mau ngedit

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, berbagai macam penyakit infeksi muncul dan semakin mengkhawatirkan masyarakat, baik penyakit yang disebabkan oleh virus maupun bakteri. Seperti kita ketahui, Indonesia adalah negara tropis dengan suhu rata-rata 24 o C- 29 o C (Tempo Nasional 19 Juni 2010). Hal ini sangat mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan berbagai jenis bakteri. Sebagai penanganan dari kasus yang disebabkan oleh bakteri, sering kali digunakan antibiotik. Sebenarnya antibiotik membunuh semua mikroba yang berada dalam tubuh kita, padahal tidak semua mikroba dalam tubuh kita merugikan tubuh. Dengan terbunuhnya mikroba bermanfaat dalam tubuh kita, justru akan mengganggu metabolisme tubuh. Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Alinea: ada permasalahan apa dengan antibiotik sehingga perlu memanfaatkan tanaman khususnya buah pepaya Pepaya merupakan tanaman tropis yang mudah ditemukan dan mudah tumbuh di sejumlah daerah di Indonesia. Selama ini masyarakat memanfaatkan getah buah pepaya untuk melunakkan daging, menghaluskan kulit yang pecah-pecah, ada pula yang memanfaatkannya dalam industri penyamakan kulit, bahan

Transcript of mau ngedit

Page 1: mau ngedit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, berbagai macam penyakit infeksi muncul dan semakin

mengkhawatirkan masyarakat, baik penyakit yang disebabkan oleh virus maupun bakteri.

Seperti kita ketahui, Indonesia adalah negara tropis dengan suhu rata-rata 24oC-29oC

(Tempo Nasional 19 Juni 2010). Hal ini sangat mendukung bagi pertumbuhan dan

perkembangan berbagai jenis bakteri.

Sebagai penanganan dari kasus yang disebabkan oleh bakteri, sering kali

digunakan antibiotik. Sebenarnya antibiotik membunuh semua mikroba yang berada

dalam tubuh kita, padahal tidak semua mikroba dalam tubuh kita merugikan tubuh.

Dengan terbunuhnya mikroba bermanfaat dalam tubuh kita, justru akan mengganggu

metabolisme tubuh. Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau

bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang

merugikan.

Alinea: ada permasalahan apa dengan antibiotik sehingga perlu memanfaatkan

tanaman khususnya buah pepaya

Pepaya merupakan tanaman tropis yang mudah ditemukan dan mudah tumbuh di

sejumlah daerah di Indonesia. Selama ini masyarakat memanfaatkan getah buah pepaya

untuk melunakkan daging, menghaluskan kulit yang pecah-pecah, ada pula yang

memanfaatkannya dalam industri penyamakan kulit, bahan pencuci lensa, obat gangguan

pencernaan, dispesia, obat cacing, krim, pembersih kulit muka, bahan pembuat pasta gigi.

Dalam industri makanan getah buah pepaya digunakan untuk bahan perenyah pada

pembuatan kue kering seperti cracker, bahan penggumpal susu dalam pembuatan keju,

bahan pelarut glatin, bahan pemberi tekstur pada roti dan keju, bahan pengental dan

stabilizer pada minuman sari buah, bahan pokok pembuatan jeli, selai, dan marmalade.

Dalam industri farmasi getah pepaya dimanfaatkan sebagai emulsifier bagi preparat cair

dan sirup, obat diare pada anak-anak, obat penawar racun logam, bahan penurun daya

racun dan meningkatkan daya larut obat sulfa, memperpanjang kerja hormon dan

Page 2: mau ngedit

antibiotika, bahan pelapis perban (pembalut luka) guna menyerap kotoran dan jaringan

yang rusak serta bahan kosmetik, oral atau injeksi untuk mencegah pendarahan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan kajian ilimiah atau

penelitian tentang kemampuan getah buah pepaya sebagai agen antibakteri dan zat apa

saja yang terkandung dalam getah buah pepaya yang kemungkinan berperan aktif sebagai

agen antibakteri.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui potensi antibakteri dari getah buah pepaya terhadap E. coli dan S. aureus.

2. Mengetahui secara kualitatif senyawa-senyawa yang terkandung dalam getah pepaya.

Page 3: mau ngedit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Antibakteri

Mikroorganisme dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi

dan menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk

kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan

bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan (pustaka?).

Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri di antaranya yaitu menghambat

sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri,

menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan

protein(pustaka?) .

a. Penghambatan sintesis dinding sel bakteri

Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor sel

(beberapa diantaranya adalah enzim transpeptida). Kemudian dilanjutkan dengan

reaksi transpeptidase dan sintesis peptidoglikan terhambat. Mekanisme diakhiri

dengan pembuangan atau penghentian aktivitas penghambat enzim autolisis pada

dinding sel. Pada lingkungan yang isotonis lisis terjadi pada lingkungan yang jelas

hipertonik, mikrob berubah menjadi protoplas atau sferoflas yang hanya tertutup oleh

selaput sel yang rapuh. Sebagai contoh antibakteri dengan mekanisme kerja diatas

adalah penicilin, sefalosporin, vankomisin, basitrasin, sikloserin, dan ampisilin.

b. Penghambatan Keutuhan Permeabilitas Dinding Sel Bakteri

Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma yang bekerja

sebagai penghalang dengan permeabilitas selektif, melakukan fugsi pengangkutan

aktif sehingga dapat mengendalikan susunan sel. Bila integritas fungsi selaput

sitoplasma terganggu misalnya oleh zat bersifat surfaktan sehinga permeabilitas

dinding sel berubah atau bahkan menjadi rusak, maka komponen penting, seperti

protein, asam nukleat, nukleotida, dan lain-lain keluar dari sel dan sel berangsur-

angsur mati. Amfoterisin B, kolistin, poimiksin, imidazol, dan polien menunjukkan

mekanisme karja tersebut.

Page 4: mau ngedit

c. Penghambatan sintesis Protein Sel Bakteri

Umumnya senyawa penghambat ini akan menyebabkan Staphylococcus

aureus salah membaca kode pada mRNA oleh tRNA (hambatan translasi dan

transkripsi bahan genetik). Kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin, dan

aminoglikosida juga bersifat menghambat sintesis protein sel bakteri.

d. Penghambatan Sintesis Protein Sel Bakteri

Senyawa antibakteri yang bekerja dengan senyawa ini, diharapkan mempunyai

selektifitas yang tinggi, sehingga hanya sintesis asam nukleat bakteri saja yang

dihambat. Umumya senyawa penghambat akan berikatan dengan enzim atau salah

satu komponen yang berperan dalam tahapan sintesis, sehingga akhirnya reaksi akan

terhenti karena tidak ada substrat yang direaksikan dan asam nukleat tidak dapat

terbentuk. (Wikipedia)

2.2 Tanaman Pepaya

Kedudukan tanaman pepaya dalam seistematika klasifikasi adalah sebagai

berikut (Van Steenis, 2002):

Devisio : Spermatophyta

Sub devisio : Angiospermae

Klassis : Dicotyledonae

Ordo : Cistales

Familia : Caricacecae

Genus : Carica

Species : Carica papaya L.

Tanaman pepaya memiliki morfologi batang yang tingginya antara 5-10 meter

dan tidak bercabang atau memiliki sedikit cabang. Batang tanaman pepaya juga tidak

memiliki kayu. Daunnya berkumpul di bagian ujung batang dengan tangkai yang

panjang dan berongga, berbentuk menjari lima, dan memiliki dudukan tangkai spiral.

Pepaya memiliki sistem perakaran tunggan yang sangat kuat untuk menopang

batangnya yang dapat tumbuh tinggi. Tanaman pepaya tergolong tanaman

monodioecious, yaitu tanaman yang jenis kelaminnya bisa jantan, betina, atau banci

(hermafrodit). Bunga jantan pada tandan dan bertangkai panjang, kelopak sangat

kecil, mahkota bunga berbentuk terompet. Bunga betina kebanyakan berdiri daun

mahkota lepas atau hampir lepas, berwarna putih kekuning-kuningan.Pada tanaman

HP Mini, 12/29/10,
Cek lagi cara penulisan pustakan dalam sitiran kalimat dengan sumberinternet
Page 5: mau ngedit

jantan bisa saja berbuah, tetapi karena adanya proses partenokarpi akibat daerah yang

sangat subur sehingga tanaman pepaya mendapatkan nutrisi secara berlebihan. Pada

tanaman betina, buah berbentuk bulat dan lebih kecil. Sedangkan pada tanaman banci,

buah berbentuk lonjong besar dan berjumlah banyak. Biji tanaman pepaya berbentuk

bulat keriput, berwarna coklat tua kehitaman, dengan selaput yang berlendir untuk

menjaga biji tetap lembab (pustaka).

Selama ini getah dari buah pepaya biasa dimanfaatkan oleh masyarakat luas

sebagai obat luka bakar, gatal-gatal pada kulit, penghalus kulit yang pecah-pecah atau

mengalami penebalan sel-sel kulit, pelunak daging, penggunaan pada industri

penyamakan kulit, dan lain sebagainya (pustaka?).

2.3 Bakteri Eschericia coli

Bakteri ini pertama kali diidentifikasi oleh seorang dokter hewan asal Jerman,

Theodore Escherich, dalam studinya mengenai sistem pencernaan pada bayi hewan.

E.coli merupakan bakteri gram negatif, bersifat anaerob fakultatif, dan tidak

mengasilkan spora. Bakteri ini tumbuh optimal pada suhu 37o C atau pada suhu

normal tubuh manusia, dan pada media yang mengandung cukup pepton sebagai

sumber karbon dan nitrogen utuk bertahan hidup. E.coli merupakan bakteri yang biasa

hidup dalam tubuh manusia, khususnya di kolon, namun sering kali menyebabkan

infeksi.

Klasifikasi E.coli (Migula, 1895; Castellani dan Chalmes, 1919)

Superdomain : Phylogenetica

Filum : Proterobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Species : Escherichia Coli

2.4 Bakteri Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen

Page 6: mau ngedit

kuning, bersifat anaerob fakultatif, dan tidak menghasilkan spora. Umumnya tumbuh

berpasangan maupun berkelompok, diameter sekitar 0,8-1,0 µm, demgan waktu

pembelahan 0,47 jam. Pada suhu 37o C bakteri ini tumbuh dengan sangat baik, biasa

terdapat pada saluran pernafasan atas dan kulit manusia.

Bakteri ini tidak bersifat patogen pada kondisi kekebalan tubuh manusia yang

baik, tapi pada orang dengan kekebalan tubuh kurang baik bisa akibatkan infeksi.

Infeksi yang disebabkan bakteri ini antara lain bisul, jerawat, pneumonia, meningitis,

dan arthritits. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi

nanah. S. aureus juga menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2

menjadi H2O dan O2, dan koagulase, enzim yang menyebabkan fibrin berkoagulasi

dan menggumpal. Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena penggumpalan

fibrin yang disebabkan oleh enzim ini terakumulasi di sekitar bakteri sehingga agen

pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis terhambat.

Klasifikasi Staphylocccus aureus (Rosenbach, 1884)

Domain : Bacteria

Kerajaan : Eubacteria

Filum :Firmicutes

Kelas :Bacilli

Ordo :Bacillales

Famili :Staphylococcaceae

Genus :Staphylococcus

Spesies :S. Aureus

Nama binomial: Staphylococcus aureus

2.5 Metode Difusi Agar

Metode difusi agar merupakan salah satu metode yang umum digunakan untuk

mengetahui kemampuan antibakteri suatu obat/bahan. Pada metode difusi agar,

cakram kertas saring diinjeksi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada medium padat

terbuat dari agar yang kaya nutrisi. Sebelumnya, medium NA (agar yang bernutrisi)

telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah diinkubasi, diameter daya

hambat (DDH) sekitar cakram dipergunakan untuk mengukur kekuatan hambatan

obat terhadap organisme uji.

Page 7: mau ngedit

Metode ini dipengaruhi beberapa faktor fisik dan kimia, selain faktor antara

obat dan organisme (misalnya sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran molekular

dan stabilitas obat). Meskipun demikian, standardisasi faktor-faktor tersebut

memungkinkan melakukan uji kepekaan dengan baik (Jawetz et al., 2005).

2.6 Uji Fitokimia

Uji fitokimia digunakan untuk memeperoleh data kualitatif beberapa senyawa

aktif pada suatu ekstrak yang mungkin mempunyai bioaktivitas. Senyawa aktif dalam

ekstrak tetumbuhan yang dideteksi antara lain flavanoid, alkaloid, minyak atsiri,

saponin, sterol dan triterpen, tanin, dan kumarin.

Pada uji fitokimia, ekstrak yang akan diuji dicampurkan dengan berbagai

bahan kimia maupun reagen untuk mengetahui keberadaan suatu zat maupun senyawa

metabolit sekunder pada ekstrak yang diuji.

2.7 Inokulasi

Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptik kedalam media steril.

Inokula adalah bahan atau media yang mengandung mikroba. Semua pekerjaan

mikrobiologi harus dikerjakan secara aseptik. Kerja aseptik dilakukan dengan bekerja

diantara dua nyala api bunsen dengan jarak +/- 20 cm. Hal ini dilakukan untuk

meminimalkan kontaminasi oleh hal lain. Sebelum melakukan kerja, alat-alat harus

diflambir untuk menjaga kesterilan, sedangkan bunsen dinyalakan 10 menit sebelum

bekerja bertujuan agar terjadi radiasi sehingga mikroorganisme menjauh.

2.8 Penelitian tentang Getah Pepaya yang Sudah Ada

Page 8: mau ngedit

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian dimulai dengan preparasi ekstrak sebagai bahan uji antibakteri.

pengambilan sampel berupa getah buah pepaya yang belum masak. Setelah itu

dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak getah buah pepaya. Dalam pembuatan ekstrak,

getah buah pepaya cukup dicampur dengan DMSO dengan perbandingan 1:1. Uji

aktifitas ekstrak getah buah pepaya sebagai agen antibakteri, digunakan metode difusi

agar. Tahap pertama adalah inokulasi bakteri E. coli dan S. aureus kedalam medium NA

(nutrient agar), yang kemudian diberi cakram kertas yang telah diberi ekstrak getah buah

pepaya dengan 5 konsentrasi yang berbeda, juga diberikan kontrol berupa cakram kertas

yang di beri DMSO dan antibiotik. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali pada tiap

konsentrasi ekstrak getah buah pepaya.

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Biokimia dan Biologi Molekuler,

Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga pada tanggal 14-17

Desember 2010.

3.2. Bahan dan Alat

3.2.1.Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian meliputi botol sampel, cawan petri, silet,

gelas bekker, spatula, corong, kertas saring, neraca digital, selotipe, pipet mikro,

yellow tip, spreader, pinset, lampu bunsen, korek api, inkubator, elenmeyer, mistar,

kertas label, alat tulis, tabung reaksi, pipet tetes, seperangkat alat UV, kaca mata UV,

cawan porselen.

3.2.2. Bahan

Dalam penelitian ini, adapun bahan yang diperlukan adalah getah buah pepaya muda

segar, HCl pekat, NH3, Kloroform, reagen Dragendorff, reagen Meyer,etanol, asetat

anhidrat, H2SO4, NaOH, larutan gelatin, lautan FeCl3, NH3 10%, paper disc, metanol,

air, medium NA, bakteri E.coli, bakteri S.aureus.

HP Mini, 12/29/10,
Untuk semuanya, cek spasi 1,5 tanpa before ataupun after
Page 9: mau ngedit

3.3. Cara Kerja

3.4.1. Preparasi Sampel

Pengambilan getah pepaya dari bagian buah yang masih muda dilakukan

dengan cara melukai bagian kulit buah menggunakan silet. Getah berwarna putih

yang menetes kemudian ditampung dalam wadah sampel.

Getah yang telah ditampung harus dihindarkan dari kontak langsung

dengan udara dalam waktu yang lama. Hal ini dikarenakan getah mudah kering.

Selain itu, getah untuk uji dalam penelitian ini juga harus segar, yaitu disiapkan

pada saat hendak dilakukan penelitian.

Getah yang telah diperoleh dilarutkan menggunakan dimethyl sulfoxide

(DMSO) dengan perbandingan 1:1 (gr/ml) sehingga konsentrasi ekstrak menjadi

50%. Penggunaan DMSO dikarenakan DMSO memiliki sifat lebih polar

dibanding air, dan memliki tingkat racun lebih rendah daripada zat pelarut kimia

lain. Selanjutnya larutan siap untuk digunakan sebagai ekstrak uji penelitian.

3.4.2. Uji Antibakteri Menggunakan Metode Difusi Agar

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya aktifitas

antibakteri yang ditandai dengan adanya zona terang di sekitar cakram kertas

setelah melalui proses inkubasi selama 24 jam.

1. Sebanyak 20 ml medium NA dituang ke dalam cawan petri steril kemudian

dibiarkan memadat.

2. Masing-masing bakteri uji (E.coli 100 µl sedangkan S.aureus 200 µl)

diteteskan pada medium NA. Kemudian bakteri diratakan menggunakan

spreader yang terlebih dahulu disterilkan dengan alkohol dan api. Perlu

diperhatikan bahwa pada saat memasukkan bakteri, ujung cawan yang

terbuka dipanasi terlebih dahulu dengan api dari lampu busen. Kemudian

tutup kembali cawan petri.

3. Paper disc ditetesi dengan ekstrak getah pepaya dengan 5 tingkatan volume

ekstrak uji, yaitu 5%, 10%, 15%, 20%,dan 25%. Setiap ekstrak dengan 3

kali ulangan.

Page 10: mau ngedit

4. Sebagai pembanding, disiapkan juga paper disc yang ditetesi dengan

antibiotik standar tetrasiklin 5% volume 25 µl.

5. Paper disc yang telah diberi ekstrak getah papaya ataupun antibiotik standar

diletakkan ke dalam cawan petri yang telah diinokulasi dengan masing-

masing bakteri uji.

6. Masing-masing cawan diberi label dengan kode sebagai berikut: nama

bakteri. perlakuan.ulangan

7. Pastikan antara cawan dan tutupnya kencang dengan menggunakan selotip.

8. Simpan cawan-cawan tersebut dalam inkubator selama 24 jam.

9. Amati dan ukur DDH (diameter daya hambat)

3.4.3. Uji Fitokimia

Dalam uji fitokimia ada 7 zat yang diuji keberadaannya, yaitu flavonoid, alkaloid,

minyak atsiri, saponin, sterol dan triterpena, tanin, dan kumarin.

1. Uji Flavonoid

Ekstrak diuapkan hingga kering dalam tabung reaksi

4-5 ml HCl pekat ditambahkan kedalam tabung reaksi hingga larut

Jika hasil uji positif, maka akan timbul warna merah atau merah ungu

2. Uji Alkaloid

2 gr ekstrak dicampurkan dengan 3-5 ml NH3 pekat dalam tabung

reaksi, diaduk dengan spatula hingga homogen

20 ml kloroform ditambahkan kedalam tabung reaksi, dan diaduk

hingga homogen

Larutan tersebut disaring dengan kertas saring, dan filtratnya

ditampung dalam tabung reksi lain

ada 2 cara uji alkaloid:

Page 11: mau ngedit

Tabung reksi 1: filtrat diteteskan pada kertas saring

Lalu reagen dragendorff juga diteteskan pada kertas saring

Jika hasil uji positif, maka akan timbul tanda berwarna jingga

Tabung reaksi 2: filtrat disaring dengan HCl 10% sebanyak 2 kali

Ekstrak dibagi kedalam 2 tabung reaksi

Pada tabung reaksi satu, filtrat dicampur dengan 2-3 tetes reagen

meyer, jika hasil uji positif akan muncul endapan kekuningan

Pada tabung reksi dua, filtrat dicampur dengan 2-3 tetes reagen

dragendorff, jika hasil uji positif akan muncul endapan oranye

3. Uji Minyak Atsiri

Ekstrak diuapkan hingga kering hingga kering

Jika timbul aroma enak, beberapa tetes etanol ditambahkan dan diaduk

hingga homogen

Larutan teresebut kemudian dibakar hingga kering

Jika hasil uji positif akan tetap timbul aroma enak yang khas, bahkan

aromanya lebih kuat

4. Saponin

Ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi

Aquades ditambahkan pada ekstrak dengan perbandingan 1:1

Larutan tersebut kemudian dikocok selama 5 menit

Jika hasil uji positif akan timbul busa dengan tinggi minimal 1 cm yang

dapat bertahan selama 15 menit

5. Sterol dan Triterpena

Ekstrak diuapkan dalam tabung reaksi hingga kering

Page 12: mau ngedit

0,5 ml kloroform dan 0,5 ml asetat anhidrat ditambahkan kedalam

tabung reaksi

Kemudian campuran di atas dikocok hingga homogen

Lalu 1-2 ml H2SO4 pekat diteteskan secara perlahan pada dinding

tabung reaksi

Jika hasil uji positif, maka akan timbul cincin violet atau merah

kecoklatan

6. Tanin

Ekstrak dicampur dengan 10 ml air panas pada tabung reaksi hingga

homogen

Kemudian larutan tersebut dicampur dengan 5 tetes NaOH 10%

Campuran tersebut disaring dengan kertas saring dan tampung

filtratnya

Filtrat dibagi kedalam 3 tabung reaksi

Tabung 1: sebagai kontrol

Tabung 2: filtrat ditambahkan 3 tetes larutan gelatin, jika hasil positif

akan muncul endapan. Jika tidak ada endapan, berarti mengandung

polifenol.

Tabung 3: filtrat ditambahkan 1-2 tetes FeCl3, jika warna menjadi biru

kehitaman berarti mengandung hydrolisate-tanin. Jika yang muncul

warna hijau kecoklatan, berarti mengandung katekol.

7. Kumarin

Ekstrak kotor (crude extract) diuapkan hingga kering di dalam tabung

reaksi

Hasil penguapan kemudian ditambahkan dengan air panas dan campur

Page 13: mau ngedit

hingga homogen

Setelah dingin, larutan dibagi kedalam 2 tabung reaksi

Tabung 1: sebagai control

Tabung 2: larutan dicampur dengan 0,5 ml NH3 10% hingga homogen

Kedua tabung reaksi diletakkan di bawah sinar UV

Kemudian pijaran kedua larutan ini dibandingkan, jika pijaran pada

tabung reaksi 2 lebih terang dari tabung reksi 1 berarti terdapat

kumarin.

3.4. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisi secara deskriptif untuk menunjukkan kemampuan daya

hambat ekstrak uji terhadap pertumbuhan bakteru uji. Sedangkan data yang berasal dari

uji fitokimia memberikan informasi kandungan suatu zat secara kualitatif.

Page 14: mau ngedit

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Sampel yang digunakan harus masih segar dan tidak berbau menyengat, karena bisa

jadi getah yang sudah berbau menyengat telah terkontaminasi bakteri. Setelah

dicampur dengan DMSO, sampel menjadi lebih cair karena konsentrasi semakin

rendah

Konsentrasi

(%)

E.coli(mm) Rata-

rata(mm)

S.aureus(mm) Rata-

rata(mm)U1 U2 U3 U1 U2 U3

0 - - - - - - - -

5 6 6 6 6 6 6 6 6

10 7 6 7 6,67 6 6 6 6

15 8 8 7 7,67 8 8 8 8

20 8 9 8 8,3 9 8 9 8,67

25 8 9 9 8,6 10 9 10 9,67

Tabel Data Hasil Uji DDH Ekstrak Getah Buah Pepaya

Pada konsentrasi 5% terlihat rata-rata DDH pada E. coli sebesar 6 mm

sedangkan pada S. aureus sebesar 6 mm. Pada konsentrasi 10% terlihat rata-rata DDH

pada E. coli sebesar 6,67 mm sedangkan s. aureous sebesar 6 mm. Pada konsentrasi

15% terlihat rata-rata DDH pada E. coli sebesar 7,67 mm sedangkan pada S. aureus

sebesar 8 mm. Pada konsentrasi 20% terlihat rata-rata DDH pada E. coli sebesar 8,3

mm sedangkan pada S. aureus sebesar 8,67 mm. Pada konsentrasi 25% terlihat rata-

rata DDH pada E. coli sebesar 8,6 mm sedangkan pada S. aureus sebesar 9,6 7 mm.

Page 15: mau ngedit

Konsentras

i

E. coli S. aureus

DMSO Antibiotik DMSO Antibiotik

U1 U2 U3 U1 U2 U3

5% - # # # - # # #

10% - # # # - # # #

15% - # # # - # # #

20% - # # # - # # #

25% - 29 34 33 - 30 28 31

Tabel Data hasil Uji DDH DMSO dan Antibiotik

# : tidak dilakukan uji

Dari tabel diatas, diketahui bahwa DMSO tidak memiliki DDH, artinya tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri. Jadi, DMSO sebagai pelarut getah papaya

tidak memiliki andil pada getah papaya sebagai agen antibakteri.

5% 10% 15% 20% 25%

0123456789

10

E. coli

S. aureus

Histogram Data hasil DDH pada E.coli dan S.aureus

Histogram tersebut menggambarkan pola naik. Jadi, semakin tinggi konsentrasi getah

semakin kuat pula daya getah sebagai agen antibakteri.

Page 16: mau ngedit

No. Zat yang diuji Hasil uji

1. Flavonoid -

2. Alkaloid +

3. Minyak atsiri +

4. Saponin -

5. Sterol dan triterpena +

6. Tanin +

7. Kumarin -

Tabel Data hasil uji fitokimia getah buah papaya

Keterangan:

+ : positif, mengandung zat yang di uji

- : negatif, tidak mengandung zat yang di uji

Berdasar tabel di atas, dapat diketahui bahwa getah buah pepaya mengandung

alkaloid, minyak atsiri, sterol dan triterpena, dan tannin.

4.2. Pembahasan

Sampel yang digunakan harus segar, karena getah yang masih segar memiliki

kemungkinan terkontaminasi oleh bakteri yang dapat merusak kandungan dalam

getah lebih rendah. Untuk menjada sampel tetap segar, sampel disimpan dalam lemari

pendingin untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

DDH (Diameter Daya Hambat) adalah zona yang timbul karena tidak ada bakteri yang

tumbuh dan berkembang di zona tersebut. Bakteri tidak dapat tumbuh dan

berkembang di zona tersebut karena adanya pengaruh ekstrak getah pepaya yang

berdifusi dari cakram kertas ke meduim NA. Indikasi adanya zona ini adalah dari

perbedaan warna dengan medium NA. Klasifikasikan kekuatan daya antibakteri

berdasarkan nilai DDH yang terbentuk. Kekuatan suatu antibakteri dikategorikan

“sangat kuat/SK” jika daerah hambatannya lebih dari 20 mm, “kuat/K” jika daerah

hambatan 10 mm sampai 20 mm, “sedang/S” jika daerah hambatan 5 sampai 10 mm,

dan “lemah/L” jika daerah hambatan kurang dari 5 mm (Stout (2000, dalam Hasim,

2003))

Page 17: mau ngedit

Berdasarkan DDH yang didapatkan dari hasil pengukuran yang telah kami lakukan

dan berdasar cara pengklasifikasian tersebut, menunjukkan bahwa besarnya DDH

antara 6-10 mm, berarti tingkat kekuatan getah pepaya sebagai agen anti bakteri

adalah sedang.

Dari uji fitokimia, diketahui bahwa getah pepaya mengandung alkaloid, minyak atsiri,

tanin, katekol,sterol dan triterpana.

Alkaloid dapat digunakan sebagai anti bakteri karena memiliki sifat toksik terhadap

organisme lain, tetapi karena kadar toksiknya rendah maka hanya dapat membunuh

organisme setingkat bakteri.

Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antibakteri karena sifatnya sebagai

pertahanan terhadap organisme lain.

Dalam tanaman tanin berfungsi sebagai alat pertahanan terhadap predator hal ini mem

buktikan bahwa zat tersebut bersifat racun.

Sterol secara alamidapat mengahambat pertumbuhan bakteri tetapi tidak memiliki

kemampuan untuk merusak sel mamalia.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 18: mau ngedit

5.1. Kesimpulan

Getah buah pepaya dapat dimanfaatkan sebagai agen antibakteri. Hal ini dibuktikan

dengan adanya DDH ( Diameter Daya Hambat ) pada uji aktifitas antibakteri secara difusi

agar.

Semakin besar konsentrasi getah buah pepaya yang digunakan, semakin kuat pula

peranannya sebagai agen antibakteri. Hal ini dibuktikan dengan adanya Diameter Daya

Hambat ( DDH ) yang semakin besar dalam paper disc dengan ekstrak getah buah pepaya

yang lebih besar.

Berdasarkan uji fitokimia kandungan senyawa metabolit sekunder dalam getah buah

pepaya yaitu sterol dan triterpena, alkaloid, tanin, katekol, dan minyak atsiri.

5.2. Saran

Perlu dikembangkan pembuatan antibakteri yang alami untuk menggantikan antibiotik

dan antibakteri sintetik yang kemungkinan memilki dampak buruk bagi kesehatan

lebih besar.

Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai adanya zat antibakteri dalam

getah buah pepaya.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: mau ngedit

Anonim. 2010. E. coli, diakses pada tanggal 24 November 2010, eprints.undip.ac.id

Anonim. 2010. Manfaat Getah Pepaya, diakses pada tanggal 21 November 2010,

www.dunia-kesehatan.com.

Anonim. 2010.Pepaya, diakses pada tanggal 21 November 2010, www.wikipedia.org.id.

Anonim. 2010. S. aureus, diakses pada tanggal 26 November 2010, eprints.undip.ac.id

Hamilton-Miller, J.M.T. and S. Shah, 2000. Activity of the tea component epicatechin gallate

and analogue against methicillin-resistant Staphylococcus aureus. J. of Antimicrob.

Chem. 46:847-863.

Hugo, W.B., dan Russell, A.D., 1998, Pharmaceutical Microbiology, sixth edition, Blackwell

Science, Oxford.

Naczk, M., T. Nichols, D. Pink, and F. Sosulski, 1994. Condensed tannins in canola hulls. J.

Agric. Food Chem. 42: 2196-2200.

Smith A. H., J.A. Imlay, and R.I. Mackie (2003). Increasing the oxidative stress response

allows

Escherichia coli to overcome inhibitory effect of condensed tannins. Appl. and Environ.

Microb. 69 (6): 3406-3411.

Van Steenis, 2002, ,.................

LAMPIRAN

Page 20: mau ngedit

Pengambilan Getah Buah Pepaya Pengambilan Getah Buah Pepaya

Pengambilan Sampel Pensterilan Alat

Pengambilan Bakteri Penginokulasian Bakteri

Page 21: mau ngedit

Perataan Bakteri dengan Spreader Penginjeksian Ekstrak ke Paper Disc

Proses Memanfaatkan Lampu Bunsen Pengerjaan Dilakukan dalam Ruang

untuk Menjaga Lingkungan Tetap Aseptik yang Higienis

Hasil Uji DMSO pada Bakteri Hasil Uji DMSO pada Bakteri E. coli

S. aureus Tak Ada Zona Terang Tak Ada Zona Terang

Page 22: mau ngedit

Hasil Uji Antibiotik pada Bakteri S. Hasil Uji Antibiotik pada Bakteri

aureus Ada Zona Terang E.coli Ada Zona Terang

Hasil Uji Ekstrak Getah Buah Pepaya Hasil Uji Ekstrak Buah Pepaya

Konsentrasi 25% pada Bakteri S. Konsentrasi 25% pada Bakteri E. coli

aureus Ada Zona Terang Ada Zona Terang

Peralatan yang Diperlukan dalam Pencampuran Ekstrak Getah Buah

Uji Fitokimia Pepaya dengan Berbagai Bahan Kimia

Page 23: mau ngedit

Hasil Uji Alkaloid, Positif Hasil Uji Tanin dan Katekol, Positif

Hasil Uji Saponin, Negatif Hasil Uji Sterol dan Triterpen, Positif

Uji Kumarin, Negatif