MATERI POLTEKKES 2014
-
Upload
intan-wedy-kartika -
Category
Documents
-
view
251 -
download
0
description
Transcript of MATERI POLTEKKES 2014
Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambangan bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan dan penulisannya dalam suatu bahasa. Ejaan merupakan sistem aturan yang lebih jauh dari sekadar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, tanda baca sebagai sasarannya. Ejaan harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis karena akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna.
Ejaan yang berlaku sekarang ini dinamakan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) Setelah Indonesia mengalami perubahan ejaan dalam tiga ejaan. Berikut ini ketiga macam ejaan yang berlaku sesuai tahunnya
Van Ophuysen(1901-1947)
Soewandi(1947-1972)
EYD(mulai 16 Agustus 1972)
Khoesoes Chusus KhususDjoem’at Djum’at JumatJa’ni Jakni YakniTjoetjoe Tjutju Cucu
Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek, namun hanya beberapa yang akan dibahas agar mahasiswa bisa lebih memahami untuk dapat diterapkan dalam kegiatan tulis menulis.
Aturan penulisan hurufA. Huruf Kapital
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.Misalnya: Dia membaca buku.Apa maksudnya?Kita harus bekerja keras.Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.Misalnya: Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!""Kemarin engkau terlambat," katanya."Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat."
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.Misalnya: Islam, Quran, Kristen, Alkitab, Hindu, Weda, Allah,YangMahakuasa, Yang Maha Pengasih.Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.Misalnya: Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya: Dia baru saja diangkat menjadi sultan.Pada tahun ini dia pergi naik haji.Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.Misalnya: Wakil Presiden Adam MalikPerdana Menteri NehruProfesor SupomoLaksamana Muda Udara Husein SastranegaraSekretaris Jenderal Departemen PertanianGubernur Jawa Tengah
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.Misalnya: Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.Sidang itu dipimpin Presiden.Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.Misalnya:Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.Misalnya: Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah, Ampere.
Catatan:(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der
(dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).Misalnya: J.J de HollanderJ.P. van BruggenH. van der GiessenOtto von BismarckVasco da Gama
(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti.Misalnya: Abdul Rahman bin ZainiIbrahim bin AdhamSiti Fatimah binti SalimZaitun binti Zainal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.Misalnya: pascal second PasJ/K atau JK-1
joule per KelvinN Newton
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.Misalnya: mesindiesel10 volt5 ampere
7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.Misalnya: bangsaEskimo, suku Sunda, bahasa Indonesia.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.Misalnya: pengindonesiaan kata asingkeinggris-inggrisankejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.Misalnya: tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari Galungan, hari Lebaran, hari Natal.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarahMisalnya: Perang CanduPerang Dunia IProklamasi Kemerdekaan Indonesia
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. a.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi.Misalnya:Banyuwangi, Asia Tenggara, Cirebon, Amerika Serikat, Eropa, Jawa Barat
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.Misalnya: Bukit Barisan, Danau Toba, Dataran Tinggi Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Ngarai Sianok,Lembah Baliem, Selat Lombok, Pegunungan Jayawijaya, Sungai Musi, Tanjung Harapan, Teluk Benggala, Terusan Suez.
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.Misalnya: ukiranJepara, pempek Palembang, tari Melayu, sarung Mandar, asinan Bogor, sate Mak Ajad.
d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi.Misalnya: berlayar ke telukmandi di sungaimenyeberangiselatberenang di danau
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis.Misalnya:
nangkabelanda, kunci inggris, petai cina, pisang ambon.
10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.Misalnya:Republik IndonesiaDepartemen KeuanganMajelis Permusyawaratan RakyatKeputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.Misalnya: beberapabadan hukumkerja sama antara pemerintah dan rakyatmenjadi sebuah republikmenurutundang-undang yang berlaku.
Catatan: Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.Misalnya: Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu.Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.Misalnya: Perserikatan Bangsa-BangsaRancangan Undang-Undang KepegawaianYayasan Ilmu-Ilmu SosialDasar-Dasar Ilmu Pemerintahan
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.Misalnya: Saya telah membaca buku Surat dari TuhanBacalah majalah Bahasa dan Sastra.Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.Ia menyelesaikan makalah "Kata Baku".
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.Misalnya: Dr. - DoktorS.E. - sarjana ekonomiS.H. - sarjana hukumS.S. - sarjana sastraS.Kep. - sarjana keperawatanM.A. - master of artsM.Hum. - magister humanioraProf. - ProfesorK.H. - kiai haji
Tn. – Tuan
14. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.Misalnya: Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"Besok Paman akan datang.Surat Saudara sudah saya terima."Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto."Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.Misalnya: Sudahkah Anda tahu?Siapa namaAnda?Surat Anda telah kami terima dengan baik.
16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.
B. Huruf Miring1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan.Misalnya: Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.Catatan: Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.Misalnya: Huruf pertama kata abad adalah a.Dia bukan menipu, melainkan ditipu.Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas tangan.a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan
yang bukan bahasa Indonesia.Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan dunia'.
b. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.Misalnya: Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.
C. Huruf Tebal1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab,
daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.Misalnya: Judul :HABIS GELAP TERBITLAH TERANGBab :BAB I PENDAHULUANBagian bab :1.1 Latar Belakang MasalahDaftar, indeks, dan lampiran: DAFTAR ISI, DAFTAR TABEL, DAFTAR LAMBANG, DAFTAR PUSTAKA, INDEKS, LAMPIRAN.
2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring. Misalnya: Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.Saya tidak mengambil bukumu.Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.Seharusnya ditulis dengan huruf miring: Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.Saya tidak mengambil bukumu.Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
3. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.Misalnya: kalah v 1 tidak menang ...; 2 kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus ...; 4 tidak menyamaimengalah v mengaku kalah mengalahkan v 1 menjadikan kalah ...; 2 menaklukkan ...; 3 menganggap kalah ...terkalahkan v dapat dikalahkan ...
Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.
Aturan Penulisan KataA. Gabungan Kata
1. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.Misalnya: duta besar, model linear, kambing hitam, orang tua, simpang empat, persegi panjang, mata pelajaran, rumah sakit umum, meja tulis, kereta api cepat luar biasa.
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.Misalnya: anak-istri Ali, anak istri-Ali, ibu-bapak kami, ibu bapak-kami, buku-sejarah baru, buku sejarah-baru
3. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.Misalnya:Acapkali, darmasiswa, puspawarna, adakalanya, darmawisata, radioaktif, akhirulkalam, dukacita, saptamarga, Alhamdulillah, halalbihalal, saputangan, apalagi, hulubalang, saripati, astagfirullah, kacamata, sebagaimana, bagaimana,
kasatmata, sediakala, barangkali, kepada, segitiga, beasiswa, kilometer, sekalipun, belasungkawa, manakala, sukacita, bilamana, manasuka, sukarela, bismillah, matahari, sukaria, bumiputra, padahal, syahbandar, daripada, peribahasa, waralaba, darmabakti, perilaku, wiraswata.
B. Kata DepanKata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. Misalnya: Bermalam sajalah di sini.Di mana dia sekarang?Kain itu disimpan di dalam lemari.Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.Dia berjalan-jalan di luar gedung.Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.Mari kita berangkat kekantor.Saya pergi kesana kemari mencarinya.Ia datang dari Surabaya kemarin.Saya tidak tahu dari mana dia berasal.Cincin itu terbuat dari emas.Catatan: Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.Misalnya: Kami percaya sepenuhnya kepadanya.Dia lebih tua daripada saya.Dia masuk, lalu keluar lagi.Bawa kemari gambar itu.Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
C. Singkatan dan Akronim Singkatan
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.Misalnya: A.H. Nasution - Abdul Haris NasutionH. Hamid - Haji HamidSuman Hs. - Suman HasibuanW.R. Supratman - Wage Rudolf SupratmanM.B.A. - master of business administrationM.Hum. - magister humanioraM.Si. - magister sainsS.E. - sarjana ekonomiS.Sos - sarjana sosialS.Kom - sarjana ilmu komputerS.Ikom - sarjana komunikasiS.K.M. - sarjana kesehatan masyarakatBpk. - bapakSdr. - saudaraKol. – kolonel
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.Misalnya:DPR - Dewan Perwakilan RakyatPBB - Perserikatan Bangsa BangsaWHO - World Health OrganizationPGRI - Persatuan Guru Republik IndonesiaPT - perseroan terbatas
SD - sekolah dasarKTP - kartu tanda penduduk
c. Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.Misalnya: jml. - jumlahkpd. - kepadatgl. - tanggalhlm. - halamanyg. - yangdl. - dalamno. – Nomor
AkronimAkronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.Misalnya: LIPI - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LAN - Lembaga Administrasi NegaraPASI -Persatuan Atletik Seluruh IndonesiaSIM - suratizin mengemudi
b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital.Misalnya: Bulog - Badan Urusan LogistikBappenas - Badan Perencanaan Pembangunan NasionalIwapi - Ikatan Wanita Pengusaha IndonesiaKowani - Kongres Wanita Indonesia
c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil.Misalnya: Pemilu - pemilihan umumIptek - ilmu pengetahuan dan teknologiRapim - rapat pimpinanRudal - peluru kendaliTilang - bukti pelanggaran
Catatan: Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
1. Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata).2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.
Aturan Penulisan Tanda BacaA. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.Biarlah mereka duduk di sana.Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)
Misalnya: Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.Dia memerlukan meja, kursi, dsb.Dia mengatakan, "kaki saya sakit."
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.Misalnya: a. III. Departemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Jenderal Pendidikan TinggiB. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini2. ...
b. 1. Patokan Umum1.1 Isi Karangan1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan1.2.2 Tabel1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus2.1 ...2.2 ...
Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau
ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Catatan: Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
(1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam.Misalnya: pukul 9.00 pagipukul 11.00 siangpukul 5.00 sorepukul 8.00 malam(1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam.Misalnya: pukul 00.45pukul 07.30pukul 11.00pukul 17.00pukul 22.00
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.Misalnya: 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)0.0.30 jam (30 detik)
4. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
Catatan: Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang.Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Catatan: (1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.Misalnya: Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.Lihat halaman 2345 dan seterusnya.Nomor gironya 5645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.Misalnya: Acara Kunjungan Menteri Pendidikan NasionalBentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)Salah Asuhan
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat.Misalnya: Yth. KepalaKantor Penempatan TenagaJalan Cikini 71Jakarta
Yth. Sdr. Moh. HasanJalan Arif Rahmad 43Palembang
AdindaJalan Diponegoro 82Jakarta21 April 2008
(4) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan sebagai berikut. Rp200.250,75$ 50,000.508.750 m8,750 m
B. Tanda Koma (,)1. Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko.Satu, dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali.Misalnya: Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisiSemua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.Misalnya: Kalau ada undangan, saya akan datang.Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman.Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan: Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.Misalnya: Saya akan datang kalau ada undangan.Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak.Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.Misalnya: O, begitu?Wah, bukan main!Hati hati, ya, jalannya licin.Mas, kapan pulang?Mengapa kamu diam, Dik?Kue ini enak, Bu.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik.)Misalnya: Kata Ibu, "Saya gembira sekali.""Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian."
6. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.Misalnya: "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru."Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya.
7. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.Misalnya: Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, BogorDekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, JakartaSurabaya, 10 Mei 1960Tokyo, Jepang.
8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah/Penafsir AlquranSugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
9. Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.Misalnya: Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.Misalnya: B. Ratulangi, S.E.Ny. Khadijah, M.A.Bambang Irawan, S.H.Siti Aminah, S.E., M.M.
Catatan:Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
11. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.Misalnya: 12,5 m27,3 kgRp500,50Rp750,00
Catatan: Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal atau di antara dolar dan sen.Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Catatan: a. Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan
tanda koma.Misalnya: Semua siswa yang lulus ujianakan mendapat ijazah.Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.Misalnya: Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini.Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
b. Bandingkan dengan:
Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam pengembangan kosakata.Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.
C. Tanda Titik Dua (:)1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
rangkaian atau pemerian.Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
Catatan: Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.Misalnya: Ketua : Ahmad WijayaSekretaris : Siti AryaniBendahara : Aulia ArimbiPembawa Acara : Bambang S.Hari, tanggal : Selasa, 28 Oktober 2013Waktu : 09.00—10.30
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.Misalnya: Ibu : "Bawa kopor ini, Nak!"Amir : "Baik, Bu."Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik baik!"
4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.Misalnya: Horison, XLIII, No. 8/2008: 8Surah Yasin: 9Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen NusantaraPedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa
D. Tanda Petik (" ")1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.Misalnya: Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. "Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi. ""Saya belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!"
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.Misalnya: Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu.Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia". dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
"Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
Catatan: Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya: Kata dia, "Saya juga minta satu."Dia bertanya, "Apakah saya boleh ikut?"
Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.Misalnya: Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.Karena warna kulitnya, dia mendapat julukan "Si Hitam".
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Tanda petik (") dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama dengan di atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk daftar.Misalnya: Zaman bukan jamanAsas " azasPlaza " plasaJadwal " jadualBus " Bis
Pembentukan Istilah
A. Konsep Dasar IstilahIstilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna,
konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Tata istilah adalah perangkat peraturan pembetukan istilah dan kumpulan istilah yang dihasilkannya. Tata nama adalah perangkat peraturan penamaan beberapa cabang ilmu, seperti biologi, dan kimia beserta nama yang dihasilkannya.
Kekayaan peristilahan suatu bahasa dapat menjadi indikasi kemajuan peradaban bangsa pemilik bahasa itu karena kosakata, termasuk istilah, merupakan sarana pengungkap ilmu danteknologi serta seni. Sejalan dengn perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia dari waktu ke waktu, perkembangan kosakata/istilah terus menunjukkan kemajuan. Kemajuan itu makin dipacu ketika kerjasama pengembangan bahasa kebangsaan bersama Malaysia diarahkan pada pengembangan peristilahan. Dalam upaya memberikan panduan dalam pengembangan peristilahan itulah disusun Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang pertama terbit tahun 1975.
a. Istilah Umum dan Istilah KhususIstilah khusus ialah istilah yang pemakaiannya dan/atau maknanya terbatas pada
bidang tertentu. Sedangkan istilah umum ialah istilah yan menjadi unsure bahasa yang digunakan secara umum. ContohnyaItilah Khusus Istilah UmumDiagnosis daya
Diksi pilihan kata
b. Sumber IstilahTidak ada satu bahasa pun yang sudah memiliki kosakata yang lengkap dan tidak
memerlukan ungkapan untuk gagasan, temuan, atau rekacipta yang baru. bahasa Inggris yang dianggap bahasa internasional utama, misalnya, pernah menyerap kata dan ungkapan dari bahasa Yunani, Latin, Prancis, dan bahasa lain, yang jumlahnya hampir tiga perlima dari seluruh kosakatanya. Sejalan dengan itu, bahan istilah Indonesia diambil dari berbagai sumber,terutama dari tiga golongan bahasa yang penting, yakni Istilah dapat dibentuk dari beberapa sumber1. Kosakata Bahasa Indonesia
Kata Indonesia dapat dijadikan bahan istilah ialah kata umum, baik yang lazim maupun yang tidak lazim, yang memenuhi syarat berikut Kata yang dengan tepat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat
yang dimaksudkan. Kata yang lebih singkat daripada yang lain yang beracuan sama. Misalnya kata
gulma lebih singkat dari pada tumbuhan pengganggu. Kata yang tidak bernilai rasa (Konotasi) buruk dan yang sedap didengar (eufonik)
seperti tunawisma jika dibandingkan dengan gelandangan.Di samping itu, istilah dapat berupa kata umum yang diberi makna baru atau makna
khusus dengan jalan menyempitkan atau meluaskan makna asalnya.
2. Kosakata Bahasa SerumpunJika dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan istilah yang tepat untuk
mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang dimaksudkan, maka istilah dicari dalam bahasa serumpun baik yang lazim maupun yang tidak lazim yang memenuhi ketiga syarat pembentukan istilah.Contohnyagambut (Banjar) peatnyeri (Sunda) pain
3. Kosakata Bahasa AsingJika di dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Serumpun tidak menemukan istilah
yang tepat, maka bahasa asing dapat dijadikan sumber peristilahan Indonesia. Istilah baru dapat dibentuk dengan cara menerjemahkan, menyerap, menyerap sekaligus menerjemahkan istilah asing.Contohnya:atom atom electron elektron
Istilah Indonesia dapat dibentuk lewat penerjemahan berdasarkan kesesuaian makna tetapi bentuknya tidak sepadan. Misalnya:
Supermarket pasar swalayanMerger gabungan usaha
Penerjemahan dapat pula dilakukan berdasarkan kesesuaian bentuk dan makna. Misalnya: Bonded zone kawasan berikatSkyscraper pencakar langit
Penerjemahan istilah asing memiliki beberapa keuntungan. Selain memperkaya kosakata Indonesia dengan sinonim, istilah terjemahan juga meningkatkan daya ungkap bahasa Indonesia. Jika timbul kesulitan dalam penyerapan istilah asing yang bercorak Anglo-Sakson karena perbedaan antara lafal dan ejaannya, penerjemahan merupakan jalan keluar terbaik. Dalam pembentukan istilah lewat penerjemahan perlu diperhatikan pedoman berikut
a. Penerjemahan tidak harus berasas satu kata diterjemahkan dengan satu kata. Misalnya : Psychologist ahli psikologiMedical practitioner dokter
b. Istilah asing dalam bentuk positif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk positif, sedangkan istilah dalam bentuk negatif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk negatif pula.Misalnya : Bound form bentuk terikat (bukan bentuk takbebas)Illiterate niraksara
Inorganic takorganik c. Kelas kata istilah asing dalam penerjemahan sedapat-dapatnya dipertahankan
pada istilah terjemahannya. Misalnya :Merger (nomina) gabung usaha (nomina)
Transparent (adjektiva) bening (adjektiva)
(to) filter (verba) menapis (verba)
Dalam penerjemahan istilah asing dengan bentuk plural, pemarkah kejamakannya ditanggalkan pada istilah Indonesia. Misalnya:
Alumni lulusanMaster of ceremonies pengatur acaraCharge d’affaires kuasa usaha
Adakalanya upaya pemadanan istilah asing perlu dilakukan dengan menciptakan istilah baru. Istilah factoring,sulit diterjemahkan atau diserap secara utuh. Dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia/Melayu terdapat bentuk anjak dan piutang yang menggambarkan pengalihan hak menagih utang. Lalu direka istilah anjak piutang sebagai padanan istilah factoring. Begitu pula pemadanan catering menjadi jasa boga dan invention menjadi rekacipta diperoleh lewat perekaan.
Penyerapan istilah asing untuk menjadi istilah Indonesia dilakukan berdasarkan hal-hal berikuta. Istilah asing yang akan diserap meningkatkan ketersalinan bahasa asing dan bahasa
Indonesia secara timbal balik (intertranslatability) mengingat keperluan masa depan. b. Istilah asing yang akan diserap mempermudah pemahaman teks asing oleh
pembaca Indonesia karena dikenal lebih dahulu.c. Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas jika dibandingkan dengan
terjemahan Indonesianya.d. Istilah asing yang akan diserap mempermudah kesepakatan antarpakar jika
padanan terjemahannya terlalu banyak sinonimnya.e. Istilah asing yang akan diserap lebih cocok dan tepat karena tidak
mengandung konotasi buruk.
Proses penyerapan istilah asing, dengan mengutamakan bentuk visualnya, dilakukan dengan cara yang berikuta. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal
Misalnya:Camera …… kameraMicrophone….. mikrofonSystem sistem
c. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafalMisalnya:Design desainFile failScience sain
d. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tetapi dengan penyesuaian lafal.
Misalnya:Bias biasNasal nasalRadar (radio detecting radar and ranging)
e. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal1) Penyerapan istilah asing tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika
ejaan dan lafal istilah asing itu tidak berubah dalam banyak bahasa modern, istilah itu dicetak dengan huruf miring. Misalnya: Allegro moderatodivide et impera
Auf klarung dulce et utile Status quoin vitro Esprit de corpsvis-à-vis
2) Penyerapan istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika istilah itu juga dipakai secara luas dalam kosakata umum, istilah itu tidak ditulis dengan huruf miring(dicetak dengan huruf tegak). Misalnya:
Golf golf Internet internet Lift liftOrbit orbitSonar (sound navigation and ranging) suara
Pilihan Kata (Diksi)
A. Pilihan Kata
1. Pengertian pilihan kata
Pilihan kata adalah kata-kata yang telah dipilih dan digunakan untuk
menuangkan gagasan secara lisan dan tertulis. Kegiatan ini bertujuan untuk
memberikan ketepatan makna saat komunikasi berlangsung sesuai dengan
norma dalam berbahasa. Untuk memilih kata dengan tepat maka diperlukan
penguasaan kosa kata yang memadai.
2. Kaidah Pilihan Kata
Komunikasi yang baik terjadi karena adanya bahasa yang saling dimengerti.
Berbicara mengenai bahasa berarti berbicara mengenai kata-kata yang
digunakan. Kata-kata yang digunakan merupakan kata-kata yang telah melewati
tahapan memilih kata. Agar kata-kata yang dipilih dapat digunakan sesuai
dengan kehendak dan norma yang berlaku, maka ada beberapa kaidah yang
harus dipatuhi:
a. Kaidah makna
Kaidah yang pertama yaitu yang berhubungan dengan makna. Artinya pilihan
kata yang digunakan harus memiliki makna yang tepat seperti yang
dimaksudkan. Beberapa yang berkaitan dengan kaidah makna:
Sinonim
Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna yang sama atau mirip.
Contohnya muka, paras, wajah, dan tampang.
Homonim
Homofon adalah kelompok kata yang mempunyai kesamaan huruf
sekaligus kesamaan bunyi.
Contohnya buku (kitab) dan buku (ruas).
Homograf
Homograf adalah kelompok kata yang mempunyai kesamaan huruf tetapi
pengucapannya berbeda.
Contohnya kata sedan (mobil) dan sedan (menangis).
Denotasi
Denotasi adalah makna kata yang sebenarnya yang sama dengan makna
kamus.
Konotasi
Konotasi adalah makna di luar makna sebenarnya, atauu makna kiasan.
b. Kaidah Kalimat
Kaidah yang kedua merupakan kaidah kalimat. Kaidah kalimat mengatur
mengenai beberapa hal yaitu:
Konteks
Kata-kata yang digunakan mempunyai konteks. Makna kata yang
bergantung pada konteks yang mencakup situasi fisik/verbal pada
kondisi suatu kata digunakan. Kata yang sama akan memiliki makna yang
berbeda apabila kondisinya berbeda.
Pilihan kata yang tepat, seksama dan lazim
Tepat berarti penempatan kata ynag sesuai dengan kelompoknya dalam
kalimat. Seksama berhubungan dengan kesesuaian antara makna dan
pikiran. Lazim berarti kata yang sudah menjadi milik bahasa Indonesia
yang biasa digunakan.
Keberterimaan secara logis
Kata yang digunakan untuk berkomunikasi dapat diterima secara logis
(masuk akal). Kalimat yang digunakan kalimat yang wajar dan tidak
berlebihan.
c. Kaidah Sosial
Memilih kata dan menggunakannya untuk keperluan komunikasi baik
secara lisan maupun tertulis harus disesuaikan dengan lingkungan
pemakainya. Sehingga kata-kata yang digunakan tepat sesuai dengan
teman berbicara jika itu adalah komunikasi lisan. Berdasarkan lingkungan
pemakainya, maka memilih kata harus menyesuaikan dengan
Kata abstrak/umum dan konkret/khusus
Kata ilmiah dan kata popular
Kata baku dan nonbaku
Kata asing dan serapan
Kata-kata baru
Kalimat Efektif
A. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu
pada situasi berbahasa tertentu pula. Kalimat efektif bukan hanya memenuhi syarat-
syarat komunikatif, gramatikal dan sintaksis saja, tetapi juga harushidup, segar, mudah
dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembecanya.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika
dipakai sasaran yang tepat. Kita tidak mungkin menggunakan bahasa formal jika
berkomunikasi dengan pedagang di pasar, begitu juga saat berkomunikasi dengan
teman sebaya. Bahasa yang digunakan tidak begitu formal asal komunikatif. Komunikatif
tidaknya suatu percakapan, dibangun oleh proses kebiasaan dan kelaziman penggunaan
bahasa tersebut.
B. Ciri-ciri Kalimat efektif
Kalimat terdiri atas isi dan bentuk. Yang dimaksud dengan isi ialah pikiran penulis,
sedangkan bentuk ialah kata-kata yang mewakili pikiran penulis. Jadi isi dan bentuk
menjadi kesatuan yang baik yang tidak dapat dipisahkan dalam sebuah bangun kalimat.
Berikut ini ciri-ciri kalimat efektif
1. Kesatuan pikiran
Setiap kalimat yang baik harus memperlihatkan kesatuan pikiran yang mengandung
satu pikiran pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diubah dari satu pikiran ke pikiran
yang lain yang tidak mempunyai hubungan. Adanya kesatuan pikiran berarti adanya
hubungan timbale balik antarunsur yang mengandung kalimat (pikiran). Kesatuan ini
terbentuk dalam subjek dan predikat bisa ditambah objek.
Contoh
Semua penduduk desa itu mendapatkan penjelasan mengenai repelita (Tunggal)
Dia telah meneinggalkan rumah pukul enam pagi dan telah berangkat dengan
pesawat satu jam yang lalu (majemuk)
Ayah bekerja di perusahaan pengangkutan itu, tetapi ia tidak senang dengan
pekerjaan itu (pertentangan)
Kamu boleh menyusul saya ke tempat itu tu tinggal saja (pilihan)
2. Kepaduan
Agar pikiran dapat dituangkan dengan benar dalam bentuk kalimat yang benar pula,
kita memerlukan kata-kata sebagai wadahnya. Kata-kata itu harus dipadukan sehingga
terbentuklah kerja sama yang saling mengikat dan kompak. Kepaduan berarti adanya
hubungan timbal balik antarunsur yang membentuk kalimat atau adanya interaksi
antarkata yang menduduki fungsi dalam kalimat.
Contoh
Adikmendorongsepedadengan sekuat tenagakemarin sore
S P O Kcara Kwaktu
di kebun belakang rumah.
Ktempat
Kepaduan akan rusak oleh
a. Letak kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat
Contoh
Adik di kebun belakang rumah dengan sekuat tenaga kemarin mendorong sepeda.
b. Salah menggunakan kata depan dan kata hubung
contoh
Adik mendorong sepeda dalam sekuat tenaga kemarin sore pada kebun belakang
rumah.
c. Pemakaian kata yang tumpang tindih
contoh
Adik mendorong sepeda dengan cara sekuat tenaga kemarin waktu sore di kebun
belakang rumah.
d. Salah menggunakan keterangan aspek
contoh
Adik dorong sepeda dengan sekuat tenaga kemarin sore di kebun belakang rumah.
3. Struktur Kalimat
Kalimat terdiri atas kata-kata yang secara bersama-sama dengan sistem tertentu
membentuk struktur. Dalam kalimat setiap kata mempunyai fungsinya masing-masing.
Struktur kalimat sekurang-kurangnya mempunyai unsur subjek dan predikat. Subjek
merupakan unsur inti/pokok pembicaraan. Subjek dapat berupa kata benda atau kerja
ada juga subjek yang diberi keterangan di belakangnya. Predikat biasanya berbentuk
kata kerja.
contoh
Gedung bertingkat yang menjulang tinggi itu /mengganggu lalu lintas penerbangan/ S P
pada malam hari Kwaktu
Di depan kata kerja ‘menjulang tinggi’ kalimat di atas terdapat partikel yang
sehingga pernyataan di atas tidak mengandung predikat. Pernyataan ‘yang menjulang
tinggi’ hanya sebagai keterangan. Untuk menyempurnakan kalimat tersebut maka perlu
ditambah kata-kata yang berfungsi sebagai predikat, dan tambahan keterangan. Sebagai
unsur dasar subjek dan predikat dapat dikembangkan, jika merasa kurang belum cukup
menjelaskan maksud dalam kalimat yang terdiri atas subjek dan predikat.
Pengembangan kalimat bukan tanpa batas. Kita harus berhenti manakala kalimat
sudah jelas. Jangan sampai kita membuat kalimat yang terlalu panjang sehingga akan
terkesan bertele-tele yang akhirnya dapat mengaburkan makna kalimat itu sendiri.
4. Kalimat Aktif dan Pasif
Tulisan ilmiah berbahasa Indonesia banyak menggunakan kalimat pasif karena
hendak menonjolkan objek. Hal ini sering ditafsirkan sebagai ungkapan tanpa kata ganti
orang. Jika menggunakan kalimat aktif, subjek tidak dinyatakan dengan tegas, jadi
laporan ilmiah dapat menggunakan kalimat aktif maupun kalimat pasif asal
keterbacaannya lebih tinggi.
Contoh
Kalimat Aktif :
Maksud perguruan tinggi memberikan mata kuliah pengembangan kepribadian agar
mahasiswa memiliki wawasan budaya.
Kalimat Pasif :
Pemberian mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi dimaksudkan
agar mahasiswa memiliki wawasan budaya.
C. Syarat-syarat Kalimat Efektif
Sebuah kalimat menjadi efektif jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Penekanan
Penekanan adalah upaya memberi tekanan pada kalimat merupakan upaya
menonjolkan/mementingkan pikiran pokok. Dalam bahasa lisan sering
digunakan intonasi atau acting, sedangkan dalam bahasa tulis dapat dilakukan
dengan cara:
Alih bangun
Alih bangun adalah pemindahan unsur kalimat.
Contoh
Kesehatan jasmani dan rohani harus kita jaga dengan hati-hati
Pengulangan kata
Pengulangan kata diperlukan untuk memberikan penekanan pada bagian
ujaran yang dianggap penting agar makna kalimat menjadi jelas.
Contoh
Jurusan teknik di Politeknik Universitas Indonesia ialah teknik mesin,
teknik sipil, dan teknik elektro.
Pertentangan
Pertentangan dilakukan untuk memberi tekanan pada pikiran dengan cara
menggunakan kata yang tidak langsung pada pikiran utama.
contoh
mencari kekayaan bukanlah hal yang tidak halal
maksud kalimat ini adalah mencari kekayaan halal
Urutan Logis
urutan logis berarti mengurutkan/kronologis unsur-unsur yang
mengandung urutan kejadian atau proses
contoh
Penelitian dimulai dengan perumusan masalah, pengajuan hipotesis,
pengumpulan data, dan penarikan kesimpulan.
2. Kesejajaran
Kesejajaran adalah menempatkan gagasan yang sama penting dan fungsi-
fungsinya ke dalam kebahasaan yang sama. Macam-macam kesejajaran
Kesejajaran bentuk
Bila salah satu gagasan ditempatkan dalam struktur kata benda, maka kata
lain yang berfungsi sama juga dalam struktur kata benda, begitu juga
seterusnya. Jika kata kerja juga kata kerja, jika frase juga frase.
Contoh
Setelah dipatenkan, diproduksi, dan dipasarkan, masih ada lagi sumber
kekacauan yaitu berupa penipuan yang langsung atau tidak langsung akan
merugikan perusahaan.
Kesejajaran makna
Kesejajaran makna timbul oleh adanya relasi makna antarsatuan dalam
kalimat (subjek, predikat, dan objek).
Contoh
Selain kepada pelajar SLTA, panitia juga memberikan kesempatan kepada
mahasiswa.
Kesejajaran rincian pilihan
Dalam kalimat yang mengandung rincian pilihan, kita sering terjebak oleh
kalimat sebelum rincian sehingga antara kalimat dan rinciannya tidak
mengandung kesejajaran yang benar.
Contoh
Pemasangan telepon akan menyebabkan melancarkan tugas, untuk
menambah wibawa dan meningkatkan pengeluaran.
3. Kehematan
Kehematan juga merupakan unsur penting dalam kalimat efektif. Kehematan
berarti penghematan kata, frase, atau struktur lain yang dianggap tidak perlu
dalam kalimat. Kehematan dapat dilakukan dengan cara
Penghematan Subjek
Pengulangan subjek tidak akan membuat kalimat bertambah jelas.
Contoh
Hadirin serentak berdiri setelah (mereka) mengetahui inspektur upacara
memasuki lapangan upacara.
Penghilangan Hiponimi
Hiponimi merupakan makna kata yang lebih tinggi
Contoh
Mereka turun (ke bawah) melalui tangga samping kantor
Penghilangan Kata Depan
Kata depan dari menyatakan arah/tempat dan asal (asal/usul) sedangkan
kata daripada menyatakan perbandingan dua benda atau dua hal lebih.
Contoh
Anak (dari) tetangga saya senin ini akan dilantik menjadi dokter.
Penyingkatan Kata
Usaha yang kita lakukan untuk menyingkat kata dalam kalimat ialah
dengan menggantikan kata atau istilah yang panjang menjadi lebih
pendek.
Contoh
Surat kabar harian (Koran) Kompas banyak menyediakan ruangan untuk
tulisan tentang bahasa Indonesia.
Penyingkatan Ungkapan
Ungkapan yang panjang dapat dijadikan lebih singkat dan padat
Contoh
Mempunyai pendapat menjadi berpendapat
Penyingkatan Kalimat
Kalimat yang panjang akan menyulitkan pembaca dalam memahami
maknanya. Kalimat panjang dapat dipersingkat tanpa mengurangi
maknanya.
Contoh
Perampok itu mengadakan pembunuhan (membunuh) pemilik rumah.
4. Keterbacaan
Seorang penulis yang baik juga merupakan pembaca yang baik. Penulis harus
menyadari bahwa tulisan yang dibuatnya akan dibaca oleh orang lain.Pembaca
ingin mendapatkan informasi dan ia harus memahami maksud bacaanya.
Untuk itu tulisan harus memiliki keterbacaan. Keterbacaan ialah derajat
kemudahan sebuah tulisan untuk mudah dipahami maksudnya. Semakin tinggi
keterbacaan, maka akan semakin mudah tulisan dipahami dan semakin rendah
keterbacaan akan semakin sulit untuk dipahami maksdunya. Hal-hal yang
harus diperhatikan untuk meningkatkan keterbacaan
Kejelasan
Tulisan akan lebih mudah dipahami jika menggunakan kata-kata ynag
sudah umum/dikenal/lazim digunakan
Bangun Kalimat
Bangun kalimat dapat memberikan nilai tambah bagi kejelasan kaliamat.
5. Pengaruh Bahasa Inggris
Struktur bahasa Inggris berbeda dengan struktur bahasa Indonesia. Namun
kita sering terpengaruh dari struktur bahasa Inggris. Sehingga kalimat yang
kita susun tidak kompak tidak menyatu.
Contoh
The man to whom she is married has been married twice before
Laki-laki dengan siapa ia menikah setelah menikah dua kali.
PARAGRAFA. Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf ialah unit keterampilan berbahasa taraf komposisi, yaitu kumpulan beberapa kalimat yang secara bersama-sama mendukung satu kesatuan pikiran.
Kesatuan pikiran ini diaktualisasikan dalam pikiran pokok dan pikiran penjelas dan direalisasikan dalam kalimat pokok dan kalimat penjelas. Paragraph terdiri atas dua hal, yaitu isi dan bentuk. Isi mensyaratkan adanya kesatuan pikiran, sedangkan bentuk mensyaratkan adanya kepaduan.
B. Jenis-jenis ParagrafBerdasarkan letak kalimat pokoknya, ada beberapa macam paragraf, yaitu
1. Paragraf DeduksiParagraf deduksi dimulai dengan pernyataan tentang kalimat pokok berupa kesimpulan, kemudian disusul dengan sejumlah rincian yang menjelaskan/mendukung kesimpulan.
2. Paragraf InduksiParagraf induksi dimulai dengan sejumlah rincian yang kemudian disimpulkan pada akhir paragraph.
3. Paragraf CampuranParagraf ini meletakkan kalimat pokoknya di awal paragraph dan diulangi pada akhir paragraph. Pengulangan ini berfungsi untuk menegaskan kalimat pokok.
Berdasarkan pola pengembangannya maka paragraf dapat dikelompokkan menjadi1. Deskripsi
Deskripsi merupakan pengembangan paragraf bersifat informatif dengan memberikan gambaran berdasarkan hasil pengamatan, selain itu pembaca diajak ikut dalam paragraf ini sehingga pembaca akan meniru kesan penulis. Pembaca dapat membayangkan bahkan seolah-olah bisa merasakan apa yang dimaksudkan penulis dalam suatu paragraf.
2. EksposisiEksposisi merupakan pengembangan paragraf yang bertujuan untuk
menerangkan suatu pokok masalah/pikiran yang dapat memperluas pengetahuan seseorang/pembaca. Untuk mempertegas masalah yang disampaikan biasanya dilengkapi dengan data-data kesaksian seperti gambar, grafik, statistik, dan sebagainya
3. Persuasi
Persuasi adalah salah satu pengembangan paragraf yang disampaikan dengan cara-cara tertentu, bersifat ringkas, menarik dan mempengaruhi secara kuat kepada pembaca sehingga pembaca terhanyut oleh siratan isinya.
4. ArgumentasiArgumentasi adalah pola pengembangan paragraf yang berisi ide/gagasan yang
dilengkapi bukti-bukti kesaksian yang dijalin menurut proses penalaran yang kritis dan logis, dengan tujuan mempengaruhi atau meyakinkan pembaca untuk menyatakan persetujuannya. Argumentasi lebih berupa simpulan.
5. NarasiNarasi adalah pola pengembangan paragraf yang bertujuan untuk menceritakan
suatu pokok persoalan dengan menyampaikan kronologis (urut) dan mengandung plot atau rangkaian cerita (alur). Ditambah lagi terdapat tokoh yang doiceritakan, baik manusia maupun bukan.
C. Syarat-syarat ParagrafParagraf yang baik adalah paragraf yang mampu menyampaikan pikiran dengan baik pula. Untuk itu ada tiga syarat yang harus dimiliki sebuah paragraf, yaitu:1. Kesatuan
Yang dimaksud kesatuan dalam paragraf ialah dalam setiap paragraf terdapat harus terdapat satu pikiran yang jelas. Untukk memperjelas pikiran tersebut, kita harus menguraikannya dalam bentuk pikiran pokok dan beberapa pikiran penjelas. Jadi kesatuan menitik beratkan pada hubngan pikiran satu dengan piiran yang lain dalam satu paragraf.
2. KepaduanParagraf bukanlah merupakan kumpulan kalimat yang satu dengan yang lain tidak berhubungan. Paragraf dibangun oleh kalimat-kalimat yang saling mendukung satu sama lain secara timbale balik. Jadi kepaduan menitik beratkan pada hubungan antara kalimat yang satu denngan kalimat yang lain.Kepaduan tersebut diwujudkan dalam pertautan antarkalimat yang membentuk paragraf. Ada beberapa cara untuk mendapatkan paragraf dengan kepaduan yang kompak, yaitu Repitisi dan kata ganti
Repetisi atau pengulangan digunakan untuk mengingatkan pembaca pada informasi yang pernah disampaikan atau informasi sebelumnya. Begitu juga dengan kata ganti. Kata ganti digunakan untuk memperdekatkan hubungan antar kalimat dengan tidak menyebut kata yang sama pada setiap kalimat.
Kata PenghubungKata penghubung dimaksudkan sebagai rambu untuk menunjukkan pertautan antarkalimat. Dengan kata rangkai, pembaca akan diingatkan bahwa kalimat yang dibacanya berhubungan dengan kalimat sebelumnya.
Perincian dan urutan pikiranPerincian atau urutan pikiran iaah cara mengembangkan sebuah pikiran dalam pikiran pokok dan beberapa pikiran penjelas. Penulis dapat menjamin kepaduan dengan mengemukakan isi dengan urutan ruang dan waktu,, sebab akibat, perbandingan, daftar, bergambar, klasifikasi, umum khusus.
3. KelengkapanKelengkapan merupakan isi paragraf yang menyajikan kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat pokok.
RESENSIA. Pengertian Resensi
Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda, Resentie, yang berarti kupasan atau pembahasan. Jadi, resensi adalah kupasan atau pembahasan tentang buku, film, atau drama yang biasanya disiarkan melalui media massa, seperti surat kabar atau majalah. Pada Kamus Sinonim Bahasa Indonesia disebutkan bahwa resensi adalah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan buku. Akhir-akhir ini, resensi buku lebih dikenal dengan istilah timbangan buku.
Tujuan resensi adalah memberi informasi kepada masyarakat akan kehadiran suatu buku, apakah ada hal yang baru dan penting atau hanya sekadar mengubah buku yang sudah ada. Kelebihan dan kekurangan buku adalah objek resensi, tetapi pengungkapannya haruslah merupakan penilaian objektif dan bukan menurut selera pribadi si pembuat resensi. Umumnya, di akhir ringkasan terdapat nilai-nilai yang dapat diambil hikmahnya. Pembuat resensi disebut resensator. Sebelum membuat resensi, resensator harus membaca buku itu terlebih dahulu. Sebaiknya, resensator memiliki pengetahuan yang memadai, terutama yang berhubungan dengan isi buku yang akan diresensi.
B. Syarat-syarat ResensiAda beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan sebuah resensi.1. Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku.2. Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi
pengarang, atau hal yang berhubungan dengan tema atau isi.3. Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut.
Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan. Umumnya resensi terdiri atasa. Judul
Judul resensi harus menarik dan selaras dengan keseluruhan isi resensi serta benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidak harus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi
b. Identitas BukuIdentitas buku meliputi judul buku (judul asli dan Modern atau terjemahan), penulis, penerbit, tahun terbit, tebal buku. Jika buku tersebut termasuk buku hasil terjemahan, maka judul aslinya harys disebutkan. Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku.lalu tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa) juga dimasukkan beserta dengan ketebalan buku dan jika diperlukan harga buku juga dicantumkan.
c. IsiMeliputi ulasan singkat isi, keunggulan buku, kelemahan buku, rumusan kerangka. Tubuh atau isi pernyataan resensi bukuTubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis. Terdapat ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya, menyebutkan keunggulan dan kelemahan buku buku, rumusan kerangka buku, tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit) serta adanya kesalahan cetak. Membuat pembukaan resensi dapat dimulai dengan memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh kemudian membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain. Setelah itu kita dapat memaparkan kekhasan atau sosok pengarang, memaparkan keunikan buku, merumuskan tema buku, mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku, mengungkapkan kesan terhadap buku, memperkenalkan
penerbit atau bisa juga dengan mengajukan pertanyaan yang dapat membuka dialog.
d. Penutup
Penutup resensi biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa. Selain itu dapat juga berisi kelemahan buku.
C. Teknis ResensiLangkah-langkah teknis dalam membuat resensi buku adalah sebagai berikut:1. Kenali terlebih dahulu latar belakang buku yang akan diresensi2. Bacalah seluruh isi sampai tuntas, termasuk kata pengantar, baik dari penerbit
maupun dari pakar. Jangan sekali-kali hanya membaca daftar isi dan menganggap dari daftar isi sudah diketahui tema, isi, pesan utama yang akan disampaikan penulis.
3. Buatlah ringkasan tentang buu yang akan diresensi, buatlah catatan seperlunya mengenai bagian-bagian yang akan mendapatkan sorotan, akan dikutip dan sebagainya.
4. Kemudian buatlah penilaian tentang keseluruhan isi yang dianggap menonjol.5. Lalu buatlah resensi secara keseluruhan.
D. Bentuk ResensiSecara umum, resensi dibagi menjadi 3, yaitu1. Deskriptif
Deskriptif merupakan bentuk resensi yang menggambarkan dan menjelaskan tentang karya seseorang secara menyeluruh, baik dari segi isi, penulisannya, maupun penciptanya (creator). Resensi deskriptif ini tidak sampai pada penilaian kritik (bagus/tidak) si penulis terhadap karya yang dia resensi. Dia hanya menjelaskan secara singkat tentang isi, proses, dan pencipta sebuah karya.
2. Deskriptif-evaluatif Resensi dengan karakter kedua ini melakukan penilaian terhadap sebuahkarya lebih dalam dari yang pertama. Dia tidak hanya menggambarkan, tapi menilai sebuahkarya secara keseluruhan dengan kritis dan argumentatif. Sehingga ada kesimpulan pada akhir resensi, apakah karya yang diresensi baik kualitasnya atau tidak.
3. Deskriptif-komparatif Bentuk resensi yang ketiga ini lebih sulit lagi daripada macam resensi yang kedua. Resensi macam ketiga ini mencoba melakukan penilaian pada sebuah karya dengan cara membandingkan karya orang lain yang memiliki kesamaan atau keterkaitan secara isi danmateri. Disebut sulit, sebab selain membutuhkan analisa mendalam dan kritis, resensi bentuk ketiga ini membutuhkan pengetahuan dan wawasan luas. Tidak hanya satu karya yang harus dipahami, namun karya-karya lain yang berhubungan dengan karya yang dia resensi harus pula di pahami.