Mediakom 18 Full Page

60

Transcript of Mediakom 18 Full Page

Page 1: Mediakom 18 Full Page
Page 2: Mediakom 18 Full Page

� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

IKLAN

Page 3: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom �

EtalaseSuSuNAN REDAKSI

Penanggung Jawab:dr. Lily S. Sulistiowati, MM

Pemimpin Umum:Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS

Pimpinan Redaksi:Drs. Sumardi

Redaksi:Prawito, SKM, MM (koordinator)

Dra. Hikmandari A., M. Ed.drg. Anitasari SM

Busroni, S.IPDra. Isti Ratnariningsih, MARS

Mety Setiowati, SKMAji Muhawarman, ST

Reporter:Resty Kiantini, SKM, M. Kes.

Sri Wahyuni, S. SosGiri Inayah, S. SosR. Yanti Ruchiati

Fotografi:Wayang Mas Jendra, S.SnRifani Sastradipraja, S.Sos

Alamat Redaksi:Pusat Komunikasi Publik

Gedung Departemen Kesehatan RI Blok A, Ruang 107

Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9Jakarta 12950

Telepon:

021-5201590; 021-52907416-7Fax:

021- 5223002; 021-52960661Email:

[email protected]@yahoo.co.id

Redaksi menerima naskah daripembaca: dapat dikirim ke alamat

email redaksi

AyoHidup Sehat!

Mediakom

Banyak perokok tahu bahaya rokok bagi kesehatan, tapi lebih banyak perokok tidak mau tahu kapan harus berhenti merokok. Beribu alasan dilontarkan, yang intinya perokok tetap ingin merokok dan enggan berhenti merokok.

Pembaca, memang tidak mudah meng-ubah kebiasaan yang sudah berlangsung lama dan bertahun-tahun. Apalagi kebiasaan merokok. Dari banyak pengalaman, hanya mereka yang memiliki tekad besar dan kema-uan kuat dari diri sendiri yang dapat membe-baskan diri dari kebiasaan merokok.

Dr. Merdias Altmatsir mengatakan, resep berhenti merokok sebenarnya sederhana saja, cuma niat yang tulus dan kuat. Setelah itu kita harus siap memasuki dunia baru: hidup sehat. Lalu, bi-asakan bernapas panjang, olahraga setiap hari, mengambil waktu tidur lebih lama, banyak minum dan mandi, menjauhi kopi, alkohol, makanan berat dan berbumbu banyak, sekaligus menjauhkan diri dari perokok atau lingkungan yang mendorong kita ikut merokok. Percayalah, dengan memilih hidup lebih sehat, Anda akan menjadi lebih segar, bugar, dan bergairah menyong-song kehidupan.

Gaya hidup sehat juga akan menjauhkan kita dari berbagai ancaman virus yang makin hari semakin menghantui lingkungan sosial kita. Se-perti Influenza A H1N1, salah satu virus yang menghebohkan dunia, semua negara, termasuk organisasi kesehatan dunia WHO sibuk mencegahnya. Tapi apa daya, tingkat penyebaran lebih cepat dari strategi pencegahan. Akhirnya H1N1 dinyatakan oleh WHO menjadi pandemi. Kini influenza A H1N1 sudah merebak ke seluruh negara di dunia. Terus menyebar melintas batas daratan, gunung dan laut tak terkendali.

Kedua topik itu kami angkat sebagai topik utama Mediakom edisi kali ini. Selain itu, kami juga mengabarkan berbagai kegiatan di lingkup departe-men Kesehatan serta berbagai informasi menarik yang layak Anda ketahui. Dari hari ke hari kami akan terus memperbaiki majalah kita tercinta. Berba-gai rubrik baru terus kami persegar dan perbarui. Semoga pembaca berke-nan. Dan kami berharap apa yang kami lakukan ini dapat mendekatkan dengan pembaca. Berkomunikasi, tukar pikiran dan saling menyapa antara kita. Selamat membaca. l

Redaksi

dr. Lily S. Sulistiowati, MM

Page 4: Mediakom 18 Full Page

� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Daftar Isi

3 Etalase

4 Daftar Isi

6 Surat Pembaca

7 Resensi

9 Info Sehat You Can Control Your Asthma

Hindari Hipertensi, Kurangi Konsumsi Garam

Lebih Jauh Meningitis

Lingkar Pinggang Indikator Kesehatan

Kangkung Sebagai Anti Racun

Cara Membedakan Madu yang Asli dan Palsu

Amankah Kosmetika Anda?

15 Media utama Virus H1N1 MASYARAKAT HARuS TETAP WASPADA

WaspadaInfluenzaA

SeputarIinfluensaAH1N1

KRONOLOGI PENYEBARAN INFLuENZA A H1N1

26 Sorot Hari-Hari Tanpa Tembakau

Dampak dan Bahaya Rokok

Tidak Pernah ada Kata Aman untuk Rokok!

Cover Model memakai masker sebagai pencegahan penularan Influenza A H1N1

Foto

Wayang Mas Jendra, S.Sn

9

13

14

18

23 25

26

28

Page 5: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom �

Daftar Isi

34 Peristiwa Pemerintah Gelar Simulasi Penanggulangan EpisenterInfluenzakedua

Babak Baru B4M

Depkes Siap Melayani Kesehatan Jemaah Haji Indonesia

Penyakit Miningitis dan Ibadah Haji

38 Nasional Virus Sharing Akan Menjadi Aturan Baru WHO

Lima Puluh Tahun Penanggulangan Malaria

44 Daerah Pembangunan Kesehatan Tana Toraja

Tana Toraja, Tanah Kerajaan Surga

48 Potret Dr. Sardikin Giriputro SpP(K), MARS

56 Siapa Dia Daniel Tule

Nunuk Iswandari

58 Lentera Namaku Flu

Jasamu, Kader Posyandu

34

38

43

46

49

56

Page 6: Mediakom 18 Full Page

� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Surat Pembaca

Info H1N1Redaksi yang baik,Ada beberapa pertanyaan yang saya butuhkan berkaitan dengan adanya H1N1, adalah sebagai berikut:

1. Kebijaksanaan pemerintah Indonesia dalam menangani pasien yang diduga terkena flu babi (H1N1)

2. Apakah mereka segera di-karantina? berapa lama?

3. Bagaimana test itu dilak-sanakan dan berapa lama?

4. Apakah bisa dikonfimasikan jumlah dan lokasi karantina di Jakarta dan Bali.

5. Apa yang harus dihadapi oleh pengunjung dari luar negeri jika mereka harus dikarantina?

Mohon informasinya. Terima kasih

Ades, Bali.

Jawab : 1) Pasien flu berat dirawat dan di-

observasi di rumah sakit rujukan influenza A H1N1. Spesimen di-periksa di laboratorium di rumah sakit/laboratorium regional dan dikonfirmasi di laborato-rium Badan Litbangkes Depkes Jakarta, kalau hasilnya konfirm atau positif, maka pasien tetap dirawat di ruang isolasi selama 7 hari dan setelah sembuh pasien dibolehkan pulang.

2) Mereka yang menderita flu berat dirawat di ruang isolasi dan diob-servasi seperti pertanyaan nomor

3) Test spesimen dapat dilakukan di rumah sakit rujukan influenza A H1N1, tetapi harus dikonfirmasi di laboratorium rujukan di Badan Litbangkes Depkes Jakarta. Sebenarnya waktu untuk memer-iksa spesimen hanya sekitar dua jam, Namun karena yang diperik-

sa banyak maka harus antri. Ini yang menyebabkan seolah-olah pemeriksaan laboratorium itu lama.

4) Jumlah dan lokasi RS Rujukan Influenza A H1N1 di seluruh Indo-nesia sebanyak 100 rumah sakit. RS rujukan influenza A H1N1 di Bali RSUP Sanglah, RSU Taba-nan dan RSU Sanjiwani Gianyar, sedangkan di Jakarta adalah RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, RS Persahabatan dan RS Gatot Subroto.

5) Standar pelayanan pengobatan influenza A H1N1 baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing adalah sama. Mereka yang dinyatakan positif diisolasi selama 7 hari, setelah sembuh dibolehkan pulang.l

Page 7: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom �

Resensi

BUkU disusun oleh Departemen Kesehatan (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang merupakan penyempurnaan dari pedoman sebelumnya. Penyempurnaan dilakukan sehubungan dengan diter-bitkannya Peraturan Presiden No.95 tahun 2007 tentang perubahan ketujuh atas Keputusan Presiden No.80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan obat

BUkU Pedoman Praktik Laboratorium Yang Benar di terbitkan Departemen Kesehatan pertama pada tahun 2004, dengan berkembangnya ilmu penge-tahuan dan teknologi maka Pedoman Praktik Laboratorium Yang benar ada perbaikan. Buku ini merupakan revisi dari buku yang terbit sebelumnya. Buku ini terdiri dari 10 bab yang menguraikan dari awal organisasi dan manajemen, ru-angan dan fasilitas penunjang, peralatan laboratorium, bahan laboratorium, speci-men, Metode pemeriksaan, mutu labora-torium, kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium sampai ke pencatatan dan pelaporannya di lengkapi dengan contoh-contoh formulir. Dengan terbit-nya buku ini di harapkan dapat dipakai sebagai pedoman agar pelayanan laboratorium semakin meningkat dan lebih baik. l

JudulPedoman Praktik

Laboratorium Kesehatan yang Benar

(Good Laboratory Practice)

PengarangDirektorat Jenderal Bina

Pelayanan Medik

ImpresumJakarta, Departemen Kesehatan RI., 2008

Tebal 164 halaman.

JudulPedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar

PengarangDirektorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan

ImpresumJakarta, Departemen Kesehatan

RI.,2008

Tebal63 halaman.

yang dilakukan melalui penunjukan langsung.

Buku ini membahas dua aspek penting yaitu perencanaan obat dan perbekalan kesehatan yang merupakan salah satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan obat dan perbekalan kesehatan, dalam menetap-kan jenis, jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar;. Selain itu, menyangkut pengadaan obat dan perbekalan kesehatan yang bertujuan agar tersedianya obat dan perbekalan kesehatan dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan serta terjaminnya

mutu obat dan perbekalan kesehatan.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan

obat dan perbekalan kesehatan adalah: (1) Kriteria obat dan perbekalan kesehatan, (2) Persyaratan pemasok; (3) Penentuan waktu pengadaan dan waktu datangnya obat; (4) Penerimaan dan pemeriksaan obat dan perbekalan kesehatan; dan (5) Pemantauan status pesanan. l

Page 8: Mediakom 18 Full Page

� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Resensi

STAndART Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan ten-tang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara mini-mal. SPM bersifat sederhana, konkrit mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggung jawabkan serta mempun-

JudulStandar pelayanan

minimal rumah sakit

PengarangDirektorat Jenderal

Bina Pelayanan Medik

ImpresumJakarta, Departemen

Kesehatan RI., 2008

Tebal120 halaman.

yai batas waktu pencapaian.Buku Standar pelayanan minimal rumah sakit

(SPM-RS),ini di susun oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Bekerjasama dengan Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA), Asosiasi Dinas Kesehatan (ADINKES) dan lintas sektor dan lintas program terkait. Isi buku ini diawali dengan Surat Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 129/Menkes/SK/II 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Buku ini dengan jelas menguraikan Jenis-jenis pelayanan rumah sakit, SPM setiap jenis pelayanan, indicator dan standart pelayanan. SPM-SR sebagai pedoman bagi rumah sakit Pemerintah dan Swasta agar ada kesamaan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Diharapkan SPM-RS ini dapat digu-nakan oleh perangkat daerah untuk melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional serta dapat dijadikan bahan akuntabilitas kinerja rumah sakit. l

BUkU ini disu-sun oleh Direk-torat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Terdiri dari Penda-huluan, yang berisi tentang definisi pelayanan kedok-teran nuklir, ruang lingkup pelayanan kedokteran nuklir, serta karakteristik kamera gamma pada pelayanan kedokteran nuklir.

Visinya adalah mencapai pelayanan kedokteran nuklir yang prima dan misi yang mempertimbangkan ruang lingkup dari peran dan fungsi pelayanan kedokteran nuklir, kebutuhan masyarakat dan kemampuan atau potensi yang dimiliki.

Falsafah Pelayanan Kedokteran Nuklir pada dasarnya adalah tindakan medik yang mengutamakan keselamatan, efektif, tertib dan manusiawi berdasarkan ilmu kedokteran yang menggunakan radionuklir atau radioformana yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang terdiri dan ter-latih serta mengutamakan keselamatan.Tujuan pelayanan kedokteran nuklir adalah memberikan pelayanan untuk

mendiagnosa melainkan organ atau sistem dan memberikan pen-gobatan.

Standar struk-tur organisasi dan administrasi adalah sistem yang mengatur jalur komando dan jalur

koordinasi yang menetapkan tanggung jawab penye-lenggaraan dan pelaksanaan pelayanan,pendidikan dan penelitian. Dalam kegiatan administrasi tergambar 3 jalur sistem, yaitu alur pelayanan pasien, alur pencatatan dan pelaporan serta alur keuangan.

Standar fasilitas dan peralatan kedokteran nuklir harus memperhatikan prinsip kehatian –hatian dan kenyaman-an dan memenuhi persyaratan dan disesauaikan dengan jenis klasifikasi yaitu Klasifikasi pelayanan Kedokteran Nuklir adalah sebagai berikut pelayanan nuklir pratama, pelayanan kedokteran nuklir madya dan pelayanan kedokteran nuklir utama.Ruangan pelayanan kedokteran nuklir harus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan BAPETEN. l(parna)

Judul : Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 008/Menkes/

SK/1/2009 Tentang Standar Pelayanan

Kedokteran Nuklir di Sarana Pelayanan

Kesehatan

Pengarang : Direktorat Bina Pelayanan Penunjang

Medik Departemen Kesehatan

Impresum : Jakarta, Departemen Kesehatan RI.,2009

Tebal : 49 halaman

Page 9: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom �

Info Sehat

Menurut WHO, sebanyak 100 - 150 juta penduduk dunia adalah penyandang asma.

Jumlah ini terus bertambah seba-nyak 180.000 orang setiap tahunnya. Sementara di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskes-das) terdapat 4% prevalensi Asma. Dengan jumlah penduduk Indone-sia 240 juta berarti terdapat sekitar 10 juta penderita asma di Indonesia, dimana sebagian besarnya adalah anak-anak.

Untuk mengingatkan penting-nya upaya pengendalian asma, setiap tanggal 1 Mei diperingati sebagai Hari Asma Sedunia. “You Can Control Your Asthma” ditetap-kan sebagai tema kampanye global. Dengan slogan ini diharapkan penderita asma tetap dapat hidup normal dengan kualitas hidup yang maksimal apabila mampu menge-lola asma dan mengontrol kesehat-

annya secara teratur.Asma adalah suatu penya-

kit saluran napas yang ditandai dengan penyempitan jalan napas. Gejalanya bisa timbul dan hilang dengan sendirinya. Karena terjadi penyempitan jalan napas, maka gejalanya adalah sesak napas pada saat muncul serangan.

Mengapa penderita asma menge-luarkan bunyi ngik-ngik?

Proses bernapas itu ada dua, mengeluarkan napas dan inspirasi. Sesak napas terjadi saat mengelu-arkan napas, bukan saat menarik napas. Karena terjadi penyempitan saluran napas, maka pada saat mengeluarkan napas, seringkali mengeluarkan bunyi ngik-ngik atau disebut pula mengik.

Apakah asma penyakit keturunan?

Penyakit ini erat kaitannya den-

gan faktor keturunan, ini diakibat-kan gen penyebab asma. Jadi, jika ayah atau ibu kena asma, makin tinggi risiko anak terkena asma. Bahkan, meski ayah atau ibu tidak punya asma, tapi kalau kakek atau neneknya menderita asma, anak pun bisa terkena.

Kapan penyakit asma muncul?

Asma bisa muncul kapan saja, tak selalu malam atau pagi hari sep-erti yang selama ini banyak diyakini. Yang harus diperhatikan adalah gejala penyakit lain yang mirip gejala asma seperti bronkhitis atau sinusitis. Jadi, munculnya serangan asma seringkali tak ada hubungan-nya dengan siang atau malam hari. Kalau penyebabnya alergen yang ada di rumah, biasanya serangan muncul malam menjelang dinihari. Pasalnya, penderita pada malam hari lebih banyak terpapar alergen. Apa saja pemicu asma? Selain dipicu oleh alergen (debu rumah, spora jamur, asap, bulu bi-natang, dan sebagainya), asma juga bisa aktivitas tubuh atau kelelahan, dan bahkan karena emosi dan stres. Benarkah stigma bahwa asma tidak dapat disembuhkan? Asma pada anak sebetulnya bisa disembuhkan dengan pengobatan yang rasional, yaitu memakai obat-obat yang kerjanya disesuaikan dengan gejala dan sasarannya. Kalau pun tak bisa disembuhkan,

You Can Control Your Asthma

Page 10: Mediakom 18 Full Page

10 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Info Sehat

Namun tahukah Anda? Meski enak di lidah, garam bisa mengganggu kesehatan tu-

buh jika dikonsumsi secara berlebih. Tepatnya, garam dianggap sebagai pemicu penyakit darah tinggi alias hipertensi. Itu sebabnya, bukan cuma orang gedongan yang bisa kena da-rah tinggi, jika masih banyak rakyat kecil yang menu hariannya ikan asin.

Mengapa garam berbahaya? Dalam garam dapur terkandung

unsur sodium dan natrium chlor (NaCl). Sodium, penting untuk men-gatur keseimbangan cairan di dalam tubuh, serta baik untuk kesehatan syaraf dan otot. Natrium penting dalam proses pertukaran zat makan-an lama dengan yang baru. Kelan-caran proses pertukaran sisa makan-an di dalam tubuh, tergantung pada

kadar natrium di dalam sel.Tubuh sebenarnya hanya memer-

lukan sekitar 5 gr atau 1 sendok teh garam per hari. Namun umumnya dalam kehidupan sehari-hari, kon-sumsi garam kita dapat mencapai 15 gram, bahkan lebih.

Bagaimana dengan ikan asin?Menu asin terbentuk lebih karena

budaya orang urban manakala rasa enak garam dapur ditemukan. Buda-ya gemar garam tanpa disadari telah merongrong ginjal untuk bekerja lebih keras membuang kelebihan natrium (sodium) dari garam yang ditelan setiap hari.

Kendati masyarakat paham bah-wa konsumsi garam berlebihan akan membahayakan kesehatan, namun konsumsi garam masyarakat Indo-nesia masih terbilang tinggi. Angka

asma bisa dikelola, sehingga anak tetap mempunyai kualitas hidup yang baik, bisa berprestasi dan anak tetap sehat bersama asmanya. Bagaimana cara pencegahan asma? Menjaga kebugaran dengan olahraga yang cukup adalah kunci utama. Dengan begitu, penderita asma khususnya anak-anak, bisa tetap berprestasi. Bagaimana memilih obat asma yang tepat? Pengobatan asma terkadang me-

makan waktu lama. Jadi, sebaiknya pakailah obat yang memiliki sedikit efek samping. Berarti, jenis, dosis dan cara pemakaian yang tepat harus benar-benar diperhatikan termasuk waktu pemberian obat. Benarkah mitos antibiotik dapat mencetuskan asma?

Dulu antibiotik disebut mence-tuskan asma tapi akhir-akhir ini dibantah, justu karena asma diberi antibiotik (misal pada kasus influenza di Indonesia) seolah-olah menimbulkan asma, memicu asma.

Bagaimana mengetahui alergen penyebab alergi?

Untuk mengetahui alergen penyebab alergi dapat dilakukan tes alergi. Tes alergi ini dilakukan oleh dokter,dengan tujuan untuk mengetahui apakah penderita sen-sitif terhadap alergen tertentu. Jika hasilnya positif, perlu ditanyakan kepada orangnya apakah benar sensitif terhadap alergen tersebut. Tes alergi ini tidak menyakitkan dan biayanya sekitar Rp 350.000,-l

(gi dari berbagai sumber)

Hindari Hipertensi, Kurangi Konsumsi GaramGemar makanan asin? Hati-hati, bahaya hipertensi menghadang Anda.Garam sangat akrab dengan kita. Bahkan sejak ribuan tahun yang lalu garam telah difungsikan sebagai bahan pe-nyedap masakan dan pengawet makanan.

Page 11: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 11

Info Sehat

prevalensi hipertensi di negara ini berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007 mencapai 30% dari populasi. Dari jumlah itu, 60% pende-rita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan.

Bagaimana mengurangi garam?Jadi, jika ingin sehat, kurangi kon-

sumsi garam. Memang tidak mudah melakukannya, karena makanan akan terasa hambar dan badan jadi lemas. Padahal, tanpa mengonsumsi garam dapur pun, tubuh seseorang tak akan kekurangan sodium dan natrium. Sebab, garam alami bisa didapatkan dari bahan makanan lain seperti sa-yur-sayuran dan hasil laut. Makanan-makanan segar seperti ikan, daging, telur, sayur, bahkan buah-buahan mengandung garam. Tetapi, jumlah-nya tidak berlebihan dan cukup untuk memelihara kesehatan.

Tentang rasa sebenarnya tak perlu

resah. Meski tanpa garam, dijamin masakan Anda tak kalah sedap. Caranya, cobalah berani memakai bumbu masak yang beraroma tajam (banyak memakai rempah-rempah), pedas, juga cita rasa yang menyegar-kan dengan tambahan jeruk nipis.

Bagaimana mengontrol konsumsi garam?

Konsumsi garam menjadi sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain). Apalagi jika indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibia-sakan memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk menerima makanan yang agak tawar.

Untuk mengimbangi efek buruk garam, penting bagi kita meng-konsumi kalium (potasium) yang cara kerjanya adalah kebalikan dari natrium. Sumber kalium yang baik

adalah buah-buahan, seperti pisang, jeruk, dan lain-lain yang perlu dikon-sumsi secara alami. Penyakit hiper-tensi digolongkan sebagai the silent disease karena umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.

Apa itu Hipertensi?“Secara umum seseorang di-

katakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/ diastoliknya melebihi 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah normalnya 120/80 mmHg, jelas Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dr. Tjandra Yoga Aditama saat mem-buka seminar dalam rangka peri-ngatan Hari Hipertensi Sedunia (11/6).

Gejala-gejala hipertensi an-tara lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, perdarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.

Hipertensi sesungguhnya dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup. Di samping itu, pen-ting mengendalikan stres yang bisa memicu kenaikan tekanan darah.

Pengaturan menu bagi penderita hipertensi dapat dilakukan dengan empat cara. Pertama adalah diet rendah garam. Kedua, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas. Ketiga, diet tinggi serat. Keempat, diet ren-dah energi (bagi yang kegemukan).

Nah, mulai sekarang cobalah hidup lebih sehat dengan mengu-rangi asupan garam pada tubuh. l

(gi dari berbagai sumber)

Page 12: Mediakom 18 Full Page

1� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Meningitis meningokokus adalah penyakit radang selaput otak / sumsum

tulang belakang yang terjadi secara akut. Penyakit ini cepat menular, dapat menyebabkan kematian dan bila sembuh dapat meninggalkan gejala sisa akibat kerusakan di otak.

Apa nama lain penyakit Meningitis ?Penyakit ini dikenal juga dengan nama Meningococcal infection; atau Carebrospinal fever; atau Me-ningococcemia

Apa gejala atau tanda-tanda klinis penyakit Meningitis• Demam (panas tinggi) yang

mendadak, • Nyeri kepala,• Mual, muntah, • Kaku kuduk, • Ketahanan yang melemah, • Kemerahan dikulit yang berupa

“petechiae” atau “vesicular” dan pada stadium lanjut kesadaran menurun sampai koma

Apa penyebab penyakit Meningitis ?Penyebab penyakit meningitis adalah bakteri Neisseriae meningi-tidis (N.meningitidis) disebut juga Meningokokus Neisseriae adalah sekelompok kokus gram negatif. Ciri khas organisma ini adalah dip-lokokus gram negatif, tidak berge-rak dan tidak membentuk spora.

Berapa lama masasa inkubasinya ?Masa inkubasi bervariasi antara 2 - 10 hari, umumnya 3 - 4 hari

Ada berapa jenis Meningitis ?Meningokokus ini dapat dikiasifika-

sikan dalam beberapa group yaitu A, B, C, D, I, H, K, L, X, Y, Z, W-135 dan 29 E. Group A sering sebagai pe-nyebab wabah, sedangkan dalam keadaan endemis umumnya group B dan C. Kuman ini dapat dimati-kan cepat dengan pengeringan, sinar matahari, pemanasan basah dan desinfektan, tetapi tahan pada pembekuan (udara dingin).

Siapa tuan rumah (Reservoir) bakteri meningitis ?Manusia adalah satu-satunya tuan rumah (reservoir) alami bagi Neis-seriae meningitidis patogen.

Bagaimana penularannya ?Penularan pada umumnya melalui kontak Iangsung (erat) dengan kasus atau “Carrier” nya. Pada jarak lebih dan 100 cm diduga dapat menghindari penularan meningo-kokus. Penularan penyakit masih dapat berlangsung terus hingga 24 jam setelah pengobatan.

Bagaimana perjalanan penyakit ?.Kuman N. meningitidis masuk ke-dalam tubuh manusia melaluisaluran nafas bagian atas. Kondisi ini akan mempermudah masuknya bakteri kedalam tubuh yang ke-mudian akan berkembang biak di selaput nasofaring.

Apakah orang terpapar bakteri meningitis pasti sakit ?Orang yang terpapar bakteri N. meningtidis dapat berkembang menjadi dua kemungkinan yaitu : • Orang yang terinfeksi tidak

menunjukkan gejala sakit, walaupun kumannyabersarang didalam nasofaring, orang tersebut sebagai ‘carrier’.

• Orang yang terinfeksi menjadi penderita Meningitis meni-ngokokus. Kuman N. mengitidis akan masuk kedalam tubuh kemudian menyebar lewat aliran darah yang dapat meng-akibatkan lesi metastatik pada berbagai tempat di badan mi-salnya kulit, meningen, persen-dian, mata dan paru-paru.

Kelainan Pasca MeningitisPenderita Meningitis meningo-kokus yang sudah diobati dapat ditemukan gejala sisa (squale), berupa hydrocefalus, tuli, buta dan para paresis.

Bagaimana pencegahannya ?• Vaksinasi Meningitis yang

mengandung grup A,C,W – 135 dan Y

• Menghindari kontak langsung dan terpapar dengan droplet infeksi

• Menghindari kepadatan/kera-maian

Apa yang dimaksud kontak ?Adalah orang-orang yang dekat

dengan penderita baik satu kamar, satu lantai, satu pondokan atau satu pesawat dengan penderita. l (Smd, Dirjen P2PL)

Info Sehat

Lebih Jauh Meningitis

Page 13: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 1�

Madu banyak dikonsumsi orang untuk mence-gah penyakit. Biasanya

dikonsumsi 1 hingga 2 kali sehari sebanyak satu sendok makan. namun bagaimana cara menge-tahui madu yang asli dan yang palsu?1. Mencampurnya dengan

kuning telur. Campurkan dua sendok makan madu dengan kuning telur, lalu kocok. Jika kuning telur tampak meng-kristal seperti matang, maka madu Anda asli.

2. kocok madu dalam botol. Madu yang asli jika dikocok akan berbusa. Busa dan udara yang terbentuk akan naik dan menekan tutup botol sehingga ketika tutup botol dibuka akan terdengar suara letupan kecil.

3. Teteskan madu pada kertas koran. Jika madu yang Anda miliki adalah madu yang asli, tidak mudah diserap kertas, karena kadar air yang terkan-dung di dalam madu asli lebih rendah dibandingkan madu palsu.

4. Madu asli memiliki rasa lebih asam. Madu yang palsu me-miliki rasa lebih manis karena ditambahkan gula, sehingga akan dikerubungi oleh semut jika dibiarkan dalam keadaan terbuka. l

(gi dr berbagai sumber)

Cara Membedakan Madu yang Asli dan Palsu

Lingkar Pinggang Indikator Kesehatan

Banyaknya lemak di pinggang adalah salah satu peringatan untuk mengubah gaya hidup

menjadi lebih sehat lagi. Menurut sebuah kampanye anti-

obesitas di Inggris, mengukur lingkar pinggang dengan meteran adalah tolok ukur kesehatan yang lebih akurat dari-pada menimbang berat badan. Dengan mengukur lingkar pinggang, resiko terkena diabetes tipe 2 dan penyakit jantung dapat diprediksi lebih akurat.

Mereka yang mempunyai resiko pal-ing tinggi untuk terkena penyakit yang bersangkutan dengan obesitas adalah pria yang mempunyai lingkar pinggang lebih dari 101 cm (40 inci) dan wanita dengan lingkar pinggang lebih dari 89 cm (35 inci).

Sebuat riset yang dilakukan di Uni-versitas Birmingham, Inggris menunjuk-kan bahwa sel lemak di sekitar ping-gang bukanlah bongkahan lemak yang pasif melainkan sel-sel aktif berlebih yang dapat mengacaukan stabilitas in-sulin dan meningkatkan tekanan darah dan kolesterol dalam darah.

Penyakit seperti jantung dan dia-betes kini tak lagi menghantui mereka yang nampak berisi dari luar, namun juga orang-orang yang kelihatan lang-sing. Maka jangan pernah lengah. l

Kangkung Sebagai Anti Racun

Kangkung berasal dari India, lalu menyebar ke Malaysia, Birma, In-donesia, China Selatan, Australia,

dan Afrika. Di Indonesia, kangkung bisa ditemukan di hampir seluruh daerah.

Selain untuk enak untuk dimakan, kangkung ternyata juga berkhasiat sebagai anti racun dan bisa mengobati berbagai gangguan kesehatan.

Herminia de Guzman Ladion, pakar kesehatan dari Filipina, memasukkan kangkung ke dalam kelompok tanaman penyembuh ajaib. Kangkung dianggap sebagai pengusir racun dari tubuh. Di negara itu, tanaman ini dipakai untuk menyembuhkan sembelit dan obat bagi mereka yang sedang melakukan diet. Akar kangkung juga berguna untuk mengobati penyakit wasir. Kangkung ternyata juga memiliki manfaat sangat tinggi. Itu karena mengandung vitamin A, B1, dan C, juga mengandung protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, hentriakontan, sitosterol. l

Info Sehat

Page 14: Mediakom 18 Full Page

1� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Info Sehat

Kulit wajah Anda gatal-gatal, memerah, dan ada titik-titik hitam setelah menggunakan

kosmetika baru? Atau rambut anda pecah-pecah, kering, kusam dan berketombe? Hati-hati, bisa jadi bukan cantik dan rambut indah yang diperoleh melainkan tampilan yang tak enak dipandang karena ternyata dalam kosmetika anda mengandung bahan berbahaya.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib kembali mengumunk-an 70 jenis kosmetika yang mengand-ung bahan berbahaya dan bahan yang dilarang. Bahan berbahaya ini terdapat dalam kosmetika rias wajah dan rias mata (18 merek), kosmetika pewarna rambut (7 merek), kosmetika perawatan kulit (44 merek) dan kos-metika sediaan mandi (1 merek).

Dari sejumlah produk tersebut terdapat merek produk kosmetika ternama yaitu Ponds Detox Com-plete Beauty Care Make Up Kit, dan Olay 4 in 1 Complete Make Up. Ponds mengandung zat Merah K.3 dan K.10, sedangkan Olay mengandung zat Merah K.10.

Husniah mengatakan, dua produk ternama yang mengandung zat berbahaya Ponds dan Olay tak ter-daftar di BPOM. “Keduanya itu bukan produk asli karena perusahaan Ponds dan Olay tidak mengeluarkan varian itu, tapi sebagai public warn-ing kami sebut sesuai merek yang tercantum di kemasan,” ujarnya.

Kosmetika berbahaya ini sempat beredar di pasaran termasuk di pasar tradisional, pasar modern, dan salon-salon kecantikan. Harganya pun ber-variasi mulai dari yang murah sampai ratusan ribu rupiah.

Husniah mengatakan, kandung-

an zat warna Merah K.3 dan K.10 sangat berbahaya untuk kulit. ”Bisa menyebabkan kanker kulit karena merupakan zat warna sintetis yang biasanya digunakan untuk pewarna kertas,” ujarnya.

Temuan adanya Merkuri, Hidroki-non, Asam Retinoat, Zat Warna Merah K.3 (Cl 15585), Merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga K.1 (Cl 12075) dalam kosmetika, berdasarkan uji sampling di laboratorium BPOM sejak Sep-tember 2008 hingga Mei 2009. Atas temuannya, BPOM meminta aparat berwenang segera menarik pereda-ran sejumlah produk berbahaya itu. “Karena efek penggunaannya sangat membahayakan kesehatan”, tegas Husniah.

Merkuri/ Air Raksa termasuk logam berat berbahaya yang dalam jumlah sedikitpun dapat bersifat racun. Dampak penggunaannya dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada susunan saraf otak, ginjal dan gangguan perkembangan janin.

Hidrokinon termasuk golongan obat keras yang hanya digunakan berdasarkan resep dokter. Bila tidak,

dapat menyebabkan iritasi kulit yaitu kulit menjadi merah dan rasa terba-kar serta bercak-bercak hitam.

Asam Retinoat/ Tretinoin/ Reti-noic Acid dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar dan cacat pada janin. Bahan kimia ini tidak hanya berbahaya bagi ibu hamil, tetapi juga bagi wanita usia produktif yang merencanakan kehamilan.

Bahan pewarna Merah K.3 (Cl 15585), Merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga K.1 (Cl 12075) merupakan zat sintetis yang biasa digunakan sebagai pewarna kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini dapat menyebabkan kanker.

Masyarakat diimbau agar tidak membeli kosmetika yang mengan-dung bahan berbahaya karena membahayakan. Bagi masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut atau yang menemukan produk tersebut dapat menghubungi Badan POM RI melalui Unit Layanan Peng-aduan Konsumen di nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau melalui e-mail [email protected] dan [email protected] atau melihat di website Badan POM, www.pom.go.id. l

Amankah Kosmetika Anda?

Page 15: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 1�

Media utama

Ancaman Virus H1N1

Page 16: Mediakom 18 Full Page

1� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Media Utama

Virus H1N1MASYARAKAT HARuS TETAP WASPADA

Meskipun angka kematian influenza A H1N1 di dunia sangat rendah yakni 0,4%, namun penularannya sangat cepat. Karena itu masyarakat dihimbau tetap waspada dan senantiasa menjaga kesehatan dan membia-sakan pola hidup bersih dan sehat.

Salah satu kebiasaan pola hidup bersih dan sehat, dian-taranya mencuci tangan dengan sabun, ketika batuk dan bersin tutup hidung

dan mulut dengan sapu tangan/tisu. Apabila ada gejala flu minum obat penurun panas, menggunakan masker serta tidak ke kantor/seko-lah atau tempat-tempat keramaian

Page 17: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 1�

Media Utama

dan istirahat di rumah selama 5 hari. Apabila dalam 2 hari flu tidak mem-baik segera ke dokter.

Hal itu disampaikan Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) kepada para wartawan usai memimpin Rapat Koordinasi Tim Kesiapsiagaan Penanggulangan Influenza A H1N1 di Depkes Jakarta. Menurut Menkes, kematian yang terjadi pada pasien positif influenza A H1N1 pada umum-nya tidak disebabkan oleh virus A H1N1, tetapi karena penyakit lain yang menyertainya seperti orang dalam kondisi lemah, sakit perna-fasan, HIV/AIDS, lanjut usia (lansia), ibu hamil serta Balita dengan gizi kurang.

Kendati demikian, untuk mence-gah penyebaran influenza A H1N1 yang lebih luas di Indonesia upaya kesiapsiagaan tetap dijalankan yaitu : penguatan Kantor Kesehatan Pelabuhan (thermal scanner dan Health Alert Card wajib diisi); penyi-apan RS rujukan; penyiapan logis-tik; penguatan pelacakan kontak; penguatan surveilans ILI; penguatan laboratorium, komunikasi, edukasi dan informasi dan mengikuti Inter-national Health Regulations (IHR). Masyarakat yang memerlukan infor-masi tentang perkembangan kasus influenza A H1N1 dapat mengakses melalui website Depkes : www.depkes.go.id.

Upaya lainnya berupa commu-nity surveilans, yaitu masyarakat yang merasa sakit flu ringan segera melapor ke Puskesmas, sedangkan yang flu berat segera ke rumah sakit. Selain itu, clinical surveilans yaitu dia-dakan surveilans severe acute respira-tory infection (SARI) ditingkatkan di Puskesmas dan rumah sakit untuk mencari kasus-kasus yang berat. Sedangkan kasus-kasus yang ringan

tidak perlu perawatan di rumah sakit, tambah Menkes.

Berkaitan dengan meningkatnya jumlah pasien suspek di Jakarta, Menkes mengharapkan rumah sakit swasta yang merawat pasien suspek influenza H1N1 tidak memindahkan pasien atau merujuk ke RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso atau RS Persa-habatan. Perawatan pasien influenza A H1N1 di Jakarta akan dilakukan di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, sedangkan RS Persahabatan khusus untuk merawat pasien flu burung (H5N1), ujar Menkes.

Sampai tanggal 22 Juli 2009, secara kumulatif kasus influenza A

H1N1 positif di Indonesia berjumlah 293 orang terdiri dari 77 laki-laki dan 65 perempuan. Data kasus berdasar-kan tanggal pengumuman yaitu 24 Juni (2 kasus), 29 Juni (6 kasus), 4 Juli (12 kasus), 7 Juli (8 kasus), 9 Juli (24 kasus), 12 Juli (12 kasus), 13 Juli ( 22 kasus) dan tanggal 14 Juli (26 kasus), 15 Juli ( 30 kasus), 16 Juli ( 15 kasus), 20 Juli ( 15 kasus), 22 Juli (67 kasus).

Sebaran penyakit influenza A H1N1 sudah mencapai 13 provinsi yaitu : DKI Jakarta (132 kasus), Banten ( 34 kasus), Jawa Barat (17 kasus), Bali (22 kasus), Jawa Timur (5 kasus), DI Yogyakarta ( 4 kasus), Sumatera Utara (9 kasus), Lampung (2 kasus), Kalimantan Timur (2 kasus), Sulawesi Utara (3 kasus), Jawa Tengah (3 kasus), Sumatera Selatan (1 kasus), Kepulauan Riau (1 kasus) dan tidak ada data (4 kasus).

Sedangkan berdasarkan ke-warganegaraan, sebanyak 203 orang Warga Negara Indonesia dan 36 orang warga negara asing. Berdasar-kan kelompok umur, yang paling banyak adalah kelompok umur 20-60 tahun sebanyak 64 kasus, disusul umur 0-19 tahun 59 kasus, lebih 60 tahun 1 orang dan tidak ada data 115 kasus.

Respon PemerintahMenkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari,

Sp. JP (K) mengambil langkah cepat merespon pengumuman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang me-naikkan status penyebaran penyakit influenza A H1N1 atau yang lebih po-puler disebut flu babi dari fase 5 ke fase 6. Peningkatan status dari fase 5 (adanya sinyal kuat pandemi) ke fase 6 (pandemi/wabah) menunjukkan betapa seriusnya masalah tersebut. Penyakit ini sangat menular melalui kontak langsung dari manusia ke

"Cadangan obat oseltamivir untuk

mencegah perkem-bangan virus flu

burung yang juga dapat digunakan un-tuk influenza A H1N1

sangat cukup."Dr. dr. Siti Fadilah Supari,

Sp. JP (K)

Page 18: Mediakom 18 Full Page

1� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Media Utama

manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah disentuh oleh penderita.

Sampai 11 Juni 2009 kasus ini telah dilaporkan oleh 74 negara dengan jumlah penderita 28.774 orang. Dari jumlah itu 144 orang di-antaranya meninggal dunia dengan angka kematian setengah persen.

Hal itu disampaikan Menkes kepada para wartawan di ruang VIP Bandara Juanda Surabaya tanggal 12 Juni 2009 usai melakukan kunjungan kerja dua hari ke Jember dan Probo-linggo, Jawa Timur.

Melalui surat edaran No. 422/Men-kes/VI/2009 tanggal 12 Juni 2009, Menkes minta Gubernur mengko-ordinasikan kegiatan-kegiatan di lingkungan Pemerintah provinsi, Ka-bupaten/kota, UPT Pusat di daerah, TNI dan Polri maupun bekerja sama dengan tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat guna menjalin kemitraan dan kebersama-an dalam menghadapi pandemi influenza A H1N1. Selain itu, mela-

kukan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat dengan menggunakan media komunikasi yang ada guna meningkatkan penge-tahuan dan kesadaran masyarakat sehingga masyarakat waspada, tidak panik dan mengerti cara-cara men-cegah dan tindakan yang seharusnya dilakukan bila sakit dan dicurigai menderita influenza H1N1.

Sebelumnya, pada hari yang sama Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes Prof. Dr. Tjandra Yoga Adita-ma juga mengadakan pertemuan dengan para Kepala Dinas Kesehatan Prov, Kabupaten dan Kota seluruh Indonesia di Surabaya untuk men-sosialisasikan peningkatan status Influenza A H1N1 dari fase sinyal kuat pandemi ke fase pandemi.

Menjawab pertanyaan wartawan, Menkes menegaskan cadangan obat oseltamivir untuk mencegah per-kembangan virus flu burung yang juga dapat digunakan untuk influen-za A H1N1 sangat cukup.

Upaya kesiapsiagaan menghada-pi pandemi influenza, ujar Menkes sudah dilakukan Depkes sejak kasus tersebut muncul pertama kali di Meksiko dan Amerika Serikat. Depkes telah menetapkan enam langkah kewaspadaan menghada-pi pandemi influenza H1N1, yaitu pengamatan penyakit di terminal kedatangan internasional dengan memasang thermal scanner dan pemberian kartu Health Alert Card, meningkatkan surveilans penyakit serupa influenza (ILI) dan pneumonia di 100 sentinel, menyiapkan oselta-mivir, dan menyiapkan 100 rumah sakit rujukan, menyiapkan laborato-rium untuk pemeriksaan sampel dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas, ujar Menkes.

Menurut Menkes, upaya-upaya tersebut dilakukan agar masyarakat lebih meningkat kewaspadaannya terhadap penyakit Influenza A H1N1 dengan status pandemi. Penyakit ini menular antar manusia, walaupun angka kematiannya rendah. l(Smd)

Waspada InfluenzaA

Jangan anggap enteng influenza A H1N1. Penyakit influenza atau flu dise-babkan oleh virus influenza. Penyakit yang disebabkan oleh virus belum ada obatnya. Obat yang ada adalah untuk mengobati gejala/symptomnya. Virus influenza banyak jenis/spesiesnya, ada

influenza A, B dan C.

Page 19: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 1�

Media Utama

Sedangkan influenza A juga banyak spesies atau jenisnya, sep-erti influenza A H1N1 yang menye-babkan wabah flu Spanyol tahun 1918, influenza H2N2 yang menye-babkan flu Asia tahun 1957, influ-enza A H3N2 yang menyebabkan flu Hongkong tahun 1968, influ-enza A H5N1 atau flu burung yang merebak sejak tahun 2005 hingga sekarang dan influenza A H1N1 yang semula disebut swine flu atau flu babi yang muncul pertama kali di Meksiko dan Amerika Serikat awal April 2009 dan dinyatakan pandemi oleh WHO sejak tanggal 11 Juni 2009 hingga sekarang.

Pasien influenza dibagi dalam

tiga kategori, yakni suspect, prob-able, konfirmasi.

1. Suspek Seseorang dengan gejala infeksi pernapasan akut ( demam dengan suhu tubuh 38 derajat Celcius atau lebih ), mulai dari yang ringan ( Influenza Like Illnes/ILI) sampai pneumonia, ditambah salah satu keadaan di bawah ini :• Dalam tujuh hari sebelum sakit

kontak dengan kasus konfir-masi flu A H1N1 yang baru.

• Dalam tujuh hari sebelum sakit berkunjung ke area yang terdapat satu atau lebih kasus konfirmasi flu A H1N1

2. Probable Seseorang dengan gejala di atas, disertai hasil pemeriksaaan labora-torium positif terhadap flu A H1N1, tapi sub tipenya tidak dapat diketa-hui dengan menggunakan reagen influenza musiman. Atau seseorang yang meninggal karena penyakit infeksi saluran pernapasan akut

yang tidak diketahui penyebabnya dan berhubungan secara epidemi-ologi dengan kasus probable atau konfirmasi.

3. konfirmasiSeseorang dengan gejala di atas sudah dikonfirmasi laboratorium influenza A H1N1 dengan peme-riksaan satu atau lebih tes di bawah ini :• Real Time Reverse Transcriptase-

Polymerase Chain Reaction ( RT PCR )

• Kultur virus• Peningkatan empat kali anti-

body spesifik influenza A H1N1 dengan netralisasi tes

Penularan Influenza A H1N1 ditularkan me-lalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersen-tuhan dengan penderita, karena itu penyebarannya sangat cepat. Namun angka kematiannya sangat rendah yakni 0,4%. Kematian yang terjadi pada pasien positif influenza A H1N1 pada umumnya bukan disebabkan karena virus A H1N1 tetapi penyakit lain yang menyer-tainya seperti orang dalam kondisi lemah, sakit pernafasan, HIV/AIDS, lanjut usia (lansia) serta Balita de-ngan gizi kurang.

Pencegahan• Selalu menerapkan pola hidup

bersih dan sehat, dengan mem-biasakan diri mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik.

• Melaksanakan etika batuk dan bersih yang benar yaitu menu-tup mulut dan hidung dengan sapu tangan atau tisu.

• Minum obat penurun panas

bila sakit dengan gejala influ-enza, dan kenakan masker serta istirahat (tidak ke kantor atau ke sekolah) di rumah selama 5 hari. Apabila dalam 2 hari sakit flu tidak membaik segera ke dokter.

• Waspadalah bila orang di sekitar kita menderita gejala flu seperti batuk, pilek dan demam, apalagi jika orang itu baru kem-bali dari luar negeri.

• Selalu menjaga kesehatan den-gan makanan bergizi, bisa juga dengan tambahan suplemen dan istirahat yang cukup serta berolahraga secara teratur.

Pengobatan Saat ini influenza A H1N1 sudah melanda dunia (dinyatakan pan-demi oleh WHO sejak 11 Juni 2009 hingga sekarang). Di Indonesia juga sudah banyak ditemukan kasus positif.

Karena itu, jangan menunggu sakit flu tambah berat. Kalau mera-sa flu segera minum obat penurun panas. Bila dua hari flu juga tidak membaik segera periksa ke dokter.

Apabila ada gejala flu berat, dokter akan merujuk ke rumah sakit. Di rumah sakit, mereka yang diduga (suspek) influenza A H1N1 berat dirawat di ruang isolasi, dan diberikan obat oseltamivir/tamiflu. Spesimennya diperiksa di labora-torium rumah sakit/laboratorium regional dan dikonfirmasi di Labo-ratorium rujukan di Laboratorium Badan Litbangkes Depkes Jakarta. Kalau hasilnya positif, maka pasien dirawat di ruang isolasi selama 7 hari. Setelah kondisinya sehat boleh pulang. l

(Smd dari berbagai sumber)

Page 20: Mediakom 18 Full Page

�0 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Media Utama

Apa yang dimaksud dengan influenza A H1N1?Influenza A H1N1 merupakan influenza (flu) yang semula disebut flu babi disebabkan oleh vi-rus influenza tipe A subtipe H1N1 baru strain Meksiko. Virus ini berbeda dengan virus influenzamusiman yang ada selama ini (seasonal influenza), atau virus influenza A H1N1 yang pernah menja-di wabah di Spanyol tahun 1918.

Apa perbedaan influenza A H1N1 dengan flu biasa atau flu burung?

Influenza A H1N1 ditemukan per-tama kali 12 April 2009 di Meksiko. Penyakit ini penyebarannya sangat cepat walaupun angka kematiannya di seluruh dunia rendah (0,4%). Pada 25 April 2009 WHO menetapkan Influenza A H1N1 sebagai PHEIC (Public Health Emergency Interna-cional Concerns) fase 3. Tanggal 27 April dinaikkan menjadi fase 4 dan tanggal 29 April dinaikkan lagi menjadi fase 5 dan pada tanggal 11 Juni ditingkatkan lagi menjasi fase 6. Menurut catatan WHO sampai 6 Juli, influenza A H1N1 telah menyebar ke 135 negara menyebabkan 94.512 orang positif influenza A H1N1, dan 429 kasus orang diantaranya menin-ggal dunia.

Virus ini sudah ada di Indone-sia, sampai dengan 20 Juli 2009 di Indonesia sudah ditemukan 293 kasus positif Influenza A H1N1 terdiri dari 36 Warga Negara Asing dan 203 warga Negara Indonesia

Sedangkan flu biasa atau musiman adalah flu yang disebabkan oleh virus flu A sub tipe H1N1 (strain Spanyol), H2N2 dan H3N2. Virus ini endemik di beberapa Negara. Di negara dengan 4 musim, flu ini angka kematiannya lebih tinggi dibandingkan dengan influenza A H1Ni yaitu (5% -15%).

Adapun flu burung disebabkan virus influenza A H5N1. Virus ini ter-dapat pada unggas (utamanya ayam dan bebek) tetapi dapat menular ke manusia. Virus ini menular ke manu-sia melalui air liur, lendir dan kotoran unggas yang sakit. Dapat juga menu-lar melalui udara yang tercemar oleh virus H5N1 yang berasal dari kotoran unggas yang sakit. Virus influenza A H5N1 lebih virulen/ganas diband-ingkan dengan flu lainnya. Angka kematiannya lebih dari 80%. Saat ini di Indonesia penularan flu burung H5N1 masih dari unggas ke manusia (fase 3).

Bagaimana seseorang dapat tertu-lar influenza A H1N1?

Virus dapat menular dari manu-sia ke manusia semudah seperti flu musiman biasa yang dapat ditular-kan lewat paparan percikan ludah (droplet) seorang yang sakit melalui batuk atau bersin yang terhirup atau yang mencemari tangan atau benda-benda yang dipegang penderita.

Bagaimana mencegah agar tidak tertular influenza A H1N1?•Menjaga kondisi tubuh tetap

sehat diantaranya makan de-ngan gizi seimbang dan bila perlu tambahkan vitamin/suplemen.

•Biasakan cuci tangan pakai sabun/

SeputarInfluenzaAH1N1

Page 21: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom �1

Media Utama

antiseptik setelah beraktivitas,•Bila batuk atau bersin menutup

mulut dan hidung dengan sapu-tangan/tisu.

•Apabila ada gejala influenza, minum obat penurun panas, gunakan masker dan tidak ke kantor/sekolah atau tempat-tem-pat keramaian serta istirahat di rumah selama 5 hari.

•Apabila dalam 2 hari flu tidak membaik, segera ke dokter.

•Hindari kontak atau jaga jarak dengan penderita flu

Apa gejala seseorang menderita flu A H1N1?

Gejala flu A H1N1 yang dapat sama dengan seperti flu biasa (in-fluenza like-illnes), seperti demam (> 3800C), batuk, pilek, letih, lesu, sakit tenggorokan mungkin disertai mual, muntah dan diare, bila semakin berat akan mengakibatkan sesak napas yang menyebabkan terjadinya pneu-monia sehingga mengakibatkan kematian.

Seberapa besar kita harus waspada

terhadap penyebaran flu A H1N1?Menurut WHO, penyakit ini sangat

sulit dibendung (unstopable). Penya-kit ini penularannya sangat cepat, tetapi angka kamatiannya (case fatal-ity rate) rendah yaitu diseluruh dunia hanya 0,4%. Karena itu, kita harus tetap waspada, tetapi tidak perlu panik. Pahami gejalanya, pelajari cara penularannya dan ikuti cara pence-gahannya agar kita terhindar dari penularan influenza A H1N1.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa flu A H1N1 telah mencapai fase 6 dalam kewaspadaan pandemi, apa yang perlu Anda lakukan untuk pencegahan tertular flu A H1N1?• Hindari kontak dengan orang

yang yang berasal atau baru bepergian dari negara terjangkit.

• Apabila sangat diperlukan harus bepergian ke negara terjangkit, lakukan tindakan pencegah yang diperlukan seperti cuci tangan sesering mungkin, menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar, hindari kontak dengan

orang yang sedang flu, dan menggunakan masker .• Bila menderita flu, segeralah

periksa ke klinik terdekat, dokter praktek, Puskesmas, atau

Rumah Sakit. Sehingga semakin cepat diperiksa kesehatannya akan semakin cepat mendapat-kan pelayanan kesehatan.

Apakah di Indonesia sudah ada yang terjangkit flu A H1n1 (strain Meksiko)?

Pertama kali kasus influenza A H1N1 masuk ke Indonesia berawal dari luar negeri (kasus impor, karena tertular di luar negeri). Akibat mobili-tas manusia antar negara, kasus di In-donesia semakin banyak. Penularan juga terjadi pada orang-orang yang tidak punya riwayat dari luar negeri. Sampai tanggal 22 Juli, terdapat 239 kasus yang berasal dari DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimatan Timur, dan Kepulauan Riau.

Apakah sudah ada obat atau vak-

Page 22: Mediakom 18 Full Page

�� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

sin yang ampuh untuk flu A H1n1?Sampai saat ini belum ada vaksin

untuk mencegahannya. Obat antivi-ral yang masih efektif untuk pengo-batan adalah Oseltamifir (Tamiflu), dengan catatan segera mendapat-kan pengobatan setelah merasa sakit flu.

di mana bisa memperoleh obat oseltamivir ?

Oseltamivir atau tamiflu adalah obat stok yang dikendalikan oleh pemerintah dan tidak diperjualbe-likan. Obat ini hanya tersedia di fasili-tas kesehatan yang telah ditetapkan seperti Puskesmas, RS Rujukan dan Dinas Kesehatan maupun Depkes.

Mengapa influenza A H1n1 dise-but flu babi?

Semula WHO menyatakan bahwa kasus influenza yang pertama kali berjangkit di Meksiko dan Amerika Serikat disebut sebagai swine flu atau flu babi. Tetapi setelah dapat diidentifikasi virusnya yaitu influenza A H1N1 yang merupakan gabungan

antara virus pada manusia dan virus pada babi. Kendati sudah ditemukan jenis virusnya, istilah flu babi lebih populer.

Bagaimana penyakit itu masuk ke Indonesia?

Walaupun pemerintah sudah berupaya semaksimal mungkin untuk mencegah agar tidak masuk Indonesia, tetapi karena virus influ-enza A H1N1 sudah menular antar manusia maka sangat sulit untuk membendungnya. Bahkan Dirjen WHO juga menyatakan bahwa influ-enza A H1N1 unstopable (tidak bisa dibendung) menyebar ke seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Apa upaya pemerintah dalam menghadapi pandemi flu baru H1n1?

Upaya kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza, sudah dilakukan Depkes sejak kasus tersebut muncul pertama kali di Meksiko dan Amerika Serikat. Depkes telah menetapkan delapan langkah kewaspadaan menghadapi pandemi influenza A H1N1, yaitu : 1. Meningkatkan kewaspadaan di

seluruh jajaran kesehatan serta mengirimkan Surat Edaran baru dari Menkes dan Dirjen P2PL yang menyatakan adanya kasus influenza H1N1 baru di Bali dan Jakarta.

2. Meningkatkan aktivitas semua fasilitas kesehatan di RS, KKP, Laboratorium dan sarana keseha-tan lainnya.

3. Meningkatkan kesiapan logistik serta kemampuan SDM.

4. Meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat (Jumpa Pers, Iklan Layanan Masyarakat, Talkshow di Radio dan Televisi, Poster dan

Leaflet).5. Masyarakat dapat menghubun-

gi Posko Kejadian Luar Biasa (KLB) : Telp. (021) 4257125; Fax : (021) 42877588 ; Email : [email protected]; Call Center: (021) 30413700; Website Depkes : www.depkes.go.id dan www.penyakitmenular.info

6. Berkoordinasi dengan instan-si terkait, otoritas kesehatan negara-negara lain, mematuhi International Health Regulations (IHR).

7. Community surveilans yaitu masyarakat yang merasa sakit flu agak berat segera melapor ke Puskesmas, sedangkan yang berat segera ke rumah sakit.

8. Clinical surveilans yaitu Surveilans Severe Acute Respiratory Infection (SARI) ditingkatkan di Puskesmas dan rumah sakit untuk mencari kasus-kasus yang berat. Sedang-kan kasus-kasus yang ringan tidak perlu perawatan di rumah sakit.

Apa yang dapat membunuh virus influenza A H1n1?

Virus influenza mati dalam suhu 75-100°C. Virus ini juga mati setelah bersentuhan dengan zat kimia pembunuh kuman, termasuk klorin, hidrogen peroksida, detergen (sabun), iodofor (antiseptic berbasis iodin), dan alkohol jika digunakan dalam konsentrasi yang tepat untuk waktu tertentu. Misalnya, jel atau tisu basah mengandung alcohol dapat digunakan untuk membersihkan tangan. Gosok jel antiseptic pember-sih tangan hingga kering.l

(Smd)

Media Utama

Virus influenza mati dalam suhu 75-100°C.

Virus ini juga mati setelah bersentuhan

dengan zat kimia pembunuh kuman, termasuk klorin, hi-drogen peroksida, detergen (sabun), iodofor (antiseptic

berbasis iodin), dan alkohol

Page 23: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom ��

Media Utama

Terjadi Influenza Like Illness (ILI) di AS dan Meksiko. 7 confirmed swine influenza A/H1n1

di AS dengan 9 suspek. Lebih dari 854 kasus pneumonia (59 mening-gal), dan 28 kasus ILI (3 meninggal) di Meksiko. Kejadian ini tidak terdeteksi pada manusia atau babi.

WHO menetapkan Influenza A H1N1 sebagai Public Health Emergency Inter-national Concern

(PHEIC), fase 3

20 kasus ILI di AS, terdeteksi sebagai subtipe A baru/H1N1 yang tidak terdapat pada manusia dan babi. 18 kasus confir-med di Meksiko.

WHO meningkatkan status dari phase 3 ke fase/level 4

40 kasus confirmed (tidak ada yang meninggal) di AS, 26 kasus confirmed di Meksiko (7 mening-

gal), 6 kasus confirmed di Kanada

(tidak ada korban), dan 1 di Spanyol (tidak ada korban).

64 kasus di AS (0), 26 di Meksiko (7), 6 di Kanada, 3 di Selandia Baru, 2 di Inggris, 2 di Israel, dan 2 di Spanyol.

WHO menetapkan peningkatan sta-tus dari phase 4 ke phase/level 5

KRONOLOGI PENYEBARAN INFLuENZA A H1N1

24 April

25 April

26 April

27 April

27 April

28 April

29 April

Page 24: Mediakom 18 Full Page

�� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

9 negara melaporkan 148 kasus. 91 di AS (1), 26 di Meksiko (7). Negara berikut terjadi kasus dengan

tidak ada korban yaitu : 1 di Austria, 13 di Kanada, 3 di Jerman, 2 di Israel, 3 di Selandia Baru, 4 di Spanyol, dan 5 di Inggris.

11 negara melapor-kan 257 kasus. 109 di AS (1), dan 97 di Meksiko (7). Negara berikut terjadi kasus

dengan tidak ada korban yaitu : 1 di Austria, 19 di Kanada, 3 di Jerman, 2 di Israel, 3 di Selandia Baru, 13 di Spanyol, 1 di Swiss, dan 8 di Inggris.

11 negara melapor-kan 331 kasus. 109 di AS (1), dan 156 di Meksiko (9). Negara berikut terjadi kasus

dengan tidak ada korban yaitu : 1 di Austria, 34 di Kanada, 3 di Jerman, 2 di Israel, 3 di Selandia Baru, 13 di Spanyol, 1 di Swiss, dan 8 di Inggris.1 Mei (update) : 13 negara melapor-kan 367 kasus. 141 di AS (1), dan 156 di Meksiko (9). Negara berikut terjadi kasus dengan tidak ada korban yaitu : 1 di Austria, 34 di Kanada, 1 di Hongkong – Cina, 1 di Denmark, 4 di Jerman, 2 di Israel, 1 di Belanda, 4 di Selandia Baru, 13 di Spanyol, 1 di Swiss, dan 8 di Inggris.

15 negara melapor-kan 615 kasus. 141 di AS (1), dan 397 di Meksiko (16). 2 Mei (update) : 16 negara melaporkan

658 kasus. 160 di AS (1) dan 397 di Meksiko (16).

17 negara mela-porkan 787 kasus. 160 di AS (1) dan 506 di Meksiko (19). Tidak ada risiko infeksi

setelah mengonsumsi daging babi atau produk turunannya yang dima-sak dengan baik. 3 Mei (update): 18 negara mela-porkan 898 kasus. 226 di AS (1) dan 506 di Meksiko (19).

20 negara mela-porkan 985 kasus. 226 di AS (1) dan 590 di Meksiko (25).4 Mei (update) : 21

negara melaporkan 1085 kasus. 286 di AS (1) dan 590 di Meksiko (25).

21 negara melapor-kan 1490 kasus. 403 di AS (1) dan 822 di Meksiko (29).

6 Mei : 23 negara melaporkan 1893 ka-sus. 642 di AS (2) dan 942 di Meksiko (29).

7 Mei : 24 negara melaporkan 2371 kasus. 896 di AS (2) dan 1112 di Meksiko (42).

8 Mei : 25 negara melaporkan 2500 kasus. 896 di AS (2) dan 1204 di Meksiko (44).

9 Mei : 29 negara me-laporkan 3440 kasus. 1639 di AS (2), 1364 di Meksiko (45), dan 242 di Kanada (1).

9 negara melaporkan 4379 kasus. 2254 di AS (2), 1626 di Meksiko (45), 280 di Kanada (1) dan 8

kasus di Kosta Rika (1).

30 negara mela-porkan 4694 kasus. 2532 di AS (3), 1626 di Meksiko (48), 284 di Kanada (1) dan 8

kasus di Kosta Rika (1).

30 negara mela-porkan 5251 kasus. 2600 di AS (3), 2059 di Meksiko (56), 330 di Kanada (1) dan 8

kasus di Kosta Rika (1).

3 negara melaporkan 5728 kasus. 3009 di AS (3), 2059 di Mek-siko (56), 358 di Kana-da (1) dan 8 kasus di Kosta Rika (1).

33 negara mela-porkan 6497 kasus. 3352 di AS (3), 2446 di Meksiko (60), 389 di Kanada (1) dan 8

kasus di Kosta Rika (1).

34 negara mela-porkan 7520 kasus. 4298 di AS (3), 2446 di Meksiko (60), 449 di Kanada (1) dan 8

kasus di Kosta Rika (1).

6 negara melaporkan 8451 kasus. 4714 di AS (4), 2895 di Meksiko (66), 496 di Kanada (1) dan 9

kasus di Kosta Rika (1).

29 April

30 April

Media Utama

1 Mei

2Mei

3Mei

4Mei

5Mei

6Mei

7Mei

8Mei

9Mei

10Mei

11Mei

12Mei

13Mei

14Mei

15Mei

16Mei

Page 25: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom ��

39 negara mela-porkan 8480 kasus. 4714 di AS (4), 2895 di Meksiko (66), 496 di Kanada (1) dan 9

kasus di Kosta Rika (1).

WHO mengumum-kan influenza H1N1 sebagai fase 6 (pan-demi)

135 negara mel-aporkan 94.512 positif influenza A H1N1, dan 429 orang diantaranya mening-

gal dunia.

Media Utama

Pengertian:Influenza adalah penyakit saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh virus influenza dengan ber-macam-macam tipe (A,B dan C). Tipe yang paling banyak ditemukan adalah tipe A dengan berbagai sub tipe. Pandemi influenza peristiwa yang jarang terjadi, namun pada abad yang lalu telah terjadi 3 pan-demi yaitu :• Influenza spanyol (H1N1) tahun

1918 yang menyebabkan kema-tian sekitar 40-50 juta orang

• Influenza asia (H2N2) pada tahun 1957 yang menyebabkan kema-tian sekitar 2 - 4 juta orang

• Influenza hongkong (H3N2) pada tahun 1968 yang menye-babkan kematian sekitar 1 juta orang

Level PandemiMasa Pra PandemiLevel 1 : virus menyebar di antara

hewan dan tidak menulari manusia

Level 2 : virus beredar di antara hewan dan mulai menulari manusia

Masa Siaga PandemiLevel 3 : virus hewan atau manu-

sia-hewan menimbulkan kasus sporadis, tapi tidak mudah menyebar

Level 4 : Penularan virus dari manu-sia ke manusia, menyebab-kan wabah pada masyara-kat

Masa Pandemi Level 5 : Flu menyebar dan menim-

bulkan wabah sedikitnya di 2 negara di 1 regional

Level 6 : Wabah mendunia sedikit-nya di 2 kawasan WHO l

(Smd)

17Mei

11Juni

16Juli

Page 26: Mediakom 18 Full Page

�� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Sorot

Perilaku atau kebiasaan merokok telah menimbulkan dampak sosial dan eko-nomi, dan yang terutama adalah dam-pak yang sangat merugikan terhadap kesehatan.

Pengendalian masalah tembakau/ro-kok merupakan tanggung jawab seluruh

komponen bangsa, baik individu, masyarakat, parlemen, maupun pemerintah untuk melindungi generasi seka-rang maupun yang akan datang. Komitmen bersama dari lintas sektor dan berbagai elemen akan sangat berpen-garuh terhadap keberhasilannya.

Untuk mengingatkan masyarakat terhadap bahaya rokok yang jatuh pada tanggal 31 Mei, Departemen Kesehatan RI bersama dengan instansi terkait, Lem-baga Swadaya Masyarakat, Organisasi Masyarakat serta Organisasi Profesi menyelenggarakan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS).

Menurut dr. Yusharmen, D.ComH, Direktur Pengenda-lian Penyakit Tidak Menular (PTM) Ditjen P2PL Depkes, peringatan HTTS bertujuan untuk meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap bahaya rokok, mening-

katnya gerakan masyarakat dalam mewujudkan derajat kesehatan tanpa rokok, meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat tanpa rokok, dan meningkatnya kemi-traan berbagai pihak dalam mewujudkan masyarakat tanpa rokok

Untuk itu, tema peringatan HTTS kali ini adalah ”To-bacco Health Warnings” atau peringatan kesehatan pada bungkus rokok. Maksudnya, peringatan kesehatan ber-bentuk gambar pada bungkus rokok sebagai upaya yang

Setiap 31 Mei diperingati sebagai Hari Tan-paTembakau Sedunia (HTTS). Pada tahun 2009 ini, HTTS diperingati dengan tema ”Tobacco Health Warnings” atau perin-gatan kesehatan pada bungkus rokok. Seperti apa pelaksanaannya?

Hari-Hari Tanpa Tembakau

Page 27: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom ��

Sorot

efektif untuk menurunkan konsumsi rokok/tembakau. Makna yang ingin disampaikan dalam tema ini adalah perlunya partisipasi aktif berbagai komponen bangsa dalam penang-gulangan masalah bahaya rokok melalui tanda peringatan kesehatan dalam bentuk gambar untuk dapat menghentikan konsumsi rokok, se-hingga dapat meningkatkan kualitas hidup dalam kehidupan bernegara.

Dijelaskan dr. Yusharmen, ken-dala yang dihadapi dalam menekan konsumsi rokok adalah di satu sisi kesehatan hak azasi manusia, di sisi lain cukai rokok memberi kontribusi bagi pendapatan Negara. Pemerin-tah juga menyadari bahwa dampak negatif bagi kesehatan masyarakat tidak sebanding dengan kontribusi terhadap pendapatan negara.

Menurut data dari berbagai negara termasuk Indonesia, biaya kesehatan yang ditanggung oleh

pemerintah dan masyarakat sebesar tiga kali lipat cukai yang didapat-kan. Oleh karena itu, pemerintah bersama-sama DPR dan aktivis anti tembakau sedang menggarap bersama RUU Pengendalian Dampak Produk Tembakau terhadap kes-ehatan mulai dari produksi tem-bakau/rokok sampai dengan kon-sumsi maupun ekspor/impor. Secara bertahap diharapkan pengendalian tembakau/rokok ini akan optimal untuk mencegah kehilangan pelu-ang dalam memperbaiki kesehatan bangsa Indonesia.

Kita melihat, kecenderungan jum-lah perokok di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Data Susenas ta-hun 1995 prevalensi perokok dewasa (>15 tahun) di Indonesia sebesar 27% (laki-laki 53,4% dan perempuan 1,7%). Pada tahun 2001 prevalensi perokok meningkat menjadi 31,5% (laki-laki 62,2%, perempuan 1,8%).

Susesnas tahun 2004 melaporkan prevalensi perokok menjadi 34,5% (laki-laki 34,5%, perempuan 65,2%). Selanjutnya hasil survey riset kesehat-an dasar oleh Depkes melaporkan prevalensi perokok dewasa (>15 tahun) sebesar 33,08% (laki-laki 65,28%, perempuan 5,06%).

Kalau melihat tren yang berkem-bang memang dapat diartikan bahwa Pemerintah harus bekerja ekstra keras untuk perlahan-lahan melakukan kebijakan yang pro kesehatan masyarakat. Sesung-guhnya tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan ketentuan internasi-onal. Yang terpenting, sudah saatnya kita mulai “mencicil” melaksanakan aturan-aturan internasional tentang pengendalian dampak emrokok. Setidaknya, dengan memberlakukan peringatan dengan gambar di bung-kus rokok. l

foto

Page 28: Mediakom 18 Full Page

�� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Sorot

Dampak kesehatan dari konsumsi rokok telah diketahui sejak dahulu. Sebanyak lebih dari 70.000 artikel ilmiah

membuktikan bahwa perokok dan pajanan asap rokok berbahaya bagi kesehatan manusia dan menunjuk-kan hubungan kausal antara peng-gunaan tembakau dengan terjadinya berbagai penyakit kanker, penyakit

jantung, penyakit sistim saluran pernapasan, penyakit gangguan re-produksi dan kehamilan. Hal ini tidak mengherankan karena asap tem-bakau mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia toksik dan 43 bahan penyebab kanker (karsinogenik).

Konsumsi rokok dan tembakau merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya berbagai penyakit tidak menular seperti kardiovaskuler, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru, kanker mulut,

dan kelainan kehamilan. Penyakit-penyakit tidak menular tersebut saat ini merupakan penyebab kematian utama di dunia, termasuk di Indo-nesia. Konsumsi tembakau/rokok membunuh satu orang setiap detik.

Rokok membunuh separuh dari masa hidup perokok, dan separuh perokok mati pada usia 35 sampai dengan 69 tahun. Data epidemi tembakau di dunia menunjukkan tembakau membunuh lebih dari lima juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini

Dampak dan Bahaya Rokok

Bahaya merokok tidak hanya berbahaya bagi para perokok aktif, melainkan juga bagi perokok pasif. Sejauh mana resiko yang dapat dihindarkan?

Page 29: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom ��

Sorot

berlanjut terus maka diproyeksikan akan terjadi 10 juta kematian pada tahun 2020, dengan 70% kematian terjadi di negara sedang berkembang.

Rokok dan Efeknya Efek rokok tidak hanya mempen-

garuhi tumbuh kembang janin dan bayi, melainkan juga, menurut David Poswillo & Eva Alberman, menurun-nya kesuburan (Fertilitas), mening-katnya hamil diluar kandungan, pertumbuhan janin terlambat (Fisik dan IQ), kejang kehamilan (eklam-psia), imunitas bayi Terganggu dan Kematian Perinatal Meningkat.

Sedangkan penyakit lain aki-bat rokok adalah Stroke Otak dan Jantung; Paru: batuk menahun, TBC, Kanker; Penyempitan Pembuluh Darah, dengan komplikasinya.

Anak-anak yang terpapar pada

asap tembakau mengalami pertum-buhan paru yang lambat, lebih mu-dah terkena bronkhitis dan infeksi saluran pernapasan dan telinga serta asma. Kesehatan yang buruk di usia dini mungkin akan menyebabkan kesehatan yang buruk pula di saat dewasa.

Cukai Hasil TembakauDengan peningkatan cukai

rokok selain dapat meningkatkan pendapatan pemerintah, juga dapat digunakan kembali untuk membiayai pelayanan kesehatan, khususnya bagi masyarakat miskin. Disamping itu semakin tinggi harga rokok tentunya akan mencegah ma-syarakat terutama kelompok kurang mampu untuk tidak membeli rokok.

Tembakau disamping memberi pemasukan cukai yang cukup besar

bagi pemerintah, tetapi juga me-nimbulkan dampak ekonomi dan dampak negatip bagi kesehatan yang jauh lebih besar.

Hasil survei nasional menunjukkan rata-rata pengeluaran rumah-tangga keluarga miskin untuk rokok jauh melebihi rata-rata pengeluaran untuk bahan makanan seperti protein, sayur-mayur, kesehatan maupun biaya sekolah anak-anaknya. Penge-luaran pemerintah untuk mensubsidi pelayanan kesehatan masyarakat miskin akibat rokok juga cukup besar. Oleh sebab itu, dalam kondisi sulit-nya ekonomi saat ini, seyogyanya masyarakat dapat menyikapi dengan lebih bijaksana membelanjakan keuangan rumah tangganya untuk hal-hal yang bermanfaat.

Dengan maraknya peredaran rokok ilegal tentunya akan san-

Beban Nasional Karena Penyakit Yang Disebabkan Tembakau di Indonesia 2005(Badan Litbangkes)

nama PenyakitJumlah kasus

Jumlah Meninggal

YLL YLddALYs

Loss

Neoplasma1. kanker mulut dan oropharynx2. kanker Lambung3. kanker Hati4. kanker Pancreas5. kanker Trachea, bronchus dan paru

Penyakit Jantung dan Pemb. Darah1. Peny. Jantung koroner2. Stroke

Penyakit Saluran Pernapasan1. PPOk2. Bronchitis, Emphysema

TOTAL

16.20014.190 9.970 3.80030.180

249.080192.250

274.130529.320

37.87249.00059.191 5.79045.583

26.815136.707

34.995 3.847

399.800

733.00 65.140957.610 48.980666.120

263.8301.462.470

319.490 62.000

3.846.373

11.040 5.210 4.510 1.270 6.940

5.560298.350

617.890552.130

1.502.900

744.04 70.350

962.120 50.250 673.060

269.3901.760.820

937.380614.130

5.411.904

Page 30: Mediakom 18 Full Page

�0 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Sorot

gat menambah beratnya dampak kesehatan yang akan di hadapi oleh masyarakat dan pemerintah.

Pertumbuhan industri rokok memang menyerap tenaga kerja, namun hasil produksi akan sangat menimbulkan kerugian kesehatan dan ekonomi. Berbagai penelitian dibidang pertanian melaporkan ter-dapat banyak jenis tanaman peng-ganti tanaman tembakau yang lebih menguntungkan. Upaya meng-ganti industri tembakau ke berbagai industri lainnya tentunya akan lebih menguntungkan secara ekonomi dan kesehatan.

Dalam hal ini, posisi Indonesia dalam Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) adalah langkah konkrit untuk mendukung FCTC adalah mendukung tereali-sasinya UU tentang Pengendalian Dampak Produk Tembakau Terhadap Kesehatan, serta mendukung proses ”accession”. Langkah tersebut diser-tai dengan melaksanakan proses penyadaran yang terus menerus terhadap bahaya rokok. Proses pe-nyadaran ini penting karena dampak bahaya rokok tidak dirasakan secara langsung sehingga sering kali diabai-kan.

Untuk menandatangani FCTC masih diperlukan dukungan dari

lintas sektor di luar Depkes, sehingga diperlukan upaya advokasi yang intensif kepada sektor lain.

Fatwa MuIDengan adanya fatwa MUI ten-

tang larangan merokok bagi anak-anak dan ibu hamil, serta di tem-pat-tempat umum berarti sejalan dengan upaya di bidang kesehatan, khususnya dalam pengendalian ma-salah penyakit tidak menular. Namun demikian, Pemerintah Indonesia tetap harus mencapai solusi yang terbaik dalam mengatasi bahaya rokok.

Diantaranya yang dilakukan: • Rencana meratifikasi/aksesi FCTC

(Frame Work on Tobacco Control),• Meneruskan proses RUU tentang

Pengendalian Dampak Produk tembakau terhadap kesehatan, yang tahun ini terjadwal di Baleg. DPR.

• Secara umum mengadvokasi pemerintah daerah untuk mem-buat Perda sebagai tindak lanjut pelaksanaan PP no. 19/2003. Na-mun disadari bahwa PP tersebut tidak bisa memberi sanksi yang lebih jelas dan tegas terhadap

para perokok maupun produsen rokok.

• Untuk itu secara khusus dalam RUU tentang Pengendalian Dampak Produk Tembakau terha-dap kesehatan, dalam bab kewa-jiban pemerintah dan ketentuan pidana, proteksi terhadap kaum muda/anak sekolah diatur secara khusus.

• Departemen Kesehatan secara khusus melakukan promosi melalui Pusat Promosi Kesehatan untuk mengendalikan bahaya merokok terhadap peningkatan penyakit tidak menular baik melalui media elektronik, cetak dan lain-lain baik untuk masyara-kat umum maupun generasi muda pada khususnya.

• Mengusulkan untuk kemung-kinan perubahan PP 19/2003, sesuai dengan perkembangan situasi terkini.

Perjalanan Indonesia mengen-dalikan rokok masih bakal lama. Namun, dengan semangat keberpi-hakan pada kesehatan serta nasib jutaan penduduk Indonesia, niscaya rintangan akan menyingkir dengan sendirinyal

Page 31: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom �1

Sorot

Dr. Merdias Al MatsirKetua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)

Tidak Pernah ada Kata Aman untuk Rokok!

Page 32: Mediakom 18 Full Page

�� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Sorot

Dampak buruk rokok terhadap kesehatan telah banyak memakan korban. Ribuan orang telah mene-mui ajal akibat

rokok. Jutaan orang telah jatuh sakit terkena berbagai penyakit kanker, jantung koroner dan penyakit paru lainnya. Maklum, ada 500 zat kimia yang berbahaya dari 4.000 jenisnya dalam asap rokok. Semua terhisap secara langsung maupun tidak langsung ( perokok pasif ). Dam-pak buruk ini terus melonjak, akibat semakin besar jumlah perokok muda dari berbagai negara dunia. Bahkan semakin muda umur mereka mulai merokok. Berbagai upaya pencega-han dan promosi untuk mengurangi jumlah perokok belum menuai hasil yang memuaskan, bahkan cende-rung mandek (stagnan). Mengapa demikian? Berikut petikan wawacara Mediakom tentang seluk beluk rokok dan dampak buruknya terhadap kese-hatan dengan dr. Merdias Al Matsir, Sp.S (k) ketua Majelis kehormatan disiplin kedokteran Indonesia (MkdkI)

Zat apa saja yang terkandung dalam rokok?

Rokok adalah racun. Dalam rokok ada dua unsur yaitu nikotin dan tar. Para ahli menyatakan ada sekitar 4.000 jenis zat kimia dalam asap rokok. Dari 4.000 ini ada 500 yang berbahaya, diantaranya formalin, ar-sen, merkuri, karbon monoksida dan banyak lagi yang bisa memberi efek karsinogenik. Ada tiga penyakit uta-ma yang disebabkan oleh kebiasaan merokok dalam jangka panjang yaitu jantung koroner, kanker mulai dari kanker mulut , paru sampai ke ginjal

dan kelompok penyakit paru ob-struktif. Ketiga penyakit ini menye-babkan kematian yang cukup tinggi. Ada sekitar 427.948 kematian akibat rokok setiap tahunnya. Artinya ada 1.172 orang meninggal perhari yang diduga akibat dari rokok. Rokok juga menyebabkan impotensi pada pria, sementara pada wanita hamil, rokok dapat mengganggu bayi seperti BBLR ( berat bayi lahir rendah) dan gangguan pertumbuhan. Inilah yang menyebabkan rokok sebagai bahan berbahaya di samping sifat adiktif-nya (kecanduan).

Banyak orang sudah tahu dampak buruk rokok, tetapi mengapa me-reka tidak berhenti?

Itu karena adiktif. Perokok ada yang disebut perokok aktif dan pero-kok pasif dimana ia terpapar asap ro-kok. Bisa di rumah tangga, di tempat kerja dan di tempat umum. Kenapa orang susah berhenti merokok? Karena banyak orang mulai mero-kok sejak kanak-kanak dan remaja sebagai akibat dari pergaulannya. Yang mencengangkan, prevalensi anak merokok di bawah 15 tahun di Indonesia setiap tahunnya paling cepat naiknya dibanding negara-negara lain.

Selain pengaruh lingkungan, orang juga susah berhenti merokok akibat promosi. Iklan rokok begitu bebas. Kita punya larangan tapi tidak jelas pelanggarnya ditindak atau tidak. Bahkan ada industri rokok dalam laporan tahunannya me-ngatakan bahwa di Indonesia hampir mutlak bebasnya promosi rokok itu. Baik dalam bentuknya maupun tempatnya. Bisa kita lihat iklan rokok dimana saja. Di media cetak dan elektronik, juga media luar ruang. Selain itu, dampak akibat rokok tidak

dirasakan langsung. Tidak seperti kita minum cuka yang langsung terasa asam.

Bagaimana rokok dapat menimbul-kan adiksi?

Di dalam rokok itu ada zat yang membuat otak kita membutuhkan zat tersebut terus menerus dan jumlahnya makin lama makin tinggi. Sehingga kalau tidak dipenuhi akan gelisah, seperti dalam narkoba dike-nal dengan sakau.

Kenapa peringatan bahaya rokok tidak banyak berpengaruh?

Mungkin kita harus mengubah strategi, jangan dalam bentuk tulisan tetapi dalam gambar karena gambar lebih mudah dipahami dari pada tulisan.

Banyak perokok dari kalangan miskin. Kenapa?

Kelompok yang paling rawan adalah kelompok anak-anak dan remaja, kelompok orang berpeng-hasilan rendah dan kelompok wanita. Data tahun 2005, untuk belanja rokok dalam rumah tangga berpenghasilan rendah sebesar 11,5%, dibandingkan dengan orang berpenghasilan tinggi belanja rokok sebesar 9,7%. Pada orang miskin pengeluaran untuk rokok 5 kali lebih besar daripada untuk membeli makanan bergizi atau 3 kali lebih be-sar dari biaya pendidikan atau 4 kali lebih besar dari pengeluaran untuk kesehatan. Maka kelompok-kelom-pok ini harus dilindungi oleh negara.

Caranya?Ada dua hal yaitu dari demand

side dan supply side. Ada aturan-aturan untuk mengurangi kebutu-han dan suplai ini misalnya meng-

Page 33: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom ��

Sorot

hilangkan iklan secara total dari semua media. Negara lain sudah melakukan ini. Ini perlu untuk men-gurangi motivasi remaja untuk mulai merokok. Selain itu juga perlu dibuat pembatasan anak-anak membeli ro-kok. Sekarang bisa dilihat, anak-anak mudah membeli rokok ketengan. Harusnya ada aturan siapapun tidak boleh menjual rokok kepada anak di bawah usia 18 tahun. Sekolah juga harus punya program mencegah rokok bersamaan dengan program pencegahan narkoba. Ini dari sisi demand. Dari sisi supply bisa dilaku-kan dengan tidak menempatkan mesin penjual rokok di area umum. Iklan rokok dibatasi. Selain itu, untuk menghindari bahaya rokok, perba-nyak kawasan-kawasan bebas asap rokok sehingga kesempatan orang untuk merokok makin dipersempit.

Kenapa perokok pasif lebih berba-haya?

Hasil penelitian membuktikan bahwa asap rokok berbahaya.

Apa kiat untuk berhenti merokok? Niat dulu. Dengan niat yang kuat

akan cepat berhenti. Sama seperti narkoba. Jauhi semua barang yang berhubungan dengan rokok seperti iklan. Memang ada fase yang sulit untuk berhenti dimana seseorang akan menjadi gelisah. Tetapi ia harus tahan kira-kira seminggu lah. Atau bisa juga mengikuti program berhenti merokok. Tapi yang utama adalah niat. Biasanya orang kembali

merokok karena pergaulan. Maka perlu dukungan dari keluarga.

Pendapatan cukai rokok sesung-guhnya lebih kecil dari bahaya akibat rokok. 84% orang merokok di rumah. Ada 45 juta orang yang terpapar ro-kok di rumah tangga (perokok pasif ). Ada 43 juta anak di bawah 14 tahun sebagai perokok pasif.

Tahun 2005 survei membuktikan belanja akibat rokok sebesar Rp 127,7 triliyun. Ini sama dengan 7 kali penerimaan cukai

Ada tidak hubungan antara mero-kok dengan ide kreativitas?

Semua itu ada kaitannya dengan adiksi. Begitu seseorang berhenti merokok, macet lah kreativitasnya. Coba ganti dengan yang lain selain rokok.

Berapa data jumlah perokok dari tahun ke tahun?

Setiap tahun naik. Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok kelima terbanyak di dunia setelah China, Amerika, Rusia dan Jepang. Tidak ada hubungan antara banyaknya jumlah perokok dengan iklim. Di Jepang daerahnya dingin banyak perokoknya, Indonesia sebagai daerah tropis juga banyak perokoknya.

Himbauan kepada para perokok?Kalau Anda bisa berhenti mero-

kok, berhentilah sekarang juga. Kalau tidah bisa berhenti janganlah mencederai orang lain dengan asap rokok Anda. Pemerintah sudah punya aturannya bahwa seseorang tidak bo-leh merokok di tempat umum. Maka orang yang tidak merokok harus berani menegur perokok. Perlu juga lapor ke petugas keamanan sebagai bagian dari proses hukum.l(pra,gi)

"Sekarang bisa dilihat, anak-anak

mudah membeli rokok ketengan.

Harusnya ada aturan siapapun tidak boleh men-

jual rokok kepada anak di bawah usia

18 tahun"

Page 34: Mediakom 18 Full Page

�� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Peristiwa

Sampai saat ini penularan vi-rus flu burung pada manusia masih berasal dari unggas/

ayam. Hal itu dibuktikan dengan pemeriksaan spesimen terhadap semua kontak kasus sejak tahun 2005 sampai sekarang, menunjuk-kan negatif. Artinya, belum ada penularan flu burung antar manu-sia. Padahal, selama masih ada virus flu burung pada unggas, maka selama itu virus flu burung menjadi ancaman manusia.

Namun demikian, untuk men-gantisipasi dan kesiapsiagaan dalam mencegah meluasnya penularan apabila terjadi episenter pandemi Influenza dilaksanakan Simulasi kedua Penanggulangan Episenter Influenza di RW 01 Kelu-rahan Kassi-Kassi dan RW 02 Kelu-rahan Bontomakio, Kota Makassar tanggal 25-27 April 2009. Simulasi pertama tanggal 25-27 April 2008 di Desa Dangin Tukadaya, Kab. Jem-brana, Bali.

Episenter Pandemi Influenza adalah lokasi awal terdeteksinya sinyal epidemiologi dan sinyal virologi yang merupakan tanda terjadinya penularan influenza baru antar manusia yang memung-kinkan terjadinya pandemi (pe-nyebaran penyakit yang cepat dan meluas ke seluruh dunia).

Pembukaan simulasi dilakukan Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P. MARS, Direktur Jenderal Pengenda-

lian Penyakit dan Penyehatan Ling-kungan Depkes mewakili Menteri Kesehatan yang berhalangan hadir karena ada tugas lain yang tidak dapat diwakilkan di Kel. Kasi-Kasi Kota Makassar tanggal 25 April 2009.

Menurut Prof. Tjandra Yoga, tujuan simulasi adalah untuk meningkatkan kapasitas, kemam-puan teknis, dan koordinasi semua sektor terkait termasuk masyarakat dalam penanggulangan episenter pandemi influenza.

Mengenai dipilihnya Kota Makassar, Prof. Tjandra menyata-kan di kota itu peran serta ma-syarakatnya cukup tinggi. Selain itu, Kota Makassar infrastrukturnya memadai sebagai penghubung jaringan transportasi cepat, per-tumbuhan perdagangan dan pem-bangunan ke seluruh Kawasan

Timur Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya. Diharapkan simulasi di Kota Makassar ini dapat dikembangkan untuk pembela-jaran kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza di Kawasan Timur Indonesia.

Bertindak sebagai penang-gung jawab simulasi adalah Prof. Tjandra Yoga Aditama, Dirjen P2PL. Sedangkan sebagai Kepala Pusat Komando adalah dr. Iwan Muljono, Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung.

Lokasi Simulasi berada di RW 01 Kassi-Kassi, Rw 02 Bontomakkio Kec. Rappocini, Puskesmas Kassi-Kassi, RS Gracetelina, RS Dr. Wahidin Sudirohusodo, Pelabuhan Laut Soekarno Hatta dan Kantor Kese-hatan Pelabuhan (KKP) di Bandara Hasanuddin, Kantor Dinas Kesehat-an Kota Makassar, Kantor Dinas

Pemerintah Gelar Simulasi Penanggulangan EpisenterInfluenzaKedua

Page 35: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom ��

Peristiwa

Kesehatan Prov. Sulsel dan Kantor Walikota Makassar.

Simulasi telah selesai melibatkan kurang lebih 700 orang yang me-wakili pemerintah dan non-pemerin-tah, TNI dan POLRI. Dalam simulasi tersebut diujicobakan delapan pilar kesiapsiagaan menghadapi pan-demi influenza, yaitu : • Pembentukan pos koordinasi

(Posko) sebagai pusat operasi penanggulangan,

• Surveilans epidemiologi berupa penyelidikan epidemiologi terhadap kasus yang ditemukan dan pelacakan kontak,

• Respons medik dan laborato-rium berupa penatalaksanaan kasus, isolasi dan penutupan sementara/karantina rumah sakit,

• Intervensi farmasi berupa pemberian antiviral kepada

masyarakat di lokasi episenter,• Intervensi non farmasi berupa

karantina rumah dan karantina wilayah, pembatasan kegiatan sosial seperti sekolah dan tem-pat-tempat umum termasuk pengawasan perimeter oleh TNI dan Polri,

• Komunikasi risiko kepada ma-syarakat dan media,

• Tindakan karantina di pelabu-han laut dengan melakukan skrining menggunakan thermal scanner dan pemberian Health Alert Card (HAC), observasi terhadap kasus yang diduga, karantina dan rujukan ke rumah sakit rujukan terhadap penum-pang yang mengalami gejala/suspek,

• Mobilisasi sumber daya baik logistik medis, antiviral dan alat pelindung diri (APD) serta ke-butuhan pokok bagi penduduk yang wilayahnya diisolasi.

• Kesiapan Lembaga Usaha (Bus-siness Continuity Plan).

Untuk mengendalikan Flu Bu-rung, berbagai upaya telah dilaku-kan Departemen Kesehatan dianta-ranya menemukan dan mengobati hingga sembuh pasien suspek mau-pun pasien positif bahkan sampai

pemakaman bagi korban yang meninggal dunia dengan pembia-yaan ditanggung pemerintah.

Selain itu, upaya lainnya dalam mengendalikan penyakit Flu Bu-rung adalah melengkapi fasilitas 100 RS Rujukan. Melengkapi dan memfungsikan 2 laboratorium rujukan nasional Flu Burung (Balit-bangkes & Eijkman), 8 laboratorium regional dan 34 laboratorium sub regional. Peningkatan SDM dengan melatih District Surveilance Of-ficer (DSO), TGC (tim gerak cepat), pelatihan/sosialisasi FB pada petugas kesehatan dasar, pelatihan juru bicara FB, sosialisasi FB pada industri, dll.

Pemerintah juga gencar melaku-kan penyuluhan FB kepada ma-syarakat lewat berbagai media. Penyediaan obat oseltamivir, selain untuk stockpiling di Depkes dan provinsi, juga didistribusikan ke Dinas Kesehatan, RS rujukan Flu Burung, RSUD Kabupaten/Kota, RS Swasta yang merawat kasus dan Puskesmas seluruh Indonesia. Pe-nyediaan alat pelindung diri (APD) dan investigasi kit bagi petugas di lapangan, serta pelaksanaan pilot project pengendalian FB di Kota dan Kab Tangerang. l

Page 36: Mediakom 18 Full Page

�� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Peristiwa

Bincang Bincang Bareng Bumenkes (B4M), mema-suki babak baru. Program teve yang disiarkan di MetroTV dan TV One

bersama ibu Menteri Kesehatan ini kini disajikan dalam tiga seri. Pertama, seri On The Spot (OTS), ditayangkan setiap Kamis, jam 08.00 – 09.00 WIB di Metro TV. Kedua, seri Talk Show, setiap sabtu pukul 08.30 – 09.00 WIB tayang di TV ONE, dan ketiga, seri Prime Interview ditayangkan setiap Senin pukul 20.30-21.00 WIB di Metro TV. Ketiganya tayang secara berurutan, dikerjakan oleh rumah produksi Avi-com, Cinggar dan Metro.TV.

Masing-masing tayangan ber-

beda konsepnya. On The Spot (OTS) mengemas acara dengan mengete-ngahkan keberhasilan pembangunan kesehatan daerah, institusi atau pro-gram tertentu. Kemasannya dengan meramu berbagai kegiatan, komentar masyarakat tentang program dan pernyataan Menkes tentang program tersebut sebagai penegasan.

Sedangkan, acara talk show dikemas dalam bentuk wawancara tentang topik tertentu. Talk show ini selalu menempatkan Menkes sebagai host dan menghadirkan nara sumber ahli sesuai topik. Wawancara dipandu Ferdy Hasan sebagai co-host. Untuk meramaikan suasana, agar talk show terasa segar, Eko DJ pelawak kondang

Depkes siap melayani kesehatan Jamaah Haji Indonesia di Arab Saudi. Apalagi kini Pemer-intah Indonesia telah memiliki gedung Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Azizah di Mekah Arab Saudi. Gedung ini dilengkapi

sarana dan prasarana setara RS tipe C dengan 4 ambulans yang siap selama 24 jam. Memiliki 3 lift umum dan 1 lift pasien. Tersedia kamar bedah yang ditata secara mo-dern, dengan pintu gawat darurat tersendiri. BPHI ini juga

dilengkapi ICU/ICCU yang mampu merawat 12 penderita dengan perlengkapan yang memenuhi standar internasi-onal. Memiliki 150 tempat tidur ( TT ) termasuk ruang pera-watan VIP dan setiap kamarnya dilengkapi toilet. Secara resmi BPHI telah diresmikan oleh Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan dr. Farid Wadjdi Husain, Sp.B(K), Senin, 13 Juli yang lalu.

Untuk mengoptimalkan pelayanan, Tim Fungsional BPHI Depkes terus menyiapkan gedung seluas 6.257

Babak Baru B4M

Depkes Siap Melayani Kesehatan Jemaah Haji Indonesia

ikut nimbrung dengan ceplosannya yang khas.

Khusus seri Prime Interview, tayang-an di kemas mirip talk show. Bedanya, terkesan ilmiah dan cerdas. Nara sum-ber dipilih orang–orang sukses dalam program tertentu. Seperti Gubernur Sumsel, Alex Nurdin, pernah menjadi nara sumber dengan topik “pengo-batan gratis untuk semua”. Untuk itu, ditempatkan Desi Anwar sebagai presenternya.

Ada 60 episode dari 3 seri taya-ngan B4M, setiap seri mempunyai 20 episode. Semua episode disajikan secara ringan, ceria, juga menghibur para pemirsa. Bahkan itu, di setiap episode pula selalu ditutup dengan irama musik, bersama para artis muda yang energik, khususnya seri talk show. Khusus untuk On The Spot dan Talk Show sudah selesai produksi dan tayangnya.

Harapannya, dengan acara B4M ini dapat menambah informasi, penge-tahuan dan sarana komunikasi antara Departemen Kesehatan dengan masyarakat. Berikutnya, masyarakat dapat memberi masukan, saran dan kritik yang membangun untuk kebaik-an bersama. l(pra)

Page 37: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom ��

Peristiwa

Meningitis, penyakit yang banyak mena-rik perhatian, teru-tama umat Islam. Apalagi bagi yang

akan menunaikan ibadah haji pada tahun 2009 ini. Perhatian itu terkait pada kewajiban mendapat imunisasi sebelum berangkat ke Tanah Suci, Mekah. Apalagi, vaksin meningitis terindikasi masih mengandung un-sur babi yang hukumnya haram bagi umat islam.

Miningitis, sering disebut menin-gitis miningokokus. Sejenis penyakit radang selaput otak atau sumsum tulang belang yang terjadi secara akut, yang disebabkan oleh bakteri

neisseria meningitides. Penyakit ini sangat berbahaya, selain cepat menular, dapat menyebabkan kema-tian. Apabila sembuh dapat mening-galkan kecacatan akibat kerusakan di otak.

Untuk mengetahui penyakit men-ingitis, terdapat tanda dan gejala panas tinggi yang mendadak, nyeri kepala disertai kaku kuduk, mual, muntah, kejang, timbulnya bercak merah pada kulit dan kesadaran menurun, kemudian tak sadarkan diri. Panyakit ini menular melalui kontak langsung. Seperti percikan cairan hidung dan tenggorokan pada saat batuk dan bersin dari pen-derita meningitis miningokokus. l

m2 ini sebagai pusat pelayanan kesehatan jamaah haji Indonesia saat musim haji tiba. Gedung BPHI terdiri 9 lantai, terletak di kawasan elit Kholidiah, 4 km dari Masjidil Haram dan aksesnya mudah di-capai dengan segala jenis kenda-raan.

Lantai 1 digunakan sebagai ru-ang radiologi, laboratorium, depo farmasi, kamar operasi, instalasi gas medik dan ruang administrasi. Lantai 2 digunakan untuk pelay-anan HCU, CEU (12 TT) dan ruang perawatan intermediate (20 TT). Lantai 3 digunakan untuk ruang perawatan intermediate laki-laki dan ruang pasien jiwa/ psikiatri (30 TT). Lantai 4 digunakan sebagai ruang poliklinik. Lantai 5 digunakan sebagai ruang perawatan wanita (63 TT). Lantai 6 digu-nakan untuk menyimpan peralatan medik, gudang obat dan ruang rawat inap wanita (30 TT). Lantai 7 sebagai ru-ang staf medis dan gudang obat farmasi. Lantai 8 dipakai sebagai ruang pertemuan dan ruang khusus. Lantai 9 digunakan sebagai dapur umum, ruang gizi klinis, dan

ruang cuci.Saat ini, Departemen Kes-

ehatan juga telah menyiapkan 306 tenaga kesehatan haji Indo-nesia (TKHI) non kloter yang akan bertugas di daerah kerja (daker) di Jeddah, Mekah dan Madinah. Jum-lah dan jenis tenaga yang dibu-tuhkan adalah dokter spesialis (78 orang), dokter gigi ( 2 orang), perawat (158 orang), ahli farmasi (29 orang), sanitarian (21 orang), analisis (3 orang), rekam medis (2 orang), penata rontgen (2 orang), ahli gizi (3 orang), siskohat (3

orang), dan tenaga TUH (5 orang). Tiap-tiap wilayah ini akan dilengkapi dengan ambulan.

Sejak terbitnya UU nomor 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan haji, maka pelayanan kesehatan ibadah haji Indonesia menjadi tanggung jawab Departemen Kesehatan, sebelumnya diselenggarakan oleh Departe-men Agama. Pelayanan kesehatan jamaah haji ini dimulai sejak jamaah masih di Tanah Air, Arab Saudi dan 14 hari setelah pemulangan. l(pra, gi)

Penyakit Meningitis dan Ibadah Haji

Page 38: Mediakom 18 Full Page

�� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Nasional

Salah satunya disebutkan, resolusi untuk melanjutkan pembahasan Standard Material Transfer Agree-ment (SMTA) dalam Virus Shar-ing dan akses pada vaksin dan manfaat lainnya, akan diselesaikan selambat-lambatnya Januari 2010,

“ ujar Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) kepada para wartawan di Jakarta. Menurut Dr. dr. Siti Fadilah Supari, resolusi WHA ke-62 tersebut menyatakan bahwa kesepakatan-kesepakatan yang dicapai pada Intergovernmental Meeting on Pandemic Influenza Preparedness (IGM PIP) akan menjadi bagian dari perjanjian pokok tentang

Sidang Tahunan WHA ke-62:

Virus Sharing Akan Menjadi Aturan Baru WHOSelangkah lagi perjuangan Indone-sia tentang mekanisme virus shar-ing yang adil, transparan dan setara akan direalisasikan. Kejelasan ini terungkap dalam Sidang Tahunan ke-62 (World Health Assembly = WHA) di Jenewa Swiss tanggal 18-22 Mei 2009. Apalagi kesepakatan lainnya?

Page 39: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom ��

Nasional

mekanisme baru virus sharing, yang menjadikan benefit sharing sebagai bagian penting dan tidak terpisah-kan.

Resolusi yang dipelopori Indone-sia ini mendapat dukungan luas dari negara-negara berkembang seperti Argentina, Bangladesh, Bhutan, Brazil, Cili, dan Kuba yang mewakili negara anggota Gerakan Non-Blok, Ghana yang mewakili wilayah Afrika, Guate-

mala, India, Iran, Maldives, Myanmar, Nigeria, Sri Lanka, Timor-Leste dan Venezuela. Selanjutnya, negara-negara anggota telah memperca-yakan Direktur Jenderal WHO untuk melakukan proses pembahasan lanjutan yang transparan dan berim-bang antara negara-negara maju dan berkembang, ujar Menkes.

Resolusi juga mengakui bahwa IGM PIP telah menyepakati sebagian

besar butir-butir pada Kerangka Kes-iapan Pandemi Influenza untuk Virus Sharing dan Akses pada Vaksin dan Manfaat lainnya, dan menyatakan kembali pentingnya solusi jangka panjang untuk kesiapan dan respon terhadap pandemi influenza, tambah Dr. Siti Fadilah.

Menurut anggota delegasi Indo-nesia dan diplomat senior Deplu Dr. Makarim Wibisono tercapainya Re-

1. Disetujui penggunaan Standard Material Transfer Agreement (SMTA) dalam sistem virus sharing yang akan mengatur semua transfer virus maupun trans-fer bagian bagian virus yang berbentuk standar dan universal dan mempunyai kekuatan hukum.

2. Prinsip prinsip SMTA secara umum disetujui termasuk pengakuan atas perlunya mengintegra-sikan sistem benefit sharing kedalam SMTA, hal yang menjadi perjuangan gigih Indonesia dengan dukungan negara berkembang lain, dalam kelom-pok negara negara SEARO/South East Asia Regional Organization, Brazil dan AFRO (African Regional Office), meskipun terdapat tentangan keras dari Amerika Serikat.

Pernyataan IGM-PIP pada penutupan pertemuan bulan Desember 2008 berbunyi “negara negara ang-gota setuju untuk berkomitmen berbagi virus H5N1 dan virus influenza lainnya yang berpotensi pan-demi serta menganggap virus sharing adalah setara benefit sharing, sebagai bagian penting dari langkah kolektif demi kesehatan publik secara global”.

3. Prinsip benefit sharing diintegrasikan kedalam SMTA

4. Komitmen negara maju untuk benefit sharing se-cara nyata termasuk dalam berbagi risk assesment dan risk response.

5. Terwujudnya Virus Tracking System dan Advisory Mechanisim untuk memonitoring dan evaluasi virus dan penggunaannya.

Desakan penuntasan SMTA dan virus sharing pada WHA ini juga datang dari para Menteri Kesehatan nega-ra ASEAN+3 (China, Jepang dan Korea Selatan) dalam pernyataan bersama mereka sebagai hasil Pertemuan Khusus Menteri Kesehatan ASEAN + 3 tentang Influ-enza A(H1N1) di Bangkok, 8 May 2009, antara lain:

“Menekankan kebutuhan untuk menuntaskan Inter-Governmental Meeting yang dimandatkan oleh WHA 60.28, tentang virus sharing H5N1 dan virus influenza lain dengan potensi pandemi pada manusia serta bene-fit sharing yang adil dan setara;

“Prihatin bahwa sebagian besar produksi vaksin global berlokasi di Eropa dan Amerika Utara, dan tidak cukup untuk merespon pandemi global; dan walau-pun wilayah-wilayah dunia lain telah mulai memiliki teknologi untuk memproduksi vaksin influenza, akses pada vaksin pandemi yang efektif masih merupakan permasalahan utama di wilayah ini.”

Para Menkes ASEAN + 3 berkomitmen untuk:• Menuntaskan pembicaraan Inter-Governmental

Meeting tentang virus sharing H5N1 dan virus influ-enza lain yang berpotensi pandemi pada manusia dan adanya benefit sharing yang adil dan setara;

• Mendesak Direktur Jenderal WHO untuk mendu-kung tujuan untuk memastikan akses yang adil dan setara pada vaksin pandemi bagi semua negara anggota WHO; dan memfasilitasi peningkatan kemampuan produksi vaksin influenza di wilayah ini dan di negara-negara berkembang lain.” l

Butir-butir yang telah disepakati pada Joint statement menutup IGM-PIP Desember 2008 lalu di Jenewa, dapat disimpulkan sebagai 5 (lima) terobosan besar:

Page 40: Mediakom 18 Full Page

�0 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Nasional

solusi yang mengakui kesepakatan-kesepakatan dalam proses perund-ingan IGM-PIP selama dua tahun terakhir ini mencerminkan solidaritas negara-negara pendukung dan tekad kuat serta desakan yang tidak kenal lelah dari kepemimpinan Men-teri Kesehatan Republik Indonesia.

Sementara anggota delegasi lain-nya yang juga menjabat Staf Khusus Menkes Bidang Kesehatan Publik, Dr. Widjaja Lukito, Ph.D., berpendapat resolusi ini menandakan kemajuan signifikan dalam perjuangan gigih Indonesia menuju pada kesepakatan dunia dibidang kesehatan khususnya

virus sharing dan benefit sharing yang lebih adil, transparan dan setara.

Dalam Resolusi WHA ke 62 itu, Direktur Jenderal WHO diminta untuk bekerja sama dengan negara-negara anggota untuk mendorong kemajuan pembahasan atas dasar hal-hal yang telah disepakati dari Kerangka Kesiapan Pandemi Influ-enza untuk Virus Sharing dan Akses pada Vaksin serta Manfaat lainnya. Direktur Jendral WHO berkewajiban memfasilitasi proses pembahasan yang transparan untuk memfinalisasi elemen-elemen penting termasuk Standard Material Transfer Agreement

(SMTA) juga unsur-unsur di dalam an-nex SMTA, lalu melaporkan hasilnya pada Sidang Executive Board WHO ke 126 pada bulan Januari 2010.

Menteri Kesehatan Indonesia, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K), sebagai inisiator konsep mekanisme baru virus sharing yang adil dan transparan ini menyambut baik resolusi sebagai pencapaian mulia dalam dunia kesehatan dan pengo-batan, dengan dicapainya langkah maju untuk meraih tatanan kese-hatan publik global yang lebih baik. Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) juga ditunjuk menjadi Wakil Ketua I Executive Board WHO hingga sidang WHA Mei 2010.

Anggota Delegasi Indonesia ke Sidang WHA ke-62 adalah Menkes RI sebagai Ketua, dengan anggota Dr. Makarim Wibisono, dr. Widjaja Lukito, Ph.d, Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P, MARS, Dirjen P2PL, Prof. Dr. Agus Purwadianto, SH, Kepala Badan Litbangkes Depkes dan dr. Lily S. Su-listyowati, MM, Kepala Pusat Komuni-kasi Publik.

Jika berlaku, Standard Mate-rial Transfer Agreement (SMTA) akan mengubah mekanisme virus sharing menjadi mekanisme yang berbasis keadilan, transparansi dan kesetara-an. SMTA akan membuka akses dan transparansi pada informasi tentang virus influenza, yang akan mem-buka pintu bagi para ilmuwan di negara maju dan berkembang untuk melakukan riset dan membangun kapasitas untuk memproduksi vak-sin, antivirus dan diagnostik. SMTA juga mengandung aturan-aturan tentang benefit sharing ketika hasil dari riset yang menggunakan sam-pel-sampel yang disalurkan dalam sistem ini dikomersialkan. l

Menkes bincang-bincang dengan peserta sidang

dialog informal Menkes dengan delegasi Indonesia

Page 41: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom �1

Nasional

Periode 1959 – 1968Mulai tahun 1959 dengan ban-

tuan WHO dan USAID diselengga-rakan program pembasmian/era-dikasi malaria yang disebut KOPEM (Komando Operasi Pembasmian Malaria) yang bersifat vertikal. Pada tahun 1959 juga dibentuk Dinas Pembasmian Malaria dimana Institut Malaria diintegrasikan ke dalamnya. Bersamaan dengan itu Pusat Latihan Malaria didirikan di Ciloto dan empat pusat latihan lapangan di luar Jawa.

Pada tahun pertama, pembas-mian hanya diselenggarakan di Jawa Bali dan Lampung, oleh karena 65% penduduk Indonesia berada di sana. Komunikasi juga baik dan tenaga terlatih tersedia. Daerah luar Jawa – Bali lainnya antara tahun 1961 – 1964 baru mulai melaksanakan pra-eradikasi.

Indonesia dibagi menjadi 66 zona, setiap zona dengan jumlah pen-

Lima Puluh Tahun Penanggulangan Malaria

Penanggulangan malaria di Indonesia dibagi atas tiga beberapa periode: periode pembasmian mala-ria, periode pemberantasan malaria, dan periode

sekarang. Bagaimana hasilnya?

Page 42: Mediakom 18 Full Page

�� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

duduk sekitar 1,5 juta orang. Jawa, Bali dan Lampung sendiri terdiri atas 42 zona.

Sampai tahun 1965 program pembasmian malaria di Jawa dan Bali memberikan hasil yang memuaskan. Pada tahun 1963 peny-emprotan racun DDT mulai dihenti-kan di 11 zona yang telah memenuhi kriteria dan ditambah lagi dengan 24 zona pada tahun 1964.

Tahun 1966 program mengalami kemunduran oleh karena beberapa hal, yaitu :• Pembiayaan mengalami penu-

runan baik yang berasal dari pemerintah maupun bantuan luar.

• Meluasnya resistensi Anopheles Aconitus terhadap racun DDT dan atau Diledrin di Jawa Tengah dan Jawa Timur

• Resistensi Plasmodium Falciparum dan Plasmodium Malariae terha-dap Pirimetamin dan Proguanil serta meningkatnya toleransi Plasmodium falciparum terhadap Primakuin di Irian Jaya

Pada tahun 1968 KOPEM dihapus-kan dan kegiatannya diintegrasikan ke dalam Ditjen P4M (Pencegahan Pemberantasan dan Pembasmian Pe-nyakit Menular), sehingga tidak lagi melaksanakan pembasmian melain-kan pemberantasan.

Periode 1969 – 2000 Kebijakan Depkes adalah mengin-

tegrasikan secara bertahap kegiatan-kegiatan pemberantasan malaria ke dalam sistem pelayanan kesehatan. Hingga tahun 1983 telah banyak kegiatan yang dilaksanakan melalui Puskesmas atau Pustu dengan upaya rujukan seperti rumah sakit, Balai Laboratorium Kesehatan dan lain-lain.

Beberapa kegiatan yang memer-

lukan tindakan khusus antara lain penyemprotan/fogging rumah/In-door Residual Spraying (IRS), pengo-batan massal dan penanggulangan wabah masih dilaksanakan olek tim khusus di bawah koordinasi kabu-paten/provinsi atau pusat dengan mengikut sertakan Puskesmas yang bersangkutan sejak dari fase peren-canaan.

Dengan terintegrasinya kegiatan pemberantasan malaria ke dalam sistem pelayanan kesehatan ba-nyak tenaga kesehatan eks KOPEM di Jawa dan Bali dialihkan status kepegawaianya dari status pusat menjadi status daerah, seperti tenaga PMD (Pemberantasan Malaria Desa), KPMD (Kepala PMD) para Komandan Sektor, dan lain-lain.

Tahun 1973 ditemukan pertama kali kasus resistensi Plasmodium falci-parum terhadap Klorokuin di Yogya-

karta pada seorang penderita import dari Kalimantan Timur. Pada tahun 1975 – 1990 kegiatan pemberan-tasan malaria sumber dananya selain dari pemerintah juga memperoleh bantuan kembali dari USAID, Bank Dunia, dan JICA.

Pada tahun ini juga dilaporkan telah terjadi resistensi terhadap Plasmodium falciparum terhadap Klorokuin di seluruh provinsi di Indonesia, selain itu juga dilaporkan adanya kasus resistensi Plasmodium terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) di beberapa tempat di Indonesia.

Selanjutnya telah ditemukan kasus resistensi Plasmodium vivax terhadap Klorokuin yang untuk pertama kalinya dilaporkan di Pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1991.

Periode 2000 – sekarangSampai saat ini malaria merupa-

kan salah satu penyakit re-emerging yang masih menjadi ancaman di daerah tropis dan sub-tropis yang sering menimbulkan KLB. Di Indo-nesia, penyakit ini mempengaruhi angka kesakitan dan kematian bayi, anak balita dan ibu melahirkan. Ke-jadian Luar Biasa yang menimbulkan kematian terjadi setiap tahunnya, sehingga pemerintah memprioritas-kan penanggulangan penyakit.

Sejak lima tahun terakhir, hampir di seluruh wilayah tanah air angka kesakitan malaria menunjukkan trend yang menurun. Angka kesa-kitan malaria yang diukur dengan Annual Parasite Incidence (API) pada tahun 2000 sebesar 0,81 ‰ cende-rung menurun pada tahun 2001 menjadi 0,62 ‰, pada tahun 2002 sebesar 0,47 ‰, pada tahun 2003 sebesar 0,22 ‰, dan tahun 2004 menjadi 0,11 ‰.

Begitu juga angka kesakitan

Sampai saat ini malaria merupakan

salah satu penyakit

re-emerging yang masih menjadi ancaman di daerah

tropis dan sub-tropis

yang sering menimbulkan

KLB

Nasional

Page 43: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom ��

malaria yang diukur dengan Annual Malaria Incidence (AMI) pada tahun 2000 sebesar 31,09 ‰ cenderung menurun pada tahun 2001 menjadi 26,20 ‰, pada tahun 2002 sebesar 22,27 ‰, pada tahun 2003 sebesar 21,80 ‰, dan tahun 2004 menjadi 20,57 ‰. Dari data tersebut diatas kecenderungan penurunan angka kesakitan malaria selama 5 tahun dapat diperkirakan sebesar kurang lebih 50 %.

Sesuai kesepakatan negara ang-gota WHO, dalam meningkatkan upaya pengendalian malaria, pada tahun 1998 disepakati gerakan pengendalian malaria yang intensif dengan kemitraan global yakni Roll Back Malaria Initiative (RBMI) yang di Indonesia dikenal dengan Gerakan Berantas Kembali Malaria (GEBRAK MALARIA) yang telah dicanangkan Menteri Kesehatan di Kupang pada tanggal 8 April 2000.

Gebrak Malaria adalah gerakan nasional seluruh komponen ma-syarakat untuk memberantas malaria secara intensif melalui kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat dan badan-badan internasional serta penyandang dana.

Dalam periode tahun 2000 – 2004 di beberapa daerah telah memben-tuk tim Gebrak Malaria yang terdiri

dari beberapa mitra terkait. Untuk impelementasi Gebrak Malaria diberbagai daerah telah dibentuk oganisasi seperti : Tim Gebrak Ma-laria di Propinsi NTB, Jawa Barat, Jawa Tengah, yang diresmikan melalui SK Gubernur atau Bupati. Khusus untuk Maluku Utara diimplementasikan dalam satu wadah yang dikenal dengan Malaria Centre. Keberhasilan tim Gebrak malaria ini bervariasi di masing-masing wilayah. Beberapa wilayah ada yang telah berhasil meningkatkan pembiayaan melalui APBD setempat misal di Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Simeulue, Kabupaten Kulonprogo, dan lain-lain.

Dalam merealisasikan Gebrak Ma-laria telah disusun Rencana Kegiatan Pengendalian Penyakit Malaria dari tahun 2000 – 2010, yang terdiri dari Periode GEBRAK Malaria I tahun 2000 – 2005 dan Periode GEBRAK Malaria II tahun 2006 - 2010.

Dengan terjadinya resistensi terhadap Plasmodium falciparum ter-hadap Klorokuin di seluruh provinsi di Indonesia, dan adanya resistensi Plasmodium terhadap Sulfadok-sin-Pirimethamin (SP) di beberapa tempat di Indonesia, maka sejak tahun 2004 pemerintah mereko-mendasikan obat pilihan pengganti Klorokuin dan SP terhadap Plasmodi-

um yaitu dengan kombinasi Artemis-inin (Artemisinin-based Combination Therapy/ ACT).

Saat ini tersedia 3 teknologi pen-gendalian malaria yang memungkin-kan untuk dilakukan eliminasi ma-laria, yaitu : minum obat penenang; diagnosa cepat dengan RDT (Rapid Diagnose Test); dan teknik pencega-han dengan menggunakan kelambu LliN( Long Lasting Insectized Net), dan adanya dukungan serta komit-men yang tinggi dari pemda setem-pat.

Upaya pengendalian malaria dilakukan berdasarkan Rencana Kerja Program Pengendalian Ma-laria lima tahunan. Melalui rencana 5 tahun maka ditentukan visi, misi, tujuan, strategi dan langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan.

Rencana strategis 2000 – 2005 yang telah dilaksanakan perlu dieval-uasi dan dilakukan penyesuaian-pe-nyesuaian untuk digunakan sebagai bahan untuk penyusunan Rencana Kerja Program Pengendalian Malaria 2005 – 2009.

Pada tanggal 25 April 2008 diperingati Hari Malaria Sedunia ke 1 dengan tema ” Ayo Berantas Malaria”. Berbagai kegiatan dilaksa-nakan dalam acara ini, antara lain : pendistribusian media campaign, obat malaria dan kelambu ke daerah endemis; talkshow interaktif melalui TV dan Ceramah Klinis. Acara puncak dicanangkan oleh Presiden RI pada tanggal 7 Mei 2008.

Kini 50 tahun sudah Indonesia melakukan upaya untuk penang-gulangan malaria. Pada Hari Malaria Sedunia ke 2 ini, diperingati dengan tema ” Menuju Indonesia Bebas Malaria”. l

Nasional

Page 44: Mediakom 18 Full Page

�� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Daerah

produktif.Kabupaten Tana Toraja memiliki luas 3.206 km

persegi. Terdiri dari 40 kecamatan dan 310 lem-bang/kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 446.661 jiwa, terdiri dari Perempuan : 216.266 jiwa dan Laki-2: 230.395 jiwa. Jumlah penduduk setiap tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu 2,9 %. Tingginya pertambahan penduduk setiap tahun dimungkinkan karena arus mobilisasi tinggi serta tingkat kelahiran juga semakin meningkat.

Adapun misi Pembangunan Kesehatannya ada lima hal. Pertama, menggerakkan pembangunan ber-wawasan kesehatan. Kedua, meningkatnya lingkungan yang sehat. Ketiga, mendorong kemandirian lokal dalam pembangunan kesehatan. Empat, mendorong pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat terma-suk pola hidup bersih dan sehat. Dan kelima, meme-lihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.

Situasi Derajat KesehatanDerajat kesehatan di Tana Toraja dipengaruhi oleh

tiga faktor yaitu morbiditas, mortalitas dan status gizi. Yang dimaksud morbiditas adalah tren atau kecend-

Pembangunan Kesehatan Tana Toraja

Dengan luas 3.206 kilometer per-segi dan jumlah penduduk se-banyak 446.661 jiwa –meningkat 2,9% setiap tahun- , kabupaten Tana Toraja membutuhkan du-kungan pembangunan kesehatan yang terpadu guna terwujudnya masyarakat yangs ehat, mandiri dan produktif.

Pembangunan kesehatan Kabupaten tana Toraja diarahkan untuk meningkat-kan derajat kesehatan masyarakat yang bermuara pada peningkatan pembangu-nan di sektor kesehatan. Visi pembangu-nan kesehatannya adalah : terwujudnya daerah Tana Toraja sebagai daerah yang

bersih, indah dengan masyarakat sehat, mandiri dan

Page 45: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom ��

erungan suatu penyakit serta upaya untuk penanggulangannya.

Dengan melihat situasi morbiditas diatas nampak bahwa selain penya-kit menular juga didapatkan penya-kit tidak menular seperti hipertensi, penyakit pada sistem otot dan lain-lain. Jadi sudah mulai terjadi perge-seran pola penyakit, yang dipengaru-hi oleh gaya hidup, terutama dalam pola makan.

Diantaranya penyakit menular adalah ISPA ( Infeksi Saluran Perna-pasan Akut ), TB, Paru, Diare, Kusta, dan AFP (Acute Placcid Paralysis) atau lumpuh layuh. Ada lagi penyakit me-nular yang bersumber dari binatang. Diantaranya, penyakit Rabies yang sampai sekarang masih menjadi per-masalahan di Kabupaten Tana Toraja, karena pada umumnya masyarakat gemar memelihara hewan piaraan terutama anjing. Pada umumnya rabies yang terjadi karena gigitan anjing, dibandingkan dengan hewan piaraan lain.

Ada lagi penyakit malaria. Ber-dasarkan data profil kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2004 didapatkan 6.922 penderita malaria klinis, 962 malaria (+). Penderita malaria per 1000 penduduk di Kabu-paten Tana Toraja selama tiga tahun berturut-turut, yaitu tahun 2005-2007 mengalami kenaikan. Arus mobilisasi yang tinggi di Tana Toraja merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penularan penyakit malaria.

MortalitasMortalitas adalah angka kematian

pada bayi, balita, dan ibu-ibu yang sedang hamil atau melahirkan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kematian bayi, tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang pal-ing dominan. Ketersediaan tenaga

medis yang terampil, kesediaan masyarakat untuk mau mengubah perilaku tradisional ke modern serta faktor lain merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kema-tian bayi.

Jumlah kasus kematian bayi pada tahun 2005 sebanyak 181, tahun 2006 sebanyak 86 dan tahun 2007 sebanyak 105.Penyebab kematian bayi adalah : BBLR = 10,42%, Asfiksia = 7,29%, Sepsis = 2,08%, Neonatrum = 1,04%, Pnemoni = 3,87%, Demam Thypoid = 0,65%, Diare = 5,16%,DBD = 0,65%, Kecelakaan = 0,65%, Lahir mati = 5,81%, Lain-lain = 68,79%

Sedangkan kematian balita yaitu kematian anak umur 0-4 tahun per 1000 anak. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kematian anak balita seperti sosial ekonomi, lingkungan, kecelakaan, penyakit, dan lain-lain. Berdasarkan laporan LB2 dan Lap. KIA tahun 2005 didapatkan 13 kasus kematian balita, tahun 2006 ada 17 kasus kematian balita dan tahun 2006 terdapat 10 kasus kematian balita.

Adapun angka Kematian Ibu (AKI) dalam kondisi hamil, melahirkan dan nifas, dilaporkan KIA ada 6 kasus ke-matian (3 kasus kematian ibu hamil dan 3 kasus kematian ibu nifas)

di tahun 2006 dan di tahun 2007 terdapat 17 kasus kematian ibu. Pe-nyebab kematian ibu di tahun 2007 yaitu perdarahan 5 orang, infeksi 1 orang, eklamsia 4 orang, lain-lain 6 orang.

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Pelayanan antenatal merupakan salah satu pelayanan kesehatan dasar bagi ibu hamil sejak usia kandungan 3 bulan sampai 9 bulan, dimana minimal kunjungan sampai melahirkan adalah 4 kali.

Cakupan Pelayanan Antenatal (K4) tahun 2005 sebanyak 59,03%, tahun 2006 sebanyak 65,35% dan tahun 2007 sebanyak 67,42%.

Walaupun terjadi peningkatan dari tahun 2005 sampai tahun 2007, akan tetapi belum mencapai target tahun 2007 sebesar 90%. Banyak fak-tor yang mempengaruhi sehingga cakupan K4 di Kabupaten Tana Toraja masih rendah antara lain kinerja bidan di desa, kesadaran ibu, serta sarana yang mendukung, mengingat kondisi geografis Tana Toraja banyak daerah terpencil yang belum ter-jangkau kendaraan.

Komplikasi dan kematian ibu maternal lebih banyak didominasi

DaerahSepuluh penyakit terbanyak di Kabupaten Tana Toraja Tahun 2007 :no. Jenis Penyakit Jumlah %

1 Penyakit saluran pernapasan akut 44.780 5,76

2 diare 11.301 1,45

3 Hipertensi primer essensial 5.917 0,76

4 Batuk 5.822 0,75

5 Penyakit lain pada saluran pernapasan bagian atas 4.961 0,64

6 dermatitis (eksema) 4.786 0,62

7 kecelakaan dan rudapaksa 4.034 0,52

8 Influenza 3.914 0,50

9 Penyakit kulit alergi 3.777 0,49

10 Gastritis 3.679 0,47

Jumlah 92.971 11,97

Sumber data : SP2TP

Pembangunan Kesehatan Tana Toraja

Page 46: Mediakom 18 Full Page

�� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

karena persalinan. Keterlambatan pertolongan persalinan, persalinan yang tidak ditangani oleh bidan dan dokter, peranan keluarga, serta perilaku si ibu yang dapat mempen-garuhi besarnya angka kematian. Persentase persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2005 sebanyak 32%, tahun 2006 sebanyak 33% dan tahun 2007 sebanyak 35%.

Kesehatan LingkunganBanyak penyakit yang disebabkan

oleh faktor lingkungan, seperti diare, DBD, malaria, ISPA, kecacingan, dan lain-lain. Kondisi perumahan yang kurang sehat serta tidak ditunjang dengan sarana kesehatan lingkun-gan seperti jamban yang layak me-rupakan sumbangan terbesar untuk berjangkitnya penyakit. Berikut ini akan disajikan hal-hal yang berhu-bungan dengan sanitasi desa.

Pemanfaatan Sarana Pelayanan Kesehatan

Kecenderungan peningkatan kun-jungan ke Puskesmas memberikan gambaran bahwa kesadaran masya-rakat untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan sudah mulai meningkat.

Persentase kunjungan Puskesmas (Rawat inap dan jalan ) per 100.000 penduduk Tahun 2005 sebanyak 4,76%, tahun 2006 sebanyak 5,02% dan tahun 2007 sebanyak 7,76%.

Di Kab. Tana Toraja terdapat 1 unit RS Umum, 2 unit RS Swasta, 28 unit Puskesmas, 73 unit Puskesmas Pembantu, 99 unit Polindes, 27 unit

Tana Toraja, tempat nan indah dan mempesona. Laksana tanah kerajaan surga, begitu wisatawan menyebutnya. Pemandangan alam yang menajubkan, batu granit yang memukau setiap mata memandang, birunya pegunungan yang jauh disana dan hamparan lembah yang

luas. Di lembah penuh rumput hijau inilah masyarakat menggembalakan dombanya. Lengkap sudah ciptaan yang Maha Kuasa memanjakan mata siapa saja yang melihatnya. Seraya mengatakan Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan. Masihkah kita mengingkari nikmat-nya? Kekayaan alam yang melimpah dan panorama yang indah. Semua itu terhampar di Tana Toraja.

Tana Toraja, wilayah indah yang terletak 350 km sebelah utara kota Makassar. Sebuah tempat yang terkenal dengan kekayaan budaya, diantaranya berupa rumah adat yang bernama Tongkonan. Rumah yang atapnya terbuat dari daun nipah atau kelapa. Hebat-nya, bentuk bangunan ini mampu bertahan hingga 50 tahun. Tongkonan juga memiliki strata sesuai derajat kebangsawanan masyarakat, seperti strata emas, per-unggu besi dan kuningan.

Selain alamnya yang indah, Tana Toraja penuh dengan tempat wisata budaya. Diantaranya, upacara

Daerah

Tana Toraja, Tanah Kerajaan Surga

Page 47: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom ��

Puskesmas Keliling, 1 unit Gudang Farmasi, 12 unit Apotek, 68 unit prak-tek dokter swasta, 440 unit Posyandu, 2 unit RS Bersalin dan 1 unit Balai Pengobatan. Adapun tenaga kese-hatan yang ada terdiri dari : 9 orang dokter spesialis, 54 dokter umum, 16 dokter gigi, 8 apoteker, 11 bidan D3, 144 bidan, D3 Perawat 313 orang.

Sumber daya biaya merupakan salah satu dari sumber daya yang penting dalam pembangunan kese-hatan, karena tanpa biaya kegiatan tidak dapat berjalan sebagaimana

mestinya. Alokasi pembiayaan untuk sektor kesehatan tahun 2004 di Ka-bupaten Tana Toraja sebesar 5,79% dari total APBD dan mengalami ke-

naikan di tahun 2005 sebesar 8,48% dari total APBD. Tahun 2006 sebesar 8,89%, dan tahun 2007 sebesar 8,06%. l

Daerah

pemakaman yang disebut Rambu Taka. Di Tana Toraja mayat tidak dikubur, tapi diletakkan di Tongkonan be-berapa waktu. Biasanya jangka waktu yang dibutuhkan lebih dari 10 tahun, sampai keluarga memiliki cukup uang untuk melaksanakan upacara yang pantas bagi mayat. Setelah upacara, mayatnya dibawa ke tempat peristirahatan terakhir di dalam goa atau dinding gunung. Jika ingin menyaksikan upacara pemakaman atau sering disebut musim festival pemakaman dapat menentukan waktu wisata di Tana Toraja pada akhir Juni dan paling lambat bulan September.

MEnUJU TAnA TORAJAAda dua pilihan perjalanan menuju Tana Toraja. Per-

tama, perjalanan udara. Perjalanan ini dimulai dari lapang-an terbang Hasanuddin, Makasar menuju Tana Toraja. Penerbangan ini hanya hanya sekali dalam seminggu dan memakai pesawat kecil berpenumpang delapan orang. Namun, waktu yang dibutuhkan hanya 45 menit dari ban-

dara Hasanuddin, Makassar. Kedua, perjalanan darat. Naik bus dari terminal Panaikan Makasar menuju Rantepao Tana Toraja. Lama perjalanan kurang lebih 8 jam.

Wisatawan yang ingin tinggal di tengah kota, memiliki banyak pilihan hotel. Tapi, jika memiliki jiwa petualang, dapat tidur di desa bersama masyarakat sekitar. Disam-ping itu, ada wisata menjelajahi pasar tradisional. Disini anda akan menemukan biji kopi khas Toraja ( Robusta dan Arabica) dan buah-buahan khas lainya seperti Tama-rella atau Terong Belanda. Jangan lupa mengunjungi Batu Tomonga, artinya batu yang mengarah ke awan. Disini anda dapat melihat batuan vulkanik yang bermun-culan pada hamparan sawah, serta batu raksasa yang menjadi Goa. Benar-benar nampak pemandangan indah dan menjadikan Tana Toraja terlihat hijau dan subur. Ada pula Palawa, tempat kawasan festival penguburan. Ter-dapat tempat makan berjajar di sepanjang jalan, terma-suk toko cindera mata berupa pakaian, tas, dompet dan kerajinan tangan lainnya. l(pra)

no. Jenis PenyakitMelalui Media Lingkungan Jumlah

PenderitaAir Makanan Udara Tanah

1 diare 86 86

2 kecacingan 20 20

3 ISPA 115 115

4 TB Paru 6 6

5 Gatal-gatal 67 67

Total 153 121 20 294

Pengamatan pemyakit berbasis lingkungan melalui media konseling klinik sanitasi Tahun 2007

Page 48: Mediakom 18 Full Page

�� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Potret

Dr. Sardikin Giriputro, Sp.P(K), MARS Direktur Utama RSPI Prof. Dr Sulianti Saroso

“Kita Harus Saling Melindungi, Menjaga, dan Mengatasi Masalah Bersama-sama”

Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta baru saja merayakan ulang tahun. Masih dalam suasana ulang tahun, RSPI Sulianti Saroso kembali mendapat sorotan berkaitan dengan

mewabahnya virus H1N1 di tanah air. Sebagai salah satu rumah sakit rujukan nasional pe-nyakit infeksi, tentu harus dalam siaga penuh jika ada pasien-pasien yang datang. Beberapa waktu lalu, RSPI ini juga pernah menghadapi kesibukan luar biasa ketika wabah Flu Burung sedang merajalela.

Bagaimana kesiapan RSPI Sulianti Saroso menghadapi ”serangan” virus A H1N1 yang mewabah di tanah air? Berikut petikan wawan-cara Mediakom dengan dr. Sardikin Giripu-tro SpP(k), MARS, direktur RSPI Sulianti Saroso yang kini sedang mengembangkan

Page 49: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom ��

Potret

Institut Penyakit Infeksi. Sehingga menciptakan iklim penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di lingkup rumah sakit.

Apa sebenarnya yang melatarbe-lakangi berdirinya RSPI?

Rumah Sakit ini khusus rumah sakit pusat rujukan nasional penyakit infeksi Indonesia. Awalnya disebut RS Karantina, karena khusus menangani penyakit karantina. Lalu dikembang-kan menjadi RS penyakit infeksi yang tidak hanya penyakit karantina saja. Semua penyakit infeksi ditangani di

sini. Kebetulan saat terjadi SARS dulu, sebelumnya ada sampar, pes, ebola, semua disiapkan di RS ini. Alham-dulillah, kemudian tidak jadi. Kami mendapati beberapa pasien SARS di sini. Setelah SARS, ada flu burung. Jadi memang RS ini disiapkan untuk menangani kasus infeksi. Apalagi menjadi RS menangani penyakit yang dikhawatirkankan dunia in-ternasional, penyakit yang menjadi emergency/kegawatdaruratan public health dan menjadi perhatian dunia internasional. Termasuk pandemi tadi. Dalam prakteknya kami tidak bisa menolak pasien yang masuk. Kami tidak tahu infeksi atau bukan, jadi kami rawat dulu. Sebagian besar memang penyakit infeksi, tetapi kami tidak bisa menolak, jika bukan penyakit infeksi, tidak bisa kami usir.

Infeksi seperti apa?

Diare kalau ada KLB, ISPA, HIV. Se-tahun kami bisa merawat 600 pasien HIV. Di antara mereka, khususnya pasien HIV banyak yang meninggal karena infeksi oportunistik. Sistem kekebalannya menurun sehingga banyak penyakit infeksi masuk. Al-hamdulillah beberapa tahun terakhir angka kematiannya menurun karena sudah diberikan obat anti virusnya (ARV). Yang menyebabkan kematian sebenarnya penyakit oportunistik ini. Virus HIV-nya mematikan sel-sel keke-balan tubuh. Jika diberikan ARV tadi, kekebalan tubuhnya meningkat lagi.

Apa program unggulan RSPI?Program yang dilakukan belakang-

an ini yaitu penanganan kasus-ka-sus penyakit yang menular secara air-borne, seperti flu burung, SARS dan flu babi. Penyakit ini ditularkan melalui udara, pengendalian pa-ling repot, karena pencegahannya paling sulit. Kalau HIV, kami masih bisa memonitor. Sedangkan melalui udara cepat sekali penularannya. Berbeda sekali dengan yang kontak langsung. Kami punya ruang isolasi khusus untuk yang ditularkan me-lalui air-borne tadi. Ruang isolasi itu khusus untuk satu orang, satu orang satu kamar, dengan kamar mandi di dalam. Tekanannya dibuat negatif supaya kuman tidak menyebar ke luar ruangan. Kami tarik udara dari dalam kamar, dilewatkan melalui fil-ter. Disaring dulu, setelah itu dilepas keluar. Jadi lingkungan aman. Untuk

ICU, kami juga ada yang bertekanan negatif. Satu orang satu kamar. Ung-gulan kami juga pada pencegahan infeksi (infection control). Bukan yang terbaik, tapi kami terapkan secara maksimal dan juga kami lakukan pelatihan kepada RS lain tentang pencegahan infeksi.

Ada kendala dalam melayani pasien ?

Banyak kendalanya, karena penyakit yang dihadapi dikuatirkan terjadi penularan antar manusia. Itu sangat cepat dan mudah menular.

Kewaspadaan dan pencegahan ini harus betul-betul dilakukan dan ini tidak mudah. Pertama, mungkin logistiknya perlu banyak seperti sarung tangan, masker, dll. Katakan-lah kami merawat 5 pasien. Itu bisa beberapa petugas yang merawat. Belum lagi petugas yang tidak lang-sung melayani. Itu semua memakai alat pelindung. Setiap kali bertemu dengan pasien lain harus ganti. Bisa dibayangkan banyaknya kebutuhan alat pelindung diri. Kedua, jika terjadi pandemi, ruangan tidak cukup. Namun kami sudah menyiapkan 4 tenda lapangan yang sudah dileng-kapi AC dan alat medis. Jadi kalau terjadi outbreak, kami membuka tenda di tempat parkir. Tenda itu dapat menampung 96 tempat tidur.

Bagaimana dengan APd-nya?Itu kesulitan yang belum bisa

Terkadang media lebih dulu tahu sebelumnya dari pihak rumah sa-kit, bahkan sebelum pasien datang. Dampaknya, kami tidak dapat sembarangan memberikan informasi, buat pasien dan masyarakat. Harus hati-hati, karena wartawan pintar mencari celah dan infor-

masi jadi bocor.

Page 50: Mediakom 18 Full Page

�0 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Potret

dibayangkan. Begitu juga dengan peralatan medisnya. Kendala lainnya adalah biaya operasional. Kami perlu melatih petugas. Kami selalu refresh-ing. Jadi pelatihan pengendalian infeksi itu terus kami ulang-ulang karena keselamatan itu tergantung dari ketaatan penggunaan alat. Pada-hal, pelatihan itu butuh biaya. Kalau ada kasus, ruangan kami kosongkan, tidak bisa merawat pasien lain. Itu juga termasuk kendala. Berarti BOR RS (jumlah penggunaan rawat inap) akan turun.

Kami memiliki satu ruangan yang isinya 12 tempat tidur. Kalau ada satu pasien infeksi, tempat tidur yang lain harus dikosongkan. BOR kami tidak naik-naik. Trend-nya memang naik, tapi lambat, begitu ada kasus turun lagi. Dampaknya juga berimbas pada insentif karyawan. Kami harus meng-alokasikan dana yang cukup besar. Seperti kalau ada kasus, kita harus me-nyiapkan lagi semuanya dari tempat parkir sampai ruang trease ( penyarin-gan pasien), sampai ruang desinfek-tannya harus kami lengkapi lagi.

Solusi apa yang diambil untuk mengatasi kendala-kendala terse-but?

Misalnya membutuhkan dana pelatihan, biasanya RSPI kerjasama dengan pihak ketiga. Pihak ketiga membantu melaksanakan pelatihan, mereka punya dukungan dana. Banyak perusahaan dan mitra yang membantu. Mereka tidak berbisnis sekali, tapi mereka mempunyai ke-sempatan untuk berpromosi.

Bila ada kasus KLB tentu sangat merepotkan sekali, setiap ada pasien masuk, maka hebohnya luar biasa. Mulai dari keluarganya, Dinas Kese-hatan setempat perlu dikontak, pim-pinan terkait, dengan laboratorium

rujukannya harus komunikasi terus. Para wartawan juga harus mendapat informasi yang cepat. Terkadang media lebih dulu tahu sebelum-nya dari pihak rumah sakit, bahkan sebelum pasien datang. Dampaknya, kami tidak dapat sembarangan memberikan informasi, buat pasien dan masyarakat. Harus hati-hati, karena wartawan pintar mencari celah dan informasi jadi bocor. Perlu komunikasi yang baik, karena ber-beda komunikasi dengan wartawan, demikian juga dengan masyarakat. Mereka mempunyai ketertarikan yang berbeda. Wartawan biasanya maunya berita yang heboh, maunya

pasien yang gawat. Untuk menghadapi wartawan, ti-

dak mudah. Saya juga pernah dilatih Bu Lily, Ka.Puskom Publik bagaimana menghadapi wawancara. Biasanya mentok-mentoknya diarahkan ke Puskom. Tapi seperti kemarin, kami menutup dan mengatakan ”Tidak ada kasus”, tapi mereka/wartawan tidak percaya dan telepon terus.

Bagaimana kerjasama dengan unit-unit lain?

Kami selalu bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, Unit di Depkes dan mempunyai posko dengan Litbang, termasuk dengan kepolisian. Kami

Page 51: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom �1

Potret

sudah memiliki Protap apabila terjadi pandemi/KLB, mulai dari awal sampai akhir, dari A sampai Z yang selalu kita up date. Kami selalu review terus, termasuk nomor teleponnya. Jadi sewaktu kejadian, bisa langsung dihubungi.

Seperti kasus H1N1, datang orang Inggris, Australia, Korea, dan China. Mereka ada yang tidak dapat berba-hasa Inggris. Nah itu menjadi ma-salah juga. Akhirnya mencari orang yang dapat berkomunikasi dengan mereka. Tapi biasanya diberikan

pertanyaan bahasa Inggris saja, dan petugasnya saja yang mengisi. Bagi yang tidak bisa berbahasa Inggris, biasanya menunggu keluarganya atau kerabatnya.

Mengenai kesiapan tenaga bagai-mana ?

Kalau tenaga, saat ini masih me-madai. Namun, bila kasusnya banyak, pasti akan kekurangan. Belum lagi ada tenaga yang sakit, tapi kami sudah mengatasi dengan beker-jasama dengan Dinas Kesehatan. Bila RS kekurangan tenaga, akan di-sup-ply dari Dinkes DKI. Bisa dari sekolah perawat, Akper dan rumah sakit lain.

Apa filosofi rumah sakit dalam melayani pasien?

Karyawan biasanya kami kumpul-kan dan prinsipnya kebersamaan. Semua karyawan baik langsung mau-pun tidak langsung terlibat dalam pelayanan, kami harus bersama-sama mengatasi persoalan. Misalnya ada kasus swine flu, ada dokter bedah atau bagian lain yang mau terlibat, bisa bantu-bantu juga. Apapun, kami harus saling melindungi, menjaga, mengatasi masalah bersama-sama.

Disini kami buat zona-zona:

merah, kuning dan hijau. Zona merah itu adalah tempat yang rawan ter-tular, seperti ruang rawat, laborato-rium, trease. Ruang trease itu adalah tempat menyaring pasien, pasien datang langsung ditempatkan ke ru-ang trease, karena kalau tidak begitu bisa kemana-mana. Trease khusus untuk pasien suspek, tidak semba-rang orang masuk. Zona hijau adalah daerah yang aman. Lalu zona kuning adalah daerah waspada. Apabila di daerah kuning, cukup master saja dengan sarung tangan, kalau daerah merah harus lengkap. Tapi di daerah hijau, masíh aman, meski tidak tahu sampai mana tingkat keamanannya.

Banyak hal juga yang harus di-perhatikan seperti untuk anak-anak, mahasiswa, perawat dari akademi perawat, termasuk anak-anak PKL. Semua, kami buat protapnya, bah-kan sampai ke tempat parkir.

Dedikasi dari tim disini cukup tinggi, walaupun berisiko dan tidak ada insentif yang khusus, tapi tetap bersemangat. Tadinya mereka minta asuransi, ya tidak mungkin asuransi, dan minta makanannya yang sehat 4 sehat 5 sempurna. Belum bisa juga memenuhi. Tetap dengan pendeka-

tan, agar pekerjaan selesai.

dalam tiga tahun terakhir ini, pe-nyakit infeksi apa saja yang paling banyak?

Yang paling banyak dan rutin itu HIV, TB, ISPA. Dan yang sewaktu-

Page 52: Mediakom 18 Full Page

�� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Potret

BAnGUnAn bercat hijau muda itu tampak teduh dan asri. Puluhan pohon besar mengelilinginya di kawasan jl Sunter Permai Raya, Jakarta Utara. Pohon-pohonan

besar itu bahkan menjadi saksi bisu perjalanan sejarah bangunan yang kini dikenal sebagai rumah sakit In-feksi (RSPI) Sulianti Saroso.

waktu Outbreak yaitu diare. Disini kita juga menjalankan program TB DOTS , HIV pemberian ARV. Rumah sakit ini bukan dibawah Yanmed, tapi dibawah P2PL.

Terkait dengan pelayanan Jamkesmas bagaimana?

Jamkesmas, di DKI Jakarta tidak

terlalu banyak, karena Pemda DKI punya kebijakan sendiri. Kalau warga DKI pakai SKTM. Untuk Jamkesmas kita melayani dari luar DKI, temasuk Bekasi, Tangerang, Bogor. Untuk pelayanan pasien KLB, rumah sakit klaim ke Pelayanan Medik Depkes. Melayani Askes dan perusahaan. Tarif rumah sakit ini masih rendah, mung-

kin paling murah juga di Jakarta dibanding rumah sakit lain. Waktu klaim KLB saja, bagian verifikasi “loh kok murah sekali”. Karena tarif kami, mulai berlaku sejak tahun 2001, jadi sudah 9 tahun belum pernah naik. Karena kami dulu PNDB ya, kalau PNDB itu harus tandatangan Pres-iden. Tarifnya itu sudah berkali-kali,

Meretas Menuju Puncak

Page 53: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom ��

Potret

RSPI Sulianti Saroso sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Awalnya adalah Station Karantina berada di Pulau Onrust Kuiper, Kepulauan Seribu, yakni lembaga yang merupakan hibah pemerintah Jepang kepada Pemerin-tah Indonesia. Namun, dalam perjalanan waktu, sekitar tahun 1958, Station Karantina dipindahkan ke Tanjung Priuk, Jakarta Utara berganti nama menjadi Rumah Sakit Karantina. Di tempat baru inilah Rumah Sakit Karantina terus mengalami perubahan struktur organ-isasi, peran, fungsi dan pola pengelolaan keuangan. Dan bersamaan dengan itu, nama Rumah Sakit Karantina berubah menjadi nama Rumah Sakit Infeksi Prof.Dr. Su-lianti Saroso. Sebuah nama tokoh besar, master bidang public health pada zamannya, Sulianti Saroso. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Badan Litbangkes Depkes tahun 1975 dan menjabat Staf Ahli Menteri Kesehatan tahun 1979.

Kini, Rumah Sakit Prof.Dr. Sulianti Saroso telah men-jadi rumah sakit Badan Layanan Umum ( BLU). Rumah sakit yang menerapkan pengelolaan keuangannya berubah dari PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) menjadi BLU penuh. Bahkan sejak tahun 2008, statusnya telah meningkat menjadi RS Kelas B pendidikan dengan eselon IIA.

Oleh karena itu, wajar jika dr. Sardikin Giriputro, Sp.P, MARS sebagai pimpinan ke 12 RS Sulianti Saroso, merasa bersyukur, telah menjadi penerus sejarah perjalanan rumah sakit ke 15 yang jatuh pada 21 April 2009 yang lalu. Pada saat itu, ia menegaskan tentang komitmennya menjadikan rumah sakit ini sebagai rumah sakit penya-kit infeksi.Pelayanan Medis

Di usianya yang cukup matang, RS Sulianti Saroso telah menggepakkan sayabnya, merambah berbagai pelayanan kesehatan. Mulai pelayanan Gawat Darurat, rawat jalan, rawat inap, perawatan instensif dan bedah sentral. Melalui sarana yang ada sekarang ini, rumah sakit

telah melangkah maju, mejadi pelayan rumah sakit yang berkualitas. Tatalaksana yang rasional, secara diagnostik maupun terapetik, menyeluruh, terapadu dan ber-kesinambungan, khsusnya terhadap penyakit infeksi.

Untuk mendukung layanan tersebut, telah tersedia 16 poliklinik spesialis, diantaranya; poliklinik spesialis anak, poli spesialis penyakit dalam, poli spesialis kebidanan, poli spesialis gigi dan mulut, dll.

Sedangkan penunjang medis, disediakan 8 layanan penunjang medis, diantara pelayanan Radiologi, Labo-ratorium, Rehabilitasi Medik, Gizi, Farmasi dll. Untuk menggerakkan organisasi, Direktur Utama dibantu oleh Direktuk Medik dan keperawatan, Direktur Pengkajian Penyakit Infeksi dan Penyakit menular, serta Direktur Keuangan dan Administrasi Umum.

Kini, rumah sakit ini sudah menempatkan diri men-jadi rumah sakit rujukan nasional dalam pelaksanaan penyakit menular dan penyakit infeksi lainnya. Terutama penyakit infeksi yang disebarkan melalui udara. Seperti Sars, flu burung(H5N1) dan flu babi (H1N1).

Selain menyelenggarakan kegiatan preventif dan promotif pada kelompok masyarakat resiko tinggi --termasuk pengendalian nosokomial-- rumah sakit juga melakukan penelitian untuk mengembangkan tatalaksa-na penyakit menular dan infeksi lainnya. Tidak ketingga-lan melaksanakan pendidikan, pelatihan kepada tenaga kesehatan, institusi kesehatan maupun masyarakat.

Guna mendorong pelaksanaan tugas, rumah sakit menanamkan nilai-nilai kepada seluruh karyawannya. Nilai tersebut yaitu; profesionalisme, tanggung jawab, ra-mah, disiplin dan keterbukan. Keseluruhan nilai tersebut diharapkan mampu memberi motivasi dalam bekerja, mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu rumah sakit menyepakati motto “maju bersama menuju pelayanan prima”. Tetap semangat, maju terus pantang mundur.Meretas jalan menuju puncak kesehatan yang setinggi-tingginya. l(pra)

sampai ke Setneg, sampai ke Menteri Keuangan, tapi mental lagi. Oleh karena itu, insentif untuk karyawan masih kecil.

Sekarang kami sudah BLU dan mudah-mudahan kesejahteraannya dapat meningkat. Karyawan juga mengharapkan kesejahteraan itu, sehingga dapat bekerja dengan baik.

Sebab, kalau tidak ada perhatian un-tuk karyawan, mereka bisa lari nanti.

Di DKI Jakarta ini, insentif mereka ini lebih tinggi. Ada tunjangan ke-sejahteraan, besarnya sama dengan gaji. Di Puskesmas mendapat tun-jangan 1 juta atau 1,5 juta. Banyak karyawan yang minta mengajukan pindah ke DKI, karena mau insen-

tif yang lebih tinggi. Ya kami beri pengertian. Ada juga beberapa yang sudah mengabdi 20 tahun. Tapi kalau masih muda-muda baru 2-3 tahun, minta pindah “ya nanti dulu, meng-abdi dulu disini”.

Sekarang, kami sedang mengem-bangkan Institut Penyakit Infeksi Nasional.Di Indonesia mempunyai

Page 54: Mediakom 18 Full Page

�� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Potret

banyak penyakit infeksi, yang ende-mis banyak. Kemudian penyakit yang new-emerging, kita antisipasi, yang emerging juga perlu kita antisipasi. Semua itu memerlukan semacam lembaga / institut yang melakukan pengkajian penyakit-penyakit infeksi, penelitian, dan memberi masukan.

Bagaimana struktur Institut terse-but ?

Nanti ada perubahan kelem-bagaan. Rumah sakit tetap ada, tapi ada institutnya. Dan tugasnya berbeda dengan rumah sakit. Rumah sakit lebih ke pelayanan, institut nanti fokus pada pengkajian, peneli-tian, pelatihan dan training.

Bagaimana dengan SdM nya ?Nanti kami kembangkan karena

tidak bisa dengan SDM yang ada sekarang, karena mindsetnya masih pelayanan. Kami akan merekrut dari luar yang orangnya suka dengan kegiatan ilmiah, penelitian, scientist

obat apa yang paling sesuai. Hasil-nya, nanti diuji di laboratorium. Mungkin hasilnya. Oh ini tidak akurat lagi. Sudah resisten. Kemudian, dite-mukan obat yang bagus mana?

Pelayanan itu sebagai bagian dari penunjang penelitian. Sekarang ini banyak kasus penyakit infeksi yang bagus dan perlu diteliti, terus dibi-arkan tidak diteliti kan sayang. Tidak perlu merawat inap banyak pasien sampai ratusan, tapi sedikit dapat dimanfaatkan untuk penelitan.

kapan dimulai?Prosesnya sedang jalan, kami

sudah mengembangkan laborato-riumnya. Tahun 2012 diperkirakan sudah kelihatan bentuknya. Yang penting, status kelembagaan itu harus diberikan karena berkaitan dengan kewenangan di Menpan. Lembaga seperti apa, itu yang sedang kami Polanya rumah sakit, tapi ada lembaganya. Contohnya; di RS Harapan Kita, mereka mempunyai

dan research worker. Tugas mereka meneliti terus dan laboratoriumnya harus memadai. Dan hasil penelitian di laboratorium, harus dapat diterap-kan di rumah sakit.

Mengobati tipus, misalnya, harus ada penelitian, seperti apa kuman tipusnya. Sehingga dapat diketahui

"Semua karyawan baik langsung maupun tidak

langsung terlibat dalam pelayanan,

kami harus bersama-sama

mengatasi persoalan. "

Page 55: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom ��

Potret

Pusat Kardiologi. Ada juga di Manila Institut Penyakit Tropis. Rumah sakit bagian dari Institut. Rumah sakit tetap melayani pasien. Pasiennya menjadi objek penelitian, melalui pemeriksaan darahnya.

Bagaimana konsep pembiayaan untuk penelitian ke depan ?

Harus ada pembiayaan, sebena-rnya dana riset itu banyak. Kalau kami memiliki tim peneliti yang ba-gus, membuat proposal yang bagus, dana penelitian itu banyak. Seperti dari Internasional, misal; Australia. Kami bahkan pernah ditawari untuk

kerjasama, seperti flu burung dan HIV/AIDS.

Tahun 2012 mungkin status ke-lembagaan sudah harus jelas. Tahun 2014 sudah bisa berfungsi sendiri. Ini harapan kami, tapi tergantung pim-pinan juga. Kita tidak tunggu sampai lembaganya selesai, tapi, kami sudah memulai aktifitasnya. Misalnya dok-ter di rumah sakit sudah kami ajak untuk penelitian dan diberikan dana. Sebagian atau 10 % dari anggaran kita untuk penelitian.

Dari segi struktur rumah sakit sendiri sudah ada direktorat baru sejak 2008, yaitu SK Menkes 274. Dalam struktur rumah sakit itu ada Direktorat Pengkajian Klinis. Saat ini Direktorat Pengkajian ini sedang mengembangkan sistem dan prose-dur penelitian di intern rumah sakit ini. Prosedurnya, mengajukan pro-posal. Proposalnya seperti apa yang cocok? Nanti akan ditelaah oleh tim review. Kami juga sedang membuat tim etik. Sarana dan prasarana juga berangsur-angsur kami benahi.

Indonesia, gudangnya penyakit infeksi. Oleh sebab itu keberadaan institut penyakit infeksi menjadi penting. Mudah-mudahan upaya pembentukan Institut Penyakit Infeksi Internasional segera terwujud. l

Fasilitas dan layanan RSPI Sulianti Saroso

Page 56: Mediakom 18 Full Page

�� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Siapa Dia

Meskipun terbilang langka, daniel, ka-der laki-laki posyan-du, mengaku ikhlas mengabdi kepada

masyarakat untuk kemajuan negeri. Berbekal keikhlasan, ia mendatangi rumah, demi rumah di desa Badale, mengajak masyarakat menimbang anaknya ke posyandu di desanya. Tak terasa, tahun 2009 telah memasuki 13 tahun pengabdiannya sebagai kader posyandu. Mulai berkarir dari bujangan, sampai berkeluarga. Ia pun tak merasa bosan, ingin terus mengabdi dan merasa bahagia.

Deniel Tule, begitu nama lengkap-nya. Sedikit lelaki

yang mau mengabdi menjadi kader Posyandu. Umumnya, kader po-syandu itu perempu-

an. Tapi, langkanya tenaga pria tak membuatnya malu ataupun rendah diri. Ia tetap bersahaja menjalani pro-fesinya sebagai kader posyandu. Da-niel menetapkan tanggal 15 setiap bulannya mengadakan pertemuan di posyandu. Kegiatannya meliputi penyuluhan kesehatan terkait ibu hamil, nifas dan praktek memasak makanan bergizi.

Lelaki yang mengawali karirnya tahun 1996 di posyandu ini, mem-punyai motivasi membantu ma-syarakat khususnya ibu-ibu dan anak balita agar kehidupannya lebih baik. Anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan kuat, khususnya masyarakat Desa Badale, Kecamatan Dobalaen, Kabupaten Rotendau, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Berkat kegigihanya, kini jumlah kader posyandunya berjumlah 7 orang, semua perempuan, salah satunya diantaranya isterinya sendiri. Dalam melaksanakan programnya, Daniel bekerjasama dengan petu-gas kesehatan, tim penggerak PKK, Dasa Wisma, Tokoh Agama, Adat dan pemerintah lingkungan, termasuk pengurus RT dan RW.

Sebagai suami, ayah dan sekaligus sebagai kader posyandu, banyak suka duka silih berganti menyertai hidupnya. Daniel merasa bahagia, jika banyak ibu-ibu dan bayinya yang mendatangi posyandu. Rasa duka

dan murung segera merasuk dalam hatinya jika setiap tanggal 15 seba-gai hari kegiatan posyandu, sedikit anggota masyarakat yang hadir.

Daniel tidak tinggal diam. Ia bi-asanya langsung menyusuri kebun, sawah dan pekarangan rumah men-emui setiap anggota posyandu yang berhalangan hadir. Wajah muram berubah menjadi ceria, ketika berjum-pa dengan anggotanya. Mereka pun langsung meminta maaf atas ketidak hadirannya. Sebab ada diantara mere-ka yang anaknya sakit, istrinya sakit, bahkan ada yang beberapa anggota keluarga sakit berbarengan. Daniel pun terus mengingatkan pentingnya terlibat dengan kegiatan posyandu. Kalau ibu tidak sempat hadir, bapak-nya menggantikan. Jika bapaknya masih juga tidak sempat kakak, tante dan seterusnya yang menggantikan.

Untuk meningkatkan kualitas ker-ja posyandu, Daniel mengefektifkan kerja kader. Caranya, setelah tang-gal 15 pagi masih ada ibu-ibu yang tidak hadir, maka sore harinya Daniel bersama anggota mendatangi rumah tersebut, sekaligus memberi penyuluhan. Disamping itu, setiap tahun kader mendapat kesempatan dua kali pelatihan oleh pemerintah. ”Hal ini dilakukan untuk mening-katkan kualitas dan soliditas kader posyandu, ” demikian kata Daniel menutup perbincangan. l( pra)

Daniel Tule:

Bahagia Menjadi Kader Posyandu

Page 57: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom ��

Siapa Dia

Keinginan penggagas posyandu Melati Aspari, Magelang Tengahang, nunuk Iswandari, untuk meningkatkan kesehat-

an balita, mengurangi kematian ibu tampaknya dapat terkabulkan. Melalui posyandu, ia menggerakkan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan diri, keluarga dan ma-syarakatnya. Hasilnya, posyandu binaannya menjadi juara terbaik di tingkat nasional.

Sejak tahun 1994, Nunuk meng-himpun kader posyandu lainnya untuk membantu hingga 12 orang. Perekrutan jumlah kader yang melebihi standar ini, menurutnya, bertujuan untuk stabilitas program. Sebab, sebagian besar kadernya tersebut berasal dari para istri TNI yang tingkat mobilitasnya tinggi. Setiap saat siap berpindah tugas mengikuti suami. Sehingga ketika ada yang pindah tugas, masih ada kader cadangan yang melanjutkan programnya. Nunuk menceritakan, dari 12 kader satu menjadi ketua, satu menjadi sekretaris, dan sisa kader berikutnya menguasai seluruh meja, dari meja pertama sampai meja ke lima.

Nunuk menyebut posyandunya perpaduan antara TNI dan Sipil. Se-bab, kader maupun masyarakatnya berasal dari TNI dan Sipil. Sekalipun

mendapat fasilitas tempat dari TNI, tapi pelaksanaan kegiatan posyan-du tidak selalu ditempat tersebut. Mereka sering berpindah mendekati pasar. Ibu-ibu sambil ke pasar menim-bangkan anaknya ke posyandu. Khu-sus Februari dan Agustus merupakan pemberian vitamin A, ketika men-gadakan kegiatannya dekat pasar, dapat menjaring balita lain diluar wilayahnya yang ikut berdagang atau belanja ibunya ke pasar. Seperti posyandu lainnya, jika ada yang tidak hadir, Nunuk pun melakukan kegi-atannya door to door.

Terkait dukungan masyarakat, Nunuk mengatakan baik sekali. Se-lain mendapat dukungan dana sehat dari masyarakat, juga dukungan dari para donator yang dikumpulkan dari warga oleh masing-masing RT. Sum-bangan itu tidak berupa uang, tetapi berbagai bahan yang dibutuhan posyandu. Seperti buah buahan, bubur menado, dan bahan lainnya. Sehingga tak pernah kesulitan membuat PMT-nya.

Menurut Nunuk, pelak-sanaan posyandu dan KB ditetapkan hari Kamis ke tiga, pada

pagi hari, tapi pada musim penghu-jan dilaksanakan sore hari. Khusus Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD), pelaksanaannya setiap Sabtu sore. Kerja sosial ini bagi Nunuk merupak-an panggilan hati, semua dikerjakan dengan baik, semata-mata peng-abdian saja. Saya merasa bahagia, ketika keberadaannya bermanfaat

untuk banyak orang. l(pra)

Nunuk Iswandari:

Kerja Sosial Karena Panggilan Hati

Page 58: Mediakom 18 Full Page

�� Mediakom No.XVIII/JUNI/2009

Lentera

Namaku Flu

Oleh: Prawito

T ernyata nama itu penting. Bukan sekadar identitas atau sebutan. Memilah, memilih dan menetapkan kosa kata yang tepat, ternyata bukan secepat membalikkan telapak tangan. Apalagi kosa kata itu harus mewakili semua kepentingan dari berb-agai pihak. Untuk kasus flu babi, tampak-

nya tersembunyi kepentingan bisnis, pariwisata, harga diri dari sebuah perusahaan multi nasional atau bangsa.

Flu, kosa kata lawas yang sudah terkenal di seluruh belahan dunia. Artinya , sebagian besar orang paham makna flu secara utuh, sesuai dengan pengalaman sakit yang pernah dialami. Menurut para ahli kesehatan, flu hanya-lah penyakit ringan yang sudah men-jadi pakaian harian manusia, khususnya di Indonesia. Bahkan banyak orang tidak merasa sakit terkena flu, sehingga penderita terbiasa bekerja ke kantor, pabrik dan bertani diladang.

Kini, flu, penyakit yang disebabkan oleh virus H1N1 ini telah menjadi isu hangat. Banyak orang panik, sibuk mencari penjelasan. Mulai dari jenis virusnya, cara penularan, pencegahan dan pengobatan-nya. Puskom Publik Depkes, termasuk salah satu unit yang kebanjiran pertanyaan tersebut. Mulai dari perseorangan sampai lembaga. Sehingga Puskom Publik telah berulang kali mengeluarkan rilis, jumpa pers dan talk show untuk memberi penjelasan kepada publik. Kebingungan terbesar pada upaya mengenali dan pencegahan, tapi banyak juga yang bingung dengan penamaan penyakitnya. Padahal virusnya itu-itu juga, H1N1. Mengapa demikian? Karena banyak versi dan nama yang beredar terkait virus ini.

Virus H1N1, merupakan virus flu biasa. Selama ini orang lebih mengenal flu burung H5N1, dibanding virus flu biasa H1N1. Padahal, tahun 1918 virus ini telah me-landa Spanyol, kemudian disebut virus Spanyol. Tahun 2009, menyerang babi, kemudian disebut virus babi atau

flu babi. Virus ini juga banyak menyerang rakyat Mek-siko, kemudian ada yang menamakan flu Meksiko. Nama terakhir ini sempat memancing kontroversi. Selain nama tersebut, ada juga penamaan lain seperti: Swine flu dan Strain Meksiko dan entah kosa kata apalagi yang akan muncul dikemudian hari. WHO, Organisasi Kesehatan Dunia berinisiatif menggunakan kosa kata Influenza A H1N1. Tapi masih banyak negara belum mengadopsi kosa kata itu sepenuhnya. Kemudian muncul edisi terbaru Flu Baru H1N1. Betapa sulitnya menyepakati kosa kata untuk sebuah nama virus H1N1.

Flu babi, kosa kata yang sudah banyak beredar melalui media massa. Bahkan telah menjelma menjadi kosa kata ajaib yang mampu menarik pembaca dan pemirsa. Masyarakat Indonesia sudah semakin akrab dengan istilah itu. Sebab mudah mengingatnya karena dapat ber-visualisasi dengan binatang yang banyak dilihat di Indonesia. Persis sama mu-dahnya dengan mengingat flu burung. Tapi entah alasan apa, Israel dan Amerika tidak setuju dengan penggunaan istilah flu babi ini.

Nama, seharusnya mempunyai makna. Sehingga ketika menyebut nama tersebut dapat mengingatkan akan tempat, peristiwa atau sang penemunya. Disamping itu, nama harus mudah dihafal, tak merendahkan atau menyinggung pihak lain. Semua pihak dapat menerima penamaan tersebut. Dari pada berdebat berkepanjang-an, menguras dana dan menyita banyak waktu hanya untuk sebuah nama. Padahal ada tanggung jawab yang lebih besar lagi, yaitu pencegahan dan penanggulangan-nya, demi menyelamatkan manusia dimuka bumi. Ada baiknya sebut saja “Flu”. Kemudian kosa kata berikutnya terserah yang pembaca kenal. Antara lain; Babi, Meksiko, Baru H1N1, atau A H1N1 yang penting esensinya sama. l

Page 59: Mediakom 18 Full Page

No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom ��

Jasamu, Kader Posyandu

Lentera

Wajahnya polos, tutur katanya sederhana, dan apa adanya tanpa basa-basi. Bahkan ketika berbicara dengan ibu Ani Susilo Bambang Yudhoyono sekalipun, wanita separuh baya itu tidak terlihat grogi sama sekali. Mala-

han, Oktavina Alfrida, nama kader posyandu yang telah mengabdi selama 15 tahun di posyandu Pelangi, Desa Wono Rejo, Kelurahan Kerom, Papua itu, menunjukkan keakrabannya dengan memanggil ibu Ani dengan sebutan ‘Mama’. Dihadapan ‘Mama’ Ani pula, selain menceritakan pengalamannya, Oktavina sempat melon-tarkan kelakarnya, “Mama, saya di ruang AC ini kedingi-nan. Maklum, di Papua cuma ada AC alam, panas. Agar saya terbiasa dengan dinginnya AC, saya harus sesering mungkin diundang ke Jakarta,” katanya yang disambut dengan derai tawa tamu undangan yang hadir pada siang hari itu.

Itulah suasana Temu Kader Nasional Posyandu yang berlangsung akhir Mei 2009 di hotel Mercure Ancol, Jakarta yang dirancang Departemen Kesehatan beberapa waktu lalu. Ribuan kader Posyandu dari seluruh pelosok Tanah Air ini berkumpul memantapkan diri, menjadi lebih baik, berkualitas, dan bertambah ikhlas dalam menjalankan tugas. Dan memang tanpa keikhlasan sulit bagi kader untuk bertahan dalam pengabdian. Sebab kader tak bergaji, tapi ia harus terus mengabdi.

Kader pada umumnya bukan orang yang berlebih se-cara ekonomi. Bahkan banyak yang berkekurangan. Tapi, semangat kepedulian menghunjam dalam dada mereka. Lain lagi dengan Lilis, kader Posyandu Melati, Kelurahan Kaliabang Tengah, Kecamatan Bekasi Utara, Provinsi Jawa Barat. Bersuamikan buruh pabrik, bergaji UMR (upah minimum regional), sederhana dan bersahaja. Rumahnya berdinding triplek lusuh, beratap asbes, jalannya sempit di kawasan kumuh padat penduduk pinggiran Bekasi. Tapi, ia sangat peduli kepada sesama, walau dirinya dalam kekurangan. Bukan hanya aktif di Posyandu, tapi ia rajin membesuk tetangga yang sakit, menguruskan SKTM (surat keterangan tidak mampu) dan mengantar-kan berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit sudah men-

jadi kebiasaan. Termasuk menanggung biaya transportasi naik becak ataupun angkotnya. Kejadian seperti ini terus berulang. Bahkan Lilis telah melakukannya sejak remaja. Kini, diusianya yang telah menginjak 45 tahun, kebiasaan mulia ini tak pernah berhenti.

Menembus birokrasi RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta dan RSUD Kota Bekasi bukan perkara mudah. Siklusnya panjang, berbelit, pelayanan tak ramah, berkasnya rijit, antrian panjang, panas dan menyebalkan. Tapi tugas mulia ini Lilis kerjakan dengan ikhlas dan senang hati. Ia tak berharap apa-apa kepada yang ditolong, kecuali kepuasan batin setelah membantunya.

Oktavina, Lilis dan ribuan kader Posyandu lainnya adalah sosok-sosok wanita luar biasa. Walaupun mereka secara ekonomi, pendidikan, sosial dan jaringan lemah, namun semangat dan kepeduliannya jauh melampaui kapasitasnya. Mereka wanita perkasa yang hatinya san-gat mulia. Keberadaannya di tengah-tengah masyarakat

yang tidak berdaya, menjadi obor pe-nyemangat yang tidak padam karena keterbatasan.

Adakah diantara kita mengingat jasa mereka? Mereka ini seperti guru, pahlawan tanpa tanda jasa. Kalau guru menjaga gawang di bidang pendidikan, kader Posyandu menjaga gawang di bidang kesehatan. Keduanya sama-sama mengabdi untuk anak-anak generasi masa depan bangsa Indonesia. Mereka adalah pahlawan-pahlawan yang men-gantarkan anak bangsa hidup lebih

sehat dan sejahtera, meskipun hanya sedikit orang yang menaruh perhatian kepadanya.

Sebagai bangsa besar, selayaknya kita tahu berteri-makasih. Sebagai masyarakat yang beradab, selayaknya kita menghargai dan memberikan apresiasi kepada para kader Posyandu yang kita cintai. Sekelumit cerita kader Posyandu di atas, diharapkan menginsipirasi jutaan masyarakat Indonesia untuk berbuat kebaikan bagi sesama. Kini, 267 ribu Posyandu dan 1.2 juta kader Posyandu yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air siap untuk berkarya, membangun bangsa yang sehat dan sejahtera. Jasamu kader Posyandu, tidak akan terlupakan sepanjang waktu. Bangga, salut dan hormat untukmu kader Posyandu. l

Page 60: Mediakom 18 Full Page

�0 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009