Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

download Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

of 66

Transcript of Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    1/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 1 dari 66

    DRAFT MATERI TEKNISPEDOMAN PEMBANGUNAN GEDUNG

    (BUILDING CODE)

    KABUPATEN NIAS

    BAGIAN ITATA BANGUNAN(PERSYARATAN)

    1.1. PERUNTUKAN DAN INTENSITAS BANGUNAN

    Penentuan letak suatu daerah didasarkan tiga pertimbangan, yaitu ;

    a.  Elevasi muka tanah terhadap +  0,00 meter Low Water Sea (LWS) atau surutterendah. 

    Elevasi (e) terbagi dengan dalam tiga kelompok yaitu elevasi 0,00 sampai dengankurang dari 5 meter LWS, elevasi 5 sampai dengan 15 meter LWS dan lebih dari 15meter LWS.

    b.  Radius dari garis pantai Berdasarkan radius ( r) yang diukur dari garis pantai, dapat dibagi atas tiga zone yaituZone I kurang dari 5 km, Zone II antara 5-20 km dan Zone III lebih dari 20 km.

    c.  Zone gempa yang mungkin terjadi Berdasarkan zone gempa (SNI 03-1726), untuk bangunan non rumah zone gempadapat terbagi dalam dua bagian yaitu Zone 5 dengan acceleration maksimum 0,25g danZone 6 dengan acceleration  maksimum 0,3g. Untuk rumah tinggal zone gempa yangdigunakan adalah Zone 6 dengan acceleration  maksimum 0,3g. Nilai g sebesar 9,81

    m2/detik.

    1.1.1.  Peruntukan, Fungsi dan Klasifikasi Bangunana.  Fungsi Lahan

    1)  Zone 1(1) Permukiman

    a)  Permukiman nelayan terbatas. Permukiman yang semula telah ada di zoneini tidak boleh diperluas, namun boleh ditingkatkan kualitasnya.

     b)  Kepadatan bangunan sangat rendah didukung bangunan tahan gempa/bangunan tradisional (panggung).

    c)  Permukiman pedesaan terbatas lainnya pada kawasan budidaya pertanian,

    hutan produksi, pertambangan dan pariwisata (rural).(2) Non Rumah Tinggal

    Zone ini berfungsi untuk tambak, hutan bakau, rekreasi pantai, pertanian dankawasan lindung pantai (sub urban)

    2)  Zone 2(1) Permukiman

    a)  Permukiman nelayan dan petani yang terbatas. Permukiman yang semulatelah ada di zone ini tidak boleh diperluas, namun boleh ditingkatkankualitasnya.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    2/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 2 dari 66

     b)  Kepadatan bangunan rendah didukung bangunan tahan gempa/ bangunantradisional (panggung).

    c)  Perencanaan sistem drainase yang handal (kanal) terutama pada daerahyang mempunyai kemiringan ≤ 8%.

    (2) Non Rumah Tinggala)  Kepadatan bangunan rendah didukung bangunan tahan gempa/ sesuai

    dengan Perencanaan Bangunan-bangunan Tahan Gempa Bumi. b)  Perencanaan sistem drainase yang handal (kanal).terutama pada daerah

    yang mempunyai elevasi

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    3/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 3 dari 66

    (1) Perumahan dan PermukimanPada kawasan ini tidak sesuai untuk lahan permukiman. Tidak boleh adabangunan rumah tinggal. Permukiman yang semula telah ada akandirelokasi ke kawasan budidaya.

    (2) Bangunan Non Rumah TinggalUntuk penelitian, keamanan, navigasi, pemeliharaan tambak dan perikanan,

    bangunan arkeologi, fasilitas pelabuhan, pembangkit energi dan industripariwisata pantai.

    2)  Zone 2, Zona 3 dan Zona 4(1) Perumahan dan Permukiman

    Di kawasan lindung tidak diperbolehkan ada bangunan rumah tinggal.Permukiman yang telah ada akan direlokasi ke kawasan budidaya.

    (2) Bangunan Non Rumah TinggalKawasan kepadatan sedang dipergunakan untuk bangunan arkeologi,keamanan dan mitigasi.

    c. Bangunan pada Kawasan Budidaya1)  Zone 1

    (1) Perumahan dan PermukimanPermukiman yang semula telah ada dengan kepadatan yang sangat rendahpada kawasan budidaya ini tidak boleh dikembangkan atau diperluas atauditambah baru. Permukiman yang ada hanya boleh ditingkatkan kualitasnya.Sedangakan bangunan tua/lama dapat direvitalisasi.

    (2) Bangunan Non Rumah TinggalBangunan non rumah tinggal yang berada di zone ini adalah bangunan yangdirancang untuk tujuan penelitian, konservasi, fasilitas pelabuhan,pembangkit energi, penjagaan dan pengawasan serta penyelamatan pantai.

    2)  Zone 2(1) Perumahan dan Permukiman

    Permukiman dengan kepadatan rendah, tidak boleh dikembangkan/

    diperluas/ditambah baru, hanya boleh ditingkatkan kualitasnya denganpersyaratan bangunan dan lingkungan yang ketat.(2) Bangunan Non Rumah Tinggal

    Untuk bangunan komersil untuk skala rumah tangga, pendidikan, sosial danbudaya terbatas untuk kebutuhan setempat. Untuk bangunan air, bangunanpompa, gardu pembangkit energi dan navigasi tujuan keamanan,pemeliharaan tambak dan perikanan

    3)  Zone 3(1) Perumahan dan Permukiman

    Permukiman dengan kepadatan sedang. Permukiman yang semula telah adaditingkatkan kualitasnya, tidak diperbolehkan diperluas/dikembangkan/tambah baru hingga menjadi kepadatan tinggi.

    (2) Bangunan Non Rumah TinggalBangunan untuk fasilitas pendidikan, kesehatan, ibadah, perdagangan, sosialdan pemerintahan skala lingkungan dan kecamatan.

    4)  Zone 4(1) Perumahan dan Permukiman

    Permukiman yang ada pada kawasan lindung di kawasan kepadatan tinggitidak boleh dikembangkan, diperluas, atau ditambah baru hingga kawasanlindung. Permukiman yang ada hanya boleh ditingkatkan kualitasnya.

    (2) Bangunan non rumah tinggal

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    4/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 4 dari 66

    Bangunan untuk tujuan fasilitas pendidikan, kesehatan, ibadah,perdagangan, sosial dan pemerintahan skala kecamatan dan kota.

    d. Klasifikasi Bangunan1)  Zone 1

    Klasifikasi bangunan yang diperbolehkan berada pada zone ini adalah

    (1) Klas 1, Bangunan Hunian Biasa, adalah satu atau lebih bangunan yangmerupakan :

    a)  Klas la : bangunan hunian tunggal yang berupa :i.  satu rumah tunggal termasuk rumah panggung; atauii.  satu atau lebih bangunan hunian gandeng, yang masing-masing

    bangunannya dipisahkan dengan suatu dinding tahan api, termasukrumah deret, rumah taman, unit town house, villa, atau

     b)  Klas 1b : rumah asrama/kost, rumah tamu, hostel, atau sejenisnya denganluas total lantai kurang dari 300 m2 dan tidak ditinggali lebih dari 12 orangsecara tetap, dan tidak terletak diatas atau dibawah bangunan hunian lainatau bangunan klas lain selain tempat garasi pribadi.

    (2) Klas 9, Bangunan Umum adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk

    melayani kebutuhan masyarakat umum, yaitu :a)  Klas 9a : bangunan perawatan kesehatan, termasuk bagian-bagian dari

    bangunan tersebut yang berupa laboratorium; b)  Klas 9b : Bangunan pertemuan, termasuk bengkel kerja, laboratorium atau

    sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, hall, bangunanperibadatan, bangunan budaya atau sejenis. Tetapi tidak termasuk setiapbagian dari bangunan yang merupakan klas lain.

    (3) Klas 10, adalah bangunan atau struktur yang bukan hunian :a)  Klas l0a : bangunan bukan hunian yang merupakan garasi pribadi,

    carport, atau sejenisnya; b)  Klas l0b : struktur yang berupa pagar, tonggak, antena, dinding

    penyangga atau dinding yang berdiri bebas, kolam renang, atau

    sejenisnya.2)  Zone 2(1) Klas 1, Bangunan Hunian Biasa, adalah satu atau lebih bangunan yang

    merupakan :a)  Klas la : bangunan hunian tunggal yang berupa

    a)  satu rumah tunggal termasuk rumah panggung; atau b)  satu atau lebih bangunan hunian gandeng, yang masing-masingbangunannya dipisahkan dengan suatu dinding tahan api, termasukrumah deret, rumah taman, unit town house, villa, atau

     b)  Klas 1b : rumah asrama/ kost, rumah tamu, hostel, atau sejenisnya denganluas total lantai kurang dari 300 m2 dan tidak ditinggali lebih dari 12 orangsecara tetap, dan tidak terletak diatas atau dibawah bangunan hunian lainatau bangunan klas lain selain tempat garasi pribadi.

    (2) Klas 2, Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang masing-masing merupakan tempat tinggal terpisah.

    (3) Klas 6, Bangunan Perdagangan, adalah bangunan toko atau bangunan lain yangdipergunakan untuk tempat penjualan barang-barang secara eceran ataupelayanan kebutuhan langsung kepada masyarakat, termasuk:

    a)  ruang makan, kafe, restoran; atau b)  ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu hotel

    atau motel; atau

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    5/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 5 dari 66

    c)  tempat potong rambut/salon, tempat cuci umum; ataud)  pasar, ruang penjualan. ruang pamer, atau bengkel.

    (4) Klas 8, Bangunan Laboratorium/ Industri/ Pabrik, adalah bangunan gedunglaboratorium dan bangunan yang dipergunakan untuk tempat pemrosesansuatu produksi, perakitan, perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, ataupembersihan barang-barang produksi dalam rangka perdagangan atau

    penjualan.(5) Klas 9, Bangunan Umum, adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk

    melayani kebutuhan masyarakat umum, yaitu :a)  Klas 9a : bangunan perawatan kesehatan, termasuk bagian-bagian dari

    bangunan tersebut yang berupa laboratorium; b)  Klas 9b : Bangunan pertemuan, termasuk bengkel kerja, laboratorium atau

    sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, hall, bangunanperibadatan, bangunan budaya atau sejenis. Tetapi tidak termasuk setiapbagian dari bangunan yang merupakan klas lain.

    (6) Klas 10, adalah bangunan atau struktur yang bukan hunian :a)  Klas l0a : bangunan bukan hunian yang merupakan garasi pribadi,

    carport, atau sejenisnya;

     b) 

    Klas l0b : struktur yang berupa-pagar, tonggak, antena, dindingpenyangga atau dinding yang berdiri bebas, kolam renang, atausejenisnya.

    3)  Zone 3 dan Zone 4(1) Klas 1, Bangunan Hunian Biasa, adalah satu atau lebih bangunan yang

    merupakan :a)  Klas la : bangunan hunian tunggal yang berupa :

    i.  satu rumah tunggal termasuk rumah panggung; atauii.  satu atau lebih bangunan hunian gandeng, yang masing-masingbangunannya dipisahkan dengan suatu dinding tahan api, termasukrumah deret, rumah taman, unit town house, villa, atau

     b)  Klas 1b : rumah asrama/kost, rumah tamu, hostel, atau sejenisnya dengan

    luas total lantai kurang dari 300 m2

     dan tidak ditinggali lebih dari 12 orangsecara tetap, dan tidak terletak diatas atau dibawah bangunan hunian lainatau bangunan klas lain selain tempat garasi pribadi.

    (2) Klas 2, Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang masing-masing merupakan tempat tinggal terpisah.

    (3) Klas 3, Bangunan hunian di luar bangunan klas 1 atau 2, yang umum digunakansebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah orang yang tidakberhubungan, termasuk :

    a)  rumah asrama, rumah tamu, losmen; atau b)  bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel; atauc)  bagian untuk tempat tinggal dari suatu sekolah; ataud)  panti untuk orang berumur, cacat, atau anak-anak; ataue) 

    bagian untuk tempat tinggal dari suatu bangunan perawatan kesehatanyang menampung karyawan-karyawannya.(4) Klas 4, Bangunan Hunian Campuran, adalah tempat tinggal yang berada di

    dalam suatu bangunan klas 5, 6, 7, 8 atau 9 dan merupakan tempat tinggal yangada dalam bangunan tersebut.

    (5) Klas 5, Bangunan kantor, adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuktujuan-tujuan usaha profesional, pengurusan administrasi, atau usahakomersial, di luar bangunan klas 6, 7, 8, atau 9.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    6/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 6 dari 66

    (6) Klas 6, Bangunan Perdagangan, adalah bangunan toko atau bangunan lain yangdipergunakan untuk tempat penjualan barang-barang secara eceran ataupelayanan kebutuhan langsung kepada masyarakat, termasuk:

    a)  ruang makan, kafe, restoran; atau b)  ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu hotel

    atau motel; atau

    c)  tempat potong rambut/ salon, tempat cuci umum; ataud)  pasar, ruang penjualan. ruang pamer, atau bengkel.

    (7) Klas 7, Bangunan Penyimpanan/ Gudang adalah bangunan gedung yangdipergunakan penyimpanan, termasuk :

    a)  tempat parkir umum; atau b)  gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau

    cuci gudang.(8) Klas 8, Bangunan Laboratorium/ Industri/ Pabrik, adalah bangunan gedung

    laboratorium dan bangunan yang dipergunakan untuk tempat pemrosesansuatu produksi, perakitan, perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, ataupembersihan barang-barang produksi dalam rangka perdagangan ataupenjualan.

    (9) Klas 9, Bangunan Umum, adalah bangunan gedung yang dipergunakan untukmelayani kebutuhan masyarakat umum, yaitu :

    a)  Klas 9a : bangunan perawatan kesehatan, termasuk bagian-bagian daribangunan tersebut yang berupa laboratorium;

     b)  Klas 9b : Bangunan pertemuan, termasuk bengkel kerja, laboratoriumatau sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, hall, bangunanperibadatan, bangunan budaya atau sejenis, tetapi tidak termasuk setiapbagian dari bangunan yang merupakan klas lain.

    (10) Klas 10, adalah bangunan atau struktur yang bukan hunian :a)  Klas l0a : bangunan bukan hunian yang merupakan garasi pribadi,

    carport, atau sejenisnya; b)  Klas l0b : struktur yang berupa-pagar, tonggak, antena, dinding

    penyangga atau dinding yang berdiri bebas, kolam renang, atausejenisnya.

    1.1.2.  Intensitas Bangunana.  Luas hunian untuk setiap orang

    Luas hunian untuk setiap orang di setiap zone adalah sama. Kebutuhan ruangperorang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah, meliputiaktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang geraklainnya. Kebutuhan ruang per orang minimal adalah 9 m2.

    b.  Luas Lahan per Unit Bangunan1)  Permukiman

    Luas lahan per unit bangunan untuk setiap zone adalah sama. Kebutuhan luaskapling minimum untuk rumah yang dihuni oleh 3-4 orang adalah 90 m 2; luaslahan efektif = 72 m2–90 m2; luas lahan ideal = 200 m2. Kebutuhan luas kaplingdidasarkan atas:(1) kebutuhan luas hunian,(2) keamanan,(3) kebutuhan kesehatan dan kenyamanan yang meliputi aspek pencahayaan,

    penghawaan, suhu udara dan kelembaban dalam ruangan serta pertimbangan

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    7/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 7 dari 66

    pada kondisi tertentu dimungkinkan memenuhi standar ruang internasional (12m2 per orang).

    2)  Bangunan Non Rumah TinggalLuas kavling minimum bangunan non-rumah tinggal menyesuaikan standarkebutuhan masing-masing klas bangunan.

    c.  Luas lantai bawah bangunan terhadap luas kavling lahan (Koefisien DasarBangunan KDB)1)  Zone 1

    Koefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan terhadap luas persil/kavling/ blok peruntukan adalah sangat rendah yaitu < 15%. Ketentuan ini berlakupada bangunan rumah tinggal dan bangunan non rumah tingal.

    2)  Zone 2(1)  Perumahan dan Permukiman

    Koefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan terhadap luaspersil/ kavling/ blok peruntukan adalah rendah yaitu 15%-30%.Koefisien inidisesuaikan dengan perkembangan kota, kebijaksanaan intensitas

    pembangunan, daya dukung lahan/ lingkungan, serta keseimbangan dankeserasian lingkungan.(2)  Bangunan Non Rumah Tinggal

    Koefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan terhadap luaspersil/ kavling/ blok peruntukan adalah rendah yaitu 60%.Koefisien inidisesuaikan dengan perkembangan kota, kebijaksanaan intensitaspembangunan, daya dukung lahan/ lingkungan, serta keseimbangan dankeserasian lingkungan.

    3)  Zone 3(1)  Perumahan dan Permukiman

    Koefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan terhadap luaspersil/ kavling/ blok peruntukan adalah sedang yaitu 30%-50%. Koefisien ini

    disesuaikan dengan perkembangan kota, kebijaksanaan intensitaspembangunan, daya dukung lahan/ lingkungan, serta keseimbangan dankeserasian lingkungan.

    (2)  Bangunan Non Rumah TinggalKoefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan terhadap luaspersil/ kavling/ blok peruntukan adalah sedang yaitu 75%. Koefisien inidisesuaikan dengan perkembangan kota, kebijaksanaan intensitaspembangunan, daya dukung lahan/ lingkungan, serta keseimbangan dankeserasian lingkungan.

    4)  Zone 4(1)  Perumahan dan Permukiman

    Koefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan terhadap luaspersil/ kavling/ blok peruntukan adalah sangat rendah yaitu maksimal 60%.Koefisien ini disesuaikan dengan perkembangan kota, kebijaksanaan intensitaspembangunan, daya dukung lahan/ lingkungan, serta keseimbangan dankeserasian lingkungan.

    (2)  Bangunan Non Rumah TinggalKoefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan terhadap luaspersil/ kavling/ blok peruntukan adalah sangat rendah yaitu 75%. Koefisienini disesuaikan dengan perkembangan kota, kebijaksanaan intensitas

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    8/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 8 dari 66

    pembangunan, daya dukung lahan/ lingkungan, serta keseimbangan dankeserasian lingkungan.

    d. Luas seluruh lantai bangunan terhadap luas kavling bangunan (KLB)1)  Zone 1

    (1)  Perumahan dan Permukiman

    Luas seluruh lantai bangunan terhadap luas kavling lahan (KLB) untuk zone iniadalah rendah, yang disesuaikan dengan persyaratan building envelop lahan,perkembangan kota, kebijaksanaan intensitas pembangunan, daya dukunglahan/ lingkungan, serta keseimbangan dan keserasian lingkungan. Jumlahlantai bangunan rumah tinggal tertinggi adalah 1-2 lantai, sedangkan untukbangunan non rumah tinggal menyesuaikan dengan standar yang telahditetapkan.

    (2)  Bangunan Non Rumah TinggalLuas seluruh lantai bangunan terhadap luas kavling lahan (KLB) untukbangunan non rumah tinggal disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan

    2)  Zone 2(1)  Perumahan dan Permukiman

    Luas seluruh lantai bangunan terhadap luas kavling lahan (KLB) untuk zone iniadalah rendah, yang disesuaikan dengan persyaratan building envelop lahan,perkembangan kota, kebijaksanaan intensitas pembangunan, daya dukunglahan/ lingkungan, serta keseimbangan dan keserasian lingkungan. Jumlahlantai bangunan rumah tinggal tertinggi adalah 2 lantai.

    (2)  Bangunan Non Rumah TinggalLuas seluruh lantai bangunan terhadap luas kavling lahan (KLB) untukbangunan non rumah tinggal disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan

    3)  Zone 3(1)  Perumahan dan Permukiman

    Koefisien lantai bangunan untuk zone ini adalah sedang yang disesuaikandengan persyaratan selubung bangunan, perkembangan kota, kebijaksanaan

    intensitas pembangunan, daya dukung lahan/ lingkungan, serta keseimbangandan keserasian lingkungan. Jumlah lantai bangunan rumah tinggal tertinggiadalah 3 lantai.

    (2)  Bangunan Non Rumah TinggalKoefisien lantai bangunan untuk zone ini adalah sedang yang disesuaikandengan persyaratan selubung bangunan, perkembangan kota, kebijaksanaanintensitas pembangunan, daya dukung lahan/ lingkungan, serta keseimbangandan keserasian lingkungan. Jumlah lantai bangunan rumah tinggal tertinggiadalah ≤ 4 lantai.

    4)  Zone 4(1)  Perumahan dan Permukiman

    Koefisien lantai bangunan untuk zone ini adalah tinggi, yang disesuaikandengan persyaratan selubung bangunan, perkembangan kota, kebijaksanaanintensitas pembangunan, daya dukung lahan/ lingkungan, serta keseimbangandan keserasian lingkungan. Jumlah lantai bangunan ≥ 3 lantai.

    (2)  Bangunan Non Rumah TinggalKoefisien lantai bangunan untuk zone ini adalah tinggi, yang disesuaikandengan persyaratan selubung bangunan, perkembangan kota, kebijaksanaanintensitas pembangunan, daya dukung lahan/ lingkungan, serta keseimbangandan keserasian lingkungan. Jumlah lantai bangunan > 4 lantai.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    9/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 9 dari 66

    e. Luas seluruh bangunan dalam satu cluster lingkungan permukiman terhadap luaslahan satu cluster permukiman.

    1)  Zone 1Kebutuhan luas seluruh bangunan dalam satu cluster lingkungan permukimanadalah sangat rendah.

    2)  Zone 2

    Kebutuhan luas seluruh bangunan dalam satu cluster lingkungan permukimanadalah rendah.3)  Zone 3

    Kebutuhan luas seluruh bangunan dalam satu cluster lingkungan permukimanadalah sangat rendah.

    4)  Zone 4Kebutuhan luas seluruh bangunan dalam satu cluster lingkungan permukimanadalah tinggi

    f. Ketinggian maksimum bangunan1)  Terhadap Keamanan

    Ketinggian bangunan harus disesuaikan dengan sistem struktur dan bahan

    konstruksi yang digunakan, ketahanan terhadap bahaya gempa dan aman terhadap jalur penerbangan sesuai ketentuan yang berlaku

    2)  Terhadap KeselamatanDidasarkan atas kualitas konstruksi dan bahan bangunan yang dapat menjaminkeamanan penghuninya terhadap bahaya kebakaran (waktu untuk menyelamatkandiri sebelum runtuh) sesuai ketentuan yang berlaku.

    3)  Terhadap Kesehatan(1)  Perumahan dan Permukiman

    Ketinggian minimum bangunan terkait dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit minimum = 2.40 m agar terjadi sirkulasi udara yang cukupdan kontinyu, ruangan mendapat cukup cahaya langsung dan merata, struktur

    atap, persyaratan kemiringan atap untuk bahan penutup atap dan model atap(flat/ perisai/ pelana/ dsb), kecuali bangunan yang dindingnya terbukatermasuk lantai panggung.

    (2)  Bangunan Non Rumah TinggalKetinggian minimum bangunan terkait dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit minimum = 2.70 m agar terjadi sirkulasi udara yang cukupdan kontinyu, ruangan mendapat cukup cahaya langsung dan merata, strukturatap, persyaratan kemiringan atap untuk bahan penutup atap dan model atap(flat/ perisai/ pelana/ dsb), kecuali bangunan yang dindingnya terbukatermasuk lantai panggung.

    4)  Terhadap Daya Dukung Lingkungan(1)  Jumlah lantai bangunan dan koefisien lantai bangunan menyesuaikan

    Peraturan Daerah Ijin Mendirikan Bangunan dan/atau RDTRK/ RTRK/ RTBLsetempat.

    (2)  Untuk bangunan peruntukan dan konstruksi khusus dengan tetapmemperhatikan keserasian dan kelestarian lingkungan serta disesuaikandengan jarak terhadap as jalan yang berdekatan dan selubung bangunan.

    (3)  Mempertimbangkan optimasi intensitas bangunan.(4)  Memenuhi persyaratan ekologis yang ditetapkan untuk luasan tertentu.

    1.1.3.  Garis Sempadan Bangunan

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    10/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 10 dari 66

    a.  Garis sempadan bangunan pada klas jalan lingkungan perumahan kavling besar,kavling sedang dan kavling kecil.1)  Garis Sempadan Bangunan pada klas jalan lingkungan perumahan kavling besar,

    luas perpetakan minimum 450 m2 dengan lebar minimum 15 meter.(1)  Garis sempadan muka dari bangunan minimum 8 meter.(2)  Garis sempadan samping dari bangunan minimum 4 meter.

    (3)  Garis sempadan belakang dari bangunan minimum 5 meter.2)  Garis Sempadan Bangunan pada klas jalan lingkungan perumahan kavling sedang,

    luas perpetakan minimum 200 m2 dengan lebar minimum 10 meter.(1) Garis sempadan muka dari bangunan minimum 5 meter(2) Garis sempadan samping dari bangunan minimum 3 meter(3) Garis sempadan belakang dari bangunan minimum 3 meter.

    3)  Garis Sempadan Bangunan pada klas jalan lingkungan perumahan kavling kecil,luas perpetakan minimum 90 m2 dengan lebar minimal 6 meter.

    (1)  Garis sempadan muka dari bangunan minimum 3 meter.(2)  Garis sempadan samping dari bangunan minimum 2 meter.

    b.  Garis sempadan bangunan terhadap batas-batas persil/kavling sendiri dan

    lingkungannya.1)  Perumahan dan Permukiman(1)  Bangunan rumah tinggal dengan persil/kavling kecil mempunyai garis

    sempadan bangunan terhadap batas-batas persil/kavling dan lingkungansejauh minimal 1 m jika atap samping tanpa teritisan. Jika bangunan rumahtinggal mempunyai atap samping menggunakan teritisan, maka garissempadan bangunan terhadap batas-batas persil/kavling dan lingkunganadalah 1,5 m

    (2)  Untuk bangunan rumah tinggal dengan persil/kavling sedang dan besar,mempunyai garis sempadan bangunan terhadap batas-batas persil/kavlingdang lingkungan minimal 2 m.

    (3)  Jarak massa/blok bangunan satu lantai minimum 4 m2) 

    Bangunan Non rumah tinggal(1)  Untuk bangunan non rumah tinggal, jarak massa/blok bangunan denganbangunan sekitarnya minimum 6 m dan 3 m dengan batas kapling

    (2)  Untuk bangunan non rumah tinggal, garis sempadan bangunan terhadappersil/kavling minimum 4 m.

    (3)  Ketentuan besarnya jarak antar bangunan dalam satu persil (y) untuk semuaklasifikasi bangunan yang tingginya maksimum 8 meter ditetapkan sekurang-kurangnya 3 meter dengan ketentuan air curahan tidak jatuh di atas tembokatau melewati tembok batas persil.

    (4)  Jarak antar bangunan suatu persil (y) yang sama tingginya untuk semuaklasifikasi bangunan menurut kualitas konstruksi bangunan sementara dimana tinggi bangunan tersebut minimal 8 meter ditetapkan sekurang-kurangnya ½ tinggi bangunan (H) dikurangi 1 meter dengan ketentuan aircurahan tidak jatuh di atas tembok atau melewati tembok batas persil.

    (5)  Bila bangunan yang berdampingan itu tidak sama tingginya, jarak antarbangunan tersebut ditetapkan sekurang-kurangnya ½ tinggi bangunan Aditambah ½ tinggi bangunan B dibagi 2 dikurangi 1 meter.

    c.  Garis sempadan bangunan berdasarkan klas jalannya (arteri, kolektor, lokal)Garis sempadan bangunan berdasarkan klas jalannya berlaku untuk bangunan rumahtinggal dan bangunan non rumah tinggal di semua zone. Garis sempadan bangunanterhadap jalan adalah jarak as jalan dengan rumah maupun dengan pagar halaman.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    11/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 11 dari 66

    (1)  Ketentuan garis sempadan bangunan berdasarkan klas jalan harus sesuai Perdatentang Syarat Konstruksi Bangunan masing-masing Kota/Kabupaten.

    (2)  Garis pondasi pagar terluar yang berbatasan dengan jalan sama dengan batasterluar rencana jalan.

    (3)  Tinggi pagar yang berbatasan dengan jalan ditentukan oleh keputusan Bupati(4)  Garis lengkung pagar di sudut persimpangan jalan = ukuran radius/ serongan/

    lengkungan sesuai kelas persimpangan jalan(5)  Bagi jalan yang lebarnya > 20 m, titik sudut garis lengkung pagar = 10 meter dari

    garis sempadan pagar ke tengah jalan.(6)  Garis sempadan denah teras terluar, yang sejajar dengan arah jalan di sekeliling

    bangunan = ½ lebar rencana jalan dikurangi maksimum 2 m dan tidak melewatigaris pondasi pagar terluar

    d.  Garis sempadan bangunan terhadap jalan rel, jaringan listrik tegangan tinggi.Garis sempadan bangunan terhadap jalan rel, jaringan listrik tegangan tinggi berlakuuntuk bangunan rumah tinggal dan bangunan non rumah rumah tinggal di semuazone.

    1)  Garis sempadan bangunan terhadap jalan rel harus berdasarkan SK Menteri

    Perhubungan yang disesuaikan dengan kondisi Kabupaten Nias.2)  Garis sempadan bangunan terhadap tegangan tinggi harsu berdasarkan PUIL 2000(jarak ke kiri dan kanan dari tegangan tinggi (70KV ke atas) sejauh 25 m.

    3)  Antara halaman belakang dan jalur-jalur jaringan umum kota harus diadakanpemagaran. Pada pemagaran ini tidak boleh diadakan pintu-pintu masuk, kecuali jika jalur-jalur jaringan umum kota direncanakan sebagai jalur jalan belakang untukumum.

    4)  Sesuai dengan ketentuan yang berkaitan dengan perencanaan penyediaan listrik,mengacu pada :(1)  SNI 04-6267.601-2002 tentang Istilah Kelistrikan-Bab 601: Pembangkitan,

    Penyaluran dan Pendistribusian Tenaga Listrik-Umum (2)  SNI 04-8287.602-2002 tentang Istilah Kelistrikan-Bab 602: Pembangkitan (3) 

    SNI 04-8287.603-2002 tentang Istilah Kelistrikan-bab603: PembangkitanPenyaluran dan Pendistribusian Tenaga Listrik-Perencanaan dan ManajemenSistem Tenaga Listrik 

    e.  Garis sempadan bangunan pada kawasan pinggir sungai berdasarkan klas (lebar)sungainya.

    Garis sempadan bangunan pada kawasan pinggir sungai berdasarkan klas (lebar)sungainya adalah sama untuk semua zone yaitu:1)  Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan.

    (1) Sungai yang bertangggul di luar kawasan perkotaan mempunyai garissempadan sungai sekurang-kurangnya 5 meter di sebelah luar sepanjang kakitanggul.

    (2) Untuk peningkatan fungsinya, tanggul dapat diperkuat, diperlebar danditinggikan, yang dapat berakibat bergesernya letak garis sempadan sungai.

    (3) Kecuali lahan yang berstatus tanah negara, maka lahan yang diperlukan untukpeningkatan fungsi tanggul harus dibebaskan.

    2)  Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan.(1) Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan mempunyai garis sempadan

    sungai sekurang-kurangnya 3 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.(2) Untuk peningkatan fungsinya, tanggul dapat diperkuat, diperlebar dan

    ditinggikan, yang dapat berakibat bergesernya letak garis sempadan sungai.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    12/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 12 dari 66

    (3) Kecuali lahan yang berstatus tanah negara, maka lahan yang diperlukan untukpeningkatan fungsi tanggul harus dibebaskan.

    3)  Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan.Macam sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan adalah sebagai berikut :(1) Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas 500

    (lima ratus) Km2  atau lebih. Penetapan garis sempadan untuk sungai ini

    dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliransungai pada ruas yang bersangkutan.

    (2) Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluaskurang dari 500 (lima ratus) Km2. Garis sempadan sungai kecil tidak bertangguldi luar kawasan perkotaan ini sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter, dihitungdari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

    4)  Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan.(1) Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis

    sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepisungai pada waktu ditetapkan.

    (2) Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter sampaidengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan dan ditetapkan sekurang-

    kurangnya 15 (lima belas) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.(3) Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh)

    meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meterdihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.

    5)  Sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan(1) Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan adalah

    tepi bahu jalan yang bersangkutan, dengan ketentuan kontruksi danpenggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai sertabangunan sungai.

    (2) Segala perbaikan atas kerusakan yang timbul pada sungai dan bangunan sungaimenjadi tanggung jawab pengelola jalan.

    f.  Garis sempadan bangunan pada kawasan pesisir, lahan peresapan air, dan kawasanlindung lainnya.Garis sempadan bangunan pada kawasan pesisir, lahan peresapan air dan kawasanlindung dibawah ini berlaku untuk bangunan rumah tinggal dan bangunan non rumahtinggal.

    1)  Zone 1(1)  Minimal jarak dari bibir pantai 1.000 m, kecuali bangunan non-rumah tinggal

    sesuai dengan standar dan Peraturan Daerah setempat.(2)  Garis sempadan pondasi bangunan terluar minimum 100 m dari garis pasang

    air laut tertinggi.2)  Zone 2, Zone 3 dan Zone 4

    Tidak menggusur RTH dan di luar kawasan lindung yang ditetapkan masing-masing daerah.

    g.  Garis sempadan bangunan pada tepi danau, waduk, mata air dan sungai yangterpengaruh pasang-surut air laut

    Penetapan garis sempadan danau, waduk, mata air dan sungai yang terpengaruhpasang surut air laut mengikuti kriteria yang telah ditetapkan dalam keputusanPresiden R.I. Nomor : 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, sebagaiberikut :

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    13/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 13 dari 66

    1)  Untuk danau dan waduk, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 50meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

    2)  Untuk mata air, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 200 meter disekitar mata air.

    3)  Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkansekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai dan berfungsi sebagai

     jalur hijau.

    h.  Jarak bebas bangunan terhadap utilitas kota.1)  Zone 1 dan Zone 2

     Jarak bebas bangunan terhadap utilitas kota ditetapkan sekurang-kurangnya 3meter. Jaringan drainase mengacu pada ketentuan dan persyaratan teknis yangberlaku.

    2)  Zone 3 dan Zone 4 Jarak bebas bangunan terhadap utilitas kota pada zone 3 dan zone 4, sekurang-kurangnya (minimal) = jarak sempadan bangunan terhadap pagar kavling

    1.2. ARSITEKTUR1.2.1. Arsitektur Bangunana. Kebutuhan Jumlah Minimal Ruang

    1)  Kebutuhan jumlah minimal ruang untuk satu bangunan rumah tinggal(1)  1 ruang privat (kamar tidur)(2)  1 ruang serbaguna (ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan), dimana ruang

    ini sifatnya fleksibel dalam arti dapat dipakai untuk berbagai kegiatan tanpaharus mengubah-ubah penataan perabot di dalamnya, atau lebih tergantungdengan kebutuhan mengingat arsitektur rumah Nias sangat memperhatikanprivasi untuk golongan tertentu (misalnya kaum wanita, pasangan pengantinbaru)

    (3)  1 ruang servis (KM/WC

    Gambar 1.1. Denah Contoh Kebutuhan Ruang Minimal

    Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia didalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk,mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian, kebutuhanruang per orang adalah 9 m2  dengan perhitungan ketinggian rata-rata Iangit-Iangitadalah 2.80 m.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    14/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 14 dari 66

    Rumah sederhana sehat memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat, danmenjalankan kegiatan hidup sehari-hari secara layak. Kebutuhan minimum ruanganpada rumah sederhana sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:

    1)  Kebutuhan luas per jiwa2)  Kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)

    3)  Kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)4)  Kebutuhan luas lahan per unit bangunan

    Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.1.

    Tabel 1. 1Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan untuk Rumah Sederhana Sehat

    Luas untuk 3 (m2) jiwa Luas untuk 4 (m2) jiwa

    Lahan (L) Lahan (L)

    Standar per Jiwa(m2) Unit

    rumah Minim Efektif Ideal

    Unitrumah Minim Efektif Ideal

    (Ambang batas)7,2

    21,6 60,0 72-90 200 28,8 60,0 72-90 200

    (Indonesia)9,0

    27,0 60,0 72-90 200 36,0 60,0 72-90 200

    (International)12,0

    36,0 60,0 - - 48,0 60,0 - -

    Berdasarkan KEPMENKIMPRASWIL No 403/2002, rumah standar sederhana adalahtempat kediaman yang layak dihuni dan harganya terjangkau oleh masyarakatberpenghasilan rendah dan sedang. Luas kapling ideal, dalam arti memenuhi kebutuhanluas lahan untuk bangunan sederhana sehat baik sebelum maupun setelahdikembangkan. Secara garis besar perhitungan luas bangunan tempat tinggal dan luaskapling ideal yang memenuhi persyaratan kesehatan,keamanan dan kenyamananbangunan seperti berikut; Kebutuhan ruang minimal menurut perhitungan denganukuran Standar Minimal adalah 9 m2, atau standar ambang dengan angka 7,2 m2  perorang .

    Gambar 1.2. Luas Bangunan Rumah Sederhana Sehat dan Luas Lahan Efektif

    Diperhitungkan terhadap Kebutuhan Ruang Minimal dan Koordinasi Modularsehingga dicapai luas lahan efektif antara 72 m2  sampai dengan 90 m2  dengan variasilebar dan muka lahan yang berbeda.

    2)  Kebutuhan jumlah minimal ruang untuk bangunan gedung.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    15/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 15 dari 66

    (1)  Standar jumlah ruang pada Bangunan Gedung sangat tergantung pada fungsibangunan. Standar untuk setiap fungsi bangunan telah ditetapkan di berbagaidokumen.

    (2)  Bangunan gedung harus dirancang dengan memperhatikan bentuk dankarakteristik arsitektur lingkungan yang ada di sekitarnya, termasuk didalamnya rancangan ruang harus memperhatikan kebutuhan dan hirarkhi

    berdasarkan fungsi bangunan

    b. Kebutuhan Jumlah Minimal Pengembangan Ruang untuk Satu Bangunan RumahTinggal dan Bangunan Gedung

    1)  Kebutuhan Jumlah Minimal Pengembangan Ruang untuk Satu bangunan RumahTinggal(1) 1 ruang privat (kamar tidur)(2) 1 ruang serbaguna (penegasan batas ruang keluarga, ruang makan)(3) 1 ruang servis (dapur)

    Berikut ini kriteria standar kebutuhan minimal rumah mengacu dari konsepsi RumahSederhana Sehat :

    1) 

    Memiliki ruang paling sederhana yaitu sebuah ruang tertutup dan sebuah ruangterbuka beratap dan fasilitas MCK.2)  Memiliki bentuk atap dengan mengantisipasi adanya perubahan yang akan

    dilakukan yaitu dengan memberi atap pada ruang terbuka yang berfungsisebagai ruang serba guna.

    3)  Bentuk generik atap selain pelana, dapat berbentuk lain (limasan, kerucut, dll)sesuai dengan tuntutan daerah bila itu ada.

    4)  Penghawaan dan pencahayaan alami pada rumah menggunakan bukaan yangmemungkinkan sirkulasi silang udara dan masuknya sinar matahari.

    5)  Kebutuhan standar minimal ruang tersebut memberi peluang pada penghuniuntuk dapat mengembangkan ruang sesuai dengan kebutuhannya, tanpa perlumelakukan pembongkaran bagian-bagian bangunan secara besar-besaran.

    Ruang -ruang yang perlu disediakan untuk satu rumah inti sekurang-kurangnya terdiridari :

    1)  1 ruang tidur yang memenuhi persyaratan keamanan dengan bagian-bagiannyatertutup oleh dinding dan atap serta memiliki pencahayaan yang cukup danterlindung dari cuaca. Bagian ini merupakan ruang yang utuh sesuai denganfungsi utamanya.

    2)  1 ruang serbaguna merupakan kelengkapan rumah dimana di dalamnyadilakukan interaksi antara keluarga dan dapat melakukan aktivitas-aktivitaslainnya. Ruang ini terbentuk dari kolom, lantai dan atap, tanpa dinding sehinggamerupakan ruang terbuka namun masih memenuhi persyaratan minimal untukmenjalankan fungsi awal dalam sebuah rumah sebelum dikembangkan.

    3)  1 kamar mandi/ kakus/ cuci merupakan bagian dari ruang servis yang sangatmenentukan apakah rumah tersebut dapat berfungsi atau tidak, khususnya untukkegiatan mandi cuci dan kakus.

    Ketiga ruang tersebut diatas merupakan ruang-ruang minimal yang harusdipenuhi sebagai standar minimal dalam pemenuhan kebutuhan dasar, selain itu sebagaicikal bakal rumah sederhana sehat. Konsepsi cikal bakal dalam hal ini diwujudkansebagai suatu Rumah Inti yang dapat tumbuh menjadi rumah sempurna yang memenuhi

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    16/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 16 dari 66

    standar kenyamanan, keamanan, serta kesehatan penghuni, sehingga menjadi rumahsederhana sehat.

    Ukuran pembagian ruang dalam rumah tersebut berdasarkan pada satuan ukuranmodular dan standar internasional untuk ruang gerak/kegiatan manusia. Sehinggadiperoleh ukuran ruang-ruang dalam RIT-1 adalah sebagai berikut:

      Ruang Tidur : 3,00 m x 3,00 m  Serbaguna : 3,00 m x 3,00 m  Kamar mandi/kakus/cuci : 1,20 m x 1,50 m

    2)  Kebutuhan Jumlah Minimal Pengembangan Ruang untuk Satu Bangunan Gedung(1)  Bangunan atau bagian bangunan yang mengalami perubahan, perbaikan,

    perluasan, penambahan, tidak boleh menyebabkan berubahnyafungsi/penggunaan utama, karakter arsitektur bangunan dan bagian-bagianbangunan serta tidak boleh mengurangi atau mengganggu fungsi sarana jalankeluar/masuk.

    (2)  Perubahan fungsi dan penggunaan ruang suatu bangunan atau bagian

    bangunan dapat diijinkan apabila masih memenuhi ketentuan penggunaan jenis bangunan dan dapat menjamin keamanan dan keselamatan bangunanserta penghuninya

    (3)  Ruang penunjang dapat ditambahkan dengan tujuan memenuhi kebutuhankegiatan bangunan, sepanjang tidak menyimpang dari penggunaan utamabangunan

    (4)  Jenis dan jumlah kebutuhan fasilitas penunjang yang harus disediakan padasetiap penggunaan jenis bangunan ditetapkan oleh Bupati

    (5)  Tata ruang dalam untuk bangunan tempat ibadah, bangunanmonumental,gedung serbaguna, gedung pertemuan, gedungpertunjukan,gedung sekolah, gedung olahraga serta gedung sejenis lainnyadiatur secara khusus

    (6) 

    Bangunan kantor sekurang-kurangnya memiliki ruang-ruang fungsi utamayang mewadahi kegiatan kerja, ruang umum dan ruang pelayanan.(7)  Bangunan toko sekurang-kurangnya memiliki ruang-ruang fungsi utama yang

    mewadahi kegiatan toko, kegiatan umum dan pelayanan(8)  Suatu bangunan gudang, sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan

    fasilitas kamar mandi dan kakus serta ruang kebutuhan karyawan(9)  Suatu bangunan pabrik sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan fasilitas

    kamar mandi dan kakus, ruang ganti pakaian karyawan, ruang makan, ruangistirahat serta ruang pelayanan kesehatan yang memadai

    (10) Penempatan fasilitas kamar mandi dan kakus untuk pria dan wanita harusterpisah

    c. Tampilan Arsitektur pada Tampang Bangunan yang Mencirikan Lokalitas danTradisi Setempat.

    1)  Pemakaian ornamentasi budaya lokal Nias misalnya ragam hias tumbuhan ataupunpola geometri ragam hias arsitektur Islam.

    2)  Pola struktur rumah panggung khas arsitektur Nias terutama pada daerah pesisir,dan bangunan rumah di atas tanah

    3)  Bentuk atap pelana atau variannya.4)  Arah hadap bangunan disesuaikan dengan budaya lokal.5)  Pola bukaan pintu disesuaikan dengan kaidah Islam (langkah kaki pada saat masuk

    atau keluar rumah)

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    17/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 17 dari 66

    6)  WC sedapat mungkin tidak menghadap barat – timur (menghadap – membelakangikiblat)

    7)  Penyelesaian pada setiap bagian bangunan diupayakan agar mudah dalamperawatan dan pembersihan sebagai cerminan pola hidup bersih dan sehat rakyatNias.

    8)  Pemakaian warna untuk seluruh bagian bangunan disesuaikan dengan adat

    setempat yang sangat dipengaruhi kaidah Islam. Warna yang umum dipakai antaralain adalah warna alami bahan bangunan (kayu, batu) dan juga warna buatan (cat)seperti hijau, coklat, putih dan warna pastel lainnya.

    Tampilan arsitektur tampang bangunan salah satunya dengan adanya ragam hiasornamen bermotif flora. Gambar 1.4 dibawah ini menunjukkan tampang rumah Niasyang sarat ornamen. 

    Gambar 1.4 Perspektif Exterior Rumah Adat Tradisional Nias (Omo Sebua)

    Rumah Nias tradisional merupakan bangunan yang didirikan di atas tiang-tiangbundar yang terbuat dari kayu yang kuat, dengan bentuk bangun denah persegi panjang. Jumlah tiang ada yang 20 dan 24 batang dengan diameter lebih kurang 33 cm, jarakantara tiang dengan tiang dalam satu deret lebih kurang dua setengah meter. Tinggibangunan sampai batas lantai lebih kurang dua setengah meter, sedangkan tinggikeseluruhan bangunan lebih kurang lima meter. Tiang-tiang itu tidak ditanam ke dalamtanah, tetapi didirikan di atas pondasi batu kali, batu inipun tidak ditanam dalam tanahtapi diletakkan di atas tanah. Pada bagian tengah masing-masing tiang dibuat dualubang. Tiang–tiang itu dihubungkan antara satu dengan lainnya dengan kayu-kayubalok yang dimasukkan ke dalam lubang-lubang tiang tersebut.

    d.  Tampilan Arsitektur pada Rehabilitasi Bangunan dan Terhadap Bangunan diSekitarnya.

    1)  Rehabilitasi tampilan arsitektur pada rumah tinggal dan bangunan gedung sedapatmungkin diselaraskan dengan tampilan arsitektur di sekitarnya untuk keserasianlingkungan.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    18/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 18 dari 66

    2)  Rehabilitasi tampilan bangunan tidak diperbolehkan sampai melanggar garissempadan bangunan.

    Upaya untuk merehabilitasi bangunan diarahkan dengan tetap memperhatikantampilan arsitektural bangunan yang berada di sekitar lokasi. Upaya tersebut jugadiarahkan dengan sedapat mungkin menyelaraskan tampilan arsitektur rumah tinggal

    dengan tampilan arsitektur di sekitarnya. Hal ini ditujukan untuk menjaga keserasianlingkungan. Upaya untuk merehabilitasi tampilan bangunan diarahkan dalam kerangkapemahahaman bahwa rehabilitasi tersebut tidak diperbolehkan sampai melanggar garissempadan bangunan. Rehabilitasi bangunan diarahkan pula menuju pada upaya untukmendapatkan pemahaman tentang keseimbangan, keserasian dan keselarasan bangunandan lingkungan, melalui integrasi terhadap bentuk dan karakteristik arsitektur danlingkungan sekitarnya. Keseimbangan, keserasian dan keselarasan bangunan denganlingkungan sekitarnya diupayakan pula untuk menciptakan ruang luar bangunan,berupa ruang terbuka hijau yang juga seimbang, serasi dan selaras denganlingkungannya.

    Gambar 1.5 Contoh Rumah untuk Kawasan Rawan Tsunami

    e.  Tampilan Arsitektur pada Rekonstruksi Bangunan, dan Terhadap Bangunan diSekitarnya.

    1)  Tampilan bangunan rekonstruksi diarahkan sedapat mungkin didasarkan ataskaidah arsitektur Islami yang telah disesuaikan dengan budaya Nias.

    2)  Namun demikian, bukan berarti masyarakat dilarang untuk membuat inovasitampilan bangunan, melainkan diarahkan untuk memperkaya ragam hias padatampilan.

    Merekonstruksi yang berarti membangun kembali bangunan yang rusak akibatgempa tsunami dilakukan dengan kaidah-kaidah sesuai budaya lokal . Gambar di bawahini merupakan salah satu ilustrasi dari bangunan untuk rekonstruksi.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    19/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 19 dari 66

    Gambar 1.6 Ilustrasi Bangunan untuk Rekonstruksi

    f.  Tampilan Arsitektur Bangunan terhadap Keserasian Lingkungannya.1)  Orientasi bangunan terhadap pergerakan matahari dan angin pantai serta arah

    hadap kiblat2)  Untuk bangunan rumah tinggal, bujur bangunan sedapat mungkin ke arah timur-

    barat3)  Arah bujur bangunan rumah tinggal dan meunasah perlu dibedakan untuk

    membedakan fungsi bangunan dan penanda kawasan banua.4) 

    Pada bagian depan rumah (yang berbatasan dengan jalan), disediakan lahan yangcukup sebagai ruang terbuka hijau. Jenis tanaman yang ditanam dapat berupatanaman hias, peneduh maupun tanaman produktif.

    Gambar 1.7 Contoh rumah tinggal yang dirancang dengan mengantisipasi terjadinya

    gempa

    g. Penerapan Tampilan Arsitektur Tradisional/Lokal terhadap Bangunan Modern.1)  Pemakaian ragam hias tradisional pada bagian-bagian tertentu dari bangunan, seperti

    kolom, pintu dan jendela, sebagian dinding dan sebagainya yang sifatnyaornamentasi tempelan, namun demikian harus memperhatikan makna setiapornamentasi yang diambil agar sesuai dengan penempatannya.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    20/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 20 dari 66

    2)  Bangunan tradisional Nias dapat juga dibuat dengan teknologi konstruksi, bahan danmaterial yang lebih modern. Jadi sifatnya pemutakhiran material dan struktur tanpameninggalkan kaidah tata ruang di dalamnya.

    Gambar 1.8 berikut menunjukkan bangunan-bangunan modern di Nias yangmenerapkan konsep arsitektur tradisonal.

    Gambar 1.8 Pendopo Bupati Nias: upaya mengangkat arsitektur tradisional dalambangunan pemerintah

    Menurut Hamid Shirvani non measurable criteria  dalam rancang kota terdiri dariaccess, compability, view, identity, sense dan livability. Di antara kriteria tersebut yangberkaitan dengan wujud bangunan adalah :1)  Compability; yaitu kesesuaian bangunan ditinjau dari karakter fasade, bentuk dan tata

    letak massa.2)  View; adalah kejelasan struktur fisik sebagai orientasi3)  Identity; adalah ciri khas bangunan berdasarkan nilai arsitektural yang menjadikan

    bangunan bisa dipahami secara visual

    Ciri khas bangunan berdasarkan nilai arsitektural yang menjadikan bangunan bisadipahami secara visual (identity), kesesuaian bangunan ditinjau dari karakter fasade,

    bentuk dan tata letak massa (compatibility) serta kejelasan struktur fisik sebagai orientasi(view) diterapkan melalui pemakaian ragam hias tradisional pada bagian-bagian tertentudari bangunan, seperti kolom, pintu dan jendela sebagian dinding dan sebagainya yangbersifat ornamentasi, diarahkan untuk dapat menampillkan makna setiap ornamentasiyang diambil agar sesuai dengan penempatannya. Bangunan rumah tinggal dengankonsep tradisional budaya Nias dapat dibuat dengan teknologi konstruksi bahan danmaterial yang lebih modern. 

    h. Tata Urutan Ruang-Ruang Berdasarkan Kedekatan Fungsi Ruang.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    21/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 21 dari 66

    1)  Untuk Rumah Tinggal(1)  Teras depan sebagai perwujudan serambi depan, berhubungan langsung dengan

    ruang serbaguna(2)  Ruang privat (kamar tidur) diletakkan berdampingan dengan ruang serbaguna.(3)  Ruang servis diletakkan pada bagian belakang bangunan, bisa sebagai bagian

    dari rumah induk maupun dibangun terpisah secara struktural.

    (4)  Jika rumah induk akan dikembangkan, sedapat mungkin diupayakan untukmenambah ruang privat (kamar tidur) yang mampu mewadahi privasi angggotakeluarga khusus (orang tua, kaum wanita, pengantin baru)

    Gambar 1.9 Ilustrasi Tata Ruang Rumah Tinggal Rekonstruksi 

    Gambar 1.10 Ilustrasi Potongan Ruang Rumah Tinggal Rekonstruksi 

    Ilustrasi pada gambar diatas memberikan gambaran tentang perancangan ruangdalam bangunan rumah tinggal yang didasarkan atas kedekatan fungsi ruang. Terasdepan sebagai perwujudan serambi depan berhubungan langsung dengan ruangserbaguna. Ruang tidur diletakkan berdampingan dengan ruang serbaguna. Ruangservis diletakkan pada bagian belakang bangunan, yang dapat dinyatakan dalam konsepyang terpadu dan bagian dari rumah induk, namun dapat pula dibangun terpisah secarastruktural. Pengembangan rumah induk diupayakan untuk memberikan penambahanpada ruang tidur (ruang privat) yang mampu mewadahi privasi anggota keluargakhusus seperti orang tua, kaum wanita dan pengantin baru. Konsep rancangan ruangdalam didasarkan pada konsep budaya Nias yang berlandaskan agama Islam. Semuaruangan berorientasi ke arah kiblat dan terdapat pemisah antara ruang yang digunakan

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    22/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 22 dari 66

    untuk aktivitas bagi kaum laki-laki dan kaum perempuan. Teras sebagai perwujudankonsep serambi pada rumah tradisional Nias, dirancang pada bagian depan danbelakang bangunan rumah tinggal. Teras bagian depan digunakan untuk menerimatamu asing, tamu laki-laki dan kegiatan adat sedangkan teras di bagian belakangdigunakan untuk menerima tamu perempuan dan kegiatan servis.

    2)  Untuk Bangunan Gedung(1)  Bagian depan bangunan sebagai perwujudan serambi depan, biasanya

    digunakan sebagai ruang publik.(2)  Ruang-ruang inti dan ruang pendukung lainnya disesuaikan dengan fungsi

    bangunan

    i. Tata Letak Ruang-Ruang pada Bangunan yang Bercirikan Budaya Lokal.1)  Pada Rumah Tinggal

    (1)  Terdapat pemisah yang jelas dan tegas antara ruang serbaguna dengan ruangprivat (kamar) untuk orang tua atau kaum wanita

    (2)  Terdapat ruang serbaguna yang sifatnya semi privat yang dapat dipakai untuk

    berbagai aktifitas bersama seperti ruang santai keluarga, sholat berjamaah, acaraadat.(3)  Terdapat ruang serbaguna yang sifatnya semi publik yang dapat dipakai untuk

    berbagai aktifitas seperti menerima tamu, ruang tidur tamu.

    Ditinjau dari aspek kultural maka ruang-ruang yang ada dari rumah tradisionalNias adalah sebagai berikut:

    Bangunan tempat tinggal dinamakan omo niha. 

    Gambar 1.15 Pola Dasar Ruang Rumah Tradisional Nias 

    Terdapat pemisahan yang jelas dan tegas antara ruang serbaguna dengan ruangprivat (ruang tidur) untuk orang tua dan kaum wanita. Ruang serbaguna yang bersifat

    semi privat digunakan sebagai ruang tempat beraktivitas bersama, seperti bersantai,shalat dan berjamaah dan acara-acara adat. Ruang serbaguna yang bersifat semi publikdapat pula dipakai untuk berbagai aktivitas seperti menerima tamu dan pula sebagairuang tidur tamu. Gambar 1.16 dan 1.17 merupakan contoh serambi belakang dan dapur. 

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    23/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 23 dari 66

    Gambar 1.16 Serambi Belakang Rumah Tradisional

    2)  Pada Bangunan Gedung(1)  Tata letak ruang sangat tergantung dari fungsi bangunan dimana untuk setiap

    fungsi bangunan memilki hirarki yang khas.(2)  Untuk memberikan nuansa budaya lokal (Nias), maka perlu diperhatikan pola

    pemisahan antar ruang sehingga tidak menimbulkan kecenderungan terjadinyahubungan yang dilarang antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim.

    (3)  Batas-batas ruang yang masif dan personal dibutuhkan untuk ruang-ruang yangmemerlukan privasi tinggi seperti ruang kepala, runag pertemuan dansejenisnya.

    (4) 

    Sedapat mungkin tata ruang disusun berdasarkan pada kaidah agama Islam

     j.  Tata Letak dan Jarak Ruang-Ruang pada Bangunan Utama terhadap Bangunan-Bangunan Penunjangnya (Termasuk Bangunan Utilitas, Sanitasi (MCK), dll.), padaArsitektur Lokal dan Lingkungan Bangunan Lainnya.

    1)  Pada Rumah Tinggal(1)  Bangunan induk rumah terpisah dari fasilitas KM/WC dan sumur jika bangunan

    utama rumah berstruktur panggung dan terbuat dari bahan kayu, tetapi dapatdibuat menyatu dalam rumah jika bangunan utama rumah terbuat dari daribeton dan bata.

    (2)  KM/WC terletak di belakang rumah induk dengan jarak yang cukup aman darisumur

    (3)  Dapur dapat dibuat di dalam rumah induk, tetapi juga bisa dibangun terpisahsecara struktural, melihat dari tipe struktur dan tingkat bahayanya terhadapkebakaran.

    (4)  Perluasan bangunan rumah induk, jika sifatnya semi permanen maka sebaiknyaterpisah secara struktural, untuk mencegah kerusakan parah pada saat gempaakibat sambungan struktur lama dan struktur baru yang tidak rigid.

    (5)  Untuk mengantisipasi keamanan struktur, maka pada saat awal pembuatanrumah induk, sudah dipikirkan bentuk perluasan yang memungkinkan di masamendatang, terutama terhadap jarak bangunan dengan batas lahan danbangunan tetangga. 

    2)  Pada Bangunan Gedung(1)  Bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang,

    termasuk di dalamnya bangunan utilitas, yang dibutuhkan untuk menjaga danmenjamin keamanan, kenyamanan, kesehatan dan keselamatan penggunabangunan gedung

    (2)  Bangunan-bangunan penunjang bangunan, termasuk di dalamnya prasarana-prasarana pendukung bangunan harus direncanakan secara terintegrasidengan sistem prasarana lingkungan sekitar

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    24/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 24 dari 66

    (3)  Sarana dan prasarana pendukung harus menjamin bahwa pemanfaatanbangunan tersebut tidak mengganggu bangunan gedung lain dan lingkungansekitarnya

    (4)  Bangunan gedung harus direncanakan dan dirancang sebaik-baiknya sehinggadapat menjamin fungsi bangunan juga dapat dimanfaatkan secara maksimaloleh semua orang, termasuk penyandang cacat dan warga usia lanjut.

    (5)  Perluasan bangunan induk, jika sifatnya semi permanen maka sebaiknyaterpisah secara struktural, untuk mencegah kerusakan parah pada saat gempaakibat sambungan struktur lama dan struktur baru yang tidak rigid.

    (6)  Untuk mengantisipasi keamanan struktur, maka pada saat awal pembuatanbangunan, sudah dipikirkan bentuk perluasan yang memungkinkan di masamendatang, terutama terhadap jarak bangunan dengan batas lahan danbangunan tetangga.

    k. Tatanan Ruang Dalam dan Pengembangannya terhadap Struktur Bangunan yangAda.

    1) Secara umum struktur bangunan utama (yang merupakan wadah kegiatan utamadalam rumah) harus mempunyai daya tahan terhadap gempa.

    2) 

     Jika akan merubah tatanan ruang, maka yang dapat dimodifikasi adalah bagian yangbukan merupakan struktur utama, melainkan bagian pengisi (non struktural)misalnya partisi di dalam bangunan.

    3)  Jika bangunan rumah akan diperluas, maka struktur perluasan rumah dapat terpisah(tidak rigid dengan bangunan lama) atapun menyatu (rigid) dengan bangunan lama.Yang harus diperhatikan adalah metoda sambungan antar bagian strukturbangunan lama dan baru.

    4)  Jika bangunan akan diperluas dengan bahan dan sistem struktur yang berbeda,maka struktur banguan baru harus dipisah dari struktur bangunan yang lama.

    5)  Jika bangunan akan diperluas dengan bahan dan pola struktur yang sama denganbangunan lama, maka dapat dibuat menyatu dengan metoda sambungan yangtepat.

    Secara umum struktur bangunan utama harus mempunyai daya tahan terhadapgempa. Jika akan merubah tatanan ruang, maka yang dapat dimodifikasi adalah bagianyang bukan merupakan struktur utama, melainkan bagian pengisi (non struktural)misalnya partisi di dalam bangunan. Persyaratan kemampuan struktur bangunangedung yang stabil dan kukuh dalam mendukung beban muatan sebagaimana dimaksuddalam merupakan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuhsampai dengan kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatanhidup dan beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untukmendukung beban muatan yang timbul akibat perilaku alam. Jika bangunan rumah akandiperluas, maka struktur perluasan rumah dapat terpisah (tidak rigid dengan bangunanlama) atapun menyatu (rigid) dengan bangunan lama. 

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    25/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 25 dari 66

    Gambar 1.20 Kerangka Rumah untuk Rekonstruksi dan Rehabilitasi Nias 

    l. Pengaturan Tata Letak Ruang-Ruang Dalam Satu Bangunan TerhadapPekarangan/Halaman Bangunan dengan Mempertimbangkan Keselarasan,Keserasian, Keseimbangan dengan Lingkungannya

    2)  Untuk kapling yang luas, bangunan dibangun tidak berhimpit dengan batas lahan,melainkan pada tengah lahan sehingga masih memungkinkan untukdikembangkan.

    3)  Untuk kapling kecil, ditentukan garis sempadan bangunan depan dan belakang,sedangkan samping bangunan diijinkan berimpit dengan bangunan tetangga tetapiterpisah secara struktural.

    4)  Batas depan dan belakang bangunan harus mengikuti aturan garis sempadan yangberlaku dimana sangat bergantung pada lebar jalan yang ada di depannya.

    5)  Bagian lahan yang tidak terdapat bangunan harus disisakan untuk ruang terbukahijau dan areal limpasan air hujan.

    6)  Ruang-ruang di dalam bangunan harus cukup mendapat penerangan danpenghawaan alami, sehingga posisi ruang dalam selalu berhubungan denganruang luar di sekitarnya dalam jarak yang cukup untuk menjamin kecukupanpencahayaan dan penghawaan alami.

    Untuk kapling yang luas, bangunan dibangun tidak berhimpit dengan bataslahan, melainkan pada tengah lahan sehingga masih memungkinkan untukdikembangkan. Batas depan dan belakang bangunan harus mengikuti aturan garissempadan yang berlaku dimana sangat bergantung pada lebar jalan yang ada didepannya. Sedangkan bagian lahan yang tidak terdapat bangunan harus disisakan untukruang terbuka hijau dan areal limpasan air hujan. Gambar 1.22 menunjukkan contohrumah yang memenuhi aturan sempadan. 

    m. Penggunaan Jenis-Jenis Material Bangunan Berdasarkan Klasifikasi Bangunannya.

    1)  Pada bangunan rumah induk, struktur utama harus tahan gempa dengan variasibahan berupa beton bertulang atau kayu kelas kuat yang memadai. Disarankanuntuk menghindari pemakaian bahan logam yang mudah berkarat (corosivematerial) pada daerah pantai yang dekat dengan laut.

    2)  Pemakaian bahan konstruksi baja dan besi diperkenankan dengan syaratmemenuhi satandar konstruksi tahan gempa.

    3)  Sedangkan untuk bagian pengisi non struktural (dinding luar, penyekat ruang)dapat memakai bahan lainnya seperti papan, batu bata, batako, sesek dansebagainya.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    26/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 26 dari 66

    4)  Khusus untuk bahan fibercement, asbes, calsiboard, disaranakan untuk tidakdipakai pada dinding luar bangunan.

    5)  Fungsi bangunan juga menentukan material yang akan dipakai. Bangunan rumahlebih ditekankan pada aspek struktural dan estetika, sedangkan bangunan untukservis (dapur dan KM/WC) lebih ditekankan pada aspek kualitas sanitasilingkungan.

    6)  Sesederhana apapun bahan bangunannya, maka yang tidak boleh diabaikan adalahfaktor kekuatan struktur, keamanan bangunan dan kenyamanan ruang dalambatas tertentu.

    Pada bangunan rumah induk, struktur utama harus tahan gempa dengan variasibahan berupa beton bertulang atau kayu kelas kuat yang memadai. Sedangkan untukbagian pengisi non struktural (dinding luar, penyekat ruang) dapat memakai bahanlainnya seperti papan, batu bata, batako, fibercement, sesek dan sebagainya.

    Fungsi bangunan juga menentukan material yang akan dipakai. Bangunan rumahlebih ditekankan pada aspek struktural dan estetika, sedangkan bangunan untuk servis(dapur dan KM/WC) lebih ditekankan pada aspek kualitas sanitasi lingkungan.

    Gambar 1.22 Rumah RISHA-Balitbang PU Sumber: Pameran Teknologi Rumah Instan PU Jakarta.

    o. Penggunaan kombinasi material bangunan dalam satu bangunan denganmemperhatikan keserasian, keamanan, keselamatan dan keawetan bangunan. 

    1)  Penggunaan material diprioritaskan pada aspek struktur utama dimana telahdipersyaratkan harus tahan gempa.

    2)  Untuk bagian non struktural utama, pemakaian bahan diarahkan pada bahan yangmudah didapat, mudah perawatan dan cukup ketersediaannya di pasaran sebagaistock cadangan untuk perbaikan bila terjadi kerusakan.

    3)  Bahan bangunan yang dipakai sedapat mungkin menjamin keselamatan penghunidari bahaya bencana alam, petir dan akibat kesalahan teknik pemanfaatan danpemasangan bahan.

    4)  Bahan bangunan yang dipakai sedapat mungkin juga dihindari dari bahan-bahanyang membayakan kesehatan penghuni dari pengaruh kimiawi.

    5)  Pemakain material yang berbeda harus memperhatikan teknik penyambunganantar bahan jika menyangkut sistem struktur bangunan, untuk menghindaripengurangan kekuatan struktur utama bangunan.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    27/66

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    28/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 28 dari 66

    7)  Karakter struktur utama pada bangunan tradisional lebih didominasi olehpemakaian balok kayu dengan sistem struktur rangka portal sederhana.

    8)  Karakter struktur utama pada bangunan modern lebih variatif karena didukungoleh teknologi bahan yang telah berkembang seperti beton bertulang, rangka bajaanti karat, aluminium dan sejenisnya.

    Sistem konstruksi bangunan secara umum adalah sistem struktur rumahpanggung dengan berbagai variasi ketinggian lantai. Ditinjau dari sistem tersebut makapilihan terhadap pondasi struktur utama dapat berupa plat beton setempat atau platbeton menerus dan pondasi batu keras. Struktur kolom dan balok pada bangunanmenggunakan material beton bertuulang atau kayu kelas kuat yang dinyatakanmemadai. Struktur atap memakai sistem rangka dengan bahan utama kayu dan penutupatap seng gelombang. Dinding luar dan dalam dapat memakai bahan pengisi, mulai dariyang masif seperti batu-bata, batako sampai dengan bahan yang ringan seperti papankayu, sesek  bambu maupun  fibercement.Untuk lantai bangunan dapat berupa plat lantaibeton atau dengan lantai papan rangka kayu. Karakter struktur utama pada bangunantradisional lebih didominasi oleh pemakaian balok kayu dengan sistem struktur rangkaportal sederhana. Karakter struktur utama pada bangunan modern lebih variatif karena

    didukung oleh teknologi bahan yang telah berkembang seperti beton bertulang danrangka baja 

    1.2.2. Ruang Terbuka Hijaua.  Fungsi-fungsi ruang terbuka hijau dalam satu lingkungan permukiman/ banua.

    1)  Zone 1(1) Ruang Terbuka Hijau di Zone ini adalah ruang yang diperuntukkan sebagai

    daerah penanaman di kawasan pantai yang berfungsi untuk kepentinganekologis, keamanan, ekonomi maupun estetika.

    (2) Kawasan ini harus disertai dengan buffer sebagai perlindungan dari tsunamiyaitu hutan mangrove kawasan sempadan pantai, kawasan pemanfaatan

    terbatas, dan jalan lingkar pulau yang memiliki ketinggian > 3 meter.2)  Zone 2(1) Ruang Terbuka Hijau di Zone ini adalah ruang yang diperuntukkan sebagai

    lokasi penanaman vegetasi penyangga berfungsi untuk kepentinganekologis, ekonomi maupun estetika.

    (2) Kawasan permukiman yang berada di zone ini perlu menyediakan ruangterbuka hijau taman dan ruang terbuka hijau pekarangan, hutan produksi,ruang budidaya.

    3)  Zone 3 dan Zone 4(1) Bangunan Rumah Tinggal

    a)  Ruang Terbuka Hijau Kawasan di Zone ini adalah ruang yangdiperuntukkan sebagai daerah penanaman di lingkungan pemukiman/halaman yang berfungsi untuk kepentingan ekologis, sosial, ekonomi,ameniti maupun estetika.

     b)  Ruang Terbuka Hijau yang berhubungan langsung dengan bangunanrumah tinggal dan terletak pada persil yang sama disebut Ruang TerbukaHijau Pekarangan (RTHP), berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman,peresapan air, sirkulasi, unsur-unsur estetik, baik sebagai ruang kegiatandan maupun sebagai ruang amenity.

    c)  Syarat-syarat Ruang Terbuka Hijau Pekarangan ditetapkan dalam rencanatata ruang dan tata bangunan baik langsung maupun tidak langsung

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    29/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 29 dari 66

    dalam bentuk ketetapan GSB, KDB, KDH. KLB, Parkir dan ketetapanlainnya. Syarat-syarat ini dapat dipertimbangkan dan disesuaikan untukbangunan perumahan dan bangunan sosial dengan memperhatikankeserasian dan arsitektur lingkungan.

    (2) Bangunan Non Rumah Tinggal

    a)  Ruang Terbuka Hijau di Zone ini adalah ruang yang diperuntukkansebagai daerah penanaman di kota/ wilayah/ halaman yang berfungsiuntuk kepentingan ekologis, sosial, ekonomi, ameniti maupun estetika.

     b)  Kawasan permukiman ini perlu menyediakan ruang terbuka hijau taman,pekarangan, sarana olah raga, rekreasi, dengan memperhatikanperencanaan kota yang telah ada.

    c)  Ruang Terbuka Hijau yang berhubungan langsung dengan bangunangedung dan terletak pada persil yang sama disebut Ruang Terbuka HijauPekarangan (RTHP), berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman,peresapan air, sirkulasi, unsur-unsur estetik, baik sebagai ruang kegiatandan maupun sebagai ruang amenity.

    d)  Sebagai ruang transisi, RTHP merupakan bagian integral dari penataan

    bangunan gedung dan sub-sistem dari penataan lansekap kota.a.  Syarat-syarat Ruang Terbuka Hijau Pekarangan ditetapkan dalam rencanatata ruang dan tata bangunan baik langsung maupun tidak langsungdalam bentuk ketetapan GSB, KDB, KDH. KLB, Parkir dan ketetapanlainnya.

    b.  Syarat-syarat ruang terbuka hijau pekarangan dalam setiap perencanaanbangunan baru harus memperhatikan potensi unsur-unsur alami yang adadalam tapak seperti danau, sungai, pohon-pohon menahun, tanah danpermukaan tanah. .

    b. Jenis-jenis ruang terbuka hijau yang perlu disediakan dalam satu lingkunganpermukiman/banua.

    1) 

    Ruang Sempadan Bangunan(1) Pemanfaatan Ruang Sempadan Depan Bangunan harus mengindahkankeserasian lansekap pada ruas jalan yang terkait sesuai dengan ketentuanrencana tata ruang dan tata bangunan yang ada. Keserasian tersebut antara lainmencakup : pagar dan gerbang, vegetasi besar/ pohon, bangunan penunjangseperti pos jaga, tiang bendera, bak sampah dan papan nama bangunan.

    (2) Bila diperlukan dapat ditetapkan karakteristik lansekap jalan atau ruas jalandengan mempertimbangkan keserasian tampak depan bangunan, ruangsempadan depan bangunan, pagar, jalur pejalan kaki, jalur kendaraan dan jalurhijau median jalan berikut utilitas jalan lainnya seperti tiang listrik, tiangtelepon di kedua sisi jalan/ ruas jalan yang dimaksud.

    (3) Koefisien Dasar Hijau (KDH) ditetapkan sesuai dengan peruntukkan dalamrencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan. KDH minimal 10 padadaerah sangat padat/ padat. KDH ditetapkan meningkat setara dengan naiknyaketinggian bangunan dan berkurangnya kepadatan wilayah.

    (4) Ruang terbuka hijau pekarangan sebanyak mungkin diperuntukkan bagipenghijauan/ penanaman di atas tanah. Dengan demikian area parkir denganlantai perkerasan masih tergolong RTHP sejauh ditanami pohon peneduh yangditanam di atas tanah, tidak di dalam wadah/ container yang kedap air.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    30/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 30 dari 66

    (5) KDH tersendiri dapat ditetapkan untuk tiap-tiap klas bangunan dalamkawasan-kawasan bangunan, dimana terdapat beberapa klas bangunan dankawasan campuran.

    2)  Tapak Basement(1)  Kebutuhan basement dan besaran koefisien tapak basement (KTB) ditetapkan

    berdasarkan rencana peruntukan lahan, ketentuan teknis, dan kebijaksanaan

    daerah setempat.(2)  Untuk keperluan penyediaan RTHP yang memadai, lantai basement pertama

    (B-1) tidak dibenarkan keluar dari tapak bangunan (di atas tanah) dan atapbasement kedua (B-2) yang di luar tapak bangunan harus berkedalamansekurangnya 2 (dua) meter dari permukaan tanah tempat penanaman.

    3)  Hijau Pada Bangunan(1)  Daerah Hijau Bangunan (DHB) dapat berupa taman-atap (roof-garden) maupun

    penanaman pada sisi-sisi bangunan seperti pada balkon dan cara-caraperletakan tanaman lainnya pada dinding bangunan.

    (2)  DHB merupakan bagian dari kewajiban pemohon bangunan untukmenyediakan RTHP. Luas DHB diperhitungkan sebagai luas RTHP namuntidak lebih dari 25 luas RTHP.

    4) 

    Tata Tanaman(1) Pemilihan dan penggunaan tanaman harus memperhitungkan karakter

    tanaman sampai pertumbuhannya optimal yang berkaitan dengan bahaya yangmungkin ditimbulkan. Potensi bahaya terdapat pada jenis-jenis tertentu yangsistem perakarannya destruktif, batang dan cabangnya rapuh, mudah terbakarserta bagian-bagian lain yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

    (2) Penempatan tanaman harus memperhitungkan pengaruh angin, air, kestabilantanah/ wadah sehingga memenuhi syarat-syarat keselamatan pemakai.

    (3) Untuk memenuhi fungsi ekologis khususnya di perkotaan, tanaman denganstruktur daun yang rapat besar seperti pohon menahun harus lebihdiutamakan.

    (4) Untuk pelaksanaan kepentingan tersebut diatas, Bupati dapat membentuk tim

    penasehat untuk mengkaji rencana pemanfaatan jenis-jenis tanaman yang layaktanam di Ruang Terbuka Hijau Pekarangan berikut standar perlakuannya yangmemenuhi syarat keselamatan pemakai.

    Untuk setiap Zone, jenis-jenis ruang terbuka hijau yang perlu disediakan dalamsatu lingkungan permukiman/ banua adalah sebagai berikut :

    1)  Zone 1(1)  Ruang Sempadan Bangunan(2)  Tata tanaman, termasuk hutan mangrove, taman dan rekreasi

    2)  Zone 2(1)  Ruang Sempadan Bangunan , termasuk pekarangan, taman permukiman

    terbatas(2) 

    Tata tanaman3)  Zone 3 dan Zone 4(1) Ruang Sempadan Bangunan termasuk pekarangan, taman(2) Tapak Basement(3) Hijau pada Bangunan(4) Tata tanaman, termasuk lapangan olah raga, taman bermain anak, hutan

    lingkungan, makam, kolam peresapan air hujan

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    31/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 31 dari 66

     b.  Luas maksimum dan minimum dari jenis-jenis ruang terbuka hijau yang perludisediakan dalam satu lingkungan permukiman/banua.

    1)  Zone 1(1) Perumahan dan Permukiman

    a) Hutan mangrove ditanam di sepanjang pesisir pantai sebagai penyangga(buffer zone) dengan kedalaman lebih kurang 100 meter ke arah daratan.

     b) Ruang terbuka hijau taman dibuat pada setiap satu lingkungan lorong. (2) Bangunan Non Rumah Tinggal

    a) Hutan mangrove ditanam di sepanjang pesisir pantai sebagai penyangga(buffer zone) dengan kedalaman lebih kurang 100 meter ke arah daratan.

     b) Bangunan harus mempunyai Koefisien Daerah Hijau (KDH) minimum 30%.2)  Zone 2

    (1) Perumahan dan Permukimana)  Ruang terbuka hijau dibuat pada setiap persil bangunan rumah pada satu

    luasan permukiman/ banua. b)  Perumahan dan Permukiman dikelilingi oleh ruang terbuka budidaya

    pertambakan/ pertanian.c)  Ruang terbuka hijau taman dibuat pada setiap satu lingkungan lorong. 

    (2) Bangunan Non Rumah Tinggala)  Ruang terbuka hijau pekarangan dibuat pada setiap persil bangunan b)  Bangunan non rumah tinggal harus memiliki Koefisien Daerah Hijau

    minimum 30%.3)  Zone 3 dan Zone 4

    (1)  Perumahan dan Permukimana)  Ruang terbuka hijau ditempatkan di sekitar lokasi yang memiliki aktivitas

    tinggi dengan luas ruang terbuka terhadap luas banua lebih kurang 30% - 50% b)  RTH taman dibuat dalam satu lingkungan lorong dan di sekitar meunasah,

    (2)  Bangunan Non Rumah Tinggala)  Ruang terbuka hijau pekarangan dibuat pada setiap persil bangunan. b)  Bangunan non rumah tinggal harus memiliki Koefisien Daerah Hijau

    minimum 30%c)  Standar luasan RTH berdasarkan jumlah penduduk (250 jiwa, 2500 jiwa,

    30.000 jiwa dan 120.000 jiwa).

    1.2.3. Sirkulasi, Pertandaan, dan Pencahayaan Ruang Luar Bangunana.  Lokasi pintu masuk dan keluar bangunan, dan jumlahnya, serta arahnya terhadapsirkulasi lingkungan.

    1)  Pintu masuk dan keluar bangunan tidak terhalang oleh ruang lain, berada dibagian depan dan belakang bangunan dan mudah dijangkau.

    2) Akses masuk dan keluar bangunan tidak terhalang oleh ruang lain, berada dibagian depan dan belakang bangunan dan lokasinya mudah dijangkau.

    b.  Lokasi pintu masuk dan keluar lingkungan permukiman dan jumlahnya, danarahnya terhadap sirkulasi jalan kota/luar lingkungan yang menghubungkannya.

    1)  Terdapat Zone 1(1)  Terdapat sekurangnya 1 pintu keluar-masuk lingkungan ke arah daratan.(2)  Lokasi pintu masuk dan keluar lingkungan permukiman harus mudah

    dijangkau dari segala penjuru.2)  Zone 2, Zone 3, Zone 4

    (1)  Terdapat sekurangnya 2 jalan pintu keluar-masuk lingkungan ke arah zonelingkungan tetangganya.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    32/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 32 dari 66

    (2)  Lokasi pintu masuk dan keluar lingkungan mudah dicapai dari semua sisilingkungan.

    c. Pola Sirkulasi Jalan1)  Zone 1 dan Zone 2

    (1) Pola sirkulasi jalan berbentuk pita, dari jalan lingkungan terhubung langsung ke

     jalan lokal, kolektor, dan/atau primer ke arah dataran lebih tinggi.(2) Pola cluster dan cul-de-sac  terhubung dengan jalur jalan penyelamatan (utama

    lingkungan, kolektor, lokal) ke arah dataran lebih tinggi.2)  Zone 3 dan Zone 4

    (1) Pola sirkulasi jalan berbentuk pita, dari jalan lingkungan terhubung langsung ke jalan lokal, kolektor, dan/atau primer.

    (2) Pola cluster   dan cul-de-sac  terhubung dengan jalur jalan penyelamatan (utamalingkungan, kolektor, lokal)

    d. Fasilitas Parkir1)  Permukiman

    (1) Parkir kendaraan pada bangunan rumah tinggal tidak boleh mengganggu

    kelancaran lalu lintas tetangga dan lingkungannya.(2) Parkir kendaraan pada bangunan rumah tinggal tidak diperboleh berada padabadan jalan dan pedestrian pejalan kaki.

    2)  Bangunan Non Rumah Tinggal(1) Bangunan non-rumah tinggal wajib menyediakan area parkir kendaraan yang

    proporsional terhadap luas lantai bangunan (sesuai standar teknis parkir yangberlaku)

    (2) Penataan parkir harus berorientasi kepada kepentingan pejalan kaki,memudahkan aksesibilitas, dan tidak terganggu oleh sirkulasi kendaraan.

    (3) Luas, distribusi dan perletakan fasilitas parkir diupayakan tidak mengganggukegiatan bangunan dan lingkungannya, serta disesuaikan dengan daya tampunglahan.

    (4) 

    Penataan parkir tidak terpisahkan dengan penataan lainnya seperti untuk jalan,pedestrian dan penghijauan.

    e. Pemisahan Jalan1)  Jalur jalan kendaraan harus terpisah dengan jalur pedestrian pejalan kaki.2)  Jalur jalan kendaraan harus dilengkapi dengan jalur hijau :

    (1)  Untuk jalan masuk utama lingkungan kendaraan dua arah dipisahkandengan median jalur hijau di tengahnya.

    (2)  Untuk setiap jalan gang/ lingkungan dilengkapi jalur hijau pada sisi kiri dankanan bahu jalan.

    3)  Penataan ruang jalan dapat sekaligus mencakup ruang-ruang antar bangunan yangtidak hanya terbatas dalam Damija, dan termasuk untuk penataan elemenlingkungan, penghijauan, dll.

    f. Perletakan Sarana Keamanan dan Keselamatan LingkunganPerletakan sarana keamanan dan keselamatan lingkungan berada pada bagian

    pintu masuk keluar lingkungan. Sarana tersebut dapat berbentuk gardu/ pos.

    g. Perletakan Tanda dan Rambu-rambu Lalu Lintas serta Rambu KeselamatanPerletakan tanda dan rambu-rambu lalu lintas serta rambu keselamatan diletakkan

    pada titik bebas pandang sebelum masuk daerah peringatan.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    33/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 33 dari 66

    h. Perletakan pencahayaan buatan pada sempadan jalan, ruang terbuka hijau dansarana umum lainnya.

    Perletakan pencahayaan buatan pada sempadan jalan, ruang terbuka hijau, saranaumum lainnya di tiap zone mempunyai persyaratan yang sama yaitu sebagai berikut :

    1)  Sempadan Jalan(1) Pencahayaan buatan harus ada di sepanjang sempadan jalan dengan jarak

    setiap titik lampu sekurang-kurangnya 50 meter.(2)  Bentuk pencahayaan buatan harus memperhatikan karakter lingkungan,

    fungsi dan arsitektur bangunan dan estetika amenity. (3) Perletakkan pencahayaan buatan harus dapat memberikan penerangan pada

    badan jalan dan sempadan jalan dengan baik dengan menghindaripenerangan yang berlebihan dan silau visual yang tidak menarik.

    (4) Dalam perletakan pencahayaan buatan harus memperhatikan aspekpengoperasiaan dan pemeliharaan, sehingga mudah dioperasikan dan mudahdiperbaiki bila terjadi kerusakan.

    (5) Pencahayaan buatan harus ada di setiap persimpangan jalan yang dapatmemberikan penerangan badan jalan dan sempadan jalan dengan baikdengan menghindari penerangan yang berlebihan dan silau visual yang tidak

    menarik.2)  Ruang Terbuka Hijau(1)  Perletakan pencahayaan buatan harus mempunyai jarak setiap titik lampu

    sekurang-kurangnya 50 meter, sesuai kebutuhan standar jenis ruang terbukahijau.

    (2)  Pencahayaan buatan di ruang terbuka hijau harus memperhatikan karakterlingkungan, fungsi dan arsitektur bangunan, estetika amenity dan komponenpromosi.

    (3)  Dalam ruang terbuka hijau, pencahayaan buatan harus memenuhi keserasiandengan pencahayaan dari dalam bangunan dan pencahayaan dari jalanumum.

    3)  Sarana Umum Lainnya

    (1) 

    Dapat memberikan penerangan ruang luar dengan menghindari peneranganruang luar yang berlebihan, silau visual yang tidak menarik dan telahmemperhatikan aspek operasi dan pemeliharaan.

    (2) Harus memperhatikan karakter lingkungan, fungsi dan arsitektur bangunandan estetika amenity. 

    (3) Harus memenuhi keserasian dengan pencahayaan dari dalam bangunan danpencahayaan dari jalan umum.

    h. Bangunan dan Jalur Penyelamat.1)  Bangunan Penyelamat

    (1) Bangunan ibadah dan bangunan tinggi lainnya dengan konstruksi yangkokoh dan dapat menampung orang banyak dipergunakan sebagai bangunanpenyelamat.

    (2) Pada Zone 1, bangunan penyelamat mempunyai lantai tinggi lebih dari 1,5meter atau bangunan berkolong/ panggung.

    2)  Jalur Penyelamat(1) Zone 1 dan Zone 2

    Untuk kawasan pesisir, jalan lingkungan (sejajar dengan pantai) sebagaipenghubung tidak boleh lebih panjang dari jalan kolektor (tegak lurusdengan pantai) untuk mempercepat evakuasi penduduk menjauhi pantai.

    (2) Zone 3 dan Zone 4

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    34/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 34 dari 66

    Semua bangunan harus mempunyai sedikitnya 1 jalan keluar dari setiaplantainya. Akses ke jalan keluar: tanpa harus melalui hunian tunggal lainnya,setiap penghuni pada lapis lantai.

    3)  Sirkulasi(1) Sistem sirkulasi yang direncanakan harus telah memperhatikan kepentingan

    bagi aksesibilitas pejalan kaki.

    (2) Sirkulasi harus memungkinkan adanya ruang gerak vertikal (clearance) danlebar jalan yang sesuai untuk pencapaian darurat oleh kendaraan pemadamkebakaran, dan kendaraan pelayanan lainnya.

    (3) Sirkulasi perlu diberi perlengkapan seperti tanda penunjuk jalan, rambu-rambu, papan informasi sirkulasi. elemen pengarah sirkulasi (dapat berupaelemen perkerasan maupun tanaman), guna mendukung sistim sirkulasiyang jelas dan efisien serta memperhatikan unsur estetika.

    i. Pertandaan, dan Pencahayaan Ruang Luar BangunanPerletakan sarana keamanan dan keselamatan lingkungan. Perletakan tanda dan rambulalu-lintas dan rambu keselamatan lingkungan.

    (1) 

    Penempatan signage, termasuk papan ikian/ reklame, harus membantuorientasi tetapi tidak mengganggu karakter lingkungan yang ingindiciptakan/ dipertahankan, baik yang penempatannya pada bangunan,kaveling, pagar, atau ruang publik.

    (2) Untuk penataan bangunan dan lingkungan yang baik untuk lingkungan/kawasan tertentu, Bupati dapat mengatur pembatasan-pembatasan ukuran,bahan, motif, dan lokasi dari signage.

    1.2.4. Tata Letak Bangunana. Bentuk tatanan bangunan dalam satu lingkungan pada arsitektur tradisional NIAS,dan arsitektur lainnya yang ada.

    1)  Zone 1 dan Zone 2(1)  Bangunan gedung yang dibangun di atas (panggung), dan/atau pada

    perairan tidak boleh mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi lindungkawasan, dan/atau fungsi prasarana dan sarana umum yang bersangkutan.

    (2)  Tidak diperkenankan menambah ruang maupun membangun rumah barutermasuk bagi anak perempuan yang telah menikah/ untuk perempuan yangmerupakan keturunan dari wanita yang sama.

    (3)  Deretan bangunan tidak boleh bergandengan semua dalam satu lorong,harus dipisahkan dengan jalan darurat diantaranya sebagai aksespenyelamatan bagi semua rumah.

    2)  Zone 3 dan Zone 4(1)  Bangunan gedung yang dibangun di atas, dan/atau pada lahan tidak boleh

    mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi lindung kawasan, dan/ataufungsi prasarana dan sarana umum yang bersangkutan.

    (2)  Bangunan boleh ditambah/ diperluas ke arah horisontal dan vertikal hinggamencapai KDB dan KLB yang dipersyaratkan masing-masing daerah.

    (3)  Deretan bangunan tidak boleh bergandengan semua dalam satu lorong,harus dipisahkan dengan jalan darurat diantaranya sebagai aksespenyelamatan bagi semua rumah.

    b. Orientasi tatanan permukiman terhadap kaidah agama, tradisi, topografi, orientasimatahari, arah angin, bentuk jalan, sungai dan elemen-elemen alam dan buatan lainyang membentuknya.

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    35/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 35 dari 66

    1) Posisi jalan utama lurus memanjang dari Utara ke Selatan, diikuti dengan gang-gang kecil (lorong).

    2) Satu lingkungan perumahan perlu dilengkapi meunasah, sebagai tempatbersosialisasi warga.

    3) Posisi jalan utama lurus memanjang dari Utara ke Selatan, diikuti dengan gang-gang kecil (lorong). Bangunan rumah berbanjar dalam arah yang sama Timur-Barat

    untuk menghindari angin kencang Timur-Barat dan agar rumah menghadap kiblat.4) Pembangunan sebaiknya dimulai pada hari baik bulan Kamariah (Arab); pada

    tanggal tengak dari bulan naik (tanggal 1-15) dengan upacara pernyejuk (peusijuk)oleh imam (teungku meunasah).

    5) Sumur dapat digunakan bersama; sumur/ KM di bagian belakang rumah dansumur untuk minum dibagian depan rumah

    c. Kelengkapan Desa/BanuaDalam satu banua harus mempunyai minimum sebuah meunasah dan kelengkapansarana lingkungan minimum sesuai dengan Kepmen Kimpraswil No.534/KPTS/M/2001.

    d. Pengaman terhadap Bencana1) Bencana Tsunami dan Gempa

    (1)  Jalur Penyelamatana) Zone 1 dan Zone 2

    i. Untuk mempercepat evakuasi penduduk pada saat terjadi bencana tsunami,maka untuk menjauhi pantai pada kawasan pesisir harus disediakan jalanutama lingkungan (sejajar dengan pantai) sebagai penghubung, tidak bolehlebih panjang dari jalan lokal dan kolektor (tegak lurus dengan pantai).

    ii.  Jalan utama lingkungan terhubung baik dengan jalan lokal, kolektormaupun arteri, dengan lebar badan jalan bebas hambatan dua jalurminimum 12 meter.

    iii.

     Jalan darurat merupakan jalan terpendek keluar lingkungan ke arah jalanlokal dan kolektor yang bebas hambatan, dengan lebar badan jalanminimum 6 meter.

     b) Zone 3 dan Zone 4i.  Jalur penyelamatan pada zone ini berupa jalan utama lingkungan

    terhubung baik dengan jalan lokal, kolektor maupun arteri, dengan lebarbadan jalan bebas hambatan dua jalur minimum 12 meter.

    ii. Terdapat jalan darurat yang merupakan jalan terpendek keluar lingkunganke arah jalan lokal dan kolektor yang bebas hambatan, dengan lebar badan jalan minimum 6 meter.

    iii. Terdapat jalan keluar dari setiap kavling bangunan harus langsung ke jalanlingkungan dan jalan darurat minimum ada 1 buah, tidak boleh melewatibangunan tetangganya.

    (2) Bangunan Penyelamata)  Zone 1i. Bangunan penyelamat pada zone ini dapat berupa bangunan panggung

    yang mempunyai tinggi lantai > 1,5 meter.ii. Bangunan ibadah dapat dijadikan sebagai bangunan penyelamat.iii. Bangunan tinggi lain yang dapat dicapai dalam waktu paling lam 15 menit,

    dengan radius pelayanan maksimum 2Km. b)  Zone 2, Zone 3 dan Zone 4

  • 8/17/2019 Materi Teknis Pedoman Pembangunan Gedung_Draft

    36/66

    Draft Materi Teknis Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building Code) Nias   Halaman 36 dari 66

    i.  Bangunan ibadah, sekolah, balai pertemuan, perkantoran dan bangunantinggi lainnya dengan struktur yang kokoh dan dapat menampung orangbanyak .

    ii. Bangunan penyelamat harus dapat dicapai dalam waktu paling lama 15menit, dengan radius pelayanan maksimum 2 Km.

    2)  Bencana Kebakaran

    (1)  Jalur Penyelamatana)  Bangunan Rumah Tinggal

    i. Lebar perkerasan jalan lingkungan minimum 4 meter, akses jalanminimum sejauh 45 meter masuk kedalam lingkungan dari jalanmasuk.

    ii.  Jarak-jarak dari dinding ruang yang dibuat bahan yang mudahterbakar harus sekurang-kurangnya :(a)  M