Media dan Revolusi Mental - haripersnasional.com · Angka pelanggaran kode etik jurnalistik naik...

19
Media dan Revolusi Mental Nezar Patria Anggota Dewan Pers @nezarpatria Konvensi Media, HPN 2016, Mataram, Lombok, 8 Februari 2016

Transcript of Media dan Revolusi Mental - haripersnasional.com · Angka pelanggaran kode etik jurnalistik naik...

Media dan RevolusiMental

Nezar PatriaAnggota Dewan Pers@nezarpatria

Konvensi Media, HPN 2016, Mataram, Lombok, 8 Februari 2016

“Big Bang” Reformasi 1998: Mental Baru Pers Indonesia?

• Terbukanya ruang demokrasi• Kebebasan berpolitik• Kebebasan berorganisasi• UU Pers No 40 Tahun 1999• UU Penyiaran No 32 2002

“Terhadap persnasional tak dikenakanpenyensoran, pembreidelan ataupelarangan penyiaran”

Pasal 4 (2) UU Pers 1999.

Musim Semi Media

>1200 Media cetak

11 Televisi swasta>500 Televisi lokal

>50 Top media online

>2000 radio lokal

“Media tumbuh lebih600 persen dari masasebelum reformasi. Tapi pada 2004, angkaitu mulai turun. Sejumlah media tutupkarena kompetisi yang berat di pasar.”

“UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Persmenyebutkan: media berfungsi untukmemberikan informasi, mendidik, menghibur, mengawasi perilaku publikdan penguasa.”

Fungsi Media

“Hampir 70% kasus yang diadukan bersumber padakesalahan media menyangkut akurasi, pemberitaan takberimbang, mencampurkan fakta danopini yang menghakimi”.

Pengaduan Publik ke Dewan Pers

2010 5142011 5112012 4702013 5502014 555

2015 824

Angka pelanggarankode etik jurnalistiknaik dari tahun ketahun:

Media dan Revolusi Mental

Tiga NilaiRevolusiMental “Integritas

media diperolehmelaluikredibilitas.Bagi media, kredibilitasadalah asettermahal”

INTEGRITAS

KERJA KERAS

GOTONG ROYONG

Media dan Revolusi Mental

“Salah satu problem masyarakatindonesia: Intoleransi beragamameningkat, lalu bagaimana media meliput konflik agama?”

Bagaimana Media Meliput Konflik?

• Melaporkan fakta secaraberimbang

• Mendorong resolusi konflik

• Membuka peluang untukdialog

• Menemukan kepentinganbersama, dan membangunsolusi.

“Kekuatan media: membangun opini ataumembentuk realitaslewat “framing” (pembingkaian) peristiwadengan sudut pandangtertentu. Media bisamendorong solusi ataumalah menjadi alatprovokasi.”

Media dan Revolusi Mental

Kasus #1

Peristiwa Tolikara

“Banyak media secaratergesa melaporkanadanya aksipembubaran salat Id pada 17 Juli 2015 di Tolikara danpembakaran tempatibadah. Berita pertamadi dua media online masing-masing padaPk. 9.46 dan 9.59 WIB, tak sampai satu jam setelah peristiwa ituterjadi.”

Peristiwa Tolikara

“Peristiwa sensitif itudilaporkan hanyaberdasarkan satunarasumber darikepolisian, tanpa follow-up segera dari tempatkejadian. Bahkan adalaporan yang takmemperlihatkan tanda-tanda ditulis olehwartawan langsungberada di lapangan.”

1. Mengorbankan akurasidemi kecepatan.

2. Beritakan dulu, baruralat.

3. Provokatif

Peristiwa Tolikara

Protes Masyarakat kepada Media

1. Mengorbankan akurasidemi kecepatan.

2. Beritakan dulu, baruralat.

3. Provokatif

Peristiwa Tolikara

Dengan platform digital penyebaraninformasi via internet kian masif …

63 M

2012

88 M

2015

Pertumbuhan penggunainternet di Indonesia, data APJII 2015

“60% penggunainternet adalahusia 17-45 tahun”

79 M 50 M 5 M

Indonesia adalah “republik” media sosial …

2015

Media Soslal

Media Cetak

Televisi

Media Online

Siklus baru perjalanan berita …

Lapisan-lapisan Jurnalisme

• Lapisan Pertama- Fakta Permukaan- Pers rilis, handouts, pidato.- Kerap “dipermak” oleh PR.- Apa adanya, tak ada kendali mengembangkan cerita.

• Lapisan Kedua- Upaya Reportase- Verifikasi dan koreksi dari sumber Lapisan Pertama.- Perkembangan background peristiwa atau cerita.- Reportase investigatif.- Reporter leluasa mengembangkan cerita.- Mengawasi dan menggugat praktik kekuasaan.- Berpotensi digugat secara hukum.

• Lapisan ketiga- Interpretasi dan Analisis- Signifikansi, menjelaskan sebab dan akibat, dampak peristiwa.- Pada level tertentu bisa menjadi opini.

Lapisan-lapisan Jurnalisme

• Lapisan Pertama- Fakta Permukaan- Pers rilis, handouts, pidato.- Kerap “dipermak” oleh PR.- Apa adanya, tak ada kendali mengembangkan cerita.

• Lapisan Kedua- Upaya Reportase- Verifikasi dan koreksi dari sumber Lapisan Pertama.- Perkembangan background peristiwa atau cerita.- Reportase investigatif.- Reporter leluasa mengembangkan cerita.- Mengawasi dan menggugat praktik kekuasaan.- Berpotensi digugat secara hukum.

• Lapisan ketiga- Interpretasi dan Analisis- Signifikansi, menjelaskan sebab dan akibat, dampak lanjutan peristiwa.- Pada level tertentu bisa menjadi opini.

Target

Revolusi Mental Media?

Pasal 6:

b) Menegakkan niliai-nilai dasar demokrasi, mendorongterwujudnyasupremasi hukum danhak asasi manusia, serta menghormatikebhinekaan

c) Mengembangkanpendapat umumberdasarkan informasiyang tepat, akurat danbenar.

Pasal 5:

1) Pers nasionalberkewajibanmemberitakanperistiwa dan opinidengan menghormatinorma-norma agama dan rasa kesusilaanmasyarakat sertaasas praduga takbersalah.

Kembali ke UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik

Terima Kasih