materi UAS Pancasila
-
Upload
amunraking -
Category
Documents
-
view
60 -
download
8
description
Transcript of materi UAS Pancasila
Unsur-unsur Negara
1. Penduduk
Penduduk merupakan warga negara yang memiliki tempat tinggal dan juga memiliki kesepakatan diri
untuk bersatu. Warga negara adalah pribumi atau penduduk asli Indonesia dan penduduk negara lain yang
sedang berada di Indonesia untuk tujuan tertentu.
2. Wilayah
Wilayah adalah daerah tertentu yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah kedaulatan. Wilayah
adalah salah satu unsur pembentuk negara yang paling utama. Wilaya terdiri dari darat, udara dan juga
laut*.
3. Pemerintah
Pemerintah merupakan unsur yang memegang kekuasaan untuk menjalankan roda pemerintahan.
4. Kedaulatan
Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi yang untuk membuat undang-undang dan melaksanakannya dengan
semua cara.
Disamping ketiga unsur pokok (konstitutif) tersebut masih ada unsur tambahan (disebut unsur deklaratif)
yaitu berupa Pengakuan dari negara lain. Unsur negara tersebut diatas merupakan unsur negara dari segi
hukum tata negara atau organisasi negara
Fungsi Negara
Fungsi Pertahanan dan Keamanan
Negara wajib melindungi unsur negara(rakyat, wilayah, dan pemerintahan) dari segala ancaman,
hambatan, dan gangguan, serta tantangan lain yang berasal dari internal atau eksternal. Contoh: TNI
menjaga perbatasan negara
Fungsi Keadilan
Negara wajib berlaku adil dimuka hukum tanpa ada diskriminasi atau kepentingan tertentu. Contoh: Setiap
orang yang melakukan tinfakan kriminal dihukum tanpa melihat kedudukan dan jabatan.
Fungsi Pengaturan dan Keadilan
Negara membuat peraturan-perundang-undangan untuk melaksanakan kebijakan dengan ada landasan yang
kuat untuk membentuk tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsan dan juga bernegara.
Fungsi Kesejahteraan dan Kemakmuran
Negara bisa mengeksplorasi sumber daya alam yang dimiliki untuk meningkatkan kehidupan masyarakat
agar lebih makmur dan sejahtera.
Sifat Negara
1. Sifat memaksa
Negara dapat memaksakan kehendak melalui hukum atau kekuasaan. Negara memiliki kekuasaan
memaksa agar masyarakat tunduk dan patuh terhadap negara tanpa tidak ada pemaksaan fisik
Hak negara ini memiliki sifat legal agar tercipta tertib di masyarakat dan tidak ada tindakan anarki.
Paksaan fisik dapat dilakukan terhadap hak milik
2. Sifat monopoli
Negara menetapkan tujuan bersama dalam masyarakat. Negara dapat menguasai hal-hal seperti
sumberdaya penting untuk kepentingan orang banyak. Negara mengatasi paham individu dan kelompok.
3. Sifat totalitas
Semua hal tanpa pengecualian menjadi wewenang negara.
Tujuan Negara
Miriam Budiharjo(2010) menyatakan bahwa Negara dapat dipandang sebagai asosiasi manusia yang hidup
dan bekerjasama untuk mengejar beberapa tujuan bersama. Dapat dikatakan bahwa tujuan akhir setiap
negara adalah menciptaka kebahagiaan bagi rakyatnya.
Sedangkan tujuan Negara Indonesia adalah yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat;
Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
Memajukan kesejahteraan umum
Mencerdaskan kehidupan bangsa
Ikut melaksanakan ketertiban dunia
Asal Mula Terjadinya Negara
Berdasarkan kenyataan, negara terjadi karena sebab-sebab :
Ocupatie - Pendudukan yaitu suatu wilayah yang diduduki oleh sekelompok manusia
Separatie - Pelepasan, yaitu suatu daerah yang semual menjadi wilayah daerah tertentu kemudaia
melepaskan diri
Peleburan, yaitu bebrapa negara meleburkan diri menjadi satu
Pemecahan, yaitu lenyapnya suatu negara dan munculnya negara baru
Berdasarkan teori, negara terjadi karena
Teori Ketuhanan, yaitu negara ada karena adanya kehendak Tuhan
Teori Perjanjian masyarakat, yaitu negara ada karena adanya perjanjian individu-individu (contrac social)
Teori Kekuasaan, yaitu negara terbentuk karena adanya kekuasaan / kekuatan
Teori Hukum Alam, yaitu negara ada karena adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang
bermacam-macam.
Bentuk Negara
Berikut adalah bentuk negara yang ada di dunia
Negara Kesatuan
Negara Serikat
Perserikatan Negara (Konfederasi)
Uni, dibagi menjadi 2 yaitu Uni Riil dan Uni Personil
Dominion
Koloni
Protektorat
Mandat
Trust
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA NEGARA INDONESIA HASIL AMANDEMEN UUD 1945
A. . MPR
Wewenang MPR berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) UUD Tahun 1945 adalah:
1. mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar;2. melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden;3. memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-
Undang Dasar;4. memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden apabila terjadi
kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya;5. memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam
masa jabatannya, dari dua pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.
B. DPR DPR adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan
lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk UU. DPR mempunyai fungsi legislasi anggaran, dan pengawasan. Diantara tugas dan wewenang DPR adalah ;
1. Membentuk UU yang dibahas dengan presiden untuk mendapat persetujuan bersama.2. Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti UU.3. Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang
tertentu dan menginstruksikannya dalam pembahasan.4. Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD5. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan pemerintah.6. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuanagan
negara yang disampaikan oleh BPK.7. Memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian,
dan perjanjian dengan negara lain.8. Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.
Dalam menjalankan fungsinya, anggota DPR memiliki hak interpelasi, yakni hak meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang berdampak
kepada kehidupan bermasyarakat da bernegara. Dan DPR juga memilik hak angket, yakni melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang undangan. Dan menyatakan pendapat diluar institusi, anggota DPR juga memilikimhak mengajukan RUU, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak imunitas, serta hak protokoler.
C. DPD (Dewan Perwakilan Daerah
DPD (Dewan Perwakilan Daerah) merupakan lembaga yang baru dalam sistem ketatanegaraan RI. Sebelumnya lembaga ini tidak ada. Setelah UUD 1945 mengalami amandemen lembaga ini tercantum, yakni dalam Bab VII pasal 22 C dan pasal 22 D.Anggota DPD ada dalam setiap provinsi, dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu (lihat kembali Bab Pemilu). Anggota DPD ini bukan berasal dari partai politik, melainkan dari organisasi-organisasi kemasyarakatan.Menurut pasal 22 D UUD 1945, DPD memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut.
1. Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan dengan otonomidaerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, serta penggabungan
2. daerah, pengelolaan sumber daya alam atau sumber ekonomi lainnya, juga yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat daerah.
3. Memberi pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
4. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan mengenai hal-hal di atas tadi, serta menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR untuk ditindaklanjuti. DPD ini bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.
D. Presiden
Masa jabatan Presiden (juga Wakil Presiden) adalah lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk jabatan yang sama dalam satu masa jabatan saja (pasal 7 UUD 1945 hasil amendemen). Kedudukan presiden meliputi dua macam, yakni:
Presiden sebagai Kepala NegaraSebagai kepala negara, Presiden mempunyai wewenang dan kekuasaan sebagai berikut.
1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara (pasal 10 UUD 1945).
2. Menyatakan perang, membuat perjanjian dan perdamaian dengan negara lain dengan persetujuan DPR (pasal 11 UUD 1945).
3. Menyatakan negara dalam keadaan bahaya (pasal 12 UUD 1945).4. Mengangkat duta dan konsul.5. Memberi grasi, amnesti, dan rehabilitasi.6. Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan. Presiden sebagai Kepala Pemerintahan.
Sebagai kepala pemerintahan Presiden mempunyai wewenang dan kekuasaan sebagai berikut.
1. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.
2. Mengajukan RUU (Rancangan Undang-Undang) kepada DPR.3. Menetapkan PP (Peraturan Pemerintah) untuk menjalankan undang-undang.4. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.
E. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Sesuai dengan fungsinya sebagai badan pemeriksa keuangan, BPK pada pokoknya
lebih dekat menjalankan fungsi parlemen, karena itu hubungan kerja BPK dan parlemen sangatlah erat. Bahkan BPK bisa dikatakan mitra kerja yang erat bagi DPR, terutama dalam mengawasi kinerja pemerintahan yang berkenaan dengan soal keuangan, dan kekayaan negara. BPK adalah lembaga negara yanag mempunyai wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. BPK mempunyai tugas dan wewenang yang sangat strategis, karena menyangkut aspek yang berkaitan dengan sumber dan penggunaan anggaran serata keuangan negara yaitu :
1. Memeriksa tanggung jawab keuangan negara dan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada DPR, DPRD, dan DPD.
2. Memeriksa semua pelaksanaan APBN.3. Memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara.
Dari tugas dan wewenang tersebut, BPK mempunyai tiga fungsi pokok, yakni :1. Fungsi Operatif : yaitu melakukan pemeriksaan , pengawasan, dan penelitian atas
penguasaan dan pengurusan keuanga negara.2. Fungsi Yudikatif : yaitu melakukan tuntutan perbendeharaan dan tuntutan ganti rugi terhadap
pegawai negeri yang perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya, serta menimbulkan kerugian bagi negara.
3. Fungsi Rekomendatif : yaitu memberikan pertimbangan kepada pemerintah tentang pengurusan keuangan negara.
F. MahkamahAgungPerubahan ketentuan yang mengatur tentang tugas dan wewenang Mahkamah Agung dalam Undang-Undang Dasar dilakukan atas pertimbangan untuk memberikan jaminan konstitusional yang lebih kuat terhadap kewenangan dan kinerja MA. Sesuai dengan ketentuan Pasal 24A ayat (1), MA mempunyai tugas dan wewenang:
1. mengadili pada tingkat kasasi;2. menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang3. wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.G. Mahkamah Konstitusi
Perubahan UUD 1945 juga melahirkan sebuah lembaga negara baru di bidang kekuasaan kehakiman, yaitu
Mahkamah Konstitusi dengan wewenang sebagai berikut:
1. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar;
2. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang
Dasar;
3. memutus pembubaran partai politik;
4. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Lembaga ini merupakan bagian kekuasaan kehakiman yang mempunyai peranan penting dalam usaha
menegakkan konstitusi dan prinsip negara hukum sesuai dengan tugas dan kewenangannya sebagaimana
yang ditentukan dalam UUD 1945. Pembentukan Mahkamah Konstitusi adalah sejalan dengan dianutnya
paham negara hukum dalam UUD
1945. Dalam negara hukum harus dijaga paham konstitusional.Artinya, tidak boleh ada undang-undang
dan peraturan perundang-undangan lainnya yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.
Hal itu sesuai dengan penegasan bahwa Undang-Undang Dasar sebagai puncak dalam tata urutan peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Pengujian undang-undang terhadap UUD 1945 membutuhkan sebuah
mahkamah dalam rangka menjaga prinsip konstitusionalitas hukum.
H. Komisi Yudisial (KY) Komisi Yudisial (KY) adalah lembaga negara yang bersifat mandiri dan dalam
pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnnya. Dibentuknya komisi yudisial dalam struktur kehakiman di Indonesia, dalah agar warga masyarakat diluar lembaga struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan , penilaian kinerja, dan kemungkinan pemberhentian hakim. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga dan menegakkan kehormatan , keluhuran martabat, serta prilaku hakim dalam rangka mewujudkan kebenaran dan keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Dalam menjalankan tugasnya komisi yudisial melakukan pengawasan terhadap :
1. Hakim Agung dan Mahkamah Agung.2. Hakim pada badan peradilan disemua lingkungan peradilan yang berada dibawah mahkamah
agung, seperti peradilan umum,agama, militer, dan badan peradilan lainnya.3. Hakim Mahkamah Konstitusi
DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 45
A. Masa Awal Kemerdekaan
Pada awal masa Indonesia setelah memproklamasikan kemerdekaannayamengalami berbagai macam gangguan terutama dalam upaya untukmempertahankan kemerdekaannya. Pada masa ini, kolonialisme Belanda berupayauntuk mengembalikan kekuasaannya di Indonesia dengan membonceng tentarasekutu. Selain itu juga telah terjadi berbagaimacam pemberontakan yang bersumberpada pertentangan ideologi yang ingin merubah negara kesatuan Republik Indonesia dengan ideologi lainnya. Antara lain pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948. PRRI Permesta, DI/TII dan lain sebagainya.
Sistem pemerintahan berdasarkan UUD 1945 belum dapat dilaksanakan.Pada tahun ini di bentuklah DPA sementara, sedangkan DPR dan MPR belum dapat dibentuk karena harus melalui pemilu. Waktu itu masih di berlakukan pasal aturan peralihan pasal IV yang menyatakan Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat,Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.
Pada saat itu terjadilah suatu perkembangan ketatanegaraan Indonesia yaitu(1) berubahnya fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu Presiden menjadi badan yang diserahi
kekuasaan Legislatif dan ikut menetapkan Garis-garis besar haluan negara. Hal ini berdasarkan maklumat wakil presiden No. X (iks) tanggal 16 Oktober 1945. Selain itu dikeluarkan juga maklumat pemerintah tanggal 14 Nopember 1945. Yang isinya perubahan sistem pemerintahan negara dari system Kabinet Presidensial menjadi sistem Kabinet Parlementer, berdasarkan usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP).Akibat perubahan tersebut pemerintah menjadi tidak stabil, Perdana Menteri hanya bertahan beberapa bulan serta berulang kali terjadi pergantian.
Tanggal 3 November 1945 di keluarkan juga suatu maklumat yang ditandatangani oleh Wakil Presiden yang isinya tentang pembentukan partai politik.Hal ini bertujuan agar berbagai aliran yang ada didalam masyarakat dapat di arahkan kepada perjuangan untuk memperkuat mempertahankan dengan persatuan dan kesatuan.
Sejak tanggal 14 Nopember 1945 kekuasaan pemerintah (eksekutif) dipegang oleh Perdana Menteri sebagi pimpinan kabinet. Secara bersama-sama atau sendiri-sendiri, perdana menteri atu para menteri itu bertanggung jawap kepada KNPI, yang berfungsi sebagai DPR, dan tidak bertanggung jawab kepada presiden sebagaimana yang dikehendaki oleh UUD 1945. Hal ini berakibat semakin tidak setabilnya Negara Republik Indonesia baik di bidang politik, ekonomi , pemerintahan maupun keamanan.Semangat ideologi liberal itu kemudian memuncak dengan dibentuknya Negara Federal yaitu negara kesatuan Republik Indonesia Serikat dengan berdasar pada konstitusi RIS, pada tanggal 27 Desember 1949. Konstitusi RIS tersebut sebagai hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag negeri Belanda.Syukurlah konstitusi itu tidak berlangsung lama dan Indonesia kembali bersatu pada tahun 1950.Dalam negara RIS tersebut masih terdapat negara bagian Republik Indonesia yang beribukota di Yogyakarta. Kemudian terjadilah suatu persetujuan antara Negara RI Yogyakarta dengan negara RIS yang akhirnya membuahkan kesepakatan untuk kembali, untuk membentuk negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Undang-Undang Dasar Sementara sejak 17 agustus 1950 isi UUDS ini berbeda dengan UUD 1945 terutama dalam sistem pemerintahan negara yaitu menganut sistem Parlementer, sedangkan UUD 1945 menganut sistem Presidensial.
Pada bulan September 1955 dan Desember 1955 diadakan pemilihan umum,yang masing-masing untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota konstituante.Tugas konstituante adalah untuk membentuk , menyusun Undang-Undang Dasar yang tetap sebagai pengganti UUDS 1950. Untuk mengambil putusan mengenai Udang-Undang dasar yang baru ditentukan pada pasal 137 UUDS 1950 sebagai berikut :
1. Untuk mengambil putusan tentang rancangan Undang-Undang Dasar baru sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota konstituante harus hadir.
2.Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir.
3.Rancangan yang telah diterima oleh konstituante dikirimkan kepada Presiden untuk disahkan oleh pemerintah.
4.Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera serta mengumumkan Undang-Undang Dasar itu dengan keluhuran.
Dalam kenyataannya konstituante selama dua tahun dalam bersidang belum mampu menghasilkan suatu keputusan tentang Undang-Undang Dasar yang baru.Hal ini dikarenakan dalam sidang konstituante ,muncullah suatu usul untuk mengembalikan Piagam Jakarta dalam pembukaan UUD baru. Oleh karena itu Presiden pada tanggal 22 april 1959 memberikan pidatonya didepan siding Konstituante untuk kembali kepada UUD 1945. Hal ini diperkuat dengan suatu alasan bahwa sidang Konstituante telah mengalami jalan buntu. Terutama setelah lebih dari separuh anggota Konstituante menyatakan untuk tidak akan menghadiri sidang lagi.
Atas dasar kenyataan tersebut maka Presiden mengeluarkan suatu dekrit yang didasarkan pada suatu hukum darurat negara (Staatsnoodrecht). Hal ini menginggat keadaan ketata negaraan yang membahayakan kesatuan, persatuan, keselamatan serta keutuhan bangsa dan negara Repubik Indonesia.Dekrit presiden 5 juli 1959 :
1. Menetapkan pembubaran konstituante.
2. Menetapkan Undang-Undang _dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia serta tumpah darah Indonesia,terhitung mulai hari tanggal penetapan dekrit ini, dan tidak berlakunya lagi Undang-Undang Dasar 1950.
3. Pembentukan majelis permusyawaratan rakyat sementara yang terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan serta Dewan Agung Sementara, akan diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.Dekrit itu diumumkan oleh Presiden dari Istana Merdeka di hadapan rakyat pada tanggal 5 juli 1959, pada hari minggu pukul 17.00 Dekrit tersebut dimuat dalam keputusan Presiden No.150 tahun 1959 dan di umumkan dalam lembaran Negara Republik Indonesia no.75 tahun 1959.
B. Masa Orde Lama
Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 itu maka UUD 1945 berlaku kembali di Negara Republik Indonesia. Sekalipun UUD 1945 secara yuridis formal sebagai hukum dasar tertulis yang berlaku di Indonesia namun realisasi ketatanegaraan Indonesia tidak melaksanakan makna dari UUD 1945 itu sendiri.Sejak itu mulai berkuasa kekuasaan Orde Lama yang secara ideologis banyak dipengaruhi oleh paham komunisme. Hal ini nampak adanya berbagai macam penyimpangan ideologis yang dituangkan dalam berbagai bidang kebijaksanaan dalam negara.Dikukuhkannya ideologi Nasakom, dipaksakannya doktrin Negara dalam keadaan revolusi. Oleh karena revolusi adalah permanen maka Presiden sebagai Kepala Negara yang sekaligus juga sebagai Pemimpin Besar Revolusi, diangkat menjadi Pemimpin Besar Revolusi, sehingga Presiden masa jabatannya seumur hidup.Penyimpangan ideologis maupun
konstitusional ini berakibat pada penyimpangan-penyimpangan konstitusional lainnya sebagai berikut,
1. Demokrasi di Indonesia diarahkan menjadi demokrasi terpimpin, yang dipimpin oleh presiden, sehingga praktis bersifat otoriter.pada sebenarnya di negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila berazas-kan kerakyatan,sehingga seharusnya rakyatlah sebagai pemegang serta asal mula kekuasaan negara, demikian juga sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945.
2. Oleh karena Presiden sebagai pemimpin besar revolusi maka memiliki wewenang yang melebihi sebagaimana yang sudah di tentukan oleh Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mengeluarkan produk hukum yang setingkat denganUndang-Undang tanpa melalui persetujuan DPR dalam bentuk penetapanpresiden.
3. Dalam tahun 1960, karena DPR tidak dapat menyetujui rancangan pendapatan dan Belanja Negara yang di ajukan oleh pemerintah. Kemudian presiden waktuitu membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan kemudian membentuk DPR gotong royong. Hal ini jelas-jelas sebagai pelanggaran konstitusional yaitukekuasaan eksekutif di atas kekuasaan legislatif.
4.Pimpinan lembaga tertinggi dan tinggi negara dijadikan menteri negara, yangberarti sebagai pembantu presiden.Selain penyimpangan-penyimpangan tersebut masih banyak penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan ketatanegaraan yang seharusnya berdasarkanpada UUD 1945. Karena pelaksanaan yang inskonstitusional itulah maka berakibatpada ketidak stabilan dalam bidang politik, ekonomi terutama dalam bidangkeamanan. Puncak dari kekuasaan Orde Lama tersebut ditandai denganpemberontakan G30S.PKI. syukur alhamdulillah pemberontakan tersebut dapatdigagalkan oleh rakyat Indonesia terutama oleh generasi muda.Dengan dipelopori oleh pemuda, pelajar, dan mahasiswa rakyat IndIndonesiamenyampaikan Tritula (Tri Tuntutan Rakyat) yang meliputi,a.Bubarkan PKI.b.Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.c.Turunkan harga/perbaikan ekonomi.Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga presiden tidak mampulagi mengembalikannya,maka keluarlah surat perintah 11 maret 1966 yangmemberikan kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil langkah-langkahdalam mengembalikan keamanan negara. Sejak peristiwa inilah sejarahketatanegaraan Indonesia dikuasai oleh kekuasaan Orde Baru (Darmodihardjo) 1979
C. Masa Orde BaruOrde Baru di bawah pimpinan Soeharto pada awalnya untuk mengembalikankeadaan setelah pemberontakan PKI bertekat untuk mempelopori pembangunannasional Indonesia sehingga orde baru juga sering di istilahkan sebagai ordepembangunan. Untuk itu MPRS mengeluarkan berbagaimacam keputusan pentingantara lain sebagai berikut:
1.Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang isinyamenyatakan agar presiden menugasi pengemban Super Semar, JenderalSoeharto untuk segera membentuk kabinet Ampera.
2.Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf, menarikkembali pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi presiden seumurhidup.3.Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR mengenaisumber tertib hukum republik Indonesia dan tata urutan perundang -undangan.4.Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan kepartaian,keormasan dan kekaryaan.5.Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai komunisIndonesia dan pernyataan tentang partai tersebut sebagai partai terlarang diseluruh wilayah Indonesia, dan larangan pada setiap kegiatan untukmenyebar luaskan atau mengembangkan faham ajarankomunisme/Marxisme, Leninisme.Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik yangmenyangkut bidang politik, ekonomi maupun keamanan. Dalam keadaan yangdemikian inilah pada bulan februari 1967 DPRGR mengeluarkan suatu resolusi yaitumeminta MPR (S) agar mengadakan sidang istimewa pada bulan maret 1967. Sidangistimewa tersebut mengambil suatu keputusan sebagai berikut.
1.Presiden Soekarno telah tidak dapat memenuhi tanggung jawabankonstitusional dan tidak dapat menjalankan haluan dan putusan MPR (S),sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
2.Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentangpemilihan/penunjukan wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabatpresiden dan mengangkat Jenderal Soeharto. Pengembangan Tap. No. 6IX/MPRS/1966, sebagai pejabat presiden berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihanumum. Pada masa awal kekuasaan Orde Baru berupaya untuk memperbaiki nasibbangsa dalam berbagai bidang antara lain dalam bidang politik, ekonomi, soaial,budaya maupun keamanan. Dalam kaitan dengan itu di bidang politikdilaksanakanlah pemilu yang dituangkan dalam Undang-Undang No.15 tahun 1969tentangpemilu umum, Undang-Undang No.16 tentang susunan dan kedudukanmajelis permusyawaratan rakyat. Dewan perwakilan rakyat dan dewan pewalanrakyat daerah.Atas dasar ketentuan undang-undangtersebut kemudian pemerintah OrdeBaru berhasil mengadakan pemilu pertama. Dengan hasil pemilu pertama tersebutpemerintah bertekat untuk memperbaiki nasip bangsa Indonesia. Pada awalnyabangsa Indonesia memang merasakan atas perubahan peningkatan nasib bangsadalam berbagai bidang melalui suatu program negara yang dituangkan dalam GBHNyang disebut pelita (pembangunan lima tahun). Hal ini wajar dirasakan oleh bangsaIndonesia karena sejak tahun 1945 setelah kemerdekaan nasib bangsa Indonesiasenantiasa dalam kesulitan dan kemiskinan.Namun demikian lambat laun program-program negara buakannyadiperuntukan kepada rakyat melainkan demi kekuasaan. Mulailah ambisi kekuasaanorde baru menjalar keseluruh sandi-sandi kehidupan ketatanegaraan Indonesia.Kekuasaan orde baru menjadi otoriter namun seakan-akan dilaksanakan secarademokratis. Penafsiran dan penuangan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 tidakdilaksanakan sesuai dengan amanat sebagaimana tertuang dan terkandung dalamUndang-Undang Dasar tersebut melainkan dimanipulasikan demi kekuasaan.Bahkan pancasila pun diperalat demi legitimasi kekuasaan dan tindakan presiden.Halini terbukti
dengan adanya ketetapan MPR No. II/MPR/1978. Tentang P-4 yangdalam kenyataannya sebagai media untuk propaganda kekuasaan orde baru.Realisasi UUD 1945 praktisi lebih banyak memberikan porsi atas kekuasaanpresiden. Walupun sebenarnya UUD 1945 tidak mengamanatkan demikian. Bahkansecara tidak langsung kekuasaan legislatif di bawah kekuasaan presiden. Hal inisecara politis dituangkan dalam mekanisme peraturan perundang-undanganterutama yang menyangkut pemilihan, pengangkatan serta susunan keanggotaanMPR, DPR, DPRD sera pelaksanaan pemilu. Praktek ini telah dilaksanakan olehpenguasa orde baru yang di tuangkan kedalam peraturan perundang-undangansebagai berikut, UU. Tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD (UUNo.16/1969 jis UU No.5/1975 dan UU. No.2/1985). UU tentang partai politik dangolongan karya (UU No.3/1975.jo. UU. No.3/1985). UU. Tentang pemilihan umum(UU No.15/1969 jis UU.No.4/1975. UU. No.2/1980, dan UU. No.1/1985).Dengan UU. Politik sebagaimana tersebut di atas maka praktisi secara politiskekuasaan legislatif di bawah presiden. Terlebih lagi oleh karena sistem politik yangdemikian maka hak asasi rakyat dibatasi bahkan di tekan demi kekuasaan, sehinggaamanat sebagaimana tertuang dalam pasal28 UUD 1945, tidak di realisasikan secarakonsekuen. Oleh karena kekuasaan politik orde baru di bawah Soeharto semakinsulit untuk dikontrol. Kemudian tatkala terjadi krisis ekonomi khususnya di AsiaTenggara, maka di Indonesia krisis ekonomi tersebut berkembang menjadi krisiskepercayaan berikutnya menjalar kepada krisis politik. Atas dasar kenyataanpenyimpanganketatanegara secara politis tersebut maka generasi muda di bawahpelopor garda depan mahasiswa mengadakan gerakan reformasi untukmengembalikan dan menata negara ke arah tetenan negara yang demokratis
D. Masa ReformasiKekuasaan Orde Baru di bawah Soeharto sampai tahun 1998 membawaketatanegaraan Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai demokrasi sebagaimanayang tergantung dalam Pancasila yang mendasarkan pada kerakyatan didimanarakyat memiliki kekuasaan tertinggi dalam negara, bahkan juga sebenarnya jugatidak mencerminkan pelaksanaan demokrasi atas dasarnorma-norma pasal-pasalUUD 1945. Praktek kenegaraan dijangkiti penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme(KKN). Keadaan yang demikian ini membawa rakyat Indonesia semakin menderita.Terutama karena adanya badai krisis ekonomi dunia yang juga melanda Indonesiamaka praktisi GBHN 1998 pada PJP II pelita ketujuh tidak dapat dilaksanakan.Ekonomi Indonesia hancur. Sektor riil ekonomi macet, PHK, pengangguran meningkat tajam sehingga terjadilah krisi kepercayaan dan krisis politik.
atiklimaks dari keadaan tersebut, timbullah berbagai gerakan masyarakatyang dipelopori oleh generasi muda terutama mahasiswa sebagai sesuatu gerakanmoral yang memiliki kekuatan yang luar biasa yang menuntut adanya reformasi disegala bidang kehidupan negara terutama bidang politik, ekonomi dan hukum .Awal keberhasilan gerakan reformasi tersebut adalah ditandai denganmundurnya presiden Soeharto dari singgasana kepresidenan dan diganti oleh wakilpresiden Prof. Dr. Bj. Habibie pada tanggal 21 mei 1998. Pemerintahan Habibie inilahyang merupakan pemerintahan transisi yang akan membawa bangsa Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama menata ketatanegaraanIndonesia sesuai dengan UUD 1945.Bangsa indnesia menilai bahwa penyimpangan atas makna UUD
1945 yangtelah dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru selain karena moral penguasa negara,juga terdapat berbagai kelemahan yang tergantung dalam beberapa pasal UUD1945. Oleh karena itu selain melakukan reformasidalam bidang politik yang harusmelalui suatu mekanisme peraturan perundang-undangan juga dikarenakan terdapatbebrapa pasl UUD 1945 yang mudah di interpretsi secara ganda (multiinterpretable), sehingga bangsa Indonesia merasa perlu untuk mengadakanamandemen terhadap beberapa pasal dalam UUD 1945.Berbagai macam produk peraturan perundang-undangan yang telahdihasilkan dalam reformasi hukum antara lain UU. Politik Tahun 1999, yaitu UU. No.2tahun 1999, tentang partai politik, UU. No.3 tahun 1999, tentang pemilihan umumdan UU. No. 4 tahun 1999 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD; UUotonomi daerah, yaitu meliputi UU. No.25 tahun 1999. Tentang pemerintahandaerah, UU. No.25 tahun 1999, tentang perimbangan keuangan antar pemerintahanpusat dan daerah dan UU. No.28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yangbersih dan bebas dari KKN. Atas dasar hasil reformasi tersebut bangsa Indonesiatelah mampu mengadakan pemilu pada tahun 1999, yang kemudian menghasilkanMPR, DPR, dan DPRD yang benar-benar merupakan hasil aspirasi rakyat secara demokratis
2. Penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah orde lama :
Orde lama merupakan konsep yang biasa dipergunakan untuk menyebut suatu periode pemerintahan yang ditandai dengan berbagai penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945. Kegagalan konstituante dalam merumuskan undang – undang dasar baru dan ketidakmampuan menembus jalan buntu untuk kembali ke UUD 1945, telah mendoronng Presiden soekarno pada tanggal 5 juli mengeluarkan “Dekrit Presiden”. Tindak lanjut dari dekrit presiden tanggal 5 juli 1959 adalah pembentukn cabinet baru yang diberi nama Kabinet Karya. Dalam prakteknya (atau masa Orde Lama), lembaga – lembaga Negara yang ada belum dibentuk berdasarkan UUD 1945sehingga sifatnya masih sementara. Dalam masa ini, Presiden selaku pemegang kekuasaan eksekutif dan pemegang kekuasaan legislative (bersama – sama dengan DPRGR) telah menggunakan kekuasaannya dengan tidak semestinya. Penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 terus berlangsung. Ketetapan MPRS No. III/MPRS/1963 tentang pengangkatan presiden seumur hidup jelas bertentangan dengan UUD 1945. pendek kata, periode pemerintahan antara tahun 1959-1965 ditandai oleh berbagai penyelewengan wewenang dan penyimpangan tarhadap pancasila dan UUD 1945 sehingga disebut sebagai masa orde lama. Hampir semua kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah sangat menguntungkan PKI.Adapun penyimpangan lainnya :
1.kekuasaan tunggal2.terlalu banyak pembangunan fisik tanpa pembangunan mentalmasyarakat3.terlalu dekat dengan komunisme4.terlalu berambisi menyatukan nasionalisme agama dan komunis yang notabene amat bertentangan antara agama dan komunis5.banyak hak rakyat yang terabaikan6.inflasi yang terlalu besar..7. MPRS mengangkat ir.soekarno sbg presiden seumur hidup
8. Penyimpangan ideologis, konsepsi pancasila berubah mjd nasakom (nasionalis, agama, komunis)9. Kaburnya politik luar negeri yang bebas aktif mjd “politik poros-porosan” (mengakibatkan indo keluar dr pbb)10. DPR hasil pmlu 1955 dibubarkan presiden11. Hak budget DPR tidak brjln lagi stlh th 1960
3.Penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah orde baru :
yaitua.pemilihan umum yang tidak jujurb.monoloyalitas,pengekangan kebebasan berpolitik bagi pegawai negri sipil untuk mendukung partai politik tttc.interpensi pemerintahan terhadap lembaga peradiland.pengekangan kebebasan mengemukakan pendapat (penculikan aktivis)e.format politik yang tidak demokratisf.maraknya praktik kkng.pembatasan partai politikh. ‘’ kebebasan pers
Norma-Norma Demokrasi, antara lain :
a. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap masyarakat, bangsa maupun terhadap Tuhan Yang Maha Esa.b. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.c. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bersama.d. Mengakui perbedaan individu, kelompok, ras suku, agama, karena merupakan suatu bawaan kodrat manusia.e. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras, suku, dan agama.f. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerjasama kemanusiaan yang beradab.g. Menjunjung tinggi atas masyarakat sebagai moral kemanusiaan yang beradb.h. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan social agar tercapai tujuan bersama.
Makna, Hakikat dan Tujuan Pembangunan Nasional
Makna Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang
sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan Tujuan
Nasional. Dalam pengertian lain, pembangunan nasional dapat diartikan merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan
Tujuan Nasional.
Pelaksanaan pembangunan mancakup aspek kehidupan bangsa, yaitu aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan secara berencana, menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap dan berkelanjutan untuk memacu peningkatan
kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju.
Oleh karena itu, sesungguhnya pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia
secara benar, adil, dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggara negara yang maju dan demokratis
berdasarkan Pancasila.
Hakikat Pembangunan Nasional
Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya. Hal ini berarti dalam pelaksanaan pembangunan nasional adalah sebagai berikut :
1) Ada keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh kegiatan pembangunan.
Pembangunan adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya manusia untuk pembangunan. Dalam pembangunan dewasa ini
dan jangka panjang, unsur manusia, unsur sosial budaya, dan unsur lainnya harus mendapat perhatian yang seimbang.
2) Pembangunan adalah merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air.
3) Subyek dan obyek Pembangunan adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga pembangunan harus
berkepribadian Indonesia dan menghasilkan manusia dan masyarakat maju yang tetap berkepriadian Indonesia pula.
4) Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan Pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan
dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan
masyarakat dan kegiatan Pemerintah saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi dalam satu kesatuan langkah
menuju tercapainya tujuan pembangunan nasional.
Tujuan Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan Tujuan Nasional seperti termaktub dalam Pembukaan UUD 1945
alinea IV, yaitu ……. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial serta mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana termaktub dalam alinea II Pembukaan
UUD 1945.
1. d. Visi dan Misi Pembangunan Nasional
Visi
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah
negara Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman dan bertakwa, berakhlak
mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja
yang tinggi dan disiplin.
Misi
Untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan, misi yang diterapkan adalah sebagai berikut :
1) Pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarkat, berbangsa dan bernegara.
2) Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3) Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kualitas keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan persaudaraan umat beragama yang berakhlak mulia, toleran,
rukun dan damai.
4) Penjaminan kondisi aman, damai, tertib dan ketenteraman masyarakat.
5) Perwujudan sistem hukum nasional yang menjamin tegaknya supremasi hukum dan hak asasi manusia berlandaskan
keadilan dan kebenaran
6) Perwujudan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif, dan berdaya tahan terhadap pengaruh
globalisasi.
7) Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi,
dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan, bersumber
daya alam, dan sumber daya manusia yang produktif, mandiri maju, berdaya saing dan berwawasan lingkungan.
8) Perwujudan otonomi daerah dalam rangka pengembangan daerah dan pemerataan pertumbuhan dalam wadah negara
kesatuan Republik Indonesia.
9) Perwujudan kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat
serta perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar, yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan
lapangan kerja.
10) Perwujudan aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdaya guna, produktif, transparan;
yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
11) Perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia,
kreatif, inovatgif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin, bertanggungjawab, berketerampilan, serta menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia.
12) Perwujudan politik luar negeri yang berdaulat, bermanfaat, bebas dan proaktif bagi kepentingan nasional dalam
menghadapi perkembangan global.
Visi (impian/harapan) dan misi (hal-hal yang akan dilakukan untuk mencapai visi) tersebut merupakan dasar dan rambu-
rambu untuk mencapai tujuan bangsa dan cita-cita nasional. Berdasarkan visi dan misi itu, maka disusunlah suatu kebijakan
pembangunan nasional. Berikut secara sederhana dapat diberikan bagan tentang paradigma pembangunan nasional
berdasarkan konsep, prinsip dan nilai-nilai Pancasila.
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila-sila Pancasila Sila Pertama :
Menunjukkan bahwa Tuhan adalah sebab pertama dari segala sesuatu, YangMaha Esa, dan segala sesuatu bergantung kepada-Nya, maka manusia Indonesia akanmengembangkan toleransi antarumat beragama, toleransi sesama umat beragama, dan toleransiantarumat beragama dengan negaranya. Tidak akan memaksakan agama kepada pemeluk agamalain. Bangsa Indonesia bukan bangsa yang sekuler atau memisahkan agama dan negara.Indonesia juga bukan negara agama yang mendasarkan kepada agama tertentu.
Sila Kedua :
Manusia memiliki hakikat pribadi yang mono-pluralis terdiri atas susunan kodrat jiwa raga, serta berkedudukan sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan makhluk TuhanYang Maha Esa. Nilai luhur kemanusiaan akan menumbuhkan sikap
tepasalira,
menghormatihak asasi manusia, anti penjajahan, mengutamakan kebenaran dan keadilan, mencintai sesamamanusia, tenggang rasa, dan sebagainya. Negara memberi kebebasan untuk menentukan jumlahanak, akan tetapi program keluarga berencana merupakan program pemerintah agar warganegara lebih bertanggung jawab pada generasi mendatang. Warga negara berhak menentukan jenis pekerjaan dengan imbalan yang layak menurut kemampuannya masing-masing.
Sila Ketiga :
Berupa pengakuan terhadap hakikat satu tanah air, satu bangsa dan satu negaraIndonesia, tidak dapat dibagi sehingga seluruhnya merupakan suatu keseluruhan dan keutuhan. Nilai luhur persatuan terkandung di dalamnya cinta tanah air, tidak membeda-bedakan sesamawarga negara Indonesia, cinta perdamaian dan persatuan, tidak mengagung-agungkan bangsasendiri, suku dan daerah tertentu.
Sila Keempat :
Menjunjung dan mengakui adanya rakyat yang meliputi keseluruhan jumlahsemua orang warga dalam lingkungan daerah atau negara tertentu yang segala sesuatunya berasaldari rakyat dilaksanakan oleh rakyat dan diperuntukkan untuk rakyat. Nilai luhur kerakyatanyang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, antara lainterkandung makna cinta permusyawaratan, cinta demokrasi, tidak memaksakan kehedak kepadaorang lain, menghindari kekerasan dalam menyelesaikan masalah, tidak mementingkan dirisendiri, cinta kebersamaan, dan sebagainya.
Sila Kelima :
Mengakui hakikat adil berupa pemenuhan segala sesuatu yang berhubungandengan hak dalam hubungan hidup kemanusiaan. Nilai luhur yang terkandung didalamnyaadalah mencintai keadilan sosial, cinta kekeluargaan, suka bekerja keras, menghormatikedaulatan bangsa lain, dan menganggap bangsa lain sederajat.Sila pertama menjiwai dan mendasari sila kedua, ketiga, keempat, dan kelima; sila kedua dijiwaidan didasari sila pertama, menjiwai dan mendasari sila ketiga, keempat, dan kelima; sila ketigadijiwai dan didasari sila pertama dan sila kedua, menjiwai dan mendasari sila keempat dankelima; sila keempat dijiwai dan didasari sila pertama, kedua, dan ketiga, menjiwai danmendasari sila kelima; sila kelima dijiwai dan didasari sila pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Itulah yang dinamakan Pancasila hierarkis piramidal.
Dengan demikian, Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. KarenaPancasila merupakan sumber nilai di Indonesia maka semua nilai yang berkembang tidak oleh bertentangan dengan Pancasila.
Pengamalan Pancasila Sebagai Sumber Nilai
1. Pemasyarakatan Nilai Pancasila dalam Keluarga.Kehidupan sehari-hari dalam keluarga harus dijiwai nilai-nilai luhur Pancasila, di mana orang tuamenjadi teladan bagi anak-anaknya. Segala tindak tanduk seluruh keluarga harus bersumber darinilai-nilai luhur Pancasila.2. Pemasyarakatan Nilai Pancasila dalam SekolahAnak yang berumur tujuh tahun telah memasuki usia wajib belajar pendidikan formal. Di sinilah penanaman nilai-nilai luhur Pancasila dimulai yaitu dari taman kanak-kanak, terutama melalui pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.3. Pendidikan dalam MasyarakatPendidikan dalam masyarakat amat penting untuk penanaman nilai luhur Pancasila, karenawaktu di sekolah hanya terbatas sehingga waktu yang lebih banyak ada di lingkungan keluargadan masyarakat maka pergaulan sehari-hari dalam masyarakat luas akan sangat berpengaruhterhadap pembentukan sikap dan kepribadian anak. Oleh karena itu, hendaknya masyarakat ikut bertanggung jawab dalam pembentukan sikap dan perilaku anak, serta penanaman nilai-nilailuhur Pancasila.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Makna, Hakikat dan Tujuan Pembangunan Nasional
Pengertian Pembangunan:
Usaha bangsa untuk meningkatkan mutu dan taraf hidup masyarakatsehingga menjadi lebih baik
Aspek Pembangunan
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, di dalamnya mencakup tigaaspek sekaligus, yaitu:1. Emansipasi bangsa, yaitu usaha bangsa untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada bangsalain agar dapat berdiri sendiri dengan kekuatan sendiri tanpa melepaskan semangat kerja samayang produktif 2. Modernisasi, adalah upaya untuk mencapai taraf mutu kehidupan yang lebih baik 3. Humanisasi, bermakna bahwa pembangunan pada hakikatnya untuk manusia seutuhnya danseluruh masyarakat Indonesia
Makna Pembangunan Nasional,
adalah upaya untuk mening-katkan seluruh aspek kehidupanmasyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhansistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan Tujuan Nasional.
Hakikat Pembangunan Nasional,
adalah pembangunan manu-sia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya.
Tujuan Pembangunan Nasional,
dilaksanakan untuk mewujud-kan Tujuan Nasional sepertitermaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
Paradigma
adalah anggapan-anggapan dasar yang membentuk kerangka keyakinan yang berfungsi sebagai acuan, kiblat atau pedoman untuk melihat persoalan dan bagaimanamenyelesaikannya
Paradigma pembangunan
dipahami sebagai kerangka keyakinan yang digunakan sebagai pedoman untuk melihat persoalan dan bagaimana melaksanakan pembangunan
Paradigma Pembangunan
adalah suatu model, pola yang merupakan sistem berfikir sebagaiupaya untuk melaksanakan perubahan yang direncanakan guna mewujudkan cita-cita kehidupanmasyarakat menuju hari esok yang lebih baik (secara kualitatif maupun kuantitatif)Karena yang ingin dibangun adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga paradigma pembangunan harus berdasarkan kepribadian Indonesia dan menghasilkan manusia danmasyarakat maju yang tetap berkepribadian Indonesia, yang dijiwai dan dilandasi oleh nilai-nilailuhur Pancasila.
Pokok-pokok Pancasila sebagai paradigma Pembangunan adalah sebagai berikut:
1.Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan politik dan hukum meliputi:
a. Pengembangan sistem politik negara yang menghargai harkat dan martabat manusia sebagaisubyek atau pelaku b. Pengembangan sistem politik yang demokratis, berkadaulatan rakyat ,dan terbukac. Sistem politik yang didasarkan pada nilai-nilai moral bukan sekadar kekuasaand. Pengambilan keputusan politi secara musyawarah mufakate. Politik dan hukum yang didasarkan atas moral ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,dan keadilan.
2.Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan ekonomi meliputi:
a. Dasar moralitas ketuhanan dan kemanusiaan menjadi kerangka landasan pembangunan ekonomi b. Mengembangkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaanc. Mengembangkan sistem ekonoimi yang bercorak kekeluargaand. Ekonomi yang menghindarkan diri dari segala bentuk monopoli dan persaingan bebase. Ekonomi yang bertujuan keadilan dan kesejahteraan bersama
3.Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan sosial budaya meliputi:
a. Pembangunan sosial budaya dilaksanakan demi terwujudnya masyarakat yang demokratis,aman, tenteram, dan damai b. Pembangunan sosial budaya yang menghargai kemajemukan masyarakat Indonesiac. Terbuka terhadap nilai-nilai luar yang positif untuk membangun masyarakat Indonesia yangmodernd. Memelihara nilai-nilai yang telah lama hidup dan relevan bagi kemajuan masyarakat
Sejarah Amandemen UUD 1945
September 29th, 2012Admin55653 Views3 Comments
Sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Umum UUD 1945 ayat 1, undang-undang dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar Negara itu. Dimaksud hanya sebagian adalah karena selain UUD (hukum tertulis) juga berlaku hukum tidak tertulis. Sebagai konstitusi negara Indonesia UUD 1945 berada di posisi tertinggi dalam tata urutan perundang-undangan. Semua hukum yang berlaku di Indonesia haruslah sesuai dan berintisari dari UUD 1945. Akan tetapi biar bagaimanapun UUD 1945 adalah hukum yang di ciptakan manusia dan tidak dapat dikatakan sempurna. Setidaknya telah ada 4 sejarah amandemen UUD 1945.
Sebelum membahas sejarah amandemen UUD 1945 mungkin ada baiknya kita sedikit mengulang bahasan sebelumnya tentang perbandingan undang-undang dasar sebelum dan sesudah amandemen. Di sana saya sempat menjelaskan 3 macam UUD yang telah digunakan di Indonesia. Yang dimaksud ketiganya adalah UUD 1945, UUD RIS 1949, dan UUDS 1950.
Beruntung saat ini kita tetap menggunakan produk pendiri bangsa kita sebagai konstitusi negara, UUD 1945. Namun dalam perjalanannya bangsa Indonesia semakin berkembang dan memiliki kebutuhan yang lebih beragam lagi. UUD 1945 yang diposisikan sebagai dasar negara ternyata memiliki beberapa kelemahan. Wajar saja karena dalam prosesnya
penyusunan UUD 1945 ini dilakukan dalam situasi kondisi genting, sama halnya seperti proses perumusan pancasila.
Dalam sejarah amandemen UUD 1945 terhitung sudah 4 kali UUD 1945 mengalami amandemen (Amendment, Perubahan, tetapi bukan dalam pengertian Pergantian). Setelah 4 kali diamandemen sebanyak 25 butir tidak dirubah, 46 butir dirubah atau ditambah dengan ketentuan lainnya. Secara keseluruhan saat ini berjumlah 199 butir ketentuan, 174 ketentuan baru. Mengapa harus diamandemen? Berikut ini beberapa alasan mengapa perlu dilakukan amandemen.
Alasan dilakukan amandemen
Lemahnya checks and balances pada institusiinstitusi ketatanegaraan.
Executive heavy, kekuasaan terlalu dominan berada di tangan Presiden (hak prerogatif dan kekuasaan legislatif)
Pengaturan terlalu fleksibel (vide:pasal 7 UUD 1945 sebelum amandemen)
Terbatasnya pengaturan jaminan akan HAM
Berikut ini sejarah amandemen UUD 1945 di Indonesia.
Amandemen I
Amandemen yang pertama kali ini disahkan pada tanggal 19 Oktober 1999 atas dasar SU MPR 14-21 Oktober 1999. Amandemen yang dilakukan terdiri dari 9 pasal, yakni:
Pasal 5, pasal 7, pasal 9, pasal 13, pasal 14, pasal 15, pasal 17, pasal 20, pasal 21.
Inti dari amandemen pertama ini adalah pergeseran kekuasaan Presiden yang dipandang terlalu kuat (executive heavy).
Amandemen II
Amandemen yang kedua disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000 dan disahkan melalui sidang umum MPR 7-8 Agustus 2000. Amandemen dilakukan pada 5 Bab dan 25 pasal. Berikut ini rincian perubahan yang dilakukan pada amandemen kedua.
Pasal 18, pasal 18A, pasal 18B, pasal 19, pasal 20, pasal 20A, pasal 22A, pasal 22B, pasal 25E, pasal 26, pasal 27, pasal 28A, pasal 28B, pasal 28C, pasal 28D, pasal 28E, pasal 28F, pasal 28G, pasal 28H, pasal 28I, pasal 28J, pasal 30, pasal 36B, pasal 36C.
Bab IXA, Bab X, Bab XA, Bab XII, Bab XV, Ps. 36A ;
Inti dari amandemen kedua ini adalah Pemerintah Daerah, DPR dan Kewenangannya, Hak Asasi Manusia, Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan.
Amandemen III
Amandemen ketiga disahkan pada tanggal 10 November 2001 dan disahkan melalui ST MPR 1-9 November 2001. Perubahan yang terjadi dalam amandemen ketiga ini terdiri dari 3 Bab dan 22 Pasal. Berikut ini detil dari amandemen ketiga.
Pasal 1, pasal 3, pasal 6, pasal 6A, pasal 7A, pasal 7B, pasal 7C, pasal 8, pasal 11, pasal 17,pasal 22C, pasal 22D, pasal 22E, pasal 23, pasal 23A, pasal23C, pasal 23E, pasal 23F, pasal 23G, pasal 24, pasal 24A, pasal24B, pasal24C.
Bab VIIA, Bab VIIB, Bab VIIIA.
Inti perubahan yang dilakukan pada amandemen ketiga ini adalah Bentuk dan Kedaulatan Negara, Kewenangan MPR, Kepresidenan, Impeachment, Keuangan Negara, Kekuasaan Kehakiman.
Amandemen IV
Sejarah amandemen UUD 1945 yang terakhir ini disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002 melalui ST MPR 1-11 Agustus 2002. Perubahan yang terjadi pada amandemen ke-4 ini terdiri dari 2 Bab dan 13 Pasal.
Pasal 2, pasal 6A, pasal 8, pasal 11, pasal16, pasal 23B, pasal 23D, pasal 24, pasal 31, pasal 32, pasal 33, pasal 34, pasal 37.
BAB XIII, Bab XIV.
Inti Perubahan: DPD sebagai bagian MPR, Penggantian Presiden, pernyataan perang, perdamaian dan perjanjian, mata uang, bank sentral, pendidikan dan kebudayaan, perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial, perubahan UUD.
Tujuan dari dilakukannya amandemen UUD 1945 yang terjadi hingga 4 kali ini adalah menyempurnakan aturan-aturan mendasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Sejarah amandemen UUD 1945yang dilakukan berdasarkan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan juga mempertegas sistem pemerintahan presidensil.
Untuk melihat UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen silahkan lihat di sini Perbandingan UUD sebelum dan sesudah amandemen (disajikan dalam bentuk perbandingan).
Konsep Hak Asasi Manusia
Perjuangan akan kekokohan praktik penghormatan harkat dan martabat, Hak Asasi Manusia.
Adalah sejarah dari perjalanan panjang. Perjuangan dari peperangan yang telah mengorbankan
jutaan manusia. Ada peristiwa perang. Perang dunia pertama dan perang dunia kedua. Ada
pembantain etnis, ras, seperti yang terjadi dalam regim Hitler. Ada pembantaian etnis di
Ruanda (ICTR), ada pemusnahan secara paksa etnis di Yogoslavia (ICTY). Pemberontakan di
Tiananmen. Pemusnahan etnis di Kamboja. Dan berbagai peristiwa kekejaman lainnya
menjadikan Hak Asasi Manusia penting untuk dipositifkan sebagaimana usul David Hume,
Austin dan Hart.
Hak Asasi Manusia sebagai hak yang lahir secara adikodrati (Hobbes, Rosseau, Kant, Vasak,
Weissbrodt; Lih, Davidson, 1994: 30 – 63) mutlak untuk diberi kepastian dalam tatanan yang
fundamental. Agar tidak menjadi impian, cita-cita dan angan-angan semata. Maka yang amat
menonjol dalam konvensi (bisa dibaca: perjanjian/ agremeent) sebagai instrumen hukum adalah
pengakuan hak-hak politik. Bukan hak-hak ekonomi, hak sosial dan budaya. Kalau dilihat dalam
realitasnya organ PBB memang dalam struktur organisasinya adalah pertarungan dua buah
ideologi. Pertarungan antara liberalisme dan sosialisme. Dapat dikatakan pertarungan
antara ICCPR yang terlegitimasi dalam organ Dewan Keamanan dan ICESCR yang
diejawantahkan dalam organ Majelis Umum yang banyak dipegang atau diisi oleh negara
berkembang untuk memperjuang hak-hak ekonomi, sosial dan kebudayaan.
Terlepas dari dua kepentingan tersebut, jelasnya hak-hak politik tetap menaruh harapan bagi
perlakuan yang adil, fair,dan sama dari negara untuk menghargai hak kodrati yang melekat pada
setiap individu sebagai hak dasar yang sudah ada (Thomas Aquinas) sejak ia lahir. Kalaupun
ada peran negara untuk menghormati hak individu sebagai hak dasar adalah prinsip resiprositas
(timbal balik/ reciprocity, lih, Cessie, 2005: 237) semata sebagai penyerahan kepercayaan dalam
suatu kontrak sosial.
Dapat dikatakan, semua negara (195) di dunia tidak ada yang tidak mengakui Hak Asasi Manusia
sebagai hak yang penting untuk dimasukkan dalam landasan konstitusionalnya. Apalagi negara
yang mengutamakan prinsip negara hukum(rechtstaar/ rule of law) maka harus meletakkan
jaminan dan perlindungan terhadap hukum dan Hak Asasi Manusia. karena jaminan dan
pelayanan Hak Asasi Manusia sebagai salah satu unsur negara hukum.
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Oleh karena itu Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia (DUHAM) menunjukan nilai normatifnya Hak Asasi Manusia sebagai hak
yang fundamental. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 “semua manusia dilahirkan bebas dan
sama dalam martabat dan hak. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan harus bertindak sesama
manusia dalam semangat persaudaraan.”
Di Indonesia, pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) ditegaskan dalam Pasal 1 Undang-undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan
pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.”
Implementasi Hak Asasi Manusia secara tersirat sebenarnya sudah diakui dalam KUHAP.
Menurut ketentuan Pasal 117 ayat 1, “keterangan tersangka dan atau saksi kepada penyidik
diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk apapun.” Artinya dengan adanya
Pasal tersebut, pemeriksaan oleh penyidik untuk kepentingan penyidikan harus sesuai dan
menghormati HAM.
Selain itu, pemuatan hak asasi dalam tugas kepolisian sebagai penyidik, juga ditegaskan dalam
Pasal 4 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian, “Kepolisian Negara Republik
Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya
keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan terhadap masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dan
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.” Kemudian juga ditegaskan dalam Pasal 19 ayat 1
“bahwa Polisi harus senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum, dan mengindahkan norma
agama, kesopanan, dan kesusilaan dan menjunjung tinggi HAM.”
Dalam kaitannya dengan wewenang Polisi dalam melakukan pemeriksaan terhadap tersangka
guna mendapatkan keterangan yang berkaitan dengan suatu tindak pidana, maka prinsip yang
harus dipegang adalah berdasarkan Pasal 33 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 menegaskan
“bahwa setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakukan yang
kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan.
Mengenai arti dari penyiksaan itu sendiri kemudian ditegaskan dalam Pasal 1 butir 4 :
“Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa
sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani pada seseorang untuk
memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang atau dari orang ketiga, dengan
menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh
seseorang atau orang ketiga, atau untuk rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas
hasutan dari dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik.”
Dalam proses peradilan pidana yang merupakan serangkaian rantai-rantai (the series of
chains). Polisi yang menempati posisi sebagai penjaga pintu (as agate of keeper), meminjam
istilah Sunarto dalam Muladi, 2005: 142), tentunya juga harus memperhatikan hak-hak
tersangka. Universal Declaration of Human Right diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
sebagai Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1949). Deklarasi ini memuat 30 Pasal yang
memuat berbagai hak asasi. Seperti hak untuk hidup, hak untuk istirahat, dan hak untuk
mendapatkan hiburan.
Dalam konteks dengan kewenangan Polisi sebagai penyidik hak yang penting untuk diperhatikan
adalah hak untuk hidup, yang meliputi hak untuk bebas dari eksekusi di luar pengadilan (extra
judicial execution), dan penghilangan paksa(disapearences), hak untuk bebas dari penyiksaan
dan penangkapan di luar wewenang (freedom from torture and arbitary arrest). Olehnya itu,
penting untuk melihat bagaimana semestinya perlakuan tersangka yang relevan dalam DUHAM.
Prinsip-prinsip yang terkandung dalam DUHAM jika duraikan secara sistematis, sebagai berikut:
1. Semua orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai individu (Pasal 3).
2. Tidak seorangpun boleh disiksa atau diperlakukan atau dihukum secara tidak manusiawi atau
dihina (Pasal 5)
3. Semua orang berhak atas atas pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi di mana
saja ia berada (Pasal 6).
4. Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa
diskriminasi, semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi
yang bertentangan dengan deklarasi ini (Pasal 7)
5. Tidak seorangpun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang sewenang-wenang (Pasal 9).
6. Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu tindak pidana, dianggap tidak
bersalah sampai dibuktikan kesalahannya menurut hukum dalam suatu pengadilan yang
terbuka, dimana ia memperoleh semua jaminan untuk pembelaannya (Pasal 11 ayat 1 ).
International Convenant on Civil and Political Rigt (ICCPR) tampaknya juga memberikan
pengaturan hak hidup sebagai hak fundamental. Konvenan ini menjunjung tingi hak atas
kebebasan dan keamanan pribadi serta memberi fondasi bagi perlindungan dalam penahanan.
Dalam Pasal 9 ICCPR menegaskan:
1. Setiap orang berhak atas kebebasan dan keamanan pribadi. Tidak seorangpun dapat
ditangkap secara sewenang-wenang. Tidak seorangpun dapat dirampas kebebasannya kecuali
berdasarkan alasan-alasan yang sah, sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh hukum.
2. Setiap orang ditangkap wajib diberitahu pada saat penangkapannya dan harus segera
mungkin diberitahu mengenai tuduhan yang dikenakan kepadanya.
3. Setiap orang yang ditahan atau berdasarkan tuduhan pidana, wajib segera dihadapkan ke
pejabat pengadilan atau pejabat lain yang diberi kewenangan oleh hukum untuk
menjalankan kekuasaan peradilan, dan berhak untuk diadili dalam jangka waktu yang wajar,
atau dibebaskan. Bukan merupakan suatu ketentuan umum, bahwa orang yang menunggu
diadili harus ditahan, tetapi pembebasan dapat diberikan dengan atas dasar jaminan untuk
hadir pada waktu persidangan, pada setiap tahap pengadilan dan pada pelaksanaan putusan,
apabila diputuskan demikian.
4. Siapapun yang dirampas, kebebasannya dengan cara penangkapan, penahanan, berhak untuk
disidangkan di depan pengadilan tanpa menunda-nunda dapat menentukan keabsahan
penangkapannya dan memerintahkan pembebasannya apabila penahanan tidak sah menurut
hukum.
Dalam memperkuat dan menjamin ketentuan untuk perlindungan HAM dalam due process of
law pada sistem peradilan pidana. Terutama dalam tahap/ fase pra-ajudikasi. Dapat jiuga
didasarkan pada konvensi anti penyiksaan yang telah diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1998. Penyiksaan berdasarkan konvensi ini diartikan: “Sebagai perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik
jasmani maupun rohani, pada seseorang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari orang
itu atau dari dari orang ketiga atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk
diskriminasi apabila rasa sakit atau penderitaan itu ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan
persetujuan atau sepengetahuan pejabat publik. Hal ini tidak meliputi rasa sakit dan penderitaan
yang semata-mata timbul melekat pada, atau diakibatkan oleh suatu sanksi hukum yang berlaku.”
Konsep dasar Hak Asasi Manusia adalah ketentuan yang pada mulanya hanya berada dalam
perdebatan sebagai bagian hukum alam. Kemudian dipositifkan dalam suatu ketentuan normatif
sebagai Ilmu Hukum Murni (Kelsen). Atau sebagai ilmu hukum positif/ normatif (Mewissen).
Telah mempengaruhi sistem peradilan pidana mulai dari tingkat peyelidikan, penyidikan,
penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan. Pengadilan yang mengadili terdakwa harus
bersikap fair dan tidak memihak (imparsialitas), beban pembuktian dibebankan bukan kepada
terdakwa (defendant), melainkan kepada penyidk dan penuntun. Semua prinsip KUHAP tersebut
adalah, bahagian dari implementasi konsep dasar HAM
HUBUNGAN KONSTITUSI DAN DASAR NEGARA
A. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi
1. Dasar negara
a. Pengertian dasar negara
Dasar negara ialah suatu norma tertinggi yang merupakan sumber bagi pembentukan tata hukum dan peraturan perundangan di suatu Negara
b. Fungsi dasar negara
Setiap negara atau setiap bangsa di dunia ini menginginkan suatu keadaan yang ideal atau seimbang bagi setiap aspek (bidang) kehidupan. Untuk itu, dasar negara atau ideologi negara memiliki fungsi sebagai berikut.
1) Dasar untuk berdirinya kedaulatan negara. Setiap negara yang akan berdiri dan berdaulat harus memenuhi persyaratan konstitutif dan persyaratan deklaratif. Salah satu pernyataan yang paling mendasar yang akan dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara adalah dasar negara.
2) Dasar kegiatan dalam penyelenggaraan negara. Para penyelenggara negara di dalam mewujudkan segala cita-cita dan tujuan nasional harus berdasarkan pada dasar negara, yaitu di dalam melaksanakan segala kegiatan ketatanegaraan.
3) Dasar dan sumber hukum nasional. Kedudukan dasar negara dalam suatu negara sangat penting karena merupakan suatu norma dasar bagi negara yang besangkutan, selain menjadi sumber bagi perundangannegara serta norma tertinggi dalam suatu negara sehingga semua kegiatan negara harus berdasarkan pada hukum yang berlaku.
4) Dasar bagi hubungan antarwarga negara. Semua aktivitas warga negara harus didasarkan pada dasar negara. Dengan demikian, kebebasan individu tidak merusak semangat kerja sama antara warga
begitu pula sebaliknya, kerja sama antarwarga tidak boleh merusak kebebasan individu.
c. Berbagai macam dasar negara
Setiap bangsa memiliki pandangan yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti sejarah perkembangan bangsa, kebudayaan, dan keadaan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, lahirlah
banyak konsep dasar negara atau ideologi. Macam-macam dasar Negara atau ideologi terkenal di dunia sebagai berikut.
1) Sosialisme, merupakan ideologi yang berpandangan adanya persamaan dan kesamaan dalam menjalani hidup. Dalam sosialisme, persamaan adalah merupakan konsekuensi logis dari keprihatinan terhadap suatu kemiskinan.
2) Liberalisme, merupakan ideologi yang berpaham kebebasan, yaitu adanya pengakuan hak-hak individual yang harus dilindungi dari campur tangan negara dan badan-badan yang lain. Manusia dipandang sebagai makhluk yang bebas dan rasional. Pemerintahan harus didasarkan pada persetujuan rakyat.
3) Marxisme-komunisme, merupakan salah satu jenis sosialisme yang mengajarkan tentang teori pertentangan kelas. Dalam konsep marxisme, negara hendaknya dipimpin dan lebih mengutamakan kelas pekerja (buruh) atau diktaktor proletariat. Marxisme berawal dari konsep-konsep politik, ekonomi, dan sosial Karl Marx dan selanjutnya diteruskan oleh Lenin, Stalin, dan Mao Tze Tung (Mao Zedong) menjadi paham komunisme. Menurut ajaran ini, suatu tujuan dapat dicapai dengan cara menghalalkan semua jalan. Komunisme cenderung meniadakan arti Tuhan karena berdasarkan pada materialism sehingga paham ini menindas kebebasan dalam beragama dan kebebasan individual. Menurut Budiardjo (1980), nilai-nilai yang terkandung di dalam komunisme adalah
a) monoisme, yaitu suatu prinsip yang menolak keberadaan golongangolongan (strata) dalam suatu masyarakat;
b) kekerasan dianggap sebagai cara atau alat yang sah untuk mencapai suatu tujuan (menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan),
c) semua alat negara (polisi, tentara, birokrasi, media massa, intelektual, dan perundang-undangan) dipergunakan untuk mewujudkan tujuan komunisme.
2. Konstitusi Negara
a. Pengertian konstitusi
Konstitusi secara literal berasal dari istilah dalam bahasa Prancis, yaitu constituer yang berarti “membentuk”. Penggunaan istilah konstitusi secara ketatanegaraan memiliki arti pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara. Dalam bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan sebutan gronwet yang berarti undang – undang dasar.
ada dua pengertian konstitusi, yaitu
1) dalam arti luas, merupakan suatu keseluruhan aturan dan ketentuan dasar (hukum dasar yang meliputi hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis yang mengatur mengenai suatu pemerintahan yang diselenggarakan di dalam suatu negara;
2) dalam arti sempit, merupakan undang-undang dasar, yaitu suatu dokumen yang berisi aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok dari ketatanegaran suatu negara.
b. Kedudukan konstitusi
Kedudukan konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan pada suatu negara sangat penting karena menjadi ukuran kehidupan dalam bernegara dan berbangsa untuk mengetahui aturan-aturan pokok yang ditujukan baik kepada penyelenggara Negara maupun masyarakat dalam ketatanegaraan. Kedudukan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Sebagai hukum dasar
Dalam hal ini, konstitusi memuat aturanaturan pokok mengenai penyelengara negara, yaitu badan-badan/lembaga-lembaga pemerintahan dan memberikan kekuasaan serta prosedur penggunaan kekuasaan tersebut kepada badan-badan pemerintahan.
2) Sebagai hukum tertinggi
Dalam hal ini, konstitusi memiliki kedudukan yang lebih tinggi terhadap peraturan-peraturan yang lain dalam tata hukum pada suatu negara. Dengan demikian, aturan-aturan di bawah konstitusi tidak bertentangan dan harus sesuai dengan aturan-aturan yang terdapat pada konstitusi
c. Macam-macam, unsur-unsur, dan sifat konstitusi
Konstitusi dapat dibedakan dalam dua macam.
1) Konstitusi tertulis, yaitu suatu naskah yang menjabarkan (menjelaskan) kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan serta menentukan cara kerja dari badan-badan pemerintahan tersebut. Konstitusi tertulis ini dikenal dengan sebutan undang-undang dasar.
2) Konstitusi tidak tertulis, merupakan suatu aturan yang tidak tertulis yang ada dan dipelihara dalam praktik penyelenggaraan negara di suatu negara. Konstitusi tidak tertulis ini dikenal dengan sebutan konvensi. Unsur-unsur yang harus dimuat di dalam konstitusi menurut pendapat Lohman (dalam Farida Indrati Suprapto) adalah
1) konstitusi sebagai perwujudan kontak sosial, yaitu merupakan perjanjian dari kesepakatan antara warga negara dengan pemerintah;
2) konstitusi sebagai penjamin hak asasi manusia, yaitu merupakan penentu hak dan kewajiban warga negara dan badan-badan pemerintah;
3) konstitusi sebagai forma regiments, yaitu merupakan kerangka
pembangunan pemerintah.
d. Tujuan konstitusi
Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang – wenang maksudnya tanpa membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan bisa saja kekuasaan penguasa akan merajalela Dan bisa merugikan rakyat banyak.
Melindungi HAM maksudnya setiap penguasa berhak menghormati HAM orang lain dan hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.
Pedoman penyelenggaraan negara maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh.
e. Isi konstitusi
Konstitusi suatu negara pada umumnya memuat atau berisi tentang halhal
berikut.
1) Gagasan politik, moral, dan keagamaan, serta perjuangan bangsa. Contohnya, pernyataan Konstitusi Jepang 1947 dan Pembukaan UUD Republik Indonesia 1945.
2) Ketentuan organisasi negara, memuat ketentuan-ketentuan mengenai pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif, maupun dengan badan-badan negara yang lain.
3) Ketentuan hak-hak asasi manusia, memuat aturan-aturan yang menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia bagi warga negara pada Negara yang bersangkutan.
4) Ketentuan prosedur mengubah undang-undang dasar, memuat aturanaturan mengenai prosedur dan syarat dalam mengubah konstitusi pada negara yang bersangkutan.
5) Ada kalanya konstitusi memuat larangan mengenai mengubah sifat-sifat tertentu dari undang-undang dasar. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terulangnya hal-hal yang telah diatasi dan tidak dikehendaki lagi, seperti timbulnya seorang diktator. Sebagai contoh, UUD Negara Jerman melarang untuk mengubah sifat federalisme yang sudah ditetapkan dalam UUD sebab bila menjadi negara kesatuan,
dikuatirkan akan muncul seorang Hitler yang baru.
f. Pembentukan konstitusi
Pembentukan konstitusi atau undang-undang dasar pada setiap negaraberbeda-beda. Ada yang sengaja dibentuk, ada yang secara revolusi, pemberian dari penguasa, maupun dengan cara evolusi.
1) Konstitusi yang pembentukannya sengaja dibentuk berarti pembuatan UUD dilakukan setelah negara tersebut berdiri.
2) Konstitusi yang pembentukannya secara revolusi berarti pemerintahan yang baru terbentuk dari hasil revolusi membuat UUD setelah mendapat persetujuan rakyat atau dengan cara permusyawaratan.
3) Konstitusi yang pembentukannya secara pemberian dari penguasa, dalam misalnya, seorang raja memberikan UUD kepada rakyatnya atau jika seorang raja mendapat tekanan dan khawatir akan timbul revolusi sehingga dibuatlah UUD yang dapat membatasi kekuasaan raja.
4) Konstitusi yang pembentukannya secara evolusi berarti pembuatan UUD didasarkan pada adanya perubahan-perubahan secara perlahan-lahan sehingga UUD yang lama menjadi tidak berlaku lagi.
3. Hubungan dasar negara dengan konstitusi
Dasar negara Republik Indonesia adalah Pancasila yang merupakan norma tertinggi. Sebagai dasar negara, Pancasila dapat disebut norma dasar, norma pertama, norma fundamental negara, atau pokok kaidah negara yang fundamental dan cita hukum yang menjadi sumber pembentukan konstitusi. Konstitusi yang merupakan norma hukum di bawah dasar negara bersumber dan berdasar pada dasar negara ini, meliputi hukum dasar tertulis, yaitu undangundang dasar, serta hukum dasar tidak tertulis, yaitu konvensi. Penjelasan atau penjabaran (perwujudan) dasar negara ke dalam aturan hukum yang pertamatama dilakukan melalui konstitusi. Hubungan dasar negara Pancasila dengan konstitusi UUD 1945 dapat dilihat pada Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 yang menunjukkan suasana kebatinan negara memuat asas kerohanian negara, asas politik negara, asas tujuan negara, dan dasar hukum pada undangundang dengan pokok-pokok pikiran sebagai berikut.
a. Pokok pikiran persatuan yang merupakan perwujudan dari sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia, memiliki pengertian bahwa Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Jadi, negara mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan. Dengan demikian, negara menghendaki persatuan meliputi segenap bangsa Indonesia.
b. Pokok pikiran keadilan sosial yang merupakan perwujudan dari sila kelima Pancasila, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, memiliki pengertian bahwa negara bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat dalam rangka mewujudkan negara yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur dengan memajukan kesejahteraan umum.
c. Pokok pikiran kedaulatan rakyat yang merupakan perwujuan dari sila keempat Pancasila, yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, memiliki pengertian Negara berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/ perwakilan. Oleh karena itu, negara memiliki sistem pemerintahan demokrasi Pancasila.
d. Pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab yang merupakan perwujudan dari sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, serta sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, mengandung pengertian negara menjunjung tinggi semua agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara untuk memilihara budi pekerti yang luhur dan teguh dalam memegang cita-cita moral rakyat yang luhur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Paradigma dalam arti luas
Paradigma secara sederhana dapat diartikan sebagai kerangka pikir untuk melihat suatu
permasalahan. Pengertian paradigma berkembang dari definisi paradigma pengetahuan yang
dikembangkan oleh Thomas Kuhn dalam rangka menjelaskan cara kerja dan mengembangkan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu alam. Paradigma pengetahuan merupakan perspektif
intelektual yang dalam kondisi normal memberikan pedoman kerja terhadap ilmuwan yang
membentuk ‘masyarakat ilmiah’ dalam disiplin tertentu.
Robert Winslow menambahkan pengertian paradigma ilmiah sebagai gambaran intelektual
yang daripadanya dapat ditentukan suatu subjek kajian. Perspektif intelektual inilah yang
kemudian akan membentuk ilmu pengetahuan normal (normal science) yang mendasari
pembentukan kerangka teoritis terhadap kajian-kajian ilmiah.
George Ritzer memberikan pengertian paradigma sebagai gambaran fundamental
mengenai subjek ilmu pengetahuan. Paradigma memberikan batasan mengenai apa yang
harus dikaji, pertanyaan yang harus diajukan, bagaimana harus dijawab dan aturan-aturan
yang harus diikuti dalam memahami jawaban yang diperoleh.
Paradigma ialah unit konsensus yang amat luas dalam ilmu pengetahuan dan dipakai
untuk melakukan pemilahan masyarakat ilmu pengetahuan (sub-masyarakat) yang satu
dengan masyarakat pengetahuan yang lain. Paradigma membantu para ilmuwan dan teoritisi
intelektual untuk memandu, mengintegrasikan dan menafsirkan karya mereka agar terhindar
dari penciptaan informasi yang acak dan tidak beraturan.
Menurut Kuhn, tidak ada sejarah kehidupan yang dapat diinterpretasikan tanpa
sekurang-kurangnya beberapa bentuk teori dan keyakinan metodologik implicit yang
berkaitan satu sama lain yang memungkinkan untuk melakukan seleksi, evaluasi dan bersikap
kritis. Meskipun terlihat terlalu bernuansa akademis, sebenarnya paradigma tidak menjadi
bahan kaji atau dominasi para kaum intelektual untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,
paradigma juga mungkin diterapkan pada ranah-ranah kehidupan sosial yang lain.
Sebenarnya Kuhn mendapatkan gagasannya mengenai paradigma tersebut dari dunia sejarah
dan sastra yang kemudian diterapkannya ke dalam domain ilmu-ilmu alam yang pada waktu
itu dianggap sebagai satu-satunya ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah. Sedangkan cabang
ilmu pengetahuan yang sekarang telah dianggap sebagai ilmu, dulunya hanya dianggap
sebagai seni saja misalnya sejarah, sastra, dan politik.
2.2 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Untuk mencapai tujuan hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara Indonesia
melaksanakan pembangunan nasional. Hal ini sebagai perwujudan praksis dalam
meningkatkan harkat dan martabatnya. Secara filosofis hakikat kedudukan Pancasila sebagai
paradigma pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek
pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai pada sila-sila
Pancasila.
Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara
Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia maka
tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolok ukur penyelenggaraan
bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat
manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang
monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
a. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
b. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
c. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.
Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan
harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek
ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara
totalitas.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia
secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
2.3 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Politik
Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku
politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka
pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu
menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem
politik demokrasi bukan otoriter. Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus
dikembangkan atas asas kerakyatan (sila IV Pancasila).
Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-asas moral
daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik
Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral
kerakyatan, dan moral keadilan.
Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara dikembangkan
atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa Pancasila bersifat
sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan
nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya dapat dilihat secara
berurutan-terbalik:
Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya,
agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari
Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam pengambilan
keputusan
Dapat disimpulkan bahwa pengembangan politik negara terutama dalam proses
reformasi dewasa ini harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila
Pancasila sehingga, praktik-praktik yang menghalalkan segala cara dengan memfitnah,
memprovokasi menghasut rakyat yang tidak berdosa untuk diadu domba harus segera
diakhiri.
2.4 Pancasila Sebagai Pembangunan Ekonomi
Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka sistem dan
pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus, sistem
ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan (sila I Pancasila) dan
kemanusiaan (sila II Pancasila). Sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas dam
humanistis akan menghasilkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan. Sistem ekonomi
yang menghargai hakikat manusia, baik selaku makhluk individu, sosial, makhluk pribadi
maupun makhluk tuhan.
Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang
hanya menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi
demikian juga berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak mengakui
kepemilikan individu. Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai
subjek. Oleh karena itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan
pembangunan ekonomi yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Sistem
ekonomi yang berdasar pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan yang berasaskan
kekeluargaan. Sistem ekonomi Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral
kemanusiaan.
Pembangunan ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-bentuk
persaingan bebas, monopoli dan bentuk lainnya yang hanya akan menimbulkan penindasan,
ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan warga negara. Pancasila sebagai paradigma
pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila Keempat Pancasila; sementara
pengembangan ekonomi lebih mengacu pada pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia.
Dengan demikian subjudul ini menunjuk pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau
pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau
Sistem Ekonomi Pancasila.
Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesar-besarnya
kemakmuran/kesejahteraan rakyat yang harus mampu mewujudkan perekonomian nasional
yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang seperti selama Orde
Baru yang telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan
yang lebih memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang
mencakup koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan
ekonomi nasional.
Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi. Ekonomi
Kerakyatan akan mampu mengembangkan program-program kongkrit pemerintah daerah di
era otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan
pemerataan pembangunan daerah.
Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat
dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan partisipatif. Dalam
Ekonomi Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis berperanan memaksakan
pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau meningkatkan kepastian
hukum.
2.5 Pancasila Sebagai Pembangunan Sosial Budaya
Dalam pembangunan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya didasarkan atas
sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai
makhlukyang berbudaya. Pancasila juga merupakan sumber normatif bagi peningkatan
humanisasi dalam bidang sosial budaya.
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak dari
hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang dalam sila
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus
mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya
dan beradab. Pembangunan sosial budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab,
kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil
dan beradab.
Berdasarkan sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas
dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam di seluruh wilayah
Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa.Perlu ada pengakuan dan
penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa Indonesia
sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa. Dengan demikian,
pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan
ketidakadilan sosial. Paradigma-baru dalam pembangunan nasional berupa paradigma
pembangunan berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya perlu
diselenggarakan dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti yang terlibat, di
samping hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan hak asasi individu secara
berimbang (Sila Kedua). Hak budaya komuniti dapat sebagai
perantara/penghubung/penengah antara hak negara dan hak asasi individu. Paradigma ini
dapat mengatasi sistem perencanaan yang sentralistik dan yang mengabaikan kemajemukan
masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan Indonesia.
Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai
puncak-puncak kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-bersama, bagi kebudayaan -
kebudayaan di daerah:
(1) Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun sukubangsa ataupun golongan sosial dan
komunitisetempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa;
(2) Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap
warganegaraIndonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan, kedaerahan, maupun
golongannya;
(3) Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat
majemukdi kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang
berdaulat;
(4) Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan
masyarakatmajemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui musyawarah. Sila ini
sangat relevanuntuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendahulukan kepentingan
perorangan;
(5) Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang
membangkitkansemangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskankehidupan bangsa, dan ikutserta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
2.6 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum
Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa tugas dan tanggung
jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja, tetapi juga rakyat Indonesia secara
keseluruhan. Atas dasar tersebut, sistem pertahanan dan keamanan adalah mengikut sertakan
seluruh komponen bangsa. Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan Indonesia disebut
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata).
Sistem pertahanan yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan
sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan pada kesadaran atas hak dan
kewajiban warga negara, serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, di mana pemerintahan dari
rakyat (individu) memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam masalah pertahanan negara
dan bela negara. Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan keamanan telah
diterima bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang
pertahanan Negara.
Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada
falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk menjamin keutuhan dan tetap tegaknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Dengan ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki sebuah konstitusi, yang di
dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok materi-muatan konstitusi, yaitu:
(1) Adanya perlindungan terhadap HAM,
(2) Adanya susunan ketatanegaraan
negara yang mendasar, dan
(3) Adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga
mendasar.
Sesuai dengan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat rumusan Pancasila, Pembukaan
UUD 1945 merupakan bagian dari UUD 1945 atau merupakan bagian dari hukum positif.
Dalam kedudukan yang demikian, ia mengandung segi positif dan segi negatif. Segi
positifnya, Pancasila dapat dipaksakan berlakunya (oleh negara); segi negatifnya, Pembukaan
dapat diubah oleh MPR sesuai dengan ketentuan Pasal 37 UUD 1945. Hukum tertulis seperti
UUD termasuk perubahannya, demikian juga UU dan peraturan perundang-undangan
lainnya, harus mengacu pada dasar negara (sila - sila Pancasila dasar negara).
Dalam kaitannya dengan ‘Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum’, hukum
(baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis) yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak
boleh bertentangan dengan sila-sila:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan harus merupakan perwujudan
atau penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya, substansi produk hukum
merupakan karakter produk hukum responsif (untuk kepentingan rakyat dan merupakan
perwujuan aspirasi rakyat). Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat
Beragama Bangsa Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah dan santun,
bahkan predikat ini menjadi cermin kepribadian bangsa kita di mata dunia internasional.
Indonesia adalah Negara yang majemuk, bhinneka dan plural. Indonesia terdiri dari
beberapa suku, etnis, bahasa dan agama namun terjalin kerja bersama guna meraih dan
mengisi kemerdekaan Republik Indonesia kita. Namun akhir-akhir ini keramahan kita mulai
dipertanyakan oleh banyak kalangan karena ada beberapa kasus kekerasana yang bernuansa
Agama. Ketika bicara peristiwa yang terjadi di Indonesia hampir pasti semuanya melibatkan
umat muslim, hal ini karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Masyarakat
muslim di Indonesia memang terdapat beberapa aliran yang tidak terkoordinir, sehingga
apapun yang diperbuat oleh umat Islam menurut sebagian umat non muslim mereka seakan-
seakan merefresentasikan umat muslim.
Paradigma toleransi antar umat beragama guna terciptanya kerukunan umat beragama
perspektif Piagam Madinah pada intinya adalah seperti berikut:
1. Semua umat Islam, meskipun terdiri dari banyak suku merupakan satu
a. komunitas (ummatan wahidah).
2. Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara komunitas
3. Islam dan komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsi:
a. Bertentangga yang baik
b. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
c. Membela mereka yang teraniaya
d. Saling menasehati
e. Menghormati kebebasan beragama.
Lima prinsip tersebut mengisyaratkan:
1) Persamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara tanpa diskriminasi yang
didasarkan atas suku dan agama;
2) pemupukan semangat persahabatan dan saling berkonsultasi dalam menyelesaikan
masalahbersama serta saling membantu dalam menghadapi musuh bersama. Dalam “Analisis
danInterpretasi Sosiologis dari Agama” (Ronald Robertson, ed.) misalnya, mengatakan
bahwa hubungan agama dan politik muncul sebagai masalah, hanya pada bangsa-bangsa yang
memiliki heterogenitas di bidang agama.
Hal ini didasarkan pada postulat bahwa homogenitas agama merupakan kondisi
kesetabilan politik. Sebab bila kepercayaan yang berlawanan bicara mengenai nilai-nilai
tertinggi (ultimate value) dan masuk ke arena politik, maka pertikaian akan mulai dan
semakin jauh dari kompromi.
Dalam beberapa tahap dan kesempatan masyarakat Indonesia yang sejak semula
bercirikan majemuk banyak kita temukan upaya masyarakat yang mencoba untuk membina
kerunan antar masayarakat. Lahirnya lembaga-lembaga kehidupan sosial budaya seperti
“Pela” di Maluku, “Mapalus” di Sulawesi Utara, “Rumah Bentang” di Kalimantan Tengah
dan “Marga” di Tapanuli, Sumatera Utara, merupakan bukti-bukti kerukunan umat beragama
dalam masyarakat. Ke depan, guna memperkokoh kerukunan hidup antar umat beragama di
Indonesia yang saat ini sedang diuji kiranya perlu membangun dialog horizontal dan dialog
Vertikal. Dialog Horizontal adalah interaksi antar manusia yang dilandasi dialog untuk
mencapai saling pengertian, pengakuan akan eksistensi manusia, dan pengakuan akan sifat
dasar manusia yang indeterminis dan interdependen. Identitas indeterminis adalah sikap dasar
manusia yang menyebutkan bahwa posisi manusia berada pada kemanusiaannya. Artinya,
posisi manusia yang bukan sebagai benda mekanik, melainkan sebagai manusia yang berkal
budi, yang kreatif, yang berbudaya.
Sejarah Perumusan PancasilaPancasila adalah dasar negara indonesia yang lahir melalui proses dan digali dari budaya bangsa sehingga dijadikan sebagai
idoelogi nasional. Istilah pancasila pertama kali ditemukan dalam buku Sutasoma karangan yang dibuat oleh Empu Tantular
bahwa Sejarah pembuatan pancasila dalam bukunya tertulis istilah pancasila mempunyai dua pengertian yaitu :
1. Berbatu sendi, yang lima.
2. Pelaksanaan lima kesusilaan , yaitu dilarang berbuat keras, tidak boleh mencuri, jangan berjiwa dengki, berbohong,
mabuk/minuman keras.
Pancasila merupakan dasar dari negara indonesia yang merupakan filosofi, terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa
Sanskerta, panca berarti lima, dan sila berarti prinsip atau dasar. Perumusan Pancasila pada tanggal 29 April tahun 1945,
Pemerintah Jepang membentuk sebuah lembaga yang bernamakan dalam bahasa jepang Dokuritsu Jumbi Choosakai dan
dalam bahasa indonesia merupakan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI ) yang
beranggotakan 62 anggota BPUPKI , yang diangkat pada tanggal 28 Mei 1945 yang diketuai oleh Dr. Radjiman
Widyoningrat dan Wakilnya R. Panji Soeroso dan Ichibangase (orang jepang). BPUPKI mulai bekerja tanggal 29 Mei 1945.
dengan tugasnya membuat rancangan dasar negara dan membuat rancangan UUD. Sidang Pertama BPUPKI (29-31 Mei
1945 dan 1 juni 1945 ) memiliki berbagai masukan-masukan tentang dasar Negara Indonesia. Terdapat beberapa usulan
rumusan dasar negara di antaranya sebagai berikut.
1. Muhammad Yamin ( 29 Mei 1945 )
Dalam Usulan Muhamad Yamin dengan tampa teks yang langsung saja dengan lisan, yaitu sebagai berikut.
a. Peri Kebangsaan
b. Peri kemanusiaan
c. Peri ketuhanan
d. Peri Kerakyatan
e. Kesejahteraan Sosial ( keadilan Sosial )
Setelah berpidato Muhammad Yamin menyampaikan usul tertulis dalam UUD yang dirancang.. Dalam Rancangan
Pembukaan Undang-undang dasar itu. memiliki lima rumusan tentang asas negara merdeka yang berisi yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradap,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
2. Soepomo ( 31 Mei 1945 )
Menyampaikan lima asas untuk Negara Republik Indonesia,antara lain :
a. Persatuan
b. Kekeluargaan
c. Keseimbangan lahir dan batin
d. Musyawarah
e. Keadilan rakyat. 3. Soekarno ( 1 juni 1945 )
Dalam memberi masukan tentang asa negara indonesia, Ir. Soekarno juga menyumpang masukan , sebagai berikut.
a. Kebangsaan Indonesia
b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
c. Mufakat atau demokrasi
d. Kesejahteraan Sosial
e. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Sidang BPUPKI (29 Mei 1945 - 1 juni 1945 ) belum dapat menetapkan ketiga usulan rumusan dasar negara tersebut
menjadikan sebuah dasar dalam negara indonesia, lalu Pada saat itu pula dibentuk Panitia yang beranggotakan Sembilan
orang (9) yang dikenal sebutan Panitia sembilan. Anggota anggotanya yaitu Sebagai berikut.
1. Ir. Soekarno, Ketua merangkap anggota
2. H. Agus salim, anggota
3. Mr. Ahamd Soebardjo, anggota
4. Mr Muhammad Yamin, anggota
5. Drs. Mohammad Hatta, Anggota
6. Mr. AA. Maramis, anggota
7. Kyai Hadi Wachid Hasyim , anggota
8. Abdul Kahar Muzakkir, anggota
9. Abikusno Tjokrosujoso, anggota
Pada tanggal 22 juni 1945 Anggota dari Panitia Sembilan, berhasil merumuskan naskah Rancangan Pembukaan UUD, yang
kemudian dikenal sebagai Piagam jakarta ( Djakarta charter )yang berisi sebagai berikut.
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradap
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan Perintah Presiden No. 12 tahun 1968 tanggal 13 april tahun 1968, mengenai Rumusan Dalam dasar negara
Indonesia dan Tata cara dituliskan. Rumusan pancasila yang benar (shohih) dan sah adalah yang tercantum didalam
pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan dan disahkan oleh PPKI tanggal 18 agustus 1945 yaitu Pancasila,dan rumusan dari
Pancasila yaitu :
1. Ketuhanan Yang maha esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradap
3. Persatuan indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
SISTEM POLITIK DEMOKRASI PANCASILA
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang mengutamakanmusyawarah mufakat daripada suara terbanyak dalam setiap usaha pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, terutama dalam lembaga-lembaga Negara.
1. Sistem Politik di Indonesia
System politik Indonesia berdasar pada ketentuan dalam UUD 1945. UUD 1945 merupakan konstitusi Negara Indonesia yang mengatur kedudukan dan tanggung jawab penyelenggara Negara, kewenangan, tugas, dan hubungan antara lembaga-lembaga Negara dan juga mengatur hak dan kewajiban waega Negara. System politik Indonesia telah mengalami banyak perubahan setelah
adanya amandemen terhadap UUD1945, berikut perbandingan system politik Indonesia sebelum amandeman dan setelah amandemen.
a. System politik Indonesia sebelum amandemen UUD 1945
Pokok-pokok system politik Indonesia sebelum amandemen UUD 1945
Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk republic. Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya oleh MPR. Presiden sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan.
Rakyat berasal beragam suku bangsa, agama, dan budaya yang tersebar di ribuan pulau besar dan kecil dan masuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kelembagaan Negara yang meliputi
- Lembaga legislatif terdiri atas MPR sebagai lembaga tertinggi dan DPR
- Lembaga eksekutif terdiri atas presiden yang dibantu oleh wakil presiden dan cabinet.
- Lembaga yudikatif yang menjalankan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA)
Fungsi dari kelembagaan Negara yang meliputi
- Fungsi MPR selaku lembaga tertinggi Negara adalah menyusun konstitusi Negara, mengangkat dan memberhentikan presiden/wakil presiden dan menyusun Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Anggota MPR adalah 700 orang yaitu 500 anggota DPR dan 200 Utusan Golongan dan Utusan Daerah. Fungsi DPR adalah mengawasi jalannya pemerintahaan dan bersama-sama dangan pemerintah menyusun undang-undang. Anggota DPR adalah 500 orang yang diplih melalui pemilu setiap 5 tahun sekali.
- Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan yang berkedudukan sama dengan lembaga tinggi negara lainnya. Presiden juga berkedudukan sebagai mandataris MPR yang berkewajiban menjalankan GBHN yang ditetapkan MPR. Presiden mengangkat menteri dan kepala nondepartemen setingkat menteri. Menurut UUD 1945 presiden dan wakil presiden dipilh oleh MPR dengan suara terbanyak, menjabat selama 5 tahun dan dapat diplih kembali.
- MA berfungsi melakukan pengadilan, pengawasan, pengaturan, member nasihat dan administrasi. MA bersifat independen dari intervensi pemerintah.
Lembaga tinggi lainnya adalah Badan Pengawas Keuangan (BPK) dan DewanPertimbangan Agung (DPA). Fungsi BPK adalah melakukan pemeriksaan keuangan pemerintah. DPA berfungsi untuk member jawaban terhadap pertanyaan presiden yang berkaitan dengan penyelenggaran Negara, termasuk masalah politik, ekonomi, social budaya dan militer. Jumlah anggota DPA adalah 45 orang yang diusulkan DPR dan diangkat presiden.
Daerah provinsi dikepalai oleh seorang gubernur dan daerah kabupaten/kota dikepalai seorang bupati/walikota. Sejak diberlakukannya UU no 22/1999 tentang Pemerintah Daerah pada tanggal 1 Januari 2001, kewenangan pengelolaan daerah dititikberatkan di tingkat kabupaten/kota
b. System politik Indonesia setelah amandemen UUD 1945
Pokok-pokok system politik di Indonesia setelah amandemen UUD 1945
Bentuk Negara adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan adalah republik
Kekuasaan eksekutif berada di tangan presiden. Presiden/wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket. Presiden tidak bertanggung jawab paa parlemen tapi juga tidak dapat membubarkan parlemen. Masa jabatan selama 5 tahun dan dapat diplih kembali sekali dalam jabatan yang sama.
Presiden membentuk cabinet yang bertanggung jawab kepadanya.
Parlemen terdiri atas 2 badan (bikamerl), yaitu DPR dan DPD dengan masa jabatan 5 tahun. DPD adalah perwakilan dari daerah provinsi.
MPR tidak lagi sebagai lembaga tertinggi Negara. MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD, melantik presiden dan wakil presiden serta dapat memberhentikan presiden/wakil presiden. Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD.
Tidak ada lembaga tertinggi dan lembaga tinggi Negara, yang ada adalah lembaga-lembaga Negara
Lembaga DPA ditiadakan dan dibentuk sebuah Dewan Pertimbangan yang berada langsung di bawah presiden.
Kekuasan membentuk UU berada pada DPR. DPR menetapkan anggaran belanja Negara dan mengwasi jalannya pemerintahan. DPR tidak dapat membubarkan presiden dan kabinetnya tapi dapat mengajukan usul pemberhentian presiden pada MPR
Kekuasaan yudukatif berada pada MA dan MKdan terdapat Komisi Yudisial yang mengusulkan pengangkatan hakim agung
System kepartaian adalah multipartai
Pemilu diadakan untuk memilih presiden dan wakil presiden dalam satu paket, anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten kota
Pemerintah daerah terdapat di daerah provinsi dan daerah kabupaten kota. Kekuasaan legislative berada pada DPRD dan kekuasaan eksekutif berada pada gubernur untuk daerah provinsi dan bupati/walikota untuk kabupaten/kota. Kekuasaan yudikatif berada pada pengadilan tinggi pada tingkat daerah provinsi dan pengadilan negeri pada tingkat daerah kabupaten/kota. Sebutan daerah tingkat I dan daerah tingkat II sudah tidak ada.
Indonesia menjalankan otonomi daerah dengan prinsip desentralisasi (kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota sangat besar dan pemerintah pusat hanya mengurusi 5 bidang yaitu hankam, politik luar negeri, peradilan, moneter dan fiscal serta agama) dan dekonsentrasi.
Adanya jaminan HAM sebagaimana tertuang dalam pasal 28 A-J UUD 1945 dan UU yang berkaitan dengan HAM, seperti UU no 39 tahun 1999 tentang HAM dan UU no 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM.
2. Prinsip-Prinsip Demokrasi Pancasila
a. Pancasila sebagai Landasan Demokrasi di Indonesia
Pancasila merupakan dasar falsafah bangsa dan negara yang mendasari segenap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, UUD 1945 sebagai dasar konstitusional negara Republik Indonesia juga berdasarkan pada Pancasila.
Setiap sila Pancasila merupakan suatu ajaran demokrasi, yaitu :
Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Berarti memberi kebebasan untuk menganut agama lain dan menghargai keyakinan orang lain.
Sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”
Mengajak orang untuk memperlakukan semua orang sama berdasar harkat dan martabatnya.
Sila “Persatuan Indonesia”
Bermakna bahwa persatuan lebih utama daripada perpecahan dan pertentangan.
Sila “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan”
Menyatakan bahwa rakyatlah yang berdaulat dalam suatu negara.
Sila “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
Ini adalah suatu bentuk tujuan dari semokrasi di indonesia.
Maka nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila adalah sebagai berikut:
1) kebebasan yang harus disertai tanggung jawab, baik kepada masyarakat maupun bangsa secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Pengakuan tinggi terhadap harkat dan martabat seseorang
3) Peningkatan persatuan dalam hidup bersama
4) Pengakuan perbedaan atas idividu, kelompok, ras, suku, budaya, agama karena perbedaan bawaan kodrat manusia
5) Pengakuan adanya hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras dan suku.
6) Perbedaan dalam suatu kerja sama ke arah kemanusiaan yang adil dan beradab.
7) Musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang adil dan beradab
8) Keadilan sosial sebagai cita-cita bersama
b. Prinsip Demokrasi Berdasar Pancasila
Menurut Ahmad Sanusi, prinsip-prinsip yang berdasar Pancasila adalah sebagai berikut :
Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Demokrasi berdasarkan hak asasi manusia
Demokrasi berdasarkan kedaulatan rakyat
Demokrasi berdasarkan kecerdasan rakyat
Demokrasi berdasarkan pemisahan kekuasaan negara
Demokrasi berdasarkan otonomi daerah
Demokrasi berdasarkan supremasi hukum (rule of Law)
Demokrasi berdasarkan peradilan yang bebas
Demokrasi berdasarkan kesejahteraan rakyat
Demokrasi berdasarkan keadilan sosial
Delapan prinsip dasar mekanisme demokrasi adalah sebagai berikut :
1) Kedaulatan Rakyat
Menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara berada pada rakyat.
2) Negara Berdasarkan atas Hukum
Negara Indonesia menganut hukum dalam arti materiil (luas) untuk mencapai tujuan nasional
3) Pemerintahan Berdasarkan Konstitusi (Menganut Paham Konstitusionalisme)
Kekuasaan pemerintahan adalah terbatas bukan absolut (tidak terbatas). Konstitusi juga menjamin hak-hak dasar warga negara
4) Pemerintahan yang Bertanggung Jawab
Bertanggung jawab dalam artian kepada rakyat dan ke atas yaitu pertanggungjawaban moral kepada Tuhan Yang Maha Esa
5) Bentuk Kesatuan Republik
Bentuk organisasi negara yang memperjuangkan kepentingan umum dibakukan dalam bentuk republik.
6) Sistem Perwakilan
Pemerintah pada dasarnya menjalankan amanat rakyat untuk menyelenggarakan negara adalah suatu bentuk demokrasi tidak langsung (perwakilan). Rakyat melalui para wakilnya ikut serta dan mengawasi jalannya pemerintahan
7) Sistem Pemerintahan Presidensial
Presiden adalah penyelenggaraan negara tertinggi dan juga sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan
8) Tidak Mengenal Adanya Golongan Oposisi
Oposisi adalah istilah teknis dalam sistem pemerintahan parlementer dan merupakan golongan yang tidak ikut dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Jadi demokrasi Indonesia dilaksanakan berdasarkan Pancasila.prinsip dasar mekanisme demokrasi Pancasila sekaligus dapat menjadi alat ukur apakah pasal-pasal yang telah tertuang dalam UUD 1945 sudah sesuai atau belum bahkan apakah bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar tersebut.
3. Pelaksanaan Demokrasi Pancasila dalam Pengambilan Keputusan
a. Berdasar atas makna dari sila keempat pada pancasila, yaitu:
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyahwaratan perwakilan”. Jadi dalam demokrasi yang artinya dipersempit maknanya adalah sebagai pengambilan keputusan yang dilaksanakan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat. Contohnya seperti voting atau pengambilan suara. Dalam voting biasanya terdapat perbedaan pendapat, perbedaan itu ada 2 bentuk: oposisi dan kritik. Sebagaimana dalam sistim demokrasi pancasila menerima adanya kritik, sedangkan oposisi tidak dikenal dalam sistem presidensial.
b. Berdasarkan ketetapan MPR No.I/MPR/1993 pasal 87 dan 92 Jo. Tap.MPR No.II/MPR/1999 pasal 79, dijelaskan bahwa pengambilan keputusan sejauh mungkin diusahakan melalui musyawarah, apabila hal ini tidak berhasil maka ditempuh dengan jalan voting. Adapun syarat-syarat pengambilan keputusan berdasarkan voting yang diatur dalam Tap.MPRNo.II/MPR/1999 pasal 85 adalah:
Ø Diambil dalam suatu rapat yang daftar hadirnya telah ditandatangani
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota.
Ø Disetujui lebih daripada 1/2 dari anggota yang hadir.
Berdasarkan pedoman diatas maka pengambilan keputusan mempunyai 2 prinsip yaitu:
v Musyawarah untuk mufakat ini harus Berdasarkan bunyi sila keempat.
v Setiap putusan yang dihasilkan harus sesuai dengan UUD 1945.
4. Sikap Terhadap Sistem Politik Demokrasi Pancasila
Pancasila merupakan kekhasan pandangan hidup atau falsafah yang menjadi dasar demokrasi di Indonesia. Demokrasi Indonesia tentu berbeda dengan demokrasi lain berdasar pada falsafah Negara yang mendasarinya. Berikut adalah perbedaan demokrasi Indonesia dan demokrasi liberal :
a. Demokrasi Pancasila berpaham pada kerakyatan (nonsekuler), sedangkan demokrasi liberal berpaham individualitas (sekuler)
b. Demokrasi Pancasila bersifat social atau komunal, sedangkan demokrasi liberal bersifat individual
c. Negara dalam demokrasi Pancasila adalah sosialis religus (tidak semata-mata didasarkan pada suara rakyat banyak, tapi harus dapat dipertanggungjawabkan menurut nilai-nilai ketuhanan), sedangkan negara dalam demokrasi liberal adalah negara sekuler.
d. Demokrasi Pancasila meliputi demokrasi politik, ekonomi dan social, sedangkan demokrasi liberal menekankan pada demokrasi politik.
Demokrasi Pancasila menekankan pentingnya musyawarah untuk mencapai mufakat yang merupakan demokrasi asli dari masyarakat Indonesia. Seandainya musyawarah tidak berhasil maka ditempuh dengan suara terbanyak, jadi tidak semata-mata melihat dari segi jumlah, tapi mementingkan proses keikutsertaan segenap kelompok masyarakat. Misalnya pemilihan presiden Indonesia secara langsung oleh rakyat, hal ini disebabkan Pancasila bersifat terbuka dan memberi kebebasan masuknya prinsip-prinsip demokrasi lain sepanjang prinsip tersebut memperkuat demokrasi dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi.
Sejarah Singkat berdirinya Indonesia
Indonesia terkenal dengan negara yang indah dan kaya raya. Bagi rakyat yang hidup di pesisir pantai bisa mencari nafkah di laut untuk membiayai kebutuhan hidupnya dan bagi rakyat yang hidup di perbukitan dapat mencari nafkah dengan menanam tanaman-tanaman. dan Indonesia juga terkenal dengan budayanya yang bagus dan diwariskan oleh leluhur kita. dan yang paling kita banggakan dari indonesia adalah Bapak presiden pertama Indonesia yang memerdekakan bangsa Indonesia yaitu Ir. Soekarno beliau juga tidak menyenangkan bangsa Indonesia Sendiri akan tetapi juga negara lain yaitu Arab saudi, Uni sofiet atau sekarang kita sebut sebagai negara Rusia.
Kalian pasti tahu tentang hari merdeka negara Indonesia yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. pada tanggal tersebut Indonesia telah bebas dari penjajahan diatas dunia dan ada yang belum terselesaikan oleh Indonesia yaitu memberantas para PKI yang ada di Indonesia dan beserta ormas-ormas nya, PKI adalah Singkatan dari Partai Komunis Indonesia yang ingin memerdekakan negara Indonesia sendiri dan mengganti bendera Indonesia.
Sebelum berdirinya Indonesia
Indonesia terletak di 2 Benua yaitu benua Asia dan benua Australia dan terletak di 2 samudra yaitu samudra Hindia dan Samudra Pacific, jadi negara Indonesia adalah letak yang strategis bagi penjajah-penjajah Indonesia untuk menjajah Indonesia apalagi di Indonesia banyak rempah-rempah yang di cari oleh para penjajah eropa untuk menjajah. dan rempah-rempah menurut bangsa eropa adalah sebanding dengan emas bagi bangsa eropa zaman dahulu, dan tujuan bangsa eropa adalah menyebarkan agama Katholik atau nasrani.
Negara yang pertama ke Indonesia adalah negara Portugis atau sekarang kita sebut sebagai Portugal yang di pimpin oleh Magellan pada tahun 1522. dan pada tahun tersebut juga bertepatan dengan terselesainya penjajahan oleh Magellan. dan yang kedua adalah negara spanyol yang berhasil menepi di daerah Maluku pada tahun 1521 daerah Maluku terbagi menjadi 2 kerajaan Ternate dan Tidore dua kerajaan tersebut di adu domba oleh Portugis. dan pada saat itu disambut hangat oleh rakyat Tidore dan merencanakan untuk bersekutu melawan rakyat Ternate, dan rakyat Ternate bersekutu dengan bangsa Portugis, dua negara yang berasal dari bangsa eropa ini juga sama tujuannya. akan tetapi mereka ingin menguasai daerah nya untuk diambil sendiri, dan akhirnya di adakan perjanjian Saragosa atau perjanjia Gianti yang berisi bahwa bangsa spanyol memperoleh wilayah yang ada di negara Filipina dan bangsa Portugis akan tetap berada di wilayah Maluku.
Negara yang ke-tiga ke Indonesia adalah negara Belanda. Negara Belanda adalah negara yang paling lama menjajah negara Indonesia yaitu 350 tahun. Setelah negara Belanda sudah tiba ke Indonesia, negara Belanda ingin membuat sebuah perusahaan yang bernama VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) yang membuat rakyat Indonesia sengsara dan pada saat itu banyak Pemberontakan dari rakyat Indonesia. Pahlawan yang memimpin ketika pemberontakan adalah :
1. Kapitan Patimura atau Thomas Matulesi pemimpin rakyat Maluku2. Tuanku Imam Bonjol3. Mahmud Badaruddin II4. Sutan Syahrir5. Sultan ageng Tirtayasa6. Dll.
Bangsa Inggris adalah bangsa yang ke-empat yang ke Indonesia, yang sudah menguasai Indonesia sejak tahun 1811 dan mengangkat Thomas Stamford Raffels sebagai Gubernur Jendral Indonesia. Penyerahan kembali wilayah Indonesia yang dikuasai Inggris akan di kembalika olen Belanda dengan perjanjian. Pemerinth Inggris di wakili oleh John Fendall
sedangkan dari pihak Belanda di wakili oleh Van Der Cappelen. pada tahun 1816 berakhirlah kekuasaan Inggris di wilayah Indonesia.
Setelah berakhirnya kekuasaan negara Inggris di wilayah Indonesia, masa Penjajahan Jepang sudah berkuasa menguasai Indonesia di mulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tahun 17 agustus 1945 yang bertepatan dengan hari kebebasan Indonesia atau kemerdekaan Indonesia. setelah kota penting di Jepang di Bom oleh sekutu yaitu Kota Hiroshima pada tanggal 6 agustus 1945 dan kota Nagasaki pada tanggal 9 agustus 1945.
Naskah proklamasi di rancang di rumah laksamana Maeda dari Jepang yang memberi simpati atau dukungan untuk memerdekakan bangsa Indonesia di jalan Imam bonjol no.1 dan para tokoh yang merumuskan adalah : Soekarno, Hatta, dan Mr. Ahmad Subarjo. Perumusan naskah Proklamasi di saksikan oleh : Sukarni, Mbah diro, dan B.M. Diah. Setelah itu naskah proklamasi di tanda tangani oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. dan kemudian di ketik oleh Sayuti melik. dan ada kata-kata yang dirubah seperti : kata "Tempoh" menjadi "Tempo" ; "Wakil-wakil Bangsa Indonesia" menjadi "atas nama bangsa Indonesia" ; tulisan "Djakarta, 17-08-05" menjadi "Djakarta, Hari 17 Boelan 8 tahun'05".Naskah yang sudah diketik dan sudah di tanda tangani oleh Soekarno dan Hatta di sebut naskah Otentik.
Pada tanggal 17 agustus 1945 pukul 10.00 WIB, Teks Proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno dan didampingi oleh Moh. Hatta di Jl. Pegangsaan timur. dan sekarang Jl. Proklamasi 56. setelah pembacaan teks proklamasi, adalah upacara yang selanjutnya pengibaran bendera merah putih. yang di kibarkan oleh S. Suhud dan Sudanco Latif, sebelumnya bendera tersebut di jahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno.
Naskah Proklamasi Sebelum diketik
Naskah Proklamasi Setelah diketik