MATERI SLF.pdf
-
Upload
devitrie-hardiany -
Category
Documents
-
view
48 -
download
2
Transcript of MATERI SLF.pdf
DINAS PEKERJAAN UMUM PERUMAHAN DAN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
INVENTARISASI
PENGELOLAAN GEDUNG-
GEDUNG PEMERINTAH
LATAR BELAKANG
Salah satu amanat dari Undang-Undang No. 43/2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah bahwa pemerintah daerah diwajibkan untuk menyelenggarakan dekonsentrasi pembinaan bidang ke PU an. Beberapa tugasnya adalah pengaturan dan pembimbingan, pemberian bantuan dan kemudahan, penelitian dan pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat.
Selanjutnya Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa pembinaan dilakukan dalam rangka tata pemerintahan yang baik melalui kegiatan pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan sehingga setiap penyelenggaraan bangunan gedung dapat berlangsung tertib dan tercapai keandalan bangunan gedung yang sesuai dengan fungsinya, serta terwujudnya kepastian hukum (Penjelasan Pasal 43 ayat 1).
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud kegiatan adalah untuk melakukan kajian dan pelakanaan uji
kehandalan bangunan publik dan privat untuk mengetahui tingkat
kehandalan bangunan dan penerbitan sertifikat laik fungsi.
Tujuan kegiatan adalah melakukan pengujian kehandalan bangunan
gedung terhadap gedung-gedung publik kemasyarakatan. Keigatan ini
juga bertujuan untuk meningkatkan pelayanan informasi oleh PIP2B Balai
PIPBPJK Yogyakarta sehingga dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat untuk dapat memanfaatkan informasi secara maksimal.
LINGKUP PEKERJAAN
Evaluasi Keselamatan Bangunan:
Kemampuan bangunan gedung dalam mendukung beban struktural baik beban statis (beban gedung sendiri dan beban muatan yang ada dalam gedung) dan beban dinamis (beban gempa, beban mesin, pergerakan manusia, dll);
Kemampuan bangunan gedung dalam mencegah bahaya kebakaran, petir, dan gempa.
Evaluasi Kesehatan Bangunan:
Sistem penghawaan;
Pencahayaan gedung;
Sanitasi gedung;
Penggunaan bahan bangunan.
LINGKUP PEKERJAAN
Evaluasi Kenyamanan Bangunan:
Kenyamanan ruan gerak dan hubungan antar ruang;
Kondisi udara dalam ruang;
Pandangan;
Tingkat getaran dan tingkat kebisingan.
Evaluasi Kemudahan Bangunan:
Kemudahan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung;
Kelengkapan sarana dan prasarana dalam pemanfaatan bangunan.
KELUARAN
Keluaran studi adalah hasil kajian dari pelaksanaan uji kehandalan
bangunan sehingga tingkat kehandalan bangunan dapat diketahui
sehingga pelayanan informasi yang dilakukan dinas terkait dapat
dimanfaatkan secara optimal
LOKASI KEGIATAN
Lokasi kegiatan penyusunan informasi kehandalan bangunan gedung ini
adalah Kota Yogjakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta.
WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN
Studi kegiatan evaluasi pelaksanaan program pembangunan infrastruktur
jalan yang ditugaspembantuankan ke daerah dilaksanakan selama 60
(enam puluh) hari berlaku sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK).
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
Rencana kerja studi Penyusunan Informasi Kehandalan Bangunan Gedung
dapat dijelaskan dalaam 3 (tiga) program penting, yaitu: (1) organisasi
pelaksana studi; (2) jadwal pelaksanaan pekerjaan; dan (3) jadwal
penugasan tenaga ahli.
ORGANISASI PELAKSANAAN STUDI Organisasi pelaksanaan studi Penyusunan Informasi Kehandalan Bangunan
Gedung Dikoordinir oleh Team Leader (ahli kehandalan bangunan), yang
selanjutnya dibantu oleh beberapa tenaga ahli, yaitu: ahli mekanikal
elektrikal, ahli struktur, dan ahli arsitektur.
JADWAL PELAKSANAAN STUDI
Pekerjaan Minggu Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 Tahapan Pekerjaan
Tahap 1: Persiapan &Kajian Regulasi
Tahap 2: Perumusan dan Perancangan Pelaksanaan Uji
Tahap 3: Pelaksanaan Uji Kehandalan
Tahap 4: Analisis dan Rekomendasi
Proses Pelaporan
1. Laporan pendahuluan
2. Draft Laporan Akhir
3. Laporan Akhir
SISTEMATIKA PELAPORAN
Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan berisi:
Pendahuluan;
Kerangka pola pikir dan metodologi studi;
Kajian literatur;
Recana kerja studi
Konsep Laporan Akhir
Konsep laporan akhir berisi :
Hasil analisis data dan informasi sementara dari Penyusunan Informasi
Kehandalan Bangunan Gedung;
Usulan rekomendasi yang akan diajukan untuk Penyusunan Informasi
Kehandalan Bangunan Gedung.
SISTEMATIKA PELAPORAN
Laporan Akhir
Laporan akhir berisi:
Hasil analisis data dan informasi Penyusunan Informasi Kehandalan
Bangunan Gedung;
Rekomendasi Penyusunan Informasi Kehandalan Bangunan Gedung;
Kesimpulan dan saran.
JADWAL DAN PENUGASAN TENAGA
AHLI
No Nama
Tenaga Ahli
Bulan JM
April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4
1
Ahli Struktur
(Team
Leader)
8
2
Ahli
Mekanikal
Elektrikal
7
3 Ahli
Arsitektur
7
Total 22
PERATURAN TERKAIT Undang-Undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Serta Masyarakat Jasa Konstruksi
Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan dan Pembinaan Jasa Konstruksi
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 441/Kpts/1998 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.29/PRT/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
SNI 03-1726-2002 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur bangunan Gedung
SNI 02-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung
SNI 03-1734-1989 Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung
PERATURAN TERKAIT
International Building Code 2006
National Building Code of Canada Volume 1
National Building Code of Canada Volume 2
Uniform Building Code 1997
ACI 318-08 Building Code Requirements for Structural Concrete and
Commentary
SLF
Sertifikat laik fungsi (SLF) berfungsi sebagai mekanisme kontrol penyelenggaraan bangunan gedung dan tugas pemerintah adalah sebagai ujung tombak implementasi SLF ini. Pada dasarnya pemerintah pusat telah membuat berbagai macam regulasi yang mengatur bangunan gedung di Indonesia seperti UU No.28 tahun 2002 (UUBG) dan PP No.36 tahun 2005, namun kondisi tersebut sangat kontras jika dibandingkan apa yang terjadi di Pemeritah Daerah. Walaupun Pemerintah Pusat telah mengesahkan dan memberlakukan UUBG lebih dari satu dekade namun dari 487 kebupaten dan kota di Indonesia, hanya 67 yang memiliki Perda bangunan gedung.
Sertifikat laik fungsi juga berfungsi dikarenakan pemanfaatan bangunan gedung dilakukan oleh pemilik atau pengguna bangunan gedung setelah bangunan gedung tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi.
SIKLUS PENERBITAN SLF
Pemeriksaan Kelaikan Fungsi
Surat Rekomedasi Pemeriksaan
Berkala
Surat Rekomedasi Pemeriksaan
Kelaikan Fungsi
Pemeriksaan Berkala Pemeriksaan Kelaikan Fungsi
Surat Rekomedasi Pemeriksaan
Kelaikan Fungsi
SLF SLFn
PER
SY
AR
ATA
N
BA
NG
UN
AN
GED
UN
G
PERSYARATAN ADMINISTRASI BANGUNAN
STATUS HAK ATAS TANAH
DOKUMEN IMB
DOKUMEN GAMBAR KERJA
SURAT BUKTI KEPEMILIKAN GEDUNG
PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN
TATA BANGUNAN
PERUNTUKAN DAN INTENSITAS BANGUNAN
GEDUNG VARIABEL
ARSITEKTUR BANGUNAN
VARIABEL
PENGENDALIAN DAMPAK
LINGKUNGAN VARIABEL
KEANDALAN BANGUNAN
KESELAMATAN VARIABEL
KESEHATAN VARIABEL
KENYAMANAN VARIABEL
KEMUDAHAN VARIABEL
PER
SY
AR
ATA
N
AD
MIN
ISTR
ASI B
AN
GU
NA
N
STATUS HAK ATAS ATAS TANAH
Pengecekan langsungsurat terkait atau surat perjanjian
pemilik hak atas tanah dengan pemilik gedung
DOKUMEN IMB Pengecekan langsung dokumen IMBdan surat
keterangan rencana kota
SURAT BUKTI KEPEMILIKAN GEDUNG
Pengecekan terhadapsurat bukti kepemilikan gedung
DOKUMEN GAMBAR KERJA Pengecekan kelengkapan
dokumen gambar kerja
TATA
BA
NG
UN
AN
PERUNTUKAN DAN INTENSITAS BANGUNAN
Pengecekan peruntukan lokasi, kepadatan (KDB, KLB), ketinggian,
jarak bebas bangunan yang ditetapkan
ARSITEKTUR BANGUNAN
Penampilan bangunan, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian,
keselarasan bangunan gedung dengan lingkungan, keseimbangan
nilai-nilai social budaya setempat terhadap penerapan arsitektur dan
rekayasa
PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengecekan dokumen AMDAL
KEA
ND
ALA
N B
AN
GU
NA
N
KESELAMATAN
BEBAN MUATAN Kemampuan bangunan
gedung mendukung beban muatan
BAHAYA KEBAKARAN Proteksi kebakaran
BAHAYA PETIR Proteksi petir
INSTALASI LISTRIK
Pengecekan tata cara
perencanaan, pemasangan,
pemeriksaan dan
pemeliharaan instalasi listrik
BAHAN BERBAHAYA Pengamanan terhadap
bahan-bahan berbahaya
KEA
ND
ALA
N B
AN
GU
NA
N
KESEHATAN
SISTEM PENGHAWAAN Pengecekan sistem penghawaan (ventilasi alami dan/ atau ventilasi
buatan
PENCAHAYAAN
Pengecekan pencahayaan bangunan (pencahayaan alami
dan/ atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat)
SANITASI
Pengecekan kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/ atau air
limbah, kotoran dan sampah, penyaluran air hujan
BAHAN BANGUNAN GEDUNG Penggunaan bahan bangunan yang
aman bagi kesehatan
KEA
ND
ALA
N B
AN
GU
NA
N
KENYAMANAN
RUANG GERAK DAN HUBUNGAN ANTAR RUANG
Pengcekan dimensi ruang dan tata letak ruang; tata
letak dan sirkulasi
KONDISI UDARA DALAM RUANG
Temperatur dan kelembaban ruang
PANDANGAN Kenyamanan pandangan
TINGKAT GETARAN DAN KEBISINGAN
Kenyamanan tingkat getaran dan kebisingan dari dalam maupun luar
bangunan
KEA
ND
ALA
N B
AN
GU
NA
N
KEMUDAHAN
KEMUDAHAN DARI, KE, DAN KE DALAM
Kemudahan hubungan di luar gedung
Kemudahan hubungan di dalam gedung
KELENGKAPAN SARANA DAN PRASARANA
Kelengkapan prasarana dan sarana dalam
pemanfaatan gedung
ASPEK KESELAMATAN Gedung mampu mendukung beban yang bekerja umumnya ditunjukkan
dengan kemampuan bangunan gedung dalam mendukung beban mati, beban hidup serta beban lain akibat pengaruh alam seperti gempa yang tergantung dari wilayah gempa yang sesuai. Dalam SNI 1726-2002, aspek kegempaan diatur dengan perician ketentuan umum, perencanaan umum struktur gedung, perencanaan struktur gedung tak beraturan, kinerja struktur gedung.
Gedung mampu menanggulangi bahaya kebakaran yang dapat mengganggu proses produksi baik barang dan jasa, kerusakan lingkungan dan terganggunya kegiatan lain dari masyarakat. Kemampuan gedung dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran dapat dilakukan dengan system proteksi pasif dan aktif. Aspek ini diatur dalam SNI 1741-2008 dan SNI 1740-2008.
Gedung mampu mencegah bahaya petir untuk melindungi semua bagian bangunan gedung, termasuk manusia di dalamnya terhadap bahaya sambaran petir. Sistem penangkal petir dapat dicapai melalui instalasi penangkal petir yang harus dipasang pada setiap bangunan gedung yang karena letak, sifat geografis, bentuk, dan penggunaannya mempunyai risiko terkena sambaran petir.Aspek ini diatur dalam SNI 03-7015-2004 tentang proteksi sambaran petir terhadap bangunan.
ASPEK KESEHATAN Gedung memenuhi persyaratan sistem penghawaan, yaitu kebutuhan
sirkulasi dan pertukaran udara yang harus disediakan pada bangunan
gedung melalui bukaan dan/ atau ventilasi alami dan/atau ventilasi
buatan. Sistem penghawaan ini selain dibuthkan untuk pertukaran udara
juga dapat berfungsi sebagai pencegah kebakaran dengan pengendali
udara seperti yang diatur dalam SNI 03-6767-2002 dimana spesifikasi ini
mencakup persyaratan mengenai sistem pengolahan udara sentral
sebagai pengendali asap kebakaran dalam bangunan gedung.
Gedung memenuhi persyaratan pencahayaan. Sistem pencahayaan
yang dimaksud adalah melalui pencahayaan alami dan/ atau
pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat. Bangunan
gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan
bangunan pelayanan umum lainnya harus mempunyai bukaan untuk
pencahayaan alami. Persyaratan ini diatur dalam SNI 03-2396-2001
tentang sistem pencahayaan alami.
Gedung memenuhi persyaratan sistem sanitasi yang baik dimana
kebutuhan sanitasi yang harus disediakan di dalam dan di luar bangunan
gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor
dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.
Sistem sanitasi pada bangunan gedung dan lingkungannya harus
dipasang sehingga mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya,
tidak membahayakan serta tidak mengganggu lingkungan. Sistem sanitasi
terutama pengaturan tangki septik dengan sistem resapan untuk sanitasi
diatur dalam SNI 03-2398-2002.
Gedung harus dibangun dengan menggunakan bahan bangunan
gedung yang baik dimana bahan yang dipakai harus memenuhi standar
yang sesuai dengan kebutuhan gambar desain dan perhitungan struktural
bangunan sehingga kekuatan dukung dan masa pakai gedung sesuai
dengan rencana.
ASPEK KENYAMANAN
Gedung memenuhi kenyamanan dalam hal ruang gerak dan hubungan antar ruang, dimana kenyamanan ruang gerak berarti tingkat kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan.
Gedung memenuhi kenyamanan dalam hal kondisi udara dalam ruang. Hal
tersebut ditentukan dari kondisi tingkat kenyamanan yang diperoleh dari temperatur dan kelembaban di dalam ruang untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung. Persyaratan ini diatur dlam SNI 03-6572-2001.
Gedung memenuhi kenyamanan dalam hal pandangan, yaitu berupa kondisi dimana hak pribadi orang dalam melaksanakan kegiatan di dalam bangunan gedungnya tidak terganggu dari bangunan gedung lain di sekitarnya.
Gedung memenuhi kenyamanan dalam hal tingkat getaran dan tingkat kebisingan. Kenyamanan dalam hal tingkat getaran dan tingkat kebisingan merupakan tingkat kenyamanan yang ditentukan oleh suatu keadaan yang tidak mengakibatkan pengguna dan fungsi bangunan gedung terganggu oleh getaran dan/atau kebisingan yang timbul baik dari dalam bangunan gedung
maupun lingkungannya. Hal ini tercantum dalam SNI 03-6386-2000.
ASPEK KEMUDAHAN
Gedung memenuhi kemudahan dalam hal hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung.
Kemudahan yang dimaksud antara lain adalah tersedianya:
fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia. Kemudahan ini diatur dalam RSNI T-20-2004 tentang tata cara perencanaan ruang dan aksesibilitas bangunan bagi pengguna kursi roda;
prasarana dan sarana untuk kepentingan umum meliputi penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang ganti, ruangan bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi;
pintu dan/atau koridor antar ruang;
sarana transportasi vertikal berupa penyediaan tangga, ram, dan sejenisnya serta lift dan/atau tangga berjalan dalam bangunan gedung. Penyediaan tangga, ram, dan sejenisnya serta lift dan/atau tangga berjalan diatur dalam SNI 03-6573-2001 tentang perancangan sistem transportasi vertikal dalam gedung (lift);
Akses evakuasi dalam keadaan darurat harus disediakan di dalam bangunan gedung meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi apabila terjadi bencana. Hal ini diatur dalam SNI 03-1735-2000 tentang tata cara perencanaan akses bangunan dan akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.
TAHAPAN PRA PELAKSANAAN
Memasukkan hal-hal yang akan diamati di lapangan yang merepresentasikan aspek-aspek pengamatan dalam penetuan kehandalan bangunan gedung;
Menentukan gedung-gedung yang menjadi tujuan dalam pengujian kehandalan bangunan dilanjutkan dengan sosialisasi dan ijin dari instansi terkait untuk pelaksanaan uji kehandalan bangunan gedung;
Penyusunan format survey yang mengandung keseluruhan hal y ang akan diamati di lapangan yang merepresentasikan aspek-aspek pengamatan dalam penetuan kehandalan bangunan gedung serta metode pelaksanaan uji kehandalan bangunan gedung;
Pengumpulan tim tenaga penguji (surveyor) yang memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam melakukan pengujian kehandalan bangunan. Tenaga penguji (surveyor) yang terpilih selanjutnya akan diberi pelatihan agar pada saat pelaksanaan uji kehandalan bangunan gedung tidak terjadi perbedaan persepsi antara tenaga penguji (surveyor) dan tenaga ahli serta dapat mengidentifikasi setiap instrumen survey dilakukan.
TAHAPAN PELAKSAAN UJI Kegiatan pencarian data bangunan-bangunan gedung yang telah ditentukan terkait uji evaluasi kehandalan, dilakukan
dengan mengamati hal-hal yang terdapat bangunan tersebut, yaitu:
status hak atas tanah pada bangunan gedung tsb;
ijin pemanfaatan hak bangunan gedung tsb;
kepemilikan bangunan gedung tsb;
dokumen IMB bangunan gedung tsb;
dokumen gambar kerja pembangunan bangunan gedung tsb;
peruntukan lokasi (RUTRK) bangunan gedung tsb;
kepadatan area di sekitar bangunan gedung tsb (KDB, KLB);
ketinggian maksimum gedung tsb;
bentuk dan karakter tampilan bangunan gedung tsb;
tata ruang bagian dalam dan luar bangunan gedung tsb;
keseimbangan dan keselarasan bangunan gedung tsb terhadap lingkungan sekitar;
dampak lingkungan terhadap berdirinya bangunan gedung tsb;
kemampuan dukung beban statis bangunan gedung tsb;
kemampuan dukung beban dinamis bangunan gedung tsb;
kelengkapan struktur bangunan gedung tsb seperti plafon, dinding, lantai, dsb;
utilitas dan sarana prasarana bangunan gedung tsb seperti toilet, musholla, ruangan merokok, dll;
persepsi pengguna bangunan gedung tsb;
psikologis pengguna bangunan gedung tsb;
aksesibilitas bangunan gedung tsb;
Ya
Tidak
Tidak
Mulai
Keselamataan
AMDAL
Pengkajian Aspek
Kesehatan,Kenyamanan,
Kemudahan
Pengkajian Aspek
Keseelamatan
Hitung Skesehatan
Hitung
Skenyamanan
Hitung
Skemudahan
Skesehatan>60
Skenyamanan>60
Skemudahan>60
Perbaikan
Perbaikan aspek yang
kurang
A
Ya
A
Hitung S Total Keandalan Bangunan
Gedung
Rekomendasi penerbitan SLF
Selesai
TAHAPAN PENYUSUNAN HASIL PELAKSANAAN
DAN UJI KEHANDALAN BANGUNAN
Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari kajian penyusunan informasi
kehandalan bangunan gedung, yakni berupa pengolahan, analisis serta
pengkajian pelaksanaan uji kehandalan bangunan gedung yang
dibandingkan terhadap kondisi ideal sub-aspek pengamatan yang
dikaitkan Kriteria Kehandalan bangunan gedung sehingga harus
menghasilkan suatu informasi.
Hal-hal yang menjadi pengamatan pada pengujian kehandalan
bangunan harus dilakukan cross-check terhadap Kriteria Kehandalan
bangunan gedung apakah bangunan gedung tsb memenuhi atau tidak
terhadap kriteria tsb. Tahapan ini diakhiri dengan pemberian rekomendasi
tingkat kehandalan bangunan gedung tsb sehingga dapat diketahui
tingkat keamanan gedung yang telah diperiksa untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.