Mati Tenggelam
-
Upload
riski-chairi -
Category
Documents
-
view
64 -
download
17
description
Transcript of Mati Tenggelam
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tenggelam merupakan bentuk kematian akibat asfiksia karena
terhalangnya udara masuk ke dalam saluran pernafasan disebabkan tersumbat oleh
cairan. Terhalangnya udara masuk ke paru- paru tidak perlu orang harus terbenam
ke air, tetapi tertutup saluran nafas atas oleh cairan cukup untuk membuatnya mati
tenggelam.1
Dalam pengertian tenggelam dikenal drowning dan immersion. drowning
adalah masuknya cairan yang cukup banyak dalam saluran nafas / paru.
Pengertian tenggelam dalam arti kata drowning inilah yang kita pakai,yaitu
tenggelam sebagai sebab kematian.Immersion adalah seluruh tubuh masuk
kedalam air. Dalam hal ini sebab kematiannya tidak selalu tenggelam , tetapi bisa
juga melalui refleks vagal dan spasme laring yang memberikan gambaran dry
drowning .
Korban mati tenggelam hampir selalu didapati dari waktu ke waktu. Ini
tidak mengherankan karena di sekeliling kita ada selokan, sumur, kolam,
sungai ,danau atau laut, bahkan ember yang berisi air atau bak kamar mandi.
Banjir bukan hal yang jarang terjadi. Baru saja kita menghadapi korban mati
tenggelam dalam jumlah ratusan ribu orang akibat gelombang Tsunami. Bila itu
berkaitan dengan kecelakaan tidaklah peristiwa yang kriminil yang memerlukan
bantuan dokter umtuk menentukan sebab dan cara kematian. Pemeriksaan korban
yang diangkat dari air di luar musim banjir atau bencana, adalah kematian yang di
ragukan sebagai peristiwa pembunuhan. Penting sekali penentuan apakah korban
masih hidup waktu masuk ke air atau sudah mati baru di tenggelamkan. 1
Pada mayat yang terendam dalam air, ditemukan dua unsur yaitu kontak
dengan air dan masuknya air kedalam nafas. Kontak lama tubuh dengan air
mengakibatkan tanda-tanda basah, kutis anserina ( kulit berbintik-bintik menonjol
seperti kulit angsa), dan ujung jari berkeriput ( washer womens’s hand).
Mati Tenggelam Page 1
Inhalasi air ( drowning ) menyebabkan asfiksia bila jumlah airnya sedikit,
atau menyebabkan hemodilusi atau hemokosentrasi bila jumlah banyak
terinhalasi. Sumbatan tadi mengakibatkan pernafasan yang dipaksakan dan
sekresi bronkus yang berlebihan sehingga terjadinya busa halus berwarna putih
atau kemerahan. Kematian dapat terjadi melaui asfiksia, gagal jantung akut atau
fibrilasi jantung ( pada tenggelam di air tawar ) atau edema paru ( pada tenggelam
di air laut/ air asin). 1
BAB II
Mati Tenggelam Page 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Drowning
2.1.1 Defenisi
Drowning atau tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat
mati lemas (asfiksia) disebabkan masuknya cairan ke dalam saluran
pernafasan.3Dalam pengertian tenggelam dikenal drowning dan immersion.
drowning adalah masuknya cairan yang cukup banyak dalam saluran nafas / paru.
Pengertian tenggelam dalam arti kata drowning inilah yang kita pakai,yaitu
tenggelam sebagai sebab kematian.Immersion adalah seluruh tubuh masuk
kedalam air. Dalam hal ini sebab kematiannya tidak selalu tenggelam , tetapi bisa
juga melalui refleks vagal dan spasme laring yang memberikan gambaran dry
drowning.2
2.1.2 Proses Drowning
Tenggelam dapat terjadi pada orang yang tidak bisa berenang maupun
pandai berenang (bila ia sampai ketingkat kehabisan tenaga atau keadaan lain).
Proses tenggelam dimulai pada waktu orang masuk ke air karena panik atau
kelelahan, maka sebagian air masuk ke mulut dan saluran pernafasan . ini akan
menimbulkan reflek batuk yang menyebabkan korban perlu menghirup udara lagi
dengan berusaha menggapai ke permukaan, namun akibatnya lebih banyak lagi air
yang masuk menggantikan udara, ini terjadi berulang kali, akhirnya korban
tenggelam.
Setelah terjadi proses pembusukan, beberapa hari kemudian korban
terapung kembali karena gas pembusukan yang berkumpul dalam rongga perut
dan dada, maka korban akan muncul ke permukaan air, kecuali korban tersangkut
di dalam air atau dimakan binatang. Bila gas pembusukan ini akhirnya keluar dari
tubuh, maka korban kembali tenggelam. Proses ini perlu diketahui dalam
pencarian korban tenggelam.
Mati Tenggelam Page 3
2.1.3 Jenis-Jenis Drowning
Kematian akibat tenggelam dapat disebabkan berbagai proses. Atas dasar
ini tenggelam dibedakan atas beberapa tipe, yaitu:1
1. Dry drowning
Dry drowning adalah mati tenggelam tanpa ada air di saluran pernafasan.
Kemungkinan disebabkan oleh spasme laring. Pada spasme laring tidak
ditemukan aspirasi cairan dan ditemukan tanda-tanda asfiksia pada wajah dan
ptechie. Mekanismenya diperkirakan rasa menggigil yang tiba-tiba pada leher dan
dada disertai inhalasi air menyebabkan spasme laring, ketidaksadaran diri dan
asfiksia. Tipe ini dikenal juga sebagai drowning type1.1
2. Wet drowning
Istilah ini merujuk pada tenggelam dalam pengertian sehari-hari.
Dibedakan lagi menjadi tenggelam di air tawar (drowning tipe 2a) dan tenggelam
pada air asin (drowning tipe 2b).1
Air Tawar
Mati Tenggelam Page 4
Air dalam jumlah besar akan masuk kedalam alvoli dan diabsorbsi ke dalam
sirkulasi. Jumlah ini dapat sangat besar dalam waktu yang relatif singkat.
Percobaan menunjukkan bahwa dalam waktu dua menit volume sirkulasi
bertambah hingga 50%. Keadaan ini mengakibatkan hipervolemia dan
hemodilusi. Kadar elektrolit darah akan menurun, kecuali ion kalium yang
diperoleh dari hemolisis dan keluarnya ionn kalium dari sel otot jantung.
Hipervolemia yang akan mendadak ini dapat mengakibatkan gagal jantung akut
(Knight,1987). Hiponatremia yang juga terjadi dianggap sebagai penyebab
terjadinya fibrilasi ventrikel. Penelitian lain mengatakan bahwa keadaan
menurunnya ion kalium dalam otot jantunglah yang mengakibatkan fibrilasi
jantung. Fibrilasi ventrikel tidak dapat terjadi bila hemodilusi tidak disertai
hipoksia. 2
Air Asin
Air yang masuk ke dalam alveoli berkadar garam pekat sehingga melalui osmosa
air dari dalam sirkulasi keluar ke dalam alveoli. Hal ini mengakibatkan edema
paru fulminan dan hemokosentrasi. Gejala hipotansi, hipovolemia disertai
bradikardi dapat terjadi. Percobaan menunjukkan bahwa dibutuhkan air 20
ml/kgBB untuk dapat mengakibatkan kematian.2
3. Secondary drowning
Tidak sesungguhnya mati tenggelam, tetapi mati sesudah dirawat
akibat tenggelam. Tetap ada hubungannya dengan kelainan paru akibat
tenggelam ( infeksi atau oedem).1
4. Immersion syndrome
Mati tenggelam karena masuk ke air dingin yang menyebabkan
inhibisi vagal
2.1.4 Penyebab kematian
Mati Tenggelam Page 5
Penyebab kematian pada orang yang tenggelam antara lain:
a. Asfiksia
Ada 4 fase kematian pada korban asfiksia, yaitu :
Fase dispnea : terjadi karena penurunan kadar CO2 yang akan
menyebabkan peningkatan amplitude dan frekuensi napas,
peningkatan tekanandarah, muncul sianosis pada muka dan tangan.
Fase konvulsi : peningkatan kadar CO2 akan menyebabkan kejang
yang diawali dengan kejang klonik, tonik kemudian spasme
otistotonik. Dilatasi pupil, penurunan denyut jantung, dan
penurunan tekanan darah dapat terjadi.
Fase apnea : adanya depresi pada pusat pernapasan akan
menyebabkan pernapasan menjadi lemah dan terhenti.
Fase akhir : paralisis pada pusat pernapasan lengkap akan
menyebabkan pernapasan berhenti total, namun jantung masih
berdenyut beberapa saat setelah pernapasan terhenti.
Secara umum, kematian akibat asfiksia akan mulai timbul stelah 4-5
menit, dimana fase 1 dan 2 terjadi kurang lebih 3-4 menit tergantung dari
keparahan halangan oksigen yang ada.Umumnya dijumpai pada tipe dry
drowning.
Pada keadaan tenggelam, Reaksi awal: usaha bernafas, yang berlangsung
hingga batas kemampuan dicapai, dimana seseorang harus bernafas, batas
kemampuan ditentukan oleh kombinasi antara kadar CO2 yang tinggi dan
konsentrasi O2 yang rendah. Menurut Pearn, batas kemampuan terjadi pada
tingkat PCO2 dibawah 55 mmHg saat terdapat hypoxia dan tingkat PAO2
dibawah 100 mmHg saat PCO2 tinggi. Melewati batas kemampuan, seseorang
menarik nafas secara involuntary, pada saat ini air mencapai laring & trakea,
menyebabkan spasme laring yang diakibatkan tenggelam (pada air tawar),
terdapat penghirupan sejumlah besar air, tertelan dan akan dijumpai dalam perut.
Selama bernafas di air, penderita mungkin muntah dan terjadi aspirasi isi
lambung. Usaha pernafasan involuntar di bawah air akan berlangsung selama
Mati Tenggelam Page 6
beberapa menit, hingga pernafasan terhenti. Hipoksia serebralakan berlanjut
hingga irreversible dan terjadi kematian.1
b. Inhibisi vagus
Vagal Inhibisi karena perangsangan vagus pada drowning dapat terjadi
dalam beberapa cara :
1. Masuknya air secara tiba-tiba kedalam nasofaring / laring
2. Hantaman/ pukul pada abdomen missal pada saat berenang dimana
abdomen jatuh terlebih dahulu daripada kepala.
3. Menyelam dengan kaki terlebihdahulu masuk kedalam air (duck diving).
Kematian timbul setelah 30 detik. Hal ini terjadi karena jatuh ke air secara
tiba-tiba atau karena ketika jatuh dinding perut terhempas sehingga timbul inhibisi
vagus. Penyebab kematian ini terjadi pada immersion syndrome (Korban tiba-tiba
meninggal setelah tenggelam dalam air dingin akibat refleks vagal (vagal
inhibisi), alcohol dan makanan terlalu banyak merupakan fakto rpencetus). 1
c. Fibrilasi ventrikel
Hal ini akibat tenggelam di air tawar. Pada keadaan ini terjadi
absorbsi/aspirasi cairan masif hingga terjadi hemodilusi oleh karena konsentrasi
elektrolit dalam air tawar lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah. Air akan
masuk kedalam aliran darah sekitar alveoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah
merah (hemolisis).
Akibat pengenceran darah yang terjadi, tubuh mencoba mengatasi keadaan
dengan melepaskan ion kalium dari serabut oto tjantung hingga kadar ion kalium
dan plasma meningkat, terjadi perubahan keseimbangan ion K+ dan Ca++ dalam
serabut otot jantung dapat mendorong terjadinya febrilasi ventrikel dan penurunan
tekanan darah, yang kemudian menyebabkan timbulnya kematian akibat anoksia
otak. Kematian dapat terjadi dalam waktu 5 menit. 1
d. Oedem paru
Hal ini akibat tenggelam di air laut. Konsentrasi elektrolit cairan
asin lebih tinggi daripada dalam darah, sehingga air akan ditarik dari
Mati Tenggelam Page 7
sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru yang akan
menimbulkan edema pulmoner, hemokonsentrasi, hipovolemi dan
kenaikan kadar magnesium dalam darah. Hemokonsentrasi akan
mengakibatkan sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan terjadinya
payah jantung. Kematian terjadi kira-kira dalam waktu 8-9 menit setelah
tenggelam. 1
e. Apopleksia
Apopleksia atau biasa disebut stroke, biasanya pada penderita arterio-
sklerosis yang menimbulkan pendarahan otak sehingga menyebabkan
kematian. 1
f. Cedera
Disebabkan pada waktu jatuh, kepalanya terbentur benda keras, seperti
menyebabkan fraktur kranium.1
2.1.5.Pemeriksaan Mayat
Pada pemeriksaan mayat pada korban tenggelam, pemeriksaan harus
seteliti mungkin agar mekanisme kematian dapat ditentukan, karena seringkali
mayat ditemukan sudah dalam keadaan membusuk.1
Hal yang penting diketahui pada pemeriksaan adalah :
1. Menentukan identitas korban
Identitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain :
a. Pakaian dan benda-benda milik korban
b. Warna dan distribusi rambut dan identitas lain
c. Kelainan atau deformitas dan jaringan parut
d. Sidik jari
e. Pemeriksaan gigi
f. Teknik identifikasi lain.1
2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam
Mati Tenggelam Page 8
Pada mayat yang masih segar, untuk menentukan apakah korban masih
hidup atau sudah meninggal pada saat tenggelam atau adakah penyebab
kematian lain, dapat diketahui dari hasil pemeriksaan :
a. Metode yang memuaskan untuk menentukan apakah orang masih
hidup waktu tenggelam ialah pemeriksaan diatom. Pemeriksaan
diatom akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya.
b. Teknik lain yang dapat membantu menegakkan diagnosis adalah
membandingkan kadar chloride darah pada jantung kiri dan kanan.
Pemeriksaan ini sekarang dianggap bermakna dibanding
pemeriksaan kadar magnesium
c. Benda asing dalam paru dan saluran pernafasan mempunyai nilai
yang menentukan pada mayat yang terbenam selama beberaoa
waktu dan mulai membusuk. Demikian pula dengan isi lambung
dan usus.
d. Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli
yang secara fisik dan kimia sifatnya sama dengan air tempat
korban tempat korban tenggelam mempunyai nilai yang bermakna.
e. Pada beberapa kasus ditemukan kadar alkohol tinggi dapat
menjelaskan bahwa korban sedang dalam keracunan alkohol pada
saat masuk ke dalam air.1
3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning
Pada mayat yang segar, gambaran pasca mati dapat menunjukkan tipe
drowning dan juga penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan
atau kekerasan lain.
Pada kecelakaan di kolam renang, benturan ante mortem (ante mortem
impact) pada tubuh bagian atas misalnya memar pada muka, perlukaan
pada vertebra cervikalis dan medula spinalis dapat ditemukan.
4. Faktor-faktor yang berperan pada proses kematian.
Faktor-faktor yang berperan pada proses kematian misalnya kekerasan,
alkohol atau obat-obatan dapat ditemukan pada pemeriksaan luar atau
melalui bedah jenazah.
5. Tempat korban pertama kali tenggelam
Mati Tenggelam Page 9
Bila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan ke dalam
saluran pernafasan, maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban
ditemukan dapat membantu menentukan apakah korban tenggelam di
tempat itu atau di tempat lain.1
6. Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian
a. Bila sudah ditemukan bahwa korban masih hidup pada waktu
masuk ke dalam air, maka perlu ditentukan apakah kematian
disebabkan karena air masuk ke dalam saluran pernafasan
(tenggelam). Pada immersion, kematian terjadi dengan cepat. Hal
ini mungkin disebabkan oleh sudden cardiac arrest yang terjadi
pada waktu cairan masuk ke saluran pernafasan bagian atas.
Beberapa korban yang terjun dengan kaki terlebih dahulu
mengakibatkan cairan dengan mudah masuk ke dalam hidung.
Faktor lain adalah keadaan hipersensitifitas dan kadang-kadang
keracunan alkohol.
b. Bila tidak ditemukan air di dalam paru-paru dan lambung, berarti
kematian terjadi seketika akibat spasme glotis, yang menyebabkan
cairan dengan mudah masuk.
Waktu yang diperlukan untuk terbenam sangat bervariasi tergantung dari
keadaan di sekeliling korban, keadaan masing-masing korban, reaksi perorangan
yang bersangkutan, keadaan kesehatan, dan jumlah serta sifat cairan yang dihisap
masuk ke dalam saluran pernafasan.
Korban tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang makin lama makin
banyak, kemudian menjadi tidak sadar dalam waktu 2 sampai 12 menit (fatal
period). Dalam episode ini bila korban dikeluarkan dari air, ada kemungkinan
masih dapat hidup bila upaya resusitasi berhasil.
Mati Tenggelam Page 10
2.1.6 Pemeriksaan pada korban Drowning
a. Pemeriksaan luar
Mayat dalam keadaan basah , busa halus yang sukar pecah pada hidung dan
mulut kadang berdarah, mata setengah terbuka atau tertutup, ktis anserine, washer
women hand, cadaveric spasme, luka lecet pada siku, jari tangan, lutut dan kaki.3
Lebam mayat lebih banyak dibagian kepala, muka, dan leher (karena posisi
kepala diair lebih rendah ). Bila didapati kejang mayat( cadeveric spasme)
tangan menggenggam rumput/ kayu merupakanbukti kuat korban masih hidup
waktu masuk ke air. Bila korban lama di dalam air bisa didapati telapak tangan
dan kaki putih mengkerut seperti tukang cuci ( washer women hand). Kadang
didapati kulit kasar seperti kulit bebek, tapi tidak patognomonis karena itu
terbentuk akibat konraksi m. Errector pilli karena dingin atau proses kaku
mayat.adanya lumpur dibadan, tangan korban, di bawah kuku atau pakaian
penting di perhatikan. Pastikan juga adanya luka- luka post mortem apa lagi bila
korban terseret arus di sungai atau gigitan ikan dan binatang lainnya. Luka post
mortem oleh batu- batuan disungai didapati ditubuh bagian luar.1
Gambar 1. Buih halus dan sukar pecah
Mati Tenggelam Page 11
Gambar 2. Washer women hand
Gambar 3. Korban tenggelam yang mengalami proses pembusukan (kulit
kehijuan, bibir membesar, buih besar dan mudah pecah, mata menonjol).
Mati Tenggelam Page 12
Gambar 4. Korban tenggelam sesudah 7 hari
b. Pemeriksaan dalam
Penting memeriksa adanya lumpur, pasir halus dan benda asing
lainnya dalam mulut dan saluran nafas, lumen laring, trachea dan
bronchus sampai kecabang- cabangnya. Pada rongga mulut dan
saluran pernafasan berisi buih halus yang mungkin bercampur dengan
lumpur.1
Demikian pula dilambung didapati hal yang sama. Tergantung
tempat tenggelam, bila di air asin maka paru- paru tampak jelas
membesar ( voluminous) kadang – kadang tampak bekas iga di
permukaan paru . pemeriksaan di atome dapat dilakukan,diambil
jaringan paru bagian distal untuk pemeriksaan test diatome melalui
destruksi Jaringan dengan larutan asam (H2SO4 dan HNO3 ), atau test
bilas paru dengan memicit cairan dari jaringan paru. Dan diperiksa
dibawah misroskop.4
c. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan Diatom.
Alga (ganggang) bersel satu dengan dinding terdiri dari silikat
(SiO2) yang tahan panas dan asam kuat . diatom ini dapat
dijumpai dalam air tawar, air laut, air sungai, air sumur, dan udara.
Pemeriksaan diatom dilakukan pada jaringan parut myat segar.
Bila mayat telah membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan dari
jaringan ginjal, otot sklete, atau sumsum tulang paha.
Mati Tenggelam Page 13
b. Pemeriksaan Destruksi
Digesti asam pada paru. Ambil jaringan perifer paru sebanyak 100
gr, masukkan ke dalam labu Kjeldahi dan tambahkan asam sulfat
pekat sampau jaringan paru terendam, diamkan kurang lebih
stengah hari agar jaringan hancur. Panaskan dalam lemari asam
sanil diteteskan asam nitrat pekat sampai terbentuk cairan yang
jernih, dinginkan dan cairan dip using dalam centrifuge. Sedimen
yang terjadi ditambah akuadest, putar kembali dan akhirnya dilihat
dengan mikroskop. Pemeriksaaan diatom positif bila pada jaringan
paru ditemukan diatom cukup banyak , 4-5/LPB atau 10-20
persatu sediaan. Atau pada sumsum tulang cukup ditemukan
hanya satu.
c. Pemeriksaan Getah Paru
Permukaan paru disiram dengan air bersih, iris bagian perifer,
ambil sedikit cairan person dari jaringan perifer paru, taruh pada
gelas objek, tutup dengan kaca penutup dan lihat di mikroskop.
Selain diatom dpat juga terlihat ganggang atau lainnya.
Pemeriksaan berat jenis dari kadar elektrolit pada darah yang berasal dari
bilik jantung kiri dan kanan. Bila tengggelam di air tawar , berat jenis dan kadar
elektrolit dalam darah jantung kiri lebih rendah dari jantung kanan, sedangkan
pada air asin sebaliknya.
2.1.7 Diagnosis Drowning
Mati Tenggelam Page 14
Bila mayat masih segar (belum dapt pembusukan), maka diagnosis
kematian akibat tenggelam dapat dengan mudah ditegakan melalui pemeriksaan
yang teliti dari :
1. Pemeriksaan luar
2. Pemeriksaan dalam
3. Pemeriksaan laboratorium (histology jaringan, destruksi jaringandan
berat jenis serta kadar elektrolit darah)
Bila mayat sudah membusuk, maka diagnosis kematian akbat tenggelam
dibuat bedasarkan adanya diatom yang cukup banyak pada paru-paru
yang bila disokong oleh penemuan diatom pada ginjal,otot skelet atau
diatom sumsum tulang.
2.1.8 Medikolegal
Secara medikolegal kematian karena tenggelam umumnya karena
kecelakaan apalagi di musim hujan dan banjir.Bunuh diri dengan tenggelam
bukan hal yang jarang terjadi.Biasanya korban memilih tempat yang tinggi untuk
meloncat dan biasanya di tempat yang sering dilewati orang.Penting sekali
memnentukan apakah korban mati karena tenggelam atau sudah mati baru
ditenggelamkan.Pemeriksaan menjadi sulit bila korban telah mengalami
pembusukan atau pembusukan lanjut.Perlu diperhatikan bahwa korban yang
diangkat dari air, mengalami pembusukan lebih cepat dari biasa. Oleh karena itu
penundaan pemeriksaan akan mempersulit pemeriksaan, selain bau yang dihadapi
pemeriksa.
Untuk menjawab pertanyaan yang sering diajukan dalam persidangan
seperti “Apakah kematian adalah akibat tenggelam?”, dokter yang memeriksa
korbann harus memperhatikan hal-hal berikut ini :
a. Ditemukannya cairan berbusa halus pada rongga mulut dan lubang
hidung.
b. Ditemukannya benda-benda seperti pasir, lumpur, atau rumput-rumput
yang berada dalam genggaman tangan korban.
Mati Tenggelam Page 15
c. Ditemukannya cairan berbusa halus yang bercampur darah pada
saluran pernapasan.
d. Paru-paru penuh dengan cairan yang mengandung darah dan
mengeluarkan busa halus jika dibuat sayatan melintang.
e. Dalam lambung, usus halus dan rongga telinga tengah ditemukan air
yang bercampur dengan benda asing berupa rumput-rumput dan pasir.
Mati Tenggelam Page 16
BAB III
KESIMPULAN
Drowning atau tenggelam dalam pengertian sehari-hari merupakan salah
satu dari 4 jenis tenggelam yaitu wet drowning. Oleh karena itu tenggelam
didefinisikan sebagai bentuk kematian akibat asfiksia karena terhalangnya udara
masuk ke dalam saluran pernafasan disebabkan tersumbat oleh cairan.
Dry drowning adalah mati tenggelam tanpa ada air di saluran pernafasan.
Kemungkinan disebabkan oleh spasme laring. Secondary drowning, menunjukkan
kematian yang timbul setelah korban dirawat akibat tenggelam, misalnya akibat
infeksi atau oedem paru. Immersion syndrome menunjukkan kematian akibat
refleks vagal setelah tenggelam di air dingin, dimana pada autopsi tidak
ditemukan tanda-tanda yang lazim ditemukan pada korban tenggelam.
Asfiksia merupakan penyebab utama kematian pada tenggelam. Selain itu
kematian dapat juga disebabkan oleh vagal inhibisi, fibrilasi ventrikel, oedem
paru, apopleksia, dan cedera.
Tanda-tanda post mortem yang mungkin ditemukan pada kematian akibat
tenggelam, adalah tanda-tanda asfiksia disertai beberapa tanda khas lainnya.
Tanda-tanda khas yang sering dijumpai pada pemeriksaan luar antara lain
kulit ari yang mengelupas dan rambut mudah dicabut atau gugur, kulit telapak
tangan dan kaki menjadi keriput dan putih seperti tangan orang yang lama
mencuci (Washer women hand), serta lebam mayat yang jelas terlihat pada kepala,
leher,dan dada.
Sedangkan pada pemeriksaan dalam, pada laring, trakea, dan cabang
bronkus dapat dijumpai buih dan darah, dalam saluran pernafasan sering dijumpai
cairan yang sama dengan cairan tempat dia tenggelam, paru-paru akan membesar
(ballon like appearance).
Mati Tenggelam Page 17
Adapun pemeriksaan post-mortem tambahan yang digunakan pada kasus
tenggelam, antara lain pemeriksaan bilas paru, pemeriksaan diatome, serta
pemeriksaan kadar klorida darah.
Mati Tenggelam Page 18
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir, Amri. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Penerbit Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran USU edisi ke
2. Hal 137. Medan. 2014
2. Singh, S. Ilmu Kedokteran Forensik. Hal 101-106. Medan. 2014
3. Amir, A. Autopsi Medikolegal. Edisi pertama cetakan kesebelas hal 44.
Penerbit percetakan Ramadhan. Medan. 2014
4. Wilianto, Warih. 2012. Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia. Volume 14
No.3.Juli-September : Pemeriksaan Diatome Pada Korban Diduga
Tenggelam. Available: www.Journal.unair.ac.id.
Mati Tenggelam Page 19