ED50nya lebih tinggi.
Tabel 1. Karakteristik pasien. Data adalah mean
(SD), atau range, atau angka
Group Paracetamol Morphine
Paracetamol1morphi
ne
Usia (yr) 35 (18 – 57) 34 (21 – 56) 35 (24 – 54)
Berat badan (kg) 767) 65 –
90) 78 (9) (65 – 90) 78 (10) (65 – 95)
Gender (F/M) 14/16 14/16 14/16
Jenis pembedahanUmum a omen, recta , an
thoraks) 20 (67%) 14 (47%) 17 (57%)Urogenital 2 (7%) 4 (13%) 1 (3%)
Gynaecology 4 (13%) 2 (7%) 3 (10%)
Orthopaedic 6 (20%) 4 (13%) 10 (33%)
THT 1 (3%) 0 (0%) 2 (7%)
Telah banyak studi yang menunjukkan bahwa dengan menggabungkan
paracetamol dengan analgesia opioid pada manajemen pasca operasi akan
menghasilkan peningkatan analgesia yang signifikan. Tujuh studi prospektif meta-
analisis memasukkan 265 pasien dengan patient-controlled analgesia (PCA) morfin
besera asetaminofen, dan 226 diantaranya mendapatkan 20% morphine-sparing effect
pada 24 jam pertama pasca operasi. Laporan lain menunjukkan efek yang lebih
signifikan, hingga 40%. Studi ini menggunakan paracetamol dengan fixed doses, dan
sejak sparing effect tidak selalu berarti sinergi, cukup sulit untuk menentukan sifat
dari interaksi morfin dengan paraetamol. Investigasi terkini menunjukkan bahwa
kombinasi keduanya saling berkesinambungan. Kesinambungan ini awalnya terlihat
ketika pro-paracetamol dihubungkan dengan morfin pada studi hewan. Namun, studi
kami adalah yang pertama yang memperhitungkan ED50 dari paracetamol, morfin,
dan kombinasinya dalam mengevaluasi sifat kombinasi.
Keuntungan utama dari interaksi ini adalah untuk menurunkan efek samping
dari kedua obat ketika dikombinasi. Diharapkan, menggabungkan keduanya dapat

7/22/2019 Median Dosis Efektif
http://slidepdf.com/reader/full/median-dosis-efektif 10/12
menurunkan efek samping morfin yang telah banyak diketahui. Beberapa studi telah
gagal dalam memperlihatkan penurunan efek samping ketika mengkombinasi morfin
dengan paracetamol. Begitu juga engan studi kami yang tidak memperlihat perbedaan
signifikan antara ketiga grup, kecuali mulut kering yang lebih sering ditemukan pada
grup morfin. Namun, sebab penilaian kami hanya terbatas pada recovery room, seteah
pemberian analgesik, penurunan efek samping yang signifikan tidak dapat diacuhkan
setelah pasien dikeluarkan dari PACU. Tetap ada kemungkinan ED50 paracetamol
dan kombinasinya dengan morfin memberikan efek samping. Studi tambahan
dibutuhkan untuk memeriksa hipotesis ini. Kontras dengan itu, Marret dan kolega
menunjukkan meta-analisis mereka dalam menggabungkan NSAIDs dengan PCA
morfin mampu menurunkan nausea, muntah, dan efek sedasi post operatif sekitar
30%.
Pada studi kami, kami membatasi dosis maksimal paracetamol menjadi 2.5g
sebagai loading dose. Namun, dosis harian optimal belum begitu jelas. Teori
menunjukkan bahwa 7.5g per 24 jam dapat dihubungkan dengan hepatotoksisitas
yang signifikan. Studi sebelumnya menggunakan dosis lebih tinggi dari yang
direkomendasikan tanpa ada efek samping yang signifikan. Silvanto dan kolega
mempelajari efek dan kemanan dari 3g paraetamol sebagai dosis awal analgesia post
operatif. Hanya satu dari 107 pasien yang menunjukkan elevasi enzim hati. Namun,
pada studi kami, kami tidak memonitor level enzim hati; pasien kami tidak
mengalami tanda dan gejala klinis hepatoksisitas. Berdasarkan ED50 kami, kami
merekomendasikan bahwa penggunaan paracetamol sebaiknya tidak diberikan secarra
tunggal pada analgesia post operatif. Memang, angka yang diberikan disini adalah
ED50 dan ED95 masih lebih tinggi.
Sebagai kesimpulan, studi ini memperlihatkan median ED50 dari paracetamol
dan morfin adalah 2.1g dan 5mg, berturut-turut. Median ED50 dari kombinasi
keduanya adalah 1.3g untuk paracetamol dan 2.7mg untuk morfin. Analisis

7/22/2019 Median Dosis Efektif
http://slidepdf.com/reader/full/median-dosis-efektif 11/12
isobolografi menunjukkan bahwa sifat interaksi dari paracetamol yang dikombinasi
dengan morfin adalah saling berkesinambungan dan menguntungkan.
Gambar 1. Gambaran dosis
antara ketiga grup. (A), para-
cetamol (B), dan
morphine+paracetamol
(C).Lingkaran menunjukkan
sukses dan bintangmenujukkan gagal. Garis
horiontal tebal dan bertitik
menunjukkan rata-rata ED50
dan 95% CI. Pada grup
paracetamol, CI sekitar
median asimetris (lihat bagian
metode).
Gambar 2. Gambaran isobolografi
dari kombinasi morfin-paracetamol.
Tiap aksis mewakili ED50 dan 95%
CI dari tiap obat. Terdapat dua
ED50 untuk paracetamol dengan
dua batas. Garis tebal (bertitik untuk
garis yang menghubungkan ED50
morfin dan batas atas paracetamol
adalah garis kesinambungan
keduanya. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa kombinasi
kedua obat ini sangat baik.

7/22/2019 Median Dosis Efektif
http://slidepdf.com/reader/full/median-dosis-efektif 12/12