Media Penyiaran Radio

36
MODUL PELATIHAN PENYIARAN RADIO, MANAJEMEN USAHA PENYIARAN DAN JURNALISTIK YPI ASSA’IDIYYAH RINTISAN BALAI BELAJAR BERSAMA (RB3) Jalan raya Cipanas Nomor : 100/12 Cianjur 43253 Telephone ( 0263 ) 515566 Email: [email protected]

Transcript of Media Penyiaran Radio

Page 1: Media Penyiaran Radio

MODUL

PELATIHAN PENYIARAN RADIO, MANAJEMEN USAHA PENYIARAN DAN JURNALISTIK

YPI ASSA’IDIYYAH

RINTISAN BALAI BELAJAR BERSAMA (RB3)

Jalan raya Cipanas Nomor : 100/12 Cianjur 43253

Telephone ( 0263 ) 515566 Email: [email protected]

rb3assaidiyyah.wordpress.com

Page 2: Media Penyiaran Radio

Pengertian Penyiaran

Perkembangan teknologi komunikasi telah melahirkan masyarakat yang makin besar tuntutannya akan hak untuk mengetahui dan hak untuk mendapatkan informasi. Informasi telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat dan telah menjadi komoditas penting dalam kehidupan masyarakat.Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah membawa implikasi terhadap dunia penyiaran, termasuk penyiaran di Indonesia.Penyiaran sebagai penyalur informasi dan pembentuk pendapat umum, perannya semakin strategis, terutama dalam mengembangkan kehidupan demokratis.

Penyelenggaraan penyiaraan tentunya tidak terlepas dari kaidah-kaidah umum penyelenggaraan telekomunikasi yang berlaku secara universal. Penyiaran mempunyai kaitan erat dengan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit geostasioner yang merupakan sumber daya alam yang terbatas sehingga pemanfaatannya perlu diatur secara efektif dan efisien.Dalam bab ini akan dibahas beberapa prinsip dasar teknis penyiaran yaitu jenis-jenis layanan siaran yang umumnya digunakan saat ini yang meliputi pengertian mengenai radio AM, radio FM, radio gelombang pendek (SW), televisi VHF dan televisi UHF. Namun sebelumnya kita perlu terlebih dahulu memahami pengertian singkat mengenai siaran, penyiaran dan hal apa saja yang menjadi syarat terjadinya penyiaran.

Kata ‘siaran’ merupakan padanan dari kata broadcast dalam bahasa Inggris. Undang-undang Penyiaran memberikan pengertian siaran sebagai pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Sementara penyiaran yang merupakan padanan kata broadcasting memiliki pengertian sebagai: kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio (sinyal radio) yang berbentuk gelombang elektromagnetikyang merambat melalui udara, kabel, dan atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.Dengan demikian menurut definisi di atas maka terdapat lima syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk dapat terjadinya penyiaran. Jika salah satu syarat tidak ada maka tidak dapat disebut penyiaran. Kelima syarat itu jika diurut berdasarkan apa yang pertama kali harus diadakan adalah sebagai berikut:1. Harus tersedia spektrum frekuensi radio2. Harus ada sarana pemancaran/transmisi3. Harus adanya perangkat penerima siaran (receiver)4. Harus adanya siaran (program atau acara)5. Harus dapat diterima secara serentak/bersamaan

Maraknya kemunculan berbagai media penyiaran mengharuskan adanya pemahaman para pengelolanya terhadap berbagai elemen inti yang menjadi alat untuk mencapai kesuksesan serta kemapanan media tersebut. Pengetahuan mengenai program, pemasaran dan teknik mutlak diperlukan guna menunjang perkembangan media penyiaran. Kesulitannya adalah jarang sekali

Page 3: Media Penyiaran Radio

ada orang yang sekaligus menguasai dan berpengalaman pada ketiga bidang tersebut.Mereka yang saat ini bekerja di bagian program atau pemasaran bahkan jarang sekali merupakan orang-orang yang terdidik untuk bidang dimaksud. Semuanya dikerjakan begitu saja dengan cara learning by doing. Kehadiran buku ini yang membahas ketiga aspek itu secara cukup lengkap membantu mengatasi masalah tersebut.

Program SiaranBagian ini membahas peran departemen program media penyiaran dan tanggung jawab manajer program serta staf pendukung lainnya. Juga dibahas mengenai jenis-jenis program baik untuk program TV dan Radio.Sejarah PenyiaranBagian ini membahas mengenai sejarah penyiaran, sifat penyiaran dan penyiaran dalam teori komunikasi.Selain itu dibahas pula teori mengenai audien dalam perspektif ilmu komunikasi.Bagian ini dapat dikatakan sebagai pengantar sebelum anda membahas lebih dalam mengenai media penyiaran.Teknik PenyiaranPada bagian ini dibahas mengenai teknik penyiaran yang pembahasannya mencakup spektrum frekuensi radio, jenis gelombang radio seperti FM, AM dan SW serta sarana pemancarannya.Bagian ini juga membahas aspek penerimaan siaran, interferensi siaran, standar siaran.Pada bagian akhir dijelaskan pula fungsi departemen teknik media penyiaran serta tanggung jawab manajer teknik dan staf pendukung lainnya.Sistem PenyiaranPada bab ini akan dibahas mengenai jenis stasiun penyiaran yang terdiri atas stasiun swasta, berlangganan, komunitas dan publik serta dibahas pula mengenai stasiun penyiaran berdasarkan jangkauan siarannya yang terdiri atas stasiun lokal dan jaringan.Manajemen PenyiaranBagian ini membahas mengenai manajemen media penyiaran yang mencakup pengertian manajemen dan fungsi manajemen yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan serta bagaimana media penyiaran seharusnya menerapkan manajemen untuk mencapai tujuannya.Audien Penyiaran Keberhasilan media penyiaran sangat ditentukan oleh kemampuan pengelolanya dalam memahami audiennya.Dalam hal ini audien dipahami dengan menggunakan pendekatan ilmu pemasaran karena audien adalah konsumen yang memiliki kebutuhan terhadap program (produk). Pada bagian ini akan dibahas mengenai segmentasi audien, target audien, positioning program dan media penyiaran serta perilaku audien.Program SiaranPada bagian ini akan dibahas peran departemen program media penyiaran dan tanggung jawab manajer program serta staf pendukung lainnya. Juga dibahas mengenai jenis-jenis program baik untuk program TV dan Radio.

Bisnis Penyiaran

Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling sulit dan paling menantang dibandingkan dengan jenis industri lainnya.Mengelola media penyiaran pada dasarnya adalah mengelola manusia.Keberhasilan media penyiaran sejatinya ditopang oleh kreativitas manusia yang bekerja pada tiga pilar utama yang merupakan fungsi vital yang

Page 4: Media Penyiaran Radio

dimiliki setiap media penyiaran yaitu teknik, program dan pemasaran.Keberhasilan media penyiaran bergantung pada bagaimana kualitas orang-orang yang bekerja pada ketiga bidang tersebut.Namun demikian, kualitas manusia saja tidak cukup jika tidak disertai dengan kemampuan pimpinan media penyiaran bersangkutan mengelola sumber daya manusia yang ada.Karena alasan inilah manajemen yang baik mutlak diperlukan pada media penyiaran.

Mengelola suatu media penyiaran memberikan tantangan yang tidak mudah kepada pengelolanya, sebagaimana ditegaskan Peter Pringle (1991): Few management position offers challenges equal to those of managing a commercial radio or television station (tidak banyak posisi manajemen yang memberikan tantangan yang setara dengan mengelola suatu stasiun radio dan televisi lokal).

Tantangan yang harus dihadapi manajemen media penyiaran disebabkan oleh dua hal. Pertama, sebagaimana perusahaan lainnya, media penyiaran dalam kegiatan operasionalnya harus dapat memenuhi harapan pemilik dan pemegang saham untuk menjadi perusahaan yang sehat dan mampu menghasilkan keuntungan. Namun di pihak lain, sebagai tantangan kedua, media penyiaran harus mampu memenuhi kepentingan masyarakat (komunitas) dimana media bersangkutan berada, sebagai ketentuan yang harus dipenuhi ketika media penyiaran bersangkutan menerima izin siaran (lisensi) yang diberikan negara.Dengan demikian, upaya untuk menyeimbangkan antara memenuhi kepentingan pemilik dan kepentingan masyarakat memberikan tantangan tersendiri kepada pihak manajemen media penyiaran. Media penyiaran pada dasarnya harus mampu melaksanakan berbagai fungsi yaitu antara lain fungsinya sebagai media untuk beriklan, media hiburan, media informasi dan media pelayanan. Untuk mampu melaksanakan seluruh fungsi tersebut sekaligus dapat memenuhi kepentingan pemasang iklan, audien serta pemilik dan karyawan merupakan tantangan tersendiri bagi manajemen.

Tantangan lainnya berasal dari persaingan yang berasal dari berbagai media penyiaran yang ada.Berbagai stasiun radio dan televisi saling bersaing secara langsung untuk mendapatkan sebanyak mungkin pemasang iklan dan audien. Selain persaingan secara langsung dengan media penyiaran lainnya, stasiun radio dan televisi juga harus bersaing dengan jenis media massa lainnya seperti televisi kabel, Internet, VCD dan DVD.

Radio komunitas

Radio komunitas adalah stasiun siaran radio yang dimiliki, dikelola, diperuntukkan, diinisiatifkan dan didirikan oleh sebuah komunitas. Pelaksana penyiaran (seperti radio) komunitas disebut sebagai lembaga penyiaran komunitas.

Radio komunitas juga sering disebut sebagai radio sosial, radio pendidikan, atau radio alternatif. Intinya, radio komunitas adalah "dari, oleh, untuk dan tentang komunitas".

Page 5: Media Penyiaran Radio

Perbedaan Radio Komunitas dengan Radio Swasta

Ada sejumlah perbedaan antara radio komunitas dengan radio swasta , yaitu tata cara pengelolaan dan tujuan pendiriannya. Pengelolaan radio komunitas memperhatikan aspek keterlibatan warga atau komunitas. Tujuan kegiatan penyiaran di radio komunitas melayani kebutuhan informasi warganya sehingga keterlibatan mereka dalam merumuskan program sangat penting.

Hal berbeda terjadi di dunia radio swasta. Lembaga ini berdiri untuk meraih pendengar sebanyak-banyaknya sehingga aspek rating sangat diperhitungkan sebagai ukuran gengsi radio. Hidup dan matinya radio swasta terletak pada pemasukan iklan sehingga seluruh kreativitas diukur dari segmen pasar yang disasar. Singkat kata, radio komunitas mengutamakan kepentingan dan kebutuhan warga di wilayah tempat radio tersebut sementara radio swasta diarahkan kepada segmen pasar.

Radio komunitas menyajikan tema-tema yang dibutuhkan warga setempat, acapkali bahasa yang digunakan oleh penyiar mengikuti dialek lokal dan kebiasaan berbicara setempat. Hal berbeda banyak radio radio swasta cenderung mengikuti gaya bicara orang kota (Jakarta) supaya terlihat modern dan gaul.

Perkembangan di Indonesia

Radio komunitas di Indonesia mulai berkembang pada tahun 2000. Radio komunitas merupakan buah dari reformasi politik tahun 1998 yang ditandai dengan dibubarkannya Departemen Penerangan sebagai otoritas tunggal pengendali media di tangan pemerintah. Keberadaan radio komunitas di Indonesia semakin kuat setelah disahkannya Undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran.

Saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 300 radio komunitas. Radio-radio komunitas tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang sebagian di antaranya telah mengorganisasikan diri dalam oraganisasi Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), Jaringan Independen Radio Komunitas (JIRAK CELEBES), Forum Radio Kampus Bandung, dan lain-lain.

Dasar-Dasar Jurnalistik

Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan kemajuan yang signifikan. Media cetak maupun elektronik pun saling bersaing kecepatan sehingga tidak ayal bila si pemburu berita dituntut kreativitasnya dalam penyampaian informasi. Penguasaan dasar-dasar pengetahuan jurnalistik merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun di dunia ini. Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampai informasi yang aktual kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap pemberitaannya.

Apa Itu Jurnalistik?

Page 6: Media Penyiaran Radio

Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak. Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dsb., namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism).

Jurnalistik atau jurnalisme, menurut Luwi Ishwara (2005), mempunyai ciri-ciri yang penting untuk kita perhatikan.

a. Skeptis

Skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis adalah keraguan. Media janganlah puas dengan permukaan sebuah peristiwa serta enggan untuk mengingatkan kekurangan yang ada di dalam masyarakat. Wartawan haruslah terjun ke lapangan, berjuang, serta menggali hal-hal yang eksklusif.

b. Bertindak (action)

Wartawan tidak menunggu sampai peristiwa itu muncul, tetapi ia akan mencari dan mengamati dengan ketajaman naluri seorang wartawan.

c. Berubah

Perubahan merupakan hukum utama jurnalisme. Media bukan lagi sebagai penyalur informasi, tapi fasilitator, penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi.

d. Seni dan Profesi

Wartawan melihat dengan mata yang segar pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik.

e. Peran Pers

Pers sebagai pelapor, bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. Selain itu, pers juga harus berperan sebagai interpreter, wakil publik, peran jaga, dan pembuat kebijaksanaan serta advokasi.

Berita

Page 7: Media Penyiaran Radio

Ketika membahas mengenai jurnalistik, pikiran kita tentu akan langsung tertuju pada kata "berita" atau "news". Lalu apa itu berita? Berita (news) berdasarkan batasan dari Kris Budiman adalah laporan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang terbaru (aktual); laporan mengenai fakta-fakta yang aktual, menarik perhatian, dinilai penting, atau luar biasa. "News" sendiri mengandung pengertian yang penting, yaitu dari kata "new" yang artinya adalah "baru". Jadi, berita harus mempunyai nilai kebaruan atau selalu mengedepankan aktualitas. Dari kata "news" sendiri, kita bisa menjabarkannya dengan "north", "east", "west", dan "south". Bahwa si pencari berita dalam mendapatkan informasi harus dari keempat sumber arah mata angin tersebut.

Selanjutnya berdasarkan jenisnya, Kris Budiman membedakannya menjadi "straight news" yang berisi laporan peristiwa politik, ekonomi, masalah sosial, dan kriminalitas, sering disebut sebagai berita keras (hard news). Sementara "straight news" tentang hal-hal semisal olahraga, kesenian, hiburan, hobi, elektronika, dsb., dikategorikan sebagai berita ringan atau lunak (soft news). Di samping itu, dikenal juga jenis berita yang dinamakan "feature" atau berita kisah. Jenis ini lebih bersifat naratif, berkisah mengenai aspek-aspek insani (human interest). Sebuah "feature" tidak terlalu terikat pada nilai-nilai berita dan faktualitas. Ada lagi yang dinamakan berita investigatif (investigative news), berupa hasil penyelidikan seorang atau satu tim wartawan secara lengkap dan mendalam dalam pelaporannya.

Nilai Berita

Sebuah berita jika disajikan haruslah memuat nilai berita di dalamnya. Nilai berita itu mencakup beberapa hal, seperti berikut.

1. Objektif: berdasarkan fakta, tidak memihak. 2. Aktual: terbaru, belum "basi".

3. Luar biasa: besar, aneh, janggal, tidak umum.

4. Penting: pengaruh atau dampaknya bagi orang banyak; menyangkut orang penting/terkenal.

5. Jarak: familiaritas, kedekatan (geografis, kultural, psikologis).

Lima nilai berita di atas menurut Kris Budiman sudah dianggap cukup dalam menyusun berita. Namun, Masri Sareb Putra dalam bukunya "Teknik Menulis Berita dan Feature", malah memberikan dua belas nilai berita dalam menulis berita (2006: 33). Dua belas hal tersebut di antaranya adalah:

1. sesuatu yang unik, 2. sesuatu yang luar biasa,

3. sesuatu yang langka,

4. sesuatu yang dialami/dilakukan/menimpa orang (tokoh) penting,

5. menyangkut keinginan publik,

Page 8: Media Penyiaran Radio

6. yang tersembunyi,

7. sesuatu yang sulit untuk dimasuki,

8. sesuatu yang belum banyak/umum diketahui,

9. pemikiran dari tokoh penting,

10. komentar/ucapan dari tokoh penting,

11. kelakuan/kehidupan tokoh penting, dan

12. hal lain yang luar biasa.

Dalam kenyataannya, tidak semua nilai itu akan kita pakai dalam sebuah penulisan berita. Hal terpenting adalah adanya aktualitas dan pengedepanan objektivitas yang terlihat dalam isi tersebut.

Anatomi Berita dan Unsur-Unsur

Seperti tubuh kita, berita juga mempunyai bagian-bagian, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Judul atau kepala berita (headline). 2. Baris tanggal (dateline).

3. Teras berita (lead atau intro).

4. Tubuh berita (body).

Bagian-bagian di atas tersusun secara terpadu dalam sebuah berita. Susunan yang paling sering didengar ialah susunan piramida terbalik. Metode ini lebih menonjolkan inti berita saja. Atau dengan kata lain, lebih menekankan hal-hal yang umum dahulu baru ke hal yang khusus. Tujuannya adalah untuk memudahkan atau mempercepat pembaca dalam mengetahui apa yang diberitakan; juga untuk memudahkan para redaktur memotong bagian tidak/kurang penting yang terletak di bagian paling bawah dari tubuh berita (Budiman 2005) . Dengan selalu mengedepankan unsur-unsur yang berupa fakta di tiap bagiannya, terutama pada tubuh berita. Dengan senantiasa meminimalkan aspek nonfaktual yang pada kecenderuangan akan menjadi sebuah opini.

Untuk itu, sebuah berita harus memuat "fakta" yang di dalamnya terkandung unsur-unsur 5W + 1H. Hal ini senada dengan apa yang dimaksudkan oleh Lasswell, salah seorang pakar komunikasi (Masri Sareb 2006: 38).

1. Who - siapa yang terlibat di dalamnya?2. What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?

3. WHERE - di mana terjadinya peristiwa itu?

4. Why - mengapa peristiwa itu terjadi?

Page 9: Media Penyiaran Radio

5. When - kapan terjadinya?

6. How - bagaimana terjadinya?

Tidak hanya sebatas berita, bentuk jurnalistik lain, khususnya dalam media cetak, adalah berupa opini. Bentuk opini ini dapat berupa tajuk rencana (editorial), artikel opini atau kolom (column), pojok dan surat pembaca.

Sumber Berita

Hal penting lain yang dibutuhkan dalam sebuah proses jurnalistik adalah pada sumber berita. Ada beberapa petunjuk yang dapat membantu pengumpulan informasi, sebagaimana diungkapkan oleh Eugene J. Webb dan Jerry R. Salancik (Luwi Iswara 2005: 67) berikut ini.

1. Observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita. 2. Proses wawancara.

3. Pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik.

4. Partisipasi dalam peristiwa.

Kiranya tulisan singkat tentang dasar-dasar jurnalistik di atas akan lebih membantu kita saat mengerjakan proses kreatif kita dalam penulisan jurnalistik.

Sumber bacaan:

Budiman, Kris. 2005. "Dasar-Dasar Jurnalistik: Makalah yang disampaikan dalam Pelatihan Jurnalistik -- Info Jawa 12-15 Desember 2005. Dalam www.infojawa.org.

Ishwara, Luwi. 2005. "Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar". Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Putra, R. Masri Sareb. 2006. "Teknik Menulis Berita dan Feature". Jakarta: Indeks.

Page 10: Media Penyiaran Radio
Page 11: Media Penyiaran Radio

1. Untuk mencapai tujuan.Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.2. Untuk menjaga keseimbangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi.3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda; salah satu cara yang umum yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan patokan efisiensi dan efektivitas[1] Peter K Pringle, Michael F Star, William E McCavit, Electronic Media management, Focal Press, Boston, 1991.Hal 2.[2] Diadaptasi dari T Hani Handoko, Manajemen Edisi II, BPFE, Yogyakarta, 1994. Hal 17[3] T Hani Handoko, hal 6.

Sebelum membahas mengenai sistem penyiaran ada baiknya kita memahami beberapa istilah yang terkait dengan organisasi penyiaran sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Penyiaran yang berlaku saat ini yaitu Undang-undang No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU 32/2002).Pertama, UU 32/2002 menggunakan istilah ‘lembaga penyiaran’ seperti lembaga penyiaran publik, swasta, komunitas dan seterusnya.Apa yang dimaksud dengan ‘lembaga penyiaran’ ini? Menurut Ketentuan Umum UU 32/2002 “lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas, maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku”.[1] Dari sini dapat kita simpulkan bahwa pengertian lembaga penyiaran adalah sama dengan penyelenggara penyiaran. Ada pula istilah ‘jasa penyiaran’ yang dalam UU 32/2002 terbagi atas jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran televisi sebagaimana ketentuan pasal 13: “Jasa penyiaran terdiri atas: a) jasa penyiaran radio dan; b) jasa penyiaran televisi”.[2] Undang-undang tidak memberi definisi mengenai apa yang dimaksud dengan jasa penyiaran, dan apa yang membedakannya antara lembaga penyiaran dan jasa penyiaran.Istilah lainnya adalah ‘stasiun penyiaran.’Juga tidak terdapat definisi mengenai hal ini. Istilah stasiun penyiaran hanya muncul ketika undang-undang pasal 31 menjelaskan bahwa “lembaga penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau jasa penyiaran televisi terdiri atas

[

[

[

[

[

Page 12: Media Penyiaran Radio

stasiun penyiaran jaringan dan/atau stasiun penyiaran lokal”.[3]Dengan demikian terdapat empat istilah dalam Undang-undang Penyiaran yaitu: lembaga penyiaran, penyelenggara penyiaran, jasa penyiaran dan stasiun penyiaran. Adanya empat istilah ini agak membingungkan dan terkesan berlebihan, tidak jelas kapan kita harus menggunakan salah satu istilah itu dan kapan harus menggunakan istilah yang lainnya karena pada dasarnya semuanya mengacu pada pengertian yang sama. Suatu lembaga penyiaran sudah tentu akan menyelenggarakan siaran dan menawarkan jasanya ke berbagai pihak (utamanya pemasang iklan), dan setiap lembaga penyiaran sudah pasti memiliki stasiun penyiaran. Di Amerika Serikat, ke-empat istilah tersebut dirangkum hanya dalam satu istilah yaitu broadcast station atau stasiun penyiaran. Head-Sterling (1982) mendefinisikan stasiun penyiaran sebagai: “an entity (individual, partnership, corporation, or non-federal governmental authority) that is licensed by the federal government to organize and schedule program for a specific community in accordance with an approved plan and to transmit them over designated radio facilities in accordance with specified standars”.[4] Artinya: “suatu kesatuan (secara sendiri, bersama, korporasi, atau lembaga yang bukan lembaga pemerintahan pusat) yang diberi izin oleh pemerintah pusat untuk mengorganisir dan menjadwal program bagi komunitas tertentu sesuai dengan rencana yang sudah disetujui dan menyiarkannya untuk penerima radio tertentu sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan”.Definisi ini memberikan pengertian yang menunjukkan unsur-unsur elemen stasiun penyiaran yang mencakup atau meliputi: kepemilikan, perijinan, fungsi, kegiatan menyiarkan (transmisi), bahkan juga sasaran siaran (target audien) yang ingin dituju. Definisi ini juga menunjukkan bahwa suatu stasiun siaran dapat dikelola oleh perorangan atau bersama-sama atau dikelola perusahaan atau lembaga tertentu.Undang-undang Penyiaran tampaknya menggunakan istilah ‘stasiun penyiaran’ khusus untuk menekankan pada aspek teknik yaitu segala hal yang terkait dengan pemancaran sinyal siaran atau transmisi padahal stasiun penyiaran tidaklah selalu melulu terkait dengan masalah teknis penyiaran semata sebagaimana pengertian yang diberikan Head-Sterling tersebut di atas.Istilah lain yang sering digunakan adalah ‘media penyiaran’. Istilah yang terakhir ini tampaknya lebih bisa diterima karena memiliki pengertian yang luas yang meliputi organisasi, kepemilikan, perijinan, fungsi, kegiatan dan sebagainya.Khusus dalam konteks ilmu komunikasi, istilah media penyiaran tampaknya lebih cocok karena media penyiaran merupakan salah satu media atau channel untuk menyampaikan pesan kepada khalayak luas.Penulis tidak ingin terlalu mempersoalkan antara kedua istilah tersebut.Dalam buku ini istilah ‘stasiun penyiaran’ dan istilah ‘media penyiaran’ digunakan secara berganti-ganti.Mereka yang ingin mendirikan stasiun penyiaran harus terlebih dahulu memikirkan untuk membuat perencanaan stasiun penyiaran seperti apa yang akan didirikan. Pertanyaan pertama tentu saja mengenai apakah stasiun penyiaran yang akan didirikan itu merupakan stasiun penyiaran televisi atau stasiun penyiaran radio. Jika pertanyaan pertama ini sudah terjawab maka hal lain yang perlu dipikirkan adalah mengenai: A) jenis stasiun penyiaran dan; B) jangkauan siaran.[1] Pasal 1, butir 9, Ketentuan Umum, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran

[

[

[

Page 13: Media Penyiaran Radio

[2] Pasal 13, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002.[3] Lihat Pasal 31 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002.[4] Sydney W Head, Christopher H Sterling, Broadcasting In America; A survey of Television, Radio, and New Technologies, Fourth Edition, Houghton Mifflin Company, Boston, 1982, Hal 327. Lihat juga Edgar E Willis, Henry B Aldridge, Television, Cable and Radio; A Communicaton Approach, Prentice Hall, 1992 Hal 65.Diposkan oleh MORISSAN di 07:39 1 komentar

Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling sulit dan paling menantang dibandingkan dengan jenis industri lainnya.Mengelola media penyiaran pada dasarnya adalah mengelola manusia.Keberhasilan media penyiaran sejatinya ditopang oleh kreativitas manusia yang bekerja pada tiga pilar utama yang merupakan fungsi vital yang dimiliki setiap media penyiaran yaitu teknik, program dan pemasaran.Keberhasilan media penyiaran bergantung pada bagaimana kualitas orang-orang yang bekerja pada ketiga bidang tersebut.Namun demikian, kualitas manusia saja tidak cukup jika tidak disertai dengan kemampuan pimpinan media penyiaran bersangkutan mengelola sumber daya manusia yang ada.Karena alasan inilah manajemen yang baik mutlak diperlukan pada media penyiaran.Mengelola suatu media penyiaran memberikan tantangan yang tidak mudah kepada pengelolanya, sebagaimana ditegaskan Peter Pringle (1991): Few management position offers challenges equal to those of managing a commercial radio or television station (tidak banyak posisi manajemen yang memberikan tantangan yang setara dengan mengelola suatu stasiun radio dan televisi lokal).[1] Tantangan yang harus dihadapi manajemen media penyiaran disebabkan oleh dua hal. Pertama, sebagaimana perusahaan lainnya, media penyiaran dalam kegiatan operasionalnya harus dapat memenuhi harapan pemilik dan pemegang saham untuk menjadi perusahaan yang sehat dan mampu menghasilkan keuntungan. Namun di pihak lain, sebagai tantangan kedua, media penyiaran harus mampu memenuhi kepentingan masyarakat (komunitas) dimana media bersangkutan berada, sebagai ketentuan yang harus dipenuhi ketika media penyiaran bersangkutan menerima izin siaran (lisensi) yang diberikan negara.Dengan demikian, upaya untuk menyeimbangkan antara memenuhi kepentingan pemilik dan kepentingan masyarakat memberikan tantangan tersendiri kepada pihak manajemen media penyiaran. Media penyiaran pada dasarnya harus mampu melaksanakan berbagai fungsi yaitu antara lain fungsinya sebagai media untuk beriklan, media hiburan, media informasi dan media pelayanan. Untuk mampu melaksanakan seluruh fungsi tersebut sekaligus dapat memenuhi kepentingan pemasang iklan, audien serta pemilik dan karyawan merupakan tantangan tersendiri bagi manajemen.Tantangan lainnya berasal dari persaingan yang berasal dari berbagai media penyiaran yang ada.Berbagai stasiun radio dan televisi saling bersaing secara langsung untuk mendapatkan sebanyak mungkin pemasang iklan dan audien. Selain persaingan secara langsung dengan media penyiaran lainnya, stasiun radio dan televisi juga harus bersaing dengan jenis media massa

[

[

[

[

Page 14: Media Penyiaran Radio

lainnya seperti televisi kabel, Internet, VCD dan DVD.Sebagaimana organisasi atau perusahaan lain, media penyiaran menggunakan manajemen dalam menjalankan kegiatannya, dan setiap orang yang mempunyai tanggungjawab atas bawahan dan sumber daya organisasi lainnya dengan menjalankan fungsi manajemen disebut dengan manajer[2]. Pada dasarnya, manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi karena tanpa manajemen semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan menjadi lebih sulit. Ada tiga alasan utama mengapa manajemen diperlukan:[3]1. Untuk mencapai tujuan.Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.2. Untuk menjaga keseimbangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi.3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda; salah satu cara yang umum yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan patokan efisiensi dan efektivitas.[1] Peter K Pringle, Michael F Star, William E McCavit, Electronic Media management, Focal Press, Boston, 1991.Hal 2.[2] Diadaptasi dari T Hani Handoko, Manajemen Edisi II, BPFE, Yogyakarta, 1994. Hal 17[3] T Hani Handoko, hal 6.

Audien Penyiaran Keberhasilan media penyiaran sangat ditentukan oleh kemampuan pengelolanya dalam memahami audiennya.Dalam hal ini audien dipahami dengan menggunakan pendekatan ilmu pemasaran karena audien adalah konsumen yang memiliki kebutuhan terhadap program (produk). Pada bagian ini akan dibahas mengenai segmentasi audien, target audien, positioning program dan media penyiaran serta perilaku audien.

Jenis Program Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik.Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu: 1) program informasi (berita) dan; 2) program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan

[

[

[

[

[

Page 15: Media Penyiaran Radio

kombinasi dari fakta, gosip dan opini.Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan (game show) dan pertunjukan.Menurut Vane-Gross (1994) menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program.Adapun yang dimaksud dengan daya tarik di sini adalah bagaimana suatu program mampu menarik audiennya. Menurut Vane-Gross: the programmers must select the appeal through which the audience will be reached (programer harus memilih daya tarik yang merupakan cara untuk meraih audien).[1]Selain pembagian jenis program berdasarkan skema di atas, terdapat pula pembagian program berdasarkan apakah suatu program itu bersifat faktual atau fiktif (fictional). Program faktual antara lain meliputi: program berita, dokumenter atau reality show. Sementara program yang bersifat fiktif antara lain program drama atau komedi.Diposkan oleh MORISSAN di 15:00 5 komentar

Radio komunitas

Radio komunitas adalah stasiun siaran radio yang dimiliki, dikelola, diperuntukkan, diinisiatifkan dan didirikan oleh sebuah komunitas. Pelaksana penyiaran (seperti radio) komunitas disebut sebagai lembaga penyiaran komunitas.

Radio komunitas juga sering disebut sebagai radio sosial, radio pendidikan, atau radio alternatif. Intinya, radio komunitas adalah "dari, oleh, untuk dan tentang komunitas".

Daftar isi

1 Perbedaan Radio Komunitas dengan Radio Swasta 2 Perkembangan di Indonesia

3 Jaringan Radio Komunitas Indonesia

o 3.1 Jaringan Radio Komunitas Lampung

o 3.2 Jaringan Radio Komunitas Pesantren

o 3.3 Jaringan Radio Komunitas Banten

o 3.4 Jaringan Independen Radio Komunitas (JIRAK CELEBES)

o 3.5 Forum Radio Kampus Bandung

4 Peran dan fungsi

o 4.1 Hak asasi manusia

o 4.2 Keadilan

o 4.3 Informasi

o 4.4 Radio Based Community Development and Disaster Risk Reduction

[

Page 16: Media Penyiaran Radio

o 4.5 Sebagai Promosi Budaya Lokal

o 4.6 Sebagai Kontrol Pembangunan

5 Kendala Radio Komunitas

o 5.1 Keterbatasan Frekuensi dan Jangkauan

o 5.2 Minimnya Partisipasi Komunitas

6 Pranala luar

7 Referensi

[sunting] Perbedaan Radio Komunitas dengan Radio Swasta

Ada sejumlah perbedaan antara radio komunitas dengan radio swasta , yaitu tata cara pengelolaan dan tujuan pendiriannya. Pengelolaan radio komunitas memperhatikan aspek keterlibatan warga atau komunitas. Tujuan kegiatan penyiaran di radio komunitas melayani kebutuhan informasi warganya sehingga keterlibatan mereka dalam merumuskan program sangat penting.

Hal berbeda terjadi di dunia radio swasta. Lembaga ini berdiri untuk meraih pendengar sebanyak-banyaknya sehingga aspek rating sangat diperhitungkan sebagai ukuran gengsi radio. Hidup dan matinya radio swasta terletak pada pemasukan iklan sehingga seluruh kreativitas diukur dari segmen pasar yang disasar. Singkat kata, radio komunitas mengutamakan kepentingan dan kebutuhan warga di wilayah tempat radio tersebut sementara radio swasta diarahkan kepada segmen pasar.

Radio komunitas menyajikan tema-tema yang dibutuhkan warga setempat, acapkali bahasa yang digunakan oleh penyiar mengikuti dialek lokal dan kebiasaan berbicara setempat. Hal berbeda banyak radio radio swasta cenderung mengikuti gaya bicara orang kota (Jakarta) supaya terlihat modern dan gaul.

[sunting] Perkembangan di Indonesia

Radio komunitas di Indonesia mulai berkembang pada tahun 2000. Radio komunitas merupakan buah dari reformasi politik tahun 1998 yang ditandai dengan dibubarkannya Departemen Penerangan sebagai otoritas tunggal pengendali media di tangan pemerintah. Keberadaan radio komunitas di Indonesia semakin kuat setelah disahkannya Undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran.

Saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 300 radio komunitas. Radio-radio komunitas tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang sebagian di antaranya telah mengorganisasikan diri dalam oraganisasi Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), Jaringan Independen Radio Komunitas (JIRAK CELEBES), Forum Radio Kampus Bandung, dan lain-lain.

[sunting] Jaringan Radio Komunitas Indonesia

Page 17: Media Penyiaran Radio

Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) dideklarasikan pada tahun 2002. Di dalam organisasi JRKI terdapat jaringan radio komunitas daerah yaitu JRK Sumatra Barat, JRK Lampung, JRK Jabotabek & Banten, JRK Jawa Barat, JRK Jawa Tengah, JRK Yogyakarta, JRK Jawa Timur, JRK Bali, JRK Lombok, JRK Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, dan JRK Papua.

agenda utama JRKI adalah advokasi terhadap penyiaran komunitas di Indonesia menuju demokratisasi penyiaran

Radio komunitas sampai saat ini masih menghadapi kesulitan di regulasi. Setelah mendapat pengakuan dari UU Penyiaran tahun 2002, regulasi yang berada di bawahnya seperti Peraturan Pemerintah[1] yang mengatur lebih detail soal perizinan atau frekuensi masih belum mendukung perkembangan radio komunitas.

[sunting] Jaringan Radio Komunitas Lampung

Jaringan Radio Komunitas Lampung (JRKL) merupakan pilar pendiri Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI). Di provinsi ujung Pulau Sumatra itu ada 16 radio komunitas yang aktif bersiaran. Menurut, Rifky Indrawan, Koordinator JRKL, radio komunitas di Lampung mengusung isu lingkungan hidup, kebudayaan, pertanian, dan advokasi. Untuk saling bertukar informasi, mereka menggunakan portal suara komunitas.

Berikut ini adalah radio-radio komunitas yang menjadi anggota JRKL

1. Radio Suara Kota FM

2. Radio Pelangi FM

3. Radio Bimantara FM

4. Radio Gema Lestari FM

5. Radio Suara Petani FM

6. Radio Klatak FM

[sunting] Jaringan Radio Komunitas Pesantren

Jaringan radio Komunitas Pesantren merupakan jaringan radio radio pesantren di indonesia yang tersebar di berbagai daerah kabupaten, propinsi. Untuk http://www.radiomadufm.com anggotanya adalah:

1. Perkumpulan Penyiaran dan Pemberdayaan komunitas Pesantren Madufm Tulungagung ( Madufm Tulungagung 107.70 Mhz ) [1]

2.Radio madufm trenggalek [2]

Page 18: Media Penyiaran Radio

3.Radio Madufm Pantai Prigi [3]

4.Radio Madufm besole [4]

5.Radio Madufm ponorogo [5]

6.Radio Madufm Pacitan [6]

7.Radio Madufm Blitar [7]

8.Radio Madufm Kediri [8]

9.Radio Madufm gresik [9]

10.Radio Madufm yaman [10]

11.Suara Madufm Waru Sidoarjo [11]

12.Suara Madufm Jombang

13.Suara Madufm Mojokerto

14.Suara Madufm Driyorejo Gresik preload#!/pages/Tulungagung-Indonesia/KELUARGA-BESAR-RADIO-MADUFM/211541167583?v=wall web resmi jaringan radio pesantren [12]

[sunting] Jaringan Radio Komunitas Banten

Jaringan Radio Komunitas Banten, memiliki anggota 22 Radio Komunitas yang tersebar di 7 wilyah daerah, yaitu Kab/kota. Tangerang, Kab/Kota. Serang, Cilegon, Lebak, dan Pandeglang, anggota JRK Banten yang sudah mendapatkan Rekomendasi Kelayakan Dari KPID Banten, adalah 1. Perkumpulan penyiaran Radio Komunitas Warga Walantaka Serang Banten (Jaseng FM 107,7 MHz) 2. Perkumpulan penyiaran Radio Komunitas Anak Muda Balaraja Tangerang (R Bamba FM 107,7 MHz) 3. Perkumpulan penyiaran Radio Komunitas Civitas Akademika IAIN SMH Banten(RDS FM 107,7 MHz) 4. Perkumpulan penyiaran Radio Komunitas MAN 1 Serang(SQS FM 107,8 MHz) 5. Perkumpulan penyiaran Radio Komunitas SMP 2 Cilegon(GST FM 107,7 MHz) 6. Perkumpulan penyiaran Radio Komunitas Mahasiswa FT Tehnik Untirta Cilegon(Flash FM 107,9 MHz) 7. Perkumpulan Penyiaran Radio Komunitas Ronda Ciangir - Legok Tangerang (RKR FM 107,7 MHz)

[sunting] Jaringan Independen Radio Komunitas (JIRAK CELEBES)

JIRAK CELEBES berkongres pada tanggal 28 September 2005 . JIRAK CELEBES beranggotakan 32 radio komunitas untuk wilayah sulawesi selatan dan sulawesi barat. Ke-32 radio komunitas tersebut mewakili empat tipe rakom, yaitu rakom berbasis komunitas seperti masyarakat adat, masyarakat desa, dan pemulung sampah. Tipe kedua, radio komunitas berbasis

Page 19: Media Penyiaran Radio

isu, misalnya ada isu pendidikan, lingkungan, pembangunan kota, seni budaya dan pemuda. Tipe ketiga, rakom berbasis hobi, berupa musik dan motor. Terakhir rakom berbasis kampus.

Dalam mempermudah koordinasi dan konsolidasi, ke-32 rakom itu akhirnya dibagi menjadi 7 wilayah, masing -masing wilayah di koordinatori oleh pengurus jirak celebes yaitu Wilayah Makassar(wawan), Wilayah Ajatappareng, Wilayah Luter (Luwu Toraja dan Enrekang), Wilayah Bosowa(boski), Wilayah Tengah (Barru, Pangkep dan Maros)(Roedy), Wilayah Bulukumba, Sinjai, Selayar dan Bantaeng, (aji mamat)dan Wilayah Sulawesi Barat(aditya).

Di tingkat lokal, Perkumpulan Jurnalis Advokasi Lingkungan (JURnal Celebes), dan tingkat nasional bersama Yayasan TIFA Jakarta dan COMBINE Resource Institution (CRI) Yogyakarta[2] cukup banyak mendukung dan mendorong pembentukan JIRAK CELEBES dan pengembangan kapasitas penyelenggara radio komunitas di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat tersebut.salah satu kegiatan dalam penguatan kapasitas, jirak celebes juga bekerja sama dengan Promedia Indonesia

[sunting] Forum Radio Kampus Bandung

Forum Radio Kampus Bandung (FRKB) pertama kali mengadakan Gathering pada Sabtu, 9 Mei 2009 dengan tuan rumah Radio Kampus ITB. Merupakan wadah persatuan dari seluruh radio kampus se-Bandung Raya. Dalam hitungan 6 bulan pertama jumlah anggota Forum Radio Kampus Bandung bertambah secara pesat. Tercatat telah ada 11 radio kampus se-Bandung Raya yang bergabung dalam FRKB, yaitu :

Daftar Nama Anggota FRKB

Nama Radio Kampus Universitas

Radio Kampus ITB Institut Teknologi Bandung

Unpar Radio Station (URS) Universitas Katolik Parahyangan

Swara Unisba Universitas Islam Bandung

Pasundan Radio Universitas Pasundan

eSKa Radio Universitas Pendidikan Indonesia

Page 20: Media Penyiaran Radio

Inkom Radio Universitas Jendral Ahmad Yani

Eltras Radio Politeknik Bandung

8eh Institut Teknologi Bandung

K-Radio Politeknik Pos

T-Radio IT Telkom

Elite Radio Institut Teknologi Nasional

IM Radio Institut Manajemen Telkom

[sunting] Peran dan fungsi

Radio komunitas sebagai salah satu bagian dari sistem penyiaran Indonesia secara praktek ikut berpartisipasi dalam penyampaian informasi yang dibutuhkan komunitasnya, baik menyangkut aspirasi warga masyarakat maupun program-program yang dilakukan pemerintah untuk bersama-sama menggali masalah dan mengembangkan potensi yang ada di lingkungannya. Keberadaaan radio komunitas juga salah satunya adalah untuk terciptanya tata pemerintahan yang baik dengan memandang asas-asas sebagai berikut:

[sunting] Hak asasi manusia

Bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat dan memperoleh informasi melalui penyiaran sebagai perwujudan hak asasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dilaksanakan secara bertanggungjawab, selaras dan seimbang antara kebebasan dan kesetaraan menggunakan hak antarelemen di Indonesia.

[sunting] Keadilan

Bahwa untuk menjaga integrasi nasional, kemajemukan masyarakat dan terlaksananya otonomi daerah maka perlu dibentuk sistem penyiaran nasional yang menjamin terciptanya tatanan system penyiaran yang adil, merata dan seimbang guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Page 21: Media Penyiaran Radio

Pengelolaan, pengalokasian dan penggunaan spektrum frekuensi radio harus tetap berlandaskan pada asas keadilan bagi semua lembaga penyiaran dan pemanfaatannya dipergunakan untuk kemakmuran masyarakat seluas-luasnya, sehingga terwujud diversity of ownership dan diversity of content dalam dunia penyiaran.

[sunting] Informasi

Bahwa lembaga penyiaran (radio) merupakan media informasi dan komunikasi yang mempunyai peran penting dalam penyebaran informasi yang seimbang dan setimpal di masyarakat, memiliki kebebasan dan tanggungjawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, kontrol serta perekat sosial.

[sunting] Radio Based Community Development and Disaster Risk Reduction

Peran radio komunitas telah dikembangkan menjadi sarana pengembangan komunitas dan program pengurangan risiko bencana. Program ini dikembangkan oleh Dompet Dhuafa Republika, sebuah lembaga pemberdaya yang dikenal luas dalam upaya pemberdayaan masyarakar marjinal dan penanganan bencana. Pada pelaksanannya Dompet Dhuafa bekerjasama dengan radio komunitas dan RRI.

[sunting] Sebagai Promosi Budaya Lokal

radio komunitas memliki peran yang cukup penting dalam mempromosikan budaya lokal tempat radio komunitas didirikan. Radio Primadona FM, Bayan, Lombok Barat menyelenggarakan acara Selemor Hate, acara yang seluruhnya menggunakan bahasa dan lagu-lagu lokal dan menceritakan sejarah masa lalu desa dan wilayah setempat.

[sunting] Sebagai Kontrol Pembangunan

Peran radio komunitas juga mempunyai fungsi kontrol terhadap kinerja pemerintah didaerah tempat radio komunitas didirikan. Sebagai contoh, Radio Ampera 29,45 FM di Sekotong, dan Radio Rakola FM, di Labuapi, Lombok menyiarkan beberapa berita temuan (hasil investigasi lapangan) mereka terhadap pelaksanaan program-program pembangunan di wilayahnya, terutama berkaitan dengan proyek-proyek dari luar (pemerintah, bantuan luar negeri seperti PPK dan sebagainya). Berita-berita yang dilansir terutama untuk memberikan informasi tentang perkembangan pembangunan wilayahnya, termasuk membangun transparansi penggunaan dana program dan implementasinya di lapangan.

Diversivikasi Media Radio Komunitas Untuk melakukan mempererat hubungan dan tukar-menukar informasi antar radio komunitas maka CRI (Combine Resource Institution) memperkenalkan sistem informasi antar komunitas yang disebut dengan SIAR (Saluran

Page 22: Media Penyiaran Radio

Informasi Akar Rumput). Sistem ini menghubungkan radio-radio komunitas melalui teknologi internet sehingga selain siaran mereka juga meng-upload materi siara melalui web suara komunitas[3].

[sunting] Kendala Radio Komunitas

[sunting] Keterbatasan Frekuensi dan Jangkauan

Radio komunitas saat ini hanya diperbolehkan beroperasi pada tiga kanal. Menurut ketentuan Kepmenhub no 15 tahun 2002 dan no 15A tahun 2003 yakni di frekuensi FM 107,7 Mhz; 107,8 Mhz; 107,9 Mhz, dengan jangkauan yang terbatas yaitu power maskimal 50 watt dan jangkauan layanan maksimal 2,5 km.

[sunting] Minimnya Partisipasi Komunitas

Berkembangnya radio komunitas bak jamur di musim hujan. Yang sangat terlihat jelas adalah banyaknya keinginan dari pihak luar untuk mendorong agar komunitasnya tertarik untuk memiliki radio komunitas . Banyak juga yang kemudian terjebak pada soal “keinginan” untuk mengangkat agendanya sendiri ketimbang memfasilitasi dan mendorong komunitasnya agar dapat mewujudkan radio komunitas .

[sunting] Pranala luar

(Indonesia)Jaringan Radio Komunitas Sulawesi Selatan dan Sulawesi barat(Indonesia)Jaringan Radio Komunitas Indonesia

(Indonesia)Radio Komunitas

(Indonesia)Menyempurnakan Demokrasi Dengan Radio Komunitas

(Indonesia)Forum Radio Kampus Bandung (FRKB)

[sunting] Referensi

1. ̂ PP Penyiaran Komunitas 2. ̂ http://www.combine.or.id

3. ̂ http://suarakomunitas.combine.or.id

Masduki, 2007. Regulasi Penyiaran: Dari Otoriter ke Liberal. Yogyakarta: Penerbit LKiS Yogyakarta.

Rachmiatie, Atie, 2007. Radio Komunitas, Eskalasi Demokratisasi Komunikasi Jakarta: Simbiosa Rekatama Media.

Page 23: Media Penyiaran Radio

DIKLAT PENYIARAN (RADIO) BERSAMA RATUSAN MAHASISWA

23:44  DEDE ROHALI  NO COMMENTS

Oke Guys, di awal Oktober yang bertepatan pada malam minggu ini, gue akan posting 1 kegiatan yang baru aja usai sore tadi. Ajibbb, kalo temen-temen gw nih, jam segini (20.00wib) lagi pada asik mojok-mojok dipinggir mall, nongkrong sama pacaranya gituuu. Enak bangets ya.Ya begitulah kira-kira kehidupan mereka setelah mencopot gelar jomblo.  #BIKINgwIRIaje [baca:gaya penyiar] \\(*-^)//

antrian peserta

JENGJENG....! Ini seminar pertama yang gw hadirin dengan konsep acara yang bener-bener santai dan layaknya ngobrol sama temen deket. Makanya postingan kali ini gw ganti kata “saya” menjadi “gw”.

Hampir dua bulan gw gak aktif siaran di radio kampus, alasannya karena lagi obrak-abrik kepengurusan, katanya. Palingan kalo lagi kangen, gw longok tuh studio dan duduk dikursi dingin sambil otak atik mixser terus sedikit cuap-cuap dan pulang.

Tapi dahsyat bro..!! Ternyata peminat menjadi penyiar radio cukup luar biasa. Buktinya, ya sore ini, seminar penyiran yang diselenggarakan oleh UKM Radio Mercu Buana, rameee dihadiri mahasiswa yang katanya datang dari berbagai kota :D (jabodetabek). Teprok tangannnn #ProkkProkk375x

Panitia bilangnya acara ini adalah DIKLAT tapi menurut gw cuma seminar, cos gak ada latihannya kok. Cuma materi saja.:D kalo diklat mah, pendidikan dan latihan. Tapi sudahlah, gw latihan sendiri aja :P .

Sesi pertama, materi dibawakan oleh Esha Mahendra, beliau adalah Produser, scriptwriter, dan reporter di 101,4 Trax FM.  Nah Esha dengan lancarnya  menjelaskan secara terang benderang

Page 24: Media Penyiaran Radio

tentang kegiatan seoarang produser, scriptwriter, dan reporter. Rakus ya si Esha?? Katanya kalo di Trax FM seorang produser itu yah merakap jadi scriptwriter, dan reporter juga.. Ajibb,, Esha, gajinya triple ye?

Esha Mendadak jadi artis di krubunin peserta "wawancara"

Esha yang udah kerja selama 1 setengah tahun sebagai produser memiliki segudang pengalaman di dunia radio. Banyak karya yang telah dia ciptakan, salah satunya morning zone di trax FM, skuldesak dan bukan cuma di radio, Esha, yang tampangnya mirip Uya kuya ini juga sebagai tim kreatif tayangan interaktif and profokatif di metroTV.

Oia bro, sebagai produser harus punya inovasi yang keren untuk acara radio kita,,(hihi kita) nah makanya diperlukan banget IDE yang berilian, agar siaran gak bosenin dan itu-itu doang. Berikut TIPS dari si Esha agar mendapatkan Ide topik siaran.

Page 25: Media Penyiaran Radio

Pertama, By Watching, bisa kita lakukan dengan nonton film, Tv atau apalah yang bisa ditonton. Dari tontonan itu lu bisa jadiin bahasan siaran. “hey listener lo udah nonton film anu nah itu film begini-begini yah jelasin dah tuh atau apalah, lo ngertikan maksudnya?”. Kedua, By Listening, gak jauh beda dengan tips awal, cuma yang ini pake indera pendengaran, lo dengerin dah tu info yang lagi hapening. Ketiga, By talking ajibb,, dari obrolan-obrolan lo bisa jadiin topik siaran, tapi obrolan yang berbobotlah kalo cuma masalah lo yang lagi gak bisa bayar uang kost si gak usah dibeberin juga, tapi boleh juga deng, siapa tau ada yang mau bayarin utang lo itu.  *-^

Ke empat, By Imagining nah loh, kalo ini agak gimanaa gitu, lo menghayal dah tuh sampe ide siaran dapet, jangan hayalan porno ye :D. Kelima By Creating nah yang ini penting banget bro sista, realisasikan apa yang udah ada diotak lu, caranya lo tulis dah tuh scripwrit-nya, tuliss cepetan jangan nunggu entar-entar. Terakhir By Networking kalo yang ini lo bisa dapet bantuan dari temen-temen, perbanyak jaringan persahabatan, bisa aja dengan begitu lo dapat gampang untuk tarik narasumber untuk talk show/call.

Begitulah kira-kira tips dari Esha, untuk point networking, Esha bilang itu paling penting ketika kita kerja diradio, “kerja di dunia radio, kalo gak punya networking itu susahnya minta ampunnn,” curhat Esha, kepada ratusan peserta yang sedang duduk manis.

Oke guys, gw masih banyak banget ilmu yang dikasih Esha, “gw nulis postingan ini gak konsen nih” sambil dengerin temen curhat di hp, biasa tuh cewe lagi ada masalah sama pacarnya katanya. Mendingan putus dan jadian sama gw, setuju gak??

Gw lanjut bagi-bagi ilmu yang mungkin sebagin besar udah tau, tapi bodo amat gw mao kasih buat yang belom tau. Jadi gini bro kalo point-point tadi udah membantu lo menemukan ide topik siaran. Lo langsung kemas dah, Take Note, tulis segera tuh di kertas kek, di HP kek dibaju juga boleh, hadooh khawatir lo lupa, gw sering banget ngalamin. Dan itu merugikan, so lo cepet catet ya ^^. Selanjutnya, Imagine it, hayalin lagi dah tuh ide lu, misalnya siaran dalam satu jam, nah dalam satu jam lu bahas apa saja, detailnya lah seperti apa, lo hayalin bener-bener ya sambil pejamkan mata dan abyangkan yang asik-asik.

Selanjutnya lagi, Discuss it, inikan tugasnya si produser atau si scriptwriter ya, nah topik siaran yang udah lo cari udah lo tulis dan udah dibayangkan itu, lo diskusikn dengan si penyiarnya bikin si penyiar paham dan ngerti ama tuh topik. Terakhir, make it happen, harus dijadikan siarkan dan laksanakan.

Page 26: Media Penyiaran Radio

Okey, ada satu lagi materi yang menarik yang akan gw posting berikutnya, yah masih tentang SEMINAR ini, tapi yang kali ini dia adalah seorang blogger juga, mantan vokalis band yang lumayan terkenal di kalangan remaja SMA dulu, dan kini dia sebagai penyiar radio di Trax FM..

Pengen tau seperti apa dia dalam menyajikan materi seminar radio? Sipp jangan kemana-mana bro sista. Setelah ini gw pasti kasih buat lo. Tetep pantau terus serba-serba serbi kehiduan sebagai bahan bacaan harian lo okey?

Salam,