Materi Road Map_Mitigasi

download Materi Road Map_Mitigasi

of 24

Transcript of Materi Road Map_Mitigasi

MITIGASI BENCANA GEOLOGI DI NTBSosialisasi Roadmap 2 Abad Letusan Tambora Nopember 2011

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara BaratJl. Majapahit No 40 tlp. 0370-621536 fax. 0370-625766

PEMBENTUKAN GUNUNG API

Gambar Penampang yang memperlihatkan batas lempeng utama dengan pembentukan busur gunungapi

Pembentukan gunungapi terjadi melalui proses :1) 2) Pemekaran kerak samudera : lempeng saling menjauh, magma bergerak ke permukaan, membentuk busur gunungapi tengah samudera. Tumbukan antar kerak : kerak samudera menunjam di bawah kerak benua. Akibat gesekan antar kerak terjadi peleburan batuan yang bergerak ke permukaan melalui rekahan membentuk busur gunungapi di tepi benua. Pemekaran kerak benua : kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, menimbulkan rekahan atau patahan yang menjadi jalan keluarnya magma ke permukaan, membentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lava sepanjang rekahan. Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunungapi perisai.

3)

4)

Di Indonesia (Jawa dan Sumatera) pembentukan gunungapi terjadi akibat tumbukan kerak Samudera Hindia dengan kerak Benua Asia. Di Sumatra penunjaman lebih kuat dan dalam sehingga bagian akresi muncul ke permukaan membentuk pulaupulau, seperti Nias, Mentawai, dll.

Klasifikasi Gunung Api di IndonesiaTipe-A Gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang kurangnya satu kali sesudah tahun 1600. Tipe-B Gunung api yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengalami erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara. Tipe-C Gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara / fumarola pada tingkat lemah.

BAHAYA GUNUNGAPIBahaya letusan gunungapi dapat berpengaruh secara langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder) yang menjadi bencana bagi kehidupan manusia. Bahaya langsung (Primer) Aliran lava Aliran piroklastik/awan panas Jatuhan piroklastik/hujan abu Lahar letusan Gas vulkanik beracun

Bahaya Tidak Langsung (Sekunder) Lahar hujan Banjir bandang Longsoran vulkanik Tsunami

BAHAYA LANGSUNGLELERAN / ALIRAN LAVA Leleran lava merupakan cairan magma yang keluar ke permukaan bumi, pekat dan panas dapat merusak segala infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung dari kekentalan magmanya, makin rendah kekentalannya, maka makin jauh jangkauan alirannya. Suhu lava pada saat dierupsikan berkisar antara 800o 1200o C. Pada umumnya di Indonesia, leleran lava yang dierupsikan gunungapi, komposisi magmanya menengah sehingga pergerakannya cukup lamban sehingga manusia dapat menghindarkan diri dari terjangannya.

Leleran lava, panas, mengalir

Leleran lava, penurunan suhu, mulai membeku/membatu

Hasil aliran lava G. Barujari, Rinjani

AWAN PANAS / ALIRAN PIROKLASTIK Aliran piroklastik dapat terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi plinian, letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava dan aliran pada permukaan tanah (surge). Aliran piroklastik sangat dikontrol oleh gravitasi dan cenderung mengalir melalui daerah rendah atau lembah. Mobilitas tinggi aliran piroklastik dipengaruhi oleh pelepasan gas dari magma atau lava atau dari udara yang terpanaskan pada saat mengalir. Kecepatan aliran dapat mencapai 150 250 km/jam dan jangkauan aliran dapat mencapai puluhan kilometer walaupun bergerak di atas air/laut.

Awan panas G. Merapi

Korban akobat Awan panas G. Merapi

HUJAN ABU / JATUHAN PIROKLASTIK Jatuhan piroklastik terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukup tinggi, pada saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai arah angin kemudian jatuh lagi ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi manusia, tetapi endapan abunya akan merontokkan daun-daun dan pepohonan kecil sehingga merusak agro dan pada ketebalan tertentu dapat merobohkan atap rumah. Sebaran abu di udara dapat menggelapkan bumi beberapa saat, pada volume besar dapat merubah iklim dunia serta mengancam bahaya bagi jalur penerbangan.

LAHAR LETUSAN Lahar letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air dalam kawah cukup besar akan menjadi ancaman langsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.

GAS VULKANIK BERACUNGas beracun umumnya muncul pada gunungapi aktif berupa CO, CO2, HCN, H2S, SO2 dll, pada konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh.

BAHAYA TIDAK LANGSUNGLAHAR HUJAN Lahar hujan terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi gunungapi yang diendapkan pada puncak dan lereng, terangkut oleh hujan atau air permukaan. Aliran lahar ini berupa aliran lumpur yang sangat pekat sehingga dapat mengangkut material berbagai ukuran. Bongkahan batu besar berdiameter lebih dari 5 m dapat mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar juga dapat merubah topografi sungai yang dilaluinya dan merusak infrastruktur.

BANJIR BANDANG Banjir bandang terjadi akibat longsoran material vulkanik lama pada lereng gunungapi karena jenuh air atau curah hujan cukup tinggi. Aliran lumpur disini tidak begitu pekat seperti lahar, tapi cukup membahayakan bagi penduduk yang bekerja di sungai dengan tiba-tiba terjadi aliran lumpur.

LONSORAN VULKANIK Longsoran vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunungapi, eksplosi uap air, alterasi batuan pada tubuh gunungapi sehingga menjadi rapuh, atau terkena gempabumi berintensitas kuat. Longsoran vulkanik ini jarang terjadi di gunungapi secara umum sehingga dalam peta kawasan rawan bencana tidak mencantumkan bahaya akibat longsoran vulkanik.

Didunia ada sebanyak 500 buah gunungapi, 400 buah diantaranya terdapat di Indonesia dan yang masih aktif sebanyak 129 buah; di NTB yang masih aktif 3 buah.

JALUR GEMPA DAN GUNUNGAPI AKTIF DI INDONESIA

RINJANI3726 m

SANGEANG API1849 m

TAMBORA2851 m

GUNUNG TAMBORATambora merupakan gunungapi aktif strato tipe A, dengan ketinggian + 2851 m, memiliki kaldera dengan garis tengah bibir s 7 km dan dasar kawah 3500 x 4000 m, serta mempunyai kedalaman mencapai s 950 m .Di dalam kaldera sebelah barat terdapat sebuah danau dengan garis tengah arah selatan-utara s 800 m, timur-barat 200 m, mempunyai kedalaman mencapai 15 m yang terletak pada ketinggian s 1300 m di atas muka laut (dpl). Pada dasar kawah di bagian selatan terdapat kerucut parasit bergaris tengah mencapai 100 m dengan ketinggian s 10 m, yang disebut Doro Api Toi (Gunungapi Kecil) yang merupakan pusat kegiatan gunungapi Tambora saat ini.

Danau

Doro Api Toi

Foto kaldera dan danau Gunung Tambora (Arah Kamera : Barat) .

SEJARAH LETUSAN Tahun 1815 terjadi letusan besar dengan pembentukan kaldera, korban 92.000 jiwa, pada saat itu menurut van Bemmelen, 1970 (dalam Hirokawa, 1980) tinggi Gunungapi Tambora kurang lebih 4.300 meter dpl sedangkan menurut Untung Handogo (1985) tingginya diperkirakan mencapai 4.000 meter dpl. Tahun 1847 -1913 terjadi letusan di dalam kaldera, terbentuk kawah Doro Api Toi dengan aliran lavanya.

MITIGASI BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI Membuat Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Letusan Gunungapi Pemantauan gunungapi guna menunjang sistem peringatan dini letusan gunungapi. Melakukan Sosialisasi kepada masyarakat

PETA KAWASAN RAWAN BAHAYA GUNUNG API TAMBORA

Sungai yang berhulu di puncak G. Tambora Kabupaten BimaKawasan Daerah Rawan Bencana I yang merupakan daerah aliran sungai Sori Sumba/Sori Kalate, Sori Meladi, dan Sori Oimarai

Kabupaten DompuKawasan Daerah Rawan Bencana I yang merupakan daerah aliran sungai Sori Lahamo, Sori Oirao/ Sori Amaru dan Sori Tula/mangge, Sori Kancore dan Sori Naa

Kewaspadaan1.

(Sumber: Peta KRB G. Tambora, PVMBG th. 2008)

Aktifitas status G. Tambora pada level Siaga (level III), direkomendasikan pada kawasan KRB III dan KRB II tidak diperbolehkan melakukan kegiatan apapun dan diminta kepada masyarakat agar menunggu informasi lebih lanjut dari Pemerintah Daerah berdasarkan saran teknis dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) serta dihimbau kepada masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan KRB I untuk meningkatkan kewaspadaan. Apabila kegiatan Gunungapi Tambora pada level Awas (level IV), maka pada KRB III (radius 3 Km dari pusat kaldera) dan KRB II (radius 5 Km dari pusat kaldera dan kawasan hulu sungai Oimarai sepanjang lk. 8 Km) tidak diperbolehkan melakukan aktifitas apapun. Serta masyarakat yang bermukim di sekitar KRB I (sungai-sungai yang berhulu di puncak G. Tambora) harus meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya bahaya lahar, apabila terjadi hujan.

2.

Pemantauan GunungapiAlat pengukur tekanan, kelembaban dan suhu udara

Seismograf

Radio SSB

Tingkat Isyarat Gunung Api di Indonesia StatusAWAS

MaknaMenandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana Peningkatan intensif kegiatan seismik Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu Ada aktivitas apa pun bentuknya Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma Level aktivitas dasar

TindakanWilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan Koordinasi dilakukan secara harian Piket penuh Sosialisasi di wilayah terancam Penyiapan sarana darurat Koordinasi harian Piket penuh

SIAGA

WASPADA

Penyuluhan/sosialisasi Penilaian bahaya Pengecekan sarana Pelaksanaan piket terbatas Pengamatan rutin Survei dan penyelidikan

NORMAL

Aktivitas Gunungapi TamboraSTATUS NORMAL KE WASPADASumber : Situs Resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi , Hari Selasa 30 Agustus 2011 jam 14 : 59 WIB

Kesimpulan :Terhitung tanggal 30 Agustus 2011, pukul 11:00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II)

Rekomendasi Masyarakat di sekitar G. Tambora diharap tetap tenang, tidak tepancing isu-isu tentang letusan G. Tambora. Masyarakat di sekitar G. Tambora dan pengunjung/ wisatawan tidak diperbolehkan mendaki dan mendekati Puncak G. Tambora.

STATUS WASPADA KE SIAGASumber : Situs Resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi , Hari Jumat 9 September 2011 jam 08 : 10 WIB

KesimpulanTerhitung tanggal 8 September 2011, pukul 16:00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III)

Rekomendasi masyarakat dan pengunjung/wisatawan di sekitar G. Tambora tidak diperbolehkan melakukan aktifitas apapun di G. Tambora dalam kawasan Rawan Bencana(KRB) III dan dalam radius 3 km dari pusat aktifitas G. Tambora. masyarakat di sekitar G. Tambora diharapkan tetap tenang, tidak tepancing isu-isu tentang letusan G. Tambora.

Berdasarkan surat Kepala Badan Geologi Nomor : 1680/45/BGL.V/201, tentang perkembangan aktivitas G. Tambora, tanggal 11 September 2011, Status kegiatan G. Tambora masih berada pada level Siaga (level III).

BERITA DI INTERNET proporsionalGunung Tambora Siaga, Radius 3 Km Jadi Zona BahayaKusmayadi - detikNews

Mataram - Gunung Tambora (2.851 mdpl) di Pulau Sumbawa, NTB, statusnya meningkat menjadi siaga (level III) sejak Kamis (8/9). Saat ini, radius 3 kilometer dari kawah gunung dinyatakan sebagai zona terlarang. "Status sudah meningkat dari Waspada (level II) ke Siaga (level III). Dalam peta kawasan rawan bencana, radius tiga kilometer dari pusat letusan sudah dinyatakan terlarang karena masuk zona bahaya," kata Kepala Bidang Geologi dan Sumber Daya Mineral Dinas Pertambangan dan Energi NTB, Muhammadin, di Mataram, Senin (12/9/2011).

Surono: Status Tambora Masih WaspadaAhmad Arif | Fikria Hidayat | Selasa, 25 Oktober 2011 | 22:03 WIB

PVMBG Cek Laporan Adanya Api di Gunung TamboraJAKARTA, KOMPAS.com Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi Surono menyatakan, Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat masih berstatus Waspada dan tidak menunjukkan tanda-tanda meletus. Namun, pihaknya akan mengirim tim survei ke lapangan karena adanya laporan warga yang mengaku melihat sinar api dari puncak Tambora. "Secara instrumental Gunung Tambora tidak menunjukkan adanya kegiatan yang mencolok, tidak terekam gempa letusan, amplitudo tremor 0,5 hingga 8 mm, tidak melebihi standar Waspada," kata Surono, yang dihubungi dari Jakarta, Selasa (25/10/2011).

BERITA DI INTERNET berlebihan Tambora Siaga, Evakuasi Udara DisiapkanEvakuasi warga dilakukan jika status Gunung Tambora meningkat dari Siaga menjadi AwasKAMIS, 15 SEPTEMBER 2011, 07:03 WIB

(sumber berita) - Aktivitas Gunung Tambora sedang meningkat. Status Siaga (Level III) diberikan pada gunung yang pernah meletus dahsyat pada tahun 1815 silam itu. Untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan, (pelaku penanggulangan bencana) menyiapkan dua jalur evakuasi.

Jalur Evakuasi Gunung Tambora DibukaArtikel Terkait Warga Keluhkan Sosialisasi yang Tak Jelas 19/09/2011 12:07

(Sumber berita), Bima: Alat-alat berat dikerahkan ke kaki Gunung Tambora guna membuka jalur evakuasi bagi warga. Jalur itu dibuka mulai dari Desa Kawinda hingga Desa Piong di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, yang akan dijadikan lokasi pengungsian seandainya Tambora meletus hebat. Sejumlah alat berat bantuan dari (SKPD tertentu di Kab. Tertentu) diturunkan untuk membuka jalur evakuasi ini.

Aktivitas Gunungapi Tambora terkini (per 13 Desember 2011) STATUS SIAGA KE WASPADASumber : Situs Resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi , Hari Selasa 18 Oktober 2011 jam 14 : 40 WIB

KesimpulanTerhitung tanggal 9 Oktober 2011, pukul 18.00 WITA, status kegiatan G. Tambora diturunkan dari Siaga (Level III) menjadi Waspada (Level II)

Rekomendasi Mengingat ancaman letusan freatik masih ada maka masyarakat/pengunjung/pendaki tidak mendekati dan memasuki Kawasan Rawan Bencana III yang beradius 2 km dari kawah meliputi bibir kaldera G. Tambora Masyarakat agar tetap tenang, beraktifitas seperti biasa, tidak terpancing isyuisyu terkait dengan aktivitas Gunung Tambora yang tidak jelas sumbernya. Untuk itu masyarakat dapat berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Tambora, dengan alamat Desa Doropeti, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, atau dengan Pemerintah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima, atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung

INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT DIPEROLEH MELALUI :Pos Pengamatan Gunung Api Tambora di Doropeti Aparat Pemerintah Setempat : Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten/Kota dan Provinsi Distamben Provinsi NTB (Tlp : 0370-621356, Fax : 0370-625766) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (http://pvmbg.bgl.go.id)

Terima Kasih