MediadanDana 80S -...

2
Pikiran Rakyat o Senin o Selasa o Rabu o Kamis Jumat o Sabtu 2 3 4 5 6 7 ® 9 10 11 12 13 17 18 19 20 21 .22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 OJan OPeb o Mar OApr o Me/ eJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes Media dan Dana 80S P EMBERITAAN Pikir- an Rakyat tentang ke- luhan sejumlah sekolah dasar (SD) di kabupaten Ban- dung yang harus berlangganan tabloid belum lama ini cukup menarik. Betapa tidak, kabar- nya ada sekolah yang terpaksa harus berlangganan sampai 40 aneka tabloid dengan pengelu- aran jutaan rupiah per bulan. Berlangganan media sebanyak itu bisa dikategorikan luar bia- sa karena humas pemerintah- an atau perusahaan besar pun jarang yang berlangganan sampai 40 nama media. Banyakjuga pembaca yang belum mengerti. Kalau me- mang memberatkan, mengapa pihak pengelola sekolah tidak berani menolak untuk berlang- ganan aneka tabloid ini? Bu- kankah tidak ada sanksi dari siapa pun jika menolak ber- langganan aneka media cetak itu? Media Pascarefonnasi Semenjak mekanisme SIUPP bagi media massa cetak dihapus pada awal era refor- masi, minat orang untuk men- dirikan media massa sangat kuat. Profesi wartawan dengan segala mitosnya sejak lama di- idamkan oleh banyak orang. Akibatnya,jumlah media cetak pun meningkat drastis dalam tempo singkat.. Hingga kini masih lekat mi- tos bahwa profesi wartawan itu enak dan bergengsi, gampang mencari uang, relasinya ba- nyak, bisa masuk ke mana saja, kebal hukum, dll. Jadi warta- wan adalah segalanya sehingga ' ada wartawan muda yang be- rani menolak untuk menjadi PNS gara-gara ia tidak boleh merangkap pekerjaan, padahal media tempat dia bekerja bukan media terkemuka, tetapi media lokalyang tidak dikenal. ~~--~~----~~=---~--------~~----~=-~----- Saat euforia reformasi, orang reka kurang memiliki SDM berbondong-bondong menjadi yang andal. Tupoksi bagi para wartawan seolah menjadi pengelolanya pun tumpang wartawan itu tidak perlu pen- tindih, ya harus mencari berita didikan tinggi, apalagi sampai ya harus mencarijuga peluang kuliah di universitas, pokoknra untuk biaya produksi penerbi- asal bisa bertanya ini itu ke- tan berikutnya, di samping mampuan menulis mah nomor sekalian harus ikut mema- dua. Jadilah ia wartawan! Or- sarkan medianya. Sering kali ganisasi kewartawanan pun mereka diberikan target terten- bermunculan dengan nama tu agar mampu menjual me- yang sebagian terdengar "me- dianya. Dari sinilah mulainya nyerarnkan". Sayangnya, se- kejadian langganan tabloid mangat mendirikan media itu yang menghebohkan itu. Kare- tidak dibarengi dengan per- na ditarget untuk dapat me- modalan yang memadai, ma- masarkan medianya, mereka najemen keredaksian, menyi- pun berusaha dengan segala apkan SI;>Myang andal, serta cara agar medianya bisa di- , konsep pemasaran yangjelas. pasarkan. Karena lemahnya manaje- , Sekolah (khususnya SD) men, ketika edisi terbaru diter- adalah salah satu perangkat bitkan, kemudian kebingungan daerah yang berada di level bagaimana memasarkannya? paling bawah. Dalam satu Untuk bersaing bebas di pasar kelurahan/desa bisa berdiri be- media ternyata juga susah. berapa SD negeri. Kendati di- Jangankan media baru, media akui memilikitugas yang mulia lama yang sudah memiliki na- dalam mencerdaskan anak ma dan berdiri puluhan tahun, bangsa, acap kali pengelola SD di masa sekarang ini pun ke- selalu menjadi obyek berbagai limpungan dalam mengelola kepentingan, baik itu perang- medianya seiring dengan peru- kat yang ada di atasnya mau- bahan masyarakat serta mele- pun pihak-pihak lain. satnya teknologi informasi dan Hampir semua orang tahu komunikasi sehingga membu- bahwa SD setiap tahun men- at semakin sulitnya posisi me- dapat Bantuan Operasional dia cetak di era konvergensiini. Sekolah (BOS) yang besaran- Kompleksitas media nya tergantung dari jumlah Karena kondisi di atas, pe- siswa sekolah tersebut. Be- .ngelolaan media menjadi se- sarannyajuga lumayan mem- makin rumit, SDM yang ber- bantu operasional sekolah, kualitas enggan bergabung yakni untuk tingkat SD/SDLB dengan media seperti ini kare- nilainya Rp 580.000/siswa/- naakan diberi upah yang ku- tahun, sedangkan untuk ting- rang memadai. Akibatnya,me- . kat SMP/SMPLB/SMPT untuk Kllplnl Humas Unpad 2012

Transcript of MediadanDana 80S -...

Page 1: MediadanDana 80S - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/pikiranrakyat-20120608... · tempo singkat.. Hingga kinimasih lekat mi- ... Peluang berlangganan

Pikiran Rakyato Senin o Selasa o Rabu o Kamis • Jumat o Sabtu2 3 4 5 6 7 ® 9 10 11 12 13

17 18 19 20 21 .22 23 24 25 26 27 28 29 30 31OJan OPeb oMar OApr oMe/ eJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes

Media dan Dana 80SPEMBERITAAN Pikir-

an Rakyat tentang ke-luhan sejumlah sekolah

dasar (SD) di kabupaten Ban-dung yang harus berlangganantabloid belum lama ini cukupmenarik. Betapa tidak, kabar-nya ada sekolah yang terpaksaharus berlangganan sampai 40aneka tabloid dengan pengelu-aran jutaan rupiah per bulan.Berlangganan media sebanyakitu bisa dikategorikan luar bia-sa karena humas pemerintah-an atau perusahaan besar punjarang yang berlangganansampai 40 nama media.

Banyakjuga pembaca yangbelum mengerti. Kalau me-mang memberatkan, mengapapihak pengelola sekolah tidakberani menolak untuk berlang-ganan aneka tabloid ini? Bu-kankah tidak ada sanksi darisiapa pun jika menolak ber-langganan aneka media cetakitu?

Media PascarefonnasiSemenjak mekanisme

SIUPPbagi media massa cetakdihapus pada awal era refor-masi, minat orang untuk men-dirikan media massa sangatkuat. Profesiwartawan dengansegala mitosnya sejak lama di-idamkan oleh banyak orang.Akibatnya,jumlah media cetakpun meningkat drastis dalamtempo singkat..

Hingga kini masih lekat mi-tos bahwa profesi wartawan ituenak dan bergengsi, gampangmencari uang, relasinya ba-nyak,bisa masuk ke mana saja,kebal hukum, dll. Jadi warta-wan adalah segalanyasehingga 'ada wartawan muda yang be-rani menolak untuk menjadiPNS gara-gara ia tidak bolehmerangkap pekerjaan, padahalmedia tempat dia bekerjabukan media terkemuka, tetapimedia lokalyang tidak dikenal.~~--~~----~~=---~--------~~----~=-~-----

Saat euforia reformasi, orang reka kurang memiliki SDMberbondong-bondong menjadi yang andal. Tupoksi bagi parawartawan seolah menjadi pengelolanya pun tumpangwartawan itu tidak perlu pen- tindih, ya harus mencari beritadidikan tinggi, apalagi sampai ya harus mencarijuga peluangkuliah di universitas, pokoknra untuk biaya produksi penerbi-asal bisa bertanya ini itu ke- tan berikutnya, di sampingmampuan menulis mah nomor sekalian harus ikut mema-dua. Jadilah ia wartawan! Or- sarkan medianya. Sering kaliganisasi kewartawanan pun mereka diberikan target terten-bermunculan dengan nama tu agar mampu menjual me-yang sebagian terdengar "me- dianya. Dari sinilah mulainyanyerarnkan". Sayangnya, se- kejadian langganan tabloidmangat mendirikan media itu yang menghebohkan itu. Kare-tidak dibarengi dengan per- na ditarget untuk dapat me-modalan yang memadai, ma- masarkan medianya, merekanajemen keredaksian, menyi- pun berusaha dengan segalaapkan SI;>Myang andal, serta cara agar medianya bisa di-

, konsep pemasaran yangjelas. pasarkan.Karena lemahnya manaje- , Sekolah (khususnya SD)

men, ketika edisi terbaru diter- adalah salah satu perangkatbitkan, kemudian kebingungan daerah yang berada di levelbagaimana memasarkannya? paling bawah. Dalam satuUntuk bersaing bebas di pasar kelurahan/desa bisa berdiri be-media ternyata juga susah. berapa SD negeri. Kendati di-Jangankan media baru, media akui memilikitugas yang mulialama yang sudah memiliki na- dalam mencerdaskan anakma dan berdiri puluhan tahun, bangsa, acap kali pengelola SDdi masa sekarang ini pun ke- selalu menjadi obyek berbagailimpungan dalam mengelola kepentingan, baik itu perang-medianya seiring dengan peru- kat yang ada di atasnya mau-bahan masyarakat serta mele- pun pihak-pihak lain.satnya teknologi informasi dan Hampir semua orang tahukomunikasi sehingga membu- bahwa SD setiap tahun men-at semakin sulitnya posisi me- dapat Bantuan Operasionaldia cetak di era konvergensiini. Sekolah (BOS) yang besaran-

Kompleksitas media nya tergantung dari jumlahKarena kondisi di atas, pe- siswa sekolah tersebut. Be-

.ngelolaan media menjadi se- sarannyajuga lumayan mem-makin rumit, SDM yang ber- bantu operasional sekolah,kualitas enggan bergabung yakni untuk tingkat SD/SDLBdengan media seperti ini kare- nilainya Rp 580.000/siswa/-naakan diberi upah yang ku- tahun, sedangkan untuk ting-rang memadai. Akibatnya,me- . kat SMP/SMPLB/SMPTuntuk

Kllplnl Humas Unpad 2012

Page 2: MediadanDana 80S - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/pikiranrakyat-20120608... · tempo singkat.. Hingga kinimasih lekat mi- ... Peluang berlangganan

tahun 2012 ini ditetapkansebesar Rp 710.000/siswa/-tahun. Nah, dalam pengelolaandana BOS ini ada mata ang-garan untuk langganan korandan majalah, maksudnya agarsekolah bisa mengikuti per-kembangan dunia, khususnyadunia pendidikan sehingga di-harapkan wawasan para guruSD akan meningkat.

Peluang berlangganan me-dia cetak ini tentu saja lang-sung disambut oleh para pe-ngelola media cetak berskalakecil. Sayangnya, yang datangke sekolah itu jumlalmya di lu-ar dugaan karena hampir seba-gian besar tabloid yang memi-liki wartawan di kotajkabupat-en tempat sekolah itu berdirimemiliki wartawannya di sana.Akibatnya, persaingan menjadisemakn sengit. Mereka ber-lomba-lomba agar sekolahmau berlangganan koran/ma-jalah.

Sejumlah sekolah yang di-telusuri oleh penulis di ka-wasan Rancaekek dan .Ci-calengka Kab. Bandung kebe-ratan dengan pola pemasarananeka tabloid ini karena di-lakukan dengan cara berkomu-nikasi yang berbeda-beda, Adayang sangat sopan, ada yangsetengah memaksa. Ada jugayang tanpa persetujuan mengi-rimkan tabloid, kemudian dibulan berikutnya melakukanpenagiban. Dari segi isi, menu-rut pengakuan para pengelolasekolah, banyak di antaratabloid tadi dinilai tidakbermanfaat bagi peningkatanwawasan para guru karenasama sekali tidak berkaitandengan dunia pendidikan,Bahkan ada tabloid terbitan lu-ar Jawa Barat tetapi dipaksauntuk dilanggani oleh pihaksekolah.

Menga a ihak sekolah

tidak berani menolak tawaranlangganan ini? Ketidakberan-ian ini disebabkan oleh banyakhal, di antaranya karena seko-lah tidak mau ribut dengan se-seorang yang mengaku war-tawan, juga karena ketidak-tahuan tentang bagaimanapress relations atau media re-lations. Aneka mitos tentangwartawan pun masih menye-limuti benak para pengelolaSD ini. Selain itu, boleh jadipula pihak sekolah ketakutanoleh kebijakan penggunaanyang salah dari dana BOS, se-bab menurut aturan yang ber-laku, meskipun dana BOS itudiperuntukkan bagi operasion-al sekolah, tetapi ada sejumlahhal yang tidak diperbolehkan.

. Sekolah yang diketahui meng-gunakan dana BOS untukkegiatan yang tidak boleh di-lakukan akan mendapat sanksidari pemerintah. ***