MCTAP See Magazine -Edisi I_ID

16
Vol 01December 2010 Source of Informaon on Energy Efficiency Menjawab Permasalahan Penghematan Energi dan Pemanasan Global Microturbine Cogeneration S ee MCTAP Bulletin Teknologi Cogeneration, Apa Itu? Energy Technology Center

description

microturbine bppt

Transcript of MCTAP See Magazine -Edisi I_ID

  • Vol 01December 2010Source of Information on Energy Efficiency

    Menjawab Permasalahan

    Penghematan Energi dan Pemanasan Global

    Microturbine Cogeneration

    See MCTAP Bulletin

    Teknologi Cogeneration, Apa Itu?

    Energy Technology Center

  • Pembaca yang budiman,

    Buletin ini merupakan sarana bagi kami untuk menyampaikan informasi seputar proyek Aplikasi Teknologi Microturbin Cogeneration, yakni Microturbine Cogeneration Technology Application Project (MCTAP). Sebagai media tentang Microturbine yang merupakan teknologi baru penyedia listrik, buletin ini kami harapkan menjadi sumber informasi terlengkap dan terpercaya tentang Microturbine di Tanah Air.

    Kami berencana menerbitkan See ini rutin berkala. Tiap edisi, bulletin ini akan menyajikan berbagai informasi penting seputar mikroturbin. Itu termasuk aspek teknologi, kelayakan teknis, peluang bisnis mikroturbin, pendanaan operasi mikroturbin, sampai pada manfaat ekologis dari penggunaan mikroturbin.

    Buletin ini mengupas berbagai sisi positif serta kelebihan teknologi Microturbine dibanding pembangkit listrik lain. Satu kelebihan yang paling tampak adalah bahwa Microturbine sanggup memanfaatkan limbah panas untuk keperluan lain, baik untuk sumber pemanasan (pengeringan produk) ataupun pendinginan (AC ruangan). Dengan demikian, panas yang terbuang dalam Microturbine dapat diminimalisir. Pada pembangkit lain, limbah panas terbuang percuma begitu saja.

    Kelebihan lain yang membedakan Microturbine adalah penggunaan bahan bakar gas, yang membuat teknologi ini ramah lingkungan. Dengan menggunakan gas sebagai bahan bakar, Microturbine dapat menekan emisi gas CO2 serta gas-gas lain yang memicu efek rumah kaca dan pemanasan global.Pembaca dapat mempelajari berbagai aspek positif lain Microturbine dalam tiap edisi bulletin ini.

    Salam

    Dr. Ir. Soni S Wirawan, M.EngNational Project Director MCTAP

    Pengantar

    | | MCTAP Bulletin, Vol 01, December 2010See

    Daftar isi

    See PersonnelADVISORDr. Ir. Soni S Wirawan, M.EngDr. Gatot Dwianto

    BOARD OF EDITORSDr. Edi HilmawanIr. Syafri Syarief, M.Eng

    CHIEF EDITORIr. Djamillius, Msc

    EDITORSEko Adji Buwono

    WRITERSRoyhan SetiawanNila Murti

    SUPPORTDidik Eko K

    AlamatMicroturbine Cogeneration Technology Application ProjectGedung 620 - Kawasan PUSPIPTEK SerpongCisauk - Tangerang Selatan - IndonesiaPh/Fax: +62-21-7560940 / +62-21-7565670www.mctap.org

    Pengantar 1 Microturbine Cogeneration Menjawab

    Permasalahan Penghematan Energi dan Pemanasan Global

    5 MCTAP, Ujung Tombak Informasi dan Teknologi Microturbine di Indonesia

    9 Profil 10 Teknologi Cogeneration, Apa Itu? 13 Green Tips14 Agenda

  • Microturbine Cogeneration Menjawab Permasalahan Penghematan Energi dan Pemanasan GlobalMicroturbine merupakan teknologi paling mutakhir dan sudah mulai masuk pasar pada 1999 dan 2000. Teknologi Microturbine diadopsi dari teknologi turbin gas yang lazim digunakan di pesawat terbang, dan juga diesel engine turbocharger, pada mesin otomotif.

    Pada 1988, sebuah industri Microturbine di Amerika Serikat memulai mengembangkan konsep. Dan 10 tahun berselang, perusahaan tersebut menjadi yang pertama menghasilkan Microturbine berskala komersial untuk masuk ke pasar penyedia energi listrik.

    Setelah Microturbine berhasil diterima pasar, para produsen Microturbine kini menargetkan aplikasi tradisional dan nontradisional sekaligus untuk melayani kebutuhan akan listrik di kawasan industri serta perkantoran, mencakup CHP (Combine Heat and Power), backup power, continuous power generation, dan peak shaving.

    Ada sejumlah merek Microturbine yang masuk pasar internasional, dan rata-rata mereka memiliki keunggulan masing-masing. Seperti Capstone, Ingersoll-Rand, Kawasaki, dan Wilson. Salah satu contoh adalah Microturbine produksi Capstone dengan kapasitas 30 kW, 65 kW, 200 kW serta 1 MW dan Ingersoll-Rand dengan kapasitas 250 kW. Rata-rata, pemasangan Microturbine dapat menghasilkan efisiensi 25% sampai 29% LHV (Lower Heating Value).

    Penggunaan Microturbine sebagai suplai tenaga listrik di seluruh dunia meningkat dari tahun ke tahun. Masyarakat pertama kali mengenal Microturbine Cogeneration pada 1998. Pada saat itu baru ada dua unit Microturbine yang dipasang. Hanya berselang setahun, penggunaan Microturbine meningkat menjadi 211 unit yang menghasilkan listrik 6 MW. Peningkatan terus terjadi pada 2000, ketika terdapat 790 unit Microturbine yang dipasang, dan menghasilkan listrik 23,7 MW. Jumlah pemasangan Microturbine kian bertambah menjadi 1.153 unit pada 2001 dengan listrik yang dihasilkan sebesar 48,3 MW. Peningkatan luar biasa pada 2001 ini karena makin banyak pula produsen Microturbine sudah mulai sanggup menyuplai produknya ke pasar.

    Microturbine sebenarnya sama dengan mesin jet. Hanya saja ukuran Microturbine ini jauh lebih kecil, sama dengan ukuran lemari es. Untuk pertama kali, Microturbine masuk pasar pada 1998 sebagai pembangkit listrik stasioner. Microturbine tak banyak memiliki komponen bergerak tanpa pelumas, dan tanpa pendingin. Tenaga listrik berfrekuensi tinggi yang dihasilkan turbo generator diubah secara elektronik menjadi tenaga listrik berfrekuensi sekitar 50 sampai 60 Hz yang bisa langsung dimanfaatkan.

    Microturbine dapat dijalankan dengan

    menggunakan bahan bakar gas ataupun bahan bakar cair, dengan emisi gas buang sangat rendah. Ini

    menempatkan Microturbine sebagai

    sumber tenaga yang bersih, hijau, dan sekaligus andal. Tiap unit Microturbine pada dasarnya memiliki

    sejumlah komponen inti yang saling terintegrasi, seperti mesin turbo berbasis udara, magnetic generator

    pembangkit listrik berteknologi mutakhir, serta teknologi bantalan udara (air bearing)

    yang minim perawatan.Dengan begitu, Microturbine merupakan jalan keluar paling ideal untuk menjawab kebutuhan akan pasokan tenaga listrik bagi masyarakat.

    Dengan berbagai kelebihannya tersebut, Microturbine bisa dimanfaatkan untuk beberapa aplikasi. Selain sebagai pembangkit listrik stasioner, Microturbine juga sanggup untuk pembangkit Cogeneration ataupun sebagai penggerak mesin pada mobil hybrid listrik (hybrid electric vehicles, HEV). Daya yang dihasilkan dari sebuah Microturbine bisa diatur, antara 30 kilowatt (kW) hingga beberapa megawatt (MW). Dari kinerjanya yang andal sejak memasuki pasar dibanding teknologi yang ada yang ternyata banyak mengalami kendala Microturbine membuktikan sebagai solusi bagi kebutuhan akan tenaga listrik di bawah 2 MW. Terutama karena Microturbine tak memerlukan pengawasan penuh selama bekerja.

    | MCTAP Bulletin, Vol 01, December 2010 |See 1

  • Microturbine Cogeneration Menjawab Permasalahan Penghematan Energi dan Pemanasan Global

    Industri Potensial Untuk Pengunaan Microturbine

    Sektor AplikasiApartemen dan Hunian Power generation dan air

    panasFuel: Natural Gas & LPGBangunan Komersial dan Pemerintahan

    Power generation dan pendingin dengan Absorption ChillersFuel: Natural Gas

    Industri Makanan Power generation dan udara panas untuk pengering makanan

    Fuel: Natural Gas

    Gudang Pendingin Power generation dan pendingin dengan Absorption Chillers

    Fuel: Natural Gas & LPG

    Tekstil Power generation dan air panas (washing & drying)Fuel: Natural Gas

    Pulp and paper Power generation and millingFuel: natural gases

    Beberapa merek terkenal Microturbine juga dilengkapi Advanced Power Server (APS) sebagai pusat supervisor pada pusat unit pengendali pada penggunaan beberapa unit Microturbine sekaligus. Perangkat lunak pada APS dapat dikonfigurasikan untuk mengakomodasi berbagai skenario operasi secara luas. Mekanisme ini memberikan manfaat optimal bagi pengelola serta konsumen listrik hasil dari mikroturbin. APS sanggup menyajikan data real time melalui koneksi internet.

    Selama dioperasikan, Microturbine menghasilkan dua hal: tenaga listrik dan panas. Pada generator listrik konvensional banyak limbah, panas limbah yang terbuang percuma. Tapi pada mikroturbin, limbah panas tersebut dimanfaatkan untuk beberapa keperluan. Pertama, Microturbine menjadikan limbah panas sebagai energi untuk memanaskan air serta mempercepat proses pengeringan, seperti pada hotel atau rumah sakit. Kedua, Microturbine memanfaatkan limbah panas sebagai energi untuk mengaktifkan pendingin udara (AC).

    Di situ tampak sekali begitu tinggi keunggulan dan manfaat yang bisa diperoleh masyarakat berupa udara bersih, dan khusus pengelola Microturbine dapat menghemat biaya operasional dengan hasil optimal. Dengan kemampuannya mendaur ulang limbah panas, Microturbine memiliki efisiensi hingga 80%.

    Microturbine sanggup melakukan pembakaran sempurna atas sejumlah gas, termasuk gas metana sampai biogas hasil peternakan. Ini menjadikan Microturbine menjadi teknologi yang sesuai untuk mendukung penggunaan sumber alam yang berkelanjutan dan bersih emisi untuk menghasilkan listrik serta energi panas sekaligus. Dengan demikian, tak perlu lagi menggunakan cara-cara lama, misalnya membakar gas atau membiarkan gas-gas tersebut terbang percuma ke udara. Cara-cara tradisional ini tergolong boros, menciptakan pencemaran, dan ikut memicu perubahan iklim global.

    Sejauh ini, Microturbine sudah digunakan secara luas oleh berbagai kalangan di beberapa belahan dunia. Dari situ, terciptalah para ahli dengan pengalaman yang cukup lengkap yang pada gilirannya siap membagi keahliannya dengan para calon pengelola mikroturbin.

    Teknologi ini sangat sesuai untuk industri yang memanfaatkan listrik dan thermal secara bersamaan seperti industri tekstil , pulp, kertas, hotel, rumah sakit, minyak dan gas, kampus, mal, apartemen, gedung pemerintah dan perkantoran swasta.

    | | MCTAP Bulletin, Vol 01, December 2010See 2

  • Menggantikan mesin diesel dengan Microturbine Cogeneration berarti mengurangi emisi CO2 sebesar 0,281 kg/kWh. Berdasar perhitungan tersebut, maka tiap 1 MW mesin diesel yang bekerja 8.640 jam/tahun yang digantikan dengan Microturbine Cogeneration, maka sama halnya dengan mengurangi emisi CO2 sebesar 4,9 juta kilogram/tahun.

    Microturbine Cogeneration Technology (MCT)Teknologi pembangkit yang lebih efisien, hemat, dan ramah lingkungan

    Menggantikan diesel engine berkapasitas 1.000 kWh (1 MWh) dengan Microturbine (Microturbine Cogeneration technology, MCT) sama dengan menanam pohon rimbun yang sanggup menurunkan kadar emisi CO2, atau setara dengan menanam 411,264 batang pohon tiap tahun.

    Harga Energi MCT

    Fakta Emisi CO2

    Microturbine Cogeneration Menjawab Permasalahan Penghematan Energi dan Pemanasan Global

    1 MW MCT 411,264 pohon tiap tahun

    ~~

    Thermal Utilization

    MT Capacity

    USD / kWH Rp

    Investment Cost

    Fuel Cost

    Maintenance Cost

    Cost of Money

    Total Cost

    Total Cost

    a 1,000 kW1 100 % 1,000 0.013 0.037 0.008 0.008 0.0670 637

    2 80 % 1,000 0.015 0.041 0.009 0.009 0.0744 707

    3 60 % 1,000 0.017 0.046 0.010 0.010 0.0837 795

    4 40 % 1,000 0.019 0.053 0.012 0.012 0.0956 909

    5 20 % 1,000 0.022 0.062 0.014 0.013 0.1115 1,059

    6 0 % 1,000 0.024 0.074 0.017 0.014 0.1292 1,227

    b 200 kW1 100 % 200 0.018 0.037 0.008 0.011 0.0735 698

    2 80 % 200 0.020 0.041 0.009 0.012 0.0817 776

    3 60 % 200 0.022 0.046 0.010 0.013 0.0920 874

    4 40 % 200 0.025 0.053 0.012 0.015 0.1052 1,000

    5 20 % 200 0.030 0.062 0.014 0.018 0.1230 1,168

    6 0 % 200 0.031 0.074 0.017 0.019 0.1403 1,333

    Thermal Utilization

    MT Capacity

    USD / kWH Rp

    Investment Cost

    Fuel Cost

    Maintenance Cost

    Cost of Money

    Total Cost

    Total Cost

    c 65 kW1 100 % 65 0.018 0.031 0.007 0.011 0.0656 623

    2 80 % 65 0.020 0.035 0.008 0.012 0.0745 708

    3 60 % 65 0.023 0.040 0.009 0.014 0.0863 820

    4 40 % 65 0.028 0.048 0.010 0.017 0.1026 974

    5 20 % 65 0.034 0.059 0.013 0.020 0.1263 1,200

    6 0 % 65 0.037 0.077 0.017 0.022 0.1526 1,450

    d 30 kW1 100 % 30 0.022 0.033 0.007 0.013 0.0757 720

    2 80 % 30 0.025 0.038 0.007 0.015 0.0862 819

    3 60 % 30 0.030 0.044 0.009 0.018 0.1000 950

    4 40 % 30 0.035 0.052 0.010 0.021 0.1190 1.130

    5 20 % 30 0.043 0.065 0.013 0.026 0.1470 1.396

    6 0 % 30 0.052 0.085 0.017 0.03`1 0.1837 1.745

    Tabel berikut memperlihatkan Harga Energi MCT (berbahan bakar natural gas) per kWh, dengan aplikasi thermal output yang beragam (0-100%).

    Dari tabel diatas tampak bahwa dengan pengaplikasian thermal 100%, harga energi MCT berada pada kisaran Rp. 623 Rp. 720. Dengan tarif diesel engine (dengan bahan bakar solar) yang mencapai Rp. 1.991/kWh, maka MCT menjadi alternatif penghasil energi yang lebih efisien dan murah.

    | MCTAP Bulletin, Vol 01, December 2010 |See 3

  • Penggunaan Microturbine di Industri Coklat Astor

    Industri coklat terkenal dari Belgia, Astor, menggunakan Microturbine untuk suplai listriknya yang stabil dan kontinyu. Ini untuk memastikan coklat yang diproduksinya tak mengalami gangguan, terutama dalam hal kualitas.

    Industri coklat seperti Astor memang sangat menggantungkan pada suplai listrik sepanjang prosesnya. Listrik memainkan peran sangat vital bagi Astor, terutama dalam proses pembuatan adonan, pendinginan, penyimpanan, yang semuanya harus berlangsung pada suhu yang terlah ditentukan secara ketat. Salah memilih sumber listrik, terutama yang teknologinya sudah usang, akan mengancam kelangsungan produksi dan menurunkan kualitas produk. Dan pada ujungnya, pendapatan perusahaan pun ikut terancam pula.

    Lima unit Microturbine sanggup menyuplai kebutuhan listrik kawasan pabrik seluas sekitar 100 ribu meter persegi, itu sudah termasuk suplai tenaga listrik untuk sistem pendinginan dan pemanasan sekaligus (combined cooling, heating and power, CCHP). Lebih dari 2 juta BTU (British thermal unit) energi panas menghasilkan air panas, pemanas ruangan, serta menggerakkan satu unit absorption chiller berkapasitas 100 TR.

    Air yang dipanaskan oleh Microturbine mengalir menuju absorption chiller berkapasitas 100 ton yang berfungsi memanfaatkan energi panas untuk mengaktifkan sistem pendinginan, baik untuk pendingin ruangan maupun untuk proses akhir produksi coklat.

    Microturbine Bio Gas Kotoran Ternak Pedesaan

    Proyek Microturbine pertama berupa pemasangan dua unit sistem berbahan bakar biogas. Proyek ini berlangsung di Purulia, Bengali Barat, India. Proyek ini mendapat dana bersama dari Pemerintah Pusat India, Pemerintah Provinsi Bengali Barat, USAID, serta Kementerian Energi Amerika Serikat.

    India punya potensi luas bagi pengembangan penyediaan listrik bertenaga gas bio dari kotoran ternak untuk kawasan pedesaan. Microturbine sanggup membakar sempurna beberapa jenis gas, seperti gas metana serta beberapa jenis gas lain yang timbul selama penggalian tanah untuk proses daur ulang, bio gas dari kotoran ternak, serta gas yang timbul di pusat penghancuran sisa-sisa makanan.Dua unit Microturbine di sana masih terus berfungsi untuk menyuplai kebutuhan listrik di kawasan-kawasan pedesaan.

    Suplai Listrik untuk Apartemen Korea Selatan

    Ada 10 unit Microturbine untuk menyuplai listrik serta sistem pemanasan kompleks apartemen seluas 44.520 meter persegi di Korea Selatan. Rangkaian ke-10 Microturbine ini berfungsi untuk menghasilkan kombinasi antara

    suplai listrik serta panas (combined heat and power, CHP) secara efisien.

    Di sini, Microturbine difungsikan untuk mendaur ulang limbah panas yang timbul selama generator diaktifkan.

    Dengan kemampuannya untuk memanfaatkan limbah panas ini, Microturbine ini sanggup menghasilkan efisiensi hingga 80%. Microturbine CHP juga bermanfaat menurunkan emisi gas NOx serta CO2, sebuah keunggulan yang tak dimiliki generator berteknologi tradisional.

    Kami sangat puas dengan performa teknologi ini. Microturbine konegerasi terbukti

    andal dan efisien. Dengan menggunakan Microturbine sebagai sumber listrik, harapan kami untuk menghemat energi dan mengejar pengembangan investasi bisa terpenuhi.

    Ed Walter, President dan CEO Host Hotels & Resort (JW Marriot Hotel).

    Microturbine Cogeneration Menjawab Permasalahan Penghematan Energi dan Pemanasan Global

    | | MCTAP Bulletin, Vol 01, December 2010See 4

  • Awal Kehadiran MCTAP

    MCTAP di awali dengan kekhawatiran akan krisis energi dan tingginya emisi rumah kaca di Indonesia. Dari situlah Microturbine Cogeneration Technology Application Project (MCTAP) ini lahir. Sekitar April 2004, beberapa figur kunci dalam proyek ini melihat adanya keterbatasan sumberdaya listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Keterbatasan ini lantaran tak ada penambahan pembangkit baru dari PLN sebagai akibat dari krisis moneter 1997/1998 lalu. Untuk itulah kami mengkaji semua teknologi pembangkit listrik sendiri (atau onsite power generation) yang mampu beroperasi secara kontinyu dalam jangka yang lama sebagai alternative pengganti penyediaan listrik PLN, berikut penuturan Bhaktianto, salah satu penggagas proyek ini.

    Seiring dengan berjalannya waktu, di tahun yang sama dan setelah mengkaji beberapa model power generator yang ada kami menemukan bahwa Microturbine adalah salah satu alternatif teknologi yg mampu berperan menggantikan penyediaan listrik dari PLN bagi Industri, lanjut pak Bhakti. Microturbine merupakan alternatif pembangkit listrik yang sedikit sekali mengeluarkan emisi gas buang baik CO2, CO maupun NOx. Untuk itulah ia coba mengenalkan Microturbine kepada dunia usaha di Indonesia. Menurutnya, Microturbine tergolong sebagai teknologi yg ramah lingkungan dan emisi yang dikeluarkan di bawah ambang batas yang diperkenankan. Setelah mengetahui akan potensi besar Microturbine untuk bisa diimplementasikan di Indonesia, ia mulai mengatur strategi untuk mencari penyandang dana dari organisasi asing untuk mendemonstrasikan Microturbine di Indonesia.

    Pada saat yang sama pada 2004, tepatnya pada Oktober, Pemerintah Indonesia mulai mencabut subsidi bahan bakar bagi industri. Pada saat itu harga solar diesel meningkat dari Rp 1.800 menjadi Rp 4.800. Dan pada saat yang sama Pemerintah mengajak industri untuk beralih dari pemakaian energi bahan bakar minyak (BBM) untuk berganti dengan energi gas alam. Sehingga saat itu adalah saat yang tepat untuk memperkenalkan teknologi atau peralatan yang menggunakan bahan bakar gas.

    Jadi inisiatif yang kami jalankan ini sesuai dengan kebijakan energi dari Pemerintah pada saat itu dan juga masih berlangsung sampai saat ini, katanya.Kondisi perkembangan power generator untuk industri di Indonesia juga menjadikan dasar untuk mempromosikan Microturbine Cogeneration Technology (MCT) ini. Melihat keterbatasan dan keandalan yang rendah dari suplai listrik di Indonesia, MCT menjadi salah satu alternatif solusi bagi

    MCTAP Ujung Tombak Informasi dan Teknologi Microturbine di Indonesia

    penyediaan energy listrik yang terjangkau bagi industri di Indonesia untuk ukuran di bawah 1MW. Pada saat ini Cogeneration plant sudah banyak di operasikan oleh kalangan bisnis di Indonesia. Mereka kebanyakan menggunakan teknologi gas engine genset atau gas turbine genset. Hampir semua Cogeneration plant tersebut berukuran di atas 1MW. Sedangkan untuk yang di bawah 1MW masih jarang atau mungkin belum ada. Untuk segment di bawah 1 MW inilah yang kondisinya saat ini pasarnya belum tergarap (untapped market).

    Kerjasama BPPT - UNDP

    Dari Energy Guideline oleh UNDP yang diterbitkan pada 2003, pengadaan penyediaan listrik melalui sistem distributed generation atau on-site generation termasuk satu sistem yang direkomendasikan oleh UNDP untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di berbagai belahan dunia. Dan Microturbine termasuk teknologi yang direkomendasikan untuk on-site generation.

    Selain itu kami juga mendapatkan informasi bahwa pada 2002 hingga 2006, Global Environment Facilities (GEF) menempatkan Cogeneration application sebagai salah satu potensi teknologi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi bagi industri.

    Jadi Bhakti pada saat itu berkeyakinan bahwa Microturbine untuk Cogeneration application merupakan teknologi yang paling bisa diterapkan untuk diperkenalkan dan didemonstrasikan di Indonesia dengan pendanaan dari UNDP dan GEF. Teknologi ini merupakan salah satu prioritas UNDP dan GEF dan sumber energi gas alam cukup melimpah di Indonesia (pada saat itu). Penggunaan teknologi ini juga selaras dengan

    | MCTAP Bulletin, Vol 01, December 2010 |See 5

  • dalam berjalannya kegiatan ini. Enam komponen kegiatan MCTAP juga menjadi landasan untuk berjalan dan tercapainya tujuan program. Tujuan utama dari proyek ini adalah pengurangan emisi GHG di Indonesia melalui penerapan Microturbine Cogeneration Technology (MCT). Beberapa keluaran yang ditargetkan dalam lima tahun berjalannya proyek ini adalah:

    Total penurunan emisi gas pemicu efek rumah kaca 1. (greenhouse gases, GHG) sebesar 1,528 juta ton CO2 dengan memasang teknologi Microturbine Cogeneration (MCT) di sektor-sektor industri, komersial, dan energi (ICE).Total penghematan energi sebesar 3,2 juta BOE (2. barrel oil equivalent) di sector-sektor ICE dengan memasang MCT.Total pemasangan fasilitas MCT hingga 200 MW.3. Penghematan biaya sebesar 25% dari pemasangan MCT.4.

    Di tahun pertama berjalannya proyek, isu tentang teknis operasi dari teknologi menjadi sangat krusial, mengingat ini adalah teknologi yang sangat baru di Indonesia. Untuk meningkatkan kapasitas tim MCTAP dalam penguasaan teknologi ini, proyek mengirimkan

    beberapa personelnya mengikuti pelatihan MCT di Singapura dan Amerika Serikat. Tim berkesempatan meninjau langsung

    penggunaan MCT ini di Amerika.

    Demonstration unit MCT menjadi target yang cukup ambisius di awal tahun berjalannya project. MCTAP membeli lima unit MCT tiga di antaranya berkapasitas 30kW, dan dua lainnya 65kW dari distributornya di Amerika. Pada September 2009 kelima Microturbine ini telah masuk gudang B2TE di Serpong, Provinsi Banten. Proses pencarian project proponent yang berminat untuk penempatan MCT ini berjalan dari awal proyek sampai dengan akhir 2009, dan masih terus berjalan sampai semester pertama 2010.Investasi awal untuk pemasangan alat ini yang cukup besar, dan itu

    MCTAP Ujung Tombak Informasi dan Teknologi Microturbine di Indonesia

    Skema dan Metodologi MCTAP

    Microturbine Cogeneration Technology Application Project

    Development of MCT Sustainable Application

    Widespread Application of MCT

    Reduce CHG Emission

    Reduction of MCT Initial Cost

    Widespread Information of Coast Effectiveness of MCT

    Technology Assestment and MCT Application Development

    Policy and Institutional Support

    MCT Demonstration

    & Market Development

    MCT Promotion Activities

    Technical Support for

    MCT Financing

    Technical Support for Local MCT Industry

    kebijakan energi negara Indonesia untuk meningkatkankan penggunaan energi gas yang lebih ramah lingkungan sebagai pengganti energi bahan bakar minyak.

    Untuk menjalankan ini, butuh kerjasama dengan pemerintah Indonesia sebagai stakeholder. Sesuai dengan isu yang akan diangkat tentang efisiensi energi dan lingkungan, lembaga pemerintah yang paling tepat untuk menjadi partner UNDP kali ini adalah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi Energi (B2TE).

    Pada akhir 2007 berlangsung United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Bali. Pada sat itu, embrio MCTAP berkesempatan ikut ambil bagian dalam kegiatan ini, dan mendapatkan perhatian yang cukup dari peserta kongres. Dalam proses pra berjalannya project, penggagas MCTAP juga melakukan beberapa seminar dan workshop untuk mulai mengkomunikasikan teknologi ini. Beberapa follow-up pada industri yang ditargetkan juga dilakukan untuk mengawali penyebaran informasi tentang tecknologi ini.

    MCTAP Kick Off

    Pada April 2009, bertempat di Hotel JW Marriot Surabaya, seiring berjalannya inception meeting MCTAP, MCTAP ini resmi berjalan. Administrasi proyek disusun. Prosedur operasi standar (SOP), alur kerja, brainstorming pembagian tugas menjadi prioritas selama beberapa pekan di awal berjalannya proyek. Rencana kerja dan kegiatan dalam setahun yang dijabarkan dalam MCTAP project planning matrix, menjadi acuan

    | | MCTAP Bulletin, Vol 01, December 2010See 6

  • Cogeneration jelas Royhan Setiawan, salah satu konsultan di MCTAP. Hal ini cukup menjadi tantangan bagi kami untuk dapat mencapai sasaran promosi yang tepat, lanjutnya. Dari hasil promosi dan penyebaran informasi MCTAP, lebih dari 400 industri yang ditargetkan telah diperkenalkan pada teknologi ini.

    Pergantian manajemen

    Pada pertengahan 2010, BPPT sebagai partner proyek ini dari pihak pemerintah melakukan rotasi rutin di beberapa posisi dan jabatan, baik yang di pusat maupun di balai - balainya. Hal ini berimbas pada pergantian beberapa key person di MCTAP. Dr. M.A.M Oktaufik sebagai KaB2TE digantikan oleh Dr. Ir. Soni Solistia Wirawan, M.Eng. Jabatan National Project Director (NPD) yang secara ex officio melekat pada Kepala Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) secara otomatis berpindah tangan juga. Pak Oktaufik sendiri dipromosikan sebagai Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Energi di BPPT.

    Pergantian juga terjadi di posisi Deputy National Project Director II (DNPD II) MCTAP. Ir. Andhika Prastawa, MSEE sebagai DNPD II digantikan oleh Dr. Edi Hilmawan. Andhika sendiri dipromosikan sebagai Direktur Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi di BPPT. Transfer knowledge dan kondisi terakhir MCTAP dari Oktaufik dan Andhika ke Soni Sulistia Wirawan dan Edi Hilmawan, berjalan cukup baik dan tidak terlalu banyak berpengaruh pada laju proyek, hal ini dikarenakan para personel pengganti juga sudah cukup lama terlibat di dalam proyek.

    menjadi tantangan yang sangat nyata bagi tersebarnya aplikasi MCT. Untuk menyelesaikan tantangan ini, MCTAP melakukan pendekatan pada institusi finansial (bank maupun leasing company) untuk memberikan peluang kredit pada industri yang akan mengaplikasikan MCT di Indonesia. Kegiatan seminar dan roadshow untuk institusi finansial telah dilakukan dan investasi untuk energi efisiensi menjadi peluang yang cukup terbuka bagi mereka.

    Isu renewable energy, penyebarannya sudah lebih terserap bila dibanding dengan isu energi efisiensi. Itulah mengapa capacity building bagi industri, terutama institusi finansial, menjadi cukup krusial untuk dapat menghasilkan skema pendanaan yang mendukungnya. Mulai dari industri, bank/leasing company dan MCTAP harus memiliki satu visi sesuai kepentingan masing-masing, jelas Eko Adji Buwono, Lead Consultant MCTAP. Dan inilah salah satu tantangan terberat untuk berjalannya project ini, tambahnya.

    Kegiatan promosi dan pengenalan teknologi ini ke masyarakat industri berjalan melalui beberapa agenda, antara lain roadshow, event, exhibition dan sharing MCTAP database. Dalam satu setengah tahun berjalannya MCTAP telah melakukan lima kali roadshow. Itu di antaranya berlangsung di Cikarang, Karawaci, Surabaya, Batam dan Palembang. Tim juga turut serta dalam event dan exhibition baik nasional maupun internasional. Segmen yang akan dituju oleh MCTAP sangat segmented, yaitu adalah tersedianya bahan bakar yaitu natural gas, memiliki komitmen yang kuat terhadap green issues dan mendukung energi efisiensi, seperti pengaplikasian sistem

    MCTAP Ujung Tombak Informasi dan Teknologi Microturbine di Indonesia

    | MCTAP Bulletin, Vol 01, December 2010 |See 7

  • Tantangan dan hambatan

    Tantangan terberat adalah harga investasi awal MCT yang lebih mahal di bandingkan dengan sistem lain seperti gas engine system. Dan ini sudah di sadari oleh tim MCTAP sebelum proyek dimulai. Selama ini MCT selalu diperbandingkan dengan gas engine system yang ukuran satu unit nya diatas 1MW, dan harga per unit kW-nya juga lebih murah.

    Tapi potensi MCT masih terbuka. Jika dikaji lebih dalam lagi dengan menghitung biaya investasi, biaya perawatan dan biaya operasional, MCT sama kompetitifnya atau mungkin lebih kompetitif kalau industri butuh suplai listrik dan panas secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan beroperasi 24 jam x 7 hari.

    Kami mendapat informasi dari salah satu pemakai gas engine genset yang dioperasikan 24 x 7 yang menelan biaya operational plus biaya perawatan Rp 600 sampai Rp 700 per kWh. Itu belum termasuk biaya bahan bakar dan depresiasi mesin. Dari studi kasus tentang MCT di berbagai negara di dunia, biaya operasi dan perawatan MCT sekitar 180 rupiah/ per kWh.

    Kebijakan eksternal proyek menjadi isu yang sangat serius dalam menghambat laju proyek. Terutama yang berhubungan dengan berkurangnya supply gas di Indonesia. Di beberapa lokasi potensial penyebaran MCT, kekurangan ini membuat industri harus berpikir ulang untuk pengaplikasian MCT.

    Tim melakukan diskusi dengan pemerintah untuk dapat memprioritaskan penambahan quota gas pada teknologi ramah lingkungan, salah satunya adalah MCT. Proses dan isu ini masih terus berjalan sampai sekarang dan menjadi isu utama yang cukup menghambat tercapainya target proyek.

    MCTAP Sebagai Sumber Informasi dan Komunikasi Microturbine Di Indonesia

    Secara umum satu setengah tahun MCTAP berjalan pada arah yang diharapkan. Keenam komponen aktivitas yang ada berjalan cepat sesuai targetnya. Pada akhir 2010 ini akan diaplikasikan MCT pertama di Indonesia pada sebuah industri di Kabupaten Bogor. Orang Indonesia yang bersertifikat untuk instalasi mikroturbin, telah dimunculkan oleh proyek. Analisis teknologi dan proses MCT dengan bermacam-macam pengaplikasian thermal output juga telah dilakukan dan disebarkan ke industri yang ditargetkan.

    Proses promosi dan penyebaran database MCT berjalan cepat dan cukup tepat. Bahkan peminatan industri dalam pengaplikasian MCT meningkat cukup pesat. Beberapa industri yang sadar akan arti penting energi efisiensi telah menyatakan kesungguhannya untuk mengaplikasikan MCT. Dalam pendukungan pendanaan, skema dan model kerjasama antara industri, instansi keuangan dan MCTAP telah digodok dan disiapkan untuk diaplikasikan.

    Perlu diingat bahwa kami membawa teknologi yang awalnya hanya pernah didengar, berubah menjadi realita di Indonesia. Awalnya hanya dirasakan menjadi kenyataan. Mempromosikan dan mengaplikasikan teknologi yang benar-benar baru di Indonesia. Melihat progress yang ada sekarang, dalam satu setengah tahun berjalannya proyek ini, apa yang telah dihasilkan sekarang merupakan sebuah prestasi. Tim MCTAP akan selalu berjalan dalam rel yang telah ditentukan, sampai target proyek penurunan emisi GHG di Indonesia tercapai. Dan kami akan selalu menjadi ujung tombak informasi dan komunikasi teknologi Microturbine di Indonesia, kata Eko Adji Buwono.

    MCTAP Ujung Tombak Informasi dan Teknologi Microturbine di Indonesia

    | | MCTAP Bulletin, Vol 01, December 2010See 8

  • Sebagai pendatang baru dalam jajaran teknologi pembangkit listrik di Indonesia, Microturbine memiliki peluang besar untuk diaplikasikan di Tanah Air. Ada beberapa kebijakan yang ada pada pembangkit listrik berbahan bakar gas ini. Pertama, kebutuhan listrik nasional yang terus meningkat. Kedua, faktor hemat energi, hemat perawatan, dan ramah lingkungan

    yang merupakan kelebihan teknologi Microturbine untuk yang menjadi daya tarik bagi para pelaku usaha. Berikut petikan wawancara seputar keunggulan Microturbine serta sekilas tentang proyek MCTAP dengan Soni S Wirawan, National Project Director (NPD) MCTAP yang terselenggara melalui kerjasama antara B2TE BPPT dengan UNDP.

    Microturbine merupakan pemain baru di Indonesia. Bagaimana Anda melihat peluang di pasar penyedia tenaga listrik di Tanah Air?

    Peluangnya harusnya cukup besar, karena keperluan EBT sedang giat-giatnya. Ini termasuk yang sampai sekarang kami mengkaji potensi bagi mikroturbon untuk bisa diterima di Indonesia. Ini berkaitan dengan target kami untuk mencapai target 200 MW. Agar bisa sampai ke arah itu, kami mesti menyusun kajiannya. Itu berarti pula bahwa kami harus punya perencanaan untuk menggapai target tersebut. Bahkan untuk Microturbine yang sekarang kami miliki, kami harus siapkan skema di mana menyimpannya, dan jika Microturbine ini nantinya sudah terpasang, kami harus siapkan dari sekarang bagaimana jalur suplai gasnya sebagai bahan bakar.

    Apa salah satu kiat agar Microturbine bisa diterima oleh pasar di Indonesia?

    Itu sekarang menjadi tugas kami, yakni bagaimana agar Microturbine yang dipasarkan d Indonesia nanti bisa mengadopsi konten lokal. Masuknya konten lokal ke teknologi Microturbine memiliki beberapa manfaat. Pertama, harga

    pembelian Microturbine akan kian terjangkau. Kedua, konten lokal juga ikut mendorong ekonomi dan teknologi di Tanah Air yang mengacu pada kegiatan yang hemat energi dan rendah emisi. Untuk menentukan seberapa konten lokal yang bisa masuk ke produk Microturbine ini, kami juga harus siapkan target dan perencanaannya. Karena itu, secara internal, antara tim konsultan dan B2TE mesti lebih harmonis dan lebih kompak untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik yang praktis, murah, dan ramah lingkungan. Kami juga perlu meyakinkan investor bahwa Microturbine benar-benar memberikan peluang bisnis yang menarik. Ini semua merupakan tantangan bagi kami.

    Secara umum bagaimana Bapak melihat jalannya MCTAP ini?

    Saya rasa MCTAP adalah sebuah proyek yang cukup bagus, khususnya dalam rangka energi efisiensi dan penurunan emisi CO2. Ini sejalan dengan arahan Presiden mengenai penurunan 26% emisi CO2. Ini tentunya menimbulkan efek domino, ada rentetan manfaatnya nanti. Di sisi lain, MCTAP pun memiliki target yang besar untuk menurunkan 1,5 juta ton CO2 dan memasang 200 MW Microturbine Cogeneration. Dengan rata-rata satu unit Microturbine berkapasitas antara 30 kW sampai 1 MW, maka pemasangan 200 MW yang kami inginkan itu merupakan target yang cukup berarti.

    Bagaimana Anda melihat kerjasama BPPT dengan UNDP dalam proyek MCTAP?

    Cukup bagus, sudah berjalan baik. Adminstrasi tertib sesuai prosedur yang berlaku. Sisi teknis memang menjadi tantangan untuk dikerjakan, di antaranya koordinasi kerja internal antara tim B2TE dan konsultan serta eksternal antara Tim MCTAP dengan potensial proponent, PGN, maupun semua isntansi pendukung. Komumikasi yang baik dan harmonis nisaya akan membuat proyek ini makin baik dan lancar. Capaian ini harus kita pertahankan dan kita tingkatkan.

    Soni S Wirawan, National Project Director (NPD) MCTAP:

    Profil

    Besar, Peluang Microturbine di Indonesia

    | MCTAP Bulletin, Vol 01, December 2010 |See 9

  • Oleh : Dr. Edi Hilmawan Kepala Bidang Konservasi Energi, Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi, BPPT

    Kebutuhan energi di masyarakat kian meningkat. Akibatnya, kebutuhan untuk melakukan penghematan energi makin mendesak pula. Setidaknya ada beberapa alasan yang mendorong untuk melakukan penghematan energi. Pertama, karena semakin berkurangnya produksi minyak nasional. Tercatat bahwa sejak 2003 Indonesia tak lagi menjadi negara eksportir minyak,

    bahkan berbalik menjadi negara pengimpor minyak. Dari total kebutuhan minyak nasional sekitar 450 juta barel minyak per tahun, 318 juta barel diimpor dari luar negeri baik dalam bentuk minyak mentah maupun bahan bakar minyak. Produksi minyak nasional yang hanya 357 juta barel per tahun atau sekitar 992 ribu per hari tak lagi mampu mengejar kebutuhan nasional yang tumbuh 4,8 % per tahunnya (KESDM, 2009).

    Alasan kedua adalah terbatasnya cadangan minyak. Dengan total cadangan minyak nasional 8,2 milyar barel, dibanding tingkat produksi minyak saat ini, dan tanpa penemuan cadangan baru, maka cadangan minyak kita hanya dapat bertahan 20 tahun lagi (KESDM, 2009). Selain itu sejak 2002 penemuan cadangan minyak baru terus menurun secara significant, dan hanya mencapai sekitar 25% dari 2002. Di sisi lain, ekonomi yang makin tumbuh ke depan membutuhkan pasokan energi lebih besar lagi. Tingkat elastisitas energi nasional yang masih berkisar 1,8 sampai 2,1 mengisyaratkan ketergantungan tinggi pertumbuhan ekonomi kita terhadap energi. Tingginya elastisitas energi juga menunjukkan bahwa penggunaan energi kita masih boros. Ini yang menjadi alasan berikutnya kenapa kita wajib melakukan penghematan energi.

    Rasio penggunaan energi terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) kita masih jauh lebih tinggi dibanding Jepang ataupun negara-negara maju lain. Itu bahkan masih lebih tinggi dibanding negara tetangga seperti Malaysia atau Thailand. Ini mengindikasikan bahwa pengelolaan energi di negara ini masih jauh dari efisien. Dan oleh karena itu upaya-upaya untuk lebih mengefisienkan penggunaan energi perlu didorong lebih maju dan disebarluaskan ke masyarakat.

    Teknologi Cogeneration

    Di antara sejumlah teknologi yang mampu mengefisienkan penggunaan energi adalah teknologi Cogeneration (Cogeneration technology). Teknologi Cogeneration, atau sering

    Teknologi Cogeneration, Apa Itu?juga disebut dengan pembangkit kombinasi panas dan daya (combined heat and power generation), adalah sistem termal yang mampu membangkitkan listrik dan termal secara simultan dari satu pembangkit listrik.

    Pembangkit listrik konvensional, umumnya mampu mengkonversi energi dari bahan bakar yang dikonsumsinya menjadi listrik dengan efisiensi sekitar 30 sampai 40% saja. Dengan kata lain, ada sekitar 60 hingga 70% panas yang hilang dari proses konversi tersebut. Panas yang terbuang buang ini merupakan kerugian karena inefficiency dari proses pembakaran, panas buang melalui proses radiasi dan konveksi dari dinding peralatan, sampai panas buang yang terbawa gas panas hasil pembakaran yang bisa mencapai 50-60% dari total energi yang dibakar.

    Teknologi Cogeneration pada prinsipnya adalah mendaur ulang panas buang tersebut untuk kemudian dimanfaatkan kembali sebagai produk samping. Yakni berupa panas selain dari listrik yang merupakan produk utama dari proses konversi pada sistem pembangkit listrik. Dengan cara ini maka efisiensi pemanfaatan energi dari peralatan dapat ditingkatkan hingga mencapai 80-85%.

    Steam Panas

    AC

    Air Panas

    Cahaya

    Motor

    Mikroturbin

    Output Thermal

    Electric

    65 kW

    65 kW

    65 kW~~

    Peningkatan efisiensi ini dengan sendirinya berdampak pada pengurangan emisi CO2 dari sistem pembangkit Cogeneration yang terpasang. Diperkirakan sebuah sistem Cogeneration dapat mengurangi emisi CO2 sekitar 25% dibanding sistem konvensional yang menggunakan bahan bakar yang sama. Pengurangan CO2 akan jauh lebih besar apabila dipasang menggantikan sistem yang berbahan bakar batubara menjadi sistem berbahan bakar gas yang rendah emisi.

    10 | | MCTAP Bulletin, Vol 01, December 2010See

  • Teknologi Cogeneration, Apa Itu?

    Macam-macam Tipe Cogeneration

    Secara umum sistem Cogeneration dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu: topping cycle (siklus atas) dan bottoming cycle (Siklus Bawah). Pembagian ini berdasar pada urutan pemanfaatan energinya. Pada topping cycle, konversi energi dilakukan untuk menghasilkan listrik (power/work) lebih dulu, sebelum sisa energinya digunakan untuk menghasilkan panas (thermal). Sebaliknya pada bottoming cycle, panas dihasilkan terlebih dahulu sebelum memproduksi listrik.

    Topping Cycle Bottoming Cycle

    Heat Source

    Heat Sink

    W

    Q

    Heat Source

    Heat Sink

    W

    Q

    Peningkatan efisiensi ini tentu saja berdampak pada keuntungan secara ekonomis. Keuntungan pemanfaatan teknologi Cogeneration ini secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai berikut. Jika misalnya pada suatu fasilitas membutuhkan listrik 1.000 kWh yang diperoleh dengan mengkonsumsi minyak sejumlah 270 liter bahan bakar minyak (BBM) dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dan untuk menghasilkan air panas 1.000 kWh (sekitar 860 ribu kkal) digunakan boiler yang mengkonsumsi 120 liter BBM.

    Maka dengan menggunakan teknologi Cogeneration, untuk memproduksi listrik dan air panas dengan jumlah yang sama, hanya cukup dibutuhkan sekitar 300 liter BBM saja. Atau dengan kata lain ada penghematan sebesar 90 liter atau sekitar 23% dari kebutuhan BBM dibanding sistem konvensional. Jika sistem Cogeneration yang dipasang memanfaatkan bahan bakar yang lebih murah, seperti bahan bakar gas, maka keuntungan yang diperoleh akan jauh lebih besar.

    Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar Pembangkit Konvensional dengan Pembangkit Cogeneration

    Mikroturbin

    1000 kwh

    300 lt bbm

    860.000 kkal

    Pembangkit konvensional

    Pembangkit Cogeneration

    120 lt bbm

    270 lt bbm 1000 kwh

    860.000 kkal

    Pembangkit Listrik

    Boiler

    Secara umum, pemanfaatan sistem topping cycle jauh lebih banyak dibanding sistem bottoming cycle. Contoh-contoh sistem topping cycle, antara lain :

    a. Steam Turbine Topping Cycle: Sistem ini memanfaatkan uap sebagai penggerak turbine generator. Sebagian uap diekstraksi untuk memproduksi panas sesuai kebutuhan.

    boiler

    steam cycle

    turbine

    extraction

    generator electrical energy

    condenser

    heat

    11| MCTAP Bulletin, Vol 01, December 2010 |See

  • Teknologi Cogeneration, Apa Itu?

    Pembangkit Cogeneration sebagai solusi

    Aplikasi Cogeneration pada sistem pembangkit listrik merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar melalui pembangkitan listrik dan termal secara simultan. Aplikasi lebih lanjut dari sistem Cogeneration adalah melalui penerapan mesin pendingin, sehingga tidak hanya mampu menyuplai listrik dan termal, akan tetapi juga pendingin yang banyak dibutuhkan terutama untuk gedung-gedung perkantoran.

    Dengan kecenderungan ke depan yang menuntut sistem pembangkit skala kecil tersebar, sistem Cogeneration merupakan salah satu pilihan teknologi yang patut didorong penyebarluasannya karena tidak hanya mampu menghemat energi namun juga menurunkan tingkat emisi CO2.

    Trigenerasi

    Siklus Kombinasi

    Siklus kombinasi atau combined cycle adalah pengembangan lebih lanjut dari sistem Cogeneration, dimana sebagian panas yang didaur ulang masih dapat dimanfaatkan lagi untuk penggerak turbin uap dan menghasilkan listrik tambahan. Siklus kombinasi dipakai untuk meningkatkan efisiensi pembangkit-pembangkit listrik hingga mencapai 50% atau bahkan lebih. Kombinasi yang sering dipakai adalah antara gas turbine dan steam turbine.

    Trigenerasi atau combined cooling, heat and power (CCHP) merupakan aplikasi Cogeneration yang lebih kompleks. Panas buang yang didaur ulang dimanfaatkan untuk menggerakkan mesin pendingin yang beroperasi dengan memanfaatkan panas sebagai sumber penggerak

    (sistem regenerasi). Dengan kombinasi ini, maka diperoleh trigenerasi, yang menghasilkan listrik, panas dan pendinginan sekaligus. Melalui sistem ini, selain menghemat penggunaan bahan bakar konsumsi listrik untuk sistem pendingin juga dapat dihemat.

    exhaust heat boiler

    steam cycle

    turbine

    turbine

    generator

    generator

    electrical energy

    electrical energy

    condenser

    b. Gas Turbine Topping Cycle: Sistem ini memanfaatkan gas turbin sebagai pembangkit listrik. Gas buang keluaran dari turbin dilewatkan penukar panas untuk diambil panasnya.

    c. Jacket Cooling Water Topping System:

    Sistem ini menggunakan mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) sebagai pembangkit listrik, sedangkan panas diambil dari hasil pendinginan mesin oleh jacket cooling water selain dari gas buang keluaran dari mesin.

    12 | | MCTAP Bulletin, Vol 01, December 2010See

  • Tiap batang pohon yang rimbun sanggup menyerap 13 kg karbon tiap tahun, atau sekitar 4,5 ton per ha tiap tahun. Jumlah CO2 yang diserap tiap tahun oleh beberapa batang pohon di areal seluas 1 ha sama dengan emisi CO2 dari mobil yang berjalan sejauh 41.800 Kilometer.

    Diesel engine berkapasitas 1.000 kW (1 MW) yang beroperasi selama 1 jam yang digantikan oleh Microturbine Cogeneration Technology (MCT) equivalen dengan menanam 48 pohon rimbun yang sanggup menurunkan kadar emisi CO2, atau sama dengan menanam 411.264 batang pohon tiap tahun.

    13 kg CO2 pertahun

    4.5 tonCO2 /ha pertahun

    Sebuah mobil yang menempuh perjalanan 41.800 kilometermengeluarkan 4.5 ton CO2.

    Satu hektar pepohonan dapat menyerap 4.5 tonCO2 pertahun.

    Sebatang pohon dewasa menyerap 13 kg

    CO2 pertahun

    1 MW MCTMesin Diesel 1 MW 411.264 pohon pertahun

    ~~13| MCTAP Bulletin, Vol 01, December 2010 |See

    Green Facts, Tahukah Anda?

  • | | MCTAP Bulletin, Vol 01, December 2010See

    Kami Mengucapkan Terimakasih dan Penghargaan kepada:

    Ir. Andhika Prastawa, MSEE

    Untuk kotribusi dan kerjasamanya sebagai Deputy National Project Director-II (DNPD-II) MCTAP dalam satu setengah tahun pertama berjalannya project ini.

    AGENDA

    Kami Mengucapkan Terimakasih dan Penghargaan Sebesar-besarnya, kepada:

    Dr. MAM Oktaufik

    Atas kepemimpinannya selama menjadi National Project Director (NPD) dalam satu setengah tahun pertama berjalannya project ini.

    Serta selamat atas diangkatnya sebagai Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Energi, BPPT.

    Selamat bertugas

    Dr. Edi HilmawanDeputy National Project Director II (DNPD-II) MCTAP.

    Selamat bergabung, dan mari berjuang bersama

    Dr. Ir. Soni Solistia Wirawan, M. EngNational Project Director (NPD) MCTAP.

    Instalasi MCT Pertama di Bogor - Indonesia November 2010Board Management Meeting MCTAP December 2010Training sertifikasi untuk operator MCT Indonesia di USA 2011MCTAP Roadshow Jakarta 2011MCTAP Roadshow Medan 2011MCTAP Roadshow Banten 2011

    14